Kehidupan Masyarakat Penambang Kayu Arang Di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintongnihuta 1992-2002

(1)

DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Parade Nababan

Umur : 45 Tahun

Pekerjaan : Kepala Desa Nagasaribu 1 2. Nama : Haposan Lumbantoruan

Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Pengamat 3. Nama : Tiur Hutasoit

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 4. Nama : Siar Lumbantoruan

Umur : 60 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 5. Nama : Saut Silaban

Umur : 48 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

6. Nama : Haposman Togatorop Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Camat Lintongnihuta


(2)

Umur : 44 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 8.Nama : Hotma Nababan

Umur : 57 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 9.Nama : Pantas Nababan

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 10.Nama : Sihar Nababan

Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 11.Nama : Hartono Hutasoit

Umur : 57 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 12.Nama : Kartika Silaban

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 13.Nama : Aris Sihombing

Umur : 48 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 14.Nama : Jaihot Silaban


(3)

Umur : 76 tahun Pekerjaan : Pensiunan 15.Nama : Ria Silaban

Umur : 59 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 16.Nama : Marni Nababan

Umur : 59 tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 17.Nama : Asta Lumbantoruan

Umur : 54 Tahun

Pekerjaan : Penambang Kayu Arang 18.Nama : Sahala Nababan

Umur : 56 Tahun


(4)

(5)

Lampiran

Lampiran 1

Penambangan Kayu Arang Dari jarak Dekat Sumber:Dokumen Milik Pribadi

Lampiran 2.

Pengumpulan Arang sesudah proses Pembakaran


(6)

Lampiran 3

Arang yang sudah siap dipasarkan


(7)

Lampiran 4

Arang yang sudah siap di Bakar

Sumber: Dokumen Milik Pribadi

\

Lampiran 5

Pemotongan kayu


(8)

Lampiran 6

Lokasi penambangan masyarakat


(9)

Lampiran 7

Pembakaran kayu dengan melingkarkan tenda


(10)

Lampiran 8

Pembakaran Kayu


(11)

Lampiran 9

Arang dipanggul ke pinggir Jalan


(12)

Lampiran 10

Peta lokasi kecamatan lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Sumber:Dokumen Milik pribadi:

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad. Pengantar Kajian Sejarah, Bandung: Yrama Widya, 2011. Astrid, Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung: Karya

Nusantara, 1977.

Barchia Faiz, Muhammad. Gambut, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.

Djokodarmono, Sejarah pertambangan dan Energi Indonesia, Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2009.

Gottschalk, Louis. Mengeti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985.

Hasbullah, Dasar Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Bashith, Abdul. Ekonomi Kemasyarakatan, Malang: UIN Maliki: Press, 2012.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995.

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan,1981.

Koentjaraningrat, Masyrakat Indonesia Masa Kini, Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964.

Noor, Muhammad, Lahan Gambut, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010.

Najiati Sri dkk, Pemberdayaan Masyarakat Dilahan Gambut, Bogor: Wetlands Internasional, 2005.

Rajamarpodang, Gultom, Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak, Medan : CV Armada, 1992.

Sajogyo, Pujiati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004.


(14)

Siagian, Matias, Metode Penelitian Sosial, Medan: Grasindo Monoratama, 2011.

Sudrajus, Nandang, Teori dan Praktis Pertambangan Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2013.

Sutinah, Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana Predana,2005.

Sinungan, Mucdarsyah, Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Soekanto, Soerjono. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1980.

Zakaria, Modul Sosiologi Ekonomi, Medan, 2013

Zulkarnain, Membangun Ekonomi Rakyat, Yogyakarta: Adicitia, 2003.


(15)

BAB III

KEHIDUPAN MASYARAKAT PENAMBANG KAYU ARANG DI DESA NAGASARIBU KECAMATAN LINTONGNIHUTA 1992-2002 3.1 Kehidupan Ekonomi

Lintongnihuta dengan sumber mata pencaharian yang baik terutama hasil pertanian kopi dan padi yang kaya dan melimpah. Akan tetapi, ada juga menggantungkan hidupnya lewat pada penambangan sebagai mata pencaharianya untuk memenuhi hidup. Seperti, penambangan kayu arang dan penambangan batu gunung. Hasil dari penambangan ini kemudian dijual di pasar daerahnya atau di kirim keluar kota.

Mengandalkan potensi alam lingkungan merupakan langkah yang tepat yang dilakukan masyarakat untuk mempertahankan hidup. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana masyarakat Lintongnihuta terutama desa Nagasaribu mengelola kekayaan alam seperti tanah gambut. Pada tahun 1992 masyarakat yang bekerja sebagai penambang kayu arang dan menetap di kawasan pegunungan. Masyarakat penabambang berangkat pada pagi hari, pulang pada sore hari, itulah aktivitas sehari hari masyarakat di desa nagasaribu tepatnya dilahan gambut.

Pada tahun 1992 arang belum banyak dipergunakan oleh masyarakat, karena pada saat itu kayu sangat berperan untuk bahan bakar memasak dirumah. Pada masa ini hasil pertanian kurang baik, perekonomian sangat sulit. Bertani sawah


(16)

pengerjaanya masih sangat tradisional, belum ada pestisida. Sering sekali hasil panen tidak bagus. Hal ini menyebabkan masyarakat bertani padi sambil menambang kayu arang. Supaya ketika menambahkan penghasilan ekonomi keluarga beras tidak ada. Selain itu ada juga masyarakat yang menjadi peternak. Potensi peternakan yang menonjol seperti kerbau, kuda, babi, dan ayam . Kegiatan penambangan kayu arang memberikan dampak terhadap tingkat pendapatan masyarakat, hal ini terdapat pada masyarakat bahwa adanya kegiatan penambangan ini memberikan keuntungan yang sangat besar sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang semakin tahun semakin sulit mendorong masyarakat harus bekerja dan berusaha lebih giat lagi dan pertumbuhan penduduk yang semakin tahun semakin banyak. Tanah gambut sebagai tanah yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan jika diliat dari prosesnya hal yang sangat mudah untuk diperoleh karena hanya membutuhkan tenaga yang kuat tanpa dana yang cukup besar lain halnya dengan bertani dan berdagang harus mebutuhkan modal yang besar.

Semakin besarnya jumlah keturunan mengakibatkan sempitnya Perekonomian merupakan masalah utama dalam sebuah kehidupan masyarakat, sehingga tak dapat dipungkiri lagi berbagai usaha ditempuh untuk memenuhi kebutuhan perekonomian tersebut, mulai dari usaha kecil-kecilan hingga usaha besar-besaran. Salah satu usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perekonomian masyarakat di desa nagasaribu ini adalah bertani dan melakukan kerja sampingan yaitu penambangan


(17)

arang. Selain untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dampak positif dari penambangan bagi kehidupan masyarakat nagasaribu adalah sebagai berikut

• Membuka lapangan pekerjaan

Pada dasarnya tingkat ekonomi seseorang atau masyarakat ditentukan oleh kesempatannya memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha , namun pada kenyataanya masyarakat di hadapkan pada masalah masalah yang menimbulkan tingkat ekonominya rendah diantaranya seperti sulitnya mendapatkan pekerjaan, kesempatan kerja di desa nagasaribu semakin terbuka setelah adanya kegiatan penambangan kayu arang yang memberikan dampak positif bagi warga sekitar sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat

• Meningkatkan daya kreativitas masyarakat

Penambangan kayu arang sangat lah menguntungkan bagi masyarakat desa nagasaribu dimana masyarakat dapat memanfaatkan akar akar kayu yang ada di tanah gambut diolah menjadi arang yang berfungsi untuk tempa besi dan sebagai bahan bakar untuk memasak untuk menambah uang masuk disamping bertani. Dan juga meningkatkan daya kreativitas masyarakat supaya tidak pengangguran lagi dan bisa menciptakan arang sendiri.


(18)

3.2 Kehidupan Sosial

Aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari hubungan interaksi antar sesamanya. Ini disebabkan manusia merupakan jenis makhluk yang hidup secara kolektif. Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan komunikasi untuk melaksanakan kerja sama dalam hidup bermasyarakat. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu, yang bersifat kontinu yang terikat oleh suatu identitas bersama.38

Secara umum interaksi sosial dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk hubungan sosial di dalam masyarakat. Hubungan sosial dapat dilihat baik hubungan antar individu dengan masyarakat maupun antar masyarakat itu sendiri. Interaksi yang berlangsung memperlihatkan bagaimana peranan yang ada pada setiap anggota masyarakat di dalam kelompoknya dan bagaimana pula peranan mereka di dalam mengadakan hubungan terhadap kelompok lainnya. Hubungan ini menjelaskan yang menjadi dasar dan tujuan dari setiap peranan yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok di dalam keluarganya maupun dengan kelompok lainnya.39

Sebagai makhluk sosial yang memiliki akal dan budi, manusia di dalam hidupnya selalu melakukan interaksi dengan manusia lainnya, saling membutuhkan satu sama lain. Pada intinya manusia itu tidak dapat hidup sendiri. Pada umumnya di

38 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Djambatan, 1981, hal 159-160

39 Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung : Karya Nusantara, 1977, hal. 44.


(19)

dalam sebuah proses interaksi terdapat sifat-sifat saling mempengaruhi karena di dalamnya melibatkan lebih dari satu orang. Jadi antara individu yang satu dengan individu yang lain, dan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain secara sadar ataupun tidak terlibat dalam proses saling mempengaruhi. Terlepas dari budaya mana yang lebih dominan dalam proses interaksi tersebut, bentuk hubungan sosial yang mempertemukan lebih dari satu kebudayaan akan melahirkan jenis kebudayaan yang baru sebagai “buah” dari proses interaksi. Oleh karenanya interaksi jelas berbeda dari adaptasi. Adaptasi juga merupakan bentuk ataupun pola hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat. Adaptasi lebih kepada penyesuaian tanpa turut “mewarnai” proses hubungan sosial yang terjadi sebagaimana ditunjukkan dalam interaksi. Singkatnya adaptasi lebih kepada penyesuaian yang bersifat positif oleh individu ataupun satu komunitas kelompok terhadap realitas sosial yang ada, sedangkan interaksi bersifat lebih proaktif dalam melihat realitas sosial. Jadi di dalam pola interaksi sosial ada proses saling mempengaruhi dan umumnya proses ini berlangsung tanpa disadari oleh masyarakat. Implikasi dari proses interaksi itu dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari.40

Demikian juga halnya yang terjadi pada masyarakat desa nagasaribu , kehidupan sosial yang berawal dari tegur sapa dengan masyarakat itu sendiri kemudian berbincang dengan kelompokmasyarakat lainnnya dengan tujuan yang


(20)

sama yaitu bekerja sebagai penambang kayu, hal ini secara tidak langsung dan tanpa disadari mereka telah membentuk hubungan interaksi sosial di tempat kerja.

Interaksi sosial antar masyarakat yang ada di lahan gambut tempat penambangan terbentuk secara alamiah dan dari satu kesatuan tertentu sesuai dengan kesamaan identitas dan kedudukannya. Kesamaan identitas timbul karena adanya perasaan senasib sepenanggungan dan persamaan kedudukan dalam status pekerjaan. Selain itu juga di kalangan masyarakat nagasaribu penambang kayu terbentuk hubungan yang baik sesama mereka karena berasal dari daerah yang sama, juga bekerja dalam satu wilayah yang sama, maka hal ini membuat hubungan mereka lebih erat antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu juga mereka menganggap bahwa masyarakat yang bekerja di lahan gambut yang sama adalah merupakan teman senasib sepenanggungan, yang mengetahui bagaimana susah senangnya bekerja di tempat mereka bekerja sekarang. Namun dengan demikian bukan berarti mereka tidak menjalin hubungan dengan masyarakat lainnya. Mereka sambil bercerita dan bercengkrama antar sesama masyarakat hingga sampai di lokasi penambangan. Itulah kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat nagasaribu dalam berinteraksi antar sesamanya

Hubungan interaksi sosial antara masyarakat nagasaribu dengan masyarakat lainnya berjalan cukup baik. Mereka saling membantu dan tolong menolong jika masyarakat mengalami kesulitan dalam pekerjaan, dimana laki-laki dengan sigap


(21)

menolongnya. Karena mereka telah menganggap hubungan antar sesama sudah menjadi keluarga keduanya.41

1. Aktivitas tolong menolong antara tetangga yang berdekatan, untuk pekerjaan-pekerjaan kecil sekitar rumah dan pekarangan, misalnya : menggali sumur, mengganti dinding rumah, membersihkan rumah dan atap rumah dari hama tikus dan sebagainya.

Karena mayoritas yang bekerja adalah suku batak toba, maka bahasa yang digunakan oleh masyarakat nagasaribu adalah batak toba sehingga terjalin kesamaan dalam bahasa tersebut. Hubungan baik antar sesama masyarakat dapat terlihat jelas, disaat ada teman dari mereka yang mengadakan pesta ataupun mengalami kemalangan, dengan sukarela masyarakat akan baik tenaga maupun materi untuk teman mereka yang mengadakan suatu pesta pernikahan, ataupun yang sedang mengalami kemalangan. Dari hal-hal terkecillah mereka bisa menjalin rasa sosialisasi yang erat dengan sesama.

Menurut Koentjaraningrat, aktivitas tolong menolong yang tampak dalam kehidupan masyarakat terbagi atas 3, yaitu :

2. Aktivitas tolong menolong antara kaum kerabat (tetangga dekat) untuk menyelenggarakan pesta sunat, perkawinan, atau upacara adat lain sekitar titik


(22)

peralihan pada lingkaran hidup individu (hamil tujuh bulan, kelahiran, melepaskan tali pusat dan lain sebagainya).

3. Aktivitas spontan tanpa permintaan dan tanpa pamrih untuk membantu secara spontan pada waktu seorang tetangga mengalami kematian atau bencana.42

Hal diatas tampak bahwa, aktivitas tolong menolong buruh akan terlihat pada acara seperti perkawinan, baik dari keluarga buruh maupun dari keluarga masyarakat setempat. Biasanya mereka akan saling mengundang, dan saling membantu tanpa harus diminta oleh yang bersangkutan. Dan begitu juga halnya jika ada buruh atau keluarga masyarakat setempat yang mengalami kemalangan atau bencana, maka tanpa diminta mereka datang memberikan bantuan baik berupa tenaga maupun materi. Mereka memberikan sumbangan secara sukarela tanpa adanya paksaan.

Bentuk interaksi sosial masyarakat di sektor informal lainnya, dapat dilihat ketika pada saat kegiatan-kegiatan sosial, seperti kerja bakti atau gotong royong membersihkan parit atau lingkungan sekitar. Gotong royong merupakan aktivitas bekerjasama antara sejumlah besar warga untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu yang dianggap berguna untuk kepentingan umum.43

Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari permasalahan hidup kesehariannya. Hal ini yang selalu mengiringi proses hidup manusia sehingga

42 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1981, hal. 59-60.

43 Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Perss, 1995, hal. 28.


(23)

sehingga banyak orang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sarat akan permasalahan hidup. Atas dasar inilah maka salah satu bentuk upaya manusia di dalam masyarakat adalah membentuk wadah-wadah yang dapat dipakai sebagai media yang dapat menumbuhkan rasa persahabatan dan solidaritas diantara sesama warga masyarakat di tempat mereka tinggal.44

Biasanya wadah-wadah sosial ini dibentuk berdasarkan kepentingan dari warga masyarakat. Oleh karena itu bentuk dan wadah yang dipakai sebagai media untuk memenuhi kepentingan tersebut menunjukkan corak yang beraneka ragam. Wadah sosial ini lebih kita kenal dengan istilah organisasi sosial. Organisasi sosial adalah penyusunan aktivitas dari dua orang atau lebih yang disesuaikan untuk menghasilkan kesatuan aktivitas yang merupakan suatu kerja sama.45

Sejalan dengan itu, dalam hal tingkat pendidikan khususnya bagi anak penambang, untuk bekal kerja mencari kayu arang dilahan gambut latar belakang pendidikan seorang penambang tidaklah begitu penting artinya karena pekerjaan sebagai penambang merupakan pekerjaan yang lebih banyak mengandalkan otot dan

Dengan adanya penambangan kayu arang di Nagasaribu dapat membuat masyarakat sadar akan adanya rasa tolong menolong dan saling membantu antar sesama seperti pada acara pernikahan, kelahiran dan kematian.

3.3 Tingkat Pendidikan Anak-anak penambang kayu arang

44Ibid. Hal. 80


(24)

pengalaman, maka setinggi apapun tingkat pendidikan penambang tersebut itu tidaklah memberikan pengaruh terhadap kecakapan mereka dalam menambang. Persoalan dari arti penting tingkat pendidikan ini biasanya baru mengedepankan jika seorang penambang ingin berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan yang rendah jelas kondisi itu akan mempersulit penambang memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain mejadi penambang

Kalaupun anak-anak mereka bersekolah, maka dianggap sudah cukup kalau bisa melek huruf saja. Asal bisa baca tulis bisa mengenal nilai nominal uang, itu sudah cukup. Dari beberapa Sekolah Dasar yang ada di Nagasaribu, hal yang sering terjadi adalah kalau anak-anak penambang ini sudah agak besar misalnya kelas V SD dan sudah bisa baca tulis, mereka mau meninggalkan bangku sekolah mereka karena disebabkan pengaruh lingkungan dimana pada musim itu sangat mudah menambang.

Faktor yang paling menghambat kelanjutan pendidikan anak-anak penambang adalah tidak menetapnya pendapatan keluarga yang sangat besar variasinya, jangankan untuk uang sekolah dan biaya sekolah lainnya, untuk makanpun hampir-hampir tak mencukupi. Rumah yang mereka tempati sangat jauh dari keterlayakan. Papan yang minim kurang untuk menutupi dinding rumah. Selain itu, banyak penyakit yang disebabkah karena perumahan masyarakat penambang yang tidak sehat. Padahal untuk pembiayaan sekolah kelanjutannya sangat perlu. Kebiasaan menabung pada penambang hampir tidak ada.


(25)

Berawal dari seorang tetangga yang meyekolahkan anaknya hingga ke jenjang yang lebih tinggi, dan hasilnya hidup anaknya ini pun lebih baik dari orangtuanya. Hal ini menjadi motivasi bagi banyak orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Pola pikir masyarakat yang seperti itu perlahan-lahan mulai terkikis seturut dengan berkembangnya zaman. Pada tahun 2002 sudah semakin banyak anak-anak penambang yang masuk Sekolah Dasar negeri di Nagasaribu Lintongnihuta. Semakin tahun semakin banyak jumlah anak-anak penambang yang sekolah. Sekolah-sekolah pun semakin banyak berdiri disini. Semangat dari anak-anak untuk sekolah semakin meningkat. Meskipun jarak dari rumah dengan sekolah jauh dapat menempuh waktu kurang dari 30 menit, bahkan angkutan umum yang masih sedikit tidak menjadi hambatan bagi anak-anak untuk dapat bersekolah.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Secara umum pendidikan merupakan upaya terus menerus untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Adapun tujuan dari pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Hal ini karenakan Dari dulu hingga sekarang masalah pendidikan memang menjadi masalah


(26)

untuk pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.46

Masyarakat Lintongnihuta terkenal dengan minat sekolah yang lumayan tinggi jika dibanding dengan daerah lain, istilah anakkon hi do hamoraaon di au, naingkon do sikola satimbo-timbona, nasa ni natolap gogoki (anakku harta paling bergarga bagi hidupku, harus sekolah setinggi mungkin, semampuku akan kulakukan itu. Semiskin-miskin keluarga, rata-rata bisa menguliahkan anaknya ke perguruan

Pendidikan akan berpengaruh pada mata pencaharian dan tingkat penghasilan seseorang, hal ini juga berpengaruh pada pendidikan anak anak dari masyarakat desa nagasaribu yang bekerja sebagai penambang sebelum tahun 1992 pendidikan dari anak anak masyarakat nagasaribu tamatan Sekolah Dasar bahkan banyak juga yang tidak tamat sekolah, sehingga hanya dengan tamatan seperti ini tidak banyak pekerjaan yang bisa dilakukan masyarakat, ujung-ujungnya mereka akan bekerja penambang kayu arang sebagai kerja sampingan untuk menambah ekonomi terhadap kebutuhan keluarga terutama dibidang menaikkan pendidikan, Pendidikan adalah salah satu jalur penting untuk memperoleh status sosial yang tinggi, bagi orang batak pendidikan dipandang sebagai jalur mobiitas sosial untuk mencari pangkat.


(27)

tinggi, begitu juga dengan daerah Nagasaribu yang telah melahirkan banyak kaum intelektual yang telah bekerja dibergai bidang profesi47

Nama

.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat desa nagasaribu yang kerja sampingan yaitu melakukan penambangan kerja bekerja dapat dilihat tingkat pendidikan formal yang telah dicapainya. Tingkat pendidikan menjadi salah satu syarat penting dalam proses pelamaran suatu pekerjaan.

Dari pengamatan yang ditemukan di lapangan, rata rata pendidikan anak anak masyarakat yang bekerja dipenambangan kayu arang yaitu sebagai berikut.

Pendidikan anak anak masyarakat penambang Pada tahun 2002 Jumlah

Anak

SD SMP SMA PERGURUAN

TINGGI

Ibu Edo 5 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang

Ibu Hasril 4 orang 2 orang 1 0rang 1 orang 0

Bapak Agus 6 orang 3 orang 1 orang 1 orang 0

Ibu Sarah 7 orang 2 orang 2 orang 1 orang 2 orang

Bapak Ida 6 orang 1 orang 2 orang 2 orang 1 orang

47


(28)

Jumlah 28 orang 10 orang 7 orang 6 orang 4 orang Data diperoleh dari hasil wawancara dengan informan.

Dari hasil data diatas dapat kita lihat bahwa pendidikan meningkat setelah dilakukannya penambangan kayu arang di desa Nagasaribu, hal ini sangat mempengaruhi perubahan terhadap dampak pendidikan. Untuk ke jenjang yang lebih tinggi yakni ke perguruan tinggi, para penambang kayu arang ini juga sudah ada beberapa yang menyekolahkan anaknya sekalipun harus merantau ke luar Medan. Jika pada musim-musim tertentu arang sangat mudah didapatkan terutama musim kemarau, hal ini sangat menolong mereka untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Tidak lagi seperti dulu, kini penambang kayu arang nelayan sudah menabung uangnya jika pada saat musim kemarau pendapatan arang sangat banyak. Ada yang menabung di Bank, CU, dan ada juga yang membeli emas sebagai simpanannya. Kelak akan di jual apabila anaknya ingin masuk sekolah. Dengan gambaran ini jelaslah bahwa penduduk di daerah ini dan sekitarnya sudah berpikiran maju.

3.4 Tingkat Pendapatan Masyarakat Nagasaribu

Ditinjau dari segi pendapatan keluarga, maka masyarakat Nagasaribu hampir semua digolongkan sebagai penambang namun tidak meninggalkan mata pencaharian utama yaitu bertani. Maksudnya adalah seluruh pendapatan keluarga itu berasal dari hasil penambangan. Seluruh waktu mereka digunakan untuk bekerja sebagai penambang, sebagian besar dari mereka tidak mempunyai pekerjaan lain, sehingga


(29)

ketika cuaca buruk tiba, mereka hanya berdiam diri dirumah dan tidak mempunyai pekerjaan lain karena tidak memungkinkan menambang di hari hujan.karena teknologi yang mereka gunakan tergolong sederhana, ketika musim badai atau ketika cuaca buruk tiba sebagian besar dari mereka tidak bisa menambang karena lokasi penambangan akan menjadi basah padahal proses penambangan arang ini harus dilakukan pada saat hujan tidak turun .

Tidak semua penambang di Nagasaribu dikategorikan sebagai penambang penuh dimana pendapatan keluarga tersebut hanya berasal dari hasil penambangan sepenuhnya. Selain sebagai penambang ada juga yang bekerja sambilan sebagai petani. Pertanian penambang tetap seperti: padi, palawija, dan peternakan yang merupakan pelengkap pendapatan keluarga tersebut. Akan tetapi, hal ini hanya terdapat untuk beberapa orang saja.

Sumber pendapatan utama penduduk di daerah penelitian ini tidak terlepas dari pertanian namun masyarakat juga bekerja penambang kayu arang kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan juga karena factor ekonomi. Pekerjaan sebagai penambang merupakan mata pencaharian penduduk setelah bertani. Pendapatan penambang ini sangat kuat dipengaruhi oleh iklim. Faktor. Pada musim hujan biasanya pendapatan masyarakat agak menurun sedangkan musim kemarau relatif banyak. Demikian juga pada saat musim kemarau pendapatan masyarakat melonjak tinggi karena pada saat musim ini lah kesempatan masyarakat kerja dan bisa membakar kayu tersebut.


(30)

Tidak semua penambang memiliki alat yang baik seperti traktor dan tidak semua yang mampu menyewa alat berat tersebut untuk menggali kayu dari tanah biasanya mereka yang menggunakan alat cangkul,linggis dan kapak adalah orang yang bekerja untuk mengurangi modal. Usia produktif untuk penambangan kayu arang ini adalah rata rata dari usia 17-60 tahun. Karena menambang kayu arang ini sangat muda, yang paling sulitnya adalah menggali kayu dari dalam tanah gambut tersebut sehingga semua keluarga yang berusia 17-60 an mampu melakukan pekerjaan ini.

Adapun hasil penambangan kayu arang selama satu minggu per keluarga pada tahun 2002 pada saat dilakukannya penambangan adalah

Dimana satu karung dikalikan dengan Rp 80,000 dan pendapatan tidak selamanya tetap bisa saja berubah perminggu terhadap masyarakat penambang.


(31)

No Nama Arang yang diperoleh Jumlah

1 Bu Asta 20 karung Rp 1.600.000

2 Jaihot 21 karung Rp 1.680.000

3 Bu marni 19 karung Rp 1.520.000

4 Hartono 21 karung Rp 1.680.000

5 Kartika 20 karung Rp 1.600.000

Data diatas diperoleh dari hasil wawancara dari informan

Dari table diatas dapat diketahui pedapatan penambang per keluarga pada tahun 2002


(32)

BAB IV

PEMASARAN KAYU ARANG DESA NAGASARIBU PADA TAHUN 1992-2002

Pemasaran merupakan suatu proses perpindahan suatu barang atau jasa dari tangan produsen ketangan konsumen. Seiring dengan berjalan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, ada pihak yang meminta dan yang menawarkan. pada awal sejarah bahwa pemasaran dilakukan dengan cara pertukaran barter dan terus berkembang menjadi perekonomian dengan menggunakan uang dengan pemasaran yang modern. Pemasaran merupakan aspek yang biasanya paling penting dalam sebuah industri, pemasaran pada dasarnya dapat diartikan sebagai transaksi jual beli. artinya pemilik barang menjual kepada pembeli pada tingkatan harga yang disepakatin dari lokasi yang satu kelokasi yang lainnya.

4.1 Luar Daerah

Pemasaran kayu arang merupakan pemasaran yang dilakukan oleh masyarakat terhadap konsumen pembeli ataupun tauke. Dimana arang ini dipasarkan di Luar Daerah seperti di daerah siborong borong kabupaten tapanuli utara dan kota medan. Produksi arang kayu selama ini masih dianggap sebelah mata oleh sebagian orang. Namun anggapan itu tidak berlaku bagi warga masyarakat nagasaribu yang berada di kecamatan Lintongnihuta, pasalnya harga penjualan arang kayu lumayan menggiurkan.


(33)

Harga penjualan arang kayu saat ini kisaran 90-110 Rb keluar daerah besar Warga masyarakat Nagasaribu biasanya menjual arang kayu ke sitampurung yang berada di kabupaten tapanuli utara tepatnya di Siborong borong. Dimana masyarakat ada yang menjual arang melalui tauke dan ada juga sebagian menjual langsung kepada pembeli. karena harga penjualan ke konsumen ini mencapai 70 Rb perkarung besar, proses penjualan ini berlangsung ditempat pembeli maksudnya arang kayu yang mengangkut adalah penjual sendiri yaitu melalui alat angkut mobil pasar atau di antar dengan menggunakan roda kendaraan dua , begitu juga yang menjual kepada tauke masyarakat menggunakan mobil pasar yang sudah disediakan oleh tauke untuk mengambil arang tersebut dari tempat pengambilannya. Dimana satu mobil berisi 8-10 karung plastik arang. Cara muat ke dalam truk dapat dilakukan dengan cara Manual yaitu, Dengan menggunakan tenaga manusia (panggul), dimuat dalam bentuk karung besar. Dimana satu karung arang plastik tersebut dipanggul ke pinggir jalan raya tempat mobil berhenti.48

Pemasaran merupakan suatu tindakan yang paling menentukan suatu usaha yang akan didapat. Makin terbuka luas pasar, maka akan semakin banyak jumlah produk yang dipasarkan. Dalam pemasaran arang ini, para masyarak sangat terbantu dengan kehadiran para tauke. Masyarakat juga harus menjalin hubungan yang baik dengan dengan tauke, begitu juga sebaliknya tauke juga perlu membangun relasi yang baik juga dengan masyarakat penambang, sebab keduanya sama saling

.

48


(34)

menguntungkan (simbiosis mutualisme). Tauke membutuhkan hasil arang untuk melancarkan usaha mereka dan masyarakat membutuhkan tauke untuk pemasaran hasil penambangan mereka. Namun ada juga masyarakat tidak membutuhkan penjualan melalui tauke karena tidak ingin merepotkan beban, ada yang langsung dijual kepasaran tanpa melalui tauke.

Dengan adanya tauke ini maka akan semakin mempermudah pendistribusian arang ke daerah yang ada di Sumatera Utara, seperti Pematang Siantar, Tarutung, Balige, Sidikalang, dan Tapanuli utara. Pemasaran Arang sebenarnya cukup mudah, karena penambang mempunyai banyak opsi untuk menjual arangnya. Cara yang mudah arang tersebut biasanya dijual ke tauke melalui agen-agen yang dikirimnya ke ke siborong borong untuk membeli arang tersebut. Ada tauke yang datang langsung ke tempat penambangan tersebut.

Arang sebagai hasil tambang masyarakat yang diperoleh sangat bergantung terhadap hasil perolehan karena dapat memberikan jaminan untuk pemenuhan kebutuhan hidup bagi keluarganya. Sebelum arang tersebut diperjual belikan terlebih dahulu harus di sortir dan di olah. Kemudian baru didistribusikan untuk dipasarkan pada konsumen.

Jenis pengolahan dapat di bagi atas:

a. Pengolahan arang kecil


(35)

Dimana arang yang kecil dipisahkan dari hasil penyaringan semua arang dan tidak untuk diperjual belikkan di khalangan masyarakat namun dipakai untuk kebutuhan bahan bakar oleh rumah tangga sendiri, sedangkan arang yang besar dijual dan dimasukkan ke dalam karung plastik yang besar.

Hasil dari pengololahan ini kemudian di packing ke dalam karung plastik yang telah disediakan. Dari sinilah, para tauke akan membelinya.

Pemasaran kayu arang dilakukan dengan 2 cara yaitu melaui tauke dan tidak melalui tauke

1. Melalui Tauke

Pada proses hasil pemasaran kayu arang dapat dilakukan dengan cara menjualnya ke tauke.Dimana tauke dan si penjual telah melakukan kesempakatan atau perjanjian yang telah dibuat. Seperti biasanya yang dilakukan oleh keluarga ibu Sarmauli dimana penjualan hasil arang tersebut dijual terhadap tauke.

Dimana beliau berpendapat bahwa Penghasilan yang didapat perminggu tidak stabil kadang naik kadang turun, kadang 19 Karung kadang 20 jadi tergantung terhadap pekerjaan dan kondisi cuaca, jadi jika arang sudah siap ditambang maka arang tersebut dijual keberbagai daerah melaui tauke karna lebih mudah menjual langsung ke tauke dan tidak lagi repot memanggul dipasaran, namun ada juga ruginya kalau dijual langsung ke tauke satu karung dipotongnya Rp 5000 padahal dijual jadi Rp60,000, yang tinggal jadi Rp55,000 perkarung plastic, tapi gak takut lagi masalah


(36)

laku dan gak laku karna udah diserahkan semuanya ke tauke,dan arang ini diangkat sendiri oleh mobil milik tauke tersebut ke tempat penambang, hasil pemasaran arang ini dilakukan dengan sekali seminggu dimana arang yang didapat dikumpulkan sampai seminggu dan dan dijual ketauke setiap hari seninnya karna pemasaran ini dilakukan sekali seminggu dipasaran.. Kemudian tauke mengangkat dan dijual kembali dengan harga lebih dari yang sudah ditetapkan. Sehingga lebih menguntungkan di tauke daripada di masyarakat tutur beliau’’49

Penjualan yang dilakukan tanpa perantara oleh tauke jauh lebih menguntungkan dibanding penjualan langsung ketauke, dimana hasil perkarung bersih ada ditangan tidak ada pemotongan harga, jika perkarung Rp 80,000 maka yang dijual ke pasaran harus Rp 80,000 namun kalau hasil penjualan sendiri kadang tidak semua habis, sehingga arang tersebut dibawa lagi pulang kerumah, dan dijual besoknya. Hasil pemasaran tanpa tauke ini dilakukan tiap hari dimana penjualan 4.2 Dalam Daerah

Pemasaran arang ini juga dilakukan didalam daerah seperti di lintongnihuta, pearung ,paranginan atau dolok sanggul dengan catatan tidak melalui tauke karena bisa sendiri diantar oleh penjual ketempat pembeli.

1.Tidak melalui tauke ( tanpa perantara oleh tauke)

49


(37)

arang ini dilakukan dikalangan masyarakat atau diantar tiap rumah dan dipesan langsung kepada penjual oleh si pembeli.50

50

Wawancara, Jones Lumbantoruan, Nagasaribu, 23 Maret 2016


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Kecamatan Lintongnihuta berada pada 2º13’-2º20” Lintang Utara, dan 98º47’-98º57” Bujur Timur yang terletak di Kabupaten Humbang Hasundutan. Kecamatan Lintongnihuta terletak 1000-1500 meter diatas permukaan laut dengan luas wilayah mencapai 18.126,03 ha yang terdiri dari 22 desa salah satunya adalah desa Nagasaribu, desa ini memiliki kekayaan alam yang melimpah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat yaitu lahan gambut, dimana masyarakat mengolah lahan tersebut menjadi penambangan arang. Pada tahun 1992 merupakan tahap awal bagi masyarakat mengadakan penambangan arang dimana pada saat itu arang sangat dibutuhkan.

Masyarakat penambang kayu arang di desa Nagasaribu Kecamatan Lintongnihuta adalah masyarakat yang mandiri, kuat dan memiliki kegigihan bekerja untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya dan juga adanya keinginan untuk maju dalam kondisi ekonomi serta pendidikan anak anaknya, apapun mereka lakukan demi anak dan keluarganya. Mereka bekerja keras dari pagi hari hingga petang tanpa kenal lelah. Dengan pendapatan yang dihasilkan perminggu tidak menetap Rp 1.200.000- Rp 1.260.000 kadang naik kadang turun bisa jadi disebabkan oleh faktor cuaca. Pada umumnya masyarakat menambang dengan menggunakan Lilis yang terbuat dari kayu


(39)

yang diujungnya diruncingi dengan tajam kemudian adanya perubahan dengan menggunakan cangkul ,linggis dan traktor. Dengan adanya alat alat ini masyarakat menjadi lebih giat lagi melakukan aktivitasnya.

Ditinjau dari segi pendapatan keluarga, maka penambang di Nagasaribu hampir semua digolongkan sebagai penambang penuh namun tidak meninggalkan mata pencaharian utama yaitu bertani. Maksudnya adalah kebanyakan pendapatan keluarga itu berasal dari hasil penambangan arang. Seluruh waktu mereka digunakan untuk bekerja sebagai penambang, sehingga ketika cuaca buruk tiba, mereka hanya berdiam diri dirumah dan tidak melalukan penambangan. Hasil pendapatan masyaraka yang sebelumnya bertani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Bahkan harus berhutang kepada orang lain. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan adanya penambangan kayu arang di desa Nagasaribu. Dengan adanya penambangan ini menjadikan kehidupan masyarakat jauh lebih baik dari yang sebelumnya bukan hanya dibidang perekonomian namun pendidikan juga meningkat dan interaksi sosial masyarakat dalam tolong menolong makin terjamin .


(40)

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang yang dapat diajukan oleh penulis berdasarkan kesimpulan yang diatas demi perbaikan ke depan adalah sebagai berikut:

• Disarankan kepada Penambang dan masyarakat desa Nagasaribu untuk bersama-sama dengan pemerintah maupun pihak yang berwenang untuk menjaga kelestarian Alam.

• Diharapkan kepada instansi pemerintah agar lebih memperhatikan kehidupan para penambang kayu arang di desa nagasaribu dalam memberikan bantuan terutama dibidang perekonomian.

• Diharapkan kepada semua pihak yang memanfaatkan hasil penambangan dilahan gambut agar mampu menjaga kelestarian dengan tidak merusaki lingkungan alam sehingga tidak terjadi tanah yang berlubang yang dapat menimbulkan banjir.


(41)

BAB II

Gambaran Umum Masyarakat Penambang Kayu Arang Desa Nagasaribu Kecamatan Lintongnihuta 1992-2002

2.1Letak Geografis dan Kondisi Alam

Desa Nagasaribu merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan provinsi Sumatera Utara pemberian nama desa Nagasaribu diambil dari kata Batak Toba yaitu Naga dan Saribu merupakan desa yang dihuni oleh hewan naga yang memiliki kaki seribu untuk menjaga desa tersebut dari serangan musuh konon cerita desa ini merupakan tempat persembuyian para penjajahaan belanda dari musuh dan membunuh masyarakat yang ada didesa tersebut, penjaga kampung sangat marah dan dibuatlah pelindung yaitu hewan naga sehingga dinamakan desa Nagasaribu. Penduduk desa ini mayoritas suku batak toba dan diduduki oleh marga Toga Sihombing yang terdiri dari Silaban, Nababan, Hutasoit dan Lumbantoruan.15

Toga Sihombing merupakan salah satu rumpun marga dalam sisilah batak kurang lebih 500 tahun yang lalu Toga Sihombing lahir dari Siraja Sumba (Toga Sumba) Toga Sihombing melahirkan 4 anak yang diberi nama Borsak Mangatasi Silaban, Borsak Sirumonggur Lumbantoruan, Borsak Mangatasi Nababan, dan Borsak Bimbinan Hutasoit. Setelah 10 generasi keempat Borsak itu menjadi marga

15


(42)

karena keturunan mereka telah diperbolehkan kawin melalui satu musyawarah yang disebut manompas bongbong dengan motto Silaban Hutasoit, Nababan, Lumbantoruan”ala nungga gabe hita boi marsiboru boruan artinya karena sudah semakin banyak keturunannya diperbolehkan anak laki laki dan anak perempuan kawin.16

Sejak itulah keempat Borsak itu menjadi marga yang mandiri sendiri sesuai dengan marganya, Tanah asal Sihombing adalah Tanah Tipang dan kemudian hijrah kedataran tinggi humbang di negeri Lintongnihuta dan negeri Siborong-borong. Sihombing merupakan salah satu marga dari suku batak diwarisi oleh semua yang bermarga Lumbantoruan, baik laki laki maupun perempuan dari garis keturunan bapak secara turun temurun namun ada juga marga pendatang Sinaga, Hutauruk,dan Manullang, pada umumnya masyarakat didesa ini memiliki pemukiman sendiri dimana terdapat kepala suku adat yang mengatur kenyamanan masyarakat dan mempunyai interaksi untuk menolong terhadap sesama. Adapun sejarah Toga Sihombing di Nagasaribu yaitu, toga sihombing adalah Suku Batak Toba yang kebanyakan di daerah Humbang Hasundutan, tepatnya didaerah Lintongnihuta yang dibagi perdesa secara memusat. Secara Historis Suku Batak Toba yang diyakini masyarakat Batak Toba keturunan dari Siraja Batak dari Pusuk Buhit, akan tetapi Sihombing yang ada didaerah Humbang Hasundutan berasal dari daerah Tipang (sekitar Danau Toba di Kecamatan Bakti Raja Kabupaten Humbang Hasundutan).


(43)

Toga Sihombing memiliki 4 anak yaitu Borsak Junjungan Silaban, Borsak Mangatasi Nababan, Borsak Sirumonggur Lumbantoruan, dan Borsak Bimbingan Hutasoit akan tetapi biasa dipanggil dengan Silaban, Nababan, Lumbantoruan dan Hutasoit, setelah sepuluh generasi keturunan empat borsak ini menjadi marga karena keturunan mereka telah diperbolehkan kawin melalui musyawarah, tapi menurut penuturan Silaban bersaudara mengatakan bahwa saling menikah diantara 4 marga ini banyak juga faktornya pada kala itu, karena berkaca dari marga lain banyak yang tidak menikah sampai usia tua karena marga-marga yang satu keturunan seperti Sihombing tidak boleh menikah salah satu contohnya adalah marga parna yang terdiri atas 70 an marga yang tidak diizinkan saling menikahi17

Lintongnihuta adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan yang terdiri atas 22 desa. Lintongnihuta berasal dari kata Lintong yang artinya semacam kubangan air dan huta yang berarti Kampung. Jadi Lintongnihuta artinya sebuah perkampungan dengan banyak kubangan berisikan air pada zaman dahulu. Pada zaman penjajahan Belanda, Lintongnihuta dikepalai oleh seorang Kepala Nagari yang bertempat tinggal di Partungkoan, yaitu Pasar Lama pada tahun 1941. Perkembangan suatu daerah tentunya tidak begitu saja, berbagai perubahan terjadi sesuai dengan perkembangan zaman, awalnya Lintongnihuta adalah sebuah hutan lebat dipenuhi oleh binatang buas, setelah kemerdekaan Republik Indonesia, daerah Lintongnihuta menjadi Kecamatan Lintongnihuta di Kabupaten Tapanuli


(44)

Utara, Pusat pemerintahan Kecamatan berada di Pasar Baru. Pada Tahun 1946 , Lintongnihuta dipimpin oleh seorang Asisten Wedana di Kecamatan. Tingkatan Wedana adalah Residen di Sibolga, hingga pada tahun 1960 Kecamatan Lintongnihuta dipimpin oleh seorang Camat18

Pertumbuhan penduduk yang lumayan pesat, maka penduduk membentuk suatu perkumpulan yang disebut dengan Partukkoan. Dimana partukkoan ini berfungsi sebagai tempat pertemuan dalam membicarakan hal-hal yang penting dan juga melakukan berbagai aktivitas masyarakat seperti mendistribusikan kebutuhan hidup sehari-hari, lambat laun partukkoan ini berubah fungsi menjadi tempat pertemuan antara penjual dan pembeli dalam melakukan proses jual beli yang sekarang yang dalam bahasa batak dibilang Onan dan dalam Bahasa Indonesia dikatakan Pajak. Pajak di daerah Lintongnihuta telah mengalami perpindahan, pertambahan penduduk dengan kepadatan yang ditimbulkan membuat pajak pindah dari daerah pusat yaitu Pasar Lama ke daerah Pasar Baru, didaerah pasar baru juga dibangun Pusat pendidikan dan pemerintahan. Biasanya pajak di Lintongnihuta diadakan setiap hari Senin, dimana pajak hanya sekali dalam seminggu.

.

19

Secara geografis, Kecamatan Lintongnihuta berada pada 2º13’-2º20” Lintang Utara, dan 98º47’-98º57” Bujur Timur. Kecamatan Lintongnihuta terletak 1000-1500 meter diatas permukaan laut dengan luas wilayah mencapai 18.126,03 ha.

18 Wawancara, Haposman Togatorop, Lintongnihuta, 21 Februari 2016 19 Wawancara, Tiurlan Sihombing , Lintongnihuta, 23 Februari 2016


(45)

Kecamatan Lintongnihuta adalah salah satu kecamatan dari 10 Kecamatan yang ada di Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara, dengan batas wilayah adalah sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

• Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara

• Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

• Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara

Kecamatan Lintongnihuta dibagi atas 22 Desa, yakni:

1. Desa Sibuntuon Parpea 12. Desa Nagasaribu V 2. Desa Sibuntuon Partur 13. Desa Hutasoit I 3. Desa Sigumpar 14. Desa Hutasoit II 4. Desa Siharjulu 15. Desa Sitio II 5. Desa Sitolu Bahal 16. Desa Dolok Margu 6. Desa Habeahan 17. Desa Siponjot 7. Desa Parulohan 18. Desa Lobutua 8. Desa Nagasaribu I 19. Desa Bonan Dolok 9. Desa Nagasaribu II 20. Desa Sigompul


(46)

10.Desa Nagasaribu III 21. Desa Tapian Nauli 11.Desa Nagasaribu IV 22. Desa Pargaulan

Luas wilayah menurut desa di Kecamatan Lintongnihuta tahun 2002

Tabel 1

No Nama Desa Luas (ha) Jumlah dusun

1 Hutasoit I 940,08 7

2 Lobu Tua 867,32 2

3 Pargaulan 780,59 3

4 Nagasaribu I 689,13 5 5 Nagasaribu II 725,40 3

6 Siharjulu 1235,03 3

7 Sibuntuon Parpea 630,78 4 8 Sibuntuon Partur 502,25 5

9 Sitolu Bahal 1031 5

10 Tapian Nauli 1576,96 4

11 Siponjot 632,88 3

12 Dolok Margu 1261, 77 5

13 Sitio I 541,13 4


(47)

15 Bonan Dolok 709,64 5

16 Sigompul 638,67 5

17 Nagasaribu IV 688, 58 7 18 Nagasaribu V 617,15 3 19 Nagasaribu III 906,75 5

20 Sigumpar 972,72 3

21 Parulohan 761,32 6

22 Habeahan 687,34 3

Sumber : Kantor Camat Lintong Nihuta 2002

Kondisi alam Lintongnihuta terdiri atas dataran yang luas, sawah, perkebunan dan ladang. Sebagian besar tanah di daerah ini digunakan sebagai areal pertanian baik ladang, sawah dan kebun. Pada umumnya masyarakat di Lintongnihuta sebagian besar hidup dari pertanian. Hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari masyarakat. Ladang biasanya ditanami tanaman kopi ,sayur sayuran, cabai tomat, ubi,dan lain lain, sedangkan sawah ditanami padi.

2.2 Keadaan Penduduk

Kecamatan Lintongnihuta adalah kecamatan kedua terbesar dari segi kepadatan penduduk berdasarkan data BPS dari tahun 2002 , berdasarkan data dari kecamatan bahwa jumlah penduduk Lintongnihuta dengan jumlah


(48)

penduduk 32.056 jiwa. Dimana jumlah penduduk Laki-laki berjumlah 15. 519 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 16.537 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,24 dari data laju perkembangan penduduk dapat disimpulkan bahwa masyarakat Lintongnihuta termasuk ke golongan masyarakat berkembang.

Berikut adalah jumlah penduduk Lintongnihuta berdasarkan desa dan jenis kelamin pada Tahun 2002.

Tabel 2

No Nama Desa Kepala keluarga

Keluarga tani

Jumlah Penduduk

L P Jumlah

1 Dolok Margu 376 319 1012 1159 2171

2 Hutasoit I 324 305 783 711 1494

3 Lobutua 207 185 889 943 1842

4 Nagasaribu I 453 392 784 821 1605 5 Nagasaribu II 308 288 699 714 1413

6 Pargaulan 328 291 838 914 1752

7 Sibuntuon Parpea

538 351 1038 1061 2089

8 Sibuntuon Partur

306 290 770 769 1539


(49)

10 Siponjot 525 502 1012 1159 2171 11 Sitolu Bahal 313 229 689 728 1417 12 Tapian Nauli 440 411 766 831 1597 13 Nagasaribu III 333 301 619 741 1380 14 Nagasaribu IV 225 200 494 478 972 15 Nagasaribu V 228 191 482 487 969

16 Sigumpar 270 244 671 870 1541

17 Parulohan 155 133 823 821 1644

18 Habeahan 137 115 340 451 791

19 Sigompul 269 145 653 667 1320

20 Bonan Dolok 155 125 340 403 743 21 Hutasoit II 229 216 643 672 1315

22 Sitio II 269 240 558 641 1199

Jumlah 6786 5863 15.489 16.470 31939 Sumber : Kantor Camat Lintongnihuta tahun 2002

Tabel dibawah ini merupakan komposisi penduduk Kecamatan Lintongnihuta berdasarkan agama pada 2002

Tabel 3

No Agama Jumlah


(50)

2 Kristen Katholik 970 jiwa

3 Kristen Protestan 31.051 jiwa

Jumlah Total 32.056 jiwa

Sumber : Kantor Camat Lintongnihuta 2002

Penduduk Kecamatan Lintongnihuta di dominasi oleh Kristen Protestan, dan agama Hindu, Budha, Konghucu dan agama lain-lain tidak ada, hanya 3 agama itu saja yaitu Islam, Katholik dan Protestan. Agama Protestan yang dianut oleh masyarakat Lintongnihuta disebabkan oleh masyarakat yang homogen yaitu satu garis keturunan yaitu Suku Batak Toba, dan keturunan dari satu Ompu, yaitu Toga Sihombing.

Jumlah penduduk keturunan asing di Kecamatan Lintongnihuta yang menetap hanya 2 orang saja, yaitu asal kewarganegaraan Swiss yang berdomisili di desa Tapian Nauli, mereka bermata pencaharian sebagai pengusaha kopi.

Kecamatan Lintongnihuta mayoritas dihuni oleh sub suku batak toba dan marga yang mendominasi adalah marga sihombing yang dibagi atas 4 keturunan marga yaitu Silaban, Hutasoit, Nababan, Lumbantoruan. Namun sebagian kecil dihuni oleh suku bangsa nias dan suku minang yang bermigrasi kedaerah ini untuk merubah nasib. Kehidupan antar suku di daerah ini saling menghargai dan mereka


(51)

hidup rukun antar suku. Sarana fasilitas yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Lintongnihuta seperti sarana kesehatan ( Puskesmas, Posyandu, Polindes dan Poskedes) Sarana Ibadah( Gereja ), sarana penerangan ( PLN), transportasi jalan raya, angkutan darat), pendidikan ( SD, SMP, SMA,SMK, dan STM)

Masyarakat Lintongnihuta mayoritas berprofesi sebagai petani sebagai sumber utama mata pencahariannya dan sebagian besar tinggal di desa, berikut adalah tabel komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 4

No Pekerjaan Persentase

1 Petani 91,15%

2 PNS/ TNI POLRI 5,00 %

3 Pedagang/ Pengusaha 3, 85%

Sumber kantor camat 2002.

Berdasarkan data yang saya dapat di Kantor Camat diatas maka dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian kecamatan Lintongnihuta adalah petani yaitu sebanyak 91,15 %, hal tersebut didukung oleh kondisi geografis daerah ini sangat potensial sebagai lahan pertanian, dimana daerah pegunungan cocok untuk daerah pertanian dan daerah lembahnya cocok untuk persawahan. Didaerah pegunungan


(52)

mayoritas ditanami tanaman Kopi ada sebagian kecil kebun jeruk, Sebagai usaha sampingan selain bertani masyarakat Lintongnihuta juga memelihara jenis hewan peliharaan seperti, kerbau, babi, anjing, bebek, dan ayam. Bukan hanya itu saja masyarakat juga melakukan penambangan kayu arang berguna sebagai tambahan mata pencaharian hidup . Pada umumnya penambangan kayu arang ini menjadi mata pencaharian kedua yang dilakukan masyarakat setelah bertani untuk menambah uang masuk masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan pertanian dilintongnihuta masih relative rendah dilihat dari lahan yang masih mengganggur berupa semak belukar dan ilalang, jika dibandingkan dengan daerah lain yang ada di kabupaten Humbang Hasundutan, Lintongnihuta berperan sebagai penghasil kopi dan profesi sebagai PNS/ TNI POLRI sebanyak 5% dan Pedagan atau pengusaha 3,85.

Adapun luas potensi lahan dan pemanfaatan sumber daya, berikut adalah tabel rincian luas wilayah Kecamatan menurut Desa dan jenis penggunaan tanah per desa (Ha)

Tabel 5

No Desa Tanah

sawah

Tanah kering

Bangunan pekarangan

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


(53)

2 Lobu Tua 264,24 571,67 8,79 22,62 867,32 3 Pargaulan 289,61 434,42 12,58 43,98 780,59 4 Nagasaribu I 347,73 312,94 9,86 18,00 689,13 5 Nagasaribu II 211,26 479,15 9,03 25,96 725,40 6 Siharjulu 395,98 788,37 12,40 38,88 1235,00 7 Sibuntuon

Parpea

379,36 206,70 19,50 25,32 630,78

8 Sibuntuon Partur

185,73 266,72 18,76 31,04 502,25

9 Sitolu Bahal 344,23 631,47 13,68 41,62 1031,00 10 Tapian Nauli 786,98 723,46 14,19 52,33 1576,96 11 Siponjot 287,84 298,70 13,57 32,77 632,88 12 Dolok Margu 314,16 903,78 14,36 29,47 1261,77 13 Sitio I 203,67 302,12 8.83 26,51 541,13 14 Hutasoit II 173,59 527,78 8,95 39,22 729,54 15 Bonan Dolok 256,08 399,00 7,05 47,51 709,04 16 Sigompul 274,28 321,85 8,88 33,66 638,67 17 Nagasaribu IV 192,43 460,93 11,74 23,48 688,58 18 Nagasaribu V 233,17 346,41 9,04 28,53 617,15 19 Nagasaribu III 216,00 655,82 13,87 21,06 906,75 20 Sigumpar 326,58 602,50 12,49 31,15 972,72 21 Parulohan 163,27 565,47 8,27 25,31 761,32 22 Habeahan 293,42 363,47 7,80 22,65 687,34


(54)

Sumber kantor camat 2002

Karena 95,15 % masyarakat Lintongnihuta adalah bertani, maka rincian luas penggunaan lahan pertanian sesuai data 2002 yang ada di kantor Camat, yang dibagi atas tanaman palawija, holtikultura, perkebunan.

Tabel tanaman Palawija

Tabel 6

No Jenis Tanaman Luas Lahan

1 Padi sawah 1994 ha

2 Padi gobo 60 ha

3 Jagung 40 ha

4 Ubi jalar 97 ha

5 Ubi kayu 38 ha

Jumlah 2229 ha

Sumber kantor camat 2002


(55)

Tabel tanaman holtikultura Tbel 7

No Jenis tanaman Luas lahan

1 Cabe merah 103 ha

2 Cabe rawit 21 ha

3 Kentang 45 ha

4 Kubis 81 ha

5 Sawi 22 ha

6 Tomat 58 ha

7 Buncis 16 ha

8 Bawang daun 30 ha

Jumlah 376 ha

Sumber kantor camat 2002 Tabel tanaman Perkebunan

Tabel 8


(56)

1 Jeruk 21 ha

2 Kopi 2787 ha

Jumlah 2808

Sumber kantor camat 2002.

Masyarakat batak terkenal dengan budaya Marsiadapari ataupun Marsiruppa20

20Marsiruppa, artinya lebih dari gotong royong dimana jasa dibalas dengan jasa dalam waktu yang lama dan berlangsung secara terus menerus.

, nilai kekeluargaan yang tinggi, bagi masyarakat semua kelurga hanya dengan martutur atau menarik silsilah dari marga atau menekankan asas patrimunial yang masih kental. Nilai kekeluargaan ataupun kepedulian akan sesama sejatinya karakter masyarakat Batak Toba pada khususnya, walaupun masyarakat tak terlepas dari masalah adat dan konflik lainnya hal tersebut terlihat jika ada kemalangan, seperti melayat, pesta adat pernikahan dan kematian semua ikut ambil bagian dari segi partisipasi kelangsungan adat seperti marhobas, penyerahan Ulos, tumpak (uang). Kegiatan sosial lain yang tampak adalah musyawarah dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam masyarakat. Musyawarah juga dapat dilihat pada waktu atau melaksanakan pesta adat yang biasanya disebut, Martongggo Raja, yaitu untuk membicarakan persiapan pesta, hubungan sosial masyarakat terjadi secara


(57)

kekelargaan, sehingga setiap masalah sebisa mungkin diselesaikan secara musyawarah.21

Masyarakat Lintongnihuta didominasi oleh Batak Toba, dimana menarik garis keturunan secara patrilineal seperti pelaksanaan adat sebagian besar di dalam keluarga lelaki, dan anak laki-laki adalah penerus keturunan, dimana anak laki-laki di spesialkan pada umumnya. Sistem sosial adalah sistem yang menata hubungan manusia , dimana sistem sosial lebih diutamakan pada sistem kekerabatan yang ada pada masyarakat batak toba yaitu Dalihan Na Tolu

22

. Sistem sosial adalah sistem yang menata hubungan manusia, dimana sistem sosial disini lebih dikhususkan pada sistem kekerabatan yang ada pada masyarakat batak toba adalah dilambangkan dengan Dalihan Natolu yang arti secara harafiah adalah tungku Nan tiga yaitu tiang tempat memasak. Dalihan Natolu terdiri dari tiga unsur yaitu Hula –hula, Boru dan dongan Tubu23

21 Wawancara, Parade Nababan, Desa Nagasaribu, tanggal 24 Februari 2016. 22 Dalihan natolu Merupakan lembaga adat bagi suku batak toba.

23Wawancara ,Hotma Nababan ,Nagasaribu, tanggal 25 Februari 2016

. Inilah yang menjadi dasar pengaturan partuturan bagi masyarakat batak toba.

1. Kelompok Hula –hula adalah kelompok pemberi istri yang dalam kehidupan masyarakat hula hula memiliki status yang paling tinggi dan dihormati.

2. Kelompok boru adalah perempuan dari golongan dongan sabutuha termasuk suami dan keluarga semarga suaminya. Boru juga disebut kelompok penerima istri.


(58)

3. Kelompok dongan tubu adalah semua kaumlakilaki yang semarga atau sepihak yang semarga dalam hubungan bapak yang berasal dari satu nenek moyang.

Dalam hubungan sosialnya digambarkan dengan “somba marhula hula,elek marboru dohot manat mardongan tubu, ketiga unsur ini sekaligus menjadi dasar struktur kekerabatan dalam masyarakat Batak Toba tidak akan berarti jika berdiri sendiri akan tetapi harus kerja sama yang satu dengan yang lain.

Marga merupakan lambang identitas keturunan yang berfungsi untuk menentukan tarombo atau silsilah keluarga bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Identitas seseorang dapat diketahui dengan menyebutkan marga, dengan mudah masyarakat akan mengetahui posisinya di dalam hubungan sosial dengan orang lain baik laki laki maupun perempuan. Laki laki dan perempuan yang semarga tidak boleh saling menikah, karena masyarakat Lintongnihuta sangat menghargai adat. Dalam pelaksanaan adat masyarakat bergotong royong pada upacara adat tersebut agar dapat terlaksana dengan baik.

Ulos dan jambar merupakan lambang dalam pelaksanaan adat. Dalam upacara adat dliaksanakan pembagian ulos dan jambar yang diberikan kepada kerabat sesuai dengan status sosialnya, ulos dan jambar ini bagi masyarakat memiliki makna tersendiri, selain pesta pernikahan dan pesta adat kematian masyarakat juga


(59)

melaksanakan pesta mangopoi jabu (memasuki rumah), mangokkal holi ( menggali tulang), dan lain sebagainya.24

Pertambangan rakyat merupakan rangkaian kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh rakyat dengan memakai peralatan dan cara yang sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidupanya sehari hari. Kegiatan usaha pertambangan adalah suatu kegiatan besar yang berada ditengah masyarakat, dimana tentunya kegiatan ini akan berinteraksi dengan masyarakat setempat dimana lokasi pertambangan itu berada. Keterlibatan masyarakat sangat penting oleh karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pertambangan, mulai dari pemerataan ekonomi hingga mempertimbangan kelestarian lingkungan serta dampak yang mungkin akan dirasakan oleh masyarakat. Di desa Nagasaribu banyak ditemukan masyarakat pada umumnya bekerja sebagai penambang kayu arang namun tidak meninggalkan mata pencaharian utama yaitu bertani. Hal ini didasari karena beberapa faktor. Faktor utamanya adalah masalah ekonomi keluarga. Demi memenuhi kebutuhan hidup, Dalam hubungan sosialnya ketiga unsur diatas yang sekaligus menjadi dasar struktur kekerabatan dalam masyarakat batak toba tidak akan berarti jika berdiri sendiri akan tetapi harus didasarkan pada kerja sama yang satu dengan yang lain.

2.3 Latar Belakang Penambang 2.3.1 Asal Mula Penambang


(60)

masyarakat bekerja sebagai penambang. Informasi ini di dapatkan dalam wawancara dengan Saut yang sudah sekitar 20 tahun bekerja sebagai penambang kayu arang. Beliau mulai bekerja di sekitar tahun 90-an.25

1. Kegiatan, teknologi, dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan, sampai pemasaran.

Pertambangan pertama kali digunakan secara resmi pada bulan November 1964, ketika di magelang diresmikan kelembagaan pendidikan menegah dan pertama untuk bidang pertambangan, Mineral dan energy kekayaan bangsa Pertambangan Adalah

2. Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas)26

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi atau proses pengambilan material yang dapat diekstraksi dari dalam bumi. Tambang adalah tempat terjadinya kegiatan penambangan. Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan alam yang sangat melimpah, berbagai kekayaan alam tersebar di berbagai kawasan di

.

25Wawancara , Saut Nababan, Nagasaribu, 20 Februari 2016. 26

Sudrajus, Nandang, Teori dan Praktis Pertambangan Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2013, hal 34.


(61)

indonesia dan salah satunya yaitu sumber Daya Mineral baik itu berupa minyak bumi, batubara, emas, nikel dan lain lain. Dan hingga kini pengelolaan Sumber daya tersebut telah berkembang pesat diiringi dengan tumbuhnya berbagai perusahaan kontraktor pertambangan, Sejarah pertambangan dan energi di Indonesia dimulai dengan kegiatan pertambangan yang dilakukan secara tradisional oleh pemerintah hindia belanda. Pada tahun 1850 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Dinas Pertambangan yang berkedudukan di Batavia untuk lebih mengoptimalkan penyelidikan geologi dan pertambangan. Proklamasi Kernerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 mengantarkan perubahan yang sangat besar di segala bidang, termasuk bidang pertambangan. Setelah disiarkan melalui radio. berita tentang proklamasi dapat diterima secara luas oleh masyarakat di seluruh Indonesia.27

Pada tahun 1992 merupakan awal pertama dilakukan nya penambangan di Nagasaribu kecamatan Lintongnihuta karena pada awal itu perekonomian masyarakat terancam lemah sehingga Bapak Sahala adalah orang yang pertama melakukan penambangan kayu arang di Nagasaribu beliau mengeluarkan pikiran kreatifnya yaitu orang pertama yang melakukan penambangan kayu arang dilahan gambut yang

27Djokodarmono, Sejarah Pertambangan dan Energi Indonesia , Jakarta : Departemen Energi dan Sumber daya mineral, 2009 hal 3.


(62)

bermula beliau hanya iseng iseng namun semakin dikerjakan semakin mendapatkan hasil dimana sebelumnya beliau bertani namun karena hasil dari pertanian kurang memuaskan beliau akhirnya mencari solusi untuk mendapatkan kerja sampingan yaitu menambang arang karena faktor ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan jumlah anak 7 orang mana mungkin mencukupi Rp 300 perminggu kalau dari hasil pertanian saja jadi cari kerjaan sampingan lah untuk menutupi kebutuhan rumah tangga tutur beliau dan lama kelamaan masyarakat yang lainnya pun mengikuti jejak beliau tersebut karena dari hasil penambangan tersebut bisa menghasilkan Rp 1.000.000 lebih perminggu.28

Penambangan dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kegiatan ini dilakukan di tanah gambut atau sering disebut Sigalapang oleh masyarakat batak Toba berarti tanah hitam kecoklatan dan gersang yang di dalam tanah terdapat akar akar yang sangat bagus diolah sebagai arang atau bahan bakar memasak. Masyarakat batak toba menyebutnya Soban atau Tunggar yang berwarna hitam. Tanah gambut merupakan lahan kosong atau bahasa batak sering disebut tombak. Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut dan dari air hujan, sehingga tidak subur. Mengandung banyak asam humus dan warnanya coklat kehitaman seperti warna air teh yang pekat. Berawal dari cerita yang berkembang di dalam masyarakat mengenai asal-muasal penambangan kayu arang ini Misalnya, ada yang mengklaim bahwa penambangan kayu arang itu orang


(63)

jepang yang pertama menambang dan kemudian di ikuti oleh masyarakat nagasaribu dan ada juga yang berpendapat bahwa tambang arang itu adalah hasil kerjaan yang dilakukan oleh ide sekelompok masyarakat desa Nagasaribu untuk menambah hasil perekonomian bagi keuarga. Hal ini dapat kita lihat bahwa sampai hari ini masyarakat desa nagasaribu lah yang melakukan penambangan tersebut seperti Bapak Sahala Nababan yang sampai saat ini bekerja sebagai penambang29

Di desa Nagasaribu banyak ditemukan masyarakat pada umumnya bekerja sebagai penambang kayu arang . Hal ini didasari karena beberapa faktor. Faktor utamanya adalah masalah ekonomi keluarga. Demi memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat desa nagasaribu melakukan kerja sampingan setelah bertani yaitu bekerja sebagai penambang kayu arang dengan melakukan pekerjaan ini masyarakat mampu meningkatkan nilai ekonomi terhadap keluarganya Informasi ini di dapatkan dalam

.

Bagi masyarakat di Desa Nagasaribu, bekerja sebagai penambang kayu arang merupakan pekerjaan yang biasa sudah dikenal sebagai pekerjaan umumnya masyarakat pedesaan untuk membantu menopang kehidupan keluarganya. Dengan kata lain kultur dan struktur masyarakat di daerah itu membantu menopang kehidupan keluarganya. Kultur dan struktur masyarakat di daerah itu mendukung masyarakat untuk bekerja sebagai penambang kayu arang

29


(64)

wawancara dengan Sarmauli yang sudah sekitar 20 tahun bekerja sebagai penambang kayu arang. Beliau mulai bekerja sekitar tahun 90-an.30

Pada periode tahun 1992, untuk menambang arang masyarakat menggunakan pengungkit dari pohon yang besar yang di ujungnya diruncingi sampai tajam, atau disebut dengan lilis

2.3.2 Alat Tambang Tradisional

Metode penambangan arang yang juga sudah berkembang dari masa silam. Kegiatan pertama kalinya untuk menambang kayu dengan menggunakan Lilis. . Kegiatan menambang ini dapat dilakukan untuk menggali kayu dari tanah gambut.

Nagasaribu merupakan daerah yang kaya akan pertambangan baik tambang batu gunung maupun tambang kayu arang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari masyarakat mampu bekerja dari pagi hingga sore. Pada awalnya arang yang ditambang hanya untuk kebutuhan bakar rumah tangga saja . Perlahan mereka sadar, arang sangat berfungsi bagi kehidupan masyarakat. Seiring berjalannya waktu masyarakat Nagasaribu terkhusus penambang sadar rupanya arang tidak hanya digunakan untuk bahan bakar tapi udah digunakan untuk nempa besi dan sudah memiliki nilai jual yang mahal.

31

30Wawancara , Sarmauli, Nagasaribu, 15 Februari 2016.

31Lilis adalah sebuah alat untuk menggali tanah yang terbuat dari kayu jati dimana panjangnya 2 meter dan ujungnya di runcingi sampai tajam.

, dimana lilis tersebut digunakan untuk menggali kayu dari dalam gambut. Menambang arang denggan menggunakan lilis membutuhkan waktu


(65)

yang lama karena masih menancapkan lilis tersebut puluhan kali kedalam tanah untuk mengambil kayu nya, bukan hanya itu saja membuat masyarakat jauh lebih sulit untuk memakai alat ini.

Kemudian muncul lah alat penambangan arang yaitu cangkul, linggis dan kapak. Dan ada juga yang menggunakan sebagian alat dari traktor, mata Cangkul tersebut terbuat dari besi begitu juga linggis dan kapak dan digunakan untuk menggali kayu dari dalam tanah.

2.3.3 Modal

Masyarakat Nagasaribu membutuhkan dana yang cukup besar sebagai modal mereka dalam menambang kayu arang. Selain menggunakan modal yang cukup besar mereka juga harus memiliki motivasi yang besar untuk merubah kondisi hidupnya kearah yang lebih baik sebagai modal utama mereka. Dimana saat melakukan penggalian tanah masyarakat harus menggunakan alat seperti cangkul, linggis dan kapak, dalam membeli alat tersebut membutuhkan modal yang cukup besar, kemudian untuk alat berat atau tractor disewa perminggu dimana uang sewanya adalah RP 200 perkepala keluarga. Karena sebagian masyarakat ada yang menggunakan alat berat tersebut terkhusus kepada keluarga yang mampu. Kedalaman penggalian kayu tersebut sekitar 5 meter untuk mendapatkan kayu yang besar sehingga lebih mudah menggunakan alat berat dari pada cangkul dan linggis. Untuk kedalaman 3-5 meter, dibutuhkan alat berat seperti traktor untuk mengambil tanah


(66)

kayu tersebut dari dalam tanah. Sedangkan untuk kedalaman penggalian tanah 2-3 meter digunakan alat seperti cangkul ,linggis, dan kapak dan kayu yang didapat dipisahkan bagian yang besar dan yang kecil karena bagian yang besar masih membutuhkan proses pemotongan biar tidak terlalu besar untuk dibakar32

• Karet ban

.

Kemudian fasilitas yang digunakan untuk menambang adalah sebagai berikut:

• Bensin/Solar

Kemudian alat-alat selanjutnya yang dibutuhkan untuk menambang adalah sebagai berikut:

• Cangkul

• Linggis

• Kapak

• Karung Plastik

• Keranjang

32


(67)

2.4 Sistem Kerja Penambangan

Proses produksi arang kayu ini terbilang gampang-gampang susah. Bagi yang sudah terbiasa proses pembuatan arang kayu ini cukup mudah dilakukan. Namun bagi pelaku pemula tentunya perlu mendalami lebih dasar lagi proses pembuatan ini. Adapun sistem kerja penambangan yang dilakukan oleh masyarakat desa nagasaribu kecamatan Lintongnihuta adalah bapak Aris sihombing menguraikan bahwa usaha membuat arang prosesnya cukup singkat, dari penggalian kayu di lokasi gambut hingga pengapian membutuhkan waktu kurang lebih dua hari. Selama dua hari itu, maksimal yang dapat dihasilkan lebih dari tiga karung plastik, dengan harga setiap plastiknya Rp 60.000 Rp 90.000. Pekerjaan itu dilakukan bersama - sama dengan anak dan istri dikala cuaca baik. Kalau kondisi penghujan seperti ini, sudah barang tentu hasilnya tidak akan maksimal. Pasalnya, bahan baku kayu sangat sulit dikeringkan, itu akan berpengaruh terhadap proses pembakaran. Dalam satu minggu ini kami hanya mendapatkan hasil dua karung plastik. Menjadikan arang sebagai sumber nafkah saat ini tidak begitu menjanjikan, karena cuaca maka rutinitas berladang harus dikerjakan juga karena musim tanam padi menjadi skala prioritas untuk saat ini," tutur beliau33

a. Menggali Kayu dari Tanah Gambut

. Adapun proses penambangan kayu arang yaitu

33


(68)

Menggali yang berarti mengambil kayu tersebut dari bawah tanah dimana kayu yang diambil adalah yang berasal dari tanah gambut, dengan penggalian tersebut masyarakat menghabiskan kesehariannya hanya untuk mengumpulkan kayu, menggali sangat lah susah kadang dapat kayu yang besar kadang yang kecil, karena arang yang baik didapatkan dari hasil pembakaran kayu yang besar, di desa Nagasaribu banyak ditemukan masyarakat yang pada umumnya bekerja sebagai penambang kayu arang. Dalam sehari Jauhari mengumpulkan kayu yang digali dari tanah gambut dan dikumpulkan dalam suatu tempat, kadang liat cuaca kalau datang hujan saya hanya mendapatkan sedikit kayu karena tidak mungkin melakukan penggalian kayu tersebut, dan harus menjaga kondisi kesehatan saya34

Sekop digunakan untuk mengambil tanah pada saat proses penggalian sedang berlangsung

.

Kayu yang di dapat terkadang tidak menentu sehingga memungkinkan untuk menggali tanah lebih dalam lagi, adapun alat yang dipakai saat menggali adalah dengan menggunakan sekop, cangkul, linggis, kapak. Adapun fungsi dari alat masing masing adalah sebagai berikut

Cangkul digunakan untuk menggali tanah untuk mengambil kayu tersebut

Linggis digunakan untuk mengungkit kayu yang besar dari dalam tanah gambut

34


(69)

Kapak digunakan untuk memotong kayu besar yang diambil dari tanah tersebut.

b. Mengeringkan Kayu

Setelah dilakukannya penggalian kayu atau pengumpulan kayu maka proses kerja yang selanjutnya adalah dengan mengeringkan kayu dibawah terik sinar matahari tepatnya dilahan gambut, dimana proses pengeringan sangat lah membutuhkan waktu yang lama karena apabila kayu tersebut kurang kering maka belum bisa dibakar sehingga memakan waktu sehari dua hari untuk mengeringkannya papar Harapan, yang bekerja sebagai penambang kayu arang setiap harinya. Kadang sangat sulit untuk melakukan proses ini karna harus dikeringkan di tanah yang tidak basah atau lembab padahal tanah di gambut berair jadi kayu tersebut harus dipindahkan lagi ke tempat yang kering .

c. Pembakaran kayu

Pada proses pembakaran membutuhkan waktu yang sangat lama bahkan sampai 30 jam. Setelah kayu digali dan dikeringkan maka tahap terakhir adalah proses pembakaran dimana kayu tersebut dibakar sekali semua dengan menggunakan karet untuk membakarnya, setelah siap dibakar menjadi arang maka akan di masukkan kedalam karung plastik dengan melakukan pemilahan dimana yang kecil dan besar dipisahkan. Mula-mula, umpan bakar dinyalakan. Jika pembakaran telah berlangsung dan diperkirakan apinya tidak akan mati, maka prosesnya akan cepat


(70)

terbakar35

Bukan hal yang mudah bagi Parulian sampai sekarang masih bekerja sebagai penambang kayu arang, jika melakukan proses pembakaran kadang terasa sulit dimana harus membutuhkan cuaca yang sangat cerah, beliau menceritakan bagaimana lika liku kehidupan penambang kayu arang dilahan gambut tersebut, dengan hanya bermodalkan cangkul, parang,baji, dan fisik serta mental yang kuat. Pagi-pagi pukul 06.00 wib berangkat kerja dengan bermodalkan jalan kaki dengan jarak rumah 1 km ketempat kerja tersebut pukul 7 mereka sudah mulai bekerja, sedangkan istirahat tergantung pekerjaannya sudah selesai atau belum kalau mereka sudah selesai mereka bisa istirahat. Setelah istirahat mereka mulai kembali bekerja hingga sampai pukul 6 dan kemudian setelah pukul 6.30 pulang ke rumah masing-masing

. Adapun alat alat yang digunakan untuk proses pembakaran adalah sebagai berikut:

1.Tenda digunakan untuk menutupi proses pembakaran tersebut dari hembusan angin supaya api tidak padam tenda ini dikelilingkan kepada kayu yang telah di tumpukkan sebelum proses pembakaran dimulai,

2. karet ban atau minyak tanah digunakan untuk meyalakan kayu tersebut.

3.keranjang untuk menyaring bagian dari yang terkecil arang sesudah dibakar.

36

35

Wawancara, Marnita Hutasoit, Nagasaribu, 23 Maret 2016

36

Wawancara, Harapan Nababan, Nagasaribu, 23 Maret 2016


(71)

2.5 Fungsi Kayu Arang

Kayu arang merupakan salah satu kayu yang diolah dilakukan dengan cara proses pembakaran oleh masyarakat desa nagasaribu yang berada di kecamatan Lintongnihuta. Selain berfungsi Sebagai bahan bakar alternatif, arang kayu banyak digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti minyak dan untuk keperluan masak dirumah dan yang paling penting adalah arang kayu ini digunakan untuk nempa las besi yang ada di sitampurung.

Bukan hanya untuk dijual dipasaran selain untuk menambah uang masuk perekonomian arang ini digunakan untuk keperluan lainnya oleh masyarakat, sehingga fungsinya sangat banyak membantu, dimana jika arang yang sudah dibakar pasti ada yang sisa sehingga bagian yang sisa tersebutlah dipisahkan dan itulah digunakan untuk keperluan rumah tanggga seperti masak sehingga uang tidak keluar untuk membeli kompor atau gas hanya untuk masak dirumah, kalau arang yang dihasilkan minimal 3-5 karung per hari maka paling tidak sisa arang yang tidak baik dipisahkan dan yang arang yang baik dijual dipasaran.37


(72)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana masyarakat yang berinteraksi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagian besar interaksi adalah antara Individu- individu dalam kelompok tersebut yaitu sekolompok manusia yang bekerja sama dan hidup tercapainya keinginan mereka, seperti dalam kehidupan sehari - hari masyarakat harus bisa bertahan hidup dan untuk memenuhi kebutuhannya baik dalam kebutuhan primer ataupun kebutuhan sekunder. Dengan demikian masyarakat dituntut dalam melaksanakan aktivitasnya.

Kehidupan yang diciptakan manusia tidak terlepas dari tujuan utama hidupnya. Manusia yang bertujuan hidup untuk kesejahteraan dirinya, akan terus berusaha mencari dan menemukan hal yang membuat dirinya sejahtera. Kebutuhan akan makan, kebutuhan materil lainnya, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kebebasan berekspresi, apapun akan dilakukan demi tujuan itu.1

Masyarakat yang beraktivitas adalah masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, dan juga mampu membangun perekonomian terhadap keluarganya, sistem perekonomian dimana pelaksanaan kegiatan pengawasannya, dan hasil dari kegiatan

1


(73)

ekonomi dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, atau disebut juga ekonomi kerakyatan,yang dibangun pada kekuatan ekonomi rakyat dapat memberikan kesempatan luas untuk masyarakat dalam berpartisipasi sehingga perekonomian dapat terlaksana dengan baik. 2

Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara lambat maupun secara cepat, perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya faktor yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu dalam masyarakat

Bekerja sebagai penambang adalah salah satu ide yang dilakukan untuk mendapatkan pekerjaan, selain bekerja untuk makan, masyarakat juga perlu memenuhi kebutuhan lainnya yaitu menyekolahkan anak demi meningkatkan pendidikan dalam keluarga. Semakin kecilnya masyarakat untuk mendapat lapangan pekerjaan dan kepemilikan tanah di pedesaan, mendorong masyarakat menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini lah yang dilakukan masyarakat desa Nagasaribu1

3

Pemberdayaan ekonomi masyarakat secara keseluruhan yang dimaksudkan adalah dengan lebih memfokuskan kepada masyarakat golongan ekonomi lemah diharapkan dapat mempertajam analisis sehingga hasil yang diharapkan lebih optimal, sehingga

.

2 Zulkarnain, Membangun Ekonomi Rakyat, Yogyakarta: Adicitia, 2003, hal. 18.

3 Soerjono Soekanto, tentang Perubahan Teori Sosiologi Social, Jakarta: Ghalia Indonesia 1980, hal. 15.


(74)

masyarakat harus bekerja keras dalam mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.4

Nagasaribu merupakan salah satu desa yang ada dikecamatan Lintong Nihuta kabupaten Humbang Hasundutan provinsi Sumatera Utara. Nagasaribu yang diambil dari kata batak Toba yaitu Naga dan Saribu. Dimana cerita orangtua jaman dahulunya, desa ini dihuni oleh satu Naga yang memiliki kaki seribu untuk menjaga desa dari musuh yang datang oleh sebab itu desa ini dinamakan Nagasaribu. Kecamatan Lintong Nihuta merupakan salah satu kecamatan dari 22 desa dengan keadaan tanah umumnya berbukit dan bergelombang, berada pada ketinggian 1.200-1.552 m dpl terletak didataran tinggi pinggiran danau toba dengan jumlah penduduk 32.056 jiwa, masyarakatnya bermata pencaharian bertani.5

Sedangkan pengertian arang adalah sisa abu-abu gelap yang terdiri dari karbon, arang ini biasanya dihasilkan oleh lambat pirolisis, pemanasan kayu atau bahan lainnya tanpa adanya oksigen. Biasanya bentuk tidak murni dari karbon karena mengandung abu. Arang tersebut dihasilkan dari kayu yang diambil dari gambut dan diolah masyarakat menjadi sedemikian rupa, arang ini adalah hasil dari pembakaran kayu.6

Dalam pengertian teknis dan praktis lahan gambut dapat diartikan sebagai lahan pertanian, lahan pengembalaan hutan alam, hutan rawa dan bahan kebutuhan

4 H.Abdul Bashith, Ekonomi Kemasyarakatan, Malang: Uin Maliki Press 2012, hal. 9.

5

Wawancara, Parade Nababan, Jumat 18 Desember 2015.

6


(75)

hidup lainnya Lahan gambut bagi masyarakat adalah sumber mata pencarian, sehingga masyarakat menggunakan lahan gambut ini dengan alasan untuk mencari nafkah dalam keluarga.7

Lahan gambut merupakan salah satu lahan yang bisa menghasilkan sumber pendapatan bagi masyarakat, dulu tanahnya yang digumpulkan masyarakat dan dijual untuk dijadikan bahan bakar minyak, namun melihat keadaan dan kondisi lahan gambut ini semakin habis dan sudah berlobang karena digali, maka pemerintah Humbang Hasundutan melarang untuk tidak menggali tanah gambut ini dan hanya diperbolehkan untuk menambang kayu, dengan menambang kayu dari lahan gambut ini tidak akan pernah habis, dimana kayu yang sudah diambil akan berakar lagi dan tidak membuat tanah gambut menjadi berkurang sehingga masyarakat beralih menjadi penambang kayu dan dijadikan arang.

8

7

Muhammad Noor, Lahan Gambut, Yogyakarta : Gadjah Mada Universiti Press 2010,

hal. 1.

8Wawancara, Tiur Hutasoit , Sabtu 19 Desember 2015.

Pengelolaan lahan gambut bagi masyarakat tentunya salah satu proses yang dapat membuat perekonomian masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, mengelola lahan ini bukanlah hal yang mudah bagi masyarakat, banyak tantangan yang dihadapi setiap harinya, terutama tantangan cuaca dan iklim, jika musim hujan maka masyarakat mengeluh dan tidak bisa melakukan penambangan .


(76)

Lahan gambut dapat dijadikan masyarakat sebagai lahan untuk pertanian baik pertanian kopi, kelapa sawit dan lainnya, namun dalam hal ini lahan gambut sangat dimanfaatkan masyarakat guna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.9

9

Najiati,Sri dkk, Pemberdayaan masyarakat di lahan gambut, Bogor: Wetlands Internasional, 2005, hal. 34.

Siapa yang tidak kenal dengan ladang gambut atau lahan gambut yang berada

di desa Nagasaribu kecamatan Lintong Nihuta kabupaten Humbang Hasundutan, tempat ini adalah penghasil tambang salah satunya tambang arang, arang yang dihasilkan dari tempat ini adalah jenis arang terbaik yang memiliki panas merata jika digunakan. Arang ini diambil dari kayu yang telah betumpuk ribuan tahun di dalam tanah gambut atau kayu yang berasal dari dalam gambut dan ditambang menjadi arang dengan menggunakan proses pembakaran.

Banyak penambang arang yang menghabiskan waktu untuk mencari nafkah dari hasil tambang arang yang di kerjakan. Penambang adalah orang orang yang melakukan kegiatan ekstraksi mineral dan bahan tambang dari dalam bumi, dimana masyarakat desa Nagasaribu melakukan penambangan kayu arang di dalam lahan gambut. Gambut adalah material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah berlebihan dan sifatnya sangat dipengaruhi oleh kadar bahan organik yang dikandungnya. Penambangan gambut yaitu digunakan untuk sumber energi tambang. Di negara negara maju seperti filandia gambut banyak di tambang untuk dijadikan sumber energi atau listrik.


(77)

Gambut di Nagasaribu adalah gambut kayuan yang didalamnya tertimbun kayu yang ribuan tahun lamanya dan tidak membusuk, kayu yang di dalam gambut tersebut ditambang oleh masyarakat desa Nagasaribu dan dijadikan arang. Selain pekerjaan sebagai penambang masyarakat juga telah menghabiskan kesehariannya bekerja untuk mendapatkan kayu arang .

Arang ini akan digunakan untuk keperluan masyarakat yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan yang paling terpenting guna arang yang ditambang di desa Nagasaribu ini adalah untuk menempa besi yang ada di desa Sitampurung kecamatan Siborong-borong, Tapanuli Utara. Tidak ada arang maka besi yang ingin ditempa tidak akan bisa sehingga pemasukan arang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.10

Dari uraian diatas, Penelitian ini diberi judul Kehidupan Masyarakat Penambang Kayu Arang di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta. Adapun alasan peneliti membuat judu l ini adalah karena petani mampu membagi waktunya untuk melakukan penambangan demi meningkatkan ekonomi keluarga. Periode waktu yang dipilih dalam penelitian ini adalah 1992 hingga 2002. Karena periode pada masa itu merupakan tahap awal dari penambangan arang yang dilakukan oleh masyarakat desa Nagasaribu dan disebabkan faktor ekonomi pada masyarakat tersebut sangat lemah waktu itu sehingga mendorong masyarakat melakukan penambangan ini. Tahun 2002 sebagai batas akhir penulis karena peneliti ingin mengetahui perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat penambang kayu arang di desa Nagasaribu setelah


(78)

dulunya mengalami perekonomian lemah. Peneliti memilih tempat penelitian di desa Nagasaribu kecamatan Lintong Nihuta karena desa ini adalah desa peneliti yang mudah di jangkau sehingga memudahkan peneliti baik dalam bentuk transportasi dana dan bantuan masyarakat setempat. Dalam penelitian ini peneliti membatasi dari segi sosial dan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan keluarga dan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam sebuah penelitian rumusan masalah menjadi landasan yang sangat penting dari sebuah penelitian karena akan memudahkan peneliti didalam proses pengumpulan data. Adapun Permasalahan pokok dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa latar belakang masyarakat desa Nagasaribu menjadi penambang kayu arang ? 2. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat penambang kayu arang di desa Nagasaribu 1992-2002 ?

3. Kemana sajakah pemasaran kayu arang desa Nagasaribu kecamatan Lintongnihuta 1992-2002?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui hal yang melatarbelakangi masyarakat desa Nagasaribu menjadi penambang.


(1)

Eka, dan masih banyak lagi. Trimakasih atas memori dan kesan di hati Penulis selama 4 Tahun bersama.

10. Terimakasih kepada sahabat, dan saudara, khususnya Marcelina Sinambela, Elell Lilis Manullang, Ida Rohani Lumbangaol, Theresia Rut Nababan. Terimakasih atas bantuan, dukungan semangat dan doa dari kalian.

11. Terima kasih untuk kawan satu kos saya khususnya, (Kiki Simanungkalit, Novita Purba, Asnita Sinaga, Desi Sinaga, Yoland Siregar) dan kawan kawan lainnya.

12. Terima kasih Kepada kawan kawan kos lama terkhusus Romual Siburian, Feri Sianturi, Musa Sianturi, Susi Siburian, Derlin Nahampun dan kawan kawan lainnya.

13. Terimakasih banyak kepada masyarakat Nagasaribu khususnya pada para penambang kayu arang yang telah bersedia memberikan waktu dan berbagi informasi, sehingga informasi tersebut sangat banyak membantu.

14. Terimakasih untuk semua pihak yang terlibat dalam proses penulisan skripsi ini, yang namanya tidak bisa saya tuliskan satu-persatu. Terimakasih untuk semuanya.


(2)

Atas semua bantuan ini, baik material maupun moril, penulis tidak dapat membalasnya, hanya doalah yang dapat penulis panjatkan, semoga budi baik itu mendapat balasan yang baik dan berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Medan, Juli 2016 Penulis


(3)

Daftar Tabel

Tabel 1 Luas Wilayah Desa Kecamatan Lintongnihuta Tahun 2002

Tabel 2 Jumlah Penduduk Lintongnihuta Tahun 2002

Tabel 3 Komposisi Penduduk KecamatanLintongnihuta berdasarkan Agama tahun 2002

Tabel 4 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian 1992-2002

Tabel 5 Jenis penggunaan tanah perdesa tahun 2002

Tabel 6 Penggunaan lahan berdasarkan tanaman

Tabel 7 Penggunaan lahan berdasarkan holtikultura

Tabel 8 Penggunaan Tanaman berdasarkan perkebunan

Tabel 9 Pendidikan anak anak penambang


(4)

Lampiran Foto

Lampiran 1 Penambangan kayu arang dari jarak dekat

Lampiran 2 Pengumpulan arang sesudah proses pembakaran

Lampiran 3 Arang yang sudah siap dipasarkan

Lampiran 4 Arang yang sudah siap dibakar

Lampiran 5 Pemotongan kayu

Lampiran 6 Lokasi Penambangan

Lampiran 7 Pembakaran kayu dengan melingkarkan tenda

Lampiran 8 Pembakaran kayu

Lampiran 9 Arang dipanggul kepinggir jalan


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I Pendahuluan...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

1.4 Tinjauan Pustaka...8

1.5 Metode Penelitian...10

BAB II Gambaran Umum Masyarakat Penambang Kayu Arang di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintongnihuta 1992-2002………12

2.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam………...12

2.2 Keadaan Penduduk………...18

2.3 Latar Belakang Penambang………..30

2.3.1 Asal Mula Penambang………...30


(6)

2.3.3 Modal………36

2.4 Sistem Kerja Penambangan………38

2.5 Fungsi Kayu Arang………..42

BAB III Kehidupan Masyarakat Penambang Kayu Arang di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintongnihuta 1992-2002……….43

3.1 Kehidupan Ekonomi………43

3.2 Kehidupan Sosial……….46

3.3 Tingkat Pendidikan Anak Anak Penambang Kayu Arang………..51

3.4 Tingkat Pendapatan Masyarakat Nagasaribu………...56

BAB IV Pemasaran Kayu Arang Desa Nagasaribu Kecamatan Lintongnihuta 1992-2002……….60

4.1 Luar Daerah……….60

4.2 Dalam Daerah………..64

BAB V Kesimpulan dan Saran...66

5.1 Kesimpulan...66

5.2 Saran...68 Daftar Pustaka

Daftar Informan Lampiran Foto