Kehidupan Masyarakat Penambang Kayu Arang Di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintongnihuta 1992-2002 Chapter III V

BAB III
KEHIDUPAN MASYARAKAT PENAMBANG KAYU ARANG DI DESA
NAGASARIBU KECAMATAN LINTONGNIHUTA 1992-2002
3.1 Kehidupan Ekonomi
Lintongnihuta dengan sumber mata pencaharian yang baik terutama hasil
pertanian kopi dan padi yang kaya dan melimpah. Akan tetapi, ada juga
menggantungkan hidupnya lewat pada penambangan sebagai mata pencaharianya
untuk memenuhi hidup. Seperti, penambangan kayu arang dan penambangan batu
gunung. Hasil dari penambangan ini kemudian dijual di pasar daerahnya atau di
kirim keluar kota.
Mengandalkan potensi alam lingkungan merupakan langkah yang tepat yang
dilakukan masyarakat untuk mempertahankan hidup. Hal ini bisa dilihat dari
bagaimana masyarakat Lintongnihuta terutama desa Nagasaribu mengelola kekayaan
alam seperti tanah gambut. Pada tahun 1992 masyarakat yang bekerja sebagai
penambang kayu arang dan menetap di kawasan pegunungan. Masyarakat
penabambang berangkat pada pagi hari, pulang pada sore hari, itulah aktivitas sehari
hari masyarakat di desa nagasaribu tepatnya dilahan gambut.
Pada tahun 1992 arang belum banyak dipergunakan oleh masyarakat, karena
pada saat itu kayu sangat berperan untuk bahan bakar memasak dirumah. Pada masa
ini hasil pertanian kurang baik, perekonomian sangat sulit. Bertani sawah


Universitas Sumatera Utara

pengerjaanya masih sangat tradisional, belum ada pestisida. Sering sekali hasil panen
tidak bagus. Hal ini menyebabkan masyarakat bertani padi sambil menambang kayu
arang. Supaya ketika menambahkan penghasilan ekonomi keluarga beras tidak ada.
Selain itu ada juga masyarakat yang menjadi peternak. Potensi peternakan yang
menonjol seperti kerbau, kuda, babi, dan ayam . Kegiatan penambangan kayu arang
memberikan dampak terhadap tingkat pendapatan masyarakat, hal ini terdapat pada
masyarakat bahwa adanya kegiatan penambangan ini memberikan keuntungan yang
sangat besar sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, Keinginan untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi yang semakin tahun semakin sulit mendorong
masyarakat harus bekerja dan berusaha lebih giat lagi dan pertumbuhan penduduk
yang semakin tahun semakin banyak. Tanah gambut sebagai tanah yang memiliki
nilai ekonomi yang tinggi dan jika diliat dari prosesnya hal yang sangat mudah untuk
diperoleh karena hanya membutuhkan tenaga yang kuat tanpa dana yang cukup besar
lain halnya dengan bertani dan berdagang harus mebutuhkan modal yang besar.
Semakin besarnya jumlah keturunan mengakibatkan sempitnya Perekonomian
merupakan masalah utama dalam sebuah kehidupan masyarakat, sehingga tak dapat
dipungkiri lagi berbagai usaha ditempuh untuk memenuhi kebutuhan perekonomian
tersebut, mulai dari usaha kecil-kecilan hingga usaha besar-besaran. Salah satu usaha

yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perekonomian masyarakat di desa
nagasaribu ini adalah bertani dan melakukan kerja sampingan yaitu penambangan

Universitas Sumatera Utara

arang. Selain untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dampak positif dari
penambangan bagi kehidupan masyarakat nagasaribu adalah sebagai berikut


Membuka lapangan pekerjaan
Pada dasarnya tingkat ekonomi seseorang atau masyarakat ditentukan oleh

kesempatannya memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha , namun pada kenyataanya masyarakat di hadapkan pada masalah masalah
yang menimbulkan tingkat ekonominya rendah diantaranya seperti sulitnya
mendapatkan pekerjaan, kesempatan kerja di desa nagasaribu semakin terbuka setelah
adanya kegiatan penambangan kayu arang yang memberikan dampak positif bagi
warga sekitar sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat



Meningkatkan daya kreativitas masyarakat
Penambangan kayu arang sangat lah menguntungkan bagi masyarakat desa

nagasaribu dimana masyarakat dapat memanfaatkan akar akar kayu yang ada di tanah
gambut diolah menjadi arang yang berfungsi untuk tempa besi dan sebagai bahan
bakar untuk memasak untuk menambah uang masuk disamping bertani. Dan juga
meningkatkan daya kreativitas masyarakat supaya tidak pengangguran lagi dan bisa
menciptakan arang sendiri.

Universitas Sumatera Utara

3.2 Kehidupan Sosial
Aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari hubungan interaksi antar
sesamanya. Ini disebabkan manusia merupakan jenis makhluk yang hidup secara
kolektif. Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan komunikasi
untuk melaksanakan kerja sama dalam hidup bermasyarakat. Masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu,
yang bersifat kontinu yang terikat oleh suatu identitas bersama. 38
Secara umum interaksi sosial dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk hubungan
sosial di dalam masyarakat. Hubungan sosial dapat dilihat baik hubungan antar

individu dengan masyarakat maupun antar masyarakat itu sendiri. Interaksi yang
berlangsung memperlihatkan bagaimana peranan yang ada pada setiap anggota
masyarakat di dalam kelompoknya dan bagaimana pula peranan mereka di dalam
mengadakan hubungan terhadap kelompok lainnya. Hubungan ini menjelaskan yang
menjadi dasar dan tujuan dari setiap peranan yang dilakukan oleh setiap anggota
kelompok di dalam keluarganya maupun dengan kelompok lainnya. 39
Sebagai makhluk sosial yang memiliki akal dan budi, manusia di dalam
hidupnya selalu melakukan interaksi dengan manusia lainnya, saling membutuhkan
satu sama lain. Pada intinya manusia itu tidak dapat hidup sendiri. Pada umumnya di

38

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Djambatan, 1981, hal

159-160
39

Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung : Karya
Nusantara, 1977, hal. 44.


Universitas Sumatera Utara

dalam sebuah proses interaksi terdapat sifat-sifat saling mempengaruhi karena di
dalamnya melibatkan lebih dari satu orang. Jadi antara individu yang satu dengan
individu yang lain, dan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain secara
sadar ataupun tidak terlibat dalam proses saling mempengaruhi. Terlepas dari budaya
mana yang lebih dominan dalam proses interaksi tersebut, bentuk hubungan sosial
yang mempertemukan lebih dari satu kebudayaan akan melahirkan jenis kebudayaan
yang baru sebagai “buah” dari proses interaksi. Oleh karenanya interaksi jelas
berbeda dari adaptasi. Adaptasi juga merupakan bentuk ataupun pola hubunganhubungan sosial yang ada dalam masyarakat. Adaptasi lebih kepada penyesuaian
tanpa turut “mewarnai” proses hubungan sosial yang terjadi sebagaimana ditunjukkan
dalam interaksi. Singkatnya adaptasi lebih kepada penyesuaian yang bersifat positif
oleh individu ataupun satu komunitas kelompok terhadap realitas sosial yang ada,
sedangkan interaksi bersifat lebih proaktif dalam melihat realitas sosial. Jadi di dalam
pola interaksi sosial ada proses saling mempengaruhi dan umumnya proses ini
berlangsung tanpa disadari oleh masyarakat. Implikasi dari proses interaksi itu dapat
terlihat dalam kehidupan sehari-hari. 40
Demikian juga halnya yang terjadi pada

masyarakat desa nagasaribu ,


kehidupan sosial yang berawal dari tegur sapa dengan masyarakat itu sendiri
kemudian berbincang dengan kelompokmasyarakat lainnnya dengan tujuan yang

40

Ibid. Hal. 48

Universitas Sumatera Utara

sama yaitu bekerja sebagai penambang kayu, hal ini secara tidak langsung dan tanpa
disadari mereka telah membentuk hubungan interaksi sosial di tempat kerja.
Interaksi sosial antar masyarakat yang ada di lahan gambut tempat
penambangan terbentuk secara alamiah dan dari satu kesatuan tertentu sesuai dengan
kesamaan identitas dan kedudukannya. Kesamaan identitas timbul karena adanya
perasaan senasib sepenanggungan dan persamaan kedudukan dalam status pekerjaan.
Selain itu juga di kalangan masyarakat nagasaribu penambang kayu terbentuk
hubungan yang baik sesama mereka karena berasal dari daerah yang sama, juga
bekerja dalam satu wilayah yang sama, maka hal ini membuat hubungan mereka lebih
erat antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu juga mereka menganggap bahwa

masyarakat yang bekerja di lahan gambut yang sama adalah merupakan teman
senasib sepenanggungan, yang mengetahui bagaimana susah senangnya bekerja di
tempat mereka bekerja sekarang. Namun dengan demikian bukan berarti mereka tidak
menjalin hubungan dengan masyarakat lainnya. Mereka sambil bercerita dan
bercengkrama antar sesama masyarakat hingga sampai di lokasi penambangan. Itulah
kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat nagasaribu dalam berinteraksi
antar sesamanya
Hubungan interaksi sosial antara masyarakat nagasaribu dengan masyarakat
lainnya berjalan cukup baik. Mereka saling membantu dan tolong menolong jika
masyarakat mengalami kesulitan dalam pekerjaan, dimana laki-laki dengan sigap

Universitas Sumatera Utara

menolongnya. Karena mereka telah menganggap hubungan antar sesama sudah
menjadi keluarga keduanya. 41
Karena mayoritas yang bekerja adalah suku batak toba, maka bahasa yang
digunakan oleh masyarakat nagasaribu adalah batak toba sehingga terjalin kesamaan
dalam bahasa tersebut. Hubungan baik antar sesama masyarakat dapat terlihat jelas,
disaat ada teman dari mereka yang mengadakan pesta ataupun mengalami
kemalangan, dengan sukarela masyarakat akan baik tenaga maupun materi untuk

teman mereka yang mengadakan suatu pesta pernikahan, ataupun yang sedang
mengalami kemalangan. Dari hal-hal terkecillah mereka bisa menjalin rasa sosialisasi
yang erat dengan sesama.
Menurut Koentjaraningrat, aktivitas tolong menolong yang tampak dalam kehidupan
masyarakat terbagi atas 3, yaitu :
1. Aktivitas tolong menolong antara tetangga yang berdekatan, untuk pekerjaanpekerjaan kecil sekitar rumah dan pekarangan, misalnya : menggali sumur,
mengganti dinding rumah, membersihkan rumah dan atap rumah dari hama
tikus dan sebagainya.
2. Aktivitas tolong menolong antara kaum kerabat (tetangga dekat) untuk
menyelenggarakan pesta sunat, perkawinan, atau upacara adat lain sekitar titik

41

Wawancara , Mariani, Desa Nagasaribu, 09 maret 2016

Universitas Sumatera Utara

peralihan pada lingkaran hidup individu (hamil tujuh bulan, kelahiran,
melepaskan tali pusat dan lain sebagainya).
3. Aktivitas spontan tanpa permintaan dan tanpa pamrih untuk membantu secara

spontan pada waktu seorang tetangga mengalami kematian atau bencana. 42
Hal diatas tampak bahwa, aktivitas tolong menolong buruh akan terlihat pada
acara seperti perkawinan, baik dari keluarga buruh maupun dari keluarga masyarakat
setempat. Biasanya mereka akan saling mengundang, dan saling membantu tanpa
harus diminta oleh yang bersangkutan. Dan begitu juga halnya jika ada buruh atau
keluarga masyarakat setempat yang mengalami kemalangan atau bencana, maka
tanpa diminta mereka datang memberikan bantuan baik berupa tenaga maupun
materi. Mereka memberikan sumbangan secara sukarela tanpa adanya paksaan.
Bentuk interaksi sosial masyarakat di sektor informal lainnya, dapat dilihat
ketika pada saat kegiatan-kegiatan sosial, seperti kerja bakti atau gotong royong
membersihkan parit atau lingkungan sekitar. Gotong royong merupakan aktivitas
bekerjasama antara sejumlah besar warga untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
tertentu yang dianggap berguna untuk kepentingan umum. 43
Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari permasalahan
hidup kesehariannya. Hal ini yang selalu mengiringi proses hidup manusia sehingga

42

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia,
1981, hal. 59-60.

43
Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Perss, 1995,
hal. 28.

Universitas Sumatera Utara

sehingga banyak orang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sarat
akan permasalahan hidup. Atas dasar inilah maka salah satu bentuk upaya manusia di
dalam masyarakat adalah membentuk wadah-wadah yang dapat dipakai sebagai
media yang dapat menumbuhkan rasa persahabatan dan solidaritas diantara sesama
warga masyarakat di tempat mereka tinggal. 44
Biasanya wadah-wadah sosial ini dibentuk berdasarkan kepentingan dari
warga masyarakat. Oleh karena itu bentuk dan wadah yang dipakai sebagai media
untuk memenuhi kepentingan tersebut menunjukkan corak yang beraneka ragam.
Wadah sosial ini lebih kita kenal dengan istilah organisasi sosial. Organisasi sosial
adalah penyusunan aktivitas dari dua orang atau lebih yang disesuaikan untuk
menghasilkan kesatuan aktivitas yang merupakan suatu kerja sama. 45
Dengan adanya penambangan kayu arang di Nagasaribu dapat membuat
masyarakat sadar akan adanya rasa tolong menolong dan saling membantu antar
sesama seperti pada acara pernikahan, kelahiran dan kematian.

3.3 Tingkat Pendidikan Anak-anak penambang kayu arang
Sejalan dengan itu, dalam hal tingkat pendidikan khususnya bagi anak
penambang, untuk bekal kerja mencari kayu arang dilahan gambut latar belakang
pendidikan seorang penambang tidaklah begitu penting artinya karena pekerjaan
sebagai penambang merupakan pekerjaan yang lebih banyak mengandalkan otot dan

44
45

Ibid. Hal. 80
B. Simanjuntak, Perubahan Sosial Kultural, Bandung : Tarsito, 1980, hal. 19

Universitas Sumatera Utara

pengalaman, maka setinggi apapun tingkat pendidikan penambang tersebut itu
tidaklah memberikan pengaruh terhadap kecakapan mereka dalam menambang.
Persoalan dari arti penting tingkat pendidikan ini biasanya baru mengedepankan jika
seorang penambang ingin berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan.
Dengan pendidikan yang rendah jelas kondisi itu akan mempersulit penambang
memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain mejadi penambang
Kalaupun anak-anak mereka bersekolah, maka dianggap sudah cukup kalau
bisa melek huruf saja. Asal bisa baca tulis bisa mengenal nilai nominal uang, itu
sudah cukup. Dari beberapa Sekolah Dasar yang ada di Nagasaribu, hal yang sering
terjadi adalah kalau anak-anak penambang ini sudah agak besar misalnya kelas V SD
dan sudah bisa baca tulis, mereka mau meninggalkan bangku sekolah mereka karena
disebabkan pengaruh lingkungan dimana pada musim itu sangat mudah menambang.
Faktor yang paling menghambat kelanjutan pendidikan anak-anak penambang
adalah tidak menetapnya pendapatan keluarga yang sangat besar variasinya,
jangankan untuk uang sekolah dan biaya sekolah lainnya, untuk makanpun hampirhampir tak mencukupi. Rumah yang mereka tempati sangat jauh dari keterlayakan.
Papan yang minim kurang untuk menutupi dinding rumah. Selain itu, banyak
penyakit yang disebabkah karena perumahan masyarakat penambang yang tidak
sehat. Padahal untuk pembiayaan sekolah kelanjutannya sangat perlu. Kebiasaan
menabung pada penambang hampir tidak ada.

Universitas Sumatera Utara

Berawal dari seorang tetangga yang meyekolahkan anaknya hingga ke jenjang
yang lebih tinggi, dan hasilnya hidup anaknya ini pun lebih baik dari orangtuanya.
Hal ini menjadi motivasi bagi banyak orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Pola pikir masyarakat yang seperti itu perlahan-lahan mulai terkikis seturut
dengan berkembangnya zaman. Pada tahun 2002 sudah semakin banyak anak-anak
penambang yang masuk Sekolah Dasar negeri di Nagasaribu Lintongnihuta. Semakin
tahun semakin banyak jumlah anak-anak penambang yang sekolah. Sekolah-sekolah
pun semakin banyak berdiri disini. Semangat dari anak-anak untuk sekolah semakin
meningkat. Meskipun jarak dari rumah dengan sekolah jauh dapat menempuh waktu
kurang dari 30 menit, bahkan angkutan umum yang masih sedikit tidak menjadi
hambatan bagi anak-anak untuk dapat bersekolah.
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Secara umum pendidikan merupakan upaya terus menerus untuk
memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak
selaras dengan alam dan masyarakatnya. Adapun tujuan dari pendidikan adalah
menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan
mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Hal ini
karenakan Dari dulu hingga sekarang masalah pendidikan memang menjadi masalah

Universitas Sumatera Utara

untuk pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek
kehidupan. 46
Pendidikan akan berpengaruh pada mata pencaharian dan tingkat penghasilan
seseorang, hal ini juga berpengaruh pada pendidikan anak anak dari masyarakat desa
nagasaribu yang bekerja sebagai penambang sebelum tahun 1992 pendidikan dari
anak anak masyarakat nagasaribu tamatan Sekolah Dasar bahkan banyak juga yang
tidak tamat sekolah, sehingga hanya dengan tamatan seperti ini tidak banyak
pekerjaan yang bisa dilakukan masyarakat, ujung-ujungnya mereka akan bekerja
penambang kayu arang sebagai kerja sampingan untuk menambah ekonomi terhadap
kebutuhan keluarga terutama dibidang menaikkan pendidikan, Pendidikan adalah
salah satu jalur penting untuk memperoleh status sosial yang tinggi, bagi orang batak
pendidikan dipandang sebagai jalur mobiitas sosial untuk mencari pangkat.
Masyarakat Lintongnihuta terkenal dengan minat sekolah yang lumayan
tinggi jika dibanding dengan daerah lain, istilah anakkon hi do hamoraaon di au,
naingkon do sikola satimbo-timbona, nasa ni natolap gogoki (anakku harta paling
bergarga bagi hidupku, harus sekolah setinggi mungkin, semampuku akan kulakukan
itu. Semiskin-miskin keluarga, rata-rata bisa menguliahkan anaknya ke perguruan

46

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005

Universitas Sumatera Utara

tinggi, begitu juga dengan daerah Nagasaribu yang telah melahirkan banyak kaum
intelektual yang telah bekerja dibergai bidang profesi 47.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat desa nagasaribu yang kerja
sampingan yaitu melakukan penambangan

kerja

bekerja dapat dilihat tingkat

pendidikan formal yang telah dicapainya. Tingkat pendidikan menjadi salah satu
syarat penting dalam proses pelamaran suatu pekerjaan.
Dari pengamatan yang ditemukan di lapangan, rata rata pendidikan anak anak
masyarakat yang bekerja dipenambangan kayu arang yaitu sebagai berikut.
Pendidikan anak anak masyarakat penambang Pada tahun 2002
Nama

Jumlah

SD

SMP

SMA

Anak

PERGURUAN
TINGGI

Ibu Edo

5 orang

2 orang

1 orang

1 orang

1 orang

Ibu Hasril

4 orang

2 orang

1 0rang

1 orang

0

Bapak Agus

6 orang

3 orang

1 orang

1 orang

0

Ibu Sarah

7 orang

2 orang

2 orang

1 orang

2 orang

Bapak Ida

6 orang

1 orang

2 orang

2 orang

1 orang

47

Wawancara Ariska Sihombing, Nagasaribu, 21 Maret 2016.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah

28 orang

10 orang

7 orang

6 orang

4 orang

Data diperoleh dari hasil wawancara dengan informan.
Dari hasil data diatas dapat kita lihat bahwa pendidikan meningkat setelah
dilakukannya penambangan

kayu arang di desa Nagasaribu, hal ini sangat

mempengaruhi perubahan terhadap dampak pendidikan. Untuk ke jenjang yang lebih
tinggi yakni ke perguruan tinggi, para penambang kayu arang ini juga sudah ada
beberapa yang menyekolahkan anaknya sekalipun harus merantau ke luar Medan.
Jika pada musim-musim tertentu arang sangat mudah didapatkan terutama musim
kemarau, hal ini sangat menolong mereka untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
Tidak lagi seperti dulu, kini penambang kayu arang nelayan sudah menabung
uangnya jika pada saat musim kemarau pendapatan arang sangat banyak. Ada yang
menabung di Bank, CU, dan ada juga yang membeli emas sebagai simpanannya.
Kelak akan di jual apabila anaknya ingin masuk sekolah. Dengan gambaran ini
jelaslah bahwa penduduk di daerah ini dan sekitarnya sudah berpikiran maju.
3.4 Tingkat Pendapatan Masyarakat Nagasaribu
Ditinjau dari segi pendapatan keluarga, maka masyarakat Nagasaribu hampir
semua digolongkan sebagai penambang namun tidak meninggalkan mata pencaharian
utama yaitu bertani. Maksudnya adalah seluruh pendapatan keluarga itu berasal dari
hasil penambangan. Seluruh waktu mereka digunakan untuk bekerja sebagai
penambang, sebagian besar dari mereka tidak mempunyai pekerjaan lain, sehingga

Universitas Sumatera Utara

ketika cuaca buruk tiba, mereka hanya berdiam diri dirumah dan tidak mempunyai
pekerjaan lain karena tidak memungkinkan menambang di hari hujan.karena
teknologi yang mereka gunakan tergolong sederhana, ketika musim badai atau ketika
cuaca buruk tiba sebagian besar dari mereka tidak bisa menambang karena lokasi
penambangan akan menjadi basah padahal proses penambangan arang ini harus
dilakukan pada saat hujan tidak turun .
Tidak semua penambang di Nagasaribu dikategorikan sebagai penambang
penuh dimana pendapatan keluarga tersebut hanya berasal dari hasil penambangan
sepenuhnya. Selain sebagai penambang ada juga yang bekerja sambilan sebagai
petani. Pertanian penambang tetap seperti: padi, palawija, dan

peternakan yang

merupakan pelengkap pendapatan keluarga tersebut. Akan tetapi, hal ini

hanya

terdapat untuk beberapa orang saja.
Sumber pendapatan utama penduduk di daerah penelitian ini tidak terlepas
dari pertanian namun masyarakat juga bekerja penambang kayu arang kerja
sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan juga karena factor
ekonomi. Pekerjaan sebagai penambang merupakan mata pencaharian penduduk
setelah bertani. Pendapatan penambang ini sangat kuat dipengaruhi oleh iklim.
Faktor. Pada musim hujan biasanya pendapatan masyarakat agak menurun sedangkan
musim kemarau relatif banyak. Demikian juga pada saat musim kemarau pendapatan
masyarakat melonjak tinggi karena pada saat musim ini lah kesempatan masyarakat
kerja dan bisa membakar kayu tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Tidak semua penambang memiliki alat yang baik seperti traktor dan tidak
semua yang mampu menyewa alat berat tersebut untuk menggali kayu dari tanah
biasanya mereka yang menggunakan alat cangkul,linggis dan kapak adalah orang
yang bekerja untuk mengurangi modal. Usia produktif untuk penambangan kayu
arang ini adalah rata rata dari usia 17-60 tahun. Karena menambang kayu arang ini
sangat muda, yang paling sulitnya adalah menggali kayu dari dalam tanah gambut
tersebut sehingga semua keluarga yang berusia 17-60 an mampu melakukan
pekerjaan ini.
Adapun hasil penambangan kayu arang selama satu minggu per keluarga pada
tahun 2002 pada saat dilakukannya penambangan adalah
Dimana satu karung dikalikan dengan Rp 80,000 dan pendapatan tidak
selamanya tetap bisa saja berubah perminggu terhadap masyarakat penambang.
Tabel 9

Universitas Sumatera Utara

No

Nama

Arang yang diperoleh

Jumlah

1

Bu Asta

20 karung

Rp 1.600.000

2

Jaihot

21 karung

Rp 1.680.000

3

Bu marni

19 karung

Rp 1.520.000

4

Hartono

21 karung

Rp 1.680.000

5

Kartika

20 karung

Rp 1.600.000

Data diatas diperoleh dari hasil wawancara dari informan
Dari table diatas dapat diketahui pedapatan penambang per keluarga pada
tahun 2002

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMASARAN KAYU ARANG DESA NAGASARIBU PADA TAHUN 19922002
Pemasaran merupakan suatu proses perpindahan suatu barang atau jasa dari
tangan produsen ketangan konsumen. Seiring dengan berjalan sejarah manusia dalam
memenuhi kebutuhannya, ada pihak yang meminta dan yang menawarkan. pada awal
sejarah bahwa pemasaran dilakukan dengan cara pertukaran barter dan terus
berkembang menjadi perekonomian dengan menggunakan uang dengan pemasaran
yang modern. Pemasaran merupakan aspek yang biasanya paling penting dalam
sebuah industri, pemasaran pada dasarnya dapat diartikan sebagai transaksi jual beli.
artinya pemilik barang menjual kepada pembeli pada tingkatan harga yang
disepakatin dari lokasi yang satu kelokasi yang lainnya.

4.1 Luar Daerah

Pemasaran kayu arang merupakan pemasaran yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap konsumen pembeli ataupun tauke. Dimana arang ini dipasarkan di Luar
Daerah seperti di daerah siborong borong kabupaten tapanuli utara dan kota medan.
Produksi arang kayu selama ini masih dianggap sebelah mata oleh sebagian orang.
Namun anggapan itu tidak berlaku bagi warga masyarakat nagasaribu yang berada di
kecamatan Lintongnihuta,

pasalnya

harga

penjualan

arang

kayu

lumayan

menggiurkan.

Universitas Sumatera Utara

Harga penjualan arang kayu saat ini kisaran 90-110 Rb keluar daerah besar
Warga masyarakat Nagasaribu biasanya menjual arang kayu ke sitampurung yang
berada di kabupaten tapanuli utara tepatnya di Siborong borong. Dimana masyarakat
ada yang menjual arang melalui tauke dan ada juga sebagian menjual langsung
kepada pembeli. karena harga penjualan ke konsumen ini mencapai 70 Rb perkarung
besar, proses penjualan ini berlangsung ditempat pembeli maksudnya arang kayu
yang mengangkut adalah penjual sendiri yaitu melalui alat angkut mobil pasar atau di
antar dengan menggunakan roda kendaraan dua , begitu juga yang menjual kepada
tauke masyarakat menggunakan mobil pasar yang sudah disediakan oleh tauke untuk
mengambil arang tersebut dari tempat pengambilannya. Dimana satu mobil berisi 810 karung plastik arang. Cara muat ke dalam truk dapat dilakukan dengan cara
Manual yaitu, Dengan menggunakan tenaga manusia (panggul), dimuat dalam bentuk
karung besar. Dimana satu karung arang plastik tersebut dipanggul ke pinggir jalan
raya tempat mobil berhenti. 48.
Pemasaran merupakan suatu tindakan yang paling menentukan suatu usaha
yang akan didapat. Makin terbuka luas pasar, maka akan semakin banyak jumlah
produk yang dipasarkan. Dalam pemasaran arang ini, para masyarak sangat terbantu
dengan kehadiran para tauke. Masyarakat juga harus menjalin hubungan yang baik
dengan dengan tauke, begitu juga sebaliknya tauke juga perlu membangun relasi yang
baik

juga

48

dengan

masyarakat

penambang,

sebab

keduanya

sama

saling

Wawancara, Hasni Hutasoit, Nagasaribu, 23 Maret 2016

Universitas Sumatera Utara

menguntungkan (simbiosis mutualisme). Tauke membutuhkan hasil arang untuk
melancarkan usaha mereka dan masyarakat membutuhkan tauke untuk pemasaran
hasil penambangan mereka. Namun ada juga masyarakat tidak membutuhkan
penjualan melalui tauke karena tidak ingin merepotkan beban, ada yang langsung
dijual kepasaran tanpa melalui tauke.
Dengan adanya tauke ini maka akan semakin mempermudah pendistribusian
arang ke daerah yang ada di Sumatera Utara, seperti Pematang Siantar, Tarutung,
Balige, Sidikalang, dan Tapanuli utara. Pemasaran Arang sebenarnya cukup mudah,
karena penambang mempunyai banyak opsi untuk menjual arangnya. Cara yang
mudah arang tersebut biasanya dijual ke tauke melalui agen-agen yang dikirimnya ke
ke siborong borong untuk membeli arang tersebut. Ada tauke yang datang langsung
ke tempat penambangan tersebut.
Arang sebagai hasil tambang masyarakat yang diperoleh sangat bergantung
terhadap hasil perolehan karena dapat memberikan jaminan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup bagi keluarganya. Sebelum arang tersebut diperjual belikan terlebih
dahulu harus di sortir dan di olah. Kemudian baru didistribusikan untuk dipasarkan
pada konsumen.
Jenis pengolahan dapat di bagi atas:
a. Pengolahan arang kecil
b. Pengolahan arang besar

Universitas Sumatera Utara

Dimana arang yang kecil dipisahkan dari hasil penyaringan semua arang dan
tidak untuk diperjual belikkan di khalangan masyarakat namun dipakai untuk
kebutuhan bahan bakar oleh rumah tangga sendiri, sedangkan arang yang besar dijual
dan dimasukkan ke dalam karung plastik yang besar.
Hasil dari pengololahan ini kemudian di packing ke dalam karung plastik yang telah
disediakan. Dari sinilah, para tauke akan membelinya.
Pemasaran kayu arang dilakukan dengan 2 cara yaitu melaui tauke dan tidak melalui
tauke
1. Melalui Tauke
Pada proses hasil pemasaran kayu arang dapat dilakukan dengan cara
menjualnya ke tauke.Dimana tauke dan si penjual telah melakukan kesempakatan
atau perjanjian yang telah dibuat. Seperti biasanya yang dilakukan oleh keluarga ibu
Sarmauli dimana penjualan hasil arang tersebut dijual terhadap tauke.
Dimana beliau berpendapat bahwa Penghasilan yang didapat perminggu tidak
stabil kadang naik kadang turun, kadang 19 Karung kadang 20 jadi tergantung
terhadap pekerjaan dan kondisi cuaca, jadi jika arang sudah siap ditambang maka
arang tersebut dijual keberbagai daerah melaui tauke karna lebih mudah menjual
langsung ke tauke dan tidak lagi repot memanggul dipasaran, namun ada juga ruginya
kalau dijual langsung ke tauke satu karung dipotongnya Rp 5000 padahal dijual jadi
Rp60,000, yang tinggal jadi Rp55,000 perkarung plastic, tapi gak takut lagi masalah

Universitas Sumatera Utara

laku dan gak laku karna udah diserahkan semuanya ke tauke,dan arang ini diangkat
sendiri oleh mobil milik tauke tersebut ke tempat penambang, hasil pemasaran arang
ini dilakukan dengan sekali seminggu dimana arang yang didapat dikumpulkan
sampai seminggu dan dan dijual ketauke setiap hari seninnya karna pemasaran ini
dilakukan sekali seminggu dipasaran.. Kemudian tauke mengangkat dan dijual
kembali dengan harga lebih dari yang sudah ditetapkan. Sehingga lebih
menguntungkan di tauke daripada di masyarakat tutur beliau’’ 49

4.2 Dalam Daerah
Pemasaran arang ini juga dilakukan didalam daerah seperti di lintongnihuta,
pearung ,paranginan atau dolok sanggul dengan catatan tidak melalui tauke karena
bisa sendiri diantar oleh penjual ketempat pembeli.
1.Tidak melalui tauke ( tanpa perantara oleh tauke)
Penjualan

yang

dilakukan

tanpa

perantara

oleh

tauke

jauh

lebih

menguntungkan dibanding penjualan langsung ketauke, dimana hasil perkarung
bersih ada ditangan tidak ada pemotongan harga, jika perkarung Rp 80,000 maka
yang dijual ke pasaran harus Rp 80,000 namun kalau hasil penjualan sendiri kadang
tidak semua habis, sehingga arang tersebut dibawa lagi pulang kerumah, dan dijual
besoknya. Hasil pemasaran tanpa tauke ini dilakukan tiap hari dimana penjualan
49

Wawancara, Rati Nababan, Nagasaribu, 23 Maret 2016.

Universitas Sumatera Utara

arang ini dilakukan dikalangan masyarakat atau diantar tiap rumah dan dipesan
langsung kepada penjual oleh si pembeli. 50

50

Wawancara, Jones Lumbantoruan, Nagasaribu, 23 Maret 2016

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kecamatan Lintongnihuta berada pada 2º13’-2º20” Lintang Utara, dan
98º47’-98º57” Bujur Timur yang terletak di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Kecamatan Lintongnihuta terletak 1000-1500 meter diatas permukaan laut dengan
luas wilayah mencapai 18.126,03 ha yang terdiri dari 22 desa salah satunya adalah
desa Nagasaribu, desa ini memiliki kekayaan alam yang melimpah menjadi sumber
mata pencaharian masyarakat yaitu lahan gambut, dimana masyarakat mengolah
lahan tersebut menjadi penambangan arang. Pada tahun 1992 merupakan tahap awal
bagi masyarakat mengadakan penambangan arang dimana pada saat itu arang sangat
dibutuhkan.
Masyarakat penambang kayu arang di desa Nagasaribu Kecamatan
Lintongnihuta adalah masyarakat yang mandiri, kuat dan memiliki kegigihan bekerja
untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya dan juga adanya keinginan untuk maju
dalam kondisi ekonomi serta pendidikan anak anaknya, apapun mereka lakukan demi
anak dan keluarganya. Mereka bekerja keras dari pagi hari hingga petang tanpa kenal
lelah. Dengan pendapatan yang dihasilkan perminggu tidak menetap Rp 1.200.000Rp 1.260.000 kadang naik kadang turun bisa jadi disebabkan oleh faktor cuaca. Pada
umumnya masyarakat menambang dengan menggunakan Lilis yang terbuat dari kayu

Universitas Sumatera Utara

yang diujungnya diruncingi dengan tajam kemudian adanya perubahan dengan
menggunakan cangkul ,linggis dan traktor. Dengan adanya alat alat ini masyarakat
menjadi lebih giat lagi melakukan aktivitasnya.
Ditinjau dari segi pendapatan keluarga, maka penambang di Nagasaribu
hampir semua digolongkan sebagai penambang penuh namun tidak meninggalkan
mata pencaharian utama yaitu bertani. Maksudnya adalah kebanyakan pendapatan
keluarga itu berasal dari hasil penambangan arang. Seluruh waktu mereka digunakan
untuk bekerja sebagai penambang, sehingga ketika cuaca buruk tiba, mereka hanya
berdiam diri dirumah dan tidak melalukan penambangan. Hasil pendapatan
masyaraka yang sebelumnya bertani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga. Bahkan harus berhutang kepada orang lain. Hal ini sangat
berbanding terbalik dengan adanya penambangan kayu arang di desa Nagasaribu.
Dengan adanya penambangan ini menjadikan kehidupan masyarakat jauh lebih baik
dari yang sebelumnya bukan hanya dibidang perekonomian namun pendidikan juga
meningkat dan interaksi sosial masyarakat dalam tolong menolong makin terjamin .

Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran
Adapun saran-saran yang yang dapat diajukan oleh penulis berdasarkan
kesimpulan yang diatas demi perbaikan ke depan adalah sebagai berikut:


Disarankan kepada Penambang dan masyarakat desa Nagasaribu untuk
bersama-sama dengan pemerintah maupun pihak yang berwenang
untuk menjaga kelestarian Alam.



Diharapkan kepada instansi pemerintah agar lebih memperhatikan
kehidupan para penambang kayu arang di desa nagasaribu dalam
memberikan bantuan terutama dibidang perekonomian.



Diharapkan

kepada

semua

pihak

yang

memanfaatkan

hasil

penambangan dilahan gambut agar mampu menjaga kelestarian
dengan tidak merusaki lingkungan alam sehingga tidak terjadi tanah
yang berlubang yang dapat menimbulkan banjir.

Universitas Sumatera Utara