LAPORAN AKHIR CPM 2015

LAPORAN AKHIR
CADANGAN PANGAN MASYARAKAT
TAHUN

5

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN
BADAN KETAHANAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
5

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................................

i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv

I.

PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 3
C. Sasaran ....................................................................................................... 3
D. Keluaran ...................................................................................................... 4

II. PELAKSANAAN KEGIATAN .................................................................... 5
A. Penyusunan Pedoman Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat .............. 6
B. Sosialisasi Cadangan Pangan ........................................................................ 6
C. Kajian Direktori Klasifikasi Tingkat Kemandirian Lumbung Pangan
Masyarakat ................................................................................................ 9
D. Pemantauan Lumbung Pangan ..................................................................... 14
E. Pembinaan Lumbung Pangan ........................................................................ 17
F. Koordinasi dan Sinkronisasi ........................................................................... 18
G. Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan
Masyarakat ................................................................................................ 18
III. PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH .............................. 28
A. Permasalahan ............................................................................................. 28

B. Upaya Pemecahan Masalah .......................................................................... 29
IV. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 31
A. Kesimpulan ................................................................................................. 31
B. Saran........................................................................................................... 32

ii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1

Sebaran LPM atas tingkat keberhasilan .........................................

10

Tabel 2

Sebaran LPM atas tingkat keberhasilan berdasarkan provinsi .........


11

Tabel 3

Alokasi Dana Bansos Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2015 .....

15

Tabel 4

Realisasi Pencairan Dana Bansos Pengembangan Cadangan Pangan
Masyarakat Tahun 2015 .........................................................

19

Tabel 5

Provinsi yang tidak merealisasikan bansos penuh ..........................

21


Tabel 6

Data Perkembangan Cadangan Pangan Masyarakat Tahun 2015 ....

22

Tabel 7

Kondisi Stock Gabah di Lumbung Masyarakat Tahun 2015 .............

23

Tabel 8

Kondisi Stock Beras di Lumbung Masyarakat Tahun 2015 ...............

25

iii


DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Pengadaan, Penyaluran dan Iron Stock Beras posisi Bulan September
2015 .................................................................................................. 26

iv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rekapitulasi realisasi Data Lumbung Pangan masyarakat Tahap
Pengembangan .............................................................................. 34
Lampiran 2 Rekapitulasi realisasi Data Lumbung Pangan masyarakat Tahap
Kemandirian ................................................................................. 35

v

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015

A. Latar Belakang
Dalam UU Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan menegaskan bahwa
dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan

pangan, pemerintah menetapkan cadangan pangan nasional. Cadangan
pangan nasional tersebut terdiri atas cadangan pangan pemerintah;
cadangan pangan pemerintah daerah; dan cadangan pangan masyarakat,
dimana cadangan pangan pemerintah daerah tersebut terdiri dari 1)
cadangan pangan pemerintah desa; 2) cadangan pangan pemerintah
kabupaten/kota; dan 3) cadangan pangan pemerintah provinsi.
Dalam rangka mewujudkan cadangan pangan nasional maka perlu
dilakukan inventarisasi jenis dan jumlah kebutuhan cadangan pangan,
memperkirakan kondisi kekurangan pangan dan keadaaan darurat, sehingga
penyelenggaraan dan pengelolaan cadangan pangan dapat berhasil dengan
baik.

Cadangan

pangan

pemerintah

dilakukan


untuk

menanggulangi

kekurangan pangan, gejolak harga pangan, bencana alam, bencana sosial
dan menghadapi keadaan darurat. Sedangkan tugas masyarakat adalah
menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi
serta berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang
cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat,

untuk

dapat

hidup

sehat,


aktif,

dan

produktif

secara

berkelanjutan.
Pengembangan lumbung pangan masyarakat dimaksudkan untuk
mendekatkan akses pangan anggotanya. Lumbung dipandang sebagai model
perangkat ketahanan pangan masyarakat desa yang cukup efektif.

Akan

tetapi seiring dengan masuknya model-model kelembagaan lain sistem
lumbung sebagai pusat cadangan pangan, terutama di kawasan pedesaan,
1

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015

kini semakin sulit ditemukan. Sisa kearifan pengelolaan pangan itu terkikis
oleh perubahan tuntutan hidup, dimana kepraktisan menjadi salah satu dasar
perhitungan. Pemerintah baik pusat maupun daerah kembali mengaktifkan
lumbung pangan di masyarakat dengan upaya pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan melalui peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dalam
pengelolaan lumbung pangan, optimalisasi sumberdaya yang tersedia dan
penguatan kapasitas kelembagaannya. Dengan pemberdayaan tersebut
diharapkan dapat dikembangkan lumbung pangan masyarakat secara
mandiri dan berkelanjutan serta dapat berperan secara optimal dalam
penyediaan pangan.
Pengembangan lumbung pangan masyarakat bertujuan untuk: (a)
meningkatkan volume stok cadangan pangan untuk kebutuhan masyarakat
karena produksi tidak merata sepanjang tahun; (b) menjamin akses dan
kecukupan pangan bagi penduduk miskin dan rawan pangan yang
memerlukan perlindungan kecukupan pangan dan (3) sebagai bantuan
pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat kondisi darurat.
Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pertanian telah dibangun
lumbung masyarakat sebanyak 1.772 (seribu tujuh ratus tujuh puluh dua)
unit lumbung yaitu pada tahun 2013 sebanyak 836 (delapan ratus tiga puluh
enam) unit dan tahun 2014 sebanyak 866 (delapan ratus enam puluh enam)

unit, mengingat keterbatasan dan anggaran maka pada tahun 2015 baru
1.724 (seribu tujuh ratus dua puluh empat) kelompok yang mendapatkan
fasilitasi Belanja Bantuan Sosial yaitu 1.630 (seribu enam ratus tiga puluh)
kelompok untuk pengisian cadangan pangan (tahap pengembangan) dan 94
(sembilan puluh empat) kelompok mendapatkan fasilitasi penguatan
kelembagaan kelompok (tahap kemandirian).
Pada

tahun

2015,

kegiatan

Pengembangan

Lumbung

Pangan


Masyarakat melalui dana dekonsentrasi mencakup tahap pengembangan dan
tahap kemandirian, sedangkan tahap penumbuhan melalui Dana Alokasi
Khusus (DAK) Bidang Pertanian. Tahap penumbuhan melalui DAK tahun
2015 tidak dilakukan, hal ini disebabkan DAK tahun 2015 difokuskan untuk

2

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
pembangunan fisik gudang cadangan pangan pemerintah kabupaten dan
fasilitasi pembelian RMU dan lantai jemur pada lumbung yang dibangun
melalui DAK tahun sebelumnya yang belum mempunyai lantai jemur.
Dalam laporan akhir tahun ini akan dirangkum seluruh rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan pada periode bulan Januari sampai dengan
Desember 2015.

B. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan akhir tahun Pelaksanaan Pemantauan/
pengumpulan Data Cadangan Pangan Masyarakat adalah untuk melaporkan
seluruh rangkaian kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat
yang telah dilaksanakan selama 1 (satu) tahun periode bulan Januari sampai
dengan bulan Desember yang terdiri dari:
1. Penyusunan Pedoman Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
2. Pertemuan Sosialisasi Cadangan Pangan
3. Pemantauan kegiatan pengembangan lumbung pangan masyarakat
4. Pembinaan kegiatan pengembangan lumbung pangan masyarakat
5. Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pengembangan lumbung pangan
masyarakat
6. Kajian Direktori Klasifikasi Tingkat Kemandirian Lumbung Pangan
Masyarakat
7. Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan
Masyarakat

C. Sasaran
Sasaran

dari

pelaksanaan

kegiatan

Pemantauan/pengumpulan

data

cadangan pangan masyarakat di Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan tahun
2015 adalah sosialisasi, pembinaan, pemantauan, koordinasi dan sinkronisasi
dan Kajian Direktori Klasifikasi Tingkat Kemandirian Lumbung Pangan

3

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Masyarakat di 32 provinsi pelaksanaan kegiatan pengembangan cadangan
pangan masyarakat tahun 2015.

D. Keluaran
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
1. Pedoman Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
2. Terlaksananya Pertemuan Sosialisasi Cadangan Pangan
3. Terlaksananya pemantauan kegiatan pengembangan lumbung pangan
masyarakat
4. Terlaksananya pembinaan kegiatan pengembangan lumbung pangan
masyarakat
5. Terlaksananya koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pengembangan
lumbung pangan masyarakat
6. Terlaksananya Kajian Direktori Klasifikasi Tingkat Kemandirian Lumbung
Pangan Masyarakat
7. Tersedianya data perkembangan pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
Cadangan Pangan Masyarakat

4

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat
pada tahun 2015 yang di biayai melalui dana dekonsentrasi dilaksanakan dalam
2 (dua) tahapan yaitu tahap pengembangan, dan tahap kemandirian. Tahap
pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan pengisian
cadangan pangan melalui dana Bansos, sedangkan tahap kemandirian
mencakup penguatan modal untuk pengembangan usaha kelompok melalui
dana Bansos.
Tahap Pengembangan dilaksanakan di 31 provinsi yang dialokasikan
dana Bantuan Sosial sebesar Rp. 20 juta kepada kelompok lumbung pangan
yang telah mendapatkan bantuan pembangunan fisik lumbung melalui DAK
Tahun 2013 dan DAK Tahun 2014 sebanyak 1.630 kelompok. Dana Bansos
tersebut dipergunakan untuk pengisian cadangan pangan. Sedangkan Tahap
Kemandirian dilaksanakan di 13 provinsi dialoksikan dana Bansos sebesar Rp.
20 juta kepada 94 kelompok dipergunakan untuk penguatan usaha kelompok.
Kelompok lumbung pangan yang masuk tahap kemandirian adalah kelompok
yang telah mendapatkan dana Bansos untuk pengisian cadangan pangan pada
tahun 2014 dan telah terseleksi serta dinyatakan layak masuk tahap
kemandirian.
Kegiatan yang telah dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan bulan
Desember terdiri dari kegiatan Penyusunan Pedoman Pengembangan Lumbung
Pangan Masyarakat, Pertemuan Sosialisasi Cadangan Pangan, Pemantauan,
Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi dalam kegiatan pengembangan
lumbung pangan dan Kajian Direktori Klasifikasi Tingkat Kemandirian Lumbung
Pangan Masyarakat.

5

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
A. Penyusunan Pedoman Pengembangan Lumbung Pangan
Masyarakat
Penyusunan

Pedoman

Umum

Pengembangan

Lumbung

Pangan

Masyarakat bertujuan untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2015 bagi seluruh
aparat penanggungjawab pelaksana kegiatan ini mulai dari pusat, provinsi,
kabupaten/kota,

pendamping

dan

kelompok

pelaksana

baik

tahap

pengembangan maupun tahap kemandirian di 32 provinsi, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan sampai tahap pemantauan dan evaluasi serta
pelaporan.

B. Sosialisasi Cadangan Pangan
Pertemuan Sosialisasi Cadangan Pangan Tahun 2015 dilaksanakan pada
tanggal 16 Maret 2015 di Kantor Badan Ketahanan Pangan, Jakarta.
Pertemuan dihadiri oleh eselon III atau IV penanggung jawab kegiatan
pengembangan

lumbung

pangan

pada

badan/kantor/instansi

yang

menangani ketahanan pangan provinsi dan kabupaten dan peserta pusat dari
Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian. Total peserta yang hadir
sebanyak 150 orang peserta dari propinsi dan kabupaten serta peserta dari
Badan Ketahanan Pangan.
Tujuan

Sosialisasi

Cadangan

Pangan

Tahun

2015

adalah

1)

Menyamakan persepsi antara Pusat dan Daerah dalam memantapkan
persiapan

pelaksanaan

kegiatan

cadangan

pangan

masyarakat;

2)

Mensinkronkan dan mengkoordinasikan langkah-langkah persiapan yang
akan dilakukan oleh Provinsi.
Beberapa aspek yang disampaikan ke peserta pertemuan mencakup:
Strategi dan Kebijakan Cadangan Pangan, Evaluasi Kegiatan Bansos
Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat, Titik Kritis Pelaksanaan
Pengembangan Lumbung Pangan, Mekanisme Pelaksanaan Hibah Lumbung
Pangan dari Pemerintah Daerah ke Kelompok Lumbung Pangan, penjelasan
pengisian kuisioner terkait dengan Kegiatan Direktori Klasifikasi Kemandirian
6

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Pangan dan Pedoman Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun
2015.
Memperhatikan arahan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan paparan dari
Narasumber serta hasil diskusi dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan Permentan nomor 129 tahun 2013 tentang
Pengelolalaan

Belanja

Bantuan

Sosial

Kementerian

Pedoman
Pertaniann

Pemanfaatan dana Bansos Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
merupakan kegiatan produktif pada tahun berjalan sehingga harus
dipergunakan pada tahun pencairan tidak diperbolehkan penggunaannya
pada tahun berikutnya.
2. Identifikasi CP/CL kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
dapat dilakukan pada T-1, sehingga dapat mempercepat proses
pencairan dana bansos.
3. Revisi Rencana Usaha Kelompok (RUK) diperbolehkan bila sesuai dengan
ketentuan pada Pedoman Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
dan dilaksanakan sebelum pencairan dana bansos.
4. Badan/Dinas/Unit yang menangani Ketahanan Pangan Provinsi perlu
melakukan akselerasi dalam pelaksanaan sosialisasi, identifikasi, verifikasi
dan penetapan kelompok lumbung pangan sehingga pencairan Bansos
sedapat mungkin paling lambat akhir bulan November 2015 dan
pemanfaatannya oleh kelompok dapat dilaksanakan segera paling lambat
bulan Desember 2015.
5. Dalam pelaksanaan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun
2015 Badan/Dinas/unit yang menangani ketahanan pangan provinsi perlu
memperhatikan 7 (tujuh) tahap titik kritis yaitu
a. Sosialisasi yang

dilakukan

oleh

Tim

Pengarah/Pembina

di

Pusat/Provinsi dan Tim Teknis di Kabupaten/Kota;
b. Persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok sasaran dan calon
lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis di Kabupaten/Kota;
c. Transfer/penyaluran dana bantuan sosial ke rekening kelompok;
7

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
d. Pencairan dana bantuan sosial yang dilakukan oleh kelompok;
e. Kebenaran serta ketepatan pemanfaatan dana bantuan sosial yang
dilakukan oleh kelompok;
f. Pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh kelompok;
g. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pertanggungjawaban output,

outcome, benefit dan impact.
6. Tanah untuk lokasi pembangunan lumbung pangan harus mempunyai
ikatan legal antara pemberi hibah tanah dengan kelompok, untuk
menghindari terjadinya permasalahan di kelompok pada kemudian hari.
7. Berdasarkan PP No. 2 Tahun 2012 tentang hibah pada pasal 8 huruf d
penerima hibah adalah lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang
berbadan hukum Indonesia. Untuk itu SKPD kabupaten mendorong
kelompok

lumbung

pangan

masyarakat

untuk

berbadan

hukum.

Kemudian dilakukan registrasi dan penetapan kelompok lumbung pangan
masyarakat melalui Surat Keputusan Bupati.
8. Mekanisme hibah lumbung pangan kepada kelompok melalui beberapa
tahapan













SKPD mengajukan permohonan hibah kepada Sekretaris Daerah
Sekretaris Daerah membentuk Tim verifikasi dan pengkajian
Tim melakukan penilaian terhadap kelompok mulai dari status badan
hukum kelompok dan status kepemilikan lahan
Tim melaporkan hasil penilaian kepada Setda
Setda membuat surat usulan kepada Bupati tentang penghibahan
asset daerah
Persetujuan Bupati/walikota untuk penghibahan asset daerah
Surat

Keputusan

Bupati/walikota

tentang

penetapan

kelompok

penerima hibah
Sekretaris Daerah membuat Berita Acara Serah Terima Hibah.

8

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
C. Kajian Direktori Lumbung Pangan Pangan Masyarakat Tahap
Kemandirian
Kegiatan Kajian Direktori Lumbung Pangan Pangan Masyarakat
Tahap Kemandirian yang bertujuan untuk menyusun indikator-indikator
klasifikasi

kriteria

tingkat

kemandirian

Kelompok

Lumbung

Pangan

Masyarakat, melakukan penilaian dan pengelompokan Kelompok Lumbung
Pangan Masyarakat tahap pasca kemandirian sesuai dengan kriteria
kemandirian dan menyusun exit strategy Lumbung Pangan Masyarakat
(LPM). Keberhasilan yang dicapai oleh masing-masing kelompok pada tahap
kemandirian sangat tergantung kondisi internal kelompok dan faktor
eksternal

kelompok

yang

dapat

mendukung,

seperti

peningkatan

kemampuan manajerial lumbung, serta pembinaan dan dukungan dari
instansi terkait di masing-masing daerah.
Adapun aspek yang dinilai dibagi dalam 3 kategori yaitu: (1) Aspek
kelembagaan kelompok mencakup administrasi umum, pelaksanaan rapat,
pelaksnaan manajemen kelompok sehari-hari; (2) Aspek permodalan dan
usaha

mencakup

keuangan

kelompok,

sumber,

pengelolaannya,

pengembangan usaha kelompok, dan pengembangan jejaring usaha; serta
(3) Aspek kemanfaatan sosial lumbung bagi anggota dan masyarakat
sekitar.
Penilaian dilakukan dengan pembobotan masing-masing variabel,
setiap variabel dibagi dalam beberapa indikator. Masing-masing indikator
dibagi dalam pilihan jawaban yang terdiri atas 2 sampai 4 pilihan. Total hasil
penilaian keberhasilan LPM dibagi dalam 3 kriteria hasil yaitu “Kurang
berhasil”, “berhasil” dan “Sangat Berhasil”.
Pada bagian metode dijelaskan bahwa tingkat keberhasilan dibagi
atas 3 peringkat, yakni “kurang berhasil”, “berhasil, dan “sangat berhasil”.
Kategori dibagi atas selang yang sama lebar antara nilai minimum 100
sampai dengan nilai maksimum 336. Tingkat kemandirian dibagi atas
“Kurang berhasil” untuk perolehan 100 - 178,7, lalu kategori “berhasil”
untuk perolehan nilai 178,7 – 257,4, dan kategori “Sangat Berhasil” untuk
9

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
nilai 257,4 – 336.
Dari hasil kajian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa
kelompok yang masuk dalam kategori sangat berhasil hanya 39 unit LPM
atau hanya 3,8 persen, kategori berhasil sebesar 613 kelompok (60,5
persen) dan kategori kurang berhasil sebesar 362 kelompok (35,7 persen)
seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1 Sebaran LPM atas tingkat keberhasilan

Tahun Kurang berhasil Berhasil Sangat berhasil Total
2012

2013

2014

Total

145

180

14

339

42,8%

53,1%

4,1%

100,0%

161

283

23

467

34,5%

60,6%

4,9%

100,0%

56

150

2

208

26,9%

72,1%

1,0%

100,0%

362

613

39

1014

35,7%

60,5%

3,8%

100,0%

Dari 28 provinsi sampel hanya 11 provinsi yang memperoleh nilai yang
masuk kategori sangat berhasil yaitu Provinsi Aceh, Bali, Bengkulu, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Sulawese Selatan, Sulawesi Tengah dan Sumatera Selatan,
sedangkan propinsi Maluku, dari 3 unit LPM sebagai sampel, ketiganya
tergolong “kurang berhasil”.
Secara lebih detail per propinsi menunjukkan bahwa hanya provinsi
Bengkulu yang memiliki LPM yang proporsinya mencapai kelas “sangat
berhasil” paling menonjol, yaitu 31,8 persen. Artinya, 1 dari 3 LPM di
wilayah ini tergolong paling berhasil. Ada 22 LPM yang menjadi responden
di Bengkulu, dan 7 unit LPM di antaranya tergolong “sangat berhasil”, lalu 5
pada kategori “berhasil”, dan sisanya lagi sebanyak 10 unit “kurang
berhasil”.
10

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Tabel 2. Sebaran LPM atas tingkat keberhasilan berdasarkan provinsi

Provinsi

Kurang berhasil

Berhasil

Sangat
berhasil

Total

unit

%

unit

%

unit

%

unit

%

Aceh

26

72,22%

9

25,00%

1

2,78%

36

100,00%

Babel

4

80,00%

1

20,00%

0,00%

5

100,00%

Bali

6

37,50%

8

50,00%

12,50%

16

100,00%

Banten

10

55,56%

8

44,44%

0,00%

18

100,00%

Bengkulu

10

45,45%

5

22,73%

31,82%

22

100,00%

DIY

5

41,67%

7

58,33%

0,00%

12

100,00%

Gorontalo

11

55,00%

9

45,00%

0,00%

20

100,00%

Jabar

9

25,00%

27

75,00%

0,00%

36

100,00%

Jambi

10

40,00%

15

60,00%

0,00%

25

100,00%

Jateng

15

15,96%

70

74,47%

9

9,57%

94

100,00%

Jatim

35

25,55%

101

73,72%

1

0,73%

137

100,00%

Kalbar

19

59,38%

13

40,63%

0,00%

32

100,00%

Kalsel

21

55,26%

17

44,74%

0,00%

38

100,00%

Kalteng

24

92,31%

2

7,69%

0,00%

26

100,00%

Lampung

6

9,38%

53

82,81%

7,81%

64

100,00%

Maluku

3

100,00%

0,00%

3

100,00%

NTB

13

38,24%

20

58,82%

1

2,94%

34

100,00%

NTT

23

32,39%

45

63,38%

3

4,23%

71

100,00%

Papua

5

83,33%

1

16,67%

0,00%

6

100,00%

Papua Barat

4

80,00%

1

20,00%

0,00%

5

100,00%

Riau

1

33,33%

2

66,67%

0,00%

3

100,00%

Sulsel

27

54,00%

20

40,00%

3

6,00%

50

100,00%

Sulteng

13

29,55%

29

65,91%

2

4,55%

44

100,00%

Sultra

12

52,17%

11

47,83%

0,00%

23

100,00%

Sulut

13

37,14%

22

62,86%

0,00%

35

100,00%

Sumbar

17

47,22%

19

52,78%

0,00%

36

100,00%

Sumsel

12

15,19%

62

78,48%

6,33%

79

100,00%

Sumut

8

18,18%

36

81,82%

0,00%

44

100,00%

362

35,70%

613

60,45%

Grand Total

2

7

5

0,00%

5

39

3,85%

1014 100,00%

11

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Selain Bengkulu, hanya provinsi Bali yang proporsi LPM nya masuk
kategori “sangat berhasil” cukup menonjol. Ada 2 unit LPM di provinsi Bali
yang tergolong “sangat berhasil” dari 16 sampel responden LPM d provinsi
ini.
Secara keseluruhan, sebaran tingkat keberhasilan sebagaimana
disampaikan di atas menunjukkan derajat pencapaian yang kurang
menggembirakan. Ada banyak penyebab terhadap kondisi ini. Salah satu
penyebabnya adalah karena LPM berkerja dalam ranah yang campuran
antara bisnis dengan sosial. Dalam hal kemanfaatan sosial misalnya, kondisi
masyarakat setempat menjadi penentu performa LPM. Jika masyarakat
setempat kurang membutuhkan, maka penggunaan gabah atau beras
untuk membantu rumah-rumah tangga yang sedang mengalami puso atau
musibah lain tentu tidak dapat diwujudkan.
Sementara dalam hal pembinaan, sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor: 17/Permetan/Hk.140/4/2015 Tentang
Pedoman Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2015,
Pembinaan kelompok dimaksudkan untuk membantu kelompok agar mau
dan mampu menolong dan mengorganisasikan kelompoknya dalam
mengakses teknologi, permodalan, pasar dan sumberdaya lainnya sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya anggotanya. Pembinaan kelompok perlu dilakukan secara
berkesinambungan,

diarahkan

pada

perubahan

pola

pikir

dalam

pengelolaan cadangan pangan, sehingga mampu menyusun rencana
kegiatan untuk pengembangan dan keberlanjutan cadangan pangan,
mampu memperkirakan kebutuhan penyediaan cadangan pangan bagi
kelompok, serta dapat berupaya untuk mengatasi kekurangan pangan.
Pembinaan

kelembagaan

kelompok

lumbung

menumbuh

kembangkan

kemampuan

juga

kelompok

diarahkan

dalam

untuk

menjalankan

fungsinya, serta meningkatkan kapasitas kelompok melalui pengembangan
kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan.

12

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Pembinaan kelompok lumbung pangan dilakukan secara berjenjang
oleh penyuluh pertanian, aparat kabupaten, aparat provinsi sampai tingkat
pusat. Pembinaan dilaksanakan mulai dari tahap identifikasi, verifikasi,
pencairan bansos sampai pemanfaatan dan pengelolaaan cadangan pangan
oleh kelompok.
Adapun hasil Kajian Direktori Klasifikasi Tingkat Kemandirian
Lumbung Pangan Masyarakat dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Jumlah LPM yang tergolong “berhasil” masih sangat terbatas, yakni
hanya 3,8 persen. Namun secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa
kegiatan LPM dapat digolongkan cukup berhasil, dimana jumlah
akumulasi yang tergolong “berhasil” dan “sangat berhasil” lebih dari 64,3
persen.
2. Keberhasilan pencapaian kinerja lebih berhasil pada aspek kelembagaan,
lalu diikuti aspek permodalan dan usaha, sedangkan yang paling rendah
pada aspek kemanfaatan sosial. Salah satu penyebabnya adalah karena
kegiatan LPM merupakan usaha yang bersifat sosial atau semi bisnis.
Kemanfaatan sosial sangat bergantung kepada kondisi anggota dan
masyarakat setempat.
3. Ditemukan kecenderungan bahwa LPM dengan tahun lebih muda
memilki kinerja lebih baik. Dengan kata lain, fungsi waktu memiliki
pengaruh terbalik dengan kinerja LPM. Hal ini diindikasikan karena
kegiatan LPM cenderung baik di tahun-tahun awal pembinaan, namun
lalu menurun setelah pembinaan dikurangi.
4. Peran LPM tampaknya lebih kuat pada daerah yang bukan sentra
produsen padi, dimana kondisi ketahanan pangan rumah tangga
tergolong rendah. Dampak positif kegiatan program LPM lebih terasa di
wilayah yang non sentra seperti ini, dimana rumah tangga sering
kekurangan pangan pokok untuk kebutuhan sehari-hari di rumah.
Dengan kata lain, di wilayah non sentra peran LPM lebih kepada
“ketahanan pangan rumah tangga konsumen”. Status petani yang lemah
misalnya sebagai buruh tani atau petani sempit akan lebih membutuhkan
13

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
kehadiran LPM.
Beberapa langkah Exit Strategy ke depan yang dapat dijalankan
berdasarkan temuan dari studi ini adalah: (1) melakukan pergantian
(refresh) pengurus dan

memperbanyak dari kalangan perempuan, (2)

Penguatan internal pressure, (3) Perluasan peran LPM (multi purpose) ke
arah yang semi bisnis, (4) Pemanfaatan Dana Desa untuk penguatan
permodalan Lumbung, dan (5) Penyatuan lembaga-lembaga permodalan
pedesaan bersama-sama LPM.

D. Pemantauan Lumbung Pangan Bansos

Kegiatan

pemantauan

lumbung

pangan

pada

tahun

2015

dimaksudkan untuk memantau kondisi perkembangan cadangan pangan
dan pengelolaan lumbung pangan ditingkat kelompok lumbung pangan yang
telah mendapat bantuan sosial (bansos). Lumbung pangan masyarakat yang
dipantau meliputi lumbung pangan yang memasuki tahap pengembangan
dan kemandirian. Pada tahap pengembangan, kegiatan utamanya berupa
mencakup pengadaan bahan pangan untuk pengisian lumbung dan
pengembangan kapasitas kelompok. Selanjutnya Tahap kemandirian,
mencakup penguatan kelembagaan kelompok dan pemantapan cadangan
pangan serta kelembagaan cadangan pangan masyarakat.
Tiap-tiap kelompok lumbung akan mendapatkan bantuan sosial
sebesar 20 juta pada tahap pengembangan wajib untuk mengalokasi dana
tersebut untuk pengisian dan pada tahap kemandirian diarahkan untuk
pengembangan modal. Sehubungan dengan pemanfaatan dana tersebut
maka perlu dilakukan pemantauan ditingkat bawah. Hal ini dimaksudkan
agar diketahui sejauh mana dana tersebut sebagai penyediaan stock
cadangan pangan telah dimanfaatkan dan sejauh mana perkembangan
modal tersebut dapat dihasilkan. Disamping itu kegiatan pemantauan ini
juga guna mewujudkan sistem kendali dan kontrol yang baik ditingkat
pengelola lumbung pangan.

14

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Kelompok sasaran penerima dana bansos tahun 2015 yang telah
memasuki tahap pengembangan adalah sebanyak 1630 unit lumbung dan
tahap kemandirian adalah sebanyak 94 unit lumbung. Daftar alokasi dana
bansos lumbung pangan tahun 2015 yang masuk tahap pengembangan dan
tahap kemandirian dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Alokasi Dana Bantuan Sosial Untuk Kegiatan Pengembangan
Lumbung Pangan Tahun 2015.
Jumlah Kelompok
No

Provinsi

1 DKI Jakarta
2 Banten
3 Jawa Barat
4 Jawa Tengah
5 DIY
6 Jawa Timur
7 Aceh
8 Sumatera Utara
9 Sumatera Barat
10 Riau
11 Jambi
12 Sumatera Selatan
13 Bengkulu
14 Lampung
15 Bangka Belitung
16 Kepulauan Riau
17 Kalimantan Barat
18 Kalimantan Tengah
19 Kalimantan Selatan
20 Kalimantan Timur
21 Sulawesi Utara
22 Sulawei Tengah
23 Sulawesi Selatan
24 Sulawesi Tenggara
25 Gorontalo
26 Sulawesi Barat
27 Bali
28 N T B
29 N T T
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
34 Kalimantan Utara
Total

Pengembangan Kemandirian

0
27
113
252
20
276
26
27
49
0
25
108
12
118
5
2
46
25
45
2
30
52
59
40
24
0
34
100
70
13
7
11
9
3
1.630

Dana Bansos ( Rp. Jt)
Jumlah Pengembangan Kemandirian
-

0
0
0
0
0
5
1
13
17
5
0
0
0
21
4
0
2
0
0
0
1
16
0
0
0
0
0
0
0
0
5
3
1
0

-

-

27

540

-

540

113

2.260

-

2.260

-

5.040

252
-

5.040
-

-

-

281

5.520

100

5.620

27

520

20

540

40

540

260

800

66

980

340

1.320

5

-

100

100

25

500

-

500

108

2.160

-

2.160

12

240

-

240

139

2.360

420

2.780

9
-

100
-

48

94

-

Jumlah

80
-

920

180
-

40

960

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

31

600

20

620

68

1.040

320

1.360

59

1.180

-

1.180

40

800

-

800

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

100

2.000

-

2.000

70

1.400

-

1.400

13

260

-

260

12

140

100

240

14

220

60

280

10

180

20

200

3

60

-

60

1.724

29.560

1.880

31.440

15

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan lumbung
pangan maka dilakukan pemantauan kegiatan lumbung pangan terutama
terhadap pemanfaatan dana bansos, dan pelaporan perkembangannya.
Hasil pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan lumbung pangan
dan permasalahan yang ditemui dilapangan dapat disampaikan sebagai
berikut:


Kelompok lumbung yang telah mendapatkan dana bansos sebesar Rp.
20 juta untuk pengisian cadangan pangan pada tahun 2015 telah
melakukan pengadaan bahan pangan terutama gabah/beras untuk







pengisian.
Bangunan lumbung sudah dilengkapi dengan balok penyangga untuk
gabah/beras.
Sebagian besar bangunan lumbung sudah dilengkapi dengan lantai
jemur sedang sebagian yang lain belum memiliki lantai jemur.
Keseluruhan Kelompok telah menyusun struktur organisasinya.
Pembukuan yang dilakukan sebagian kelompok masih kurang lengkap,
sebagian buku sudah disiapkan seperti buku tamu, tetapi untuk
administrasi keuangan kelompok sudah dilakukan pencatatan namun




masih belum tertib dan rapi.
Sebagian besar kelompok telah menyusun AD/ART namun masih ada
beberapa kelompok yang belum menyusun AD/ART
Keterlibatan/partisipasi

anggota

masih

kurang

maksimal

dalam

beberapa kegiatan masih mengandalkan komitmen pengurus inti.

Untuk itu diperlukan pembinaan yang lebih intensif oleh aparat kabupaten
maupun provinsi agar pelaksanaan kegiatan Pengembangan Lumbung
Pangan Masyarakat dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
meskipun

hal

ini

masih

terkendala

dengan

keterbatasan

anggaran

pembinaan yang ada. Diharapkan kegiatan ini mendapatkan dukungan dana
APBD baik provinsi maupun kabupaten dalam pelaksaan pembinaan ke
kelompok.

16

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
E. Pembinaan Lumbung Pangan
Pada tahun 2015, kegiatan pembinaan pengembangan kelembagaan
cadangan pangan masyarakat hanya mencakup tahap pengembangan dan
tahap kemandirian. Tujuan pembinaan lumbung pangan tahun 2015 adalah:
1. Melakukan

pembinaan

terhadap

aparat

provinsi

dan

aparat

kabupaten/kota didaerah sasaran kegiatan lumbung pangan.
2. Melakukan

pembinaan

melalui

pelatihan

kegiatan

pengembangan

lumbung pangan kepada petugas yang menangani lumbung pangan di
provinsi.
Kegiatan pembinaan lumbung pangan dilakukan diprovinsi yang
tersebar di wilayah Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Pemilihan provinsi
tersebut didasarklan pada kebutuhan dan prioritas pembinaan yang mesti
dilakukan.
Adapun kegiatan pembinaan yang dilakukan meliputi beberapa hal
sebagai berikut :
1. Memberikan arahan kepada aparat provinsi dan kabupaten serta
kelompok dalam rangka pelaksanaan kegiataan identifikasi, verifikasi
maupun pelatihan terhadap kelompok yang akan menerima dana
bansos.
2. Memberikan arahan kepada aparat pemerintah daerah agar secara
berkala melakukan pembinaan terhadap kelompok lumbung pangan
dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
b. Penggunaan dana bansos oleh kelompok harus sesuai dengan RUK
yang disusun oleh kelompok tersebut.
c.

Pada

lumbung

harus

tersedia

iron

stock

sehingga

tujuan

pengembangan cadangan pangan untuk menjamin akses dan
kecukupan pangan bagi anggotanya secara berkelanjutan dapat
tercapai.
d. Kelompok diminta untuk melakukan pencatatan secara rutin dan
teratur baik administrasi keuangan maupun arus keluar masuknya
gabah/beras di kelompok.

17

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
e. Dana bansos yang belum dicairkan tidak boleh disimpan di rekening
pribadi pengurus kelompok tetapi harus tetap berada di rekening
kelompok dan harus segera dicairkan untuk pengisian cadangan
pangan kelompok.
f.

Kelompok harus melakukan pelaporan secara berkala tentang
perkembangan kondisi cadangan pangan di lumbung setiap bulannya
ke kabupaten dan kabupaten melaporkan per triwulan ke provinsi,
selanjutnya provinsi melaporkan ke Pusat Distribusi dan Cadangan
Pangan.

F. Koordinasi dan Sinkronisasi
Kegiatan

koordinasi

dan

sinkronisasi

dilakukan

dalam

rangka

menghadiri pertemuan yang terkait pengembangan dan pelaksanaan
cadangan pangan baik di tingkat pusat maupun daerah.

Tujuan dari

kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi adalah untuk mensinkronkan kegiatan
Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat di pusat dan daerah
terutama tentang pengelolaan cadangan pangan masyarakat. Hasil yang
diharapkan adalah tersedianya data yang lengkap tentang cadangan
pangan masyarakat dan terjalinnya kerjasama yang baik antara aparat
provinsi dan kabupaten dengan aparat pusat.
G. Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan
Pangan Masyarakat

1. Perkembangan Pencairan
Alokasi anggaran untuk kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan
Masyarakat sebesar Rp. 31,44 milyar untuk 1.724 kelompok lumbung
pangan masyarakat yang terdiri dari tahap pengembangan sebesar 29,56
milyar (1.630 kelompok) dan tahap kemandirian sebesar 1,88 milyar (94
kelompok). Realisasi dana Bansos di masing-masing provinsi sampai
dengan tanggal 31 Desember 2015, dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

18

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Tabel 4.

Realisasi Pencairan Dana Bansos Pengembangan Cadangan

Pangan Tahun 2015
Posisi : 31 Desember 2015
Target
No

Provinsi

1 DKI Jakarta
2 Banten
3 Jawa Barat
4 Jawa Tengah
5 DIY
6 Jawa Timur
7 Aceh
8 Sumatera Utara
9 Sumatera Barat
10 Riau
11 Jambi
12 Sumatera Selatan
13 Bengkulu
14 Lampung
15 Bangka Belitung
16 Kepulauan Riau
17 Kalimantan Barat
18 Kalimantan Tengah
19 Kalimantan Selatan
20 Kalimantan Timur
21 Sulawesi Utara
22 Sulawei Tengah
23 Sulawesi Selatan
24 Sulawesi Tenggara
25 Gorontalo
26 Sulawesi Barat
27 Bali
28 N T B
29 N T T
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
34 Kalimantan Utara
Total

Realisasi

Pengembangan Kemandirian Jumlah Pengembangan Kemandirian Jumlah
-

-

27
113
252
20
276
26
27
49
0
25
108
12
118
5
2
46
25
45
2
30
52
59
40
24

0
0
0
0
5
1
13
17
5
0
0
0
21
4
0
2
0
0
0
1
16
0
0
0

-

-

34
100
70
13
7
11
9
3

0
0
0
0
5
3
1
0

1.630

27
113
252
20
281
27
40
66

-

26
113
252
20
253
27
27
49

5
25
108
12
139
9
2
48
25
45
2
31
68
59
40
24
34
100
70
13
12
14
10
3
94

1.724

19
98
12
117
5
2
46
25
42
2
31
47
59
40
24
-

0

26

96,30

0

113

100

0

252

100

0

20

100

5
0
13
16
5

258

91,81

27

100

40

100

21
4
2

0
15

1.584

-

65

98

5

100

19

76

98

90,74

12

100

138

99,28

9

100

2

100

48

100

25

100

42

93,33

2

100

31

100

62

91,18

59

100

40

100

24
34

0
-

34
100
70
13
7
11
10
3

%

5
3
0
0
89

100
100

100

100

70

100

13

100

12

100

14

100

10

100

3

100

1.673

97,04

Sampai dengan akhir Desember 2015, dana bansos kegiatan
Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat sebesar Rp. 31,44 milyar
telah terealisasi keseluruhan (97,04%) kepada 1.673 kelompok lumbung
pangan, yang terdiri dari Tahap Pengembangan sebesar Rp 31,68 milyar
(1.584 kelompok) dan Tahap Kemandirian Rp. 1,78 milyar (89 kelompok).
Provinsi yang telah mencapai realisasi pencairan dan Bansos
Lumbung Pangan 100 persen mencakup 24 provinsi yaitu Provinsi Jabar,
19

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Jateng, DIY, Aceh, Sumut, Riau, Bengkulu, Kep. Riau, Kep. Bangka
Belitung, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulut, Sulsel, Sultra,
Gorontalo, Maluku, Malut, Papua, Papua Barat dan Kalimantan Utara.
Realisasi pencairan dana Bansos Lumbung Pangan yang belum
mencapai 100 persen terdapat di 8 provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur
(91.81 %), Banten (96,30%), Sumatera Barat (98.48 %), Jambi (76,00 %),
Sumatera Selatan (90,74%), Lampung (99,28%), Kalimantan Selatan
(93,33 %), dan Sulawesi Tengah (91,18%)
Laporan dari 8 provinsi sampai dengan akhir Desember 2015 belum
dapat merealisasikan dana bansos 100 %, sebanyak 51 kelompok dengan
rincian sebagai berikut :
a.

Jawa Timur 23 kelompok tahap pengembangan.

b.

Banten 1 kelompok tahap pengembangan.

c.

Sumatera Barat 1 kelompok tahap kemandirian.

d.

Jambi 6 kelompok tahap pengembangan.

e.

Sumatera Selatan 10 kelompok tahap pengembangan.

f.

Lampung 1 kelompok tahap pengembangan.

g.

Kalimantan Selatan 3 Kelompok tahap pengembangan.

h.

Sulawesi Tengah 1 kelompok tahap kemandirian.

Realisasi dan Bansos yang tidak mencapai 100 % tersebut
disebabkan oleh beberapa hal seperti dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini;

20

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Tabel 5 Provinsi yang tidak dapat merealisasikan bansos penuh
No.

Provinsi

Jumlah
kelompok

Keterangan

1.

Jawa Timur

23 Klp

Lumbung terkena kasus kejaksaan, ada
yang membangun lantai jemur saja
tanpa lumbung, lumbung telah beralih
fungsi dan Lumbung dinyatakan tidak
layak dan tidak memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan

2.

Banten

1 Klp

Lumbung yang dibangun telah beralih
fungsi menjadi kantor kecamatan.

3.

Sumatera Barat

1 Klp

Lumbung dinyatakan tidak layak dan
tidak memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan

4.

Jambi

6 Klp

Lumbung dinyatakan tidak layak dan
tidak memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan

5.

Sumatera Selatan

10 Klp

Lumbung dinyatakan tidak layak dan
tidak memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan

6.

Lampung

1 klp

Lumbung dinyatakan tidak layak dan
tidak memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan

7.

Kalimantan Selatan

3 klp

Ada masalah kepemilikan lahan

8.

Sulawesi Tengah

1 Klp

Lumbung yang dibangun telah beralih
fungsi

Total

51 klp

2. Perkembangan kondisi cadangan pangan masyarakat
Hasil pemantauan dan pelaporan dari provinsi sampai dengan
Desember 2015 dari 32 provinsi pelaksana kegiatan pengembangan
lumbung pangan masyarakat, dari laporan kondisi cadangan pangan di
kelompok lumbung pangan masyarakat yang disampaikan oleh provinsi
21

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
dapat diketahui bahwa stok awal dan pengadaan pada bulan September
sebesar sebesar 14.273.521 kg gabah, beras sebesar 1.612.480 kg dan
pangan pokok lainnya (jagung atau sagu) sebesar 353.292 kg.
Rincian pengadaan gabah/beras/pangan pokok lainnya, penyaluran
dan stock yang ada di masing-masing provinsi dapat dilihat pada tabel 6
berikut ini.
Tabel 6. Data Perkembangan Cadangan Pangan Masyarakat Tahun 2015
Posisi : September 2015
Realisasi/Pengadaan
NO

Propinsi
Gabah (Kg) Beras (Kg)

1 Aceh
35.584
2 Sumatera Utara
490.834
3 Sumatera Barat
228.962
4 Riau
36.088
5 Jambi
50.633
6 Sumatera Selatan
196.000
7 Bangka Belitung
8 Bengkulu
15.114
9 Riau Kepulauan
10 Jawa Barat
688.439
11 Banten
406.049
12 Jawa Tengah
10.251.847
13 D.I. Yogyakarta
309.115
14 B a l i
35.161
15 Nusa Tenggara Barat
515.397
16 Nusa Tenggara Timur
291.424
17 Kalimantan Barat
80.121
18 Kalimantan Tengah
109.427
19 Kalimantan Selatan
20 Kalimantan Timur
8.300
21 Sulawesi Utara
22 Sulawesi Tengah
23 Sulawesi Selatan
278.820
24 Sulawesi Tenggara
221.436
25 Gorontalo
26 Maluku Utara
3.000
27 Papua Barat
19.020
28 Papua
2.750
Total
14.273.521

Penyaluran
Pangan
Pokok
Spesifik

3.600
2.170
6.108
8.135
34.652
61.600
39.699
3.790
900
1.700

4.964
101.755
29.750
14.783
25.097
105.683

197.063

290.987

97.666

50

18.185

188.446
6.400
112.138
48.835
5.500
49.835
165.035
173.982
29.179

Gabah (Kg)

44.207
980

Pangan
Pokok
Spesifik

74.807

33970

13790

120.470
37.739
25.350

111.282

51.705

287.087

11.888

66.430
15.825

7.000

14718
50

115.195
66.040

19.020
2.300
2.000
353.292 2.578.304

15.825
90.816
115.674
13.043
245.462
11.500
25.885
896.911

Gabah (Kg)
30.620
389.079
199.212
21.305
25.535
90.317

1.490
4.000
90
24.104
6.404
4.124
3.705
550
400

193.295
345.095
1.181.736
147.232
2.130

289.557

6.100
16.168
46.037
1.612.480

Beras (Kg)

Stock saat ini (Iron Stock)

6.500

305.475

15.114
495.144
60.954
9.070.111
161.884
33.031
481.427
170.954
72.098
84.077
1.300
163.625
155.396
3.000
750
11.724.933

Beras (Kg)
3.600
680
2.108
8.045
10.548
55.196
35.575
85
350
1.300
145.358
22.859
4.395
77.164
6.400
45.708
33.010
5.500
34.010
74.219
58.308
16.136
44.095
6.100
4.668
20.152
715.569

Pangan
Pokok
Spesifik
3.900
50
32.319
980
8.218
50
2.300
47.817

22

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Dari pengadaan gabah sebanyak 14.273.521 kg GKG dan telah
disalurkan kepada anggotanya sebanyak 2.578.304 kg GKG sehingga masih
ada total stock gabah di gudang kelompok sebesar 11.724.933 kg GKG.
Sedangkan untuk beras dari pengadaan sebanyak 1.612.480 kg telah
disalurkan kepada anggota sebanyak 896.911 kg, sisa total stock beras
yang ada di gudang kelompok adalah 715.569 kg. Sementara itu untuk
bahan pangan pokok lainnya pengadaannya sebanyak 353.292 kg dan
disalurkan ke anggota sebesar 305.475 kg sehingga total sisa yang ada
lumbung kelompok saat ini adalah 47.817 kg.
Gambaran kondisi stock gabah per provinsi dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 7. Kondisi Stock Gabah di Lumbung Masyarakat Tahun 2015
Provinsi

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Total

Pengadaan (Kg) Penyaluran (Kg)

35.584
490.834
228.962
36.088
50.633
196.000
15.114
688.439
406.049
10.251.847
309.115
35.161
515.397

291.424
80.121
109.427
8.300
278.820
221.436
3.000
19.020
2.750
14.273.521

4.964
101.755
29.750
14.783
25.097
105.683
193.295
345.095
1.181.736
147.232
2.130
33970

120.470
37.739
25.350
7.000
115.195
66.040
19.020
2.000
2.578.304

Stock(Kg)
30.620
389.079
199.212
21.305
25.535
90.317
15.114
495.144
60.954
9.070.111
161.884
33.031
481.427
170.954
42.382
84.077
1.300
163.625
155.396
3.000
750

11.695.217

Pada bulan September 2015 pengadaan gabah terbesar di Provinsi
Jawa Tengah yaitu sebesar 10.251.847 Kg GKG dan pengadaan terendah
di Provinsi Papua yaitu 2.750 Kg GKG, sedangkan jumlah stock terbesar di
23

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Provinsi Jawa Tengah yaitu 9.070.111 Kg GKG dan stock terendah di
provinsi Papua Barat yaitu kosong atau disalurkan semua. Hal ini
disebabkan jumlah kelompok yang melakukan pengadaan di provinsi Jawa
Tengah lebih banyak dibandingkan provinsi lainnya dimana pencairan dana
bansosnya telah mencapai 100 persen dan telah melakukan pembelian
gabah untuk pengisian cadangan pangan, sementara itu provinsi Papua
Barat belum melakukan pencairan dana bansos, gabah yang tersedia
merupakan stock yang tersisa dari pengadaan sebelumnya, selanjutnya
disalurkan semua kepada anggotanya.
Untuk Provinsi Bengkulu dan Maluku Utara, kondisi stock awal atau
pengadaan gabah sama dengan stock akhir, hal ini berarti gabah yang
disalurkan ke anggota, telah dikembalikan lagi oleh anggotanya pada saat
panen dengan jumlah yang sama.
Pada tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa total pengadaan beras
adalah 1.612.480 Kg dimana pengadaan beras terbesar di Provinsi
Gorontalo yaitu sebesar 289.557 Kg dan pengadaan terendah di Provinsi
Kepulauan Riau yaitu sebesar 900 Kg, sedangkan total stock beras setelah
dilakukan penyaluran kepada anggota kelompok adalah 715.569 kg, dimana
jumlah stock beras terbesar di Provinsi Jawa Tengah yaitu 145.358 Kg dan
stock terendah di provinsi Bengkulu yaitu 85 Kg.
Untuk stock beras yang ada di kelompok lumbung pada posisi bulan
September 2015 dapat dilihat pada tabel 8.

24

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015

Tabel 8. Kondisi Stock Beras di Lumbung Masyarakat Tahun 2015

Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Riau Kepulauan
Jawa Barat
Jawa Tengah
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Total

Pengadaan (Kg) Penyaluran (Kg)
3.600
2.170
6.108
8.135
34.652
61.600
39.699
3.790
900
1.700
197.063
97.666
18.185
188.446
6.400
112.138
48.835
5.500
49.835
165.035
173.982
29.179
289.557
6.100
16.168
46.037
1.612.480

Stock(Kg)

1.490
4.000
90
24.104
6.404
4.124
3.705
550
400
51.705
74.807
13790
111.282
66.430
15.825
15.825
90.816
115.674
13.043
245.462
11.500
25.885
896.911

3.600
680
2.108
8.045
10.548
55.196
35.575
85
350
1.300
145.358
22.859
4.395
77.164
6.400
45.708
33.010
5.500
34.010
74.219
58.308
16.136
44.095
6.100
4.668
20.152
715.569

Untuk Provinsi Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan
Maluku Utara, kondisi stock awal atau pengadaan beras sama dengan stock
akhir, hal ini berarti beras yang disalurkan ke anggota, telah dikembalikan
lagi oleh anggotanya pada saat panen dengan jumlah yang sama.
Adapun kondisi pengadaan, penyaluran dan stock beras pada posisi
bulan September dapat dilihat pada grafik berikut:

25

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Grafik 1 Pengadaan, Penyaluran dan Iron Stock Beras posisi Bulan
September 2015

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa 6 Provinsi telah
melakukan pengadaan beras tertinggi yaitu provinsi Gorontalo, Jawa
Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan
Kalimantan Tengah. Adapun provinsi dengan pengadaan beras terkecil
didapati pada Provinsi Kepulauan Riau yakni sebesar 900 kg. Sedangkan
untuk penyaluran jumlah tertinggi ditempati oleh Provinsi Gorontalo
kemudian disusul oleh Provinsi Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.
Pada

provinsi

Gorontalo

sangat

mungkin

dianalisa

melalui

pendekatan bahwa pengadaan dan penyaluran beras lebih mudah
dimanfaatkan oleh anggotanya daripada dalam bentuk gabah. Namun
demikian pendekatan ini tidak berlaku secara umum untuk tiap-tiap
provinsi. Oleh karena itu melakukan sebuah analisa mendalam tiap data
pada tiap provinsi menjadi sesuatu yang menarik dan memberikan
gambaran penjelasan yang lebih lengkap dan detail.

26

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
Sedang untuk jumlah ketersediaan cadangan pangan (iron stock)
paling banyak juga didapati di Provinsi Jawa Tengah. Kemudian tampak
juga didalam grafik penyedia iron stock terbanyak kedua ditempati oleh
Provinsi NTT. Untuk kondisi di Jawa Tengah sendiri sedikit bisa dijelaskan
secara logis bahwa di Jawa Tengah jumlah beras yang disalurkan terbilang
banyak, sedang pengadaannya sendiri masuk dalam kategori yang cukup
banyak. Dengan demikian memungkinkan iron stock dilumbung jauh lebih
banyak dibanding provinsi lainnya.

27

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015

A. Permasalahan
Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan cadangan pangan
masyarakat, terdapat beberapa kendala antara lain :
a. Dukungan instansi lintas sektor untuk pengembangan lumbung pangan
baik secara materiil dan non materiil masih perlu ditingkatkan. Juga
dukungan penganggaran baik melalui dana APBD provinsi maupun
APBD Kabupaten/Kota dimana lokasi pangan berada terutama untuk
pembinaan kelompok secara berkesinambungan.
b. Dalam

pengelolaan

kabupaten/kota,

dana

masih

Alokasi

terdapat

Khusus
dibeberapa

(DAK)

di

kabupaten

tingkat
yang

instansi/unit ketahanan pangan kurang dilibatkan, dimana sebagian
besar pembangunan lumbung pangan masyarakat dilaksanakan oleh
Dinas Pertanian, beberapa lokasi lumbung pangan terletak agak jauh
dari pemukiman penduduk, hal ini menyebabkan masyarakat merasa
khawatir untuk menyimpan gabah/beras dilumbung tersebut.
c.

Masih kurangnya pemahaman dari para pengurus dan anggota
kelompok dalam mengelola gabah/beras sebagai cadangan pangan
masyarakat, sehingga keberadaan stock di lumbung seringkali tersedia
hanya sekedarnya saja.

d. Pengurus lumbung pangan merasaka tidak ada alokasi dana untuk jasa
para pengurus.
e. Laporan berjenjang dari kelompok ke Kabupaten/kota, kabupaten/Kota
ke Provinsi belum tertib seringkali terlambat sehingga data yang ada
tidak up to date hal ini mengakibatkan sulit dipergunakan sebagai
bahan dalam perumusan kebijakan.

28

Laporan Cadangan Pangan Masyarakat 2015
B. UPAYA PEMECAHAN MASALAH
Dari berbagai permasalahan yang ditemui di lapangan, pihak
Kabupaten dan Provinsi telah melakukan berbagai upaya dalam mencari
solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dalam mengelola
cadangan pangan masyarakat antara lain :
1. Petunjuk teknis DAK Bidang Pertanian yang dipublikasikan melalui
webside www.kementan.go.id sering kali terlambat direspon oleh
kab/kota, hal ini perlu sosialisasi agar kabupaten/kota dapat lebih cepat
mengaksesnya sehingga Juknis tersebut dapat diterima lebih awal
sebagai bahan penyusunan perencanaan di Kabupaten/Kota.
2. Perlu dilakukan sosialisasi dan koordinasi yang lebih intensif kepada
kabupa