PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP TENTANG
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL DALAM
PENGUASAAN KETERAMPILAN PERTOLONGAN PERSALINAN
KALA II
BAB I PENDAHULUAN
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting
dalam pelayanan maternal dan perinatal. Salah satu tantangan yang harus
dihadapi adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan berkualitas.
Keberadaan bidan memiliki posisi strategis, mengingat sebagian besar
persoalan reproduksi berhubungan dengan kaum perempuan. Oleh karena itu,
para bidan dituntut untuk memiliki keterampilan yang lebih baik, disertai
dengan kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan pihak yang terkait
dalam persoalan kesehatan reproduksi di masyarakat (Sofyan M, Madjid N A,
Siahaan R, 2004).
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang bidan adalah mampu
memberikan asuhan persalinan dan kelahiran. Meskipun persalinan adalah
proses yang normal serta merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi
potensi komplikasi yang mengancamnya juga akan selalu ada, sehingga bidan
harus mengamati dengan ketat ibu dan bayi sepanjang kelahiran. Semua
kelahiran harus selalu dihadiri oleh petugas yang terlatih serta kompeten yang

secara cepat dapat mendiagnosa dan menangani penyulit (Pusdiknakes, 2003).
Mengingat angka kematian ibu yang masih tinggi di Provinsi Jawa Tengah
untuk sepanjang tahun 2012 dari bulan Januari sampai November 2012
mencapai 605 kasus. Angka tersebut setara 100/100.000 kelahiran hidup. Oleh
karena itu bidan harus memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap
terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin persalinan yang
bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir (Kompas,
2013).

1

2

Untuk mencapai kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No.
1464/Menkes/SK/X/2010 tentang registrasi dan praktek bidan tidaklah mudah,
karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen kesehatan ini
mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan
mandiri. Pencapaian kemampuan tersebut dapat diawali dari institusi
pendidikan yang berpedoman pada kompetensi inti bidan dan melalui institusi

pelayanan dengan meningkatkan kemampuan bidan sesuai dengan kebutuhan.
Guna mencapai keterampilan yang profesional dalam memberikan
pelayanan kebidanan, diperlukan proses belajar mengajar yang kondusif
dilihat dari kurikulum, tenaga pengajar, sarana dan prasarana yang berkualitas
serta metode. Untuk mengetahui metode yang diharapkan mahasisiwa, terlebih
dahulu pengajar harus mengetahui persepsi mahasiswa terhadap metode yang
akan mereka gunakan nanti. Terjadinya persepsi karena obyek menimbulkan
stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus yang diterima
oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak, kemudian terjadilah
proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang
dilihat, didengar atau apa yang diraba ( Walgito, 2001 ).
Kesuksesan belajar mahasiswa sangat dipengaruhi oleh cara seorang
pengajar mengelola proses pembelajaran atau penggunaan metode dalam
pembelajaran. Hakikat mengajar atau teaching adalah membantu mahasiswa
memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk
mengekspresikan dirinya, dan cara–cara belajar bagaimana belajar. Metode
pembelajaran harus menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Beberapa
metode pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi
diantaranya : metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, metode
audiovisual, dan metode visual (Sanjaya, 2007).

Salah satu jenis metode pembelajaran yang akan dibahas pada penelitian
ini adalah metode demonstrasi dan audiovisual. Dengan metode demonstrasi,
proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih terkesan secara
mendalam, sehingga membentuk pengertian yang baik dan sempurna. Metode
demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas

3

tentang hal–hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses
membuat sesuatu, proses kerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau
menggunakannya

komponen–komponen

yang

membentuk

sesuatu,


membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau
melihat kebenaran sesuatu (Djamarah dan Zain, 2006).
Video merupakan media audiovisual yang memiliki unsur gerakan dan
suara, video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai
bidang studi. Bidang studi yang banyak mempelajari keterampilan motorik
dapat mengandalkan kemampuan video. Melatih keterampilan melakukan
kegiatan dengan prosedur tertentu akan terbantu dengan pemanfaatan media
video. Video mempunyai kemampuan untuk menyajikan gerakan lambat (slow
motion), sehingga video dapat membantu dosen untuk menjelaskan gerakan
atau prosedur tertentu dengan lebih rinci. Keterampilan yang dapat dilatihkan
melalui media video tidak hanya berupa keterampilan fisik saja tetapi juga
keterampilan interpersonal seperti keterampilan dalam bidang psikologi dan
hubungan masyarakat ( Pribadi, 2005 ).
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Program Studi
Diploma III Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap data yang
diperoleh, mahasiswa yang telah mendapatkan mata kuliah Asuhan Kebidanan
Tingkat II sebanyak 91 mahasiswa, sedangkan Tingkat III sebanyak 98
mahasiswa. Dan

target yang harus dicapai mahasiswa pada mata kuliah


Asuhan kebidanan II adalah mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin sebanyak 25 kali. Untuk mencapai target yang telah ditetapkan
tersebut, maka diperlukan metode yang tepat dalam proses pembelajaran
Asuhan kebidanan II. Metode pembelajaran yang diterapkan di Program Studi
Diploma III Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap pada mata
kuliah yang banyak mempelajari keterampilan menggunakan metode
demonstrasi dan audiovisual, pada penelitian ini peneliti memilih metode
demonstrasi dan audiovisual karena kedua metode tersebut sangat tepat untuk
menyampaikan pembelajaran asuhan kebidanan II khususnya pertolongan
persalinan

kala

II

yang

memerlukan


keterampilan

khusus

untuk

4

mempelajarinya, selain itu karena peroses persalinan menyangkut nyawa ibu
dan bayi yang diharapkan dengan pertolongan persalinan yang aman AKI dan
AKB dapat diturunkan. Dengan metode demonstrasi mahasiswa dapat
langsung mempraktikan apa yang sedang dipelajari, dan dengan audiovisual
mahasiswa dapat lebih mengetahui secara jelas tentang bagaimana proses
pertolongan persalinan sedang berlangsung. Dan dari kedua metode yang
digunakan tersebut didapatkan 94 % mahasiswa lebih senang menggunakan
metode demonstrasi, menurut mereka dengan metode demonstrasi mereka bisa
langsung mempraktekkan kembali dan langsung menanyakan kepada pangajar
jika mereka belum jelas dalam langkah – langkah pertolongan persalinan kala
II dan 6 % menyatakan senang dengan audiovisual karena mereka dapat
melihat gambar asli dari apa yang ditayangkan.

Mengingat begitu pentingnya metode mengajar dalam proses belajar
mengajar dan pertolongan persalinan merupakan keterampilan yang harus
dikuasai oleh mahasiswa kebidanan maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “ Persepsi Mahasiswa Program Studi Diploma III
Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Tentang Penerapan
Metode Demonstrasi Dan Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan
Pertolongan Persalinan Kala II”.
Dalam penelitian ini tujuannya adalah :
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi Persepsi Mahasiswa Program Studi Diploma III
Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Isslamiyyah Cilacap Tentang Penerapan
Metode Demonstrasi Dan Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan
Pertolongan Persalinan Kala II.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi persepsi mahasiswa tentang penerapan metode
demonstrasi dalam keterampilan pertolongan persalinan kala II.
b. Mengidentifikasi persepsi mahasiswa tentang penerapan audiovisual
dalam keterampilan pertolongan persalinan kala II.

5


c. Mengidentifikasi persepsi mahasiswa tentang perbedaan penerapan
metode demonstrasi dan audiovisual dalam keterampilan pertolongan
persalinan kala II.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1.

Persepsi
a. Pengertian persepsi
Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan
dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah petanda atau
segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya. ( Zainuddin, 2001 ).
Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang
akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, memberi serta
meraba ( kerja indera ) di sekitar kita, ( James cit Widayatun, 1997 )
mengatakan “ persepsi adalah suatu pengalaman yang terbentuk berupa
data – data yang didapat melalui indera, hasil pengolahan otak dan
ingatan “. Persepsi dihayati melalui ilusi atau mispersepsi, atau trick
atau tipuan dan juga bukan merupakan salah satu tanggapan

(Widayatun, 1997 )
Persepsi menurut Branca ( cit Walgito, 2001 ), persepsi merupakan
suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah
merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat penerima atau alat indera. Alat indera merupakan penghubung
antara individu dengan dunia luarnya.
Stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan,
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang
diinderakannya itu, stimulus diterima oleh alat indera, kemudian
melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu
yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima

6

oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti
dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Karena
merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh pribadi, seluruh
apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.

Melalui persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang
keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan
diri individu yang bersangkutan ( Walgito, 2001 ).
Jadi persepsi adalah proses mental yang terjadi pada manusia
sebagai

hasil

mengorganisasikan

kerja
dan

indera

dalam

mengolah

upaya


pertanda

menafsirkan,
yang

terjadi

dilingkungannya dan setiap orang memandang realitas dari sudut
persektif yang berbeda.
b. Proses Terjadinya Persepsi
Ada beberapa proses dalam persepsi yang dapat dipergunakan
sebagai bukti bahwa persepsi merupakan hal yang kompleks dan
interaktif. Yaitu stimulus / situasi, registrasi, interpretasi dan feedback.
Dalam masa registrasi suatu gejala yang nampak adalah mekanisme
fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang terpengaruh.
Kemampuan fisik akan mendengar dan melihat informasi dikirim
kepadanya, mulailah ia mencari tahu semua informasi. Setelah itu
terjadilah interpretasi. Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari
persepsi, yang terpenting proses interpretasi tergantung pada cara
pendalaman ( learning ), motivasi dan kepribadian seseorang. Hal ini
akan berbeda pada setiap orang. Oleh karena itu interpretasi terhadap
suatu informasi yang sama akan berbeda antara satu orang dengan
orang lainnya, di sinilah letak perbedaan pertama dari persepsi. Yang
terakhir adalah feedback atau umpan balik yang akan dapat
mempengaruhi persepsi seseorang.
Persepsi terjadi karena terdapat obyek atau stimulus yang
merangsang untuk ditangkap oleh panca indera ( obyek tersebut
menjadi perhatian panca indera ), kemudian stimulus atau objek

7

perhatian tadi dibawa ke otak, dari otak terjadi adanya kesan atau
jawaban ( respon ), adanya stimulus berupa kesan atau respon tadi
dibalikkan ke indera kembali berupa “ tanggapan “ atau persepsi atau
hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengolahan otak.
Obyek/
Stimulus

Sensor

Diproses indra
(input)

Berupa persepsi
rangsangan/pengalaman/respon

Output

Indra otak ( pusat )

Gambar 1. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi melalui fenomena, yang terpenting dari
fenomena dan persepsi adalah “ perhatian atau attention “. Pengertian
perhatian sendiri adalah konsep yang diberikan kepada proses – proses
persepsi yang menyeleksi input – input tertentu untuk diikutsertakan
dalam suatu pengalaman yang kita sadari atau kita kenal dalam suatu
waktu tertentu ( Widayatun, 1997 ).
c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Ada

sejumlah

factor

yang

dapat

berpengaruh

untuk

memperbaiki dan kadang – kadang mendistorsi persepsi seseorang.
Factor ini dapat terletak dalam pelaku persepsi / pemersepsi,
terletak pada obyek / target persepsi, dan dalam konteks situasi
dimana persepsi itu dilihat.( Muklas, 1999 )
1) Factor pelaku persepsi
Jika seseorang melihat sebuah target dan mencoba untuk
memberikan interpretasi apa yang di lihat, interpretasi tersebut
sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya ( masing –
masing pelaku persepsi ). Diantara beberapa karakteristik

8

pribadi yang dapat mempengaruhi persepsi adalah sebagai
berikut :
a) Sikap
Sikap ( attitude ) yaitu evaluasi positif, negative ambivalen
individu terhadap objek, peristiwa, orang atau ide tertentu.
Sikap merupakan perasaan, keyakinan, dan kecenderungan
perilaku yang relative menetap.
Sikap yang komplek ini dapat mudah dimengerti dengan
mengenal adanya tiga komponen yang berbeda dalam
setiap sikap tertentu yaitu :
(1) Komponen koqnitif dari sikap tertentu berisikan
informasi yang dimiliki seseorang tentang orang lain
atau benda ( obyek dari sikapnya ).
(2) Komponen affektif dari sikap tertentu berisikan
perasaan – perasaan seseorang terhadap obyeknya.
(3) Komponen kecenderungan perilaku dari sikap tertentu
berisikan cara yang direncanakan seseorang untuk
bertindak atau berperilaku terhadap obyeknya.
Sikap mahasiswa terhadap dosen yang sama bisa berbeda,
tergantung tingkat kesukaan mereka untuk bertanya /
diskusi dan cara dosen yang bersangkutan memberikan
kuliah. Dosen yang kuliah sambil memberikan kesempatan
untuk bertanya / diskusi akan dinilai baik oleh oleh
mahasiswa yang suka bertanya / berdiskusi dalam kelas,
tetapi dinilai tidak baik oleh mereka yang tidak suka atau
tidak bisa berdiskusi dalam kelas.
b) Motif
Motif seseorang bisa muncul jika kebutuhan yang belum
terpenuhi. Hal ini akan memberikan stimulasi atau
mempengaruhi untuk berpersepsi kuat terhadap obyek
tertentu yang sesuai dengan motifnya.

9

c) Interest
Interest adalah merasa tertarik terhadap stimulasi atau
obyek. Karakteristik ini sudah mulai minimbulkan sikap
subyek.
Interest kita yang berbeda satu sama lain jika seseorang
sedang di sibukkan dengan problem – problem pribadi
akan sulit rasanya untuk memperhatikan pelajaran di kelas.
d) Pengalaman masa lalu.
Subyek memperoleh pengalaman dalam pembentukan
sikap

dengan

melakukan

kontak

langsung

dengan

obyeknya. Pengalaman – pengalaman ini biasanya
memiliki dampak pada komponen koqnitif dari sikapnya.
Pengalaman masa lalu dapat di hubungkan dengan interest
dimana pengalaman masa lalu seseorang terhadap sesuatu
obyek dapat menurunkan interest seseorang pada obyek
tersebut. Obyek – obyek / peristiwa – peristiwa yang
dialami, lebih kurang “ keluar biasanya “ atau “
keunikannya “ dari pada yang baru dialaminya.
e) Ekspektasi
Ekspektasi juga dapat mendistorsi persepsi subyek dalam
arti bahwa subyek akan melihat apa saja yang diharapkan
untuk dilihat.
2) Target persepsi
Karakteristik dalam target persepsi yang sedang diobservasi
dan mempengaruhi apa saja yang sedang dipersepsikan. Orang
– orang dengan suara keras akan lebih diperhatikan, daripada
mereka yang relative diam. Obyek – obyek yang letaknya
saling berdekatan akan cenderung dipersepsikan, sebagai
kelompok obyek yang tak terpisahkan. Manusia, obyek atau
peristiwa yang hampir sama satu sama lain, cenderung untuk
dikelompokkan bersama. Makin besar persamaannya, makin

10

besarlah kemungkinannya bahwa kita akan cenderung
mempersepsikan mereka sebagai sebuah kelompok bersama.
3) Situasi
Elemen – elemen dalam lingkungan sekitarnya dapat
mempengaruhi persepsi subyek. Seseorang mungkin tidak
akan memperhatikan gadis yang cantik dengan gaun petang
yang menyolok dan ber ”make up “ berat di sebuah club
malam pada sabtu malam. Tetapi jika gadis yang sama dan ber
“ make up “ nya dating keesokan harinya di gereja, pasti akan
menarik perhatian sebagian besar orang yang ada disana.
Dalam hal ini bukannya pelaku pesepsi maupun target persepsi
yang berubah, tetapi situasinya yang berbeda.
Syah (1999), menyebutkan bahwa factor pembentukan persepsi
juga meliputi faktor internal dan faktor eksternal diantaranya
pengetahuan, pengalaman, proses belajar dan wawasan kepribadian,
keinginan, motivasi dan tujuan, sedangkan faktor eksternal adalah
pengaruh lingkungan. Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena
proses kematangan dari proses interaksi dengan lingkungan, dan
sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Terbentuknya
perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan
lingkungan ini melalui proses belajar. Proses belajar dipengaruhi oleh
keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat,
dengan kata lain belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu
yang berguna untuk kehidupan.
Didalam belajar akan mencakup 2 hal yaitu :
a) latihan adalah suatu perbuatan pokok dalam kegiatan belajar
seperti halnya dalam pembiasaan;
b) menambah atau memperoleh tingkah laku baru (pengetahuan,
kecakapan, keterampilan dan lain – lain ), proses belajar
memperoleh sesuatu yang dahulu belum ada dan sekarang
dimengerti.

11

Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito, ( 2001 ),
adalah faktor internal individu itu sendiri, faktor yang lain adalah
faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan di mana persepsi itu
berlangsung dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan
lingkungan sebagai faktor eksternal individu mengadakan persepsi.
Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat,
stimulus harus melampaui ambang stimulus yaitu kekuatan yang
minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat
dipersepsi oleh individu.
Keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang
dari dua sumber yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan
yang berhubungan dengan segi psikologis. Bila sistem fisiologis
terganggu akan berpengaruh dalam persepsi seseorang, segi psikologis
yaitu mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka
acuan, motivasi akan berpengaruh pada orang dalam mengadakan
persepsi.
d. Faktor – faktor Yang Menentukan Terjadinya Persepsi
1) Faktor Fungsional
Berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain
yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor – faktor
personal. Faktor yang menentukan persepsi bukan jenis/bentuk
stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada
stimuli itu.
2) Faktor Struktural
Berasal semata – mata dari sifat stimuli fisik dan efek – efek
saraf yang ditimbulkan pada system saraf individu. Menurut
teori Gestalt bila kita mempersepsi sesuatu kita mempersepsi
sebagai suatu keseluruhan tidak melihat bagian – bagiannya
lalu menghimpunnya.
Jika kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti
fakta – fakta yang terpisah. Kita harus memandangnya dalam

12

hubungan keseluruhan, untuk memahami seseorang kita harus
melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah
yang dihadapinya (Rakhmat, 1999 ).
e. Macam – macam persepsi
1) Klosur
Merupakan prinsip – prinsip pengelompokan dimana orang
kadang – kadang mempersepsikan sesuatu keseluruhan
meskipun ada satu atau beberapa orang yang tidak mendukung
atau menyutujuinya.
2) Kontiunitas
Kontiunitas ini erat hubungannya dengan klosur, meskipun ada
sedikit perbedaan. Klosur mengisi stimuli yang hilang
sedangkan prinsip kontiunitas menyatakan bahwa orang itu
akan cenderung mempersepsikan garis – garis atau pola – pola
yan kontiyu. Tipe kontiunitas ini dapat menuju kepada
infleksibilitas atau keadaan tidak kreatif, hanya berdikir untuk
kepentingan semua anggota organisasi.
3) Proksimitas
Prinsip proksimitas ini atau kedekatan, menyatakan bahwa
sekelompok stimuli yang secara bersama saling berdekatan
akan dipersepsikan sebagai satu pola yang menyeluruh.
4) Kesamaan
Prinsip kesamaan ini menyatakan bahwa makin besar
kesamaan dari stimuli makin besar kecenderungan untuk
mempersepsikan stimuli tersebut sebagai kelompok umum.
2.

Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan. Metode dalam rangkaian sistem
pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan

13

implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru
menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran
hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran (Sanjaya, 2007).
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Metode
pembelajaran dan tujuan pembelajaran jangan bertolak belakang, artinya
metode harus menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Guru sebaiknya
menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar,
sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2006).
Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah
satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang
kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan
penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode
adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar
mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya
kegiatan belajar mengajar (Djamarah dan Zain, 2006).
3.

Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai

untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum media dalam
pembelajaran meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang
menciptakan

kondisi

yang

memungkinkan

siswa

memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Sanjaya, 2007). Alat peraga disusun
berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia
diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera
yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan
semakin jelas pengertian/ pengetahuan yang diperoleh. Alat peraga
dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu
objek, sehingga mempermudah persepsi (Notoatmodjo,1993).

14

Edgar Dale melukiskan peranan media dalam proses mendapatkan
pengalaman belajar bagi siswa ke dalam sebuah kerucut pengalaman (cone
of experience), seperti pada gambar 2 berikut:

15

Abstrak

Verbal
Lambang Visual
Visual
Radio
Film
Televisi
Karyawisata
Demonstrasi
Pengalaman Melalui Drama
Pengalaman Melalui Benda Tiruan
Konkrit

Pengalaman Langsung
Gambar 2 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui
proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses
mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses
mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan
pengajaran maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh siswa.
Semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, maka semakin sedikit
pengalaman yang akan diperoleh siswa (Sanjaya, 2007).
4.

Metode Demonstrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi
Pendapat Sanjaya (2007) dan Djamarah dan Zain (2006) tentang
pengertian demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu
proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan secara lisan oleh guru. Dengan metode demonstrasi, proses
penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara
mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan

16

sempurna. Siswa juga dapat mengamati dan memperhatikan apa yang
diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang hal–hal yang berhubungan dengan proses
mengatur sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau
menggunakannya, komponen–komponen yang membentuk sesuatu,
membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui
atau melihat kebenaran sesuatu (Djamarah dan Zain, 2006).
b. Kelebihan Metode Demonstrasi
Sanjaya (2007) dan Djamarah dan Zain (2006) mengemukakan
bahwa kelebihan metode demonstrasi adalah:
1)

Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih
konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara
kata–kata

atau

kalimat),

sebab

siswa

disuruh

langsung

memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
2)

Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab
siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang
terjadi.

3)

Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.

4)

Siswa dirangsang untuk aktif mengamati secara
langsung, sehingga siswa akan memiliki kesempatan

untuk

membandingkan antara teori dan kenyataan dan mencoba
melakukannya sendiri. Dengan demikian siswa akan lebih
meyakini kebenaran materi pembelajaran
c. Kelemahan Metode Demonstrasi
Sanjaya (2007) dan Djamarah dan Zain (2006) mengemukakan
bahwa metode demonstrasi memiliki beberapa kelemahan antara lain:
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perencanaan yang
lebih matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang,
sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal
sehingga dapat menyababkan metode ini tidak efektif lagi.

17

2) Metode demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan
guru secara khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
professional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan
kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses
pembelajaran siswa. Karena tanpa ditunjang hal itu, pelaksanaan
demonstrasi akan tidak efektif.
3) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan–bahan, dan tempat
yang memadai, berarti penggunaan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal.
d. Langkah –langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
Sanjaya (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah
pelaksanaan demonstrasi, antara lain:
1) Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah
proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa
aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan
tertentu.
b) Mempersiapkan garis besar langkah –langkah demonstrasi
yang akan dilakukan. Garis garis besar langkah demonstrasi
diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
c) Melakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala
peralatan yang diperlukan.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Langkah Pembukaan
(1) Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa
dapat

memperhatikan

dengan

jelas

apa

yang

didemonstrasikan.
(2) Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.

18

(3) Mengemukakan tugas–tugas apa yang harus dilakukan oleh
siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal–hal
yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
b) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi
(1) Memulai demonstrasi dengan kegiatan–kegiatan yang
merangsang siswa untuk berfikir, misalnya melalui
pertanyaan–pertanyaan

yang

mengandung

teka–teki

sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan
demonstrasi.
(2)

Menciptakan

suasana

yang

menyejukkan

dengan

menghindari suasana yang menegangkan.
(3) Meyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya
demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.
(4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari
proses demonstrasi itu.
b) Langkah mengakhiri Demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran
perlu diakhiri dengan memberikan tugas –tugas tertentu yang
ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses
pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk
meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu
atau tidak. Guru dan siswa juga harus melakukan evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk
perbaikan selanjutnya. Menurut Djamarah dan Zain (2006)
evaluasi dapat berupa memberi kesempatan pada mahasiswa
untuk tindak lanjut mencoba melakukan sendiri, membuat
kesimpulan hasil demonstrasi dan mengajukan pertanyaan
kepada mahasiswa.

19

5.

Audiovisual (Video)

a. Pengertian Audiovisual
Media audiovisual adalah jenis media yang mengandung unsur
suara dan gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai
ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya (Sanjaya, 2007). Video
dapat digunakan sebagai alat Bantu mengajar pada berbagai bidang
studi. Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat
mengajak mahasiswa untuk melihat peristiwa dimana saja walaupun
dibatasi dengan ruang kuliah. Objek–objek yang terlalu kecil, terlalu
besar, berbahaya atau bahkan tidak dapat dikunjungi oleh mahasiswa,
dapat dihadirkan melalui media video (Pribadi dan Putri, 2005).
Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama–
sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video
melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri
(Arsyad, 2007).
b. Manfaat Video
Pada bidang studi yang banyak mempelajari keterampilan motorik
dapat mengandalkan kemampuan video. Melatih keterampilan
melakukan kegiatan dengan prosedur tertentu akan terbantu dengan
pemanfaatan media video. Dengan kemampuan untuk menyajikan
gerakan lambat (slow motion), media video membantu dosen untuk
menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu dengan lebih rinci.
Keterampilan yang dapat dilatih melalui media video tidak hanya
berupa keterampilan fisik saja, tetapi juga keterampilan interpersonal
seperti keterampilan dalam bidang psikologi dan hubungan masyarakat
(Pribadi dan Putri, 2005).
Dosen dapat memilih program–program video yang sesuai dengan
materi yang akan diajarkan, menyaksikan bersama diruang kelas dan
kemudian membahas serta mendiskusikannya. Kemampuan video
untuk mengabadikan kejadian–kejadian faktual dalam bentuk program
dokumenter

bermanfaat

untuk

membantu

dosen

dalam

20

mengetengahkan fakta dan kemudian membahas fakta tersebut secara
lebih jelas dan mendiskusikannya di ruang kuliah (Pribadi dan Putri,
2005).
Tujuan video ini adalah untuk memberikan hiburan, dokumentasi
dan pendidikan. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan
proses, menjelaskan konsep–konsep yang rumit dan mengajarkan
keterampilan,

menyingkat

atau

memperpanjang

waktu,

dan

mempengaruhi sikap (Arsyad, 2007).
c. Kelebihan Video
Kelebihan video menurut Arsyad (2007) adalah:
1) Video dapat melengkapi pengalaman–pengalaman dasar dari siswa
ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik dan lain –lain.
2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
disaksikan berulang–ulang.
3) Video dapat mendorong dan meningkatkan motivasi serta
menanamkan sikap dan segi–segi afektif lainnya.
4) Video dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam
kelompok siswa.
5) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat
secara langsung.
6) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok
kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.
d. Kelemahan Video
Kelemahan video menurut Arsyad (2007) adalah:
1) Diperlukan

biaya mahal

dan waktu yang banyak untuk

pengadaannya.
2) Diperlukan ketersediaan video yang sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belajar yang diinginkan, sehingga harus dirancang khusus
untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan pembelajaran.
Menurut Sadiman , dkk (2003) kekurangan video adalah:

21

1) Video sulit menarik perhatian penonton, sehinga mereka jarang
mempraktikkan apa yang dilihatnya.
2) Video mempunyai sifat komunikasi satu arah, sehingga penonton
harus mencari bentuk umpan balik yang lain.
3) Video kurang mampu menampilkan detail dari obyek yang
seharusnya disajikan secara sempurna.
4) Video memerlukan peralatan yang mahal dan komplek.
e. Langkah –Langkah Penggunaan Video
Pribadi dan Putri (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa
langkah penggunaan video, antara lain:
1) Menentukan program video/ CD yang relevan atau menunjang
materi perkuliahan.
2) Persiapan peralatan pemutar (playback) dan memastikan peralatan
tersebut berfungsi dengan baik sebelum perkuliahan dimulai.
3) Persiapan aktivitas lanjutan yang perlu dilakukan mahasiswa
setelah menyaksikan program, misalnya diskusi atau penugasan.
4) Jika diperlukan, persiapkan materi lain yang terkait dengan
program video, misalnya handout, chart atau visual lain.
5) Memperhatikan reaksi mahasiswa pada saat menyaksikan program.
Hal ini perlu dilakukan untuk memprediksi bagian mana yang
terlihat sulit dicerna atau membosankan. Selanjutnya catatan
tersebut dapat digunakan dalam kegiatan diskusi lanjutan.
6.
a.

Kala Dua Persalinan
Batasan
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga
disebut kala pengeluaran bayi (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik,
2007).
1) Gejala dan Tanda Kala Dua Persalinan:

22

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan
atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva –vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah.
2) Tanda pasti kala dua ditentukan melalui pemeriksaan dalam
(informasi objektif) yang hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
a) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
(JNPK, 2007)
b. Persiapan Penolong Persalinan
Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan
penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi (PI) yang
dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan dan
perlengkapan pelindung pribadi (JNPK, 2007).
c. Penatalaksanaan Fisiologi Kala Dua
Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai serangkaian
peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri
dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri).
Gejala dan tanda kala dua merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan
penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai.
Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan
mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya memberikan
bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar (JNPK, 2007).
1) Membimbing Ibu untuk Meneran
Mendiagnosa kala dua persalinan dan memulai meneran:
a) Mencuci tangan (menggunakan sabun dan air bersih yang
mengalir).

23

b) Memakai satu sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
atau steril untuk periksa dalam.
c) Memberitahu ibu saat prosedur dan tujuan periksa dalam.
d) Melakukan periksa dalam (hati–hati) untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap (10 cm), lalu melepaskan sarung
tangan.
e) Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan hati ibu dan
membantu ibu mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring)
atau berjalan–jalan di sekitar ruang bersalin. Mengajarkan cara
bernafas selama kontraksi berlangsung.
f) Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap,
beritahu ibu belum saatnya meneran, beri semangat dan ajarkan
cara bernafas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu
untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk
menahan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan
saat yang tepat untuk meneran.
g) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran,
membantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu
untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti
dorongan alamiah yang terjadi. Menganjurkan keluarga ibu
untuk membantu dan mendukung usahanya. Mencatat hasil
pemantauan pada partograf. Memberi ibu cukup minum dan
memantau denyut jantung janin (DJJ) setiap 5-10 menit.
Memastikan ibu dapat beristirahat diantara kontraksi.
h) Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan
meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman
(bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan–jalan). Posisi
berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan
dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama
kontraksi berlangsung. Berikan cukup cairan dan anjurkan/
perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ

24

setiap 15 menit. Stimulasi putting susu mungkin dapat
meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi (JNPK, 2007).
2) Posisi Ibu Saat Meneran
Ibu dapat mengubah –ubah posisi secara teratur selama kala II
karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari
posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero
plasenter tetap baik.
a) Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa
nyaman bagi ibu memberi kemudahan untuk beristirahat
diantara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah
gaya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.
b) Posisi jongkok atau berdiri
Posisi jongkok atau berdiri dapat membantu mempercepat
kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri.
c) Posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri
Posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri dapat
membuat ibu lebih nyaman dan efektif untuk meneran. Kedua
posisi tersebut juga akan membantu perbaikan posisi oksiput
yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.
Posisi merangkak dapat membantu ibu mengurangi rasa nyeri
punggung saat persalinan. Posisi berbaring miring ke kiri
memudahkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika
mengalami kelelahan dan dapat mengurangi risiko terjadinya
laserasi perineum (JNPK, 2007).
d. Menolong Kelahiran Bayi
1) Posisi Ibu Saat Melahirkan
Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali posisi
berbaring terlentang (supine position) karena berat uterus dan
isinya akan menekan vena cava inferior ibu. Hal ini akan
mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi utero plasenter

25

sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring
terlentang juga akan mengganggu kemajuan persalinan dan
menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif.
Apapun posisi yang dipilih oleh ibu, pastikan tersedia alas kain
atau sarung bersih di bawah ibu dan kemudahan untuk menjangkau
semua peralatan dan bahan–bahan yang diperlukan untuk
membantu kelahiran bayi. Tempatkan juga kain atau handuk bersih
diatas perut ibu sebagai alas tempat melatakkan bayi (JNPK,
2007).
2) Melahirkan Kepala
Saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm, penolong persalinan
meletakkan kain bersih dan kering yang dilipat 1/ 3 nya di bawah
bokong ibu. Melindungi perineum dengan satu tangan (di bawah
kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4
jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang
kepala bayi. Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan
dilahirkan. Usap muka bayi dengan kain atau kassa bersih atau
DTT untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung
bayi (JNPK, 2007).
3)

Memeriksa Tali Pusat pada Leher
Setelah kepala bayi lahir, ibu diminta untuk berhenti meneran
dan bernafas cepat kemudian memeriksa leher bayi apakah terlilit
oleh tali pusat. Jika ada dan lilitan cukup longgar maka lilitan
tersebut dilepaskan dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan sangat
erat maka tali pusat dijapit dengan klem pada 2 tempat dengan
jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat tersebut diantara 2 klem
(JNPK, 2007).

4) Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali
pusat, langkah selanjutnya menunggu kontraksi berikut sehingga
terjadi putaran paksi luar secara spontan. Meletakkan tangan pada

26

sisi kiri dan kanan kepala bayi, meminta ibu untuk meneran sambil
menekan kepala ke bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu
depan melewati sisfisis. Setelah bahu lahir, menggerakkan kepala
ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh
dada dapat dilahirkan (JNPK, 2007).
5) Melahirkan Seluruh Tubuh bayi
a) Saat bahu posterior lahir, tangan bawah digeser kearah
perineum dan menyanggah bahu dan lengan atas bayi pada
tangan tersebut.
b) Menggunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku
dan tangan posterior saat melewati perineum.
c) Tangan bawah menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir.
d) Tangan atas menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan
bagian anterior.
e) Melanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian
punggung, bokong, dan kaki.
f) Dari arah belakang, jari telunjuk tangan atas disisipkan di
antara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu
jari dan ketiga jari tangan lainnya.
g) Meletakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan
pada perut bawah ibu dan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuh.
h) Mengeringkan dan melakukan rangsangan taktil pada tubuh
bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu.
(JNPK, 2007)
6) Memotong Tali Pusat
Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat bayi), penjepitan kedua dengan jarak
2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu.
Tali pusat dipotong di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting steril/ DTT. Setelah memotong tali pusat,

27

handuk yang basah diganti dan bayi diselimuti dengan kain yang
bersih dan kering (JNPK, 2007).
B. Fokus Penelitian
Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berawal pada data dan bermuara
pada kesimpulan. Sasaran atau obyek penelitian dibatasi agar data yang
diambil dapat digali sebanyak mungkin. Serta agar penelitian ini tidak
dimungkinkan adanya pelebaran obyek penelitian, maka kredibilitas dari
peneliti sendiri yang menentukan kualitas dari penelitian ini ( Bungin,
2001 ). Oleh karena itu peneliti membuat focus penelitian sebagai berikut :
Positif

Keterampilan
pertolongan
persalinan kala II

Metode
demonstrasi

Negatif

Persepsi
Mahasiswa

Audiovisual

Karakteristik
pelaku

Pengalaman

Sikap

Motif
Alasan
pemahaman
pemilihan
metode

Interest

Keterampilan
persalinan

Gambar 3. Fokus Penilitian
C. Penjelasan Fokus Penelitian
Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa sebuah persepsi itu
dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya adalah sikap, motif, pengalaman
dan interest. Persepsi bisa berupa persepsi positif maupun negative. Pada
penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada persepsi mahasiswa

28

tentang penerapan metode demonstrasi dan audiovisual dalam penguasaan
keterampilan pertolongan persalinan kala II. Peneliti ingin mengetahui
persepsi mahasiswa, karakteristik pelaku, pemahaman, alasan pemilihan
metode,keterampilan.
D. Pertanyaan Penelitian
1) Bagaimana persepsi mahasiswa tentang penerapan metode demonstrasi
dalam keterampilan pertolongan persalinan kala II?.
2) Bagaimana persepsi mahasiswa tentang penerapan audiovisual dalam
keterampilan pertolongan persalinan kala II?.
3) Bagaimana persepsi mahasiswa tentang perbedaan penerapan metode
demonstrasi dan audiovisual dalam keterampilan pertolongan persalinan
kala II ?.
E. Definisi Operasional ( DO )
1) Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan –
hubungan

yang

diperoleh

dengan

menyimpulkan

informasi

dan

menafsirkan pesan.
2) Metode

demonstrasi

adalah

metode

penyajian

pelajaran

dengan

memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau
hanya sekedar tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan secara lisan
oleh guru.
3) Media audiovisual adalah jenis media yang mengandung unsur suara dan
gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film,
slide suara, dan lain sebagainya.
4) Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai serangkaian
peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut ( dimulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap ) dan berakhir dengan lahirnya bayi dan
diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri)
Berdasarkan definisi diatas dapat dirumuskan definisi operasional dari judul
“ Persepsi Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan STIKES AlIrsyad Al-Islamiyyah Cilacap Tentang Penerapan Metode Demonstrasi Dan

29

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala
II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi
pada mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan STIKES Al-Irsyad AlIslamiyyah

Cilacap

yang

berhubungan

dengan

penggunaan

metode

pembelajaran ( metode demonstrasi dan audiovisual ) yang berguna untuk
memudahkan

proses

belajar

mengajar

dalam

rangka

meningkatkan

kemampuan atau ketrampilan mahasiswa pada mata kuliah Asuhan Kebidanan
II khususnya dalam pertolongan persalinan kala II.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan metode
pengambilan data kualitatif, yang bertujuan memperoleh gambaran suatu
keadaan secara objektif ( Notoatmodjo, 2002 ). Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan persepsi mahasiswa tentang penerapan Metode
Demonstrasi

Dan

Audiovisual

Dalam

Penguasaan

Keterampilan

Pertolongan Persalinan Kala II.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.

Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Diploma III Kebidanan

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap. Subjek penelitian mahasiswa
Program Studi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap,
adapun alasan pemilihan lokasi adalah sebagai berikut :
a)

Berdasarkan studi pendahuluan di Prodi Kebidanan STIKES AlIrsyad Al-Islamiyyah Cilacap target yang harus dicapai dalam
melaksanakan asuhan kebidanan II pada ibu bersalin adalah 25 kali,
dan memerlukan keterampilan untuk melakukan asuhan tersebut.

b)

Berdasarkan survey pendahuluan dengan menyebarkan angket
kepada mahasiswa di temukan bahwa banyak mahasiswa yang
memilih mengunakan metode demonstrasi daripada audiovisual, hal ini
yang harus diperhatikan oleh pengajar agar mahasiswa bisa menguasai

30

media pembelajaran yang bervariatif dalam penguasaan keterampilan
pertolongan persalinan.
c)

Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2014.

B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti atau wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa Prodi Kebidanan Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Cilacsp yang telah mendapatkan mata kuliah Asuhan Kebidanan II yaitu
semester III sebanyak 91 mahasiswa dan semester V sebanyak 98
mahasiswa.
Sampel adalah sebagian obyek yang diambil dari keseluruhan
informan yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan informan yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Mahasiswa Prodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
Semester III & V, karena mahasiswa tersebut sudah mendapat
pembelajaran asuhan kebidanan II.
2. Mahasiswa Prodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
yang bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
Pengambilan informan penelitian menggunakan metode Purposive
Sampling dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang
dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakter
populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam & Pariani, 2001 ).
Penelitian ini peneliti memilih mahasiswa yang mempunyai nilai IPK
lebih dari 3 dan nilai IPK kurang dari 3 yang dapat dilihat dari KHS.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data kualitatif yang didapat dengan
cara mengeksplorasi sedalam – dalamnya persepsi mahasiswa tentang

31

penerapan Metode Demonstrasi Dan Audiovisual Terhadap Penguasaan
Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan Focus Group Discution ( FGD ) atau Diskusi
Kelompok Terarah ( DKT ) dan wawancara mendalam ( In-depth interview ).
Diskusi Kelompok Terarah ( DKT ) dilakukan untuk memperoleh
informasi yang luas dan variatif dalam waktu yang singkat dengan asumsi
bahwa secara kelompok akan diikuti

sebanyak 8 mahasiswa dan

pelaksanaannya dilakukan oleh tim yang terdiri dari moderator sekaligus
peneliti dan dibantu oleh peneliti anggota yaitu seorang dosen di Prodi
Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap ( dosen mata kuliah
Asuhan Kebidanan II ), diharapkan lebih memahami pembelajaran tersebut
khususnya pertolongan persalinan kala II. Untuk memudahkan dalam
pelaksanaan dibuat pedoman – pedoman DKT. Sebelum pengambilan data,
moderator dan asisten dilatih untuk melakukan DKT berdasarkan pedoman
yang telah dibuat agar pelaksanaan DKT dapat berjalan dengan lancar sesuai
yang diharapkan. Langkah pelaksanaan adalah membuat janji dengan
responden, menentukan waktu, tempat dan lamanya kegiatan, kemudian
melaksanakan DKT. Data yang diambil dengan metode ini adalah persepsi
mahasiswa tentang penerapan metode demonstrasi, penerapan audiovisual,
perbedaan

penerapan

metode

demonstrasi

dan

audiovisual

terhadap

penguasaan keterampilan pertolongan persalinan kala II di Prodi Kebidanan
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.
Wawancara mendalam ( In-depth interview ) adalah wawancara yang
berusaha menggali secara mendalam untuk mendapatkan informasi yang luas
melalui jawaban responden tentang topik tertentu dengan menggunakan
pedoman wawancara yang sudah disiapkan. Cara yang dilakukan adalah
dengan membuat janji dengan responden, menentukan tempat dan waktu
wawancara serta melakukan wawancara. Data yang diambil dengan metode
ini adalah persepsi mahasiswa tentang penerapan metode demonstrasi,
penerapan audiovisual, perbedaan penerapan metode demonstrasi dan
audiovisual terhadap penguasaan ketera