Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2015
PENDAM
KAWA
DI
BALAI PENGKA
BADAN PENEL
LAPORAN AKHI R
AMPI NGAN PENGEMBANG
WASAN PERKEBUNAN KOP
DI PROVI NSI BENGKULU
AFRI ZON
KAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN B
ELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PE
2015
No kode : 26/ 1801.01
NGAN
OPI
U
N BENGKULU
PERTANI AN
(2)
LAPORAN AKHI R
PENDAMPI NGAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PERKEBUNAN KOPI
DI PROVI NSI BENGKULU
Afrizon
Siti Rosmanah
Kusmea Dinata
Marzan
BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU
BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Perkebunan Kopi di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan yang dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2015.
Laporan Akhir Tahun kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Perkebunan Kopi di Provinsi Bengkulu berisi kegiatan yang telah dilaksanakan hingga akhir Desember yaitu : 1) persiapan meliputi : penyusunan RODHP, Seminar RODHP dan penyusunan Juklak; 2) koordinasi dengan Stakeholder di lokasi kegiatan serta 3) Aplikasi inovasi teknologi peremajaan tanaman kopi yang telah dilaksanakan di lapangan. Selain itu, Laporan akhir tahun ini juga melaporkan serapan anggaran hingga akhir Desember.
Disadari masih banyak terdapat kekurangan didalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga laporan kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu.
Bengkulu, Desember 2015 Penanggung Jawab
Drs. Afrizon, M.Si
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Perkebunan Kopi di Provinsi Bengkulu 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2015 5. Status Penelitian (L/ B) : Baru
6. Penanggung Jawab :
a. Nama : Drs. Afrizon, M.Si b. Pangkat/ Golongan : Penata Tk. I / I I I d c. Jabatan : Peneliti Muda
7. Lokasi : Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong 8. Agroekosistem : Lahan Kering
9. Tahun Mulai : 2015 10. Tahun Selesai : 2016
11. Output Tahunan : Tersedianya inovasi teknologi budidaya kopi, peningkatan pengetahuan petani terhadap komponen teknologi budidaya kopi dan peningkatan peran serta fungsi kelembagaan tani.
12. Output Akhir : Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam adopsi komponen teknologi budidaya kopi melalui implementasi berbagai metode diseminasi (pelatihan, pertemuan dan demplot) dan didapatkanya model pendampingan pengembangan kawasan perkebunan spesifik lokasi.
13. Biaya : Rp.59.150.000 (Lima puluh sembilan juta seratus lima puluh ribu rupiah)
Koordinator Program,
Dr. Wahyu Wibawa, MP NI P.19690427 199803 1 001
Penanggung Jawab RODHP,
Drs. Afrizon, M.Si
NI P. 19620415 199303 1 001
Mengetahui : Kepala BBP2TP
Dr. I r. Abdul Basit, M.S NI P. 19610929 198603 1 003
Kepala BPTP Bengkulu
Dr. I r. Dedi Sugandi, MP NI P. 19590206 198603 1 002
(5)
DAFTAR I SI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
DAFTAR I SI ... iii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
RI NGKASAN ... vii
SUMMARY ... viii
I . PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Dasar Pertimbangan ... 2
1.3. Tujuan ... 3
1.4. Perkiraan Keluaran ... 3
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak... 3
I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 5
I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN ... 7
3.1. Pendekatan/ Kerangka Pemikiran ... 7
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ... 7
3.2.1. Lokasi dan waktu ... 7
3.2.2. Lingkup kegiatan ... 7
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan ... 8
3.3.1. Alat dan bahan ... 8
3.3.2. Metode pelaksanaan kegiatan ... 8
3.3.3. Metode analisis data ... 9
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 10
4.1. Kegiatan Pendahuluan ... 10
4.1.1. Koordinasi ke Kabupaten Kepahiang... 10
4.1.2. Koordinasi ke Kabupaten Rejang Lebong ... 11
4.2. I dentifikasi Kebutuhan I novasi Teknologi ... 12
4.3. I dentifikasi Lokasi Demplot ... 16
4.4. Demplot peremajaan Tanaman kopi ... 17
4.5. Studi Banding ... 20
4.6. Apresiasi ... 23
V. KESI MPULAN ... 29
KI NERJA HASI L PENGKAJI AN... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
ANALI SI S RI SI KO ... 32
TENAGA DAN ORGANI SASI PELAKSANA ... 33
JADWAL KERJA... 34
PEMBI AYAAN ... 35
(6)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Dosis pemupukan tanaman kopi ... 14
2. Tanaman yang tumbuh hasil sambungan... 18
3. Bentuk Pendampingan penyuluh lapangan... 19
4. Materi Worskhop dan Apresiasi ... 24
5. Analisis risiko pelaksanaan pendampingan pengembangan kawasan perkebunan tahun 2015 ... 31
6. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan pendampingan pengembangan kawasan perkebunan ... 31
7. Tenaga dalam kegiatan ... 32
8. Jangka waktu kegiatan ... 33
9. Pembiayaan ... 34
(7)
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Kebun entres Dinas Kehutananan dan Perkebunan
di Kabupaten Kepahiang ... 13
2. Buah kopi klon Sintaro 1 ... 13
3. Penjelasan tentang tata cara pemangkasan tanaman kopi ... 15
4. Cara pemupukan tanaman kopi ... 15
5. Area demplot tanaman kopi di Desa Babakan Bogor ... 16
6. Lay out komposisi tanaman kopi di lapangan ... 17
7. Penyambungan Tag Ent ... 18
8. Hasil sambung sistem Tag Ent ... 18
9. Pupuk hayati dan tanaman kopi berbuah serentak ... 21
10. Lokasi UPBS kebun entres di Balittri ... 21
11. Prosedur perbanyakan bibit kopi stek berakar ... 22
12. Biji dan bubuk kopi dalam kemasan produk Balittri ... 23
13. Sambutan Kepala BPTP Bengkulu pembukaan Apresiasi... 25
14. Penyampaian materi I novasi peremajaan kopi ... 25
(8)
RI NGKASAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Lokasi : Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong
4. Tujuan : 1. Menyiapkan inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi. 2. Meningkatkan pengetahuan petani terhadap
teknologi budidaya tanaman kopi.
3. Untuk mengetahui peningkatan peran dan fungsi kelembagaan tani pada areal perkebunan kopi.
4. Output : 1. Tersedianya inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi. 2. Meningkatnya pengetahuan petani terhadap
teknologi budidaya tanaman kopi. 3. Meningkatanya peran dan fungsi
kelembagaan tani pada areal perkebunan kopi.
5. Metodologi : Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong pada Januari-Desember 2015. Tahapan kegiatan meliputi pendahuluan (penyiapan RODHP, Juklak, Seminar ROPP/ RODHP, serta perbaikan RODHP) dan koordinasi dengan Dinas/ I nstansi terkait pada lokasi kegiatan. Tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi identifikasi kebutuhan inovasi teknologi budidaya tanaman kopi, apreasiasi, implementasi inovasi teknologi dan pengawalan pada lokasi kajian.
6. Perkiraan Manfaat : 1. Meningkatnya perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) petani dan penyuluh terhadap komponen teknologi budidaya kopi serta meningkatkan kemampuan petani dalam merancang usaha tani yang efisien baik dalam penggunaan input maupun pemanfaatan sumberdaya lahan, dan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. 2. Peningkatan adopsi komponen teknollogi
sehingaga meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan petani.
3. Semakin baik koordinasi dengan petani dan stakeholders dan semakin terjamin ketersediaan saprodi diharapkan dapat meningkatkan akselerasi adopsi teknologi.
(9)
7. Perkiraan Dampak : 1. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani melalui pengembangan inovasi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat.
2. Kawasan yang dibangun mampu menghasilkan multi produk sehingga mampu menciptakan pertanian berbasis bioindustri. 3. Teradopsinya teknologi introduksi oleh petani
dan penyuluh secara luas dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mewujudkan usahatani berkelanjutan.
8. Jangka Waktu : 2 tahun
9. Biaya : Rp. 59.150.000,00 (Lima puluh sembilan juta seratus lima puluh ribu rupiah)
(10)
SUMMARY
1. Title RDHP : National Agricultural Area Development Assistance 2. Work Unit : BPTP Bengkulu
3. Location : District Kepahiang and Rejang Lebong
4. Objectives : 1). Setting up technological innovation to improve the production and quality of coffee.
2). I mprove the knowledge of farmers on crop cultivation technologies coffee.
3). To determine the role and function of institutional improvement of farmers in coffee plantation.
5. Output : 1). Availability of technological innovation to improve
the production and quality of coffee. 2). I ncreased knowledge of farmers on crop
cultivation technologies coffee.
3). Meningkatanya role and function I nstitutional farmer on plantations coffee.
5. Methodology : The research was conducted in Kepahiang and Rejang Lebong district in January-December 2015. Stages include preliminary activities (preparation RODHP, Guidelines, Seminar ROPP/ RODHP, as well as repair RODHP) and coordination with the Department/ I nstitution related to the location of activities. Stages of implementation activities include the identification of the needs of the coffee crop cultivation technology innovation, appreciation, implementation of technological innovation and escort on the location of the study.
6. Estimated benefits : 1). I ncreasing behavior (knowledge, attitudes, and skills) farmers and extension workers to coffee cultivation technology components as well as improve the ability of farmers in designing an efficient farming both in the use of inputs and utilization of land resources, and efficient use of inorganic fertilizers.
2). I ncreased adoption teknollogi components sehingaga increase productivity, production and income of farmers.
3). The better coordination with farmers and stakeholders and more assured availability of inputs is expected to increase the acceleration of technology adoption.
7. Estimated I mpact of : 1). I ncreased productivity and income of farmers through the development of innovative technologies relevant to the local socio-economic and agro-ecosystems.
(11)
2). The area is built capable of producing multi-products so as to create agriculture-based bioindustry.
3). Teradopsinya technology introduction by farmers and extension agents widely in order to increase revenue and realize sustainable farming.
8. Period : Two (2) years 9. Cost : I DR. 59.150.000,00
(12)
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Bengkulu. Pada tahun 2013, areal penanaman kopi di Provinsi Bengkulu seluas 97.149 ha dengan produktivitas 0,738 ton/ ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2013). Dibandingkan dengan produktivitas kopi nasional, produktivitas kopi di Provinsi Bengkulu masih rendah. Beberapa penyebab rendahnya produktivitas kopi di Provinsi Bengkulu adalah umur tanaman yang sudah tua, pemeliharaan yang belum optimal serta masih menggunakan bibit asalan.
Umur tanaman kopi yang telah tua, rusak dan produktivitasnya rendah perlu dilakukan rehabilitasi tanaman. Rehabilitasi tanaman bertujuan agar pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kuat serta daya hasilnya lebih tinggi dan stabil. Rehabilitasi tanaman kopi dilakukan melalui sambung pucuk dengan cara memangkas batang utama serta klonalisasi yang dilakukan dengan cara penyambungan. Persyaratan teknis pada teknik penyambungan dengan tujuan rehabilitasi tanaman kopi adalah kondisi perakaran batang bawah masih kuat, produktivitas rendah (500 kg/ ha/ tahun), populasi tanaman > 70% dari jumlah standar, populasi naungan < 70% dari jumlah standar dan memenuhi persyaratan kesesuaian lahan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan sambungan adalah ketegapan batang bawah, bahan entres, kebersihan sarana, waktu, dan keterampilan tenaga penyambung (I swandi, 2013).
Peningkatan produktivitas tanaman kopi juga dapat dilakukan dengan melakukan pemeliharaan tanaman secara optimal. Pemeliharaan tanaman kopi meliputi pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama penyakit dan pemupukan. Pengendalian gulma yang banyak dilakukan oleh petani kopi adalah pengendalian secara kimia. Jenis gulma yang sering tumbuh dan merugikan tanaman kopi adalah alang-alang (I mperata sylindrica), teki (Cyperus rotundus), Cynodon dactylon, Salvia sp, Digitaria, belimbing-belimbingan (Oxalis spp), dan Mikania micrantha. Cara pengendalian gulma yang banyak dilakukan oleh petani kopi adalah pengedalian secara kimia dengan menggunakan herbisida dengan dosis dan waktu penyemprotan yang tidak beraturan.
(13)
Pada budidaya tanaman tanaman kopi, penggunaan bahan tanam yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pertanaman. Selain ditentukan oleh faktor pengelolaantanaman (pemeliharaan tanaman), penggunaaan bahan tanam yang berkualitas sangat menentukan tingkat produktivitas yang akan diperoleh.
Penerapan Budidaya yang benar dan penyambungan menggunakan bahan klon unggul lokal disamping dapat meningkatkan produksi dan mutu kopi juga meningkatkan umur produktif tanaman. Tujuan utama penggunaaan bahan tanam dengan teknik penyambungan adalah agar sifat klon diwariskan secara utuh kepada keturunannya. Didalam penyambungan ada dua bagian tanaman yang disambung, yaitu bagian batang bawah dan bagian batang atas (entres) yang akan diharapkan hasilnya.
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan dalam mendukung mensukseskan program strategis kementerian pertanian. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan. Melalui pengawalan/ pendampingan kegiatan pengembangan pada kawasan perkebunan kopi rakyat, diharapkanpemahaman dan penggunaan inovasi teknologi Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian dapat diterapkan secara berkelanjutan oleh para petani kopi.
1.2. Dasar Pertimbangan
Produktivitas kopi di Provinsi Bengkulu masih rendah, antara lain disebabkan tanaman yang sudah tua, pemeliharaan yang belum optimal serta belum menggunakan klon unggul. Penyambungan dengan klon unggul diharapkan dapat meningkatkan produksi karena klon unggul memiliki potensi hasil dan sifat-sifat agronomis yang lebih baik dari pada genotipe standar yang biasa digunakan sebagai bahan tanaman dalam pertanaman komersial. Pada budidaya tanaman tanaman kopi, penggunaan bahan tanam yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pertanaman. Penyambungan menggunakan bahan klon unggul akan mewariskan sifatsecara utuh kepada keturunannya seperti produksi tinggi, mutu yang baik, cita rasa dan sifat unggul lainnya. Untuk pencapaian t eknologi/ informasi hasil penelitian dan pengkajian tentang penyambungan kepada pengguna diperlukan
(14)
pengawalan atau pendampingan teknologi yang dihasilkan oleh BPTP/ Badan Litbang Pertanian. Sehingga dengan diseminasi hasil litkaji dapat dipahami dan diadopsi oleh pengguna.
1.3. Tujuan
1. Menyiapkan inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi.
2. Meningkatkan pengetahuan petani dan petugas lapang terhadap teknologi budidaya tanaman kopi.
3. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan tani pada areal perkebunan kopi.
1.4. Perkiraan Keluaran
1. Tersedianya inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi
2. Meningkatnya pengetahuan petani terhadap teknologi budadaya tanaman kopi.
3. Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan tani pada areal perkebunan kopi.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak 1.5.1. Perkiraan manfaat
1. Meningkatnya perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) petani dan penyuluh terhadap komponen teknologi budidaya kopi serta meningkatkan kemampuan petani dalam merancang usaha tani yang efisien baik dalam penggunaan input maupun pemanfaatan sumberdaya lahan, dan efisiensi penggunaan pupuk anorganik.
2. Peningkatan adopsi komponen teknollogi sehingaga meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan petani.
3. Semakin baik koordinasi dengan petani dan stakeholders dan semakin terjamin ketersediaan saprodi diharapkan dapat meningkatkan akselerasi adopsi teknologi.
(15)
1.5.2. Perkiraan dampak
1. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani melalui pengembangan inovasi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat.
2. Kawasan yang dibangun mampu menghasilkan multi produk sehingga mampu menciptakan pertanian berbasis bio-industri.
3. Teradopsinya teknologi introduksi oleh petani dan penyuluh secara luas dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mewujudkan usahatani berkelanjutan.
(16)
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Bengkulu, pada tahun 2013, areal penanaman kopi di Provinsi Bengkulu seluas 97.149 ha dengan produktivitas 0,738 ton/ ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2013). Dibandingkan dengan produktivitas kopi nasional, produktivitas kopi di Provinsi Bengkulu masih rendah. Beberapa penyebab rendahnya produktivitas kopi di Provinsi Bengkulu adalah umur tanaman yang sudah tua, pemeliharaan yang belum optimal serta masih menggunakan bibit asalan.
Umur tanaman kopi yang telah tua, rusak dan produktivitasnya rendah perlu dilakukan rehabilitasi tanaman. Rehabilitasi tanaman bertujuan agar pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kuat serta daya hasilnya lebih tinggi dan stabil. Rehabilitasi tanaman kopi dilakukan melalui sambung pucuk dengan cara memangkas batang utama serta klonalisasi yang dilakukan dengan cara penyambungan. Persyaratan teknis pada teknik penyambungan dengan tujuan rehabilitasi tanaman kopi adalah kondisi perakaran batang bawah masih kuat, produktivitas rendah (500 kg/ ha/ tahun), populasi tanaman > 70% dari jum lah standar, populasi naungan < 70% dari jumlah standar dan memenuhi persyaratan kesesuaian lahan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan sambungan adalah ketegapan batang bawah, bahan entres, kebersihan sarana, waktu, dan keterampilan tenaga penyambung (I swandi, 2013).
Peningkatan produktivitas tanaman kopi juga dapat dilakukan dengan melakukan pemeliharaan tanaman secara optimal. Pemeliharaan tanaman kopi meliputi pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama penyakit dan pemupukan. Pengendalian gulma yang banyak dilakukan oleh petani kopi adalah pengendalian secara kimia. Jenis gulma yang sering tumbuh dan merugikan tanaman kopi adalah alang-alang (I mperata sylindrica), teki (Cyperus rotundus), Cynodon dactylon, Salvia sp, Digitaria, belimbing-belimbingan (Oxalis spp), dan Mikania micrantha. Cara pengendalian gulma yang banyak dilakukan oleh petani kopi adalah pengedalian secara kimia dengan menggunakan herbisida dengan dosis dan waktu penyemprotan yang tidak beraturan.
(17)
keberhasilan pertanaman. Selain ditentukan oleh faktor pengelolaan tanaman (pemeliharaan tanaman), penggunaaan bahan tanam yang berkualitas sangat menentukan tingkat produktivitas yang akan diperoleh.
Penerapan Budidaya yang benar dan penyambungan menggunakan bahan klon unggul lokal disamping dapat meningkatkan produksi dan mutu kopi juga meningkatkan umur produktif tanaman. Tujuan utama penggunaaan bahan tanam dengan teknik penyambungan adalah agar sifat klon diwariskan secara utuh kepada keturunannya. Didalam penyambungan ada dua bagian tanaman yang disambung, yaitu bagian batang bawah dan bagian batang atas (entres) yang akan diharapkan hasilnya.
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan dalam mendukung mensukseskan program strategis kementerian pertanian. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan. Melalui pengawalan/ pendampingan kegiatan pengembangan pada kawasan perkebunan kopi rakyat, diharapkan pemahaman dan penggunaan inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara berkelanjutan oleh para petani kopi.
(18)
I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1. Pendekatan/ Kerangka Pemikiran
Kegiatan pendampingan kawasan perkebunan dilaksanakan dengan metode pertemuan langsung, implementasi teknologi di lapangan, pertisipatif dan spesifik lokasi.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan 3.2.1. Lokasi dan w aktu
Pembuatan demplot inovasi peremajaan tanaman kopi dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang. Sedangkan untuk kabupaten dan Rejang Lebong hanya berupa display dan sebaran bahan diseminasi. Kegiatan dilaksanakan dari bulan Januari-Desember 2015. Pemilihan kedua lokasi tersebut, selain merupakan sentra pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu juga karena adanya program daerah pengembangan komoditas kopi.
3.2.2. Lingkup kegiatan
Lingkup kegiatan Pendampingan ini meliputi identifikasi kebutuhan inovasi, kegiatan apresiasi, implementasi teknologi di lapangan, pertemuan serta pengawalan.
a. I dentifikasi kebutuhan inovasi teknologi budidaya dan pasca panen tanaman kopi yang bertujuan untuk mengetahui jenis teknologi yang dibutuhkan oleh petani di lapangan.
b. Kegiatan apresiasi hasil identifikasi kebutuhan teknologi budidaya dan pasca panen tanaman kopi dilakukan dengan stakeholder, penyuluh lapangan dan kontak tani. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui peran dari masing-masing Dinas/ I nstansi terkait terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan yang akan dilakukan di lapangan.
c. I mplementasi teknologi di lapangan dilakukan untuk mengaplikasikan inovasi teknologi pada lahan demplot. Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat penyampaian inovasi teknologi secara langsung kepada pengguna.
d. Pertemuan yang dilaksanakan berupa t emu lapang atau Apresiasi dilakukan setelah kegiatan implementasi inovasi teknologi yang bertuj uan untuk mengetahui respon atau umpan balik dari pengguna terhadap inovasi
(19)
juga dilaksanakan terhadap anggota kelompok tani untuk melaksanakan kegiatan bimbingan/ pembinaan.
e. Kegiatan pengawalan dilakukan melalui kegiatan pada dua lokasi kegiatan berupa bimbingan teknis inovasi teknologi budidaya tanaman kopi di lapangan dan melalui penyebaran bahan diseminasi (leaflet, Banner, brosur, maupun buku.
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan 3.3.1. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah gunting pangkas, cangkul, dan sabit; saprodi berupa pupuk dan pestisida; bahan informasi berupa leaflet, brosur dan lain-lain; serta alat tulis.
3.3.2. Metoda pelaksanaan kegiatan
1. I dentifikasi kebutuhan inovasi teknologi dilaksanakan dengan melakukan pertemuan dengan petani, dinas/ instansi terkait, kontak tani dan penyuluh. Tujuan pelaksanaan identifikasi adalah untuk mengetahui inovasi teknologi yang dibutuhkan oleh petani pada lokasi kegiatan. Hasil identifikasi tersebut dijadikan sebagai acuan inovasi teknologi yang akan diberikan kepada petani.
2. Kegiatan apresiasi kebutuhan inovasi teknologi dilaksanakan dengan Stakeholder yang bertujuan untuk menjaring dukungan yang akan diberikan Pemda setempat terhadap penerapan inovasi teknologi yang akan diberikan kepada petani.
3. I mplementasi inovasi teknologi di lapangan dilaksanakan di Desa Babakan Bogor Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang pada lahan seluas 1 ha. I novasi teknologi yang diaplikasikan meliputi (1) pemangkasan tanaman kopi dan tanaman naungan; (2) pemupukan; (3) pengendalian hama dan penyakit; (4) pengendalian gulma; serta (5) penyambungan tanaman kopi untuk menggantikan tanaman yang tidak produktif dengan menggunakan klon unggul.
4. Pengawalan kawasan perkebunan dilaksanakan pada kedua lokasi yaitu Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong, sedangkan kegiatan implementasi inovasi teknologi budidaya tanaman kopi dilaksanakan di Kabupaten
(20)
Kepahiang melalui kegiatan bimbingan teknis berupa pertemuan, leaflet, brosur maupun buku.
3.3.3. Metode analisis data
Data yang diperlukan didalam pelaksanaan kegiatan ini antara lain adalah data sekunder dari Dinas/ instansi terkait berupa keragaan dan profil wilayah dan data primer yang diperoleh dari petani, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan petani sebagai sasaran diseminasi berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki terhadap inovasi teknologi yang diimplementasikan. I ndikator yang diukur adalah :
- Pengetahuan petani terhadap inovasi t eknologi budidaya tanaman kopi.
- Tingkat pengetahuan dan adopsi petani setelah implementasi inovasi teknologi dengan menggunakan analisis deskriptif.
- Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan kelompoktani melalui penghitungan pertemuan atau kunjungan ke kelompok tani.
(21)
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. Kegiatan Pendahuluan
4.1.1. Koordinasi di Kabupaten Kepahiang
Koordinasi dilakukan dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang, pada kesempatan tersebut berkoordinasi dengan Kepala Bidang Produksi. Pada koordinasi tersebut disampaikan program pendampingan komoditi kopi yang akan dilakukan BPTP Bengkulu di Kabupaten Kepahiang pata tahun 2015. Untuk kegiatan pendampingan direncanakan akan membuat demplot penyambungan kopi dengan klon unggul lokal yang sudah di rilis yang akan dilakukan di lahan petani (petani sebagai kooperator). Kegiatan ini agar bersinergi dan saling mendukung dengan program yang dilakukan dinas perkebunan dalam upaya peningkatan produktifitas dan mutu kopi rakyat serta mengoptimalkan fungsi kelembagaan penyuluhan khususnya penyluhan perkebunan. Untuk program pengembangan kopi di Kabupaten Kepahiang Kabid Produksi menjelaskan bahwa di kabupaten kepahiang pada tahun 2015 akan melakukan program pengembangan tanaman kopi rakyat berupa kegiatan peremajaan dengan penyambungan kopi seluas 300 ha. Kopi yang akan disambung adalah tanaman kopi yang kurang produktif atau sudah tua dengan klon unggul yang sudah dirilis oleh Kementerian Pertanian dan juga klon unggul lokal yang memiliki berbagai keunggulan antara lain berproduksi tinggi dan lebih toleran terhadan hama dan penyakit. Selain itu ada program bantuan pupuk untuk petani kopi seluas 150 hektar serta bantuan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) seluas 150 ha.
Adapun klon unggul kopi yang akan disambung yaitu jenis Sintaro 1, Sintaro 2, Sintaro 3 dan dan Sehasence. Dari data program Dinas Perkebunan Kabupaten Kepahiang sejak tahun 2009-2014 tercatat sudah 1500 ha tanaman kopi dilakukan penyambungan dari total luas lahan perkebunan kopi sebesar 24.959 ha. Sedangkan untuk pemupukan belum banyak dilakukan oleh petani. Hanya sebagian kecil petani yang melakukan pemupukan yang dilakukan setiap 6 bulan sekali. Saat ini Kabupaten Kepahiang telah memiliki kebun induk entres seluas 1 ha yang telah berumur 1 tahun sebagai bahan untuk kebutuhan entres penyambungan yang terdapat di desa Tebat Monok, dan direncanakan pada tahun 2015 ini akan di tambah lagi kebun induk seluas 2 ha. Pada tahun 2015
(22)
terdapat juga kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu pada tanaman kopi dari Balai proteksi Tanaman Perkebunan Provinsi Bengkulu sebanyak 2 paket. Masalah OPT yang dialami petani yaitu adanya serangan hama bubuk buah kopi, penyakit jamur akar dan penyakit jamur upas.
4.1.2. Koordinasi di Kabupaten Rejang Lebong
Koordinasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rejang Lebong juga menyampaikan kegiatan pendampingan tanaman kopi yang akan dilakukan BPTP Bengkulu. Pada kesempatan itu berkoordinasi dengan Kepala Bidang Produksi Perkebunan. Sama halnya dengan di Kabupaten Kepahiang disampaikan program pendampingan komoditi kopi yang akan dilakukan BPTP Bengkulu pada tahun 2015. Untuk kegiatan pendampingan direncanakan akan membuat demplot penyambungan kopi dengan klon unggul lokal yang sudah di rilis yang akan dilakukan di lahan petani di Kabupaten Kepahiang. Sedangkan untuk Kabupaten Rejang Lebong nantinya berupa display (penyebaran bahan informasi inovasi teknologi peremajaan kopi) dan pelatihan bagi petani. Kegiatan ini harus bersinergi dan saling mendukung dengan program yang dilakukan dinas perkebunan dalam upaya peningkatan produktifitas dan mutu kopi rakyat serta mengoptimalkan fungsi para penyuluh terhadap pemenuhan kebutuhan teknologi tanaman kopi bagi petani. Kabid Produksi menyampaikan rencana program tahun 2015 antara lain kegiatan intensifikasi produksi kopi dengan pelaksanaan kegiatan pemupukan yang akan dilaksanakan di daerah Sindang Dataran, Bermani Ulu, Bermani Ulu Raya, Selupu Rejang dan Curup Utara pada 10 Kelompok Tani. Di kabupaten Rejang Lebong juga mendapatkan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu pada tanaman kopi sebanyak 2 kelompok tani di Kecamatan Bermani Ulu. Masalah OPT yang paling meresahkan petani yaitu adanya serangan hama bubuk buah kopi. Di Kabupaten Rejang Lebong memiliki kebun induk kopi arabika yang terletak di daerah Air Lang dan Sambi Rejo Kecamatan Sindang Dataran seluas 2 ha yang masih berumur 2 bulan. Sedangkan untuk kopi robusta kebun induk entres terdapat di desa Pal 8 Kecamatan Bermani Hulu Raya.
(23)
4.2. I dentifikasi Kebutuhan I novasi Teknologi
Mengingat di Kabupaten Kepahiang tersebar sentra sentra produksi kopi, maka pelaksanaan kegiatan identifikasi kebutuhan inovasi teknologi dilaksanakan di 2 Desa yang mewakili untuk menggali permasalahan perkopian di Kabupaten Kepahiang. Kedua desa tersebut adalah Desa Talang Gelompok Kecamatan Seberang Musi dan Desa Babakan Bogor Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan pengembangan kopi dan inovasi teknologi yang sesuai untuk mencari solusinya. I nformasi yang didapat bersumber dari petani, penyuluh maupun stakeholder. Berdasarkan hasil identifikasi, diperoleh beberapa informasi yang menggambarkan kebutuhan inovasi teknologi budidaya kopi di Kabupaten Kepahiang. Hal yang sama dari koordinasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rejang Lebong sebelumnya, permasalahan yang dihadapi petani kopi di Kabupaten Rejang Lebong sama dengan petani kopi dimKabupaten Kepahiang. Hasil identifikasi yaitu :
1. Produksi kopi rata rata ditingkat petani berkisar antara 700 - 1000 kg/ ha/ tahun. Sebagian besar umur tanaman diatas 15 tahun dan belum menerapkan teknologi anjuran (jarak tanam rapat, belum melakukan pemupukan dan perawatan sangat minim). Untuk petani yang melakukan pemupukan dengan dosis yang tidak sesuai anjuran dan berbeda beda setiap petani.
2. Sebagian kecil petani sudah ada yang melakukan penyambungan tanaman kopi dengan klon yang dianggap lebih baik dari klon sebelumnya. Teknik penyambungan yang sudah dilakukan adalah sambung tunas dengan alasan petani adalah tanaman akan tumbuh lebih kuat tumbuhnya.
3. I nformasi tentang teknologi budidaya kopi dirasa masih minim. Sebanyak 20% petani kopi mendapatkan informasi budidaya kopi penyuluhan dari petugas ketika mendapatkan masalah atau bukan pada jadwal rutin pertemuan dengan penyuluh pertanian sedangkan 11% petani menerima penyuluhan secara rutin. Sisanya adalah petani kopi tidak pernah mendapatkan informasi tentang budidaya tanaman kopi.
4. Penanganan pasca panen masih dilakukan secara kovensional. Setelah dilakukan panen petani langsung mengeringkan buah dengan menjemurnya di pekarangan rumah. Baru sebanyak 14% petani menggunakan lantai jemur
(24)
yang permanen. Sedangkan 86% mengeringkan buah di atas tanah. Sebanyak 30 % petani yang tidak memiliki lantai jemur menggunakan alas berupa terpal sebagai alat bantu penjemuran dan 70% petani lainnya menjemur buah kopi di atas tanah tanpa alas. Hal inilah salah satu penyebab mempengaruhi kualitas produk serta waktu yang dibutuhkan dalam pengeringan jadi lebih lama.
5. Pada kesempatan itu juga mengnjungi lokasi kebun entres milik Dinas Perkebunan Kabupaten Kepahiang. Entres ini nantinya direncanakan akan digunakan untuk penyambungan pada demplot yang akan diterapkan di lahan. Kebun entres seluas 1,5 ha ini mengkoleksi sebanyak 4 jenis/ klon unggul kopi robusta yang sudah dirilis. Keempat klon tersebut adalah Sintaro 1, Sintaro 3, Sintaro 4 dan Sehanshense.
Gambar 1. Kebun entres Dinas Perkebunan Kabupaten Kepahiang
Gambar 2. Buah kopi klon Sintaro 1
Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan teknologi, inovasi teknologi yang diberikan kepada petani adalah pemangkasan, pemupukan dan penyambungan. Pemangkasan yang dilakukan meliputi pemangkasan pemeliharaan dan produksi.
1). Pemangkasan
Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif, membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki (seperi cabang sakit, patah dan tunas air). Selain itu pemangkasan pemeliharaan juga bertujuan untuk merangsang pembentukan daun baru, bunga dan buah. Cara yang dianjurkan
(25)
- Mengurangi sebagian daun yang rimbun di tajuk tanaman dengan cara memotong ranting-ranting yang terlindung dan yang menaungi.
- Memotong cabang yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan diameter kurang sari 2,5 cm dipotong.
- Pemangkasan pemeliharaan ini dilakukan secara ringan di sela-sela
- pemangkasan produksi dilakukan dengan frekuensi 2-3 bulan atau disesuaikan dengan kondisi tanaman
Pemangkasan produksi bertujuan untuk peremajaan tanaman yang sudah tidak produktif ataupun tanaman yang sudah tua. Cara peremajaan tanaman kopi dilakukan sebagai berikut :
- Pembuangan cabang-cabang balik yang tidak diperlukan yang tumbuh pada cabang primer.
- Pemangkasan cabang tua yang tidak diperlukan.
- Pemangkasan tunas-tunas dilakukan waktu masih kecil, dalam jangka waktu 2 - 4 minggu.
- Pemangkasan cabang yang terserang hama / penyakit.
2). Pemupukan
Pemupukan sangat diperlukan agar ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman dapat selalu dipenuhi. Tujuan utama pemupukan antara lain meningkatkan produksi, meningkatkan mutu hasil dan mempertahankan stabilitas produksi. Pemberian pupuk dianjurkan 2 kali dalam satu tahun yaitu pada waktu awal musim hujan dan akhir musim hujan. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan umur tanaman. Dosis pemupukan tanaman kopi pada tabel 1.
Tabel 1. Dosis pemupukan tanaman kopi
Umur (tahun)
Dosis pupuk (gram/ pohon)
Urea SP-36 KCl Kieserit
1 20 25 15 10
2 50 40 40 15
3 75 50 50 25
4 100 50 70 35
5-10 150 80 100 50
(26)
Gambar 3. Penjelasan tentang tata cara pemangkasan tanaman kopi
Gambar 4. Cara pemupukan tanaman kopi
3). Penyambungan
Penyambungan tanaman kopi dilakukan dengan dua cara yaitu: a. Tag ent
Penyambungan pada tunas dari pohon tua yang telah dipotong (tunas dengan tunas). Cara ini dapat dilakukan pada tunas dari pokok pohon kopi tua. Caranya : tunas dari pohon kopi yang sudah tua pada ketinggian sekitar 30 -40 cm dari permukaan tanah dipotong. Tunas dipilih dengan ukuran diameter 1 cm. Tunas tersebut dipotong dan dapat disambung dengan entres yang sudah disiapk an.Penyambungan dilakukan dengan membelah batang bawah berbentuk V dan pada belahan leher V tersebut dapat disambungkan dengan entres yang telah dipersiapkan setelah itu diikat dengan tali rapia secukupnya dan dibungkus dengan kantong plastik lalu diikat kembali dengan tali plastik. Setelah tunas entres sudah nampak tumbuh sampai hidup maka kantong plastik dan pembalut sambungan dapat di buka atau dilepas, sehingga tanaman atas dapat tumbuh dengan leluasa.
b. Top ent
Penyambungan dengan cara langsung pada potongan pohon kopi tua. Caranya : pohon kopi tua dipotong setinggi ± 1 - 1,25 m dari permukaan tanah kemudian pada potongan tersebut di belah pada bagian samping kulit pohon yang telah dipotong t ersebut pada kulit pohon dapat diselipkan entres yang telah disiapkan setelah itu diikat dengan tali plastik (tali raffia) secukupnya kemudian ditutup dengan plastik yang besar disesuaikan dengan besarnya
(27)
4.3. I dentifikasi Lokasi Demplot
Lokasi demplot dilaksanakan di Desa Babakan Bogor Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang pada lahan seluas 1 ha. Kepemilikan lahan perkebunan petani di Desa Babakan Bogor rata-rata 0,5-1,5 ha/ KK. Selain kopi, jenis tanaman lain yang diusahakan oleh petani di Desa Babakan Bogor adalah tanaman sayuran dengan lokasi penanaman di bawah tanaman kopi atau lahan lainnya.
Produksi kopi di Desa Babakan Bogor masih rendah yaitu berada diantara 500 – 700 kg/ ha. Salah satu penyebab rendahnya produksi adalah usia tanaman kopi yang telah berada di atas 15 tahun. Selain itu, pemeliharaan tanaman kopi juga masih belum banyak dilakukan oleh petani. Pemupukan tanaman kopi belum dilakukan oleh petani dengan alasan kesulitan untuk mendapatkan pupuk dan harga yang cukup mahal.
Perbaikan tanaman kopi telah dilakukan oleh sebagian petani melalui kegiatan penyambungan dengan menggunakan sistem sambung samping (tag ent). Berdasarkan hasil, tanaman kopi dengan penyambungan dapat meningkatkan produksi sebanyak 100% dan dapat dipanen setiap bulan. Penanganan pascapanen kopi belum dilakukan oleh petani. Pengeringan kopi masih dilakukan secara dengan menggunakan lantai tanah tanpa alas. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas kopi rakyat.
Gambar 5. Area demplot tanaman kopi di Desa Babakan Bogor 4.4. Demplot Peremajaan Tanaman Kopi.
Kopi robusta diperbanyak secara vegetatif, sehingga bahan tanaman yang digunakan berupa klon. Kopi robusta memiliki sifat menyerbuk silang, maka
(28)
untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitasnya dapat dicapai dengan menggunakan 3– 4 klon unggul (poliklonal) yang berkomposisi dengan tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu (Ernawati, 2008). Untuk penyambungan dengan sistem Tag Ent yaitu penyambungan kopi dahan dengan batang/ tunas batang yaitu dengan menggunakan entres berupa dahan / cabang produksi yang berasal dari kopi unggul (pruduksi tinggi dan stabil) setiap tahunnya. Keunggulan dari peremajaan sistem sambung antara lain bisa panen tiap bulan, produksi meningkat, mutu lebih baik, umur produktif lebih lama dan pemeliharaan lebih mudah.
Demplot atau Demontration Plot adalah suatu metode penyuluhan pertanian kepada petani, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani dan pengguna teknologi pertanian lainnya bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan. Demplot bisa berupa I novasi teknologi budidaya, VUB (Varietas Unggul Baru), Pemupukan dan lain-lain, disesuaikan dengan kebutuhan di suatu wilayah tersebut. Untuk Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong domplot yang di bangun di Desa Babakan Bogor merupakan demplot peremajaan tanaman kopi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan hasil identifikasi lapangan. Peremajaan tanaman kopi sistem sambung yang dibuat adalah merupakan komposisi 4 klon unggul yang disusun dalam satu baris terdiri dari satu klon seperti gambar 6 (lay out) dibawah ini :
1 2 3 dst
Sintaro 1
1 2 3 dst
Sintaro 2
1 2 3 dst
Sintaro 3
1 2 3 dst
Sehacence
Gambar 6. Lay out komposisi tanaman kopi di lapangan
Sedangkan Untuk klon unggul lokal disambung dengan sistem Top Ent yaitu Penyambungan pada tunas yang tumbuh dari pohon tua yang telah dipotong (tunas dengan tunas).
(29)
Gambar 7. Penyambungan Tag Ent Gambar 8. Hasil sambung sistem Tag Ent
Pertumbuhan tanaman hasil sambung
Untuk mengetahui keberhasilan fisik lapangan dari demplot peremajaan penyambungan dapat dilihat dari keragaan tanaman antara lain prosentase tanaman sambung yang tumbuh dan pertumbuhan tanaman yang dapat dilihat dari komponen produksi (jumlah cabang produktif, panjang cabang, jumlah dompolan dan jarak dompolan). Cabang produktif merupakan bagian tanaman kopi tempat tumbuhnya dompolan buah kopi. Panjang cabang dan jumlah cabang akan menentukan jumlah dompolan buah. Semakin panjang dan semakin banyak cabang produktif akan semakin banyak pula jumlah dompolan yang bisa tumbuh. Begitu juga dengan komponen hasil dompolan. Semakin banyak jumlah dompolan dan semakin rapat jarak antar dompolan akan semakin banyak pula produksi yang akan diperoleh. Untuk saat ini data yang baru bisa disajikan adalah banyaknya tanaman yang tumbuh pada penyambungan. Seperti tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Tanaman yang tumbuh hasil penyambungan No Klon Sistem
sambung
Jumlah yang disambung
(batang)
Jumlah yang tumbuh (batang)
Prosentase (% )
1 Sintaro 1 Tag Ent 200 167 83,5
2 Sintaro 2 Tag Ent 200 153 76,5
3 Sintaro 3 Tag Ent 200 166 83
4 Sehashence Tag Ent 200 156 78,1
(30)
Dari 5 klon unggul yang disambung terdapat variasi jumlah yang tumbuh yaitu berkisar antara 76,5 – 87 % (rata rata 81,62 % ). Beberapa faktor penyebab adanya tanaman yang tidak tumbuh antara lain masalah entres yang terlambat menyambungnya dan banyak diantara entres sudah layu waktu disambung. Sebagai bahan tanam/ entres yang unggul tentunya diharapkan tanaman memiliki kelebihan terutama produksi dan mutu. Klon unggul adalah suatu genotipe tanaman yang memiliki potensi hasil dan sifat -sifat agronomis lebih baik dari pada genotipe standar yang biasa digunakan sebagai bahan tanaman dalam pertanaman komersial. Keunggulan suatu klon ditentukan oleh faktor genetik yang dikandungnya dan diekspresikan dalam bentuk morfologis, susunan anatomis dan proses fisiologis yang menunjang pertumbuhan, potensi hasil dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Perbedaan keunggulan suatu klon dengan klon lainya disebabkan oleh perbedaan susunan genetik yang menunjang ketiga faktor di atas.
Kinerja Penyuluh lapangan
Kinerja petugas/ penyuluh lapangan dapat dilihat dari jumlah kunjungan ka lapangan dalam membina petani maupun kelompok tani. Pembinaan ada dalam beberapa bentuk kegiatan terkait dengan kegiatan pendampingan kawasan perkebunan kopi yang dilakukan BPTP Bengkulu. Jumlah kunjungan dan bentuk pembinaan atau pendampingan yang dilakukan selama kegiatan pendampingan kawasan kopi berjalan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Bentuk pendampingan/ aktifitas yang dilakukan penyuluh lapangan
No Bentuk aktifitas Jumlah
petugas/ penyuluh 1 Peninjauan, I dentifikasi calon petani dan lahan 3 petugas lapangan 2 I dentifikasi Kebutuhan teknologi kopi bagi petani 3 petugas lapangan 3 Pemantapan dan Hunting Lokasi kegiatan demplot 3 petugas lapangan 4 Penjelasan Teknik Lapangan dan pengukuran lahan
demplot
3 petugas lapangan 5 Pemilihan bahan entres 3 petugas lapangan 6 Penjelasan teknis dan aplikasi penyambungan kopi 3 petugas lapangan 7 Aplikasi pemupukan dan pemangkasan tanaman
kopi
2 petugas lapangan 8 Pengamatan lapangan 2 petugas lapangan
(31)
Berbagai aktifitas sudah dilakukan oleh petugas/ penyuluh lapangan dalam kaitannya dengan tugas dan fungsinya dalam membina petani/ kelompok tani di wilayah kerjanya. Sudah banyak perobahan yang terjadi dengan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan perkebunan kopi yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu. Pada tahun sebelumnya sangat minim bimbingan ke petani hanya ada 2 kali kunjungan oleh penyuluh lapangan dalam rangka pembinaan dalam bentuk pertemuan yang membahas adanya rencana program bantuan yang akan diberikan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang. Pada tabel 3 diatas terlihat adanya perobahan yang signifikan dalam hal kunjungan ke kelompok tani maupun petani koperator pendampingan pengembangan kawasan perkebunan kopi. Ada sembilan kali kunjungan pembinaan/ pendampingan dengan jumlah petugas yang datang 2 – 4 orang sesuai dengan bentuk binaan yang dilakukan.
4.5. Studi Banding
Studi Banding ini merupakan salah satu Kegiatan pendukung Pendampingan kawasan Perkebunan Kopi untuk memperoleh inovasi teknologi yang bisa diterapkan dan dikembangkan baik untuk sekarang maupun masa yang akan datang. Studi banding dilaksanakan di Balai penelitian komoditas yang menangani/ mandat tanaman kopi yaitu di Balai Penelitian Tanaman I ndustri (Balittri) Pakuwon Sukabumi Jawa Barat. Dari pelaksanaan studi banding ini ada beberapa inovasi yang diharapkan bisa mendukung pengembangan kopi kususnya di kapupaten Kepahiang dan Rejang Lebong. Beberapa hasil tersebut adalah :
a. I novasi Matang Serentak
I novasi matang serentak buah adalah membuat buah kopi matang secara bersamaan dengan cara mengkondisikan tanaman berbunga serentak sehingga berbuah serentak dan matang juga serentak. Metode ini pada prinsipnya adalah menciptakan keseimbangan hara dalam tanah dengan penyediaan pupuk kandang dengan pupuk hayati. Pupuk hayati yang digunakan adalah Bionema yang merupakan agen hayati yang berbentuk cair yang berbahan baku Bacillus. Pupuk ini dikombinasikan dengan pupuk kandang (Perbandingan 5 kg pupuk kandang : 10 g pupuk cair) dan diaplikasikan pada tanaman kopi.
(32)
Gambar 9 Pupuk hayati dan tanaman kopi berbunga serentak b. Naungan Produktif
Naungan sangat diperlukan untuk pertanaman kopi. Naungan yang dianjurkan adalah dengan menjaga agar intensitas cahaya berkisar antara 60 – 80 % . Sehingga perlu diadakan pemangkasan kalau sudah terlalu ternaungi. Diantara pohon produktif yang dianjurkan adalah Tanaman Petai. Disamping produktif tanaman ini juga berfungsi menyerap Nitrogen yang ada di udara. Kunjungan ke Kebun Percobaan dan Diseminasi
a. Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS)
Klon unggul kopi Robusta yang sudah dihasilkan antara lain BP 42, BP 358, BP 234, SA 237. Di lapangan tanaman ini ditanam dalam bentuk komposisi karena tanaman kopi Robusta ini menyerbuk silang. Kondisi tanaman saat itu baru berumur 6 bulan (belum produksi).
(33)
b. Stek berakar
Stek berakar merupakan salah satu cara perbanyakan bibit tanaman kopi yang dapat dilakukan dalam waktu cepat dan jumlah yang banyak. Bagian tanaman yang diambil adalah wiwilan yang tumbuh pada pohon utama dan diambil bagian ruas yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Kemudian ditanam pada media yang sudah disiapkan pada bedengan ukuran 8 x 1,5 m yang ditutup plastik. Media yang digunakan adalah campuran pasir sungai dengan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1. Biasanya 3 minggu tanaman sudah kelihatan tumbuh.
Gambar 11. Prosedur Perbanyakan bibit kopi stek berakar (Stek, Bedengan dan pertanaman dalam polibeg)
c. Pasca Panen (I novasi olah basah)
I novasi ini sebenarnya sudah lama ada, namun belum banyak diterapkan oleh petani. I novasi ini menggunakan 2 jenis mesin yaitu mesin pengupas kulit buah (fullper) dan mesin pengupas kulit tanduk (Huller) yang menghasilkan gabah kopi. Buah yang digunakan buah yang sudah masak merah. Penjemuran dilakukan dilantai semen sampai kadar air 12 % .
d. Ruang Diseminasi
Di ruang diseminasi indoor di pajangkan berbagai produk inovasi kopi antara lain biji kopi varietas unggul dengan kadar air 12 % , biji kopi yang sudah diolah dalam bentuk kemasan, pupuk hayati dan Biopestisida
(34)
Gambar 12. Biji kopi dan bubuk kopi dalam kemasan produk Balittri. 4.6. Apresiasi
Apresiasi adalah penghargaan atau penilaian yang positif terhadap suatu karya tertentu. Dalam apresiasi disamping menyampaikan dan menginformasikan hasil kegiatan pendampingan peremajaan tanaman kopi yang dilakukan di lahan petani kepada petani lainnya serta stakeholder juga sekaligus menghimpun masukan dan saran saran dari petani dan stakeholder terkait dengan mengembangan kopi dan permasalahannya.
Kegiatan Apresiasi dilaksanakan di Desa Tangsi Duren Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Mengingat di Kecamatan ini ada 2 kegiatan terkait komoditas kopi yaitu Pendampingan Pengembangan Kawasan Perkebunan Kopi dan Kajian Peremajaan Kopi Rakyat dengan Sistem Kapak Kulai, maka pelaksanaan Apresiasi digabung dengan judul Workshop dan Apresiasi Pendampingan Kawasan Kopi Melalui I novasi Pemupukan, Peremajaan dan Pasca Panen di Provinsi Bengkulu. Kegiatan Workshop kusus untuk petani peserta Kajian Peremajaan Kopi Rakyat dengan Sistem Kapak Kulai di Desa Tangsi Duren. Kegiatan ini diikuti sebanyak 136 peserta yang berasal dari petani 3 Desa yaitu Desa Babakan Bogor, Desa Tangsi Duren dan Desa Pagar Gunung serta para penyuluh daerah/ desa masing masing binaan. Dalam kegiatan Apresiasi ini juga diikuti 5 kelompok tani kopi dari Kabupaten Rejang Lebong dan 2 petugas dari Dinas Kehutanan dan perkebunan Kabupaten Rejang Lebong. Para petani dari 5 kelompok dari Rejang Lebong ini diharapkan dapat menjadi fasilitator untuk pengembangan kopi di desanya masing masing. Nara sumber dan materi yang disampaikan seperti tabel dibawah.
(35)
Tabel 4. Materi Worshop dan Apresiasi Pendampingan Kawasan Kopi melalui I novasi Pemupukan, Peremajaan dan Pasca Panen di Provinsi Bengkulu
No Materi Pemateri
1. Kebijakan Pengembangan Usahatani Perkebunan Kopi di Kabupaten Kepahiang
Kepala Dinas Perkebunan Kab. Kepahiang
2. Program dan Kebijakan Penyuluhan dalam Rangka Percepatan dan Pengembangan Kopi di Kabupaten Kepahiang
Kepala BP4K Kab. Kepahiang
3. I novasi Teknologi Peremajaan Kopi Sistem Sambung Sebagai Upaya Bagi Percepatan Pengembangan Usahatani Perkebunan Kopi di Kabupaten Kepahiang
Drs. Afrizon, M.Si
4. Kajian Pemupukan dan Peremajaan Kopi Rakyat Dengan Sistem Kapak Kulai di Kepahiang
Dr. Wahyu Wibawa, MP
5. Diskusi Narasumber dan tim
6. Kunjungan lapangan Beberapa hasil diskusi apresiasi.
1. Pada budidaya kopi sangat penting penggunaan klon yang unggul. Dimana klon unggul adalah suatu genotipe tanaman yang memiliki potensi hasil dan sifat-sifat agronomis lebih baik dari pada genotipe standar yang biasa digunakan sebagai bahan tanaman dalam pertanaman komersial. Keunggulan suatu klon ditentukan oleh faktor genetik yang dikandungnya dan diekspresikan dalam bentuk morfologis, susunan anatomis dan proses fisiologis yang menunjang pertumbuhan, potensi hasil dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Perbedaan keunggulan suatu klon dengan klon lainya disebabkan oleh perbedaan susunan genetik yang menunjang ketiga faktor di atas.
2. Pemeliharaan yang intensif (pemupukan, pemangkasan, pengaturan naungan dan pengendalian gulma) dapat meningkatkan produksi dan mutu. Pemupukan sangat diperlukan dalam hal memenuhi ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman, pemangkasan tanaman kopi diperlukan untuk mempertahankan kerangka tanaman. yang sudah terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif, membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki (seperi cabang sakit, patah dan tunas air). Selain itu pemangkasan pemeliharaan juga bertujuan untuk merangsang pembentukan daun baru, bunga dan buah.
(36)
3. Panen petik merah merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan mutu dan harga jual biji kopi ditingkat petani. Biji kopi yang berkualitas baik adalah biji kopi yang dipanen dalam keadaan matang sempurna, yaitu yang memiliki kulit berwarna merah pada semua bagian sisinya. Hal ini oleh para petani kopi biasa disebut sebagai panen petik merah. Pada panen biji kopi merah prosesnya harus dilakukan secara selektif, karena kematangan biji kopi tidak terjadi secara serentak dalam satu dompol. Biji kopi yang masih berwarna hijau tetap dibiarkan untuk waktu pemanenan berikutnya. Proses pemanenan petik merah ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kematangan agar tidak mengalami perubahan kualitas pada proses pengolahan.
4. Penanganan pasca panen perlu diterapkan kususnya penggunaan tempat jemur dari lantai semen. Penjemuran merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk pengeringan biji kopi. Jika cuaca memungkinkan, proses pengeringan sebaiknya dipilih dengan cara penjemuran penuh cahaya matahari. Secara teknis cara penjemuran akan memberikan hasil yang baik jika syarat-syarat berikut dapat dipenuhi, yaitu :
- Sinar matahari mempunyai intensitas yang cukup dan dapat dimanfaatkan secara maksimal.
- Lantai jemur dibuat dari bahan yang mempunyai sifat menyerap panas. - Tebal tumpukan biji kopi di lantai jemur harus optimal.
- Pembalikan yang cukup
- Biji kopi berasal dari buah kopi yang masak.
- Penyerapan ulang air dari permukaan lantai jemur harus dicegah.
5. Pada tanaman kopi yang tidak produktif perlu segera diadakan peremajaan dengan klon unggul lokal yang sesuai yang sudah dilepas oleh Kementerian Pertanian (Sintaro 1, Sintaro 2, Sintaro 3 dan Sehacence). Tujuan yang paling utama dari peremajaan adalah untuk meningkatkan hasil produksi dari pohon kopi tersebut dan mempertahankan umur produktif. Salah satu peremajaan dilakukan dengan cara menyambungkan antara kopi yg tidak berbuah lebat atau tidak produktif dengan yg berbuah lebat sepanjang tahun atau klon unggul.
(37)
biaya produksi. Penggunaan kompos juga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia (substitusi).
7. Keterlibatan para petugas penyuluh lapangan dalam membina petani sangat diperlukan dalam proses adopsi inovasi teknologi.
8. Diperlukan koordinasi dan sinergi antara Dinas teknis (Hutbun, BP4K) dengan dinas Perindustrian dan perdagangan dalam hal pemasaran kopi
Gambar 13. sambutan Kepala BPTP dalam pembukaan Apresiasi
Gambar 14. Penyampaian materi I novasi Teknologi Peremajaan Kopi dan kajian pemupukan dengan sistem kapak kulai
Penyebaran bahan diseminasi
Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Untuk diseminasi bidang inovasi teknologi pertanian yang di informasikan pada kegiatan ini adalah berupa hasil hasil penelitian dan review dari beberapa sumber yang diharapkan di adopsi dan dimanfaatkan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Adapun
(38)
bahan diseminasi yang sudah dubuat dan disebarkan kepada pengguna terditi dari :
a) Leaflet terdiri dari 3 judul : 1. Pemeliharaan Tanaman
2. Teknik Penyambungan dan Pemeliharaan Hasil Sambungan Tanaman Kopi 3. Teknik panen dan pengolahan kopi
b) Banner terdiri dari 1 Judul :
Peremajaan Kopi sistem sambung dan Pemeliharaan (upaya meningkatkan produksi dan mutu)
(39)
V. KESI MPULAN
1. I novasi teknologi peremajaan penyambungan dengan klon unggul, pemupukan dan pemangkasan yang diterapkan bisa sebagai percontohan bagi petani kopi untuk memberi pengetahuan dalam upaya meningkatkan produksi dan mutu kopi.
2. Secara kuantitatif perlu waktu untuk bisa melihat peningkatan pengetahuan petani terhadap inovasi, namun demplot inovasi teknologi peremajaan penyambungan sudah bisa memberi pengertian kepada petani terhadap pentingnya penggunaan klon unggul untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi.
3. Peran dan fungsi atau partisipasi penyuluh lapangan akan lebih optimal dengan adanya demplot I novasi teknologi peremajaan penyambungan yang diterapkan dilahan petani terlihat dari intensitas kunjungan pembinaan ke petani.
(40)
KI NERJA HASI L PENGKAJI AN
I novasi yang sudah diterapkan pada lahan petani seluas 1 hektar yaitu peremajaan penyambungan tanaman kopi dengan klon unggul Nasional yaitu Sintaro 1, Sintaro 2, Sintaro 3 dan Sehasenshe serta 1 klon unggu lokal yang belum dilepas serta inovasi pemupukan dan pemangkasan tanaman. Penyambungan menggunakan 2 sistem yaitu Tag Ent dan Top Ent. Dari pengamatan pertumbuhan tanaman yang tumbuh setelah disambung adalah 81 % . Pada tahun pertama pendampingan belum sampai pada produksi tanaman dan dan perlu waktu untuk melihat tingkat pengetahuan dan adopsi petani terhadap inovasi teknologi yang diaplikasikan di lapangan. Untuk partisipasi penyuluh lapangan memperlihatkan aktifitas yang cukup baik yang terlihat dari 9 (sembilan) kali kunjungan lapangan dalam bentuk pendampingan berbagai kegiatan di areal demplot peremajaan. Hal semacam ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Bahan diseminasi yang sudah disebar kepada para pengguna sebanyak 2 jenis (3 judul leaflet dan 1 judul Banner).
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRI MA TANI . Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.
BPS Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bengkulu 496 p. Disnakkan Kab. Kepahiang, 2014. Data dan Potensi Ternak Kabupaten Kepahiang
Tahun 2009-2014.Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang.Kepahiang.
Ditjen Perternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Perternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Direktorat Jenderal Perternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Hendayana R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan I novasi Pertanian. http: / / ekonomi.kompasiana.com/ agrobisnis/ 2011/ 02/ 13/ mem percepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian [ 22 Juni] . Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian.
Permentan no.50 tahun 2012, Jakarta.
Kementerian Pertanian, 2014. Rancangan Model Pengembangan Kawasan Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta.
Pambudi, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A. Satria. 2001. Kumpulan Pemikiran. Bias dan Kewirausahaan Dalam Sistem Agribisnis. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda, cetakan ketiga (edisi revisi). Bogor.
Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.
Rambe, S.S.M.R. 2013. I dentifikasi Masalah Teknologi Dan Kelembagaan Dalam Pengembangan Kawasan Jeruk Di Kabupaten Lebong. Prosiding Temu Teknis.Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.
Tjitropranoto, P. 2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan I nformasi Pertanian. Balai Pusat Pengkajian Teknologi Pertanian. Bogor.
(42)
ANALI SI S RI SI KO
Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional. Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun responsif (table 5).
Tabel 5. Daftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tahun 2016.
NO. Risiko Penyebab Dampak
1. Koordinasi antar SKPD pendukung kurang lancar
•
Masing-masing SKPD menjalankantupoksinya sendiri dan belum
terintegrasi
•
Permentan No.50tahun 2012 belum dipahami
•
Peningkatan produksi dan produktivitas (kinerja bersama) tidak tercapai•
Konsep pengembangan kawasan tidak tercapai secara optimalTabel 6. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional tahun 2015.
NO. Risiko Penyebab Penanganan
1. Koordinasi antar SKPD pendukung kurang lancar
•
Masing-masing SKPD menjalankantupoksinya sendiri dan belum
terintegrasi
•
Permentan No.50tahun 2012 belum dipahami
•
Dilakukan sosialisasi Permentan No.50 tahun 2012•
Meningkatkankoordinasi dan kerja sama antara stakeholder di daerah lebih dioptimalkan
•
Optimalisasi sinergi program daerah(43)
TENAGA DAN ORGANI SASI PELAKSANAAN
Tabel 7. Tenaga yang Terlibat dalam Kegiatan N
o.
Nama/ NI P Jabatan Fungsional/ Bidang Keahlian Jabatan dalam Kegiatan Uraian Tugas
1. Drs. Afrizon, M.Si/ Peneliti Muda/ Budidaya Pertanian Penang-gung Jawab
1. Mengkoordinir anggota tim dalam menyusun perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan kegiatan. 2. Membuat perencanaan,
pelaksanaan kegiatan pendampingan. 3. Mengendalikan
kegiatan terkait fisik dan keuangan secara periodik.
2. Siti Rosmanah, SP/ 19820303 2009122004 Peneliti Pertama/ Budidaya Pertanian
Anggota 1. Membantu membuat perencanaan,
pelaksanaan kegiatan pendampingan.
2. Membantu pelaksanaan kegiatan terkait
kegiatan sosial ekonomi. 3. Kusmea Dinata,
SP/ 19831024 2011121001 Peneliti Pertanian/ HPT
Anggota 1. Membantu membuat perencanaan,
pelaksanaan kegiatan pendampingan.
2. Membantu pelaksanaan kegiatan terkait kegiatan sosial ekonomi. 4. Marzan/ 19640321 1997031001
Teknisi Anggota 1. Membantu membuat perencanaan,
pelaksanaan kegiatan pendampingan.
2. Membantu pelaksanaan kegiatan terkait
kegiatan sosial ekonomi.
(44)
JANGKA WAKTU KEGI ATAN
Tabel 8. Jadwal kegiatan
N
o. Uraian
Bulan
ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan
Penyususan RODHP, Juklak dan seminar
Perbaikan RODHP 2. Pelaksanaan lapangan
Koordinasi dengan stakeholder
I dentifikasi kebutuhan teknologi
Apresiasi hasil
identifikasi kebutuhan teknologi
I mplementasi
teknologi di lapangan Temu lapang
Kompilasi dan analisis data
3. Respon petani Pelaporan Laporan bulanan Laporan tengah tahun Laporan tahunan
(45)
PEMBI AYAAN
Tabel 9. Rencana Anggaran Biaya N
o. Uraian Volume
Harga Satuan (Rp.)
Jumlah (Rp.) 1. Belanja Bahan
• Fotocopy dan pengandaan
• Dokumentasi • Konsumsi 1 paket 1 paket 100 OK 1.000.000 1.000.000 50.000 1.000.000 1.000.000 5.000.000 2. Honor Output Kegiatan
• UHL
• Petugas Lapang
60 OH 20 OH 35.000 100.000 2.100.000 2.000.000 Belanja Barang Untuk Persediaan
Barang Konsumsi
• Bahan pendampingan dan Bahan pendukung lainnya
• ATK, komputer suplies, penjilidan laporan
• Bahan diseminasi/ penyuluhan
1 tahun 1 tahun 1 paket 10.300.000 5.250.000 2.000.000 10.300.000 5.250.000 2.000.000 3. Belanja Jasa Profesi
• Narasumber, fasilitator, evaluator, dll
1 OJ 500.000 500.000 4. Belanja Perjalanan Biasa
• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (Berkisar antara Rp.365.000; s/ d
Rp.5.000.000; )
6 OP 5.000.000 30.000.000
(46)
Tabel 10. Realisasi Anggaran N o. Uraian Realisasi Anggaran (Rp) Persentase Keuangan (% ) Persentase Fisik (% ) 1. Belanja Bahan
• Fotocopy dan pengandaan
• Dokumentasi • Konsumsi 960.000 650.000 5.000.000 96 65 100 100 100 100 2. Honor Output Kegiatan
• UHL
• Petugas Lapang
2.100.000 2000.000 100 100 100 100 Belanja Barang Untuk
Persediaan Barang Konsumsi
• Bahan pendampingan dan Bahan pendukung lainnya
• ATK, komputer suplies, penjilidan laporan • Bahan diseminasi/ penyuluhan 10.295.000 5.225.400 2.000.000 99,95 99,53 100 100 100 100 3. Belanja Jasa Profesi
• Narasumber, fasilitator, evaluator, dll
500.000 100 100 4. Belanja Perjalanan Biasa
• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan
(Berkisar antara Rp.365.000; s/ d Rp.5.000.000; )
29.906.000 99,68 100
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRI MA TANI . Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.
BPS Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bengkulu 496 p. Disnakkan Kab. Kepahiang, 2014. Data dan Potensi Ternak Kabupaten Kepahiang
Tahun 2009-2014.Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang.Kepahiang.
Ditjen Perternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Perternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Direktorat Jenderal Perternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Hendayana R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan I novasi Pertanian. http: / / ekonomi.kompasiana.com/ agrobisnis/ 2011/ 02/ 13/ mem percepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian [ 22 Juni] . Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian.
Permentan no.50 tahun 2012, Jakarta.
Kementerian Pertanian, 2014. Rancangan Model Pengembangan Kawasan Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta.
Pambudi, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A. Satria. 2001. Kumpulan Pemikiran. Bias dan Kewirausahaan Dalam Sistem Agribisnis. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda, cetakan ketiga (edisi revisi). Bogor.
Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.
Rambe, S.S.M.R. 2013. I dentifikasi Masalah Teknologi Dan Kelembagaan Dalam Pengembangan Kawasan Jeruk Di Kabupaten Lebong. Prosiding Temu Teknis.Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.
Tjitropranoto, P. 2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan I nformasi Pertanian. Balai Pusat Pengkajian Teknologi Pertanian. Bogor.
(2)
ANALI SI S RI SI KO
Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional. Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun responsif (table 5).
Tabel 5. Daftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tahun 2016.
NO. Risiko Penyebab Dampak
1. Koordinasi antar SKPD pendukung kurang lancar
•
Masing-masing SKPD menjalankantupoksinya sendiri dan belum
terintegrasi
•
Permentan No.50 tahun 2012 belum dipahami•
Peningkatan produksi dan produktivitas (kinerja bersama) tidak tercapai•
Konseppengembangan kawasan tidak tercapai secara optimal
Tabel 6. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional tahun 2015.
NO. Risiko Penyebab Penanganan
1. Koordinasi antar SKPD pendukung kurang lancar
•
Masing-masing SKPD menjalankantupoksinya sendiri dan belum
terintegrasi
•
Permentan No.50 tahun 2012 belum dipahami•
Dilakukan sosialisasi Permentan No.50 tahun 2012•
Meningkatkankoordinasi dan kerja sama antara stakeholder di daerah lebih dioptimalkan
•
Optimalisasi sinergi program daerah(3)
TENAGA DAN ORGANI SASI PELAKSANAAN
Tabel 7. Tenaga yang Terlibat dalam Kegiatan N
o.
Nama/ NI P Jabatan Fungsional/ Bidang Keahlian
Jabatan dalam Kegiatan
Uraian Tugas
1. Drs. Afrizon, M.Si/ Peneliti Muda/ Budidaya Pertanian
Penang-gung Jawab
1. Mengkoordinir anggota tim dalam menyusun perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan kegiatan. 2. Membuat perencanaan,
pelaksanaan kegiatan pendampingan. 3. Mengendalikan
kegiatan terkait fisik dan keuangan secara periodik.
2. Siti Rosmanah, SP/ 19820303
2009122004
Peneliti Pertama/ Budidaya Pertanian
Anggota 1. Membantu membuat perencanaan,
pelaksanaan kegiatan pendampingan.
2. Membantu pelaksanaan kegiatan terkait
kegiatan sosial ekonomi. 3. Kusmea Dinata,
SP/ 19831024 2011121001
Peneliti Pertanian/ HPT
Anggota 1. Membantu membuat perencanaan,
pelaksanaan kegiatan pendampingan.
2. Membantu pelaksanaan kegiatan terkait
kegiatan sosial ekonomi. 4. Marzan/
19640321 1997031001
Teknisi Anggota 1. Membantu membuat perencanaan,
pelaksanaan kegiatan pendampingan.
2. Membantu pelaksanaan kegiatan terkait
(4)
JANGKA WAKTU KEGI ATAN
Tabel 8. Jadwal kegiatan
N
o. Uraian
Bulan
ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan
Penyususan RODHP, Juklak dan seminar
Perbaikan RODHP 2. Pelaksanaan lapangan
Koordinasi dengan stakeholder
I dentifikasi kebutuhan teknologi
Apresiasi hasil
identifikasi kebutuhan teknologi
I mplementasi
teknologi di lapangan Temu lapang
Kompilasi dan analisis data
3. Respon petani Pelaporan Laporan bulanan Laporan tengah tahun Laporan tahunan
(5)
PEMBI AYAAN
Tabel 9. Rencana Anggaran Biaya N
o. Uraian Volume
Harga Satuan (Rp.)
Jumlah (Rp.) 1. Belanja Bahan
• Fotocopy dan pengandaan • Dokumentasi
• Konsumsi
1 paket 1 paket 100 OK
1.000.000 1.000.000 50.000
1.000.000 1.000.000 5.000.000 2. Honor Output Kegiatan
• UHL
• Petugas Lapang
60 OH 20 OH
35.000 100.000
2.100.000 2.000.000 Belanja Barang Untuk Persediaan
Barang Konsumsi
• Bahan pendampingan dan Bahan pendukung lainnya
• ATK, komputer suplies, penjilidan laporan
• Bahan diseminasi/ penyuluhan
1 tahun 1 tahun 1 paket
10.300.000 5.250.000 2.000.000
10.300.000 5.250.000 2.000.000 3. Belanja Jasa Profesi
• Narasumber, fasilitator, evaluator, dll
1 OJ 500.000 500.000 4. Belanja Perjalanan Biasa
• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (Berkisar antara Rp.365.000; s/ d
Rp.5.000.000; )
6 OP 5.000.000 30.000.000
(6)
Tabel 10. Realisasi Anggaran N
o. Uraian
Realisasi Anggaran
(Rp)
Persentase Keuangan
(% )
Persentase Fisik (% ) 1. Belanja Bahan
• Fotocopy dan pengandaan • Dokumentasi
• Konsumsi
960.000 650.000 5.000.000
96 65 100
100 100 100 2. Honor Output Kegiatan
• UHL
• Petugas Lapang
2.100.000 2000.000
100 100
100 100 Belanja Barang Untuk
Persediaan Barang Konsumsi • Bahan pendampingan dan
Bahan pendukung lainnya • ATK, komputer suplies,
penjilidan laporan • Bahan
diseminasi/ penyuluhan
10.295.000 5.225.400 2.000.000
99,95 99,53 100
100 100 100 3. Belanja Jasa Profesi
• Narasumber, fasilitator, evaluator, dll
500.000 100 100 4. Belanja Perjalanan Biasa
• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan
(Berkisar antara Rp.365.000; s/ d Rp.5.000.000; )
29.906.000 99,68 100