PENGARUH PENERAPAN TEKNIK OVER CONTROL TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK AUTISTIK.

(1)

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK OVER CONTROL TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK AUTISTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

RAHAYU TRISANTI 0907157

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Rahayu Trisanti, 2013

LEMBAR PENGESAHAN RAHAYU TRISANTI

0907157

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK OVER CONTROL TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK AUTISTIK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Drs. Maman Abdurahman SR, M.Pd NIP. 19570613 198503 1 001

Dosen Pembimbing II

Dr. Sunardi, M.Pd NIP. 19600201 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan PK FIP UPI

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 198503 1 001


(3)

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK OVER CONTROL TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK AUTISTIK

Oleh

Rahayu Trisanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rahayu Trisanti 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

i

Rahayu Trisanti, 2013

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK OVER CONTROL TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK AUTISTIK

Oleh : RAHAYU TRISANTI (0907157)

Penelitian yang dilakukan yaitu mengenai pengaruh penerapan teknik over control terhadap perilaku agresif anak autistik. Subyek dalam penelitian ini yaitu Hk seorang anak autistik kelas VI SDLB dengan hambatan perilaku agresif yaitu meremas pundak orang lain secara tiba-tiba yang berlokasi di SLB Al-Hikmah Padalarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik over control terhadap perilaku agresif anak autistik serta bagaimana perubahan-perubahan perilaku agresif anak autistik sebelum dan setelah diterapkan teknik over control. Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan desain concurrent embedded yaitu mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan tetapi satu bentuk data memainkan peranan yang mendukung bagi bentuk data yang lain. Dalam pendekatan kuantitatif peneliti menggunakan metode Single Subject Research (SSR). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data yaitu pada baseline-1 estimasi kecenderungan arah meningkat (+), pada intervensi estimasi kecenderungan arah menurun (-) dan pada baseline-2 estimasi kecenderungan arah menurun (-). Kecenderungan stabilitas A-1 mencapai 75% (stabil), intervensi (B) 50 % (stabil) dan A-2 100% (stabil). Pada A-1 berada pada rentang 5-6 kecenderungan jejak data meningkat mendatar, pada fase intervensi (B) diberikan intervensi berupa hukuman secara tegas dan disiplin berada pada rentang 4-2 kecenderungan jejak data menurun dan pada A-2 yaitu setelah diberikan intervensi berada pada rentang 1-1 dengan kecenderungan jejak data menurun dan mendatar. Tidak ada data yang overlap, menjelaskan bahwa intervensi yang dilakukan memberikan perubahan pada Hk. Hal ini diperkuat oleh penelitian kualitatif yang dilakukan yaitu untuk melihat perubahan-perubahan perilaku agresif Hk sebelum diberikan intervensi dan setelah diberikan intervensi. Teknik pengumpulan data dalam pendekatan ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yaitu dari sikap acuh terhadap perkataan guru/ peneliti menjadi merespon dengan baik, dari sikap tidak takut terhadap guru/peneliti menjadi sedikit takut dan segan karena takut diberikan hukuman, dari tidak mempunyai kesadaran akan perilaku yang dilakukan Hk menjadi memiliki kesadaran bahwa perilaku yang dilakukan Hk akan berdampak buruk bagi orang lain dan dari perilaku yang tidak terkendali menjadi terkendali terbukti dengan frekuensi perilaku agresif Hk yang mengalami penurunan. Berdasarkan hal tersebut teknik over control efektif untuk mereduksi perilaku agresif anak autistik sehingga dapat dijadikan alternatif bagi guru, terapis atau orangtua sebagai cara penanganan.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ... 1

B Identifikasi Masalah ... 4

C Batasan Masalah ... 4

D Rumusan Masalah ... 5

E Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A Deskripsi Teori 1. Konsep Dasar Anak Autistik a. Pengertian Anak Autistik ... 7

b. Karakteristik Anak Autistik ... 8

c. Perilaku Agresif Anak Autistik ... 9

d. Faktor Penyebab Perilaku Agresif ... 10

e. Penanganan Perilaku Agresif Anak Autistik ... 10


(6)

vi

Rahayu Trisanti, 2013

a. Pengertian Teknik Over Control ... 14

b. Prinsip Teknik Over Control ... 15

c. Prosedur Teknik Over Control ... 16

d. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Over Control ... 18

B Penelitian yang Relevan ... 19

C Kerangka Berpikir ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Variabel Penelitian ... 22

B Metode Penelitian ... 24

C Subjek dan Lokasi Penelitian ... 27

D Teknik Pengumpulan Data ... 28

E Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Data Kuantitatif ... 36

B Data Kualitatif ... 55

C Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A Kesimpulan ... 70

B Rekomendasi ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 : Lampiran surat-surat ... 74


(7)

Lampiran 3 : Jadwal Penelitian, pedoman observasi, hasil

observasi, pedoman wawancara dan hasil wawancara ... 86

Lampiran 4 : RPP (Rencana Pelaksanaan Program) ... 103

Lampiran 5: Catatan lapangan ... 127

Lampiran 6 : Dokumentasi ... 146 RIWAYAT HIDUP


(8)

viii

Rahayu Trisanti, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Baseline 1 (A-1) ... 36

Tabel 4.2 Intervensi (B) ... 37

Tabel 4.3 Data Baseline-2 (A-2) ... 38

Tabel 4.4 Frekuensi Perilaku Agresif pada Baseline-1 (A-1), Intervensi (B) dan Baseline-2 (A-2) ... 39 Tabel 4.5 Panjang Kondisi Penelitian ... 41

Tabel 4.6 Estimasi kecenderungan Arah ... 42

Tabel 4.7 Persentase Stabilitas Fase Baseline-1 (A-1) ... 44

Tabel 4.8 Persentase Stabilitas Fase Intervensi (B) ... 45

Tabel 4.9 Persentase Stabilitas Fase Baseline-2 (A-2) ... 47

Tabel 4.10 Kecenderungan Stabilitas dalam Kondisi Desain A-B-A ... 47

Tabel 4.11 Kecenderungan Jejak Data dalam Kondisi Desain A-B-A ... 48

Tabel 4.12 Stabilitas dan Rentang dalam Kondisi Desain A-B-A ... 48

Tabel 4.13 Level Perubahan dalam Kondisi A-B-A ... 49

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ... 49

Tabel 4.15 Jumlah Variabel yang diubah ... 50

Tabel 4.16 Variabel Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 50

Tabel 4.17 Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 50

Tabel 4.18 Perubahan Level Data ... 51

Tabel 4.19 Perbandingan Kondisi Data Overlap ... 52

Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi ... 52

Tabel 4.21 Data Reduksi Perilaku Agresif Hk Sebelum Diberikan Intervensi . 55 Tabel 4.22 Reduksi Data Mengenai Perilaku Agresif Selama Intervensi ... 59


(9)

(10)

x

Rahayu Trisanti, 2013

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 SSR Desain A-B-A ... 25

Grafik 4.1 Hasil Baseline-1 (A-1) ... 36

Grafik 4.2 Intervensi (B) ... 38

Grafik 4.3 Data Baseline-2 (A-2) ... 39

Grafik 4.4 Frekuensi Perilaku Agresif pada Baseline-1 (A-1), Intervensi (B) dan Baseline-2 (A-2) ... 40 Grafik 4.5 Kecenderungan Arah Kondisi Baseline-1 (A-1), Intervensi (B) dan Baseline-2 (A-2)... 42 Grafik 4.6 Level Stabilitas Fase Baseline-1 (A-1)... 43

Grafik 4.7 Trend pada Baseline-1 (A-1) ... 44

Grafik 4.8 Level Stabilitas Fase Intervensi (B) ... 45

Grafik 4.9 Trend Stabilitas pada Intervensi ... 45

Grafik 4.10 Level Stabilitas Fase Baseline-2 (A-2) ... 46

Grafik 4.11 Trend Stabilitas Fase Baseline-2 (A-2) ... 47

Grafik 4.12 Data Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) ke Intervensi (B) ... 51


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 21

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 26

Gambar 4.1 Display Data Perilaku Agresif Hk sebelum diberikan Intervensi . 57

Gambar 4.2 Display Data Perilaku Agresif Hk selama Intervensi ... 61


(12)

1

Rahayu Trisanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kedudukan manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk sosial yaitu manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat, yakni mampu melaksanakan aturan-aturan atau norma-norma yang ada di masyarakat dimana ia tinggal. Seluruh masyarakat dituntut mampu memenuhi aturan-aturan atau norma-norma yang ada di dalam masyarakat tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus (ABK).

Anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang memiliki hambatan secara permanen maupun secara temporer dan membutuhkan pelayanan khusus. Salah satu kelompok anak berkebutuhan khusus yaitu anak autistik. Anak autistik merupakan anak dengan hendaya perkembangan atau developmental disorder. Menurut Delphie (2006:47):

Autis terjadi dikarenakan ketidakberfungsian integrasi sensoris. Sensory integration dysfuntion adalah ketidakmampuan untuk memproses informasi yang diterima melaui indera, akibatnya mempunyai kesulitan mempelajari tanda-tanda verbal atau non verbal di lingkungannya.

Anak autistik memiliki kesulitan dalam menafsirkan stimulus dari lingkungan. Akibat dari adanya ketidak berfungsian integrasi sensoris pada otak, anak autistik memiliki hambatan-hambatan seperti hambatan interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

Hambatan interaksi sosial dapat dilihat dari karakteristik anak autistik antara lain pada saat anak tidak mau menatap mata ketika berbicara, dipanggil tidak menoleh dan tidak mau main dengan teman sebayanya. Hambatan dalam komunikasi dapat dilihat dari karakteristik anak autistik antara lain terlambat berbicara, membeo dan tidak memahami pembicaraan orang lain. Hambatan dalam perilaku dapat dilihat dari


(13)

2

karakteristik anak autistik antara lain cuek terhadap lingkungan, agresif, menyakiti diri sendiri dan keterpakuan.

Hambatan perilaku anak autistik dapat dihilangkan atau dikurangi frekuensi maupun intensitasnya, yaitu dengan adanya penanganan secara tepat dari lingkungan, salah satu contoh yaitu perilaku agresif. Perilaku agresif banyak ditemukan pada anak autistik. Tilton (Yuwono, 2009:44) menyebutkan perilaku agresif anak autistik merupakan gejala dari gangguan yang dimiliki bukan karena keterampilan orangtua yang buruk. Contoh perilaku agresif anak autistik antara lain menendang, memukul, melempar, meremas, mencemooh dan mencela.

Perilaku agresif yang terjadi di lapangan antara lain perilaku meremas pundak secara tiba-tiba pada orang lain, menendang ketika keinginanya tidak terpenuhi dan mencela ketika ada temannya yang terlambat dalam belajar. Menurut Clerq (1994:171) “perilaku agresif yaitu seseorang yang membahayakan, menyakiti atau melukai orang lain”, sedangkan menurut Myers (Sarwono, 2002:297) “perilaku agresif yaitu perilaku pisik atau lisan yang disengaja dengan maksud menyakiti atau merugikan orang lain”. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku agresif yaitu perilaku lisan atau pisik yang berakibat merugikan atau menyakiti orang lain. Perilaku agresif yang termasuk lisan misalnya mencemooh, mengejek, memaki, sedangkan perilaku agresif pisik misalnya menendang, meremas dan memukul.

Salah satu anak autistik yang juga mengalami hambatan perilaku agresif yaitu HK. HK adalah siswa SLB Al-Hikmah kelas enam SDLB berusia 13 tahun, memiliki IQ 62. Gejala-gejala autis yang tampak pada HK antara lain tidak mempunyai kontak mata apabila sedang berbicara dengan orang lain, sering mengulang-ulang kata, hambatan perilaku yaitu perilaku agresif seperti meremas pundak secara tiba-tiba, menendang, mencela temannya dan merusak barang di sekitar ketika keinginannya tidak terpenuhi. Hambatan-hambatan perilaku anak autistik memerlukan


(14)

3

Rahayu Trisanti, 2013

penanganan agar terjadi penyesuaian diri dalam masyarakat. Penanganan perilaku agresif diperlukan teknik dan metode yang tepat. Penanganan yang dilakukan oleh pihak guru HK di sekolah, berupa hukuman dan ancaman, akan tetapi penerapan hukuman tersebut tidak konsisten. Guru menerapkan hukuman yang tidak membuat efek jera pada anak. Anak melakukan perilaku agresif pada keesokan harinya.

Pendekatan behavioral yang memandang perilaku manusia dapat dimodifikasi melalui belajar. Pendekatan behavioral memiliki beberapa teknik, diantaranya teknik asertif, aversi, over control dan modelling. Salah satu teknik behavioral yang dipercayai dapat digunakan untuk menangani perilaku agresif yaitu teknik over control. Teknik over control adalah pengendalian perilaku atau memodifikasi perilaku terhadap target behavior secara berlebih dimana pengendalian perilaku dalam hal ini dilakukan secara ketat dan tegas. Teknik ini dilakukan agar terciptanya penyesuaian diri terhadap lingkungan.

Penelitian sebelumnya yang menggunakan teknik over control yaitu teknik over control sebagai upaya me-manage perilaku hiperaktif. Hasilnya teknik over control mampu memperbaiki, mengendalikan, dan mengembangkan perilaku yang lebih kondusif pada anak hiperaktif (Somad dan Assjari, 2002).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai “pengaruh teknik over control terhadap perilaku agresif pada anak autistik di SLB Al-Hikmah”, sebagai upaya dalam mereduksi perilaku mal adaptif anak autistik, serta bagaimana perubahan-perubahan perilaku agresif yang muncul sebelum dan setelah diterapkan teknik over control.


(15)

4

B. Identifikasi Masalah

Banyak permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini, maka penulis melakukan identifikasi masalah. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Anak autistik ialah anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan atau developmental disorder. Akibat dari adanya gangguan, anak autistik mempunyai hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

2. Hambatan perilaku anak autistik antara lain tantrum, agresif, repetitif dan stereotif. Perilaku agresif anak autistik disebabkan karena gangguan yang dimiliki anak autistik bukan karena keterampilan orangtua yang salah. Perilaku agresif yaitu perilaku dengan maksud menyakiti orang lain, dan dapat dilakukan secara verbal ataupun nonverbal.

3. Penanganan perilaku agresif diperlukan teknik atau metode yang sesuai dengan karakteristik anak. Teknik behavioral yang memandang perilaku seseorang diperoleh dari hasil belajar sesuai dengan karakteristik yang dimiliki anak dan mengubah tingkah laku negatif menjadi positif.

4. Teknik over control merupakan salah satu teknik behavioral yang dipercayai dapat digunakan untuk mereduksi perilaku agresif anak autistik.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada perilaku agresif yang muncul sebelum dan setelah diterapkan teknik over control, penanganan perilaku agresif anak autistik, serta penerapan teknik over control yang digunakan peneliti untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perilaku agresif pada anak autistik di SLB Al-Hikmah.


(16)

5

Rahayu Trisanti, 2013

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah perubahan-perubahan perilaku agresif yang muncul sebelum dan setelah diterapkan teknik over control pada anak autistik?

2. Apakah teknik over control berpengaruh terhadap perilaku agresif pada anak autistik di SLB Al-Hikmah?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Sesuai dengan masalah yang penulis rumuskan, maka tujuan dari penelitian yaitu untuk mereduksi perilaku agresif anak autistik dengan menggunakan teknik over control di SLB Al-Hikmah. b. Tujuan Khusus

Tujuan khususnya yaitu:

1) Mengetahui Perilaku Agresif pada Anak Autistik di SLB Al-Hikmah sebelum diterapkan teknik over control.

2) Mengetahui Perilaku Agresif pada Anak Autistik di SLB Al-Hikmah setelah diterapkan teknik over control.

3) Mengetahui pengaruh penerapan teknik over control terhadap perilaku agresif pada anak autistik.

2. Kegunaan penelitian

Menurut Riduan (2008:6) kegunaan penelitian adalah untuk menjelaskan tentang manfaat dari penelitian itu sendiri . Kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Kegunaan Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi perkembangan ilmu pendidikan khusus, khususnya yang berkaitan dengan penanganan perilaku agresif pada anak autistik.


(17)

6

b. Kegunaan Praktis

1) Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi guru dan orangtua anak autis mengenai teknik over control sebagai cara untuk penanganan perilaku agresif pada anak autistik.

2) Menambah wawasan bagi orang tua dan guru pada perubahan-perubahan perilaku agresif anak autistik yang terjadi sebelum dan sesudah ditera.pkan teknik over control.


(18)

22

Rahayu Trisanti, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep Variabel

Menurut Hact dan Farhady (Sugiyono, 2011:38) „Secara teoritis variabel penelitian dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain‟ dan menurut Arikunto (1993:91) “Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian atau penelitian”.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan dari dua definisi para ahli yang telah dipaparkan sebelumnya, variabel penelitian adalah objek yang menjadi fokus dalam penelitian dan memiliki keterkaitan objek satu dengan objek yang lainnya.

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu : a) Variabel bebas

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat” (Sunanto, dkk, 2006: 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik over control.

Teknik Over Control yaitu upaya pengendalian dan pengontrolan diri secara ketat dan tegas pada perilaku klien di ruang tertutup. Dalam pengontrolan perilaku dilakukan dengan sedikit memaksa, jika klien bertindak semaunya” (Somad dan Assjari, 2002:3) sedangkan menurut Miltenberg (2012:404):

Teknik over control yaitu control terjadi ketika seseorang terlibat dalam perilaku negatif kemudian ingin mengendalikannya agar perilaku yang diinginkan terjadi/ controlling behavior. Dalam controlling behavior menerapkan strategi pengelolaan diri dimana antecedent dan konsekuensi yang menjadi target behavior dimodifikasi. Definisi over dalam teknik ini difokuskan kepada sikap guru yang berlebih dalam arti disiplin dan tegas.


(19)

23

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik over control adalah pengendalian perilaku atau memodifikasi perilaku terhadap target behavior yaitu antecedent dan consequent secara berlebih dimana pengendalian perilaku dalam hal ini dilakukan secara ketat dan tegas.

b) Variabel terikat

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas” (Sunanto, dkk. 2006:12). Variabel terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan nama perilaku sasaran atau target behavior. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku agresif pada anak autistik.

Menurut Myers (Sarwono, 2002 : 297) menjelaskan bahwa „perilaku agresif adalah perilaku pisik ataupun lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain‟. Sedangkan menurut Clerq (1994:171) “perilaku agresif yaitu seseorang yang membahayakan, melukai atau menyakiti orang lain”.

Berdasarkan beberapa pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif dalam penelitian ini adalah segala tindakan baik verbal ataupun non verbal yang disengaja berakibat membahayakan, merugikan atau menyakiti terhadap orang lain.

2. Definisi Operasional Variabel a) Variabel bebas

Dalam penelitian ini yang dimaksud teknik over control adalah pengendalian perilaku dengan cara memodifikasi perilaku terhadap target behavior yaitu antecedent dan consequent yang dilakukan secara ketat dan tegas. Adapun prosedur pelaksanaan teknik over control yaitu sebagai berikut:


(20)

24

Rahayu Trisanti, 2013

1) Merancang alternatif/kegiatan pelaksanaan teknik over control dalam bentuk pembelajaran melalui berbagai bidang studi. 2) Menjelaskan peraturan yang harus dilakukan dan yang tidak

boleh dilakukan selama proses pembelajaran.

3) Menyajikan pembelajaran berbagai bidang studi yang berkaitan dengan perilaku agresif anak pada setiap penerapan teknik over control.

4) Memberi peringatan berupa hukuman setiap kali anak melakukan tindakan atau gejala-gejala perilaku yang tidak diinginkan atau tidak diharapkan dengan konsisten, tegas dan disiplin.

b) Variabel terikat

Perilaku agresif anak autistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku nonverbal yang bertujuan merugikan dan menyakiti orang lain. Perilaku non verbal yaitu meremas pundak orang lain secara tiba-tiba.

Data yang diperoleh dilakukan melalui observasi yaitu dengan melihat perilaku agresif anak autistik meremas anggota tubuh orang lain secara tiba-tiba.

Satuan ukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan frekuensi, yaitu menunjukkan berapa kali suatu peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu.

B. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran atau kombinasi dengan model concurrent embedded. Tujuan dari model concurrent embedded adalah untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan tetapi satu bentuk data memainkan peranan yang medukung bagi bentuk data yang lain. Menurut Sugiyono (2011), mengemukakan bahwa “desain concurrent embedded yaitu metode penelitian yang


(21)

25

menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan penelitian kualitataif dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara tidak seimbang. Metode tersebut digunakan secara bersama-sama, dalam waktu yang sama, tetapi independen untuk menjawab rumusan masalah sejenis”.

Penggunaan metode penelitian kuantitatif digunakan untuk mengetahui keefektivan penerapan teknik over control terhadap perilaku agresif anak autistik. Pada metode ini, metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian eksperimen dengan rancangan single subjek research (SSR) dengan disain A-B-A. “Disain A-B-A ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas” (Sunanto, 2006: 44).

Secara visual desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:

Grafik 3.1 Desain A-B-A

A1 = Baseline. Baseline-1 (A1) adalah kondisi awal kemampuan

subjek dalam perkembangan kognitif sebelum diberi perlakuan atau intervensi. Pengukuran pada fase baseline-1 akan dilakukan sampai data cenderung stabil dengan waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

FRE K U E N S I SESI


(22)

26

Rahayu Trisanti, 2013

B = Intervensi. Intervensi adalah kondisi kemampuan subjek

dalam perkembangan kognitif selama diberi perlakuan. Perlakuan diberikan semenjak data pada baseline cenderung stabil dan sampai data menjadi stabil, yaitu dengan pemberian materi pembelajaran.

A2 = Baseline. Baseline-2 (A2) yaitu pengulangan kondisi

baseline sebagai evaluasi sejauh mana intervensi yang dilakukan memberi pengaruh kepada subjek. Pengukuran pada fase baseline 2 dilakukan sampai data cenderung stabil.

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, baseline diperoleh dengan dilakukan observasi. Intervensi dilakukan sebagai upaya agar anak dapat mencapai yang belum dikuasainya pada baseline-1.

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian concurrent embedded (Sugiyono, 2011:538), ialah:

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan bertujuan untuk melihat perilaku-perilaku agresif anak autistik yang terjadi sebelum di terapkan teknik over control, kemudian melihat perubahan-perubahan perilaku agresif anak autistik yang terjadi setelah diterapkan teknik Masalah dan Rumusan Masalah Landasan Teori dan Hipotesis

Pengumpulan dan analisis data KUANTITATIF

Pengumpulan dan analisis data kualitatif Analisis Data KUAN dan Kual Penyajian data Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran


(23)

27

over control. Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan atau observasi, wawancara dan dokumentasi.

Metode kuantitatif digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mereduksi perilaku agresif yang muncul menggunakan teknik over control dengan satuan ukur frekuensi. Dalam pelaksanaan teknik over control ini dilakukan di dalam ataupun di luar kelas. Metode kuantitatif dengan SSR (Single Subject Research) dengan desain A-B-A. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan atau observasi untuk memperoleh baseline-1 (A-1). Pada fase intervensi dilakukan sebanyak 8 sesi. Intervensi yang dilakukan yaitu dengan pemberian hukuman secara tegas, konsisten dan disiplin ketika perilaku agresif muncul.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Nama : HK

Usia : 13 tahun

Tempat, Tanggal, Lahir : Bandung, Maret 2000 Jenis Kelamin : Laki-laki

Kelas : VI (enam)

Sekolah : SLB Al-Hikmah

Alamat : Jl. Purwakarta Kp Poskulon Ds Kertamulya Kab. Bandung Barat 40553.

2. Karakteristik Anak

Kemampuan Bahasa :

Bahasa yang dimiliki anak sama dengan anak pada umumnya, hanya saja anak sering mengulang-ulang kata-kata difilm yang anak tonton.

Kemampuan Motorik :

Motorik kasar, kemampuan motorik kasar yang dimiliki anak sama dengan anak pada umumnya.


(24)

28

Rahayu Trisanti, 2013

Motorik halus, kemampuan motorik halus anak hampir sama dengan anak pada umumnya hanya saja anak memiliki hambatan dalam menulis yang kurang rapi, hanya terbaca oleh dirinya sendiri. Kemampuan Kognitif :

Kemampuan kognitif anak ketika dilakukan tes IQ diperoleh angka 62. Apabila dikategorikan dalam klasifikasi anak tunagrahita maka anak termasuk anak tunagrahita ringan. Anak dapat mengikuti pembelajaran akademik sampai dengan kelas 6 SD.

Kemampuan Sosial :

Kemampuan sosial anak cukup baik apabila diajak berbicara anak menjawab dengan benar walaupun sering mengatakan kata-kata yang tidak tepat. Dalam hal teman anak tidak mempunyai teman yang dekat.

Perilaku :

Anak sering memunculkan perilaku agresif terhadap lawan jenis yaitu meremas bahu lawan jenis.

Atensi :

Atensi anak cukup baik hanya harus dilakukan pengulangan karena anak sering asik berbicara yang tidak bermakna.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan tidak akan terlepas dari latar yang menjadi tempat diperolehnya data. Penelitian ini dilakukan di SLB Al-Hikmah yang berada di Jl Gedong X no 14 Padalarang Kab. Bandung Barat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua hal yang utama yang mempengaruhi kualitas dan hasil penelitian yaitu kualitas instrument dan kualitas pengumpulan data. (Sugiyono, 2012:193).

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan


(25)

29

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

a. Data Kualitatif

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu observasi berperan serta, wawancara tidak terstruktur dan dokumentasi.

Observasi berperan serta yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, sedangkan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, dan dokumentasi yaitu catatan peristiwa yang telah berlalu biasanya berbebtuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental (Sugiyono, 2011:145).

b. Data Kuantitatif

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif yaitu observasi. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala dalam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2012:203). Dalam teknik observasi ini, peneliti memilih observasi dengan berperan serta (Participant observation) peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Perilaku yang diamati peneliti dalam penelitian ini adalah perilaku agresif meremas pundak orang lain secara tiba-tiba.

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Data Kualitatif

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis yang dikemukakan oleh Miles dan huberman yang mencakup tiga kegiatan bersamaan, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan


(26)

30

Rahayu Trisanti, 2013

penarikan kesimpulan (conclusion drawing/ verification) (Sugiyono, 2009:337).

a. Reduksi Data (data reduction)

“Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.” (Sugiyono, 2009:338). Pada tahap ini, reduksi dilakukan setelah melakukan proses observasi.

b. Penyajian Data (data display)

Penyajian data yang digunakan pada tahap ini adalah berupa bagan.

c. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing/ verification)

Penarikan kesimpulan ini adalah langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman.

2. Data Kuantitatif

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik deskriptif sederhana, data yang disajikan dengan menggunakan grafik. Perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis data dalam kondisi dan antar kondisi.

a. Analisis dalam Kondisi.

Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan dalam suatu kondisi, misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Komponen-komponen yang dianalisis adalah:

1) Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi, menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada tiap kondisi. Panjang kondisi atau banyaknya data dalam kondisi tidak ada ketentuan pasti. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukkan kestabilan dan arah grafik yang jelas.


(27)

31

2) Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi. Untuk membuat garis dilakukan dengan dua metode, yaitu a) metode tangan bebas (freehand) yaitu membuat garis secara langsung pada suatu kondisi sehingga membelah data sama banyak yang terletak di atas dan di bawah garis tersebut. b) metode belah tengah (split-middle), yaitu membuat garis lurus membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.

3) Tingkat Stabilitas (level stability)

Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan data ini dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dapat dikatakan stabil.

4) Tingkat Perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antar dua data. Tingkat perubahan data dalam kondisi merupakan selisih antar data pertama dan data terakhir.

5) Jejak Data (data path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar.

6) Rentang

Rentang merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang memberikan informasi yang sama pada analisis tentang tingkat perubahan (level change).


(28)

32

Rahayu Trisanti, 2013

b. Analisis antar Kondisi

Analisis antar kondisi yaitu perubahan data antara dua kondisi, misal kondisi baseline (A) ke kondisi intervensi (B). Komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi:

1) Variabel yang diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

2) Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Dalam analisis data antar kondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh intervensi. Kemungkinan kecenderungan grafik antar kondisi adalah a) mendatar ke mendatar, b) mendatar ke menaik, c) mendatar ke menurun, d) menaik ke menaik, e) menaik ke mendatar, f) menaik ke menurun, g) menurun ke menaik, h) menurun ke mendatar, i) menurun ke menurun. Sedangkan makna efek tergantung pada tujuan intervensi.

3) Perubahan Stabilitas dan Efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menujukkan arah (mendatar, menaik, dan menurun) secara konsisten.

4) Perubahan Level Data

Perubahan level data yaitu menunjukkan seberapa besar data berubah. Tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya (intervensi). Nilai selisih ini menggambarkan seberapa besar terjadinya perubahan perilaku akibat pengaruh intervensi.


(29)

33

5) Data yang Tumpang Tindih (overlap)

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut. Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi, semakin banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi. Misalnya, jika data pada suatu kondisi baseline lebih dari 90% yang tumpang tindih pada kondisi intervensi. Hal ini memberikan isyarat bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakinkan.

Dalam tahap kedua ini, bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis. Penggunaan analisis dengan grafik ini diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen.

Menurut Sunanto (2006: 30) terdapat beberapa komponen dasar yang harus dipahami dalam pembuatan grafik yaitu:

1) Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari, dan tanggal).

2) Ordinat adalah sumbu Y yang merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi, dan durasi).

3) Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4) Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%). 5) Label kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi


(30)

34

Rahayu Trisanti, 2013

6) Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi yang lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7) Judul grafik judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Data diperoleh dengan menggunakan pendekatan campuran yaitu kuantitatif dan kualitatif, pada pendekatan kuantitatif digunakan metode penelitian eksperimen dengan rancangan Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A. Dari data yang diperoleh menunjukkan perubahan frekuensi perilaku pada setiap fase penelitian mulai dari baseline-1 (A-1) yang dilakukan sebanyak 4 sesi, intervensi (B) yang dilakukan sebanyak 8 sesi dan baseline-2 (A-2) yang dilakukan sebanyak 4 sesi. Kecenderungan stabilitas pada baseline-1 yaitu stabil (75%), pada intervensi (B) yaitu stabil (50%) dan pada baseline-2 yaitu stabil (100%). Kecenderungan jejak data pada setiap fasenya cenderung menurun. Level stabilitas dan rentang pada baseline-1 stabil pada rentang 5-6, intervensi stabil pada rentang 4-2 dan pada baseline-2 stabil pada rentang 1-1. Perubahan level baseline-1 yaitu +1, intervensi -2 dan baseline-2 yaitu =0. Perubahan kecenderungan arah negatif pada setiap fasenya. Perubahan kecenderungan stabilitas yaitu stabil ke stabil dan stabil ke stabil. Penelitian yang dilakukan tidak ditemukan data yang overlap, hal ini menunjukkan bahwa pemberian intervensi dalam penelitian ini dapat merubah perilaku agresif Hk.

Perubahan-perubahan perilaku pada penelitian ini dapat terlihat dari sikap atau perilaku Hk sebelum intervensi, selama intervensi dan setelah intervensi. Perubahan-perubahan perilaku Hk yaitu dari yang bersikap acuh terhadap perkataan guru/ peneliti menjadi merespon dengan baik, dari sikap tidak takut terhadap guru/peneliti menjadi sedikit takut dan segan karena takut diberikan hukuman, dari tidak mempunyai kesadaran akan perilaku yang dilakukan Hk menjadi memiliki kesadaran bahwa perilaku yang dilakukan Hk akan berdampak buruk bagi orang lain dan dari perilaku yang tidak terkendali menjadi terkendali terbukti dengan frekuensi perilaku agresif Hk yang mengalami penurunan.


(32)

71

Rahayu Trisanti, 2013

Berdasarkan data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa teknik over control dapat berpengaruh terhadap penurunan perilaku agresif anak autistik. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil data kualitatif yang menunjukkan perubahan perilaku agresif setelah diterapkan teknik over control mengarah kepada perilaku yang dikehendaki peneliti atau perilaku yang positif.

B. Rekomendasi

Rekomendasi dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi guru dapat menggunakan teknik over control sebagai salah satu cara untuk mereduksi perilaku agresif siswa. Jenis hukuman dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa. Hukuman tersebut harus yang dapat membuat efek jeraakan tetapi bersifat mendidik, seperti diam di luar kelas untuk siswa yang berperilaku agresif, meberikan gerakan push-up agar siswa tidak melakukan perilaku negatif kembali karena merasa cape apabila dihukum seperti itu, dst. Hukuman dapat berjalan evektif apabila guru bersikap konsisten, tegas dan disiplin dalam pemberian hukuman, seperti tidak merasa kasian terhadap siswa demi kemajuan siswa.

2. Bagi orangtua sebaiknya memberikan pengawasan kepada anaknya terutama anak yang memiliki kebutuhan khusus. Membatasi dalam bergaul dan membatasi dalam kemajuan teknologi, seperti mendaftarkan anak dalam kelompok lingkungan yang baik seperti sekolah atau pengajian, melakukan pengawasan setiap kali anak bermain dengan komputer dalam hal ini internet.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik over control terhadap hambatan perilaku dan subyek yang berbeda untuk mengembangkan teori dari over control itu sendiri, kemudian subyek dapat ditambahkan menjadi lebih dari satu dan perilaku yang diberikan intervensi dapat lebih dari satu perilaku, misalnya perilaku impulsive dan perilaku agresif pada anak autistik dan anak tunagrahita.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung:Depdikbud. Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Clerq. (1994). Perilaku Perilaku Menyimpang. Jakarta: .

Delphie, Bandi. (2005). Bimbingan Konseling Untuk Non-Adaptif. Bandung:Pustaka Bani Quraisy.

Delphie, Bandi. (2006). Autism Usia Dini. Bandung: Rizqi Press

Haryanto. (19 Januari 2010). Pengertian Perilaku Agresif. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-perilaku-agresif. [7 Februari 2013]. Hurlock, Elizabeth. (1978). Pekembangan Anak. Jilid Kesatu. Edisi keenam.

Jakarta : Erlangga.

Jones, Nelson. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kesekolah. (2012). Bantu anak hadapi masa pubertas [online]. Tersedia : http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/pendidikan/bantu-anak-hadapi-masa-pubertas.html [7 Februari 2013].

Miltenberg, Raymond. (2012). Behavior Modification Principle & Procedures. Wadsworth Cengage Learning: E-book.

Repository UPI . Kecenderungan perilaku agresif anak tunagrahita ringan terhadap lawan jenis pada masa pubertas. [online] Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_plb_033758_chapter1.pdf [7 februari 2013].

Riduan. (2008). Belajar Mudah Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Rosjidan. (1988). Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta: Depdikbud.

Sarwono. (2002). Psikologi sosial: individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta : Balai Pustaka

Setiawan, Atang. (2012). Cara Penanganan Perilaku Agresif [online]. Tersedia : http://filedosed.upi.edu [2 April 2013]

Somad, P, Assjari, M. (2002). Teknik over control sebagai upaya me-manage prilaku hiperaktif.pdf [online]. Tersedia : http//filedosen.upi.edu. (10 Januari 2013).

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Rineka Aditama.


(34)

73

Rahayu Trisanti, 2013

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Ketut. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunanto, Juang.dkk. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS.

Sunardi, Rachmah. (2009). Pengaruh Latihan Finger Painting Terhadap Perilaku Agresif Anak. [online] Tersedia : http://filedosen.upi.edu [4 April 2013] Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

Remaja Rosdakarya.


(1)

5) Data yang Tumpang Tindih (overlap)

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut. Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi, semakin banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi. Misalnya, jika data pada suatu kondisi baseline lebih dari 90% yang tumpang tindih pada kondisi intervensi. Hal ini memberikan isyarat bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakinkan.

Dalam tahap kedua ini, bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis. Penggunaan analisis dengan grafik ini diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen.

Menurut Sunanto (2006: 30) terdapat beberapa komponen dasar yang harus dipahami dalam pembuatan grafik yaitu:

1) Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari, dan tanggal).

2) Ordinat adalah sumbu Y yang merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi, dan durasi).

3) Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4) Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%). 5) Label kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi


(2)

34

Rahayu Trisanti, 2013

Pengaruh Penerapan Teknik Over Control Terhadap Perilaku Agresif Anak Autistik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6) Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi yang lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7) Judul grafik judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Data diperoleh dengan menggunakan pendekatan campuran yaitu kuantitatif dan kualitatif, pada pendekatan kuantitatif digunakan metode penelitian eksperimen dengan rancangan Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A. Dari data yang diperoleh menunjukkan perubahan frekuensi perilaku pada setiap fase penelitian mulai dari baseline-1 (A-1) yang dilakukan sebanyak 4 sesi, intervensi (B) yang dilakukan sebanyak 8 sesi dan baseline-2 (A-2) yang dilakukan sebanyak 4 sesi. Kecenderungan stabilitas pada baseline-1 yaitu stabil (75%), pada intervensi (B) yaitu stabil (50%) dan pada baseline-2 yaitu stabil (100%). Kecenderungan jejak data pada setiap fasenya cenderung menurun. Level stabilitas dan rentang pada baseline-1 stabil pada rentang 5-6, intervensi stabil pada rentang 4-2 dan pada baseline-2 stabil pada rentang 1-1. Perubahan level baseline-1 yaitu +1, intervensi -2 dan baseline-2 yaitu =0. Perubahan kecenderungan arah negatif pada setiap fasenya. Perubahan kecenderungan stabilitas yaitu stabil ke stabil dan stabil ke stabil. Penelitian yang dilakukan tidak ditemukan data yang overlap, hal ini menunjukkan bahwa pemberian intervensi dalam penelitian ini dapat merubah perilaku agresif Hk.

Perubahan-perubahan perilaku pada penelitian ini dapat terlihat dari sikap atau perilaku Hk sebelum intervensi, selama intervensi dan setelah intervensi. Perubahan-perubahan perilaku Hk yaitu dari yang bersikap acuh terhadap perkataan guru/ peneliti menjadi merespon dengan baik, dari sikap tidak takut terhadap guru/peneliti menjadi sedikit takut dan segan karena takut diberikan hukuman, dari tidak mempunyai kesadaran akan perilaku yang dilakukan Hk menjadi memiliki kesadaran bahwa perilaku yang dilakukan Hk akan berdampak buruk bagi orang lain dan dari perilaku yang tidak terkendali


(4)

71

Rahayu Trisanti, 2013

Pengaruh Penerapan Teknik Over Control Terhadap Perilaku Agresif Anak Autistik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa teknik over control dapat berpengaruh terhadap penurunan perilaku agresif anak autistik. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil data kualitatif yang menunjukkan perubahan perilaku agresif setelah diterapkan teknik over control mengarah kepada perilaku yang dikehendaki peneliti atau perilaku yang positif.

B. Rekomendasi

Rekomendasi dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi guru dapat menggunakan teknik over control sebagai salah satu cara untuk mereduksi perilaku agresif siswa. Jenis hukuman dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa. Hukuman tersebut harus yang dapat membuat efek jeraakan tetapi bersifat mendidik, seperti diam di luar kelas untuk siswa yang berperilaku agresif, meberikan gerakan push-up agar siswa tidak melakukan perilaku negatif kembali karena merasa cape apabila dihukum seperti itu, dst. Hukuman dapat berjalan evektif apabila guru bersikap konsisten, tegas dan disiplin dalam pemberian hukuman, seperti tidak merasa kasian terhadap siswa demi kemajuan siswa.

2. Bagi orangtua sebaiknya memberikan pengawasan kepada anaknya terutama anak yang memiliki kebutuhan khusus. Membatasi dalam bergaul dan membatasi dalam kemajuan teknologi, seperti mendaftarkan anak dalam kelompok lingkungan yang baik seperti sekolah atau pengajian, melakukan pengawasan setiap kali anak bermain dengan komputer dalam hal ini internet.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik over control terhadap hambatan perilaku dan subyek yang berbeda untuk mengembangkan teori dari over control itu sendiri, kemudian subyek dapat ditambahkan menjadi lebih dari satu dan perilaku yang diberikan intervensi dapat lebih dari satu perilaku, misalnya perilaku impulsive dan perilaku agresif pada anak autistik dan anak tunagrahita.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung:Depdikbud. Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Clerq. (1994). Perilaku Perilaku Menyimpang. Jakarta: .

Delphie, Bandi. (2005). Bimbingan Konseling Untuk Non-Adaptif. Bandung:Pustaka Bani Quraisy.

Delphie, Bandi. (2006). Autism Usia Dini. Bandung: Rizqi Press

Haryanto. (19 Januari 2010). Pengertian Perilaku Agresif. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-perilaku-agresif. [7 Februari 2013]. Hurlock, Elizabeth. (1978). Pekembangan Anak. Jilid Kesatu. Edisi keenam.

Jakarta : Erlangga.

Jones, Nelson. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kesekolah. (2012). Bantu anak hadapi masa pubertas [online]. Tersedia : http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/pendidikan/bantu-anak-hadapi-masa-pubertas.html [7 Februari 2013].

Miltenberg, Raymond. (2012). Behavior Modification Principle & Procedures. Wadsworth Cengage Learning: E-book.

Repository UPI . Kecenderungan perilaku agresif anak tunagrahita ringan terhadap lawan jenis pada masa pubertas. [online] Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_plb_033758_chapter1.pdf [7 februari 2013].

Riduan. (2008). Belajar Mudah Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Rosjidan. (1988). Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta: Depdikbud.

Sarwono. (2002). Psikologi sosial: individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta : Balai Pustaka

Setiawan, Atang. (2012). Cara Penanganan Perilaku Agresif [online]. Tersedia : http://filedosed.upi.edu [2 April 2013]

Somad, P, Assjari, M. (2002). Teknik over control sebagai upaya me-manage prilaku hiperaktif.pdf [online]. Tersedia : http//filedosen.upi.edu. (10 Januari 2013).


(6)

73

Rahayu Trisanti, 2013

Pengaruh Penerapan Teknik Over Control Terhadap Perilaku Agresif Anak Autistik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Ketut. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunanto, Juang.dkk. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS.

Sunardi, Rachmah. (2009). Pengaruh Latihan Finger Painting Terhadap Perilaku Agresif Anak. [online] Tersedia : http://filedosen.upi.edu [4 April 2013] Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

Remaja Rosdakarya.