Kehidupan Masyarakat Penambang Kayu Arang Di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintongnihuta 1992-2002

BAB II
Gambaran Umum Masyarakat Penambang Kayu Arang Desa Nagasaribu
Kecamatan Lintongnihuta 1992-2002
2.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam
Desa Nagasaribu merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan provinsi Sumatera Utara pemberian
nama desa Nagasaribu diambil dari kata Batak Toba yaitu Naga dan Saribu
merupakan desa yang dihuni oleh hewan naga yang memiliki kaki seribu untuk
menjaga desa tersebut dari serangan musuh konon cerita desa ini merupakan tempat
persembuyian para penjajahaan belanda dari musuh dan membunuh masyarakat yang
ada didesa tersebut, penjaga kampung sangat marah dan dibuatlah pelindung yaitu
hewan naga sehingga dinamakan desa Nagasaribu. Penduduk desa ini mayoritas suku
batak toba dan diduduki oleh marga Toga Sihombing yang terdiri dari Silaban,
Nababan, Hutasoit dan Lumbantoruan. 15
Toga Sihombing merupakan salah satu rumpun marga dalam sisilah batak
kurang lebih 500 tahun yang lalu Toga Sihombing lahir dari Siraja Sumba (Toga
Sumba) Toga Sihombing melahirkan 4 anak yang diberi nama Borsak Mangatasi
Silaban, Borsak Sirumonggur Lumbantoruan, Borsak Mangatasi Nababan, dan
Borsak Bimbinan Hutasoit. Setelah 10 generasi keempat Borsak itu menjadi marga

15


Wawancara, Maringan Nababan, Nagasaribu, 2 Maret 2016

Universitas Sumatera Utara

karena keturunan mereka telah diperbolehkan kawin melalui satu musyawarah yang
disebut

manompas

bongbong

dengan

motto

Silaban

Hutasoit,


Nababan,

Lumbantoruan”ala nungga gabe hita boi marsiboru boruan artinya karena sudah
semakin banyak keturunannya diperbolehkan anak laki laki dan anak perempuan
kawin. 16
Sejak itulah keempat Borsak itu menjadi marga yang mandiri sendiri sesuai
dengan marganya, Tanah asal Sihombing adalah Tanah Tipang dan kemudian hijrah
kedataran tinggi humbang di negeri Lintongnihuta dan negeri Siborong-borong.
Sihombing merupakan salah satu marga dari suku batak diwarisi oleh semua yang
bermarga Lumbantoruan, baik laki laki maupun perempuan dari garis keturunan
bapak secara turun temurun namun ada juga marga pendatang Sinaga, Hutauruk,dan
Manullang, pada umumnya masyarakat didesa ini memiliki pemukiman sendiri
dimana terdapat kepala suku adat yang mengatur kenyamanan masyarakat dan
mempunyai interaksi untuk menolong terhadap sesama. Adapun sejarah Toga
Sihombing di Nagasaribu yaitu, toga sihombing adalah Suku Batak Toba yang
kebanyakan di daerah Humbang Hasundutan, tepatnya didaerah Lintongnihuta yang
dibagi perdesa secara memusat. Secara Historis Suku Batak Toba yang diyakini
masyarakat Batak Toba keturunan dari Siraja Batak dari Pusuk Buhit, akan tetapi
Sihombing yang ada didaerah Humbang Hasundutan berasal dari daerah Tipang
(sekitar Danau Toba di Kecamatan Bakti Raja Kabupaten Humbang Hasundutan).


16

Wawancara, Parade Nababan, Nagasaribu, 16 Februari 2016

Universitas Sumatera Utara

Toga Sihombing memiliki 4 anak yaitu Borsak Junjungan Silaban, Borsak Mangatasi
Nababan, Borsak Sirumonggur Lumbantoruan, dan Borsak Bimbingan Hutasoit akan
tetapi biasa dipanggil dengan Silaban, Nababan, Lumbantoruan dan Hutasoit, setelah
sepuluh generasi keturunan empat borsak ini menjadi marga karena keturunan mereka
telah diperbolehkan kawin melalui musyawarah, tapi menurut penuturan Silaban
bersaudara mengatakan bahwa saling menikah diantara 4 marga ini banyak juga
faktornya pada kala itu, karena berkaca dari marga lain banyak yang tidak menikah
sampai usia tua karena marga-marga yang satu keturunan seperti Sihombing tidak
boleh menikah salah satu contohnya adalah marga parna yang terdiri atas 70 an marga
yang tidak diizinkan saling menikahi 17
Lintongnihuta adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Humbang
Hasundutan yang terdiri atas 22 desa. Lintongnihuta berasal dari kata Lintong yang
artinya semacam kubangan air dan huta yang berarti Kampung. Jadi Lintongnihuta

artinya sebuah perkampungan dengan banyak kubangan berisikan air pada zaman
dahulu. Pada zaman penjajahan Belanda, Lintongnihuta dikepalai oleh seorang
Kepala Nagari yang bertempat tinggal di Partungkoan, yaitu Pasar Lama pada tahun
1941. Perkembangan suatu daerah tentunya tidak begitu saja, berbagai perubahan
terjadi sesuai dengan perkembangan zaman, awalnya Lintongnihuta adalah sebuah
hutan lebat dipenuhi oleh binatang buas, setelah kemerdekaan Republik Indonesia,
daerah Lintongnihuta menjadi Kecamatan Lintongnihuta di Kabupaten Tapanuli

17

Wawancara, Saut Silaban, Desa Nagasaribu, 20 Februari 2016

Universitas Sumatera Utara

Utara, Pusat pemerintahan Kecamatan berada di Pasar Baru. Pada Tahun 1946 ,
Lintongnihuta dipimpin oleh seorang Asisten Wedana di Kecamatan. Tingkatan
Wedana adalah Residen di Sibolga, hingga pada tahun 1960 Kecamatan
Lintongnihuta dipimpin oleh seorang Camat 18.
Pertumbuhan


penduduk

yang

lumayan

pesat,

maka

penduduk

membentuk suatu perkumpulan yang disebut dengan Partukkoan. Dimana partukkoan
ini berfungsi sebagai tempat pertemuan dalam membicarakan hal-hal yang penting
dan juga melakukan berbagai aktivitas masyarakat seperti mendistribusikan
kebutuhan hidup sehari-hari, lambat laun partukkoan ini berubah fungsi menjadi
tempat pertemuan antara penjual dan pembeli dalam melakukan proses jual beli yang
sekarang yang dalam bahasa batak dibilang Onan dan dalam Bahasa Indonesia
dikatakan Pajak. Pajak di daerah Lintongnihuta telah mengalami perpindahan,
pertambahan penduduk dengan kepadatan yang ditimbulkan membuat pajak pindah

dari daerah pusat yaitu Pasar Lama ke daerah Pasar Baru, didaerah pasar baru juga
dibangun Pusat pendidikan dan pemerintahan. Biasanya pajak di Lintongnihuta
diadakan setiap hari Senin, dimana pajak hanya sekali dalam seminggu. 19
Secara geografis, Kecamatan Lintongnihuta berada pada 2º13’-2º20”
Lintang Utara, dan 98º47’-98º57” Bujur Timur. Kecamatan Lintongnihuta terletak
1000-1500 meter diatas permukaan laut dengan luas wilayah mencapai 18.126,03 ha.

18
19

Wawancara, Haposman Togatorop, Lintongnihuta, 21 Februari 2016
Wawancara, Tiurlan Sihombing , Lintongnihuta, 23 Februari 2016

Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Lintongnihuta adalah salah satu kecamatan dari 10 Kecamatan yang ada
di Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara, dengan batas wilayah adalah
sebagai berikut:
• Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli
Utara

• Sebelah

timur

berbatasan

dengan

Kecamatan

Siborongborong

Kabupaten Tapanuli Utara
• Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan
• Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagaran Kabupaten
Tapanuli Utara
Kecamatan Lintongnihuta dibagi atas 22 Desa, yakni:
1. Desa Sibuntuon Parpea


12. Desa Nagasaribu V

2. Desa Sibuntuon Partur

13. Desa Hutasoit I

3. Desa Sigumpar

14. Desa Hutasoit II

4. Desa Siharjulu

15. Desa Sitio II

5. Desa Sitolu Bahal

16. Desa Dolok Margu

6. Desa Habeahan


17. Desa Siponjot

7. Desa Parulohan

18. Desa Lobutua

8. Desa Nagasaribu I

19. Desa Bonan Dolok

9. Desa Nagasaribu II

20. Desa Sigompul

Universitas Sumatera Utara

10. Desa Nagasaribu III

21. Desa Tapian Nauli


11. Desa Nagasaribu IV

22. Desa Pargaulan

Luas wilayah menurut desa di Kecamatan Lintongnihuta tahun 2002
Tabel 1
No

Nama Desa

Luas (ha)

Jumlah
dusun

1

Hutasoit I

940,08


7

2

Lobu Tua

867,32

2

3

Pargaulan

780,59

3

4

Nagasaribu I

689,13

5

5

Nagasaribu II

725,40

3

6

Siharjulu

1235,03

3

7

Sibuntuon Parpea

630,78

4

8

Sibuntuon Partur

502,25

5

9

Sitolu Bahal

1031

5

10

Tapian Nauli

1576,96

4

11

Siponjot

632,88

3

12

Dolok Margu

1261, 77

5

13

Sitio I

541,13

4

14

Hutasoit II

729,54

5

Universitas Sumatera Utara

15

Bonan Dolok

709,64

5

16

Sigompul

638,67

5

17

Nagasaribu IV

688, 58

7

18

Nagasaribu V

617,15

3

19

Nagasaribu III

906,75

5

20

Sigumpar

972,72

3

21

Parulohan

761,32

6

22

Habeahan

687,34

3

Sumber : Kantor Camat Lintong Nihuta 2002

Kondisi alam Lintongnihuta terdiri atas dataran yang luas, sawah, perkebunan
dan ladang. Sebagian besar tanah di daerah ini digunakan sebagai areal pertanian baik
ladang, sawah dan kebun. Pada umumnya masyarakat di Lintongnihuta sebagian
besar hidup dari pertanian. Hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari hari masyarakat. Ladang biasanya ditanami tanaman kopi ,sayur sayuran,
cabai tomat, ubi,dan lain lain, sedangkan sawah ditanami padi.
2.2 Keadaan Penduduk
Kecamatan Lintongnihuta adalah kecamatan kedua terbesar dari segi
kepadatan penduduk berdasarkan data BPS dari tahun 2002 , berdasarkan data
dari kecamatan bahwa jumlah penduduk Lintongnihuta dengan jumlah

Universitas Sumatera Utara

penduduk 32.056 jiwa. Dimana jumlah penduduk Laki-laki berjumlah 15.
519 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 16.537 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk 1,24 dari data laju perkembangan penduduk dapat
disimpulkan bahwa masyarakat Lintongnihuta termasuk ke golongan
masyarakat berkembang.
Berikut adalah jumlah penduduk Lintongnihuta berdasarkan desa dan
jenis kelamin pada Tahun 2002.
Tabel 2
No

Nama Desa

Kepala
keluarga

Keluarga
tani

Jumlah Penduduk
L

P

Jumlah

1

Dolok Margu

376

319

1012

1159

2171

2

Hutasoit I

324

305

783

711

1494

3

Lobutua

207

185

889

943

1842

4

Nagasaribu I

453

392

784

821

1605

5

Nagasaribu II

308

288

699

714

1413

6

Pargaulan

328

291

838

914

1752

7

Sibuntuon
Parpea

538

351

1038

1061

2089

8

Sibuntuon
Partur

306

290

770

769

1539

9

Siharjulu

416

390

770

749

1519

Universitas Sumatera Utara

10

Siponjot

525

502

1012

1159

2171

11

Sitolu Bahal

313

229

689

728

1417

12

Tapian Nauli

440

411

766

831

1597

13

Nagasaribu III

333

301

619

741

1380

14

Nagasaribu IV

225

200

494

478

972

15

Nagasaribu V

228

191

482

487

969

16

Sigumpar

270

244

671

870

1541

17

Parulohan

155

133

823

821

1644

18

Habeahan

137

115

340

451

791

19

Sigompul

269

145

653

667

1320

20

Bonan Dolok

155

125

340

403

743

21

Hutasoit II

229

216

643

672

1315

22

Sitio II

269

240

558

641

1199

6786

5863

15.489

16.470

31939

Jumlah

Sumber : Kantor Camat Lintongnihuta tahun 2002

Tabel dibawah ini merupakan komposisi penduduk Kecamatan Lintongnihuta
berdasarkan agama pada 2002
Tabel 3
No
1

Agama
Agama Islam

Jumlah
35 jiwa

Universitas Sumatera Utara

2

Kristen Katholik

970 jiwa

3

Kristen Protestan

31.051 jiwa

Jumlah Total

32.056 jiwa

Sumber : Kantor Camat Lintongnihuta 2002

Penduduk Kecamatan Lintongnihuta di dominasi oleh Kristen Protestan, dan
agama Hindu, Budha, Konghucu dan agama lain-lain tidak ada, hanya 3 agama itu
saja yaitu Islam, Katholik dan Protestan. Agama Protestan yang dianut oleh
masyarakat Lintongnihuta disebabkan oleh masyarakat yang homogen yaitu satu garis
keturunan yaitu Suku Batak Toba, dan keturunan dari satu Ompu, yaitu Toga
Sihombing.
Jumlah penduduk keturunan asing di Kecamatan Lintongnihuta yang menetap hanya
2 orang saja, yaitu asal kewarganegaraan Swiss yang berdomisili di desa Tapian
Nauli, mereka bermata pencaharian sebagai pengusaha kopi.
Kecamatan Lintongnihuta mayoritas dihuni oleh sub suku batak toba dan
marga yang mendominasi adalah marga sihombing yang dibagi atas 4 keturunan
marga yaitu Silaban, Hutasoit, Nababan, Lumbantoruan. Namun sebagian kecil
dihuni oleh suku bangsa nias dan suku minang yang bermigrasi kedaerah ini untuk
merubah nasib. Kehidupan antar suku di daerah ini saling menghargai dan mereka

Universitas Sumatera Utara

hidup rukun antar suku. Sarana fasilitas yang digunakan oleh masyarakat di
Kecamatan Lintongnihuta seperti sarana kesehatan ( Puskesmas, Posyandu, Polindes
dan Poskedes) Sarana Ibadah( Gereja ), sarana penerangan ( PLN), transportasi jalan
raya, angkutan darat), pendidikan ( SD, SMP, SMA,SMK, dan STM)
Masyarakat Lintongnihuta mayoritas berprofesi sebagai petani sebagai
sumber utama mata pencahariannya dan sebagian besar tinggal di desa, berikut adalah
tabel komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 4
No

Pekerjaan

Persentase

1

Petani

91,15%

2

PNS/ TNI POLRI

5,00 %

3

Pedagang/ Pengusaha

3, 85%

Sumber kantor camat 2002.
Berdasarkan data yang saya dapat di Kantor Camat diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mata pencaharian kecamatan Lintongnihuta adalah petani yaitu
sebanyak 91,15 %, hal tersebut didukung oleh kondisi geografis daerah ini sangat
potensial sebagai lahan pertanian, dimana daerah pegunungan cocok untuk daerah
pertanian dan daerah lembahnya cocok untuk persawahan. Didaerah pegunungan

Universitas Sumatera Utara

mayoritas ditanami tanaman Kopi ada sebagian kecil kebun jeruk, Sebagai usaha
sampingan selain bertani masyarakat Lintongnihuta juga memelihara jenis hewan
peliharaan seperti, kerbau, babi, anjing, bebek, dan ayam. Bukan hanya itu saja
masyarakat juga melakukan penambangan kayu arang berguna sebagai tambahan
mata pencaharian hidup . Pada umumnya penambangan kayu arang ini menjadi mata
pencaharian

kedua yang dilakukan masyarakat setelah bertani untuk menambah

uang masuk masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan
pertanian dilintongnihuta masih relative rendah dilihat dari lahan yang masih
mengganggur berupa semak belukar dan ilalang, jika dibandingkan dengan daerah
lain yang ada di kabupaten Humbang Hasundutan, Lintongnihuta berperan sebagai
penghasil kopi dan profesi sebagai PNS/ TNI POLRI sebanyak 5% dan Pedagan atau
pengusaha 3,85.
Adapun luas potensi lahan dan pemanfaatan sumber daya, berikut adalah
tabel rincian luas wilayah Kecamatan menurut Desa dan jenis penggunaan tanah per
desa (Ha)
Tabel 5

No Desa

1

Tanah
sawah

Tanah
kering

Bangunan
pekarangan

Lainnya

Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Hutasoit I

194,16

687,37

13,00

45,55

940,08

Universitas Sumatera Utara

2

Lobu Tua

264,24

571,67

8,79

22,62

867,32

3

Pargaulan

289,61

434,42

12,58

43,98

780,59

4

Nagasaribu I

347,73

312,94

9,86

18,00

689,13

5

Nagasaribu II

211,26

479,15

9,03

25,96

725,40

6

Siharjulu

395,98

788,37

12,40

38,88

1235,00

7

Sibuntuon
Parpea

379,36

206,70

19,50

25,32

630,78

8

Sibuntuon
Partur

185,73

266,72

18,76

31,04

502,25

9

Sitolu Bahal

344,23

631,47

13,68

41,62

1031,00

10

Tapian Nauli

786,98

723,46

14,19

52,33

1576,96

11

Siponjot

287,84

298,70

13,57

32,77

632,88

12

Dolok Margu

314,16

903,78

14,36

29,47

1261,77

13

Sitio I

203,67

302,12

8.83

26,51

541,13

14

Hutasoit II

173,59

527,78

8,95

39,22

729,54

15

Bonan Dolok

256,08

399,00

7,05

47,51

709,04

16

Sigompul

274,28

321,85

8,88

33,66

638,67

17

Nagasaribu IV

192,43

460,93

11,74

23,48

688,58

18

Nagasaribu V

233,17

346,41

9,04

28,53

617,15

19

Nagasaribu III

216,00

655,82

13,87

21,06

906,75

20

Sigumpar

326,58

602,50

12,49

31,15

972,72

21

Parulohan

163,27

565,47

8,27

25,31

761,32

22

Habeahan

293,42

363,47

7,80

22,65

687,34

Universitas Sumatera Utara

Jumlah

6333,07

10849,10 256,64

687,22

18126,03

Sumber kantor camat 2002

Karena 95,15 % masyarakat Lintongnihuta adalah bertani, maka rincian luas
penggunaan lahan pertanian sesuai data 2002 yang ada di kantor Camat, yang dibagi
atas tanaman palawija, holtikultura, perkebunan.
Tabel tanaman Palawija
Tabel 6
No

Jenis Tanaman

Luas Lahan

1

Padi sawah

1994 ha

2

Padi gobo

60 ha

3

Jagung

40 ha

4

Ubi jalar

97 ha

5

Ubi kayu

38 ha
Jumlah

2229 ha

Sumber kantor camat 2002

Universitas Sumatera Utara

Tabel tanaman holtikultura
Tbel 7
No

Jenis tanaman

Luas lahan

1

Cabe merah

103 ha

2

Cabe rawit

21 ha

3

Kentang

45 ha

4

Kubis

81 ha

5

Sawi

22 ha

6

Tomat

58 ha

7

Buncis

16 ha

8

Bawang daun

30 ha
Jumlah

376 ha

Sumber kantor camat 2002
Tabel tanaman Perkebunan
Tabel 8
No

Jenis tanaman

Luas lahan

Universitas Sumatera Utara

1

Jeruk

21 ha

2

Kopi

2787 ha
Jumlah

2808

Sumber kantor camat 2002.
Masyarakat

batak

terkenal

dengan

budaya

Marsiadapari

ataupun

Marsiruppa 20, nilai kekeluargaan yang tinggi, bagi masyarakat semua kelurga hanya
dengan martutur atau menarik silsilah dari marga atau menekankan asas patrimunial
yang masih kental. Nilai kekeluargaan ataupun kepedulian akan sesama sejatinya
karakter masyarakat Batak Toba pada khususnya, walaupun masyarakat tak terlepas
dari masalah adat dan konflik lainnya hal tersebut terlihat jika ada kemalangan,
seperti melayat, pesta adat pernikahan dan kematian semua ikut ambil bagian dari
segi partisipasi kelangsungan adat seperti marhobas, penyerahan Ulos, tumpak
(uang). Kegiatan sosial lain yang tampak adalah musyawarah dalam menyelesaikan
masalah yang timbul dalam masyarakat. Musyawarah juga dapat dilihat pada waktu
atau melaksanakan pesta adat yang biasanya disebut, Martongggo Raja, yaitu untuk
membicarakan persiapan pesta, hubungan sosial masyarakat terjadi secara

20

Marsiruppa, artinya lebih dari gotong royong dimana jasa dibalas dengan jasa dalam waktu yang
lama dan berlangsung secara terus menerus.

Universitas Sumatera Utara

kekelargaan, sehingga setiap

masalah sebisa mungkin diselesaikan secara

musyawarah. 21
Masyarakat Lintongnihuta didominasi oleh Batak Toba, dimana menarik
garis keturunan secara patrilineal seperti pelaksanaan adat sebagian besar di dalam
keluarga lelaki, dan anak laki-laki adalah penerus keturunan, dimana anak laki-laki di
spesialkan pada umumnya. Sistem sosial adalah sistem yang menata hubungan
manusia , dimana sistem sosial lebih diutamakan pada sistem kekerabatan yang ada
pada masyarakat batak toba yaitu Dalihan Na Tolu 22 . Sistem sosial adalah sistem
yang menata hubungan manusia, dimana sistem sosial disini lebih dikhususkan pada
sistem kekerabatan yang ada pada masyarakat batak toba adalah dilambangkan
dengan Dalihan Natolu yang arti secara harafiah adalah tungku Nan tiga yaitu tiang
tempat memasak. Dalihan Natolu terdiri dari tiga unsur yaitu Hula –hula, Boru dan
dongan Tubu 23 . Inilah yang menjadi dasar pengaturan partuturan bagi masyarakat
batak toba.
1. Kelompok Hula –hula adalah kelompok pemberi istri yang dalam kehidupan
masyarakat hula hula memiliki status yang paling tinggi dan dihormati.
2. Kelompok boru adalah perempuan dari golongan dongan sabutuha termasuk suami
dan keluarga semarga suaminya. Boru juga disebut kelompok penerima istri.

21

Wawancara, Parade Nababan, Desa Nagasaribu, tanggal 24 Februari 2016.
Dalihan natolu Merupakan lembaga adat bagi suku batak toba.
23
Wawancara ,Hotma Nababan ,Nagasaribu, tanggal 25 Februari 2016
22

Universitas Sumatera Utara

3. Kelompok dongan tubu adalah semua kaumlakilaki yang semarga atau sepihak
yang semarga dalam hubungan bapak yang berasal dari satu nenek moyang.
Dalam hubungan sosialnya digambarkan dengan “somba marhula hula,elek
marboru dohot manat mardongan tubu, ketiga unsur ini sekaligus menjadi dasar
struktur kekerabatan dalam masyarakat Batak Toba tidak akan berarti jika berdiri
sendiri akan tetapi harus kerja sama yang satu dengan yang lain.
Marga merupakan lambang identitas keturunan yang berfungsi untuk
menentukan tarombo atau silsilah keluarga bagi masyarakat dalam kehidupan sehari
hari. Identitas seseorang dapat diketahui dengan menyebutkan marga, dengan mudah
masyarakat akan mengetahui posisinya di dalam hubungan sosial dengan orang lain
baik laki laki maupun perempuan. Laki laki dan perempuan yang semarga tidak boleh
saling menikah, karena masyarakat Lintongnihuta sangat menghargai adat. Dalam
pelaksanaan adat masyarakat bergotong royong pada upacara adat tersebut agar dapat
terlaksana dengan baik.
Ulos dan jambar merupakan lambang dalam pelaksanaan adat. Dalam
upacara adat dliaksanakan pembagian ulos dan jambar yang diberikan kepada kerabat
sesuai dengan status sosialnya, ulos dan jambar ini bagi masyarakat memiliki makna
tersendiri, selain pesta pernikahan dan pesta adat kematian masyarakat juga

Universitas Sumatera Utara

melaksanakan pesta mangopoi jabu (memasuki rumah), mangokkal holi ( menggali
tulang), dan lain sebagainya. 24
Dalam hubungan sosialnya ketiga unsur diatas yang sekaligus menjadi dasar
struktur kekerabatan dalam masyarakat batak toba tidak akan berarti jika berdiri
sendiri akan tetapi harus didasarkan pada kerja sama yang satu dengan yang lain.
2.3 Latar Belakang Penambang
2.3.1 Asal Mula Penambang
Pertambangan rakyat merupakan rangkaian kegiatan usaha pertambangan
yang dilakukan oleh rakyat dengan memakai peralatan dan cara yang sederhana untuk
memenuhi kebutuhan hidupanya sehari hari. Kegiatan usaha pertambangan adalah
suatu kegiatan besar yang berada ditengah masyarakat, dimana tentunya kegiatan ini
akan berinteraksi dengan masyarakat setempat dimana lokasi pertambangan itu
berada. Keterlibatan masyarakat sangat penting oleh karena banyak aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam kegiatan pertambangan, mulai dari pemerataan ekonomi
hingga mempertimbangan kelestarian lingkungan serta dampak yang mungkin akan
dirasakan oleh masyarakat. Di desa Nagasaribu banyak ditemukan masyarakat pada
umumnya bekerja sebagai penambang kayu arang namun tidak meninggalkan mata
pencaharian utama yaitu bertani. Hal ini didasari karena beberapa faktor. Faktor
utamanya adalah masalah ekonomi keluarga. Demi memenuhi kebutuhan hidup,
24

Wawancara, Hotma Nababan , Nagasaribu, tanggal 26 Februari 2016

Universitas Sumatera Utara

masyarakat bekerja sebagai penambang. Informasi ini di dapatkan dalam wawancara
dengan Saut yang sudah sekitar 20 tahun bekerja sebagai penambang kayu arang.
Beliau mulai bekerja di sekitar tahun 90-an. 25
Pertambangan pertama kali digunakan secara resmi pada bulan November
1964, ketika di magelang diresmikan kelembagaan pendidikan menegah dan pertama
untuk bidang pertambangan, Mineral dan energy kekayaan bangsa Pertambangan
Adalah

1. Kegiatan, teknologi, dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan
mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan,
pemurnian, pengangkutan, sampai pemasaran.
2. Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
galian (mineral, batubara, panas bumi, migas) 26.

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi
mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi atau proses pengambilan
material yang dapat diekstraksi dari dalam bumi. Tambang adalah tempat terjadinya
kegiatan penambangan. Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan alam
yang sangat melimpah, berbagai kekayaan alam tersebar di berbagai kawasan di

25

Wawancara , Saut Nababan, Nagasaribu, 20 Februari 2016.
Sudrajus, Nandang, Teori dan Praktis Pertambangan Indonesia, Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, 2013, hal 34.
26

Universitas Sumatera Utara

indonesia dan salah satunya yaitu sumber Daya Mineral baik itu berupa minyak bumi,
batubara, emas, nikel dan lain lain. Dan hingga kini pengelolaan Sumber daya
tersebut telah berkembang pesat diiringi dengan tumbuhnya berbagai perusahaan
kontraktor pertambangan, Sejarah pertambangan dan energi di Indonesia dimulai
dengan kegiatan pertambangan yang dilakukan secara tradisional oleh pemerintah
hindia belanda. Pada tahun 1850 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Dinas
Pertambangan yang berkedudukan di Batavia untuk lebih mengoptimalkan
penyelidikan geologi dan pertambangan. Proklamasi Kernerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945 mengantarkan perubahan yang sangat besar di segala
bidang, termasuk bidang pertambangan. Setelah disiarkan melalui radio. berita
tentang proklamasi dapat diterima secara luas oleh masyarakat di seluruh
Indonesia. 27

Pada tahun 1992 merupakan awal pertama dilakukan nya penambangan di
Nagasaribu kecamatan Lintongnihuta karena pada awal itu perekonomian masyarakat
terancam lemah sehingga Bapak Sahala adalah orang yang pertama melakukan
penambangan kayu arang di Nagasaribu beliau

mengeluarkan pikiran kreatifnya

yaitu orang pertama yang melakukan penambangan kayu arang dilahan gambut yang

27

Djokodarmono, Sejarah Pertambangan dan Energi Indonesia , Jakarta : Departemen Energi
dan Sumber daya mineral, 2009 hal 3.

Universitas Sumatera Utara

bermula beliau hanya iseng iseng namun semakin dikerjakan semakin mendapatkan
hasil dimana sebelumnya beliau bertani namun karena hasil dari pertanian kurang
memuaskan beliau akhirnya mencari solusi untuk mendapatkan kerja sampingan yaitu
menambang arang karena faktor ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dengan jumlah anak 7 orang mana mungkin mencukupi Rp 300 perminggu kalau dari
hasil pertanian saja jadi cari kerjaan sampingan lah untuk menutupi kebutuhan rumah
tangga tutur beliau dan lama kelamaan masyarakat yang lainnya pun mengikuti jejak
beliau tersebut karena dari hasil penambangan tersebut bisa menghasilkan Rp
1.000.000 lebih perminggu. 28
Penambangan dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, kegiatan ini dilakukan di tanah gambut atau sering disebut Sigalapang oleh
masyarakat batak Toba berarti tanah hitam kecoklatan dan gersang yang di dalam
tanah terdapat akar akar yang sangat bagus diolah sebagai arang atau bahan bakar
memasak. Masyarakat batak toba menyebutnya Soban atau Tunggar yang berwarna
hitam. Tanah gambut merupakan lahan kosong atau bahasa batak sering disebut
tombak. Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan
gambut dan dari air hujan, sehingga tidak subur. Mengandung banyak asam humus
dan warnanya coklat kehitaman seperti warna air teh yang pekat. Berawal dari cerita
yang berkembang di dalam masyarakat mengenai asal-muasal penambangan kayu
arang ini Misalnya, ada yang mengklaim bahwa penambangan kayu arang itu orang

28

Wawancara, Bapak Sahala Nababan, Nagasaribu, 18 maret 2016

Universitas Sumatera Utara

jepang yang pertama menambang dan kemudian di ikuti oleh masyarakat nagasaribu
dan ada juga yang berpendapat bahwa tambang arang itu adalah hasil kerjaan yang
dilakukan oleh ide sekelompok masyarakat desa Nagasaribu untuk menambah hasil
perekonomian bagi keuarga. Hal ini dapat kita lihat bahwa sampai hari ini masyarakat
desa nagasaribu lah yang melakukan penambangan tersebut seperti Bapak Sahala
Nababan yang sampai saat ini bekerja sebagai penambang 29.

Bagi masyarakat di Desa Nagasaribu, bekerja sebagai penambang kayu arang
merupakan pekerjaan yang biasa sudah dikenal sebagai pekerjaan umumnya
masyarakat pedesaan untuk membantu menopang kehidupan keluarganya. Dengan
kata lain kultur dan struktur masyarakat di daerah itu membantu menopang kehidupan
keluarganya. Kultur dan struktur masyarakat di daerah itu mendukung masyarakat
untuk bekerja sebagai penambang kayu arang
Di desa Nagasaribu banyak ditemukan masyarakat pada umumnya bekerja
sebagai penambang kayu arang . Hal ini didasari karena beberapa faktor. Faktor
utamanya adalah masalah ekonomi keluarga. Demi memenuhi kebutuhan hidup,
masyarakat desa nagasaribu melakukan kerja sampingan setelah bertani yaitu bekerja
sebagai penambang kayu arang dengan melakukan pekerjaan ini masyarakat mampu
meningkatkan nilai ekonomi terhadap keluarganya Informasi ini di dapatkan dalam

29

Wawancara, Resmi Lumbantoruan, Nagasaribu, 19 Maret 2016

Universitas Sumatera Utara

wawancara dengan Sarmauli yang sudah sekitar 20 tahun bekerja sebagai penambang
kayu arang. Beliau mulai bekerja sekitar tahun 90-an. 30
2.3.2 Alat Tambang Tradisional
Metode penambangan arang yang juga sudah berkembang dari masa silam.
Kegiatan pertama kalinya untuk menambang kayu dengan menggunakan Lilis. .
Kegiatan menambang ini dapat dilakukan untuk menggali kayu dari tanah gambut.
Nagasaribu merupakan daerah yang kaya akan pertambangan baik tambang
batu gunung maupun tambang kayu arang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari
hari masyarakat mampu bekerja dari pagi hingga sore. Pada awalnya arang yang
ditambang hanya untuk kebutuhan bakar rumah tangga saja . Perlahan mereka sadar,
arang sangat berfungsi bagi kehidupan masyarakat. Seiring berjalannya waktu
masyarakat Nagasaribu terkhusus penambang sadar rupanya arang tidak hanya
digunakan untuk bahan bakar tapi udah digunakan untuk nempa besi dan sudah
memiliki nilai jual yang mahal.
Pada periode tahun 1992, untuk menambang arang masyarakat menggunakan
pengungkit dari pohon yang besar yang di ujungnya diruncingi sampai tajam, atau
disebut dengan lilis

31

, dimana lilis tersebut digunakan untuk menggali kayu dari

dalam gambut. Menambang arang denggan menggunakan lilis membutuhkan waktu

30

Wawancara , Sarmauli, Nagasaribu, 15 Februari 2016.
Lilis adalah sebuah alat untuk menggali tanah yang terbuat dari kayu jati dimana
panjangnya 2 meter dan ujungnya di runcingi sampai tajam.
31

Universitas Sumatera Utara

yang lama karena masih menancapkan lilis tersebut puluhan kali kedalam tanah untuk
mengambil kayu nya, bukan hanya itu saja membuat masyarakat jauh lebih sulit
untuk memakai alat ini.
Kemudian muncul lah alat penambangan arang yaitu cangkul, linggis dan
kapak. Dan ada juga yang menggunakan sebagian alat dari traktor, mata Cangkul
tersebut terbuat dari besi begitu juga linggis dan kapak dan digunakan untuk
menggali kayu dari dalam tanah.
2.3.3 Modal
Masyarakat Nagasaribu membutuhkan dana yang cukup besar sebagai modal
mereka dalam menambang kayu arang. Selain menggunakan modal yang cukup besar
mereka juga harus memiliki motivasi yang besar untuk merubah kondisi hidupnya
kearah yang lebih baik sebagai modal utama mereka. Dimana saat melakukan
penggalian tanah masyarakat harus menggunakan alat seperti cangkul, linggis dan
kapak, dalam membeli alat tersebut membutuhkan modal yang cukup besar,
kemudian untuk alat berat atau tractor disewa perminggu dimana uang sewanya
adalah RP 200 perkepala keluarga. Karena sebagian masyarakat ada yang
menggunakan alat berat tersebut terkhusus kepada keluarga yang mampu. Kedalaman
penggalian kayu tersebut sekitar 5 meter untuk mendapatkan kayu yang besar
sehingga lebih mudah menggunakan alat berat dari pada cangkul dan linggis. Untuk
kedalaman 3-5 meter, dibutuhkan alat berat seperti traktor untuk mengambil tanah

Universitas Sumatera Utara

kayu tersebut dari dalam tanah. Sedangkan untuk kedalaman penggalian tanah 2-3
meter digunakan alat seperti cangkul ,linggis, dan kapak dan kayu yang didapat
dipisahkan bagian yang besar dan yang kecil karena bagian yang besar masih
membutuhkan proses pemotongan biar tidak terlalu besar untuk dibakar 32.
Kemudian fasilitas yang digunakan untuk menambang adalah sebagai berikut:


Karet ban



Bensin/Solar
Kemudian alat-alat selanjutnya yang dibutuhkan untuk menambang adalah

sebagai berikut:


Cangkul



Linggis



Kapak



Karung Plastik



Keranjang

32

Wawancara, Parlin Sihombing, Nagasaribu, 19 Maret 2016

Universitas Sumatera Utara

2.4 Sistem Kerja Penambangan
Proses produksi arang kayu ini terbilang gampang-gampang susah. Bagi yang
sudah terbiasa proses pembuatan arang kayu ini cukup mudah dilakukan. Namun bagi
pelaku pemula tentunya perlu mendalami lebih dasar lagi proses pembuatan ini.
Adapun sistem kerja penambangan yang dilakukan oleh masyarakat desa nagasaribu
kecamatan Lintongnihuta adalah bapak Aris sihombing menguraikan bahwa usaha
membuat arang prosesnya cukup singkat, dari penggalian kayu di lokasi gambut
hingga pengapian membutuhkan waktu kurang lebih dua hari. Selama dua hari itu,
maksimal yang dapat dihasilkan lebih dari tiga karung plastik, dengan harga setiap
plastiknya Rp 60.000 Rp 90.000. Pekerjaan itu dilakukan bersama - sama dengan
anak dan istri dikala cuaca baik. Kalau kondisi penghujan seperti ini, sudah barang
tentu hasilnya tidak akan maksimal. Pasalnya, bahan baku kayu sangat sulit
dikeringkan, itu akan berpengaruh terhadap proses pembakaran. Dalam satu minggu
ini kami hanya mendapatkan hasil dua karung plastik. Menjadikan arang sebagai
sumber nafkah saat ini tidak begitu menjanjikan, karena cuaca maka rutinitas
berladang harus dikerjakan juga karena musim tanam padi menjadi skala prioritas
untuk saat ini," tutur beliau 33. Adapun proses penambangan kayu arang yaitu
a. Menggali Kayu dari Tanah Gambut

33

Wawancara, Aris Sihombing, Nagasaribu, 21 Maret 2016

Universitas Sumatera Utara

Menggali yang berarti mengambil kayu tersebut dari bawah tanah dimana
kayu yang diambil adalah yang berasal dari tanah gambut, dengan penggalian
tersebut masyarakat menghabiskan kesehariannya hanya untuk mengumpulkan kayu,
menggali sangat lah susah kadang dapat kayu yang besar kadang yang kecil, karena
arang yang baik didapatkan dari hasil pembakaran kayu yang besar, di desa
Nagasaribu banyak ditemukan masyarakat yang pada umumnya bekerja sebagai
penambang kayu arang. Dalam sehari Jauhari mengumpulkan kayu yang digali dari
tanah gambut dan dikumpulkan dalam suatu tempat, kadang liat cuaca kalau datang
hujan saya hanya mendapatkan sedikit kayu karena tidak mungkin melakukan
penggalian kayu tersebut, dan harus menjaga kondisi kesehatan saya 34 .
Kayu yang di dapat terkadang tidak menentu sehingga memungkinkan untuk
menggali tanah lebih dalam lagi, adapun alat yang dipakai saat menggali adalah
dengan menggunakan sekop, cangkul, linggis, kapak. Adapun fungsi dari alat masing
masing adalah sebagai berikut


Sekop digunakan untuk mengambil tanah pada saat proses penggalian sedang
berlangsung



Cangkul digunakan untuk menggali tanah untuk mengambil kayu tersebut



Linggis digunakan untuk mengungkit kayu yang besar dari dalam tanah
gambut

34

Wawancara, Jauhari Nababan, Nagasaribu, 22 Maret 2016

Universitas Sumatera Utara



Kapak digunakan untuk memotong kayu besar yang diambil dari tanah
tersebut.
b. Mengeringkan Kayu
Setelah dilakukannya penggalian kayu atau pengumpulan kayu maka proses

kerja yang selanjutnya adalah dengan mengeringkan kayu dibawah terik sinar
matahari tepatnya dilahan gambut, dimana proses pengeringan sangat lah
membutuhkan waktu yang lama karena apabila kayu tersebut kurang kering maka
belum bisa dibakar sehingga memakan waktu sehari dua hari untuk mengeringkannya
papar Harapan, yang bekerja sebagai penambang kayu arang setiap harinya. Kadang
sangat sulit untuk melakukan proses ini karna harus dikeringkan di tanah yang tidak
basah atau lembab padahal tanah di gambut berair jadi kayu tersebut harus
dipindahkan lagi ke tempat yang kering .
c. Pembakaran kayu
Pada proses pembakaran membutuhkan waktu yang sangat lama bahkan
sampai 30 jam. Setelah kayu digali dan dikeringkan maka tahap terakhir adalah
proses pembakaran dimana kayu tersebut dibakar sekali semua dengan menggunakan
karet untuk membakarnya, setelah siap dibakar menjadi arang maka akan di
masukkan kedalam karung plastik dengan melakukan pemilahan dimana yang kecil
dan besar dipisahkan. Mula-mula, umpan bakar dinyalakan. Jika pembakaran telah
berlangsung dan diperkirakan apinya tidak akan mati, maka prosesnya akan cepat

Universitas Sumatera Utara

terbakar 35. Adapun alat alat yang digunakan untuk proses pembakaran adalah sebagai
berikut:
1.Tenda digunakan untuk menutupi proses pembakaran tersebut dari
hembusan angin supaya api tidak padam tenda ini dikelilingkan kepada
kayu yang telah di tumpukkan sebelum proses pembakaran dimulai,
2. karet ban atau minyak tanah digunakan untuk meyalakan kayu tersebut.
3.keranjang untuk menyaring bagian dari yang terkecil arang sesudah
dibakar.
Bukan hal yang mudah bagi Parulian sampai sekarang masih bekerja sebagai
penambang kayu arang, jika melakukan proses pembakaran kadang terasa sulit
dimana harus membutuhkan cuaca yang sangat cerah, beliau menceritakan bagaimana
lika liku kehidupan penambang kayu arang dilahan gambut tersebut, dengan hanya
bermodalkan cangkul, parang,baji, dan fisik serta mental yang kuat. Pagi-pagi pukul
06.00 wib berangkat kerja dengan bermodalkan jalan kaki dengan jarak rumah 1 km
ketempat kerja tersebut pukul 7 mereka sudah mulai bekerja, sedangkan istirahat
tergantung pekerjaannya sudah selesai atau belum kalau mereka sudah selesai mereka
bisa istirahat. Setelah istirahat mereka mulai kembali bekerja hingga sampai pukul 6
dan kemudian setelah pukul 6.30 pulang ke rumah masing-masing 36.

35
36

Wawancara, Marnita Hutasoit, Nagasaribu, 23 Maret 2016
Wawancara, Harapan Nababan, Nagasaribu, 23 Maret 2016

Universitas Sumatera Utara

2.5 Fungsi Kayu Arang
Kayu arang merupakan salah satu kayu yang diolah dilakukan dengan cara
proses pembakaran oleh masyarakat desa nagasaribu yang berada di kecamatan
Lintongnihuta. Selain berfungsi Sebagai bahan bakar alternatif, arang kayu banyak
digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti minyak dan untuk keperluan masak
dirumah dan yang paling penting adalah arang kayu ini digunakan untuk nempa las
besi yang ada di sitampurung.
Bukan hanya untuk dijual dipasaran selain untuk menambah uang masuk
perekonomian arang ini digunakan untuk keperluan lainnya oleh masyarakat,
sehingga fungsinya sangat banyak membantu, dimana jika arang yang sudah dibakar
pasti ada yang sisa sehingga bagian yang sisa tersebutlah dipisahkan dan itulah
digunakan untuk keperluan rumah tanggga seperti masak sehingga uang tidak keluar
untuk membeli kompor atau gas hanya untuk masak dirumah, kalau arang yang
dihasilkan minimal 3-5 karung per hari maka paling tidak sisa arang yang tidak baik
dipisahkan dan yang arang yang baik dijual dipasaran. 37

37

Wawancara : Ria, Nagasaribu , 23 Februari 2016 .

Universitas Sumatera Utara