PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh

RENI SILVIA RAHIM 0903969


(2)

PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA

Oleh Reni Silvia Rahim

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Reni Silvia Rahim 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014


(3)

“Bukankah Kami telah melapangkan bagimu: dadamu. Dan Kami telah meringankan bebanmu”

(Q. S Al- Insyiroh: 1-2)

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”

(Q. S Ar-Rahman: 13)

Syurgaku..

Kita sampai pada satu mimpi kita Kerjaku ini adalah cinta untuk kalian Tidak banyak kebanggaan yang bisa aku berikan Tapi semoga ini bisa menghapus sedikit tetes air kelelahan

Entah peluh ataupun air mata

Syurgaku..

Anakmu akan memulai babak baru

Tapi episode yang tertutup ini akan selalu berwarna Maafkan jika sering menggores haru biru di harimu

Untuk hari yang telah berlalu, yang sedang dilewati, dan yang akan datang Aku punya banyak maaf yang tak cukup untuk kalian

Aku punya banyak terimakasih yang juga tak cukup untuk kalian

Allah.. Yang Maha Kasih Kasih Mu sampai padaku Mereka… syurga yang Kau berikan padaku


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Reni Silvia Rahim 0903969

PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Dra. Oom Sitti Homdijah, M. Pd NIP. 19610105 198303 2 002

Pembimbing II

dr. Euis Heryati, M. Kes NIP. 19771113 200501 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Penididkan Universitas Pendidikan Indonesia


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH

PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK

VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA” beserta

seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Atas pernyataan ini saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan apabila terdapat pelanggaran dalam karya saya atau klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.”

Bandung, Juni 2014 Yang Membuat Pernyataan,

Reni Silvia Rahim NIM. 0903969


(6)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK

TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA

(Reni Silvia Rahim, 0903969)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi di lapangan berupa masalah perilaku agresif pada anak tunagrahita di PAUD WISANA. Tindakan agresif memukul orang lain yang dimunculkan oleh anak tunagrahita selama berada di sekolah sangat mengganggu efektifitas pembelajaran. Perilaku agresif pada anak tunagrahita saat pembelajaran dapat disebabkan karena kebosanan saat berada di ruang kelas. Diketahui pelaku agresi memiliki produksi serotonin lebih rendah. Penggunaan aromaterapi cendana di ruang kelas dengan teknik vaporizer

diharapkan mampu menghindari kebosanan, mengatasi masalah emosi, dan dapat meningkatkan produksi serotonin sehingga perilaku agresif menurun. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merumuskan masalah yaitu, “Apakah terdapat

pengaruh penggunaan aromaterapi cendana dengan teknik vaporizer terhadap perilaku agresif anak tunagrahita di PAUD WISANA?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterpi cendana terhadap perilaku agresif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen

Single Subject Research (SSR) desain A-B-A, subjek yang diambil dalam penelitian ini 1 orang, yaitu ZS. Hasil analisis dalam dan antar kondisi, menunjukkan kondisi membaik pada fase intervensi dan presentase overlap sebesar 0% yang menandakan intervensi berpengaruh tinggi terhadap target behavior. Mean level frekuensi memukul orang lain menurun signifikan selama fase intervensi, dan naik kembali pada fase baseline 2 (A-2) . Mean level pada fase baseline 1 (A-1) adalah sebesar 6,5, kemudian menurun secara signifikan pada fase intervensi (B) pada level 3,17, dan naik kembali di fase baseline 2 (A-2) pada level 5,8. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data disimpulkan bahwa aromaterapi cendana berpengaruh terhadap menurunnya frekuensi perilaku agresif pada subjek ZS. Namun, efek dari intervensi tersebut tidak begitu signifikan


(7)

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMAKASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BAGAN ... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... BAB II KAJIAN TEORI ... A. Perilaku Agresif Anak Tunagrahita ... B. Aromaterapi Cendana Di Ruang Kelas Dalam Pembelajaran ... C. Penelitian yang Relevan ... D. Kaitan Antara Penggunaan Aromaterapi Cendana dengan

Perilaku Agresif ... BAB III METODE PENELITIAN ... A. Variabel Penelitian... B. Desain Penelitian ... D. Prosedur Penelitian ... E. Instrumen Penelitian ... i ii iii iv v vi ix x 1 1 5 6 6 6 8 8 15 18 20 23 23 24 28 29


(9)

G. Teknik Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... B. Analisis Data... C. Pembahasan ... BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... A. Simpulan ... B. Rekomendasi ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

31 36 36 42 60 64 64 64 66 69


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data Hasil Baseline 1 (A-1) Frekuensi Memukul Orang Lain yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Tabel 4. 2 Data Hasil Intervensi (B) Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Tabel 4. 3 Data Hasil Baseline 2 (A-2) Frekuensi Memukul Orang Lain

yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Tabel 4.4 Panjang Kondisi Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Tabel 4. 5Estimasi Kecenderungan Arah Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Tabel 4. 6 Kecenderungan Stabilitas Frekeunsi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Tabel 4. 7 Jejak Data Frekuensi Memukul Orang Lain yang Dimunculkan

Subjek ZS Selama Di Sekolah... Tabel 4. 8 Level Stabilits Frekuensi Memukul Orang Lain yang

36

38

40

43

44

48


(11)

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Tabel 4. 9 Perhitungan Level Prubahan Frekuensi Memukul Orang Lain

yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Tabel 4. 10 Level Perubahan Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Tabel 4. 11 Rangkuman Analisis Visual Dalam Kondisi Mengenai

Frekuensi Memukul Orang Lain yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah .. ... Tabel 4. 12 Jumlah Variabel yang Diubah ... Tabel 4. 13 Perubahan Kecenderungan dan Efeknya ... Tabel 4. 14 Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... Tabel 4. 15 Perubahan Level Data ... Tabel 4. 16 Data Presentase Overlap ... Tabel 4. 17Rangkuman Analisis Visual Antar Kondisi Frekuensi Memukul

OrangLain yang Dimunculkan Oleh Subjek ZS Selama Di Sekolah. ...

50

51

51 53 54

54 55 58


(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Prosedur Dasar Desain A-B-A ... Grafik 3.2 Komponen Grafik ... Grafik 4.1 Data Baseline 1 (A-1) Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Oleh Subjek ZS Selama Berada Di Sekolah ... Grafik 4.2Data Intervensi (B) Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Grafik 4.3Data Baseline 2 (A-2) Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Grafik 4. 4 Data Frekuensi Memukul Orang Lain Secara Umum yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah Frekuensi Memukul Orang Lain

yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Grafik 4.6 Kecenderungan Stabilitas Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Grafik 4. 7 Kecenderungan Stabilitas Frekuensi Memukul Orang Lain yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Grafik 4. 8 Kecenderungan Stabilitas Frekuensi Memukul Orang Lain yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... Grafik 4. 9 Data Overlap Baseline 1 (A-1) ke Fase Intervensi (B) Frekuensi

Perilaku Agresif yang Dimunculkan Subjek ZS ... Grafik 4. 10 Data Overlap Fase Intervensi (B) ke Fase Baseline 2 (A-2)

Frekuensi Perilaku Agresif yang Dimunculkan Subjek ZS ... Grafik 4. 11 Perkembangan Mean Level Frekuensi Memukul Orang Lain

yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ... 24 30 37 39 41 42 43 45 47 48 56 57 59


(13)

DAFTAR BAGAN


(14)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Segala puji bagi Allah SWT. Atas segala kasih-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENGGUNAAN

AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER

TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA” ini. Puji untuk-Mu atas nikmat iman, islam, segala ilmu, kesempatan, dan kemudahan yang Engkau berikan. Shalawat dan salam atas rasul pilihan yang menghantarkan kami pada-Mu.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program Pendidikan Khsusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian menggunakan metode eksperimen Single Subject Research dengan desain A-B-A untuk melihat pengaruh penggunaan aromaterapi cendana dengan teknik vaporizer terhadap perilaku agresif pada subjek ZS. Pengukuran target behavior menggunakan satuan frekuensi, untuk melihat berapa kali subjek memukul orang lain selama di sekolah. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi untuk mengamati frekuensi target behavior.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan lapang dada dan akan sangat bermanfaat kedepannya. Penulis memohon maaf kepada pembaca dan berbagai pihak yang terkait, atas segala kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi ini.


(15)

Reni Silvia Rahim NIM. 0903969


(16)

UCAPAN TERIMAKASIH

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA” ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis haturkan syukur kepada sutradara kehidupan, Allah SWT yang mengizinkan segalanya terjadi dengan kuasa-Nya. Melalui kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua tercinta: Bapak Arbain, dan Ibu Siti Aisyah, serta adik-adik tersayang: Ridho S. H. , dan Gilang Alvayed, atas segala kasih sayang, dukungan, serta do’a kalian.

2. Dra. Oom Siti Homdijah, M. Pd sebagai pembimbing I, dan dr. Eus Heryati, M. Pd sebagai pembimbing II. Kehadiran mereka sangat berperan banyak dalam membimbing, memberikan masukan, bertukar pikiran, dan ilmu dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. Sunaryo, M. Pd sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Khusus, dan Drs. Zulkifli Sidiq, M. Pd selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Khusus yang memberikan kemudahan, dukungan serta ilmunya selama penulis duduk di bangku perkuliahan.

4. Drs. H. Mamad Widya, M. Pd sebagai Pembimbing Akademik yang memberikan banyak dukungan, nasehat, serta ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan di Universitas.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Khusus beserta Staf Tata Usaha yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala ilmu, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.


(17)

6. Guru-guru PAUD WISANA, dan orang tua ZS yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

7. Hanun, untuk segala dukungan,nasehat, waktu, dan do’a yang diberikan. 8. Ibu Een dan Teh Ratih yang banyak memberikan masukan.

9. Rekan-rekan tersayang: Tri Sugiarti, Isti Nurbani, Rani Febriani, Yoanita Budiarti, Rahayu Trisanti, Wida Widya, Neti Asmiati, Rian Ahmad G, Ahmad N., Tri irvan, Abdul Matiin, Arni Dw Indriani, Fitri Priherlan, Khutami, Idhar, Siti Haryanti, Juni Safitri, serta teman-teman angkatan 2009 dan senior yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala

support yang kalian berikan.

Tidak banyak yang bisa penulis berikan atas jasa kalian. Semoga menjadi amal ibadah yang diridhoi Allah. Semoga kalian senantiasa diliputi kasih sayang dan nikmat-Nya, serta diberikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Semoga skripsi ini memberikan faedah kepada penulis sebagai ilmu yang bermanfaat, kepada para akademisi pendidikan khusus, dan berbagai pihak terkait lainnya.


(18)

(19)

Reni Silvia Rahim, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tidak hanya tentang mengenal huruf lalu membaca, tidak juga hanya tentang mengenal angka lalu berhitung. Seluruh kegiatan yang mendukung tercapainya kemandirian peserta didik sudah selayaknya diupayakan dalam dunia pendidikan. Peserta didik sebagai subyek belajar yang memiliki potensi dan karakteristik yang unik menjadi salah satu penentu dalam tercapainya tujuan pendidikan.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh pendidik terkait dengan keberagaman peserta didik. Anak sebagai peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Terlebih Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) . Menurut Alimin (2010), anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.

Ada beberapa anak yang termasuk ke dalam kategori ini, dan anak tunagrahita adalah salah satu di antaranya. Kemampuan intelektual anak tunagrahita yang lebih rendah daripada anak pada umumnya memberikan dampak pada aspek perkembangan lain yang berbeda dan lebih lamban. Perbedaan pada anak tunagrahita ini menjadi masalah dalam perkembangannya. Hal ini dikarenakan perilaku anak tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan. Sebagaimana permasalahan yang penulis temukan di lapangan pada salah satu PAUD di Kota Bandung. Anak mengalami kesulitan mengontrol diri, ia memunculkan perilaku agresif yang dimanifestasikan dalam perilaku memukul orang di sekelilingnya.


(20)

2

Rangkaian kegiatan anak di sekolah meliputi; (1) berbaris di halaman

sebelum masuk kelas, (2) bernyanyi dan berdo’a sebelum pembelajaran, (3)

kegiatan inti (pembelajaran), (4) makan siang bersama, (5) istirahat, (6) masuk kelas kembali setelah istirahat untuk persiapan pulang sekolah serta evaluasi

pembelajaran, (7) bernyanyi dan berdo’a bersama sebelum pulang. Perilaku

agresif anak muncul hampir setiap hari dan seringkali muncul pada waktu akan masuk kelas baik ketika jam pelajaran dimulai maupun ketika kembali ke kelas saat jam istirahat usai, ketika merasa jenuh saat belajar di kelas, ketika bermain bersama teman di luar kelas saat istirahat. Perilaku agresif yang muncul pada anak tidak hanya membuat ia dijauhi oleh temannya, namun hal ini juga menghambat tercapainya proses pembelajaran yang efektif di ruang kelas.

Sudah menjadi tugas guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung bagi anak, dan meminimalisisr hal-hal yang menghalangi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Jika prilaku agresif anak merupakan salah satu bentuk barier, maka seorang guru tidak dapat mengabaikan bahwa itu harus di atasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memodifikasi perilaku anak, atau dapat juga didukung dengan memodifikasi lingkungan belajar menjadi lebih menyenangkan untuk menghindari kebosanan dan frustasi. Wijaya (2013; 19) menyatakan bahwa,

“kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar dengan fasilitas pendukung untuk

siswa”.

Sejauh ini guru sudah mencoba merubah perilaku anak melalui modifikasi perilaku dengan memberikan punihsment, maupun reinforcement. Anak menunjukan perubahan perilaku dimana frekuensi agresi kepada teman berkurang, namun ketika pembelajaran di kelas, perilaku agresif anak masih sangat terlihat. Guru juga selalu memperingatkan dan menegaskan kepada anak di sekolah ketika ia ingin memukul atau telah memukul dengan kata jangan, tidak boleh, dan


(21)

3

memukul atau jika tidak ia akan mengalihkan luapan emosinya dengan menyakiti diri sendiri.

Perilaku agresif yang muncul dalam diri individu bukanlah hal yang terjadi begitu saja tanpa sebab. Penjelasan mengenai faktor penyebab perilaku agresif dikemukakan dalam berbagai teori dengan sudut pandang keilmuan yang berbeda.

Berdasarkan teori yang berkembang dewasa ini, terdapat beberapa alternatif untuk mengatasi perilaku agresif pada anak, diantaranya dapat dilakukan dengan modifikasi perilaku, finger painting, Snoezelen room, dan lain sebagainya. Pada beberapa penelitian, pendekatan dengan modifikasi perilaku dapat dikatakan efektif dengan menggunakan reinforcement atau pun punishment. Metode tersebut dalam beberapa penelitian sudah terbukti cukup baik untuk mengatasi perilaku agresif yang terjadi pada anak. Adapun meotde yang digunakan tentulah harus disesuaikan dengan kondisi anak. Bukan pula tidak mungkin jika kita menerapkan dua atau lebih metode pada anak selama metode tersebut dapat bersinergis, saling mendukung satu sama lain, dan tidak bertentangan dalam pelaksanaannya. Kerja metode yang saling mendukung memungkinkan hasil perubahan perilaku yang lebih optimal baik dari segi waktu maupun kualitas. Metode dukungan dapat dipilih sesuai dengan karakteristik anak, waktu, dan sarana prasarana penunjang yang tersedia, serta kemampuan guru dalam mengaplikasikannya.

Dari sekian banyak pendekatan yang ada, konsep edutaiment dengan menggunakan pendekatan aromaterapi dapat digunakan sebagai salah satu pilihan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di kelas sehingga anak terhindar dari rasa bosan. Selain itu diketahui bahwa aromaterapi berpengaruh positif terhadap proses mental. Terapi yang juga menggunakan aromaterapi sebagai salah satu pendekatannya adalah terapi Snoezelen room. Sing et al. (2004) mengukur perilaku agresif dan self-injoury pada anak dengan developmental disability sebelum, pada saat, dan setelah mereka menghabiskan waktu di ruang


(22)

4

Snoezelen. Partisipan dalam penelitian tersebut terdiri dari 45 orang yang diambil dari fasilitas pelayanan untuk individu dengan developmental disability. Pengamatan tercatat di tiga lingkungan (ruangan): Snoezelen, adult daily living skills, dan ruang keterampilan vokasional. Di ruangan Snoezelen®, perilaku agresif dan self-injury terlihat berkurang, self-injury menghabiskan waktu dalam setengah jam berikutnya di dalam ruangan.

Secara umum sasaran dari terapi Snoezelen adalah untuk mempengaruhi sistem saraf pusat anak dengan cara memberikan rangsangan pada sistem sensori primer yang meliputi penglihatan, perabaan, pendengaran, pembau, perasa lidah, dan juga sistem sensori interval. Salah satu aspek dari terapi Snoezelen ini secara spesifik yaitu, memberikan rangsangan pada sistem olfaktori atau pembau engan menggunakan aromaterapi. Penggunaan aromaterapi dengan jenis tertentu dapat memberikan efek relaksasi dan mengatasi masalah emosi. Aromaterapi yang memberikan efek relaksasi ini juga dapat mempengaruhi produksi serotonin, yaitu salah satu zat kimia otak yang berpengaruh terhadap perilaku agresif. Hubungan kondisi serotonin dalam otak dinyatakan berpengaruh terhadap munculnya perilaku agresif, sebagaimana yang dikatakan oleh Andri dan Kusumawardani (2007), bahwa:

Saat ini pengertian tentang gangguan kepribadian ambang juga melibatkan pendekatan secara neurobiologis. Beberapa penelitian telah mengungkapkan adanya hubungan antara faktor biologis dengan gangguan kepribadian ambang. Region di otak dan sistem serotonergik paling banyak diteliti dalam hubungan adanya perilaku impulsif dan agresif sebagai ciri utama gangguan ini. Penelitian yang dilakukan telah menunjukkan adanya keterlibatan regio otak, terutama korteks orbitofrontal, dan sistem serotonergik sebagai pathogenesis perilaku impulsif dan agresif pada individu dengan gangguan kepribadian ambang.

Peningkatan produksi serotonin dalam otak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi


(23)

5

digunakan, melainkan jenis aromaterapi dengan wewangian tertentu. Banyak jenis aromaterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah emosi. Namun tidak semua jenis aromaterapi aman dalam banyak situasi dan baik pada banyak subyek. Salah satu jenis aromaterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi emosi dan dapat digunakan pada banyak situasi dan subyek adalah aromaterapi cendana (sandalwood) .

Saat ini sudah berkembang teknik edutaiment untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman di dalam ruang kelas dengan menggunakan aromaterapi. Cara ini cenderung mudah untuk diterapkan. Sehingga peneliti melihat penggunaan aromaterapi di ruang kelas untuk menurunkan frekuensi perilaku agresif pada anak dalam kasus ini menjadi menarik untuk diteliti.

Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mencoba mengeksplorasi metode penanganan terhadap anak tunagrahita guna mengatasi perilaku agresif

melalui penelitian “PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI

CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA”.

B. Identifikasi Masalah

Hambatan kecerdasan dan perilaku adaptif yang dialami oleh anak tunagrahita kerap kali berdampak pada aspek kehidupan lainnya. Dampak dari kondisi tersebut salah satunya adalah pada masalah perilaku dan perkembangan bahasa. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di lapangan, diketahui bahwa subjek ZS mengalami masalah perilaku, yaitu perilaku agresif. Selama di sekolah ZS sering terlihat memukul orang yang ada di dekatnya, baik itu guru ataupun teman. Hal ini terjadi di dalam kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, dan pada saat ZS bermain dengan temannya. Selain mengalami masalah perilaku,


(24)

6

kemampuan verbal ZS juga sangat rendah. Hal ini terlihat dari kosa kata ZS yang masih sedikit.

Agar dapat terjadinya pembelajaran yang efektif, maka guru harus memastikan bahwa anak dapat belajar. Perilaku memukul orang lain pada ZS tentunya akan menghambat terjadinya pembelajaran yang efektif. Asri (2007) menyatakan bahwa faktor penyebab perilaku agresif pada anak tunagrahita adalah sebagai berikut;

a). Anak terlalu lelah, sehingga mudah kesal dan tidak bisa mengendalikan emosinya; b) Jika anak menginginkan sesuatu, selalui ditolak dan dimarahi; c) Anak gagal melaukan sesuatu , sehingga anak menjadi emosi dan tidak mampu mengendalikannya ; d) Anak merasa di atau dan terlalu dikekang ; e) Anak merasa bosan berada di kelas sehingga anak sering meninggal kan kelas; f) Anak bosan dengan rutinitas yang selalu begitu; g) Pada anak yang mengalami hendaya dalam perkembangan mentalnya, sering terjadi tempertantrum, dimana dia putus asa untuk mengungkapakan maksudnya pada sekitar.

Selain dari itu, terdapat faktor fisiologis yang diketahui dapat mempengaruhi perilaku agresif pada seseorang. Hidayat (2012) menyatakan bahwa;

Meski faktor psikososial dan pengalaman hidup penting untuk terjadinya agresi (perkelahian pelajar), tetap perlu faktor utama yaitu otak yang mengolah dan kemudian menghasilkan perilaku tersebut. Faktor biologik yang berperan dalam perilaku agresi adalah neurotransmitter norepinephrine, serotonin, dan dopamine. Serotonin merupakan neurotransmitter yang terpenting hubungannya dengan agresi. Berkurangnya serotonin di dalam celah sinaps sel saraf otak mempunyai hubungan yang kuat dengan perilaku melukai orang lain atau diri dan impulsif.

C. Batasan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah di atas, penulis menganggap penting untuk mengatasi masalah perilaku agresif yang dimunculkan oleh subjek ZS, yaitu memukul orang lain. Perilaku agresif menjadi urgent untuk diatasi karena hal tersebut akan menghambat berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Agar penelitian lebih terarah, maka penulis akan membatasi intervensi perilaku


(25)

7

fisiologis produksi serotonin yang rendah. Intervensi yang dipilih oleh penulis adalah dengan menggunakan aromaterapi cendana untuk mengatasi faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku agresif pada anak.

D. Rumusan Masalah

Berdasar kepada latar belakang, identifikasi, serta batasan masalah di atas,

maka masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah terdapat pengaruh

penggunaan aromaterapi cendana dengan teknik vaporizer terhadap perilaku agresif anak tunagrahita dalam pembelajaran di PAUD WISANA?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Sebagaimana rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan aromaterapi cendana terhadap perilaku agresif anak tunagrahita dalam pembelajaran di PAUD WISANA.

b. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk:

1) Mendapatkan informasi mengenai frekuensi perilaku agresif anak tunagrahita sebelum diberikan aromaterapi cendana.

2) Mendapatkan informasi mengenai frekuensi perilaku agresif anak tunagrahita setelah diberikan aromaterapi cendana

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitan yang penulis lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(26)

8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumbangsih dalam penelitian bidang pendidikan terkait dengan kemampuan guru pendidikan khusus dalam upaya mengatasi masalah perilaku anak tunagrahita.

b. Manfaat praktis

1) Apabila penelitian ini berhasil, diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi praktis, yaitu sebagai salah satu masukan bagi guru, calon guru, orang tua dan praktisi terkait lainnya dalam memberikan penanganan terhadap perilaku agresif pada anak tunagrahita.

2) Jika penelitian ini berhasil, diharapkan anak tunagrahita memiliki hubungan yang lebih baik dengan lingkungan sekitarnya karena emosinya lebih terkendali.

c. Manfaat bagi peneliti

1) Melalui penelitian ini penulis memperoleh kesempatan untuk memperkaya pengalaman dalam mengintegrasikan pengetahuan teoritis dengan hasil penelitian di lapangan.

2) Membuka peluang untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai pendekatan yang digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku agresif pada anak tunagrahita.


(27)

Reni Silvia Rahim, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian

1. Penggunaan Aromaterapi Cendana Di Kelas dalam Pembelajaran

Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan aromaterapi cendana di kelas dalam pembelajaran dengan teknik vaporizer. Penggunaan aromaterapi ini merupakan suatu pendekatan yang diambil dari konsep edutaiment untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan guna tercapainya pembelajaran efektif. Aromaterapi adalah terapi yang dilakukan dengan menggunakan bahan cairan yang biasa disebut dengan minyak esensial dari tanaman yang mudah menguap dan bersifat terapeutik, yang bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang. Dalam hal ini tanaman yang digunakan adalah minyak esensial dari kayu cendana. Adapun prosedur penggunaan aromaterapi ini yaitu sebagai berikut:

a. Aromaterapi digunakan dengan dengan teknik vaporizer, yaitu cara penyegaran ruangan dengan meletakan wadah khusus yang berisi minyak esensial dan dicampur dengan sedikit air diatas lilin aroma untuk menguapkan air sehingga ketika air menguap aroma dari minyak esensial juga menguap. b. Aromaterapi diletakkan dalam ruangan dimana anak berada, dan pada

prinsipnya digunakan pada saat minim aktifitas. Dalam penelitian ini aromaterapi dinyalakan ketika anak sedang belajar di kelas dan dalam pembelajaran yang tidak melibatkan banyak aktifitas fisik.

c. Aromaterapi ini dinyalakan mulai pukul 09.00 sampai dengan 09.30 dalam durasi 30 menit selama anak belajar dalam ruang kelas.


(28)

24

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku agresif .Agresi memiliki berbagai makna jika dilihat dari berbagai sudut pandang. Namun perilaku agresif yang dimaksud kali ini merupakan tindakan penyerangan. Applefield (1987) dalam Sunardi (1995; 104) mendefinisikan agresif sebagai tindakan yang disengaja yang mengakibatkan atau mempunyai kemungkinan mengakibatkan penderitaaan (fisik atau psikis) pada orang lain atau kerusakan barang-barang.

Bandura (1973) dalam Sunardi (1995; 104) menyatakan bahwa, “… agresi adalah perilaku yang berkibat pada penderitaan orang lain dan kerusakan barang atau benda. Penderitaan dapat bersifat psikis (dalam bentuk turunnya harga diri

dan kehormatan) maupun fisik.”

Menurut Asri (2010), perilaku agresif anak tunagrahita salah satunya adalah memukul, baik memukul kepada teman atau orang yang berada disekitarnya (guru, orangtua, dan sebagainya).

Agresif yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan tindakan menyakiti orang lain. Pada kasus ini perilaku pada anak muncul dalam bentuk memukul orang yang ada didekatnya.

B. Desain Penelitian

Secara umum pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan Single Subject Research

(SSR) karena penulis akan melihat bagaimana pengaruh suatu tindakan yang dikenakan pada suatu subyek.

Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain A-B-A. Struktur dasar disain A-B-A secara visual dapat dilihat dalam grafik berikut:


(29)

25

Langkah awal dalam melakukakan penelitian disain A-B-A- ini adalah dengan mengumpulkan data target behavior pada kondisi baseline pertama (A1). Setelah data baseline pertama stabil, kemudian barulah diberikan intervensi (B). Pengumpulan data pada kondisi intervensi ini dilakukan secara kontinyu hingga data mencapai level yang jelas. Setelah itu, dilakukan pengukuran kembali kondisi baseline.

A1=Baseline . Baseline pertama (A1) merupakan kemampuan awal subyek sebelum diberikan tindakan. Pengamatan terhadap subyek dilakukan secara berulang hingga data stabil. Untuk menentukan tingkat stabilitas data biasanya digunakan penyimpangan dari mean sebesar 5, 10, 12, atau 15%. Dalam penelitian ini kemampuan yang akan diungkap yaitu, perilaku agresif berupa tindakan memukul orang yang ada di dekatnya. Pengamatan baseline pertama ini dilakukan di ruang kelas tempat subyek belajar dan lingkungan sekitar sekolah dimana subyek berada. Data dikumpulkan melalui observasi langsung. Untuk melihat berapa berapa kali perilaku agresif muncul pada anak selama ia berada di sekolah, penulis menggunakan pencatatan kondisi, yaitu menuliskan tally pada lembar observasi saat perilaku agresif muncul sampai dengan periode observasi yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan baseline secara lebih rinci adalah sebagai berikut;

1. Menyiapkan lembar observasi.

Grafik. 3.1

Prosedur Dasar Disain A-B-A Sumber: Sunanto dkk, (2006;61)


(30)

26

2. Mengamati perilaku agresif anak saat jam pelajaran dimulai hingga jam sekolah usai, yaitu dari mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00.

3. Mencatat frekuensi perilaku agresif dengan menuliskan tally pada lembar observasi.

4. Hal di atas dilakukan hingga data baseline stabil dengan penyimpangan dari mean maksimal sebesar 15%.

B= Treatment (intervensi). Intervensi (B) adalah tindakan yang diberikan pada anak setelah kondisi baseline stabil. Dalam hal ini intervensi berupa penggunaan aromaterapi cendana. Pada prinsipnya aromaterapi haruslah diberikan ketika minim aktifitas, maka dari itu dalam penelitain ini aromaterapi akan diberikan pada saat pembelajaran dikelas dengan aktifitas yang minim selama 30 menit. Intervensi dilakukan secara kontinyu hingga data pada fase ini mencapai trend dan level yang jelas atau stabil. Pada kondisi intervensi, juga dilakukan pencatatan data secara observasi untuk melihat frekuensi perilaku agresif anak. Adapun langkah-langkah pelaksanaan intervensisecara lebih rinci adalah sebagai berikut;

1. Menyiapkan bahan dan alat intervensi berupa tungku pembakaran, minyak esensial dan lilin.

2. Menyalakan aromaterapi saat pembelajaran di dalam kelas dengan aktifitas fisik yang minim. Penggunaan aromaterapi dilakukan dengan meneteskan

esensial oil ke dalam tungku pembakaran sebanyak 3 tetes, lalu dicampur dengan air dan tungku dipanaskan menggunakan lilin khusus.

3. Setelah aromaterapi dinyalakan letakkan aromaterapi di dalam kelas dengan jarak maksimal 1 m dari anak.

4. Aromaterapi dinyalakan selama 30 menit, hal ini mengacu pada pelaksanaan terapi Snoezelen yang dilakukan selama 30 menit.


(31)

27

5. Mengamati perilaku agresif anak saat jam pelajaran dimulai hingga jam sekolah usai, yaitu dari mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00.

6. Intervensi dilakukan hingga data baseline stabil dengan penyimpangan dari mean maksimal sebesar 15%, atau maksimal sebanyak tujuh kali dikarenakan satu jenis aromaterapi tidak boleh digunkan secara berturut-turut dalam kurun waktu lebih dari satu minggu.

A2=Baseline. Baseline-2 merupakan kondisi pengulangan baseline-1 yang tujuan diadakannya adalah sebagai evaluasi untuk melihat sejauh mana pengaruh intervensi yang diberikan pada suatu subyek. Setelah disain A1 dan B dilakukan, dan level data pada fase intervensi (B) stabil langkah terakhir adalah mengulang kembali fase baseline. Adapun langkah-langkah pelaksanaan baseline secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan lembar observasi.

2. Mengamati perilaku agresif anak saat jam pelajaran dimulai hingga jam sekolah usai, yaitu dari mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00.

3. Mencatat frekuensi perilaku agresif dengan menuliskan tally pada lembar observasi.

4. Hal di atas dilakukan hingga data baseline stabil dengan penyimpangan dari mean maksimal sebesar 15%.

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PAUD WISANA. PAUD WISANA merupakan salah satu PAUD umum yang terletak di kota Bandung, tepatnya di Jl. Cidadap


(32)

28

Girang No. 08, RT. 06/05, Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung. PAUD WISANA memiliki siswa Tunagrahita berjumlah satu orang.Ini adalah tahun pertama anak tersebut bersekolah dengan usianya yang telah mencapai 7 tahun. Adapun data anak tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1. Nama : ZS

2. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 17 September 2006

3. Usia : 7 tahun

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Sekolah : PAUD WISANA

6. Alamat : Cihanjuang Cibaligo. RT. 03/02

7. Karakteristik

Di usianya yang ke 7 tahun, ZS masih harus dibantu dalam banyak hal. Meskipun ia mampu menyuap makanan sendiri ke dalam mulut dengan sendok, namun ia belum mampu memotong makanan dengan baik. ZS juga masih belum mampu mengatakan keinginannya ketika ia ingin buang air, ia mengatakannya setelah ia buang air di celana. Tidak hanya dalam hal kemandirian, dalam aspek motorik halus maupun kasar ZS masih banyak mengalami kesulitan. Namun ia sudah mampu berjalan, berlari walaupun lamban. Keseimbangan dan koordinasinya masih belum mantap saat naik-turun tangga, saat meniti titian, saat memanjat, menempel dan menulis. Pada aspek kognitif, ZS mampu menyebut beberapa nama benda walaupun pelafalannya tidak tepat. ZS belum mengenal konsep warna, saat ditanya tentang warna ia mampu menjawab dengan mengucapkan beberapa nama warna secara membeo seperti merah dan pink, tentunya nama warna tersebut seringkali tidak sesuai dengan warna yang ditanyakan. Dalam aspek sosial emosional, ZS mampu menunjukkan apa yang ia inginkan dan apa yang tidak ia inginkan, menunjukkan reaksi marah, tersenyum kepada orang lain, namun ia masih belum mampu membedakan mana hak nya dan


(33)

29

seringkali mengekspresikan ketidaksukaannya terhadap orang lain, dan kondisi tertentu dengan memukul orang, dan atau menggigit tanggannya. Ia akan memukul siapapun yang ada didekatnya saat ia merasa tidak senang, bosan, atau frustasi ketika tidak mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini membuatnya dijauhi oleh teman-temannya di sekolah.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan serangkaian kegiatan sistematis yang dilalui oleh peneliti guna mencapai tujuan penelitian.Peneliti membagi prosedur penelitian ini ke dalam empat tahapan yang di dalamnya terbagi lagi menjadi kegiatan yang lebih spesifik. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan. Tahap persiapan ini terdiri dari; studi pendahuluan, merumuskan masalah penelitian, menentukan landasan teoritis, dan merumuskan kerangka berpikir .

2. Tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian, di dalamnya termasuk penentuan metodologi, subyek penelitian, pengembangan instrumen dan pengujian instrumen penelitian.

3. Tahap pengolahan dan analisis data. Setelah data-data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data dengan menyajikan data kedalam bentuk yang mudah untuk diinterpretasikan serta dianalisis lebih lanjut. Setelah itu, data dilakukan analisis data guna menghasilkan kajian yang lebih tajam, mendalam, dan luas terhadap data yang ada.

4. Tahapan Kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti membuat kesimpulan yang disesuaikan dengan hipotesa sebelumnya. Disajikan pula saran-saran yang


(34)

30

terkait dengan asumsi peneliti, serta keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Sebelumnya telah disampaikan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan perilaku agresif pada anak dengan satuan ukur frekuensi untuk melihat berapa kali anak melakukan tindakan ini dalam sehari. berdasarkan hal tersebut, maka instrument penelitian ini dirancang dalam bentuk pedoman observasi untuk melihat frekuensi perilaku agresif memukul pada anak dalam rentang waktu yang ditentukan dengan pencatatan menggunakan tally. Hal-hal yang termuat dalam instrument ini yaitu adalah, waktu dan tempat observasi, perilaku agresif yang diamati, subjek yang diamati, kolom pencatat frekuensi perilaku, dan pengamat.

Selain pedoman observasi, alat lain yang terakait dengan penelitian ini adalah aromaterapi berupa minyak esensial dan tungku pemanas. Aromaterapi diteteskan sesuai dengan dosis yang dianjurkan, yaitu tiga tetes dalam setiap sesi selama 30 menit selama anak berada di dalam kelas dalam keadaan minim aktivitas.

F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan kegiatan observasi secara untuk mencatat data variabel terikat pada saat perilaku agresif memukul terjadi selama anak berada di sekolah. Pencatatan dilakukan dengan memberikan tally pada setiap kejadian dalam pedoman observasi yang telah disediakan.


(35)

31

Dalam penelitian dengan desain SSR khususnya, teknik pengolahan data yang digunakan adalah dengan statistik deskriptif sederhana yang terfokus pada data individu.Data disajikan dalam bentuk visual melalui grafik.Jenis grafik yang digunakan yaitu, grafik garis yang bertujuan untuk menampilkan data secara kontinyu. Ada tujuh komponen penting yang harus diperhatikan dalam membuat grafik.Ketujuh komponen tersebut adalah; absis, ordinat, titik awal, skala, label kondisi, garis perubahan kondisi, dan judul grafik.

Menurut Sunanto, dkk (2006), beberapa prinsip yang harus diperhatikan untuk membuat grafik meliputi;

a. Absis dan Ordinat. Perbandingan yang dianggap baik antara ordinat dan absis adalah 2:3 karena dianggap paling sedikit mengandung kekeliruan persepsi.

b. Variabel Terikat.Variabel terikat selalu diletakkan pada sumbu ordinat. Maka pada sumbu ordinat akan ditulis nama variabel terikat.

Absis (X)

0 1 2 3 4 5 6 7

60

40

20

Judul

Baseline Intervensi

Garis Perubahan Kondisi

Grafik. 3.2 Komponen Grafik


(36)

32

c. Judul dan Kondisi. Pembuatan judul grafik haruslah mempertimbangkan kemudahan pembaca dalam memahami hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

d. Penampilan Data. Agar dapat membedakan secara jelas masing-masing target behavior, maka skor pada grafik harus menggunakan bentuk yang spesifik seperti lingkaran, kotak, dan lain-lain.

e. Jejak Data. Jejak data harus digambarkan dengan garis lurus penuh, tidak putus-putus untuk menunjukan kontinyuitas.

f. Label Kondisi. Label kondisi menunjuk kepada fase baseline dan intervensi. A bisa menggunakan untuk mewakili baseline, dan B untuk mewakili intervensi, atau dengan menulis nama intervensi dan kondisinya.

g. Garisi Perubahan Kondisi. Garis ini merupakan garis vertikal yang diletakkan anatara dua sesi untuk memisahkan kondisi eksperimen. Data yang berada di depan dan di belakang garis ini tidak dihubungkan

G. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis visual. Analisis visual dalam penelitian ini meliputi analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.

1. Analisis Dalam Kondisi

Analisis dalam kondisi dilakukan dengan menganalisa perubahan data dalam suatu kondisi.Dalam penelitian ini terdapat dua kondisi, yaitu kondisi baseline dan kondisi intervensi. Menurut Sunanto, dkk (2005) beberapa komponen penting yang dianalisis pada analisis dalam kondisi meliputi;

a. Panjang kondisi. Panjang kondisi menunjuk kepada banyaknya data poin dalam kondisi eksperimen. Panjangnya kondisi baseline tergantung kepada stabilitas data. Apabila tiga hingga lima kali pengukuran data menunjukkan


(37)

33

stabil, maka pengukuran harus dilanjutkan hingga memperoleh kestabilan data. Jika sesi pada kondisi baseline ini adalah sebanyak lima kali maka panjang kondisinya adalah 5.

Pada kondisi intervensi, panjang pendeknya poin ditentukan pada jenis intervensi yang diberikan, dampak terhadap subyek penelitian, serta stabilitas data. Jika sesi pada kondisi intervensi ini misalkan adalah sebanyak enam kali, maka panjang kondisinya adalah 6.

b. Estimasi kecenderungan arah. Kecenderungan arah data dalam suatu grafik berfungsi memberikan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti. Kecenderungan arah suatau grafik menunjukkan perubahan pada setiap data jejak dari sesi ke sesi. Dalam suatu grafik terdapat tiga jenis kecenderungan arah, yaitu; 1) meningkat, 2) mendatar, dan 3) menurun. Masing masing kondisi tersebut memiliki makna yang disesuaikan pada tujuan intervensi. Penentuan kecenderungan arah dalam penelitian ini menggunakan

metodesplit-middle, dimana penentuan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data poin nilai ordinatnya. Langkah-langkah menghitung estimasi kecenderungan arah menggunkan metode belah dua (split-middle) menurut sunanto, dkk (2005) adalah seagai berikut;

1) Bagilah data pada fase baseline maupun intervensi menjadi dua bagian. 2) Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian (2a).

3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan (2b).

4) Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara 2a dan 2b. Melalui penarikan garis kita dapat mengetahui apakah arah trendnya naik atau menurun.

c. Kecenderungan Stabilitas. Analisis tingkat stabilitas dilakukan dengan melihat pada level. Level disini maksudnya yakni, besar kecilnya data pada sumbu Y dalam grafik. Dalam menganalisis suatu data, kita mengenal dua jenis level, yaitu; level stabilitas dan level perubahannya. Tingkat stabilitas


(38)

34

menunjukkan besar kecilnya rentang data pada kelompok tertentu. Jika 80% hingga 90 % data berada pada 15% di atas dan di bawah mean, maka dikatakan stabil. Mean level pada suatu data didapat dengan menjumlahkan semua seluruh data yang terdapat dalam ordinat, kemudian dibagi dengan banyaknya data. Langkah menghitungnya adalah sebagai berikut;

1) Hitunglah rentang stabilitas dengan cara mengalikan skor tertinggi pada data dengan kriteria stabilitas. Kriteria stabilitas yang digunakan disini adalah 15% atau 0,5. Dari hasil kali tersebut maka didapatlah rentang stabilitas.

2) Hitunglah mean level masing-masing fase dengan cara menjumlahkan data pada tiap fase lalu dibagi dengan banyaknya sesi pada fase tersebut, maka didapatlah mean level.

3) Tentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah dari rentang stabilitas.

4) Tentukanlah batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah dari rentang stabilitas.

5) Setelah didapatkan batas atas dan batas bawah, lihatlah berapa banyak data yang berada dalam rentang batas atas dan batas bawah tersebut. 6) Tentukan presentase stabilitas dengan membagi banyaknya data poin

yang berada dalam rentang dengan banyak data poin seluruhnya. Hasil bagi tersebut lalu di presentase kan. Data dikatakan stabil jika berada pada presentase 80-90%.

d. Jejak data. Jejak data merupakan garis lurus yang menghubungkan satu sesi ke sesi yang lain. Untuk menentukan kecenderungan jejak data, sama halnya dengan kecenderungan arah. Maka dari itu masukkan hasil yang sama dengan kecenderungan arah.


(39)

35

hingga yang tertinggi. Sebelumnya stabilitas data telah ditentukan saat menghitung rentang stabilitas, maka saat menentukan level stabilitas dan rentang dilakukan dengan menyatakan apakah data pada suatu kondisi tersebut stabil atau tidak lalu tentukan rentangnya dari skor terendah hingga yang tertinggi, misalkan; 2 adalah skor terendah, dan 16 adalah skor tertinggi, maka rentangnya 2-16.

f. Level perubahan. Level perubahan menunjuk kepada perubahan data dalam satu sesi. Menentukan level perubahan dilakukan dengan cara sebagai berikut;

1) Tandai skor data hari pertama dan hari terakhir dalam tiap sesi.

2) Hitunglah selisih antara kedua data tersebut, yaitu data hari pertama dan data hari terakhir dengan cara mengurangkan data yang terbesar dengan yang terkecil. Misalkan untuk perilaku agresif, jika frekuensi tindakan agresif pada hari pertama adalah delapan kali maka skornya adalah 8, dan hari terakhir adalah 10, maka 10-8=2.

3) Tentukan arahnya menaik atau menurun. Karena bertambahnya frekuensi perilaku agresif menandakan kondisi yang memburuk maka level perubahannya diberi (-) atau disini dituliskan -2. Beri tanda (-) jika memburuk, (+) membaik, (=) jika tidak ada perubahan.

2. Analisis Antar Kondisi

Analisis antar kondisi dilakukan dengan melihat perubahan antar kondisi.Sebelum melakukan analisis antar kondisi, maka peneliti harus memastikan bahwa data stabil.Analisis komponen di atas pada dasarnya dilakukan berdasarkan data pada analisis dalam kondisi. Menurut Sunanto, dkk (2006), terdapat lima komponen dalam analisis antar kondisi, yaitu:

a. Jumlah variabel yang diubah. Dalam penelitain ini, jumlah variabel yang akan diubah dilihat dari target bihaviornya berjumlah satu variabel.


(40)

36

b. Perubahan kecenderungan dan efeknya. Menentukan perubahan kecenderungan arah dalam analisis antar kondisi dilakukan dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi. Jika kondisi sesudahnya lebih baik daripada kondisi sebelumnya maka perubahan kecenderungan dan efeknya dikatakan positif.

c. Perubahan stabilitas. Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas antar kondisi dilakukan dengan melihat kecenderungan arah pada fase baseline (A1), intervensi (B), dan baseline (A2) pada rangkungan analisis kondisi. Jika pada fase baseline (A1) tidak stabil atau variabel, sedangkan pada fase intervensi (B) stabil, maka perubahan kecenderungan stabilitasnya dalah variabel ke stabil.

d. Perubahan level. Menentukan level perubahan dilakukan dengan cara:

1) Tentukan data poin dalam kondisi baseline (A) pada sesi terakhir, misal: 18.

2) Tentukan data poin dalam kondisi intervensi (B) pada sesi pertama, misal:12.

3) Hitunglah selisih antara keduanya, yaitu 18-12=6.

4) Karena perubahannya adalah menurun dan yang menjadi target bihaviornya adalah perlaku agresif, maka maknanya adalah membaik dan diberi tanda (+).

e. Data overlap. Analisis overlap dilakukan untuk melihat seberapa baik pengaruh intervensi terhadap target bihavior. Semakin kecil persentase overlap, maka semakin baik pengaruh intervensi. Adapun langkah menentukan overlap adalah sebagai berikut:

1) Lihatlah kembali batas atas dan bawah pada kondisi baseline.

2) Hitunglah banyaknya data poin pada kondisi intervensi yang berada dalam rentang kondisi baseline.


(41)

37

3) Perolehan pada langkah (2) dibagi dengan banyaknya data poin dalam kondisi intervensi, kemudian dikalikan 100, maka diperoleh presentase overlap.


(42)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Hasil analisis dalam kondisi menunjukkan perubahan membaik pada kondisi intervensi (B). Membaik disini maksudnya adalah terjadi penurunan frekuensi memukul orang lain yang dilakukan oleh subjek ZS. Namun, pada fase baseline 2 (A2), kondisi subjek cenderung tidak terjadi perubahan. Hasil analisis antar kondisi menunjukkan bahwa kondisi subjek pada fase intervensi (B) semakin membaik jika dibandingkan dengan fase baseline 1 (A-1). Namun, kondisi subjek pada pada fase baseline 2 (A-2) semakin memburuk jika dibandingkan dengan fase intervensi (B). Memburuk disini maksudnya adalah terjadi peningkatan frekuensi memukul orang lain yang dimunculkan oleh subjek ZS pada fase baseline 2 (A-2) jika dibandingkan dengan fase intervensi (B). Selain itu, hasil analisis antar kondisi menunjukkan intervensi berpengaruh tinggi terhadap target behavior, yang dapat dilihat dari rendahnya presentase overlap.

Berdasarkan hasil temuan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan aromaterapi cendana pada saat pembelajaran di ruang kelas berpengaruh terhadap menurunnya frekuensi perilaku agresif pada subjek ZS. Hasil yang dipaparkan tersebut menunjukkan bahwa saat sensori penciuman anak distimuli oleh aromaterapi akan menurunkan frekuensi memukul orang lain yang muncul pada subjek ZS. Namun, efek dari intervensi tersebut tidak begitu berpengaruh setelah pemberian aromaterapi dihentikan. Kondisi perilaku agresif subjek hampir kembali seperti sebelumnya, namun dapat dikatakan lebih baik walaupun perbedaan tersebut tidak signifikan.

B. Rekomendasi:


(43)

65

Dari hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh positif penerapan aromaterapi cendana di ruang kelas terhadap menurunnya frekuensi perilaku agresif, maka guru dapat menggunakan pendekatan ini sebgai salah satu cara untuk mengatasi masalah perilaku agresif yang muncul pada ZS Peneliti menyarankan pendekatan ini sebagai suatu dukungan, maksudnya adalah dengan tidak mengabaikan metode lain yang sesuai dengan anak dan menunjang untuk diterapkan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi suatu langkah awal pengembangan metode untuk mengatasi masalah perilaku pada anak berkebutuhan khusus. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji pada subjek atau target behavior yang berbeda, Kekurangan yang terdapat pada penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Albers, dkk. (2009). Namaku Bukan Si Lamban. PT. Intan Sejati Klanten: Sleman. Alimin & Rochyadi. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual

Bagi Anak Tunagrahita. Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Andri & Kusumawardani. (2007). The Nourobiology of Borderline Personality Disorder: Biological Approach In Impulsive and Aggressive Behavior.

Dalam: Majalah Kedokteran Indonesia. [Online]. Vol: 57, (4), 5 halaman. Tersedia:http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/view /499 [20 Desember 2013]

Anonim. (2013). Pengertian dan Fungsi Aromaterapi [Online]. Tersedia: http://prefesional-consultan.blogspot.com/2013/03/pengertian -fungsi-aroma-terapi.html?m[29 Juni 2013]

Asri, P. (2007). Anak Tunagrahita. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195103261 979032-PUDJI_ASRI/Anak_Tunagrahita.pdf [14 Februari 2014]

Baron, dan Byrne. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2. Diterjemahkan oleh: Ratna Djuwita,dkk. Erlangga: Jakarta.

Betsy, dkk. (2008). Snoezelen® : Empirical Review of Product Representation. Dalam: Focus on Autism and Developmental Disability. [Online], Vol 23, (3), 11 halaman. Tersedia: http://foa.sagepub.com/content/23/3/138 [24 Juni 2013]

Boere, G. (2010). Psikologi Sosial. Diterjemahkan oleh: Ivan Tri Putra. Primassophie: Jogjakarta.

Efendi. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkebutuhan Khusus. PT. Bumi Aksara: Jakarta.


(45)

67

Heffiner, GJ. (2002). Dealing with Tantrum. [Online].

Tersediahttp://www.bbbbutism.com [26 Juni 2013]

Hidayat: Agresi Pada Remaja. Republika. Retrieved January, 02, 2014. From: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/pikiranrakyat-20121001-agresipadaremaja.pdf. Oktober, 01, 2012

Hutasoit, A. (2002). Aromatherapy Untuk Pemula. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Jensen, E. (2010) . Guru Super dan Super Teching. Diterjemahkan oleh: Benyamin Molan. Jakarta Barat: PT. Indeks.

Jumarani, L. (2009) . The Essenee of Indonesian Spa. PT. Gramedia Pustaka; Utama: Jakarta.

Lotan, M. (2007). Alternative Therapeutic Intervention for Individuals with Rett Syndrome. Dalam: The Scientific World Journal. [Online], Vol 4 (7), 18 halaman. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/17619753/ [26 Juni 2013]

Meier. D. (2000). The Accelerated Learning Handbook. [Online]. Tersedia: http//www.psikiyatr.com/other/learninghandbook_2.pdf. [27 Juni 2014] Passamonti et al. (2012). Effects of Acute Tryptophan Depletion on

Prefrontal-Amygdala Connectivity While Viewing Facial Signals of Aggression. Dalam: Biological Psychiatry Journal. [Online], Vol 71 (1), 7 halaman. Tersedia: http://www.biologicalpsychiatryjournal.com/article/S0006-3223%2811%2900780-3/fulltext [13 April 2014]

Payne & Ratton. (1981). Mental retardation. Charles E. Merril Publishin Company: Ohio

Pinzon, dkk. (2006). Peran Serotonin Pada Gangguan Spektrum Autistik. Dalam: Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi. [Online]. Vol: 19, (04), 4

halaman. Tersedia:

http://www.google.com/search?site=&source=hp&ei=I27eUoq5PM3GrAe YkIGoBg&q=dexa+media+no.+4+vol+19+&oq=dexa+media+no.+4+vol+ 19+&gs_l=mobile-gws

hp.3...4909565.4925142.0.4927241.27.26.0.1.1.0.2491.10359.6-1j1j2j2.6.0....0...1c.1.32.mobile-gws-hp..21.6.7956.aFXBDKkicek [2 Januari 2014]


(46)

68

Primadiati. (2002). Aromaterapi Perawatan Alami Untuk Sehat dan Cantik. PT. Gramedi Pustaka Utama: Jakarta.

Riduwan. (2012). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Shapiro, dkk. (1997). The Evicasy of The Snoezelen in The Management Children with Mental Retardation Who Axhibit Maladaptive Behavior. Dalam: The British Journal of Developmental Disablity. [Online]. Vol 43, (85), 11halaman.Tersedia:http://www.hindawi.com/journals/tswj/2007/371790/a bs [26 Juni 2013]

Sivarman, A. (2005). Effectiveness Of Sensory Stimulation Techniques On Sensory Perceptual Ability And Emotional Wellbing Of Mentally Challenged Children Attending A Selected Special School Ini Manglore. Disertasi Master of Sience pada Rajiv Ghandi University of Healty Sience, Bangalore, Karnataka: tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Jakarta.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. PT. Refika Aditama: Bandung. Sunanto, dkk. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. UPI Press:

Bandung

Sunu, C. (2012) . Panduan memecahkan masalah autism Unlocking Autism. Lintangterbit: Yogyakarta.

Taniredja, T & Mustafidah, H. (2012) . Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Alfabeta: Bandung.

Wijaya, A. (2013). Teknik Mengajar Siswa Tunagrahita. Imperium: Yogyakarta. . (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI: Bandung.


(1)

37

Reni Silvia Rahim, 2014

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Perolehan pada langkah (2) dibagi dengan banyaknya data poin dalam kondisi intervensi, kemudian dikalikan 100, maka diperoleh presentase overlap.


(2)

Reni Silvia Rahim, 2014

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Hasil analisis dalam kondisi menunjukkan perubahan membaik pada kondisi intervensi (B). Membaik disini maksudnya adalah terjadi penurunan frekuensi memukul orang lain yang dilakukan oleh subjek ZS. Namun, pada fase baseline 2 (A2), kondisi subjek cenderung tidak terjadi perubahan. Hasil analisis antar kondisi menunjukkan bahwa kondisi subjek pada fase intervensi (B) semakin membaik jika dibandingkan dengan fase baseline 1 (A-1). Namun, kondisi subjek pada pada fase baseline 2 (A-2) semakin memburuk jika dibandingkan dengan fase intervensi (B). Memburuk disini maksudnya adalah terjadi peningkatan frekuensi memukul orang lain yang dimunculkan oleh subjek ZS pada fase baseline 2 (A-2) jika dibandingkan dengan fase intervensi (B). Selain itu, hasil analisis antar kondisi menunjukkan intervensi berpengaruh tinggi terhadap target behavior, yang dapat dilihat dari rendahnya presentase overlap.

Berdasarkan hasil temuan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan aromaterapi cendana pada saat pembelajaran di ruang kelas berpengaruh terhadap menurunnya frekuensi perilaku agresif pada subjek ZS. Hasil yang dipaparkan tersebut menunjukkan bahwa saat sensori penciuman anak distimuli oleh aromaterapi akan menurunkan frekuensi memukul orang lain yang muncul pada subjek ZS. Namun, efek dari intervensi tersebut tidak begitu berpengaruh setelah pemberian aromaterapi dihentikan. Kondisi perilaku agresif subjek hampir kembali seperti sebelumnya, namun dapat dikatakan lebih baik walaupun perbedaan tersebut tidak signifikan.

B. Rekomendasi: 1. Bagi guru


(3)

65

Reni Silvia Rahim, 2014

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh positif penerapan aromaterapi cendana di ruang kelas terhadap menurunnya frekuensi perilaku agresif, maka guru dapat menggunakan pendekatan ini sebgai salah satu cara untuk mengatasi masalah perilaku agresif yang muncul pada ZS Peneliti menyarankan pendekatan ini sebagai suatu dukungan, maksudnya adalah dengan tidak mengabaikan metode lain yang sesuai dengan anak dan menunjang untuk diterapkan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi suatu langkah awal pengembangan metode untuk mengatasi masalah perilaku pada anak berkebutuhan khusus. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji pada subjek atau target behavior yang berbeda, Kekurangan yang terdapat pada penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya.


(4)

Reni Silvia Rahim, 2014

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Albers, dkk. (2009). Namaku Bukan Si Lamban. PT. Intan Sejati Klanten: Sleman. Alimin & Rochyadi. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual

Bagi Anak Tunagrahita. Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Andri & Kusumawardani. (2007). The Nourobiology of Borderline Personality Disorder: Biological Approach In Impulsive and Aggressive Behavior.

Dalam: Majalah Kedokteran Indonesia. [Online]. Vol: 57, (4), 5 halaman. Tersedia:http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/view /499 [20 Desember 2013]

Anonim. (2013). Pengertian dan Fungsi Aromaterapi [Online]. Tersedia: http://prefesional-consultan.blogspot.com/2013/03/pengertian -fungsi-aroma-terapi.html?m[29 Juni 2013]

Asri, P. (2007). Anak Tunagrahita. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195103261 979032-PUDJI_ASRI/Anak_Tunagrahita.pdf [14 Februari 2014]

Baron, dan Byrne. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2. Diterjemahkan oleh: Ratna Djuwita,dkk. Erlangga: Jakarta.

Betsy, dkk. (2008). Snoezelen® : Empirical Review of Product Representation. Dalam: Focus on Autism and Developmental Disability. [Online], Vol 23, (3), 11 halaman. Tersedia: http://foa.sagepub.com/content/23/3/138 [24 Juni 2013]

Boere, G. (2010). Psikologi Sosial. Diterjemahkan oleh: Ivan Tri Putra. Primassophie: Jogjakarta.

Efendi. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkebutuhan Khusus. PT. Bumi Aksara: Jakarta.


(5)

67

Reni Silvia Rahim, 2014

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Heffiner, GJ. (2002). Dealing with Tantrum. [Online]. Tersediahttp://www.bbbbutism.com [26 Juni 2013]

Hidayat: Agresi Pada Remaja. Republika. Retrieved January, 02, 2014. From: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/pikiranrakyat-20121001-agresipadaremaja.pdf. Oktober, 01, 2012

Hutasoit, A. (2002). Aromatherapy Untuk Pemula. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Jensen, E. (2010) . Guru Super dan Super Teching. Diterjemahkan oleh: Benyamin Molan. Jakarta Barat: PT. Indeks.

Jumarani, L. (2009) . The Essenee of Indonesian Spa. PT. Gramedia Pustaka; Utama: Jakarta.

Lotan, M. (2007). Alternative Therapeutic Intervention for Individuals with Rett Syndrome. Dalam: The Scientific World Journal. [Online], Vol 4 (7), 18 halaman. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/17619753/ [26 Juni 2013]

Meier. D. (2000). The Accelerated Learning Handbook. [Online]. Tersedia: http//www.psikiyatr.com/other/learninghandbook_2.pdf. [27 Juni 2014] Passamonti et al. (2012). Effects of Acute Tryptophan Depletion on

Prefrontal-Amygdala Connectivity While Viewing Facial Signals of Aggression. Dalam: Biological Psychiatry Journal. [Online], Vol 71 (1), 7 halaman. Tersedia: http://www.biologicalpsychiatryjournal.com/article/S0006-3223%2811%2900780-3/fulltext [13 April 2014]

Payne & Ratton. (1981). Mental retardation. Charles E. Merril Publishin Company: Ohio

Pinzon, dkk. (2006). Peran Serotonin Pada Gangguan Spektrum Autistik. Dalam: Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi. [Online]. Vol: 19, (04), 4

halaman. Tersedia:

http://www.google.com/search?site=&source=hp&ei=I27eUoq5PM3GrAe YkIGoBg&q=dexa+media+no.+4+vol+19+&oq=dexa+media+no.+4+vol+ 19+&gs_l=mobile-gws

hp.3...4909565.4925142.0.4927241.27.26.0.1.1.0.2491.10359.6-1j1j2j2.6.0....0...1c.1.32.mobile-gws-hp..21.6.7956.aFXBDKkicek [2 Januari 2014]


(6)

Reni Silvia Rahim, 2014

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Primadiati. (2002). Aromaterapi Perawatan Alami Untuk Sehat dan Cantik. PT. Gramedi Pustaka Utama: Jakarta.

Riduwan. (2012). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Shapiro, dkk. (1997). The Evicasy of The Snoezelen in The Management Children with Mental Retardation Who Axhibit Maladaptive Behavior. Dalam: The British Journal of Developmental Disablity. [Online]. Vol 43, (85), 11halaman.Tersedia:http://www.hindawi.com/journals/tswj/2007/371790/a bs [26 Juni 2013]

Sivarman, A. (2005). Effectiveness Of Sensory Stimulation Techniques On Sensory Perceptual Ability And Emotional Wellbing Of Mentally Challenged Children Attending A Selected Special School Ini Manglore. Disertasi Master of Sience pada Rajiv Ghandi University of Healty Sience, Bangalore, Karnataka: tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Jakarta.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. PT. Refika Aditama: Bandung. Sunanto, dkk. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. UPI Press:

Bandung

Sunu, C. (2012) . Panduan memecahkan masalah autism Unlocking Autism. Lintangterbit: Yogyakarta.

Taniredja, T & Mustafidah, H. (2012) . Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Alfabeta: Bandung.

Wijaya, A. (2013). Teknik Mengajar Siswa Tunagrahita. Imperium: Yogyakarta. . (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI: Bandung.