T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Maskulinitas Pemimpin Perempuan di Televisi Indonesia: Analisis Wacana Kritis Sara Mills pada Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam Program Talkshow Kick Andy Metro TV

5.1. Analisis pada Talkshow Kick Andy Edisi 8 April 2016

5.1.1. Judul Lead Talkshow “Kartini Bernyali”

  Gambar 5.1. Judul Lead Talkshow Kick Andy 8 April 2016

  Sumber : Tayangan Kick Andy edisi 8 April 2016

A. Posisi Subjek-Objek

  Terlihat dari data diatas memposisikan Tim Creative selaku tim produksi content talkshow sebagai Subjek dan Menteri Susi sebagai objek yang diceritakan dalam teks ini. Tim Creative sebagai Subjek mencoba untuk memposisikan Objek Menteri Susi sebagai sosok yang merepresentasikan Kartini, yaitu sosok perempuan pejuang di masanya. Dalam hal ini subjek ingin memposisikan objek sebagai Kartini di masa kini di mata pemirsanya.

  Judul ini ditayangkan pada 8 April 2016 dimana merupakan edisi menyongsong hari Kartini 21 April 2016, beberapa deretan tema menyongsong kartini diusung namun edisi “Kartini Bernyali” ini ditayangkan di minggu pembuka, sehingga ketertarikan masyarakat telah didapatkan sejak awal karena sosok Susi yang kontroversial di masyarakat yang ditunjukan melalui beberapa pemberitaan menyangkut penampilan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Susi selaku Menteri Kelautan dan Perikanan, hal ini juga diakui oleh Susi melalui pemberitaan Republika News pada 27 Juli 2016 lalu.

  "Saya dikenal kontroversial dalam memerangi penangkapan ikan secara ilegal," kata Menteri Susi saat membuka Ministerial Meeting on Traceability of Fish and

  Fisheries Product di Jakarta, Rabu (277) 1 .

  Tayangan ini juga dengan jelas memilih topik utama “Kartini Bernyali” dan narasumber utama adalah Susi Pudjiastuti. Melalui judul

  1 Hermawan,Bayu. 2016. Menteri Susi : Saya Dikenal Kontroversial diakses melalui http:nasional.republika.co.idberitanasionalumum160727oaywc0354-menteri-susi-saya-

  dikenal-kontroversial pada 4 Mei 2017 dikenal-kontroversial pada 4 Mei 2017

  Melalui pemilihan kata “bernyali” yang dalam beberapa definisi berarti Have the courage to do something (Oxford Dictionary) atau mempunyai keberanian; berani (KBBI,2017) melalui kata definisi diatas kata “bernyali” tersebut digunakan sebagai penggambaran karakter utama yang ingin ditonjolkan dari Susi, subjek ingin mengkonstruksikan dalam pikiran pemirsa Susi sebagai sosok yang bernyali atau memiliki keberanian dalam hal-hal yang dilakukannya dan dengan adanya kata “Kartini” memperjelas konteks pembicaraan sosok yang bernyali sebagai pejuang perempuan yang memiliki pengaruh dan memberikan perubahan dalam negaranya.

  Dalam 8 Konsep maskulinitas dari zaman ke zaman yang dikemukakan oleh Dermantoto, keberanian menjadi salah satu point yang dikemukakannya sebagai tolak ukur maskulinitas seseorang yaitu dalam konsep Give em hill yaitu konsep yang menggambarkan karakter maskulinitas seorang laki-laki sebagai sosok yang memiliki aura keberanian dan agresi serta berani mengambil resiko sekalipun rasa takut menginginkan sebaliknya (Dermantoto,2010). Sehingga dengan penggunaan kata “Kartini Bernyali” subjek ingin menunjukan sosok Susi sebagai Pejuang perempuan yang berbeda dengan perempuan biasanya atau lebih maskulin karena perempuan pada masyarakat umum di labeli karakter feminin dengan menggunakan kata “bernyali” yang dikonstruksikan sebagai kata yang menggambarkan karakter maskulinitas.

B. Posisi Pembaca

  Dalam studi media melalui tayangan televisi maka wacana yang hadir memiliki pemirsanya sebagai Aktor yang berperan sebagai Pembaca, demikian pula dalam wacana ini. Posisi penulis dalam data diatas adalah Subjek yang dijelaskan dalam penjelasan di atas yaitu Tim Creative atau Tim Produksi, sedangkan yang menjadi Pembacanya adalah pemirsa di Studio dan Pemirsa yang menonton tayangan ini.

  Melalui judul “Kartini Bernyali” yang menjadi hal pertama yang akan didengar pemirsa ketika menonton tayangan ini, penulis ingin mengkonstruksikan kesan awal karakter Susi sebagai sosok perempuan pejuang masa kini yang berani dalam berbagai hal yang dihadapinya, sehingga seiring dengan berbagai pertanyaan yang akan dilontarkan kepada Susi mengenai hal-hal yang dihadapinya dalam bekerja maupun mengenai perjuangan kehidupannya, pemirsa selaku penonton disini telah terbawa dan terus dibangun pikirannya melalui alur yang diinginkan penulis untuk mengkonstruksikan Susi sebagai Kartini Bernyali.

5.1.2. Segment 1

5.1.2.1. Penggunaan Tattoo

A. Posisi Subjek-Objek

  Dalam data berikut posisi Tim Creative atau Tim Produksi

  masih sebagai Subjek dan Susi sebagai Objek. Dalam data ini Subjek menceritakan mengenai penampilan dari objek yaitu Perokok, berpenampilan urakan dan Tattoo, dengan bertolak dari kontroversi yang ada di masyarakat mengenai penampilan Susi, Subjek menceritakan dan memperkuat konstruksi tersebut dengan memilih bahasa yang merupakan hasil konstruksi maskulinitas sehingga menunjukkan bahwa penampilan

  Susi berbeda dari sosok perempuan yang dianggap sebagai kartini-kartini saat ini yaitu sosok yang feminine dan berpenampilan anggun.

  Melalui perbincangan pertama antar Host dan Susi, hal yang

  diperbincangkan pertama adalah tattoo yang dimiliki susi di bagian betis kaki kanannya.

  Andy: terimakasih bu Susi, silahkan duduk. Apa kabar? dulu kan saya mengundang anda di Kick Andy, menceritakan kisah hidup anda

  ya, dari anak yang cuman lulusan SMP berjuang keras, bekerja keras, kemudian sukses, kali ini sebagai menteri . Apa perbedaan yang paling anda rasakan sebagai pengusaha dan sebagai menteri ?

  Susi : lebih enak dan bebas sebagai seorang pengusaha, lebih mudah karena mau jadi hari ini terserah, mau besoak terserah, tidak bersinggungan dengan berbagai kepentingan cuman kepentingan perusahaan dan saya kalau sekarang serba susah dan harus diliput di mana-mana, jadi kadang tidak boleh dulu kalo duduk seenaknya sedangkan sekarang tidak bisa, dulu mau keluar pake baju sesukanya, sekarang tidak bisa.

  Andy : sekarang tattoo nya ditutupin ya Susi : Iya, gak juga sih kadang-kadang, kadang capek ya dilepas saja

  Dalam teks tersebut subjek mencoba untuk untuk membuka

  perbincangan dengan mengarahkan perbincangan pada perubahan yang dirasakan Susi, hal tersebut akan mengantar Susi pada penjelasannya mengenai hal-hal yang biasanya dilakukan ke hal yang tidak biasa dilakukan, dengan jelas Susi mencoba untuk menjelaskan hal-hal umum yang biasanya di lakukan. Namun dengan kalimat “Sekarang tattoo nya ditutupin ya” Andy mengarahkan Susi untuk membicarakan mengenai penampilannya yang menjadi kontroversi di masyarakat saat ini, dengan perbincangan dengan mengarahkan perbincangan pada perubahan yang dirasakan Susi, hal tersebut akan mengantar Susi pada penjelasannya mengenai hal-hal yang biasanya dilakukan ke hal yang tidak biasa dilakukan, dengan jelas Susi mencoba untuk menjelaskan hal-hal umum yang biasanya di lakukan. Namun dengan kalimat “Sekarang tattoo nya ditutupin ya” Andy mengarahkan Susi untuk membicarakan mengenai penampilannya yang menjadi kontroversi di masyarakat saat ini, dengan

  Dalam penelitian yang dilakukan di Jagiellonian University

  Medical College di Polandia menunjukkan 2.369 perempuan dan 215 pria setuju bahwa tato memperkuat nilai maskulin orang yang memilikinya, sehingga sekalipun di Indonesia sendiri Tattoo berasal dari budaya Tattoo suku dayak, namun dalam perekembangannya di masyarakat, hal ini sudah dipandang sebagai hal maskulin, sehingga perempuan yang memiliki tattoo akan dipandang tidak baik dan terlalu tomboy. Sehingga dengan pemilihan bahasa “menutupi tattoo” menunjukkan Susi sebagai sosok perempuan yang ingin tetap memiliki tattoo namun menutupimenyembunyikannya hanya agar tidak terlihat dari pandangan media atau masyarakat.

B. Posisi Pembaca

  Andy : sekarang tattoo nya ditutupin ya Susi : Iya, gak juga sih kadang-kadang, kadang capek ya dilepas saja

  Selanjutnya, dengan respon yang diberikan Susi mengenai

  perkataan Andy terlihat bahwa Susi memposisikan diri sebagai Penulis disini yang menceritakan mengenai dirinya dan tattoo yang dimilikinya dan dalam hal ini masih Pemirsa masih diposisikan sebagai Pembaca.

  Melalui teks diatas, Susi sendiri juga menyetujui bahwa dia

  berusaha menutupinya, namun karena baginya tattoo merupakan hal penting baginya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan ketika hal tersebut ditutupi, hal ini dapat dilihat dengan perkataan Susi “kadang capek ya lepas saja” dengan perkataan ini menunjukan pada masyarakat atau pemirsa bahwa Susi sendiri merasa tidak nyaman ketika tattoo nya ditutupi atau menyembunyikan tattoo nya, dalam KBBI “lepas” sendiri diartikan sebagai “bebas dari ikatan dan tidak terikat lagi” atau “tidak tertambat” yang menunjukan maksud kalimat yang menggunakan kata ini adalah aktivitas yang dilakukan berlawanan dengan yang ada sebelumnya, atau yang dilakukan sebelumnya, terikat menjadi terlepas, sehingga akan membangun pikiran dalam masyarakat selaku pembaca disini kalau Susi sendiri nyaman, dengan tattoo nya karena merasa terikat ketika ditutupi dan hal ini juga memperkuat pandangan maskulin oleh masyarakat pada Susi, karena konstruksi tattoo yang berkembang di masyarakat saat ini.

5.1.2.2. Tegas, Berani dan Konsisten

A. Posisi Subjek-Objek

  Data berikut ini mengenai “Sepak Terjang Menteri Kelautan dan Perikanan” yang diselipkan dalam bentuk video singkat di dalam tayangan Kick Andy, berikut data berupa elemen Audio dari video tersebut :

  “Kebijakan penenggelaman kapal pencuri ikan ini banyak membuat orang tercengang dan kaget, tindakan menteri kelautan

  Susi Pudjiastuti yang tegas tanpa kompromi memicu kontroversi karena dinilai lebih berani dari pejabat sebelumnya, namun seiring berjalannya waktu dan ketegasannya serta konsistensinya Susi Pudjiastuti dalam memerangi para pencuri ikan itu akhirnya banyak dukungan dari masyarakat” 42

  Dari data diatas, posisi subjek dalam teks adalah Narator pencerita, yang menceritakan sosok Susi selaku objek dari sisi perkembangan kinerja yang telah dilakukan Susi terkhususnya dalam penerapan kebijakan penenggelaman kapal pencuri ikan di laut Indonesia. Dari teks tersebut, terlihat Narator ingin menceritakan perbedaan Susi dengan perempuan-perempuan lain atau bahkan Menteri-menteri sebelumnya, dengan kalimat :

  tindakan menteri kelautan Susi Pudjiastuti yang tegas tanpa kompromi memicu kontroversi karena dinilai lebih berani dari pejabat sebelumnya

  Menunjukan bahwa inti cerita dari Narator adalah menilai sikap Susi dari pandangan masyarakat pada umumnya, dengan mengangkat fenomena yang ada mengenai kebijakan penenggelaman kapal pencuri ikan pada masa kerja Susi, Subjek ingin menceritakan bahwa dalam penerapan kebijakan tersebut Susi dinilai masyarakat sebagai sosok yang tegas, tanpa kompromi dan berani. Dalam hal ini „tegas‟ (Assertive) dapat diartikan sebagai someone who is not frightened to say what they want or believe (Cambridge Dictionary) atau seseorang yang tidak takut dan tidak ragu dalam menyampaikan apa yang mereka inginkan atau percayai. Kemudian, kata selanjutnya memperkuat maksud kata „tegas‟ tersebut, yaitu „tanpa kompromi‟ dalam konteks kalimat ini kata „kompromi‟ sendiri dapat diartikan sebagai “to allow your principles to be less strong or your standards or morals to be lower” (Cambridge Dictionary) atau the acceptance of standards that are lower than is desirable yang dapat dibahasakan dengan tindakan menerima kesepakatan untuk menurunkan standar Menunjukan bahwa inti cerita dari Narator adalah menilai sikap Susi dari pandangan masyarakat pada umumnya, dengan mengangkat fenomena yang ada mengenai kebijakan penenggelaman kapal pencuri ikan pada masa kerja Susi, Subjek ingin menceritakan bahwa dalam penerapan kebijakan tersebut Susi dinilai masyarakat sebagai sosok yang tegas, tanpa kompromi dan berani. Dalam hal ini „tegas‟ (Assertive) dapat diartikan sebagai someone who is not frightened to say what they want or believe (Cambridge Dictionary) atau seseorang yang tidak takut dan tidak ragu dalam menyampaikan apa yang mereka inginkan atau percayai. Kemudian, kata selanjutnya memperkuat maksud kata „tegas‟ tersebut, yaitu „tanpa kompromi‟ dalam konteks kalimat ini kata „kompromi‟ sendiri dapat diartikan sebagai “to allow your principles to be less strong or your standards or morals to be lower” (Cambridge Dictionary) atau the acceptance of standards that are lower than is desirable yang dapat dibahasakan dengan tindakan menerima kesepakatan untuk menurunkan standar

  Dari penjelasan diatas mengenai posisi teks dalam menjelaskan karakter kepemimpinan Susi, masyarakat jelas memandang Susi sebagai sosok yang tegas dan berani, karakter ini dikategorikan sebagai karakter maskulin, salah satu konsep yang dapat menjelaskan kosntruksi maskulin di atas adalah konsep oleh Donaldson (1993) dalam Dermantoto (2010) bahwa dalam masyarakat terdapat tolak ukur maskulinitas yang tidak tertulis namun disepakati bersama salah satunya yaitu laki-laki pantang menangis, harus tampak tegar, kuat dan pemberani. Sehingga pandangan maskulin pada Susi sangat kuat dalam masyarakat dengan konstruksi nilai-nilai maskulinitas yang berkembang saat ini.

B. Posisi Pembaca

  Dalam teks ini, pembaca yaitu pemirsa mencoba dibuka pemikiran mereka mengenai sosok Susi sebagai perempuan yang tegas, berani dan konsisten dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Menteri. Pembaca dihantar untuk menerima sosok Susi yang digambarkan dalam teks tersebut dengan melihat perjalanan Susi dari Dalam teks ini, pembaca yaitu pemirsa mencoba dibuka pemikiran mereka mengenai sosok Susi sebagai perempuan yang tegas, berani dan konsisten dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Menteri. Pembaca dihantar untuk menerima sosok Susi yang digambarkan dalam teks tersebut dengan melihat perjalanan Susi dari

  Gambar 5.2. Penenggelaman Kapal

  Sumber : Kick Andy „Kartini Bernyali‟ Edisi 8 April 2016

  Gambar 5.3. Susi memberikan komando Penenggelaman

Kapal

  Dari penjelasan diatas, video ini disajikan guna untuk meyakinkan pembaca sebagai masyarakat Indonesia, bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan mereka yang diragukan dan menjadi kontroversi justru membawa bukti nyata dengan kebijakan-kebijakan yang berhasil dijalankannya, sehingga dalam pemikiran masyarakat Susi adalah hero atau pejuang perempuan yang tegas dan berani serta konsisten dalam dunia kelautan Indonesia dan layak dipandang sebagai „Kartini‟ dalam bidangnnya.

5.1.3. Segment 4

5.1.3.1. Perempuan Baja

A. Posisi Subjek-Objek

  Andy : Bu Susi dari semua yang anda kerjakan banyak orang menganggap anda ini perempuan baja, perempuan kuat, hati maupun fisik tapi sebagai

  manusia pernah gak merasa lelah terutama jadi menteri ini ? Susi : Ya, Sering. Andy : Oh Sering ? Susi : Ya kadang-kadang tuh pengen sesuatu seperti ini tetapi ternyata tidak

  bisa karena karena ini pemerintah begini-begini (cuplikan rapat KKP yang dipimpin menteri Susi ), banyak harus menjelaskan lagi, harus explaining lagi, kenapa di tenggelamkan ? kenapa tidak dibagikan ke nelayan, pertanyaan itu setiap minggu ada saja orang baru tanyakan.

  Teks diatas meceritakan pandangan masyarakat mengenai Susi

  yang dlihat sebagai sosok perempuan kuat dan tangguh bagaikan baja. Susi di posisikan sebagai objek dan masyarakat diposisikan menjadi Subjek yaitu sosok yang menceritakan Susi sebagai perempuan kuat dan berhati maupun memiliki fisik baja. Subjek ingin menunjukan sosok Susi yang dlihat sebagai sosok perempuan kuat dan tangguh bagaikan baja. Susi di posisikan sebagai objek dan masyarakat diposisikan menjadi Subjek yaitu sosok yang menceritakan Susi sebagai perempuan kuat dan berhati maupun memiliki fisik baja. Subjek ingin menunjukan sosok Susi

  Melihat konteks kalimat dan pemilihan kata dari teks diatas,

  dalam KBBI makna kata baja disini dapat diartikan dari dua sisi, sebagai kata kiasan yang berarti sesuatu yang keras dan kuat (tentang semangat, kemauan, dan sebagainya) ataupun sebagai kata kerja yang berarti mengeras seperti baja; seperti baja kerasnya (kuatnya), hal ini menunjukan bahwa Susi dipandang sebagai perempuan kuat dan keras dari fisik dan dari sikapnya. Dalam pembahasan mengenai Susi sebagai seorang Kartini bernyali, kalimat ini mendukung adanya pandangan masyarakat mengenai Kartini bernyali itu adalah sosok perempuan yang kuat dan keras, dimana karakter-karakter ini kuat kaitannya dengan konstruksi maskulinitas di masyarakat.

  Andri Wang dalam bukunya berjudul Dao De Jing : The

  Wisdom of Lao Zi (2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakter maskulin yaitu kewibawaan, kuat, angkuh, arogan, perkasa dan keras, sehingga ketika seorang individu sudah memiliki karakter maskulin ini maka individu tersebut harus menyimpan sisi feminim dalam dirinya agar mampu mengimbangi karakter keras yang dimilikinya. Selain itu, konsep ini juga diperkuat dengan konstruksi maskulinitas yang dijelaskan pada sub-bab sebelumnya 5.1.2.2. mengenai konsep dari Donaldson (1993) dalam Dermantoto (2010) bahwa dalam masyarakat terdapat tolak ukur maskulinitas yang tidak tertulis namun disepakati bersama salah satunya yaitu laki-laki pantang menangis, harus tampak tegar, kuat dan pemberani.

  Konsep diatas dapat mendukung pandangan masyarakat

  mengenai karakter maskulin, ketika konsep tersebut dimiliki oleh seorang perempuan yaitu dalam penjelasan data teks diatas masyarakat melihatnya didalam cara memimpin Susi, hal ini menunjukan adanya konstruksi perempuan maskulin dalam masyarakat pada Susi, dengan pelabelan perempuan baja dan kuat tersebut.

A. Posisi Pembaca

  Dalam data di atas, posisi penulis adalah masyarakat yang memandang Susi sebagai sosok perempuan baja dan perempuan kuat baik hati maupun fisik, sedangkan pemirsa ataupun masyarakat disini adalah pembacanya. Dalam hal ini pemirsa disini lebih khususnya pemirsa yang belum memiliki anggapan atau belum mengetahui sosok Susi yang dipandang perempuan baja dan kuat, sehingga melalui teks diatas, penulis ingin menyampaikan bahwa Susi adalah sosok yang tahan banting dan kuat dalam menjalani tugasnya sebagai seorang Menteri, berbeda dari perempuan-perepuan lain yang cenderung dipandang lemah lembut secara fisik maupun hati.

  Dengan penjelasan di atas mengenai makna setiap pemilihan kata dalam teks, Penulis membangun pandangan dalam Pembacanya mengenai Susi yang cenderung lebih maskulin dan mengantar pemikiran pembacanya pada wacana maskulin yang dibangun pada Susi.

  Sedangkan dalam kalimat selanjutnya, posisi penulis berpindah pada Susi, dan pembaca adalah seluruh pemirsa yang melabelinya dengan perempuan baja ataupun masyarakat yang belum memiliki anggapan tersebut.

  banyak harus menjelaskan lagi, harus explaining lagi, kenapa di tenggelamkan ? kenapa tidak dibagikan ke nelayan, pertanyaan itu setiap minggu ada saja orang baru tanyakan.

  Rangkaian kalimat diatas menjelaskan bahwa Susi ingin para pembacanya mengetahui bahwa dibalik sisi perempuan baja yang dikonstruksikan padanya, Susi jenuh dengan pandangan masyarakat tersebut yang terus bertanya-tanya mengenai tindakannya dalam penenggalaman kapal yang sudah sering dijelaskannya, kata lagi yang diulang Susi terus menerus diatas menunjukan pengulangan penjelasan yang menjenuhkannya. Dengan penempatan kalimat tersebut dalam perbincangan mengenai sosoknya sebagai Kartini Bernyali mengantar masyarakat yang membaca teks ini berpikir bahwa Susi hanya ingin menunjukan kinerjanya dari tindakan nyata nya tanpa perlu menjelaskan berulang-ulang maksud dan tujuan tindakannya. Hal ini memperkuat pandangan masyarakat pada sosok Susi yang keras yang dengan jelas menunjukan ketidaknyamanannya ketika sesuatu hal meganggunya dalam hal ini penjelasan yang terus menerus diulangnya dan menjenuhkan.

5.1.3.2. Penampilan Nyentrik dan Urakan

A. Posisi Subjek-Objek

  Andy : jadi dari mana pak Jokowi tau anda ya ? tanya sendiri ? oke, gaya anda kan berbeda dengan pak Jokowi, anda kan minta maaf ni ya, agak urakan gitu lo, agak kacau itu gitu ya, ini perasaan saya.

  Susi : Tapi very manner loh pak Andy : maksud saya penampilan, maksud saya pak Jokowi kesannya

  lembut, santun gitu

  Dalam data teks diatas, menjelaskan mengenai bagaimana dari penampilan Susi yang demikian bisa mengenal Presiden Jokowi. Dalam teks ini aktor yang berperan sebagai Subjek adalah Andy Noya dan Objek yang di ceritakan disini sebagai sosok urakan dan kacau adalah Susi. Dalam teks yang menceritakan sosok Susi sebagai Kartini, penampilan urakan dan kacau menjadi salah satu hal kontras yang menarik perhatian Subjek untuk menceritakannya kepada publik sebagai salah satu faktor penampilan kartini yang tidak dimiliki „Kartini-kartini‟ pada umumnya.

  Subjek menceritakan penampilan Susi sebagai sosok kartini yang dipandang urakan dan kacau, pemilihan kata ini dalam konteks kalimat diatas menunjukan makna urakan sebagai suatu wujud nyata dari penampilan secara fisik, karena dalam kalimat selanjutnya, Andy menjelaskan maksud kalimatnya berfokus pada penampilan Susi bukan pada perilakumanner Susi. Urakan dalam KBBI lebih menjelaskan pada arti dasar urakan yaitu tidak mengikuti aturan dan bertingkah laku seenaknya, sedangkan dalam konteks kalimat yang diceritakan Andy diatas dan makna kata dari KBBI maka Urakan dalam teks ini berarti penampilan Susi yang tidak sesuai aturan perempuan pada umumnya atau berbeda dari yang biasanya dan juga berpenampilan seenaknya. Selain itu, penambahan kata kacau yang dalam google translation-origin word berasal dari bahasa inggris messy berarti tidak rapi atau tidak beraturan, memperkuat maksud kalimat yang dijelaskan diatas.

  Dalam penjelasan diatas, Susi diposisikan sebagai perempuan yang memiliki penampilan tidak biasa dibanding perempuan pada umumnya atau dikategorikan maskulin, dalam beberapa penjelasan mengenai ciri-ciri maskulinitas, ada pendapat umum yang berkembang dimasyarakat bahwa laki-laki yang maskulin itu adalah manusia bebas dalam melakukan apapun tanpa terbeban oleh norma-norma kepantasan Dalam penjelasan diatas, Susi diposisikan sebagai perempuan yang memiliki penampilan tidak biasa dibanding perempuan pada umumnya atau dikategorikan maskulin, dalam beberapa penjelasan mengenai ciri-ciri maskulinitas, ada pendapat umum yang berkembang dimasyarakat bahwa laki-laki yang maskulin itu adalah manusia bebas dalam melakukan apapun tanpa terbeban oleh norma-norma kepantasan

B. Posisi Pembaca

  Melalui teks di atas penulis mencoba memposisikannya dari pandangan masyarakat awam ketika melihat perilaku dan penampilan Susi, dengan memilih kata Urakan penulis memposisikan pemirsanya sebagai masyarakat pada umumnya yang menganggap bahwa penampilan urakan itu tidak umum di kalangan perempuan, penampilan cuek sering diidentikan dengan perempuan tomboy atau maskulin, sehingga melalui teks ini masyarakat semakin memahami maksud dari sosok „kartini‟ yang coba digambarkan penulis melalui Susi.

  Selain itu dengan teks diatas, pembaca digiring untuk memahami juga bahwa sangat kecil kemungkinan bagi perempuan yang berpenampilan urakan untuk dapat tampil atau dikenal dikalangan kepemerintahan, karena pada umumnya dalam pandangan masyarakat, perempuan yang berwibawa, berpenampilan rapilah yang dapat dikenal kalangan pemerintahan atau bahkan mengambil kursi di kepemerintahan, sebagai perbandingan ada Margareth Thatcher, Perdana Menteri United Kingdom pada tahun 1979-1990, seorang perempuan yang dipandang Maskulin karena ketegasan dan kedesiplinannya selama masa kepemerintahannya. Margareth Thatcher sama dengan posisi Susi ketika diberi julukan „Perempuan Baja‟, Margareth juga dilabeli dengan karakter „Iron Lady’ namun dari segi Selain itu dengan teks diatas, pembaca digiring untuk memahami juga bahwa sangat kecil kemungkinan bagi perempuan yang berpenampilan urakan untuk dapat tampil atau dikenal dikalangan kepemerintahan, karena pada umumnya dalam pandangan masyarakat, perempuan yang berwibawa, berpenampilan rapilah yang dapat dikenal kalangan pemerintahan atau bahkan mengambil kursi di kepemerintahan, sebagai perbandingan ada Margareth Thatcher, Perdana Menteri United Kingdom pada tahun 1979-1990, seorang perempuan yang dipandang Maskulin karena ketegasan dan kedesiplinannya selama masa kepemerintahannya. Margareth Thatcher sama dengan posisi Susi ketika diberi julukan „Perempuan Baja‟, Margareth juga dilabeli dengan karakter „Iron Lady’ namun dari segi

  Gambar 5.4.

  Margareth Thatcher „The Iron Lady’

  Sumber : Vogue Magazine July 2008 Edition

  Adapun maksud dari teks ini seperti yang dijelaskan di atas dalam masyarakat awam yang diwakili oleh perkataan Andy bahwa sosok perempuan yang urakan dan kacau sangat patut dipertanyakan bagaimana dapat dikenal oleh Presiden dan menjadi seorang pemimpin di kementerian. Dapat kita lihat bahwa dalam masyarakat pertanyaan tersebut sangat wajar ditanyakan, dikarenakan latar belakang pola pikir masyarakat mengenai individu-individu yang mengambil bagian di kepemerintahan harus berpenampilan menarik dan rapi serta kebanyakan perempuan yang mengambil bagian dalam susunan Adapun maksud dari teks ini seperti yang dijelaskan di atas dalam masyarakat awam yang diwakili oleh perkataan Andy bahwa sosok perempuan yang urakan dan kacau sangat patut dipertanyakan bagaimana dapat dikenal oleh Presiden dan menjadi seorang pemimpin di kementerian. Dapat kita lihat bahwa dalam masyarakat pertanyaan tersebut sangat wajar ditanyakan, dikarenakan latar belakang pola pikir masyarakat mengenai individu-individu yang mengambil bagian di kepemerintahan harus berpenampilan menarik dan rapi serta kebanyakan perempuan yang mengambil bagian dalam susunan

  5.1.3.3. “Saya Gentleman”

A. Posisi Subjek-Objek

  Andy : Oh ya, kira-kira anda sama pak Jokowi apa yang membuat klop begitu, ada persamaan apa ?

  Susi : Saya pikir pak Jokowi orangnya very sincer, saya juga sincer, dan beliau Honest, saya juga Honest dan keberpihakan kepada orang kebanyakan, saya rasa kita disitu sama pak, walaupun background Jawa, saya juga sama Jawa seperti beliau, cuma saya besar dijalanan bedanya.

  Andy : hah ? Susi : Saya besar di berbagai culture, jadi ya tidak halus seperti beliau

  tapi ya manner tetap manner, santun saya sangat santun dan sangat

  Gentleman saya.

  Dalam teks ini posisi aktor yang berperan sebagai subjek dan

  objek ada pada aktor yang sama, yaitu Susi, dalam teks ini Susi berperan sebagai pencerita yang menceritakan cerita tentang personaliti nya. Teks ini menceritakan apa faktor yang membuat Susi dipilih Presiden Joko Widodo menjadi Menteri, Susi memilih faktor kepribadian yang menjadi kesamaan antara Susi dan Presiden Joko Widodo. Dari berbagai kepribadian yang diungkap Susi, teks ini berujung pada perkataan Susi mengenai kepribadiannya yang sangat „Gentleman’ secara tidak langsung objek ada pada aktor yang sama, yaitu Susi, dalam teks ini Susi berperan sebagai pencerita yang menceritakan cerita tentang personaliti nya. Teks ini menceritakan apa faktor yang membuat Susi dipilih Presiden Joko Widodo menjadi Menteri, Susi memilih faktor kepribadian yang menjadi kesamaan antara Susi dan Presiden Joko Widodo. Dari berbagai kepribadian yang diungkap Susi, teks ini berujung pada perkataan Susi mengenai kepribadiannya yang sangat „Gentleman’ secara tidak langsung

  Kata „Gentleman’ dalam teks ini terasa janggal ketika

  diposisikan dalam teks yang disajikan menyongsong hari Kartini, kata „Gentleman’ pertama kali digunakan tahun 1800, dibentuk dari dua kata dalam bahasa Inggris „Gentle’ dan „Man‟ serta dari bahasa Old France : Gentilz Hom yang didefinisikan sebagai man of noble atau laki-laki kelahiran atau berdarah bangsawaan, dari bentuk asli kata ini sudah digunakan bagi identitas kaum pria atau bernilai maskulin, sehingga penggunaan kata ini hampir tidak pernah bagi perempuan. Jika di artika secara harafiah ke dalam bahasa Indonesia, maka arti „gentleman’ akan langsung diartikan sebagai „Pria‟ dalam KBBI kata Pria merupakan

  identitas yang diberikan kepada laki-laki dewasa yang menjadi dambaan wanita, sehingga pemilihan kata ini dari awal hingga perkembangannya saat ini sangat kuat dengan unsur maskulinitasnya, sekalipun dalam konteks kalimat diatas yang menceritakan adalah seorang perempuan, tidak akan menggeserkan makna dari kata itu sendiri, penggunaan kata ini pada peremepuan akan memberikan kesan maskulin pada penggunanya.

  Dari penjelasan diatas, posisi aktor dan pemilihan kata, secara

  tidak langsung menunjukan adanya wacana maskulnitas pada Susi, dengan pengkuan sebagai sosok yang gentleman maka posisi Susi dalam masyarakat juga akan digolongkan dalam pemimpin perempuan yang maskulin.

B. Posisi Pembaca

  Dalam teks ini pembaca dalam hal ini pemirsa diposisikan

  sebagai masyarakat yang berubudaya, masyarakat dihantar untuk memahami bahwa keberagaman budaya, tempat berkembangnya suatu individu mempengaruhi kepribadian dan pola pikir dari individu tersebut.

  sehingga perebedaan pola pikir, cara memahami suatu hal pasti dimiliki setiap individu. Susi ingin menunjukan pada pemirsa bahwa latar belakang perbedaan kebudayaan tempat dia dan presiden Joko Widodo berkembang membuat kepribadian mereka berbeda. Dalam hal nilai-nilai kesopanan dan moral yang berlaku juga terdapat beberapa perbedaan niai sehingga tidak bisa membuat satu tolak ukur dari suatu individu ke individu lain, atau dari Presiden Joko Widodo ke Menteri Susi.

  Dalam KBBI kebudayaan (culture) tidak hanya sampai pada

  konsep ritual setiap daerah, namun juga merangkap ingga pola pikir dan kebiasaan sehari-hari sehingga pesan inti dari teks ini adalah untuk membuat pembaca memahami bahwa dengana adanya keberagaman budaya ini, maka suatu individu dan individu lain memiliki pemikiran yang berbeda, kebiasaan serta nilai yang berbeda tiap individu berdasarkan di lingkungan mana dia tumbuh dan berkembang.

5.1.4. Segment 5

5.1.4.1. Kebiasaan Merokok Depan Umum

A. Posisi Subjek-Objek

  Dalam teks yang menjelaskan mengenai kebiasaan merokok

  dari Susi ini, posisi subjek dalam teks adalah Ibu dari anak yang mengidolakan Susi karena dalam konteks ini isi teks menjelaskan pandangan ibu tersebut pada kebiasaan merokok Susi, lalu Objek dalam teks ini adalah Susi.

  terus kalau mau ngerokok pasti harus lihat ada orang apa gak, kalau ada nanti di foto, difotonya kemana-mana, nanti ada ibu-ibu marah, “anak saya mengidolakan ibu, sekarang dia ingin punya tattoo nanti sebentar lagi dia mau ngerokok juga” katanya, ga boleh rokok depan umum

  Dalam teks ini Subjek menceritakan kebiasaan merokok Susi

  yang meresahkannya karena anaknya mengidolakan Susi, ketakutan tersebut dimulai ketika anaknya ingin memiliki tattoo layaknya Susi, hal ini terlihat dari kalimat “sekarang dia ingin punya tattoo sebentar lagi dia mau ngerokok juga” seperti yang telah di analisa dalam 5.1.2.1 penggunaan tattoo dianggap sebagai hal yang tidak sesuai bagi peempuan dan berkonotasi negatif serta terkesan maskulin dimata masyarakat. sehingga dengan perbandingan menggunakan tattoo disini dan penggunaan kata “juga” yang menjadi kata penekanan kata sebelumnya (KBBI), maka posisi “ngerokok” juga sama di mata masyarakat, sama-sama dipandang negatif dan terkesan maskulin.

  Selain itu dalam teks ini juga subjek menceritakan bahwa

  objek adalah sosok yang diidolakan dan dari penekanan kalimat selanjutnya yang dijelaskan diatas. Dalam Cambridge Dictionary kata Idol sendiri didefiniskan sebagai someone who is admired and respected very much atau sosokindividu yang di kagumi dan sangat di hormati, penempatan kata ini dalam konteks kalimat diatas menunjukan adanya dua phrase yang kontras satu dan lainnya, ketika disisi lain Susi di posisikan sebagai sosok yang kagumi dan dihormati, dikalimat selanjutnya kebiasaan merokok Susi dan Tattoo nya justru meresahkan apa yang terjadi dikalimat pertama, ketika Susi menjadi sosok pemimpin yang di Idolakan.

  Melalui penjelasan diatas, posisi Susi sebagai seorang

  pemimpin perempuan atau sosok Kartini, disadari masyarakat memiliki kebiasaan dan penampilan maskulin, beberapa hasil konstruksi mengenai perokok dan nilai maskulinitas dikemukakan oleh tokoh-tokoh didunia, salah satunya oleh Donaldson (1993) dalam Dermantoto (2010) menjelaskan bahwa, nilai seorang maskulin akan meningkat pada seorang laki-laki apabila identic dengan minuman alkohol, rokok dan kekerasan, dalam konstruksi ini jelas posisi rokok disetarakan dengan perilaku pemimpin perempuan atau sosok Kartini, disadari masyarakat memiliki kebiasaan dan penampilan maskulin, beberapa hasil konstruksi mengenai perokok dan nilai maskulinitas dikemukakan oleh tokoh-tokoh didunia, salah satunya oleh Donaldson (1993) dalam Dermantoto (2010) menjelaskan bahwa, nilai seorang maskulin akan meningkat pada seorang laki-laki apabila identic dengan minuman alkohol, rokok dan kekerasan, dalam konstruksi ini jelas posisi rokok disetarakan dengan perilaku

B. Posisi Pembaca

  Hal menarik muncul ketika teks ini mulai masuk dalam pembahasan mengenai peampilan dan kebiasaan Susi, tim creative maupun tim produksi yang diposisikan sebagai Penulis dalam teks ini berusaha menunjukan kelayakan Susi di jadikan “Kartini Bernyali” versi mereka dengan mengangkat berbagai topik mengenai kinerja, penampilan dan kebiasaan serta mengenai keluarganya yang dapat membangun pandangan masyarakat mengenai Susi sebagai Kartini modern, sehingga tujuan awal teks dari tema yang diangkat dapat tersampaikan kepada pemirsanya selaku pembaca teks ini.

  Namun data lain menunjukan bahwa kebiasaan merokok memiliki konstruksi yang buruk dalam masyarakat, terutama ketika disangkutkan ke perempuan, hal ini dikemukakan oleh Marcelia Lesar

  (Clinical Hypoterapist Indonesia) ,d alam masyarakat Indonesia perempuan dan rokok dipandang sebagai tindakan tabu dan terlarang serta dicap sebagai perempuan maskulin dan nakal, dalam artikel yang diterbitkan CNN Marcelia Lesar berpendapat bahwa :

  “ Tak bisa sepenuhnya disalahkan, perkembangan pemikiran tersebut karena secara historis, rokok memang berkorelasi dengan laki-laki, Secara psikis pria merasa maskulin ketika merokok karena terkait pada sosial kultural, yang mana pola merokok ini dikondisikan untuk pria, Dalam pandangan sosial, pria perokok itu karakteristiknya cenderung terkait dengan sifat yang ekstrovert, pemberontak, serta berani

  mengambil risiko. Dengan kata lain, maskulin 2 ”

  Hal lain yang mendukung “ngerokok” adalah hal yang negatif dipandangan masyarakat ketika menyaksikan tayangan ini adalah teks ini diawali dengan judul yang menempatkan posisi Susi sebagai sosok kartini yang harusnya memiliki karakter kartini yang anggun, perempuan berwibawa dan menjadi panutan bagi perempuan lainnya, dengan mengangkat kebiasaan Susi merokok, masyarakat akan membentuk pandangan sosok kartini baru yang maskulin dan akan memperkuat keresahan masyarakat karena konstruksi perempuan merokok yang berkembang di masyarakat.

  2 Lesar,Marcelia dalam Hoiri,Agnia.2016. Krisis Percaya Diri Jadi Alasan Orang Merokok diakses melaui http:www.cnnindonesia.comgaya-hidup20160531041657-277-134591krisis-percaya-diri-

  masih-jadi-alasan-orang-merokok

5.1.4.2. Vox Pop Opini masyarakat mengenai Menteri Susi Pudjiastuti

  Teks : Apa yang anda ingat dari ibu Susi Pudjiastuti ?

  Informan (Perempuan) 1 : Dia itu nyentrik ya Informan (Perempuan) 2 : Tegas Informan ( Laki-Laki) 1 : Berani tu ya orangnya tu ya Infroman (Perempuan) 3 : Pokoknya keren sih, buat ibu itu, jadi tuh ngasi tau orang kalau kita

  tuh gak boleh nge-judge orang dari luarnya aja tapi kita bisa lihat kinerjanya kayak gimana. Teks : Menurut anda apa prestasi ibu Susi Pudjiastuti ? Infroman (Perempuan) 1 : Dia itu berani sebagai seorang wanita, itu membakar perahu-perahu

  yang datang ke Indonesia itu kan, itu udah salah satu prestasi dia. Infroman (Perempuan) 2 : berkurang yang penangkap-penangkap ikan liar yang masuk ke

  perbatasan Indonesia Infroman (laki-laki) 2 : yang saya tau sih waktu itu dia pernah bantuin tsunami di Aceh Infroman (laki-laki) 3 : yang saya tau sih, dia pernah ngeledakin kapal asing yang masuk ke

  wilayah kelautan Indonesia Teks : Apakah ibu Susi Pudjiastuti sudah sesuai dengan perjuangan Kartini saat ini ? Infroman (Perempuan) 3 : cocok banget, soalnya dia tuh pertama berani dalam bertindak, terus

  juga yang pasti dia gak korupsi. Infroman (Perempuan) 4 : cocok sih, cocok banget, soalnyakan kartini itu kan

  memperjuangakan hak-hak wanita kan, jadi tuh wanita tuh bukan hanya sekedar dirumah Infroman (laki-laki) 1 : Untuk saat ini cocok saja karena dia pemberani di Indonesia Infroman (Perempuan) 1: walaupun wanita tapi dia gak lemah

A. Posisi Subjek-Objek

  Infroman (Perempuan) 4 : menurut saya, ibu Susi sosok kartini

  a. Pertanyaan 1- Apa yang anda ingat dari ibu Susi Pudjiastuti ?

  Dalam Vox pop tersebut, Aktor yang berperan sebagai Subjek dalam teks adalah Masyarakat yang menjadi Informan atau yang memberikan pendapat mengenai Menteri Susi, terdapat 7 Subjek dalam teks diatas dengan Susi sebagai Objek. Teks ini ingin melihat pandangan masyarakat mengenai sosok Susi sebagai Kartini Modern saat ini, dengan mengajukan pertanyaan yang berujung pada apakah semua jawaban tersebut membuat Susi layak dipandang sebagai Kartini dalam masyarakat. hal lain yang menarik dari teks ini, Subjek di dominasi oleh kaum perempuan dari 7 Informan terdapat 4 perempuan dan 3 laki-laki, mengingat bahwa teks ini ada dalam tayngan menyongsong hari kartini, sehingga dapat dilihat pandangan perempuan mengenai sosok Susi sebagai Kartini Modern yang dari beberapa data sebelumnya menunjukan adanya wacana maskulinitas pada Susi.

  Pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat terdiri dari 3 pertanyaan, pertanyaan pertama adalah :

  Teks : Apa yang anda ingat dari ibu Susi Pudjiastuti ? Informan (Perempuan) 1 : Dia itu nyentrik ya

  Melalui pertanyaan pertama Informan perempuan pertama menceritakan kesan pertama ketika mengingat sosok Susi, dalam psikologi komunikasi pandangan pertama seorang pelaku komunikasi merupakan tahap pembentukan persepsi megenai lawan bicara,persepsi disini adalah sebuah proses untuk membuat penilaian dan membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat didalam lapangan penginderaan seseorang (Suwarno, 2009:52 dalam Ali Akbar,2016) sehingga dalam interaksi sosial, kesan pertama yang sangatlah penting dan akan terus diingat oleh lawan bicara . Kesan pertama yang

  disebutkan langsung menuju pada penampilan Susi, yang dimana dalam analisis sebelumnya, penampilan Susi memiliki unsur maskulin dalam pandangan masyarakat, pemilihan kata „Nyentrik‟ dalam kalimat tersebut memiliki beberapa makna berdasarkan konteks kalimat, sebelumnya, kata „nyentrik‟ sendiri berasal dari bahasa Yunani ekkentros (εκκεντρος) yang berarti (of a person or their behavior) unconventional and slightly strange (WordReference English-Greek Dictionary,2017), makna serupa juga dijelaskan dalam KBBI, „Nyentrik‟ atau „Eksentrik‟ diartikan sebagai berperilaku, bergaya eksentrik, aneh, tidak wajar, dari definisi kata diatas, pandangan masyarakat bahkan sesame perempuan adalah perilaku atau penampilan Susi, sehingga dapat dikatakan dan dihubungkan dengan makna kalimat bahwa unsur „nyentrik‟ dalam perilaku dan penampilan Susi merupakan hal yang berbeda dan masih sangat „aneh‟ diterapkan pada seorang perempuan dalam pandangan masyarakat.

  Unsur „Nyentrik‟ tersebut dapat dilihat nilai maskulinitasnya sesuai dengan yang sudah dijelaskan di Sub-bab sebelumnya 5.1.2.3 bahwa ada pendapat umum yang berkembang dimasyarakat mengenai laki-laki yang maskulin itu adalah manusia bebas dalam melakukan apapun tanpa terbeban oleh norma-norma kepantasan dan kesopanan (Barker dalam Nasir,2007:3 dalam Dermantoto,2010:2), dari konsep tersebut jika dihubungkan dengan makna kata „Nyentrik‟ diatas, dapat dilihat bahwa, individu yang dipandang „Nyentrik‟ adalah individu yang tidak memikirkan pendapat orang-orang yang melihat penampilanya, berpakaian dan berperilaku sesuka hati, sehingga dipandang masyarakat sebagai sesuatu yang aneh dan tidak biasa, tidak biasa dalam kata „nyentrik‟ dapat juga dipahami sebagai perilaku dan penampilan yang tidak sesuai aturan, norma atau bahkan konstruksi yang berlaku dalam masyarakat. Pendapat umum diatas Unsur „Nyentrik‟ tersebut dapat dilihat nilai maskulinitasnya sesuai dengan yang sudah dijelaskan di Sub-bab sebelumnya 5.1.2.3 bahwa ada pendapat umum yang berkembang dimasyarakat mengenai laki-laki yang maskulin itu adalah manusia bebas dalam melakukan apapun tanpa terbeban oleh norma-norma kepantasan dan kesopanan (Barker dalam Nasir,2007:3 dalam Dermantoto,2010:2), dari konsep tersebut jika dihubungkan dengan makna kata „Nyentrik‟ diatas, dapat dilihat bahwa, individu yang dipandang „Nyentrik‟ adalah individu yang tidak memikirkan pendapat orang-orang yang melihat penampilanya, berpakaian dan berperilaku sesuka hati, sehingga dipandang masyarakat sebagai sesuatu yang aneh dan tidak biasa, tidak biasa dalam kata „nyentrik‟ dapat juga dipahami sebagai perilaku dan penampilan yang tidak sesuai aturan, norma atau bahkan konstruksi yang berlaku dalam masyarakat. Pendapat umum diatas

  Dari penjelasan diatas, pendapat masyarakat mengenai unsur „nyentrik‟ dari perilaku dan penampilan Susi tersebut menunjukan adanya wacana maskulinitas sosok Susi dalam pandangan masyarakat, didukung dengan adanya pendapat umum yang ditemukan oleh Barker dalam masyarakat.

  Berlanjut ke Informan perempuan ke-2 dengan pertanyaan yang sama, informan tersebut memberikan jawaban yangberhubungan tindakan tegas Susi seperti yang sudah dijelaskan juga oleh Andy dalam sub-bab sebelumnya 5.1.3.2.

  Teks : Apa yang anda ingat dari ibu Susi Pudjiastuti ? Informan (Perempuan) 2 : Tegas

  Melalui informan perempuan 2, penjelasan dalam sub-bab sebelumnya mendapat bukti nyata ketegasan susi dalam pandangan masyarakat, melalui informan 2 ini, ketegasan Susi memiliki lebih dibanding perempuan lain, sehingga kesan pertama yang diingat informan pertama kali adalah ketegasannya yang tidak umum dijumpai pada seorang perempuan. Seperti yang sudah dijelaskan diatas kesan pertama yang muncul dalam pemikiran seseorang mengenai orang lain sangatlah penting, sehingga dapat dilihat bahwa kesan pertama Susi bukan pada kinerja yang sudah dibuatnya, melainkan pada tindakan Susi yang dipandang tegas. Informan ini menunjukan unsur tegas Melalui informan perempuan 2, penjelasan dalam sub-bab sebelumnya mendapat bukti nyata ketegasan susi dalam pandangan masyarakat, melalui informan 2 ini, ketegasan Susi memiliki lebih dibanding perempuan lain, sehingga kesan pertama yang diingat informan pertama kali adalah ketegasannya yang tidak umum dijumpai pada seorang perempuan. Seperti yang sudah dijelaskan diatas kesan pertama yang muncul dalam pemikiran seseorang mengenai orang lain sangatlah penting, sehingga dapat dilihat bahwa kesan pertama Susi bukan pada kinerja yang sudah dibuatnya, melainkan pada tindakan Susi yang dipandang tegas. Informan ini menunjukan unsur tegas

  Tidak jauh berbeda dari informan perempuan 2, informan laki- laki 1 juga melihat perilaku Susi sebagai hal pertama yang diingat ketika ada yang bertanya mengenai Susi.

  Teks : Apa yang anda ingat dari ibu Susi Pudjiastuti ? Informan ( Laki-Laki) 1 : Berani tu ya orangnya tu ya

  Susi dipandang berani, dalam Sub-bab 5.1.3.2. juga menjelaskan mengenai sosok Susi yang berani, pandangan ini semakin kuat dengan jawaban informan diatas.

  Nilai maskulinitas yang ada dalam teks diatas juga didukung dengan konsep yang telah dijelaskan di bab 5.1.3.2. yaitu konsep oleh Donaldson (1993) dalam Dermantoto (2010) bahwa dalam masyarakat terdapat tolak ukur maskulinitas yang tidak tertulis namun disepakati bersama salah satunya yaitu laki-laki pantang menangis, harus tampak tegar, kuat dan pemberani. Sehingga pendapat 2 informan diatas mengenai sosok Susi yang tegas dan berani menunjukan adanya wacana maskulnitas yang berkembang dalam masyarakat.

  Kemudian pada informan perempuan ke 3, membuka pandangan baru dari informan-informan sebelumnya, informan ini terkesan pada kinerja Susi yang sekalipun di pandang rendah karena penampilannya yang urakan dan pendidikannya, kinerjanya menunjukan kalau Susi dapat dipercaya tanpa perlu melihat latar belakangnya.

  Teks : Apa yang anda ingat dari ibu Susi Pudjiastuti ? Informan(Perempuan) 3 : Pokoknya keren sih, buat ibu itu, jadi tuh

  ngasi tau orang kalau kita tuh gak boleh nge-judge orang dari luarnya

  Dalam teks tersebut pemilihan kata yang digunakan Informan 3 adanya makna tersirat bahwa sebelumnya banyak pihak yang men- judge Susi dari luarnya, namun karena perkembangan kinerjanya yang baik maka latar belakang Susi tersebut dirasa informan tidak mampu membuat masyarakat menilai sosok Susi yang sebenarnya. Kalimat sebelum „tapi’ menunjukan dugaan sebelumnya dari masyarakat mengenai sikap Susi, kata „tapi‟ yang berfungsi sebagai kata konjungsi koordinatif disini berperan untuk menghubungkan dua kalimat yang saling bertentangan, dalam konteks kalimat ini menjelaska posisi kalimat sebelum „tapi‟ merupakan tindakan yang bertentangan dengan kinerja Susi yang dijelaskan setelah kata „tapi‟ tersebut.

  Selanjutnya pertentangan dalam kalimat tersebut menunjukan posisi Susi yang kontroversial di masyarakat, dalam suatu hal yang menjadi kontroversi terdapat berbagai pihak yang menilai pihak lainnya sehingga menimbulkan adanya kubu-kubu antar pihak yang memiliki penilaian yang berbeda, „nge-judge‟ atau judging sendiri berasal dari bahasa Latin Judex yang berart pengambilan keputusan atau kesimpulan dari tuntutan yang diajukan hakim pada suatu peristiwa atau individu pada jaman hukum romawi, pada dasarnya kata ini digunakan untuk menunjukan adanya tindakan penilaian atau pengambilan keputusan, sama halnya dalam KBBI Judging dengan kata dasar Judge yang dengan posisinya sebagai kata kerja berarti menilai memiliki makna sebagai proses memperkirakan atau menentukan nilainya; menghargai.

  Melalui penjelasan diatas, Susi menunjukan bahwa kinerja Susi pada bidangnya membuka pikiran masyarakat, namun perilaku Melalui penjelasan diatas, Susi menunjukan bahwa kinerja Susi pada bidangnya membuka pikiran masyarakat, namun perilaku

  b. Pertanyaan 2- Menurut anda apa prestasi ibu Susi Pudjiastuti ?

  Teks : Menurut anda apa prestasi ibu Susi Pudjiastuti ? Informan (Perempuan) 1 : Dia itu berani sebagai seorang wanita, itu

  membakar perahu-perahu yang datang ke Indonesia itu kan, itu udah salah satu prestasi dia.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45