KAJIAN KESADARAN FONOLOGI ANAK.

(1)

KAJIAN KESADARAN FONOLOGI ANAK

(Studi Deskriptif Kualitatif pada Anak-anak 5-6 tahun di TK Lab. School UPI Bandung)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh

FORTUNA MAZKA 1201416

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Halaman Hak Cipta

==================================================================

Kajian Kesadaran Fonologi Anak

(Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak-Anak 5

6

Tahun di TK Lab School UPI Bandung)

Oleh

Fortuna Mazka S.Pd

Universitas Pendidikan Indonesia, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

© Fortuna Mazka 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

November 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “KAJIAN KESADARAN

FONOLOGI ANAK” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Bandung, 18 Oktober 2014 yang membuat pernyataan,


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah dan karena inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang berjudul: Kajian Kesadaran Fonologi Anak (Studi Deskriptif Kualitatif pada Anak-anak 5-6 tahun di TK Lab. School UPI Bandung). Penulisan ini dalam rangka penyelesaian akhir atau untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Dasar dalam Kosentrasi Pendidikan Anak Usia Dini.

Tesis ini mengangkat tentang kesadaran fonologi anak. Kesadaran fonologi merupakan salah satu pra-syarat atau cara yang harus didahului anak ketika akan menempuh kesiapan untuk belajar membaca. Tentunya sesuai karakteristik anak, maka kesadaran fonologi anak ini diimplementasikan lewat aktivitas-aktivitas yang dapat mendukung kesadaran fonologi.

Perkembangan dari kesadaran fonologi ini akan memberikan kontribusi untuk kesuksesan mulainya anak menjadi melek huruf (literasi) khususnya proses menuju kemampuan belajar membaca dan layak untuk mendapatkan perhatian yang bijaksana dan lebih hati-hati oleh karena itu kesadaran fonologi sangatlah penting bagi anak, di mana dengan kesadaran fonologi, anak dapat menuju kesuksesan dalam belajar membaca.

Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha seoptimal mungkin, namun karena penulis punya banyak keterbatasan, maka kelemahan, kekurangan, kesalahan dan kekhilapan sangat penulis sadari. Oleh karena itu saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Besar harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi berbagai pihak untuk selalu meningkatkan kualitas dalam mengelola pendidikan anak usia dini.

Bandung, 22 Desember 2015


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas nikmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Haturkan terima kasih peneliti sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir studi di S-2 ini, yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu-persatu.

Secara khusus, peneliti menyampaikan salam hormat dan terima kasih kepada bapak dan ibu yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, koreksian kepada peneliti selama kegiatan perkuliahan juga proses penelitian berlangsung, penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bachrudin Musthafa, M.A., Ph.D, selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I. Kepada beliau peneliti sampaikan salam hormat dan terima kasih atas perkenan beliau membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.

2. Dr. H. M. Solehuddin, M. Pd selaku Pembimbing II. Kepada beliau penulis sampaikan salam hormat dan terima kasih atas perkenan beliau untuk membaca, mengoreksi dan memberikan masukan kepada peneliti dalam rangka penyelesaian penulisan tesis ini.

3. Direktur Sekolah Pascasarjana, Ketua Program Studi, para Dosen Program Pendidikan Dasar Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan seluruh civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Kepada mereka peneliti sampaikan salam hormat dan terima kasih.

4. Peneliti juga mengucapkan terim kasih dan do’a kepada orang tua tercinta, Ayahanda (Dr. Maizar Karim, M. Hum) dan Ibunda (Dra. Sukasni) yang telah mencurahkan kasih sayang serta membantu melancarkan studi ini baik secara materil maupun inmateril, kepada mertuaku Ayahanda (Rachmad, S.Pd) dan Ibunda (Euis Jubaidah S.Pd) serta Nenek (Uka) yang selalu tulus ikhlas mencurahkan kasih sayang dan do’a untukku. Serta adik-adik tercinta (Furqon Mazka, Fiona Mazka, Farouq Mazka, Mira


(7)

Mutiara S. Ikom dan Angga Megantara) yang telah mendukung serta perhatian yang diberikan.

5. Tidak lupa pula peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada suamiku (Rendy Wikrama Wardana M.Pd) tercinta, terkasih dan tersayang yang selalu setia mendampingiku dalam segala suasana, menjadi motivasi dan inspirasiku setiap saat.

6. Juga peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada para dosen, teman seperjuangan PENDAS konsentrasi PAUD kelas D khususnya ibu Ai Suherti, Siti Maryam dan lainnya yang selalu mendukung dan bersama-sama menjalani studi ini dengan suka dan duka. Kepada teman-teman tim tari dan sahabatku Lili, Dini dan Ecy yang nun jauh di Jambi, yang selalu memberi motivasi dan mereka yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan, teriring do’a jazaakumullah

khairan katsiran.

Kekhilafan, kekeliruan dan kesalahan pada tesis ini merupakan salah satu ciri bahwa peneliti adalah manusia biasa yang meskipun telah berusaha keras hasilnya tetap tidak akan sempurna. Oleh karena itu, kritik konstruktif akan peneliti terima dan menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan tesis ini. Mohon maaf apabila terdapat kekeliruan dalam tesis ini, semoga tesis ini bermanfaat untuk pribadi peneliti dan untuk pengembangan akademik pada sekolah Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Bandung, 22 Januari 2015


(8)

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Unit Kesadaran Fonologi ... 31

Table 3.1 Responden Anak ... 51

Table 3.2 Responden Guru ... 52

Table 3.3 Kisi-Kisi Observasi.... ... 54

Table 3.4 Kisi-Kisi Unjuk Kerja Anak... 55

Table 3.5 Kisi-Kisi Wawancara Orang Tua ... 56

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Wawancara Guru... ... 57

Tabel 4.1 Personil Sekolah ... . 62

Tabel 4.2 Jumlah Siswa di TK Lab. School UPI Bandung... . 62

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana TK Lab. School UPI Bandung... .. 63

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Unjuk Kerja Awal... 67

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Unjuk Kerja I Fonologi... 74

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Unjuk Kerja II Fonologi... 75

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Unjuk Kerja III Fonologi... 77

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Unjuk Kerja I Fonemik... 79

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Unjuk Kerja II Fonemik... 81


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Pemikiran Kesadaran Fonologi ... 11 Gambar 2.1 Perkembangan Kesadaran Fonologi ... 28 Gambar 4.1 Struktur Organisasi TK Lab. School UPI Bandung ... 64


(10)

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing LAMPIRAN 2 Surat Permohonan Izin Mengadakan Observasi LAMPIRAN 3 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian LAMPIRAN 4 Data Observasi Anak

LAMPIRAN 5 Data Unjuk Kerja Anak

LAMPIRAN 6 Data Wawancara Orang Tua Anak LAMPIRAN 7 Data Wawancara Guru


(11)

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

KAJIAN KESADARAN FONOLOGI ANAK

(Studi Deskriptif Kualitatif pada Anak-anak 5-6 tahun di TK Lab. School UPI Bandung)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk melihat kondisi nyata status kesadaran fonologi anak. Kesadaran fonologi adalah kemampuan anak dalam mendeteksi dan memanipulasi bunyi. Kesadaran fonologi terlihat ketika anak dapat mendeteksi level kata, suku kata dan onset-rime. Kesadaran fonemik merupakan bagian dari kesadaran fonologi tergambar ketika anak dapat memanipulasi bunyi seperti memisahkan, menggantikan, mengabungkan, membagikan dan menghilangkan bunyi pada kata. Penelitian ini juga ditujukan untuk melihat bagaimana kesadaran fonologi dan fonemik serta apa saja tindakan yang guru lakukan dalam upaya pengembangan kesadaran fonologi anak. Penelitian ini dilaksanakan di TK Lab. School UPI Bandung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode observasi anak, unjuk kerja anak, dan wawancara orang tua dan guru dengan menggunakan alat perekam handycame. Observasi dilakukan baik di dalam maupun luar kelas untuk melihat kesadaran fonologi anak yang didukung hasil unjuk kerja anak serta wawancara pada orang tua anak. Upaya guru dalam pengembangan kesadaran fonologi anak didapatkan melalui wawancara secara langsung beserta pengamatan secara langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesadaran fonologi anak yang lebih muncul adalah level irama/ lagu, kata dan suku kata. Sedangkan level onset-rime dan fonemik adalah kesadaran bunyi yang paling sulit dilakukan anak di TK Lab. School UPI Bandung. Ditemukan bahwa kesalahan kata yang dibunyikan anak bersifat fonologis atau sublexical. Pada suku kata, fonotaktik sangat mempengaruhi anak dalam memilah suku kata dan di TK ini anak baru bisa memilah tiga suku kata. Berdasarkan hasil penelitian, dibuat kesimpulan dan disampaikan saran kepada guru dan orang tua terkait dalam rangka memperbaiki dan memfasilitasi kegiatan yang berkaitan dengan kesadaran fonologi serta intervensi yang dapat diberikan. Kepada guru dan orang tua disarankan bersikap realistis dalam memandang berbagai kemampuan yang harus dikuasai anak dan hendaknya melakukan stimulasi dan optimalisasi terhadap potensi yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya dan memberikan layanan serta bimbingan yang dibutuhkan anak dalam melewati tahap-tahap periode sensitif yang dilaluinya dengan cara menggunakan berbagai aktivitas praakademik untuk mengembangkan kesadaran fonologi.


(12)

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

STUDY OF CHILD PHONOLOGICAL AWARENESS

(Qualitative Descriptive on Children 5-6 years in kindergarten Lab. School UPI Bandung)

ABSTRACT

This study was conducted to see the real condition of the status of children's phonological awareness. Phonological awareness is the ability to detect and manipulate the sound. Phonological awareness is seen when a child can detect the level of words, syllables and onset-rime. Phonemic awareness is part of phonological awareness is reflected when the child can manipulate the sound as isolation, subtitution, blending, segmentation and deletion the sound of the word. This study also aimed to see how the phonological and phonemic awareness as well as any action that teachers do in the development of child phonological awareness. The research was conducted in kindergarten Lab. School UPI Bandung. The approach used in this study is a qualitative approach using descriptive method. Data collection techniques in this research is the method of observation of the child, child's performance, and interviews of parents and teachers use recording devices handycame. Observations carried out both inside and outside the classroom to see the child phonological awareness supported by the results of performance and interview on the child's parents. The efforts of teachers in the development of child phonological awareness obtained through direct interviews and direct observations. The results showed that the status of the child phonological awareness that arises is the level of the rhythm, words and syllables. While the onset-rime level and phonemic awareness or sound is the most difficult for children at kindergarten. It was found that errors in words that sounded by child are sublexical phonological. In syllables, fonotaktik greatly affect children in sorting syllables and children can sort on three syllables. Based on the research results, conclusions are submitted suggestions to teachers and parents associated in order to improve and facilitate activities related to phonological awareness and interventions that can be given. To teachers and parents are advised to be realistic in view of the various capabilities that must be mastered child and should do stimulation and optimization of the potential of the child in accordance with the stages of development and provide services and guidance they need to go through stages of a sensitive period by way of using a variety of activities pre-academic to develop phonological awareness.


(13)

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 8

C. Objek Penelitian dan Penjelasan Istilah ... 11

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

E. Asumsi Penelitian ... . 13

BAB II KAJIAN TEORI KESADARAN FONOLOGI A. Perspektif Teori tentang Pemerolehan Bahasa Anak ... . 15

1. Teori Behaviorisme ... ... 15

2. Teori Perkembangan Bahasa Anak Chomsky... 17

3. Teori Perkembangan Kognitif Piaget... 18

4. Keuniversalan dalam Pemerolehan Leksikon... 20

5. Fase Perkembangan Bahasa Anak... 21

6. Bahasa Kepada Anak... 23

B. Perkembangan Kesadaran Fonologi pada Anak Usia Dini ... 24

C. Fonologi Bahasa Indonesia ... . 33

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Fonologi ... 34

E. Fitur Pedagogis dalam Pembelajaran Kesadaran Fonologi ... .. 40


(14)

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Kesadaran Fonologi terkait dengan Kesuksesan Membaca ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Prosedur Penelitian ... 48

B. Subjek Penelitian ... 49

C. Instrumen Pengumpulan Data ... 51

D. Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Sekolah TK Lab. School UPI Bandung... . 59

B. Hasil Penelitian... ... 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 99

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 113

B. Rekomendasi ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 117 LAMPIRAN - LAMPIRAN


(15)

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 60/ 2013 SISDIKNAS). Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Pada masa ini pula anak mengalami masa keemasan dan sensitif untuk menerima berbagai rangsangan.

Perkembangan keterampilan yang dimiliki anak semakin bertambah seiring dengan usianya yang disertai dengan pemberian stimulus kepada anak. Salah satu alternatif bagi para orang tua dalam membantu pengembangan potensi anaknya pada usia dini adalah dengan memasukkan anak ke Taman Kanak-kanak (TK) sebagai tempat pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak. Peletakan dasar pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut mencakupi perkembangan kognitif, fisik, bahasa, sosio-emosional yang sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (http://id.wikipedia.org/ wiki/pendidikan). Pendidikan TK merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang memiliki peran untuk mengembangkan kepribadian serta mempersiapkan anak memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

Salah satu bidang pengembangan dasar yang penting dikembangkan sejak dini adalah perkembangan bahasa. Kemampuan berbahasa anak merupakan hal penting karena dengan berbahasa anak akan mampu mengutarakan keinginannya dan dapat berkomunikasi dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang


(16)

2

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran, dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempunyai makna.

Kemampuan bahasa anak merupakan kemampuan yang sangat penting untuk distimulasi sejak dini, yaitu sejak usia prasekolah. Jika anak menggunakan bahasa, maka anak akan tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya dan menjadi manusia dewasa yang dapat berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat. Dengan menerapkan prinsip dan karakteristik anak usia dini, pembelajaran dapat mendorong anak berinteraksi dengan lingkungan, serta memperoleh pengetahuan dari kegiatan yang dilakukan melalui bermain.

Salah satu aspek perkembangan bahasa anak yang diterapkan di TK adalah proses belajar menuju kemampuan membaca. Belajar membaca di TK bukan berarti belajar dengan menggunakan lembar kerja. Namun belajar membaca yang diterapkan melalui belajar sambil bermain yang sesuai dengan karakteristik anak pada usia tersebut. Johnson & Medinus, 1974 (dalam Kurniawan, 2001) mengemukakan bahwa banyaknya stimulus informasi tentang membaca yang diberikan pada anak sebelum masuk sekolah lebih berpengaruh daripada pengaruh perkembangan aspek dan fungsi ontogenik. Salah satunya stimulus informasi tentang membaca adalah kesadaran fonologis pada anak.

Menurut Menn & Stoel-Gamon, 2005 (dalam Santrock, 2007, hlm. 353) kesadaran fonologi adalah sistem suara dari suatu bahasa, termasuk suara-suara yang digunakan dan bagaimana suara-suara tersebut dikombinasikan. Kesadaran fonologi merupakan kepekaan terhadap struktur bunyi bahasa. Ini menuntut kemampuan untuk mengalihkan perhatian seseorang terhadap bunyi dalam bahasa lisan. Ehri, dkk. 2000 (dalam Phillips, dkk. 2008) menyatakan kesadaran fonologi dalam konteks pembelajaran adalah kemampuan untuk mendeteksi dan memanipulasi struktur bunyi kata. Perkembangan lanjut dari kesadaran fonologi bertahap dari unit bunyi terbesar ke yang kecil, yaitu kata, suku kata, onset-rime, dan bunyi (Adam, dkk. 1990 dalam Phillips, dkk. 2008). Penjelasan ini juga diperkuat oleh Anthony & Francis, 2005 (dalam Mlachlan, 2013) bahwa perkembangan awal dari kesadaran fonologi adalah suku kata kemudian kesadaran


(17)

3

rime dan fonem. Jadi, bisa digarisbawahi bahwa perkembangan kesadaran fonologi anak mengikuti kesadaran kata, kesadaran suku kata, kesadaran onset (bunyi awal) & rime (bunyi akhir) dan kesadaran bunyi. Kesadaran fonemik adalah kemampuan seseorang untuk mendengar, memilah dan memanipulasi bunyi. Kesadaran fonemik mengacu pada pemahaman unit bunyi yang terkecil yang membentuk bahasa lisan. Kadang-kadang dua istilah kesadaran fonologi dan fonemik digunakan secara bergantian, tetapi secara umum kesadaran fonemik lebih sering digunakan dalam penelitian dan literatur lainnya.

Banyak kasus dan permasalahan yang terjadi di lapangan berkaitan dengan membaca khususnya disleksia. Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Dalam hal ini juga mempengaruhi kemampuan berbicara. Pada anak usia prasekolah, adanya riwayat disleksia ditandai dengan tidak terdengar bunyi dari suatu kata (kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan mengenal huruf). Disleksia juga bisa ditelusuri dari riwayat keluarga yang menderita disleksia. Seringkali orangtua dan guru tidak menyadari bahwa anak mengalami kesulitan membaca. Anak disleksia pasti akan terlambat berbicara, tidak bisa mengenal huruf di taman kanak-kanak, dan tidak bisa membaca saat sekolah dasar.

Berdasarkan teori terdapat dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca) (http://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan


(18)

4

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menghadapi kesulitan terbesar dalam membaca di kelas-kelas dasar adalah mereka yang mulai bersekolah dengan keterampilan verbal yang kurang, pemahaman fonologi yang kurang, pengetahuan abjad yang kurang, dan kurang memahami tujuan dasar dan mekanisme membaca. Studi lain menunjukkan bahwa kebanyakan anak yang mengalami disleksia mengalami kelemahan pada keterampilan fonologi (Marshall, 2001), padahal kesadaran fonologi merupakan prediktor terhadap kemampuan baca anak. Oleh karena itu, salah satu stimulus yang bisa diberikan kepada anak yang mengalami disleksia yaitu kesadaran fonologi.

Selama usia prasekolah, kebanyakan anak secara bertahap semakin sensitif terhadap bunyi, juga terhadap makna kata-kata yang didengarnya. Sensitivitas ini adalah apa yang kita sebut sebagai kesadaran fonologi. Mereka dapat mengenali sajak dan menikmati puisi atau lagu bersajak. Mereka menceraikan kata-kata yang panjang menjadi suku-suku kata atau bertepuk tangan sejumlah suku kata yang terdapat dalam sebuah frase. Walaupun anak-anak prasekolah yang lebih muda jarang memperhatikan segmen terkecil yang bermakna (fonem) dari sebuah kata, memperoleh kesadaran tentang adanya fonem ini merupakan aspek kesadaran fonologi yang lebih maju, yang menjadi semakin penting semakin anak mendekati usia sekolah. Lagu, permainan sajak, permainan bahasa dan sajak kanak-kanak merupakan cara terbaik untuk memupuk kesadaran fonologi pada usia prasekolah. Kegiatan-kegiatan ini juga mungkin akan sangat penting pada awal usia sekolah ketika anak sedang belajar prinsip alfabetik.Oleh karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan membaca anak yaitu memberikan pelatihan fonologi dan fonem kepada anak sebelum atau selama pengajaran membaca.

Kesadaran fonologi sangat terkait dengan keberhasilan membaca dan mengeja. Kesadaran fonologi tidak hanya mengartikan kata tetapi juga ruang lingkup bahasa lisan yang berhubungan dengan kemampuan berpikir bunyi dalam kata. Ini adalah pemahaman bentuk bahasa lisan yang terdiri dari kata, suku kata,


(19)

5

onset-rime dan bunyi. Kemampuan ini penting bagi penggunaan pengetahuan huruf dan bunyi secara efektif dalam membaca dan menulis. Faktanya, tingkat kesadaran fonologi anak di akhir taman kanak-kanak (TK) merupakan salah satu prediktor bagi kesuksesan membaca di masa depan, di kelas satu dan selanjutnya. Selaras dengan apa yang disampaikan Schattschneider, dkk. 2004 (dalam Santrock, 2011, hlm. 68) bahwa kesadaran fonologi, nama huruf dan pengetahuan bunyi, serta kecepatan penamaan di TK sangat terkait dengan kesuksesan membaca di kelas pertama dan ke dua. Banyak anak di TK mengembangkan kesadaran fonologi dengan baik. Beberapa terlihat untuk pengembangan kemampuan yang dilakukan melalui stimulasi lingkungan di kelas, sementara yang lain membutuhkan lebih banyak intruksi secara sadar dan sengaja untuk fokus pada kesadaran fonologi.

Banyak riset yang mendukung pandangan bahwa kesadaran fonemik dan pelatihan fonik awal merupakan kunci untuk keterampilan membaca (Booth, Perfetti & MacWhinney, 1999; Hatcher, Hulme & Ellis, 1994; Jeynes & Littell, 2000; Liberman & Liberman, 1990; National Reading Panel, 2000 dalam Papalia, 2008, hlm. 456). Hal ini sangat memperkuat bahwa anak dapat membaca ketika anak mengalami proses kesadaran fonologi sehingga mencapai kemampuan membaca. Jika dihubungkan dengan konsep dasar membaca, pernyataan dan temuan tersebut sangat relevan. Alsa, 1984 (dalam Kurniawan, 2001) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses asosiatif antara huruf dengan bunyi-bunyi yang mewakili huruf atau kata-kata tersebut yang terutama akan tampak bila diamati pada individu yang sedang belajar membaca dengan berusaha menciptakan auditory-image terhadap simbol-simbol tersebut.

Begitu pentingnya kesadaran fonologi bagi anak untuk kesuksesan membaca mereka. Namun, di Indonesia penelitian tentang kesadaran fonologi pada anak masih jarang dilakukan. Sebaliknya, peneliti di luar negeri banyak mengkaji tentang aktivitas atau menggali kesadaran fonologi anak. Banyak yang berpendapat bahwa struktur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris berbeda.

Misalkan kalimat “Saya makan kemarin”. Kalimat ini bisa digantikan dengan


(20)

6

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yesterday”. Pada contoh kalimat bahasa Inggris menunjukkan jika berbeda waktu maka berbeda pula tatanan kata kerja-nya. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang struktur kata-nya lebih sederhana dibandingkan bahasa Inggris. Oleh karena rumitnya struktur bahasa Inggris tersebut, maka kesadaran fonologi sangatlah penting bagi mereka yang mempelajari bahasa Inggris. Sedangkan di Indonesia struktur bahasa-nya lebih sederhana, sehingga tidak banyak peneliti memunculkan aspek kesadaran fonologi khususnya pada anak-anak di TK. Padahal jika anak sadar akan fonologi dan tergali aktivitasnya maka akan lebih memudahkan anak dalam membaca.

Teori yang terdapat dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), Copple & Bredekamp (2009) menjelaskan bahwa perkembangan kesadaran fonologi anak muncul ketika anak berusia 3-4 tahun (preschooler). Kesadaran yang muncul awal adalah level kesadaran fonologi (phonological awareness) yaitu unit yang terbesar ke unit yang paling kecil. Anak mengenal irama, aliterasi, suku kata, onset (bunyi awal yang sama) & rime (bunyi akhir yang sama) dan bunyi. Selanjutnya 5-6 tahun (kindergarden) berlanjut berkembang kepada kesadaran fonemik (phonemic awareness) yang merupakan kemampuan untuk memanipulasi unit bunyi terkecil dari kata-kata lisan. Misalnya, anak dapat membagikan kata /ayah/ yang terdiri dari bunyi /a-y-a-h/), anak dapat menggantikan bunyi /a/ menjadi /u/ pada kata /bola/ sehingga terbentuk /bolu/, anak dapat menggabungkan masing-masing bunyi seperti /b-u-k-u/ terbentuklah kata /buku/, anak dapat menghilangkan bunyi /s/ pada kata /sapi/ sehingga terbentuk kata /api/ dan lain-lain.

Kesadaran fonologi anak akan lebih baik jika didukung berbagai aktivitas bahasa. Anak-anak mempunyai kecenderungan yang natural untuk bermain dan mengoptimalkan waktu agar dapat membantu perkembangan dan memperluas eksplorasi mereka. Guru di kelas secara sengaja harus dapat membentuk lingkungan yang kaya akan fonologi sama halnya dengan pemberian lingkungan yang kaya akan cetak (Torgessen & Mathes, 1998 dalam Yopp & Yopp, 2009). Anak-anak belajar tentang sesuatu yang baru dan ketika mereka melihat hal


(21)

7

tersebut mereka gunakan ke berbagai konteks dan berbagai tujuan. Selain itu, anak mendapat manfaat dari lingkungan yang kaya akan bunyi bahasa, seperti bernyanyi, mendengarkan cerita dari buku, bermain kata, membaca sajak yang fokus pada manipulasi bunyi dan lain-lain. Beberapa aktivitas bahasa di atas, dapat mengembangkan kesadaran fonologi baik kata, suku kata, onset-rime dan bunyi. Guru dapat mendorong anak dalam berbagai aktivitas untuk mendapatkan target yang berbeda level pada kesadaran fonologi, merencanakan pengalaman yang dapat meningkatkan target dari unit bunyi terbesar ke yang paling kecil, dan menciptakan bunyi pada tipe yang dimanipulasi.

Berdasarkan pernyataan di atas, kesadaran fonologis perlu bagi anak-anak khususnya anak usia dini sebagai landasan bagi mereka ketika menyambut tugas belajar membaca permulaan pada awal pendidikan dasar. Khususnya dari level unit bunyi terbesar ke yang paling kecil yaitu kata, suku kata, onset-rime, dan bunyi yang dimanipulasi. Beberapa level tersebut bisa diimplementasikan melalui aktivitas bahasa yang diberikan guru seperti: membaca buku bersama, bermain kata, lagu, syair, dan lain-lain. Namun, dalam penelitian ini instrumen kesadaran fonologis yaitu pada level kata, suku kata, dan onset-rime. Sedangkan bunyi atau kesadaran fonemik yaitu pada komponen memisahkan (isolation), menggantikan (subtitution), menggabungkan (blending), membagikan (segmentation) dan menghilangkan (deletion).

TK Lab. School UPI Bandung merupakan TK yang memiliki visi untuk mengembangkan anak menjadi individu yang berkualitas dan memiliki keunggulan kognitif, bahasa, sosial, emosional, berkepribadian, kreatif, mandiri serta berakhlak mulia. Salah satu aspek yang dikembangkan pada anak yaitu bahasa merupakan cikal bakal anak untuk dapat bisa menerima bahasa dan mengungkapkan bahasa. Di TK Lab. School UPI ini, kesadaran fonologi atau yang didefinisikan sebagai kesadaran bunyi merupakan salah satu aspek yang dikembangkan pada anak untuk kesiapan anak belajar membaca. Salah satu kesadaran fonologi yang biasa dilakukan di TK Lab. School ini adalah anak mengikuti irama lagu, anak memilah suku kata, anak mengucapkan kalimat dan kata, di mana sering dilaksanakan pada awal pembelajaran di kelas. Ruang


(22)

8

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lingkup kesadaran fonologi memang ada di TK Lab. School UPI Bandung. Namun belum dapat terdeteksi secara jelas. Sehinggga ketika ada sesuatu hal yang masih membutuhkan penanganan secara khusus maka akan mendapatkan umpan balik atau intervensi lebih lanjut. Begitu juga kelemahan bahwa masih banyak guru yang tidak mengetahui apa itu kesadaran fonologi dan pentingnya kesadaran fonologi. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan di atas dapat maka peneliti tertarik untuk meneliti kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI sehingga dapat dirumuskan judul penelitian yang akan diambil yaitu “Kajian Kesadaran Fonologi Anak di TK Lab. School UPI Bandung”.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Permasalahan pokok yang menjadi fokus utama penelitian ini adalah status kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI. Kesadaran fonologi pada dasarnya mengkaji dua paparan, yakni pada level dan komponen kesadaran fonemik itu sendiri (Yopp & Yopp, 2009).

Level kesadaran fonologi anak terdiri dari kata, suku kata, onset-rime dan bunyi. 1) kata yaitu kumpulan bunyi ujaran atau huruf yang mengandung satu arti yang jelas. Misalkan, kumpulan bunyi dari huruf /r-u-m-a-h/ = /rumah/, 2) suku kata adalah penggalan-penggalan bunyi dari kata dalam satu ketukan atau satu hembusan nafas. Kata /rumah/ akan diucapkan /ru-mah/, kata /berenang/ akan diucapkan /bə-rə-naŋ/, 3) onset-rime, onset yaitu bunyi konsonan yang mendahului vokal dalam suku kata (bunyi yang awalan-nya sama) sedangkan rime yaitu bunyi yang terdiri dari vokal dan beberapa bunyi yang mengikuti suku kata (bunyi yang akhiran-nya sama). Misalkan, terdapat tiga kata: /rusa/, /lima/ dan /rabu/ dari kata tersebut anak diminta untuk menentukan kata apa yang awalan bunyinya sama. Selanjutnya ada tiga kata: /pantai, /pisau/ dan /hijau/, anak diminta untuk menentukan kata yang akhiran bunyi-nya sama, 4) bunyi, yaitu memanipulasi masing-masing bunyi pada kata. Bunyi (fonem) atau kesadaran fonemik adalah level terkecil dari kesadaran fonologi.


(23)

9

Pada komponen kesadaran fonemik atau bunyi terdiri dari lima komponen, yakni 1) memisahkan (isolation), yaitu kemampuan anak memisahkan bunyi baik di awal dan di akhir kata. Misalkan, guru meminta anak untuk mengucapkan bunyi awal atau akhir pada kata /bebe?/, kemudian guru meminta menebak bunyi awal yang anak dengar yaitu /b/, 2) menggantikan (subtitution), yaitu kemampuan anak membuat kata baru dengan menggantikan bunyi di awal atau akhir kata (misalkan, kata /manis/, bunyi /s/ diganti /k/ menjadi /manik/), 3) menggabungkan (blending), yaitu kemampuan anak menggabungkan bunyi (misalkan, guru mengucapkan masing-masing bunyi pada kata /m-a-t-a/ dan anak merespon dengan mengucapkan /mata/, 5) membagikan (segmentation), yaitu kemampuan anak membagikan masing-masing bunyi pada kata (misalkan, kata /gəlas/ disegmentasikan menjadi /g-e-l-a-s/, 6) menghilangkan (deletion), yaitu kemampuan anak membuat kata baru dengan menghilangkan bunyi awal atau akhir dari kata (misalkan, guru mengucapkan kata /ibu/ kemudian anak mengulangi dan anak diberi petunjuk untuk mengulang kata tanpa bunyi /i/ yaitu /bu/ contoh lain yaitu guru meminta anak mengucapkan /sapi/ tanpa /s/. Setelah itu anak akan merespon dengan /api/).

Dengan memperhatikan level dan komponen tersebut, maka model pemikiran dapat dilukiskan sebagai berikut:


(24)

10

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 1.1 Model Pemikiran Kesadaran Fonologi Anak

Pada gambar di atas, kesadaran fonologi memiliki tingkatan level yakni kata, suku kata, onset-rime dan bunyi. Kemampuan untuk memanipulasi bunyi terdapat lima komponen yaitu memisahkan, menggantikan, menggabungkan, membagikan dan menghilangkan.

Level dan komponen merupakan gambaran umum dari kesadaran fonologi. Namun, tidak semua anak mampu pada semua level dan komponen ini. Komponen kesadaran fonemik, merupakan tugas yang paling sulit dilakukan di tingkat Taman Kanak-Kanak. Rata-rata anak-anak di Indonesia lebih memunculkan level kesadaran fonologi khususnya pada level suku kata yang paling menonjol (Winskel & Widjaja, 2007). Kesadaran fonologi di TK Lab School UPI Bandung, akan menjadi gambaran aktual yang dapat diketahui setelah diperolehnya data konkrit tentang hal tersebut dari lapangan.

Berangkat dari penjelasan di atas, maka permasalahan yang dapat dimunculkan adalah: “Bagaimanakah status kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI Bandung?

Dari rumusan masalah, dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

kata

suku kata

onset-rime

bunyi (fonem)/ kesadaran fenemik

Memisahkan Menggantikan Menggabungkan Membagikan Menghilangkan Komponen


(25)

11

1. Bagaimanakah kesadaran fonologi anak pada level kata, suku kata dan onset-rime di TK Lab. School UPI Bandung?

2. Bagaimanakah kesadaran fonemik anak pada komponen memisahkan, menggantikan, menggabungkan, membagikan dan menghilangkan bunyi di TK Lab. School UPI Bandung?

3. Apakah tindakan yang dilakukan guru dalam upaya pengembangan kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI Bandung?

Sesuai dengan sasarannya, jawaban terhadap pertanyaan penelitian pertama, kedua dan ketiga akan dirumuskan berdasarkan pendekatan empiris, yakni dengan cara mengidentifikasi (pengamatan) kesadaran fonologi anak pada level dan komponen kesadaran fonemik, unjuk kerja yang akan diberikan pada anak sesuai dengan kemampuan mereka, dan wawancara orang tua masing-masing anak, yang mana secara nyata ada di lapangan beserta referensi lain yang relevan.

Pertanyaan penelitian ketiga menuntut jawaban yang didasarkan pendekatan yang sama dengan pertanyaan penelitian pertama dan ke dua, yaitu empiris. Di mana mengidentifikasi secara langsung tindakan yang guru lakukan serta wawancara guru terhadap upaya pengembangan kesadaran fonologi anak di lingkungan sekolah beserta referensi lain yang relevan.

Fokus permasalahan yang dirumuskan dalam tiga pertanyaan penelitian di atas terbatas pada level dan komponen kesadaran fonologi anak. Jadi, garapan pokok penelitian ini mengacu pada level kesadaran fonologi kata, suku kata, onset-rime dan komponen kesadaran fonemik atau bunyi yaitu, memisahkan, menggantikan, menggabungkan, membagikan dan menghilangkan. Serta tindakan yang guru lakukan dalam upaya pengembangan kesadaran fonologi anak.

C. Objek Penelitian dan Penjelasan Istilah

Objek penelitian ini adalah kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI Bandung. Istilah kesadaran fonologi adalah sensivitas terhadap struktur bunyi. Istilah kesadaran fonologi yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendeteksi dan memanipulasi struktur


(26)

12

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bunyi dalam kata. Kemampuan untuk mendeteksi kata, suku kata, onset-rime, dan bunyi. Level dalam penelitian ini dibatasi pada kata, suku kata dan onset-rime.

Selain kesadaran fonologi, ada pula istilah lain yang kesadaran fonemik yaitu, unit terkecil dari bunyi. Dalam penelitian ini mengacu pada kemampuan memanipulasi bunyi pada kata. Kesadaran fonemik adalah level akhir dari kesadaran fonologi. Kesadaran fonemik, fonem/bunyi terdiri dari lima komponen,

yaitu memisahkan, menggantikan, menggabungkan, membagikan dan

menghilangkan. Rincian lebih lanjut tentang kesadaran fonologi baik level maupun komponen yang terkandung dalam pengertian istilah-istilah tersebut disajikan pada uraian tentang instrumen penelitian.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk menggarap dua kegiatan pokok, yakni mendeskripsikan kesadaran fonologi anak pada level dan komponen kesadaran fonologi, serta menjelaskan tentang tindakan yang guru lakukan dalam upaya pengembangan kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI Bandung. Dengan menggarap dua kegiatan pokok tersebut, dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh hal-hal berikut:

1. Deskripsi secara empiris level kesadaran fonologi anak 2. Deskripsi secara empiris komponen kesadaran fonemik anak

3. Deskripsi tindakan yang guru lakukan dalam upaya pengembangan kesadaran fonologi anak.

Tiga hasil penelitian tersebut diharapkan dapat diketahui status kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI Bandung yang tergambar pada level dan komponen kesadaran fonologi anak serta gambaran tindakan yang guru berikan dalam upaya pengembangan kesadaran fonologi anak. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar atau bahan pertimbangan guru bahwa kesadaran fonologi anak merupakan salah satu aspek yang penting anak belajar membaca sehingga guru bisa mencantumkan aktivitas kesadaran fonologi dalam pembelajaran anak.


(27)

13

Hasil penelitian ini memiliki nilai manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini memberikan masukan bagi teori perkembangan bahasa anak khususnya pada tataran fonologi anak. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat berguna baik bagi guru maupun orang tua. Bagi guru dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan agar dapat mengidentifikasi dan memahami kesadaran fonologi anak, guru dapat melakukan berbagai macam aktivitas bahasa yang dapat mengembangkan kesadaran fonologi sehingga guru dapat lebih mengoptimalkan kesadaran fonologi anak dalam upaya anak menjadi melek huruf (literasi) khususnya proses menuju kesiapan anak dalam menyambut tugas belajar membaca ketika anak memasuki sekolah dasar. Bagi orang tua, hasil penelitian ini bisa memberikan pemahaman dan informasi kepada orang tua bahwa kesadaran fonologi memiliki peran penting bagi tingkat keaksaraan anak sehingga orang tua akan tahu pentingnya kesadaran fonologi maka orang tua bisa melakukan stimulasi dengan menyediakan aktivitas bahasa yang kaya akan fonologi.

E. Asumsi Penelitian

Beberapa pemikiran yang melandasi pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kesadaran fonologi adalah salah satu dari beberapa kunci cikal bakal kemampuan literasi yang sederhana yang berkembang selama periode pra-sekolah. Para pendidik menyadari bahwa mereka memainkan peran kunci

dalam mempromosikan kesadaran fonologi. Mereka tahu bahwa

perkembangan ini akan memberikan kontribusi untuk kesuksesan mulainya anak menjadi melek huruf (literasi) khususnya proses menuju kemampuan belajar membaca dan layak untuk mendapatkan perhatian yang bijaksana dan lebih hati-hati. Oleh karena itu, kesadaran fonologi sangatlah penting bagi anak, di mana dengan kesadaraan fonologi, anak dapat menuju kesuksesan dalam belajar membaca. Selama tahun-tahun prasekolah, sebagian besar anak mulai menjadi sensitif terhadap bunyi kata yang diucapkan dan menjadi


(28)

14

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

semakin mampu memproduksi semua bunyi dari bahasa mereka (National Research Council, 1999 dalam Santrock, 2007, hlm. 360).

2. Perkembangan kesadaran fonologi muncul pada peningkatan dari karakteristik fonologi secara global dari kata untuk menunjukkan segmen terkecil dari level suku kata, onset-rime dan level bunyi atau fonem (Gosmawi, dkk. 1999 dalam Widjaja & Winskle, 2005). Suku kata mengacu pada kemampuan yang dapat mensegmentasikan kata menjadi suku kata. Kesadaran onset-rime, merupakan kemampuan mendeteksi bahwa suku kata dapat dibagi menjadi onset yaitu, bunyi konsonan yang mendahului vokal dalam suku kata (bunyi awal yang sama) sedangkan rime, bunyi yang terdiri dari vokal dan beberapa bunyi yang mengikuti suku kata (bunyi akhir yang sama). Selanjutnya, kesadaran bunyi/fonem yang merupakan unit terkecil dari kata.

3. Anak-anak yang telah mengembangkan kesadaran fonologi dengan baik yaitu ketika anak datang ke sekolah lebih awal peka terhadap bunyi dan huruf yang dicetak. Seperti yang dikutip oleh Berko Gleasin, 2003 (dalam Santrock, 2011, hlm. 216), ketika mereka masuk sekolah, anak-anak memperoleh keahlian baru yang membuat mereka dapat belajar menulis dan membaca termasuk meningkatnya penggunaan bahasa untuk berbicara mengenai hal-hal yang tidak tampak secara fisik, belajar mengenai kata, serta belajar untuk mengenali dan berbicara mengenai bunyi.

4. Johnson & Medinus, 1974 (dalam Kurniawan, 2001) mengemukakan bahwa banyaknya stimulus informasi tentang membaca yang diberikan pada anak sebelum masuk sekolah lebih berpengaruh daripada pengaruh perkembangan aspek atau fungsi ontogenik. Salah satu stimulus informasi tentang membaca adalah kesadaran fonologis pada anak-anak. Hal ini terlihat pada aktivitas pelatihan fonologi yang dilakukan di taman kanak-kanak, di mana anak terlibat secara langsung dalam proses belajar bunyi, anak terlibat secara langsung dalam permainan bunyi pada lagu, puisi, dan lain-lain. Seperti halnya, salah satu kurikulum kesadaran fonemik bagi 280 anak pra sekolah


(29)

15

dari keluarga berpenghasilan rendah dikombinasikan dengan teknik pengajaran bacaan dialogis. Program ini menghasilkan kemajuan dalam literasi yang dipertahankan anak tersebut sampai akhir masa taman kanak-kanak (Whitehurst, dkk. 1999 dalam Papalia, 2008, hlm. 346).

5. Whitehurst & Lonigan 1998; Lonigan, dkk. 2000 (dalam Papalia, 2008, hlm. 346) menjelaskan bahwa keterampilan pra-membaca mencakup keterampilan bahasa umum dan khusus. Keterampilan umum seperti kosa kata, sintaksis, struktur naratif dan pemahaman bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi sedangkan keterampilan khusus seperti kesadaran fonetik yang terdiri dari berbagai suara dan hubungan fonem-grafem serta kemampuan untuk menghubungan suara dengan huruf yang dimaksud atau kepada serangkaian huruf. Seiring dengan keterampilan tersebut maka anak dapat mengekspresikan ide, pemikiran dan perasaan. Namun, anak pra-sekolah belajar menggunakan huruf, angka dan bentuk mirip huruf yang mempresentasikan kata, suku kata dan fonem.


(30)

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kesadaran fonologi dan fonemik anak di TK Lab. School UPI Bandung serta tindakan yang guru lakukan dalam upaya pengembangan kesadaran fonologi anak yang terdapat di lapangan. Berdasarkan tiga indikasi tersebut serta referensi lain yang sejalan, selanjutnya dirumuskan suatu rumusan tentang kajian kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Deskriptif dimaksudkan menggambarkan fakta-fakta atau fenomena-fenomena empiris. Penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan hal yang saat ini terjadi. Strauss & Corbin, 2007, hlm. 4 (dalam Putra & Dwi Lestari, 2012, hlm. 66), menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.

Pelaksanaan penelitian dilakukan tiga tahap yakni persiapan, pengumpulan data dan pelaporan. Tahap persiapan mencakup kegiatan-kegiatan: (1) studi literatur, serta (2) pengembangan instrumen. Kedua tahap ini dirancang secara tertulis pada proposal penelitian. Mengembangkan instrumen dengan menyusun instrumen selanjutnya instrument tersebut divalidasi langsung oleh pembimbing kemudian direvisi dan diuji cobakan.

Selanjutnya yaitu tahap pengumpulan data. Sesuai dengan jenis dan responden penelitian, pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan menempuh dua tahap kegiatan. Tahap pertama (April 2014) pada bulan April ini peneliti mengumpulkan data awal melalui observasi awal di TK Lab. School, di kelas TK A dengan jumlah anak 10 yang terdiri dari delapan laki-laki dan dua perempuan berumur 5-6 tahun. Selain observasi dikelas peneliti juga mengumpulkan data berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru di TK Lab. School UPI, mengenai TK Lab. School UPI. Namun, berjalannya waktu karena


(31)

49

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kondisi waktu agar peneliti dapat mengambil data dengan waktu yang cukup lama dan tidak terburu-buru, maka peneliti meneliti di kelas B dengan jumlah anak 22, (7 laki-laki dan 15 perempuan), mayoritas berumur 5-6 tahun. Selanjutnya yaitu memberikan unjuk kerja awal pada anak di kelas B. Pada tahap ini dilakukan pada tanggal 28 April-8Mei 2014. Diskusi juga dilakukan dengan guru sehingga peneliti dapat diberi penjelasan tentang komentar-komentar guru khususnya berkenaan dengan komentar tambahan yang tidak dimuat secara tertulis. Unjuk kerja awal bertujuan untuk menyeleksi subjek mana yang akan dijadikan penelitian. Setelah mendapatkan subjek yang akan diteliti dari hasil unjuk kerja anak maka akan mengacu kepada tahap kedua, yaitu tahapan penelitian di mana peneliti bisa terjun langsung untuk melakukan penelitian dengan pengumpulan data observasi lapangan, unjuk kerja anak, wawancara guru dan orang tua melalui audio rekaman. Pengumpulan ini dilakukan pada bulan Mei 2014 sampai data yang didapat terpenuhi yaitu pada akhir Agustus 2014. Pengumpulan data ini diambil ketika anak berada di kelas TK A dan berlanjut ketika anak memasuki TK B dengan anak yang sama.

Selanjutnya tahap pelaporan hasil penelitian yang mencakup dua aktivitas utama, yakni analisis data dan penulisan akhir. Tahap pelaporan ini agak tersendat-sendat pelaksanaannya sesuai dengan kondisi dan kemampuan peneliti sehingga menghabiskan waktu yang cukup lama.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan tiga responden, yakni anak-anak di TK B Lab. School UPI Bandung. Jumlah anak di TK A yaitu 22 anak yang terdiri dari 15 perempuan dan 7 laki-laki. Responden anak mempunyai karaketristik anak yang relatif sama seperti rentang usia yang sama yaitu rata-rata 5-6 tahun. Responden anak adalah beberapa anak TK A di Lab. School UPI Bandung yang mempunyai tingkat kesadaran fonologi yang cukup baik dan banyak mendapatkan stimulus untuk berkomunikasi, serta yang kaya akan bunyi-bunyian. Dari jumlah anak 22 tersebut ada dua orang anak yang tidak sekolah lagi dan sakit, dan empat anak


(32)

50

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang jarang sekolah sehingga peneliti merasa kesulitan untuk mendapatkan data. Dengan memperhatikan masukan dari guru kelas dan hasil unjuk kerja awal anak, akhirnya teridentifikasi 16 anak yang dianggap mewakili mampu dalam kesadaran fonologi. Responden anak yang dimaksud adalah anak TK A Lab. School UPI Bandung:

Tabel 3.1 Responden Anak

No Nama Kode No Nama Kode

1 AP 9 HZ

2 CC 10 NN*

3 EC 11 NL

4 DM 12 SL

5 FL 13 AG*

6 KN 14 YS*

7 LY 15 AL

8 RJ 16 RN*

Jumlah 16

Catatan: * pada masing-masing responden ada empat anak yang pindah ketika naik di kelas A

Berdasarkan tabel di atas tampak meskipun responden yang memungkinkan untuk dijadikan subjek penelitian hanya 16 anak (72,72%) kalau dilihat dari segi jumlah anak-anak tersebut tampak cukup mewakili. Responden berikut yaitu guru di kelas TK A yang terdiri dari tiga guru, dengan kode yaitu GR-1, GR-2, dan GR-3. Masing-masing guru tersebut terdiri dari guru inti, guru media, dan guru yang membantu. Guru inti yaitu GR-1, yang memegang kelas A bertugas untuk mengajar anak di kelas. GR-1 adalah sosok guru yang sangat ideal menjadi guru TK yang mempunyai pengalaman yang cukup lama selama tujuh tahun di TK Lab. School ini, di mana berlatar pendidikan S-1 PAUD UPI Bandung. Berikutnya dengan kode GR-2 adalah guru media di mana menyiapkan


(33)

51

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

media-media yang diperlukan anak untuk pembelajaran walaupun dari segi umur cukup tua namun semangat untuk dedikasinya ke anak-anak masih bisa diacung jempol. GR-2 berlatarkan pendidikan psikologi dan telah mempunyai pengalaman yang sangat lama 20 tahun menjadi guru TK. Berikutnya yaitu GR-3 yaitu guru yang baru mengajar sekitar sembilan bulan. GR-3 adalah sosok yang ingin belajar walaupun sedikit pemalu namun sangat baik untuk diajak kerja sama. Latar belakang pendidikan bunda GR-3 yaitu S-1 PAUD UPI Bandung. Berikut responden yang tertera pada tabel:

Tabel. 3.2 Responden Guru

No. Nama Kode Guru

1 GR 1

2 GR 2*

3 GR 3

Jumlah 3 orang

Catatan: * pada masing-masing responden terdapat satu guru yang tidak dapat diwawancarai.

Responden berikutnya yaitu orang tua dari masing-masing anak. Masing-masing orang tua mempunyai latar belakang pendidikan, ekonomi, status sosial yang bervariasi. Oleh karena itu, orang tua merupakan responden pendukung dalam penelitian ini.

C. Instrument Pengumpul Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan naturalistik untuk menggali dan mendeskripsikan kesadaran fonologi anak. Berdasarkan karakteristik paradigma kualitatif dan pendekatan naturalistik maka peneliti menjadi instrumen utama dalam penelitian ini. Sebagai instrumen pendukung digunakan unjuk kerja, observasi, audio rekaman dan wawancara.


(34)

52

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sesuai dengan keadaan responden yang ada, karena responden adalah anak TK maka anak tidak bisa diberi tes karena tes digunakan untuk tingkat sekolah dasar. Maka dalam hal ini peneliti menggunakan kata unjuk kerja untuk responden anak. Unjuk kerja adalah penilaian yang menuntut anak didik untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat diamati, misalkan menyanyi, memperagakan sesuatu. Dalam penelitian ini unjuk kerja yang dilakukan berbentuk penugasan anak untuk mendeteksi dan memanipulasi kata (Wahyudin & Agustin, 2010, hlm. 78). Dalam unjuk kerja ini yang menugaskannya adalah guru. Selanjutnya peneliti menggunakan lembar observasi anak dan guru sebagai alat dan teknik pengumpul data. Berikutnya yaitu wawancara dengan guru dan orang tua anak. Unjuk kerja, observasi dan wawancara dibantu dengan menggunakan alat perekam handy-came. Dengan kata lain, pengumpulan data untuk kepentingan penelitian ini dilakukan dengan cara self-report.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan peneliti agar dapat mengetahui perubahan yang terjadi pada anak dalam satu waktu tertentu. Teknik ini dilakukan dengan hanya mengamati dan tidak melakukan percakapan atau wawancara dengan anak yang sedang di amati. Proses pengamatan yang dilakukan agar lebih terarah harus menggunakan pedoman observasi berupa instrumen penelitian. Observasi pertama yaitu untuk pengamatan pada anak, memuat aspek-aspek berikut: (1) level kesadaran fonologi anak pada kata, suku kata, onset-rime dan bunyi dalam hal ini mengacu pada (2) komponen kesadaran fonemik yaitu memisahkan, menggantikan, menggabungkan, membagikan, dan menghilangkan bunyi. Terhadap level kesadaran fonologi ini beserta rincian yang bisa dilakukan anak mencakup pada, anak bisa mulai dari tahapan mengenal, selanjutnya anak bisa menghasilkan bunyian, dan tahap yang paling tinggi anak dapat mengidentifikasi. Sedangkan terhadap komponen kesadaran fonemik ini beserta rincian yang bisa dilakukan anak mencakup pada bagaimana anak bisa memanipulasi dalam memisahkan, menggantikan, menggabungkan, membagikan, dan menghilangkan bunyi kata. Berikut lampiran instrumen observasi anak.


(35)

53

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel. 3.3

Kisi-Kisi Observasi Anak

Variabel penelitian Indikator Deskripsi Total

item No. item

Kesadaran fonologi Irama lagu Mengenal irama lagu 1 1

Mengikuti irama lagu 1 2

Memnghasilkan kata yang berirama 1 3

Kata Membunyikan kata dalam kalimat 1 4

Mendeteksi bunyi awal, tengah dan akhir kata

1 5

Suku Kata Membagi suku kata 2 6-7

Menghitung junlah suku kata 1 8

onset-rime Mendeteksi bunyi awal yang sama 1 9

Mendeteksi bunyi akhir yang sama 1 10

Kesadaran fonemik Memisahkan Memisahkan bunyi 1 11

Menggantikan Menggantikan bunyi 1 12

Mencampur Menggabungkan bunyi 1 13

Membagikan Membagikan bunyi 1 14

Menghilangkan Menghilangkan bunyi 1 15

Instrumen observasi di atas dikembangkan dengan menempuh lima tahap. Pertama, menelaah referensi-referensi yang ada dan berkaitan dengan materi yang akan dimuat dalam observasi. Kedua, berdasarkan referensi-referensi yang ditelaah kemudian merumuskan konstruk observasi dan mewujudkannya dalam bentuk kisi-kisi instrumen. Ketiga, mendiskusikan kisi-kisi angket dengan dua orang dosen pembimbing. Keempat, menulis item-item pernyataan observasi berdasarkan kisi-kisi tersebut. Kelima, memperbanyak lembar observasi sesuai dengan kebutuhan pengamatan.

Instrumen pengumpulan data selanjutnya yaitu pengamatan unjuk kerja. Unjuk kerja ini terdiri dari tiga kali penugasan yang diberikan pada anak. Unjuk


(36)

54

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kerja adalah penilaian yang menuntut anak untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat diamati, misalnya praktek menyanyi, membunyikan huruf dalam kata, memperagakan sesuatu. Selama kegiatan tersebut direkam menggunakan alat perekam (Handycam). Selanjutnya, semua rekaman tersebut dibuatkan transkrip rekaman. Unjuk kerja terdiri dari sembilan (empat level dan lima komponen). Unjuk kerja tersebut mengacu pada indikator penelitian yaitu level kesadaran fonologi pada kata, suku kata, onset-rime dan lima komponen kesadaran fonemik. Unjuk kerja tersebut masing-masing mempunyai tujuan dan aturan yang berlaku dan unjuk kerja yang diberikan berbentuk kata-kata yang dikumpulkan yang disesuaikan dengan indikator dari kesadaran fonologi. Dari kedua instrumen observasi dan unjuk kerja tersebut bersamaan menggunakan handycam untuk merekam perjalanan kesadaran fonologi anak. Berikut tabel kisi-kisi unjuk kerja anak:

Tabel. 3.4

Kisi-Kisi Pengamatan Unjuk Kerja Anak

Berdasarkan data observasi dan pengamatan unjuk kerja anak tentang kesadaran fonologi maka dibantu dengan data pendukung yaitu lembar wawancara orang tua anak di mana terdiri dari empat bagian yaitu informasi tentang anak dan orang tua, informasi tentang penglihatan serta pendengaran anak, komunikasi anak dan orang tua, tanggapan tentang kualitas hubungan interaksi orang tua dan

Variabel penelitian Indikator Deskripsi Total

item

Pelaksanaan

Kesadaran fonologi Kata Mengenal sajak 1 @ 3

Suku kata Membagi suku kata 1 @ 3

Onset-rime Mendeteksi onset 1 @ 3

Mendeteksi rime 1 @ 3

Kesadaran fonemik Memisahkan Memisahkan bunyi 1 @ 3

Menggantikan Menggantikan bunyi 1 @ 3

Mencampur Menggabungkan bunyi 1 @ 3

Membagikan Membagikan bunyi 1 @ 3

Menghilangkan Menghilangkan bunyi 1 @ 3


(37)

55

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

anak khususnya berkaitan dengan aktivitas kesadaran fonologi, ketersediaan fasilitas yang mendukung pengembangan kesadaran fonologi anak, tanggapan orang tua terhadap anak dan guru. Berikut tabel pedoman wawancara orang tua anak:

Tabel. 3.5

Pedoman Wawancara Orang Tua Anak

Informasi tentang orang tua dan anak

a. Latar belakang pendidikan orang tua

b. Anggota keluarga yang mengalami keterhambatan dalam penglihatan dan pendengaran

Informasi tentang penglihatan serta pendengaran anak a. Status penglihatan dan pendenganran anak

b. Penyebab anak mengalami kurangnya penglihatan dan pendengaran Komunikasi anak dan orang tua

a. Bahasa yang digunakan anak di rumah

b. Bahasa yang digunakan dengan ayah, ibu dan saudara kandung

Tanggapan mengenai kualitas hubungan interaksi orang tua dengan anak khususnya yang berkaitan dengan aktivitas kesadaran fonologi

a. Keluarga yang paling dekat dengan anak b. Waktu orang tua bersama anak di rumah c. Intensitas belajar bersama anak

d. Kegiatan yang biasa dilakukan bersama anak e. Pengamatan orang tua terhadap fonologi anak di TK f. Alokasi waktu untuk membacakan buku ke anak g. Pendapat orang tua tentang anak mengenai membaca

Ketersediaan fasilitas yang mendukung untuk pengembangan kemampuan kesadaran fonologi anak

a. Jumlah buku (cerita anak) yang dimiliki dan Sajak b. CD interaktif atau lagu-lagu anak

c. Puzzle atau huruf dan kosa kata atau mainan edukatif Tanggapan orang tua terhadap anak

a. Aktivitas yang paling disukai anak di rumah

b. Respon anak saat diajak belajar (mendengar cerita/ mengenal bunyi huruf dan kata dll).

Tanggapan orang tua terhadap guru

a. Kualitas guru dalam mengajar

b. Kepedulian guru terhadap hambatan anak (mengkomunikasikan hambatan dan memberikan saran dan mengenai bagaimana membantu anak di rumah).


(38)

56

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian ini juga dibutuhkan jawaban tindakan yang guru lakukan dalam upaya pengembangan kesadaran fonologi anak sehingga instrumen yang dibutuhkan yaitu wawancara. Instrumen wawancara yang digunakan adalah instrumen wawancara semi terstruktur. Dalam list wawancara ini mengutarakan tentang bagaimana pengetahuan guru terhadap kesadaran fonologi, pengetahuan guru tentang anak, aktivitas yang memperkaya kesadaran fonologi anak di kelas, tanggapan guru terhadap anak yang memiliki hambatan kesadaran fonologi dan tanggapan guru tentang orang tua anak. Tindakan yang guru lakukan dalam upaya pengembangan kesadaran fonologi, dalam hal ini juga diperkuat oleh pengamatan peneliti secara langsung di dalam kelas. Berikut tabel kisi-kisi pedoman wawancara guru:

Tabel. 3.6

Pedoman Wawancara Guru

Pengetahuan guru tentang anak a. Jumlah anak

b. Anak yang mempunyai kecakapan bahasa yang baik c. Gambaran kemampuan bahasa anak

Tanggapan mengenai aktivitas kesadaran fonologi d. Pemahan guru tentang kesadaran fonologi

e. Aktivitas yang sering dilakukan berhubungan dengan kesadaran fonologi f. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan kesadaran fonologi

g. Aspek yang dikembangkan dari kesadaran fonologi h. Anak yang memiliki kecakapan dalam bahasa lisan

i. Perkembangan anak terhadap lagu yang dilaksanakan pada hari kamis j. Lagu yang sering dinyanyikan di hari kamis pada kelas musik Tanggapan guru terhadap murid yang memiliki hambatan kesadaran fonologi

k. Hambatan dalam fonologi anak l. Perhatian anak di kelas

m. Kualitas interaksi anak dengan guru, anak dengan teman n. Pemahaman guru tentang bahasa lisan anak

o. Anak yang aktif dan tidak aktif Tanggapan guru mengenai orang tua anak

p. Kondisi sosial-ekonomi

q. Kepedulian oran tua terhadap pendidikan anak

r. Perhatian terhadap hambatan yang dimiliki anak (aktif bertanya atau berkomunikasi mengenai perkembangan atau yang dimiliki anak).


(39)

57

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Analisis Data

Semua rekaman video-tape disimpan dalam sebuah External hardisk untuk keamanan data. Rekaman kegiatan dibuat dalam bentuk transkrip. Setiap rekaman kegiatan dan unjuk kerja dari tiap responden dan tiap item diberi label atau inisial. Analisis data penelitian tidak memisahkan perbedaan antara data unjuk kerja dan observasi. Data hasil unjuk kerja diposisikan untuk mendukung atau menegaskan data observasi. Analisis data penelitian khususnya untuk menjawab pertanyaan penelitian menggunakan pendekatan naturalistik. Hasil utama penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik adalah memuat kategori minimal tentang aspek yang akan dikaji.

Ada tiga kelompok data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni data observasi, hasil unjuk kerja anak dan wawancara orang tua berikutnya yaitu data wawancara guru. Data pertama diolah dengan cara pengamatan terhadap kesadaran fonologi anak yang muncul. Lebih jelasnya, pengolahan data ke dua dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut: pertama, memverifikasi data untuk menentukan data yang dapat diolah dan yang tidak dapat. Kedua, mengelompokkan data berdasarkan kesamaan masing-masing level dan komponen kesadaran fonologi. Ketiga, menelaah hasil pengkategorisasian masing-masing level dan komponen kesadaran fonologi. Keempat, mendeskripsikan hasil telaahan tersebut dalam suatu rumusan tentang kajian kesadaran fonologi anak. Berikutnya data observasi ini didukung hasil wawancara orang tua masing-masing anak dengan mendeksripsikan hasil wawancara tersebut. Data kedua yaitu pengamatan unjuk kerja anak, pada dasarnya diolah secara kuantitatif, yakni dengan menggunakan perhitungan statistik sederhana-frekuensi. Data pertama dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut: pertama, peneliti mendesain unjuk kerja bersama guru dan memberikan unjuk kerja pada anak. Kedua, data dikumpulkan dari hasil unjuk kerja anak dari masing-masing responden. Ketiga, hasil perhitungan didapat dari jawaban setiap masing-masing skor. Rata-rata skor unjuk kerja anak merupakan data kesadaran


(40)

58

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

fonologi anak yang diinterpretasikan menjadi bentuk kualitatif. Dari data unjuk kerja dan observasi anak dapat dimunculkan level mana kesadaran fonologi anak lebih muncul.

Data ketiga yaitu wawancara guru. Pengolahan data wawancara dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut: pertama, peneliti membuat panduan wawancara terbuka. Kedua, panduan tersebut diberikan pada guru sehingga peneliti mendapatkan jawaban apa yang ditanyakan dalam lembar wawancara tersebut. Selain wawancara informasi yang didapat yaitu melalui pengamatan secara langsung. Dari data tersebut dideskripsikan dalam suatu rumusan tentang tindakan yang guru lakukan dalam upaya pengembangan kesadaran fonologi anak. Ketiga data tersebut dibahas dan dideskripsikan secara kualitatif untuk memberi gambaran tentang aspek kajian kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI Bandung. Penelaahan data seperti dideskripsikan di atas, masing-masing dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, kedua dan ketiga. Dari masing-masing data tersebut dapat disimpulkan bahwa data observasi akan menjawab pertanyaan penelitian pertama, kedua dan ketiga, namun didukung atau diperkuat oleh data pengamatan unjuk kerja dan wawancara ke orang tua anak. Sedangkan data wawancara terbuka guru serta pengamatan secara langsung akan menjawab pertanyaan penelitian ketiga.


(41)

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Sebagai simpulan dari penelitian tentang kajian kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI Bandung adalah sebagai berikut:

1. Status kesadaran fonologi anak yang paling muncul di TK Lab. School UPI Bandung yaitu mencakup level kata dan suku kata. Level onset-rime adalah level yang persentasenya berada di bawah kata dan suku kata. Anak sering melakukan kesalahan ketika membaca atau membunyikan kata. Kesalahan yang dilakukan adalah bersifat sublexical atau pada fonologisnya bukan pada keseluruhan kata (lexical). Pengucapan kata yang dibunyikan anak juga dipengaruhi oleh bahasa pertama atau bahasa ibu mereka. Rata-rata anak di kelas berasal dari orang tua yang berlatarbelakang budaya Sunda. Unsur dialek dan intonasi Sunda sangat berpengaruh terhadap bunyi yang diucapkan. Suku kata juga merupakan level yang menonjol diantara level onset-rime dan bunyi. Anak pada umumnya sangat pandai dalam memilah suku kata. Namun, yang menjadi kesulitan adalah pola urutan dari suku kata tersebut. Anak-anak di TK memiliki kemampuan menyuku baru sebatas tiga suku kata. Level onset-rime pada dasarnya anak mampu mendeteksi bunyi awal dan akhir yang sama namun yang menjadi kelemahan anak adalah kurangnya konsentrasi anak untuk fokus pada tugas bunyi awal atau akhir yang sama.

2. Kesadaran fonemik atau bunyi adalah kesadaran yang sangat lemah dibandingkan level kata, suku kata dan onset rime. Hal ini dikarenakan tidak adanya aktivitas yang mendukung kesadaran fonemik anak di kelas dan kurangnya konsentrasi untuk fokus pada pertanyaan serta rendahnya pengetahuan anak akan bunyi huruf. Di TK ini anak baru terbatas pada fase logografik sedangkan pada fase alfabetis dan ortografi keduanya masih rendah.


(42)

114

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Tindakan yang dilakukan guru dalam upaya mengembangkan kesadaran fonologi dilakukan secara umum. Guru memfasilitasi kesadaran fonologi anak melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kesadaran fonologi. Tindakan yang guru berikan secara khusus tampak ketika pengamatan unjuk kerja anak. Tindakan yang guru berikan bersifat penguatan dan umpan balik. Penguatan dan umpan balik yang guru berikan tampak ketika ada anak yang bisa menjawab dan anak yang kesulitan menjawab. Ketika anak bisa menjawab maka maka guru memberikan apresiasi atau penguatan positif. Ketika anak tidak bisa menjawab maka guru memberikan penguatan negatif dan memberikan umpan balik seperti memberikan clue, contoh bunyi lain, mengkoreksi bunyi yang benar dan lain-lain.

B. Rekomendasi

Sebagai rekomendasi dari penelitian tentang kajian kesadaran fonologi anak di TK Lab. School UPI Bandung adalah sebagai berikut:

1. Rekomendasi bagi Guru

Selain ditemukan adanya kompetensi-kempetensi yang berkaitan dengan kesadaran fonologi yang masih belum dikuasai oleh guru, berdasarkan hasil penelitian ini juga diketahui bahwa para guru belum menunjukkan adanya konsistensi terhadap apa yang ditulis dalam rancangan pembelajaran dengan apa yang dipraktekkan. Kondisi demikian mengindikasikan perlunya beberapa pembenahan dalam menyelenggarakan aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Guru-guru di TK Lab. School tidak mengetahui apa itu kesadaran fonologi dan pentingnya kesadaran fonologi bagi kesuksesan membaca anak. Begitu pula guru kurang memiliki tingkat sensivitas bunyi yang diucapkan anak. Aktivitas literasi yang berkaitan dengan kesadaran fonemik pun masih belum muncul. Tampak dari hasil penelitian kesadaran fonemik anak yang lemah maka perlu adanya aktivitas yang berkaitan dengan pengetahuan bunyi huruf. Dari beberapa kendala di atas maka peneliti mencoba merancang sebuah pembelajaran terkait dengan kesadaran fonologi


(43)

115

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

anak di mana dalam rancangan ini dapat membantu guru dalam mengembangkan kesadaran fonologi anak dalam ruang lingkup yang kompleks dari unit terbesar ke yang paling kecil yaitu pada kata, suku kata, onset-rime dan bunyi yang terdiri dari komponen memisahkan, menggantikan, menggabungkan, membagikan dan menghilangkan bunyi, sehingga anak dapat peka terhadap bunyi yang berdampak kepada kemampuan membaca anak begitu pula guru akan lebih terampil dan memiliki kepekaan terhadap bunyi yang diucapkan anak. (lihat lampiran 8). 2. Rekomendasi bagi Orang Tua

Kepada orang tua terkait dalam rangka memperbaiki dan memfasilitasi kegiatan yang berkaitan dengan kesadaran fonologi serta tindakan yang dapat diberikan. Kepada orang tua disarankan bersikap realistis dalam memandang berbagai kemampuan yang harus dikuasai anak dan hendaknya melakukan stimulasi dan optimalisasi terhadap potensi yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya dan dengan intensitas waktu yang berkualitas serta memberikan layanan serta bimbingan yang dibutuhkan anak dalam melewati tahap-tahap periode sensitif yang dilaluinya dengan cara menggunakan berbagai aktivitas praakademik untuk mengembangkan kesadaran fonologi. 3. Rekomendasi bagi Peneliti Lebih Lanjut

Penelitian ini baru menggarap sebagian materi pengkajian berkenaan dengan kesadaran fonologi anak, yakni sebatas level irama/ lagu, kata, suku kata, onset-rime dan komponen kesadaran fonemik yaitu memisahlkan, menggantikan, menggabungkan, menggantikan dan memisahkan bunyi. Sedangkan ruang lingkup aspek pengetahuan huruf, kata yang tak dikenal (pseudoword), menambah bunyi belum menjadi salah satu indikator dalam kesadaran fonologi anak. Karena itu, ada beberapa rekomendasi kepada para peneliti lebih lanjut yang tertarik dengan masalah ini. Pertama, meneliti hal yang berkaitan dengan pengetahuan huruf anak menyangkut nama huruf dan bunyi huruf, kata yang tak bermakna (pseudoword) dan menambahkan bunyi. Penelitian tersebut dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif dari


(44)

116

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada hasil penelitian yang didapat melalui penelitian ini paling tidak lebih lengkap. Kedua, pengkajian terhadap aspek kesadaran fonologi secara global ini dapat juga di teliti di tempat yang mempunyai latar belakang budaya yang bervariasi, dalam penelitian ini latar belakang budayanya adalah Sunda, sedangkan peneliti lain dapat melakukan di berbagai budaya lain. Ketiga, metode lain yang dapat dilakukan berkenaan dengan hal ini adalah studi penelitian yang diarahkan pada metode eksperimen atau PTK sehingga peneliti mendapat data yang lebih akurat.


(1)

116

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada hasil penelitian yang didapat melalui penelitian ini paling tidak lebih lengkap. Kedua, pengkajian terhadap aspek kesadaran fonologi secara global ini dapat juga di teliti di tempat yang mempunyai latar belakang budaya yang bervariasi, dalam penelitian ini latar belakang budayanya adalah Sunda, sedangkan peneliti lain dapat melakukan di berbagai budaya lain. Ketiga, metode lain yang dapat dilakukan berkenaan dengan hal ini adalah studi penelitian yang diarahkan pada metode eksperimen atau PTK sehingga peneliti mendapat data yang lebih akurat.


(2)

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, C. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Abdul, C. (2013). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Adams, dkk. (2013). Chapter 2: Phonological Awareness. Comprehensive

Literacy Resource for Kindergarten Teachers. Tersedia di https://www.

hand2mind. com /pdf/kindergarten/chapter2.pdf, diakses pada tanggal 18 September 2014.

Bolduc, J. (2009). Effect of a Music Programme on Kindergartners’ Phonological

Skills 1. International Journal of Music Education Vo. 27 (1) 37-47.

Brewer, J. (2007). Early Childhood Education Preschool Through Primary

Grades. Sixth Edition. Boston: Pearson.

Chard, D. J; Dickson, S.V. (1999). “Phonological Awareness: Instructional and Assessment Guidelines”. A continuum of complexity of phonological awareness activities. Intervention in School and Clinic, 34 (5), p. 261-270. Clark & Clark. (1977). Psychology And Language. Harcount. Brace Jovanovich,

Inc.

Clark, E.V. (1993). The Lexicon in Acquisition. Cambridge: Cambridge University Press.

Copple & Bredekamp. (2012). Developmentally Appropriate Practice. In Early Childhood Programs, Serving Children from Birth through Age 8. Washington, DC. National Association for the Education of Young Children.

Dardjowidjojo, S. (2000). ECHA: kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta : Grasindo.

Dardjowidjojo, S. (2005). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa

manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Dave, S. (2013). Development of Phonological Awareness for Pre-school and

Kindergarten Students at Risk of Reading Failure. Thesis. Tersedia di http:

//montessoriedmonton.com/wp–content/uploads/2013/09/Phonological Awareness-A Thesis_by_Surabhi_Dave.pdf, diakses pada tanggal 11 November 2014.


(3)

118

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

E. Diane Papalia, dkk. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan), Edisi ke Sembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Early Reading First (ERF). (2011). Phonological Awareness. Tersedia di https :// www2.nefec.org/document118/download/, diakses pada tanggal 12 Oktober 2014.

Finegan, E. (2004). Language: its Structure and Use. Boston: Thomson Wadsworth.

Frohlich, P.L. dkk. (2013). Phonological Awareness: Factors of Influence. DOI: 10.1080/1350293X.2012.760344. European Early Childhood Education

Research Journal Volume 21, Issue 1.

Ghazali A.S. (2013). Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Kedua. Malang: Bayumedia Publishing.

G. Lubis. (2013). Fonotaktik Fonem dalam Bahasa Pesisir Sibolga. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara Medan. Tersedia di http://repository .usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/39701/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada tanggal 18 September 2014.

Hauser, dkk. (2002). The Faculty of Language: What Is It, Who Has It, and How

Did It Evolve? Science Compass. Tersedia di http:// www.chomsky.info

/articles/ 20021122. pdf, diakses pada tanggal 30 April, 2014.

Heath, M.S. dkk. (2014). A Spotlight on Preschool: The Influence of Family Factors on Children’s Early Literacy skills. PLoS ONE 9(4): e95255. doi:10.1371/journal.pone.0095255.

Irvine, L. (2002). Phonological Awareness Interventions to Promote Reading

Succes in Kindergarden. B.Ed., University Columbia, 1978. Tersedia di

https://www.uleth.ca/dspace/bitstream/handle/10133/964/IrvineAppsLeslie .pdf?sequence =1, diakses pada 16 Mei 2014.

Kurniawan, K. (2001). Model Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui

Peningkatan Kesadaran Fonologis dengan Lagu dan Puisi. Tersedia di

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_I NDONESIA/196601081990021KHAERUDIN_KURNIAWAN/Artikel_J PK.pdf, diakses pada tanggal 16 Desember 2013.

Kyritsi, E. dkk. (2008). Phonological awareness, letter-sound knowledge and


(4)

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2University of Newcastle. Child Language Seminar 2007. University of Reading.

McLachlan, C & Arrow, A. (2013). Promoting Alphabet Knowledge and

Phonological Awareness in Low Sosioeconomic Child Care Settings: a Quasi Experimental Study in Five New Zealand Centers. Journal of

Educational Psychology. doi: 10.1007/s11145-013-9467-y.

Morits, C, dkk. 2013. Links between early rhythm skills, musical trainning and

phonological awareness. Reading and Writing An Interdisciplinary

Journal. Tersedia di http://ase.tufts.edu/crlr/documents/2012RAW-LinksBetween.pdf.

Musfiroh, T. (2009). Menumbuhkembangkan Baca-Tulis Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nichols & Rupley. (2004). Examining Phonemic Awareness and Concepts of

Print Patterns of Kindergarten Students. Reading Research and Instruction

Journal, Spring pg. 56-8.

Papalia, E. dkk. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan), Edisi ke Sembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Park, D.R & Gauvain, M. (2008). Child Psychology A Contemporary Viewpoint. Seventh Edition. USA: McGraw. Hill International Edition.

Pennington, C.M. (2007). Phonology in Context. North America: Palgrave Macmillan.

Phillips, dkk. (2008). Successful Phonological awareness Instruction With

Preschool Children: Lesson From the Classroom. Topics in Early

Childhood Special Education Journal Volume 28 Number 1. Hammil Institute on Disabilities.

Putra, N & Dwilestari, N. (2012). Penelitian Kualitatif PAUD Pendidikan Anak

Usia Dini. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Rusmayadi & Syamsuardi. (2013). Penerapan Media Audio Visual dalam

Pengembangan Kermampuan Membaca Awal pada Anak Sekolah.

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makasar. Tersedia di http:// digilib.unm.ac.id /files/disk1/2/ unm-digilib-unm-syamsuardi-84-1-artikel-.docx. Diakses pada tanggal 18 September 2014.


(5)

120

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak. Edisi Kesebelas, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2011). Masa Perkembangan Anak. Buku 2, Edisi 11. Jakarta: Salemba Humanika.

Shaywitz, S. (2006). Overcoming Dyslexia a New and Complete Science Based

Program for Reading Problems at Any Level. New York: Alfred.

Shea, M. (2011). Parallel Learning of Reading and Writing in Early Childhood. Newyork & London: Rotledge Taylor & Francis Group.

Spector, J.E. (1992). Predicting Progress in beginning Reading: Dynamic

Asessment of Phonemic Awareness. Journal of Educational Psychology 84,

364-370.

Stahl, S.A. & Murray, B.A. (1994). “Definition Phonological Awareness and Its Relationship to Early Reading”, Journal of Educational Psychology 86, 221-234.

Stewart, R.M. (2004). Phonological Awareness and Bilingual Preschoolers:

Should We Teach Itg and, If So, How?. Early Childhood Education

Journal, Vol. 32, No. 1, August 2004.

Sudaryat, Yayat (2013). Kemiripan Leksikal Bahasa Sunda – Bahasa Indonesia.

Tersedia di http://sunda.upi.edu/wp-content/uploads/2013/02/Kemiripan-Leksikal-BS-BI.pdf di iakses pada tanggal 18 September 2013.

Sujiono N.Y. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT INDEKS.

Kartadinata, Sunaryo. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Torgessen, J.K, Morgan, S.T, & Davis C. (1989). Effect of Two Types of

Phonological Awareness Training on Theoretical Fondations of Code-Oriented Versus Whole-Language Approaches to Reading Instruction.

Journal of Educational Psychology 83, 437 – 443

Wagner, R.K & Torgessen, J.K. (1987). The Nature of Phonological Processing

and Its Causal Role in the Acquitition of Reading Skills, Psychological

Bulletin 101, 192-212.

Widjaja, V & Winskel, H. (2005). Phonological Awareness and Word Reading in


(6)

Fortuna Mazka,2014

Kajian kesadaran fonologi anak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Proceedings of the 10th Australian International Conference on Speech Science & Technology page 370-375.

Widjaja, V & Winskel, H. (2007). Phonological Awareness, Letter Knowledge,

and Literacy Development in Indonesian Beginner Readers and Spellers.

Cambridge University Press.

Wikipedia, Ensiklopedia. Pendidikan. Tersedia di http://id.wikipedia.org/wiki/ Pendidikan di akses pada tanggal 01 Januari 2014.

Yopp, H.K, & R.H, Yopp. (2009). Beyond the Journal. Young Children on the

Web. Phonological Awareness Is Child’s Play!. Tersedia di http://www .naeyc.org/files /yc/file/200901/BTJPhonologicalAwareness.pdf, diakses pada tanggal 22 Oktober 2013.

Young & Kim Suk. (2008). The Foundation of Literacy Skills in Korean: the

Relationship Between Letter-Name Knowledge and Phonologcal Awareness and Their Reative Contribution to Literacy Skills. Journal