Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2015

(1)

PENYUSU

KOMODI TAS P

SKALA 1:50.00

LEBON

BALAI PENGKAJI

BADAN PENELI TI

LAPORAN AKHI R

SUNAN PETA PEWI LAYAHA

PERTANI AN BERDASARK

000 KABUPATEN KEPAHI A

NG PROVI NSI BENGKULU

HAMDAN

AJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BEN

ELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PER

No. K

HAN

RKAN AEZ

I ANG DAN

LU

BENGKULU

PERTANI AN


(2)

LAPORAN AKHI R

PENYUSUNAN PETA PEWI LAYAHAN

KOMODI TAS PERTANI AN BERDASARKAN AEZ

SKALA 1:50.000 KABUPATEN KEPAHI ANG DAN

LEBONG PROVI NSI BENGKULU

Hamdan

Waw an Eka Putra

Hertina Artanti

Bahagia

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kegiatan Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan AEZ Skala 1: 50.000 Kabupaten Kepahiang Dan Lebong Provinsi Bengkulu. Kegiatan ini mempunyai arti penting mendukung pelaksanaan penelitian dan pengkajian oleh BPTP Bengkulu.

Laporan ini telah kami susun semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan dan pembuatan laporan tengah tahun ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar -lebarnya saran dan kritik kepada kami sehingga dapat memperbaiki pelaksanaan kegiatan dan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bengkulu, Desember 2015 Penanggungjawab Kegiatan,

Hamdan, SP., M.Si.


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas

Pertanian Berdasarkan AEZ Skala 1: 50.000 Kabupaten Kepahiang dan Lebong Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jl. I rian Km.6.5 Kel. Semarang Kota Bengkulu 38119

4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu 5. Status Penelitian (L/ B) : Lama

6. Penanggung jawab :

a. Nama : Hamdan, SP., M.Si.

b. Pangkat/ Golongan : Penata I I I / c c. Jabatan : Peneliti Muda

7. Lokasi : Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem :

-9. Tahun Mulai : 2013

10. Tahun Selesai : 2015

11. Output tahunan : Peta Pewilayahan Komoditas Skala 1: 50.000 berdasarkan AEZ Kabupaten Kepahiang dan Lebong

12. Output Akhir : Peta Pewilayahan Komoditas Provinsi Bengkulu Skala 1: 50.000 berdasarkan AEZ

13. Biaya : Rp. 135.660.000,- (Seratus tiga puluh lima juta enam ratus enam puluh ribu rupiah)

Koordinator Program Penanggung Jawab Kegiatan

Dr. I r. Wahyu Wibawa, MP Hamdan,SP., M.Si

NI P. 19690427 199803 1 001 NI P. 19772106 200212 1 001

Mengetahui,

Kepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. I r. Abdul Basit, MS Dr. I r. Dedi Sugandi, MP NI P. 19610929 198603 1 003 NI P. 19590206 198603 1 002


(5)

DAFTAR I SI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

DAFTAR I SI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPI RAN ... vii

RI NGKASAN DAN SUMMARY ... viii

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan ... 3

1.3. Luaran ... 3

1.4. Perkiraan Dampak dan Manfaat ... 3

I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 5

I I I . METODOLOGI ... 7

3.1. Waktu dan Lokasi... 7

3.2. Alat dan Bahan ... 7

3.3. Ruang Lingkup Kegiatan ... 7

3.4. Metode Pelaksanaan Pengkajian ... 8

3.4.1.Penyiapan data... 8

3.4.2.I dentifikasi lahan ... 9

3.4.3.Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 10

3.4.4.Verifikasi Lapangan ... 10

3.4.5.Konsultasi dengan I nstansi Terkait ... 11

3.4.6.Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas ... 11

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 12

4.1. Geografis Kabupaten Kepahiang ... 12

4.2. Kependudukan... 13

4.3. Kondisi I klim ... 13

4.4. Geografis Kabupaten Lebong ... 15

4.5. Kependudukan... 16

4.6. Kondisi I klim ... 16

4.7. I dentifikasi dan Karakterisasi Sumberdaya Lahan ... 17

4.7.1. Karakteristik Subgrup Landform Kabupaten Kepahiang ... 17

4.7.2. Karakteristik Subgrup Landform Kabupaten Lebong ... 30

4.7.3. Sifat Kimia dan Status Kesuburan Tanah ... 57

4.7.4. Kesesuaian Lahan Komoditas Pertanian ... 63

4.7.5. Pewilayahan Komoditas Pertanian ... 72

V. KESI MPULAN ... 82

5.1. Kesimpulan ... 82

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

JADWAL KERJA ... 87

PEMBI AYAAN ... 88

PERSONALI A ... 90


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jumlah desa, penduduk, luas dan kepadatan penduduk dirinci per

kecamatan di Kabupaten Kepahiang Tahun 2014 ... 13

2. Anasir iklim Kabupaten Kapahiang Tahun 2014... 14

3. Jumlah desa, penduduk, luas dan kepadatan penduduk dirinci per kecamatan di Kabupaten Lebong Tahun 2014 ... 16

4. Anasir iklim Kabupaten Lebong Tahun 2014 ... 17

5. Legenda satuan lahan Kabupaten Kepahiang 2014 ... 30

6. Legenda satuan lahan Kabupaten Lebong Tahun 2015 ... 56

7. Kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman pangan Kabupaten Kepahiang Tahun 2015 ... 64

8. Kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman hortikultura aneka sayur Kabupaten Kepahiang Tahun 2015 ... 65

9. Kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman hortikultura aneka buah Kabupaten Kepahiang Tahun 2015 ... 66

10. Kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman tahunan/ perkebunan Kabupaten Kepahiang tahun 2015 ... 67

11. Kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman pangan Kabupaten Lebong Tahun 2015 ... 68

12. Kelas kesesuaian lahan komoditas hortikultura aneka sayur Kabupaten Lebong Tahun 2015 ... 69

13. Kelas kesesuaian lahan komoditas hortikultura aneka buah Kabupaten Lebong Tahun 2015 ... 70

14. Kelas kesesuaian lahan komoditas perkebunan Kabupaten Lebong Tahun 2015 ... 71

15. Rincian antara pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Kepahiang Lebong Tahun 2015 ... 73

16. Rincian antara pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Lebong Tahun 2015 ... 81

17. Jadwal Kerja ... 87

18. Rencana Anggaran Belanja Kegiatan ... 88

19. Realisasi Anggaran Belanja Kegiatan ... 89


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Peta Administrasi Kabupaten Kepahiang ... 12 2. Peta Administrasi Kabupaten Lebong ... 15 3. Peta satuan lahan Kabupaten Kepahiang ... 28 4. Peta satuan lahan Kabupaten Lebong lembar Air Sebiat (0813-32) dan

Ranah Pelayu (0813-34) ... 51 5. Peta satuan lahan Kabupaten Lebong lembar G. Seblat (0911-13) ... 52 6. Peta satuan lahan Kabupaten Lebong lembar Muara Aman (0912-43) .... 53 7. Peta satuan lahan Kabupaten Lebong lembar Ujung Tanjung (0912-44) .. 54 8. Peta satuan lahan Kabupaten Lebong lembar Air Dingin (0912-42) ... 55 9. Arahan pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Kepahiang... 74 10. Arahan pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Lebong Lembar

Air Sebiat dan Renah Pelaayu (0813-34) ... 76 11. Arahan pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Lebong lembar G.

Seblat (0911-13) ... 77 12. Arahan pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Lebong Lembar

Muara Aman (0912-43) ... 78 13. Arahan pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Lebong Lembar

Ujung Tanjung (0912-44) ... 79 14. Arahan pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Lebong Lembar


(8)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman 1. Foto pelaksanaan survei evaluasi, karakterisasi dan pengambilan

sampel tanah ... 91 2. Hasil analisis sampel tanah Kabupaten Kepahiang Tahun 2015 ... 93 3. Hasil analisis sampel tanah Kabupaten Lebong Tahun 2015 ... 94


(9)

RI NGKASAN

1. Judul : Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas

Pertanian Berdasarkan AEZ Skala 1: 50.000 Kabupaten Kepahiang dan Lebong Provinsi Bengkulu

2. Unit kerja : BPTP Bengkulu

3. Lokasi : Provinsi Bengkulu

4. Agroekosistem :

-5. Status (L/ B) : Lanjutan

6. Tujuan : 1. Mengidentifikasi dan mengkarakterisasi sumberdaya lahan di Kabupaten Kepahiang dan Lebong.

2. Menyusun peta pewilayahan komoditas pertanian unggulan berdasarkan zona agroekologi skala 1: 50.000 di Kabupaten Kepahiang dan Lebong.

7. Keluaran : 1. Karakteristik dan potensi sumberdaya lahan dalam bentuk peta satuan lahan.

2. Peta pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan AEZ Kabupaten Kepahiang dan Lebong skala 1: 50.000

8. Hasil/ pencapaian : Peta satuan lahan dan peta pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah dan Mukomuko

9. Prakiraan Manfaat : I nternal BPTP : Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan Zona Agroekologi sangat diperlukan dalam melaksanakan mandat balai yaitu perakitan teknologi spesifik lokasi sehingga dalam penelitian/ pengkajian terarah kepada wilayah pengembangan komoditas yang akan diteliti/ dikaji.

Eksternal : Sebagai acuan bagi pemerintah

daerah dalam menyusun program

pembangunan khususnya dibidang pertanian. Peta skala 1: 50.000 adalah skala operasional yang dapat dipergunakan sebagai acuan peyusunan program pertanian di tingkat kecamatan.

10. Prakiraan Dampak : 1. Percepatan pengembangan komoditas unggulan/ spesifik lokasi.

2. Pemanfaatan sumberdaya lahan secara optimal.

11. Metodologi : Untuk menyusun peta pewilayahan komoditas diperlukan Modul Pewilayahan Komoditas Komoditas (MPK). Modul tersebut memerlukan


(10)

evaluasi lahan, (2) data peluang investasi, dan (3) data prioritas tanaman. Selain itu data penggunaan lahan saat ini (present land use) diperlukan juga sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam pewilayahan komoditas. Peta pewilayahan komoditas pertanian disajikan dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan legenda dan naskah laporannya. Pemetaan dilakukan melalui beberapa tahapan metodologi, yaitu: inventarisasi sumberdaya lahan berupa penyusunan peta dasar, analisis satuan lahan, verifikasi lapangan berupa pengumpulan data primer dan data sekunder meliputi data biofisik (pengamatan tanah, pengambilan contoh tanah, penyusunan satuan evaluasi lahan) dan data sosial ekonomi pertanian, dan evaluasi sumberdaya lahan. Evaluasi lahan didasarkan pada karakteristik lahan yang bersumber dari data/ peta satuan lahan hasil analisis terrain yang dilengkapi dengan data tanah dan iklim, serta data sosial ekonomi dan budaya. Pendekatan evaluasi lahan dilakukan dengan cara membandingkan (matching) antara karakteristik lahan dan persyaratan penggunaan lahan (land use requirements).

12. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun

13. Biaya : Rp. 135.660.000,- (Seratus tiga puluh lima juta enam ratus enam puluh ribu rupiah)


(11)

SUMMARY

Title : Forming map of commodities zoning based

agroecological zone

I mplementing Unit : Assessment I nstitute for Agricultural Technology of Bengkulu

LocationObjectives : Bengkulu Province

I mmediate objectives : I dentify and characterize of land resources of agricultural in the district of Kepahiang and Lebong

Long term objectives : Map directives of commodities based of AEZ in scale 1: 50.000 for district of Kepahiang and Lebong

Description of Project : Sustainable agriculture only be achieved if land is used in accordance with it is potential and precise management. To determine it is potential, it is necessary to identification and characterization of land resources (soil, climate, and environment) and social economics, both in relation to the development and improvement of productivities of agricultural commodities. The assessment aims to a). I dentify and characterize, and evaluation of the potential of land resources in the district of Kepahiang and Lebong, b). Prepared maps landing agricultural commodities by agroecological zone scale 1: 50,000 at Kepahiang and Lebong district. Geographic I nformation System (GI S) is used in the manufacture and preparation of land resource maps and directions commodities taking into account the state of the existing land use and the results of the analysis of satellite imagery. The main output of this study is the characteristics and potential of the land in map direction of commodities in Kepahiang and Lebong district.

Methodology : Compilation of direction map of commodity uses main of data: (1) data of land evaluation, (2) data on investment opportunities, and (3) the data priority crops. Furthermore, supported by the data of current land use as one of the factors considered in direction of commodities.The map of directive of commodities presented in the form of maps that come with the legend and the text report. Mapping is done through several stages of the methodology, among others: inventory of land resources in the form of preparation of the base map, land units of analysis, field verification


(12)

in the form of collecting primary data and secondary data include biophysical data (observations of soil, soil sampling, preparation of land evaluation units) and socio-economic data agriculture, land resources, and evaluation. Land evaluation is based on the characteristics of the data that comes from the land / land units map terrain analysis incorporating soil and climate data, as well as cultural and socio-economic data. Approach to land evaluation is done by comparing between land characteristics and requirements of land use.

Expected output of the year : Map directives of commodities based agroecological zone.

Duration : 1 (one) year


(13)

135.660.000,-I .

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otonomi daerah secara umum diartikan sebagai pemberian kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 sebagai titik awal pelaksanaan otonomi daerah mengamanatkan kepada pemerintah pusat untuk menyerahkan sebagian kewenangan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada masyarakat dan dapat mengambil keputusan terkait kepentingan daerah serta mngembangkan segala potensi yang ada untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dan kemajuan bangsa.

Semangat reformasi otonomi daerah tersebut perlu diterjemahkan pada berbagai aspek pembangunan antara lain adalah pembangunan di bidang pertanian. Sektor pertanian merupakan pengerak utama pembangunan di wilayah Provinsi Bengkulu. Share Produk Domestik Regional Bruto sektor pertanian atas dasar harga berlaku dalam 10 tahun terakhir mencapai 33% dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 11,39% per tahun. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus 2011 menyatakan bahwa mayoritas penduduk Bengkulu (52,24% ) yang berusia 15 tahun ke-atas bekerja di sektor pertanian (BPS 2011).

Pengelolaan sumberdaya lahan dalam konteks pembangunan kedepan di Provinsi Bengkulu menjadi sangat penting karena berbagai tantangan yang dihadapi semakin komplek seperti; (1) tekanan lahan oleh pertambahan penduduk, kebutuhan lahan untuk pemukiman cenderung menggunakan lahan produktif terutama lahan sawah yang memiliki aksesibilitas paling baik, (2) konservasi lahan dan alih fungsi lahan, membaiknya harga komoditas perkebunan mendorong petani merubah fungsi lahan sawah dan lahan lainnya menjadi kelapa sawit dan karet, (3) degradasi lahan dan kerusakan lahan, pengelolaan lahan yang memiliki topografi bergelombang dan berbukit belum menerapkan konsep konservasi sehingga mengalami penurunan daya dukungnya untuk pertanian, (4) kerusakan lingkungan serta bencana alam yang terus


(14)

meningkat. Permasalahan lain yang dihadapi adalah upaya rekondisi lahan-lahan kelapa sawit yang kurang produktif menjadi lahan sawah.

Pertanian di masa depan diarahkan untuk menjadi sektor ekonomi modern, efisien, berdaya saing dan tangguh (Suryana, 2003). Untuk itu harus dilakukan pemanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup. Selain itu, perlu juga dilakukan rekayasa paket teknologi maju dan spesifik lokasi agar upaya peningkatan efisiensi usaha dalam memproduksi komoditas yang berdaya saing dapat dilakukan dengan baik. Teknologi maju yang dimanfaatkan harus secara teknis dapat diterapkan, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima dan ramah lingkungan.

Wujud kongkret dalam mencapai tujuan di atas adalah upaya pengembangan produk-produk pertanian unggulan yang didasarkan pada keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah, sehingga tercermin adanya pengembangan wilayah atas dasar komoditas unggulan. Dengan demikian, pemilihan komoditas dan usaha pertanian pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan harus mengacu pada kaidah kecocokan wilayah pengembangan dari aspek teknis budidaya sehingga meningkatkan efisiensi dan pendapatan usahatani.

Penyusunan peta pewilayahan komoditas merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pengelolaan sumberdaya lahan yang optimal. Peta ini menyediakan informasi/ data kondisi (1) tanah, terdiri dari media perakaran, retensi hara, toksisitas, (2) iklim,terdiri dari suhu udara, elevasi, curah hujan, (3) terrain, terdiri dari lereng, singkapan batuan, batuan dipermukaan, (4) bahaya banjir dan bahaya erosi, dan (5) kelayakan ekonomi komoditas eksisting.

BPTP Bengkulu telah melaksanakan penyusunan Peta AEZ (Agroecological zones) skala 1: 250.000 pada tahun 2001, terdiri dari Peta AEZ Kabupaten Bengkulu Utara/ Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Rejang Lebong (Winardi, et al. 2001). Untuk memanfaatkan peta AEZ yang lebih operasionaltelah dilakukan penyusunan peta pewilayahan komoditas pada beberapa kecamatan, yaitu: Kecamatan Arga Makmur dan Padang Jaya (Kabupaten Bengkulu Utara), Kecamatan Curup, Bermani Ulu dan Selupu Rejang (Kabupaten Rejang Lebong) serta Kecamatan Manna dan Seginim (Kabupaten


(15)

Bengkulu Selatan).Selanjutnya tahun 2013 dan 2014 telah disusun peta satuan lahan dan pewilayahan komoditas Kabupaten Bengkulu Tengah dan Mukomuko.

Penyusunan peta pewilayah komoditas pertanian merupakan kegiatan strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian untuk mendukung pembangunan pertanian. Kegiatan ini diharapkan selesai pada tahun 2015 untuk seluruh kabupaten/ kota seluruh I ndonesia. Untuk penyelesaian peta tersebut tahun 2015 BPTP Bengkulu akan melakukan kegiatan di Kabupaten Kepahiang dan Lebong.

1.2. Tujuan

1. Mengidentifikasi dan mengkarakterisasi sumberdaya lahan di Kabupaten Kepahiang dan Lebong.

2. Menyusun peta kesesuaian lahan dan peta pewilayahan komoditas pertanian unggulan berdasarkan zona agroekologi skala 1: 50.000 di Kabupaten Kepahiang dan Lebong.

1.3. Luaran

1. Teridentifikasi dan terkarakterisasinya potensi sumberdaya lahan dalam bentuk peta satuan lahan Kabupaten Kepahiang dan Lebongmasing-masing satu lembar.

2. Tersusunnya peta pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Kepahiang dan Lebong skala 1: 50.000 masing-masing satu lembar.

1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak

I nformasi geospasial dalam bentuk peta pewilayahan komoditas, diharapkan dapat menjadi acuan dalam alokasi zona budidaya untuk komoditas tertentu, sehingga produk pertanian yang dihasilkan menjadi lebih optimal, baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya, serta mampu mengurangi resiko pertanian akibat cekaman kekeringan, banjir, bencana alam dan potensi serangan hama dan penyakit. Adapun manfaat yang diharapkan antara lain : 1. Bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan perencanaan penelitian dan

pengkajian, serta pengembangan pertanian wilayah berdasarkan zona agroekologi baik bagi Peneliti BPTP maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Kepahiang dan Lebong.


(16)

2. Bermanfaat untuk menunjang kegiatan agribisnis di wilayah Kabupaten Kabupaten Kepahiang dan Lebongkhususnya dan Provinsi Bengkulu pada umumnya.

3. Bermanfaat sebagai sumber informasi potensi khususnya potensi lahan untuk pengembangan komoditas pertanian spesifik lokasi dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan program pembangunan pertanian ditingkat operasional sesuai dengan tata ruang dan kondisi wilayah.

Adapun perkiraan dampak dari kegiatan ini antara lain:

1. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian untuk produksi pangan secara dinamis, lestari, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pangan.

2. Pengembangan komoditas pertanian yang memberi arti ekonomis bagi wilayah secara keseluruhan dan dapat dikembangkan dalam skala luas. 3. Pengembangan agribisnis dan agroindustri yang berdaya saing,


(17)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

Konsep AEZ (Agroecological zones) diperkenalkan oleh FAO (1978) untuk evaluasi lahan di Afrika dengan menggunakan peta tanah FAO 1974 skala 1: 5.000.000 dengan parameter panjang periode tumbuh (length of growing period) dan suhu. Selanjutnya, FAO merekomendasikan penggunaan AEZ pada tingkat nasional dan provinsi pada skala 1: 1.000.000 - 1: 500.000 (Kassam et al., 1991). AEZ didefinisikan sebagai pengelompokan wilayah ke dalam zona-zona berdasarkan kemiripan (similarity) karakteristik iklim, terrain, dan tanah, yang memberikan keragaan (performance) tanaman tidak berbeda secara nyata (FAO, 1996).

Peta zone agro ekologi Provinsi Bengkulu skala 1: 250.000 yang telah disusun oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu bersama Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) merupakan kumpulan data/ informasi sumberdaya lahan yang menjelaskan pengelompokan suatu wilayah ke dalam zona - zona pengembangan pertanian, perkebunan dan sistem kehutanan serta alternatif komoditas berdasarkan kesamaan karakteristik biofisik (lahan dan iklim) lingkungan. I nformasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan pengembangan pertanian daerah untuk menjaga keberlanjutan produksi dan produktivitas serta kelestarian lingkungannya. Pengelompokan wilayah ke dalam zona - zona agroekologi, dapat membantu dalam perakitan dan penerapan paket teknologi yang disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan (Amien et al., 1997).

Peta ZAE skala 1: 250.000 penggunaannya terbatas pada tingkat provinsi untuk perencanaan pengembangan pertanian. Agar terjaga kesinambungan dalam perencanaan pengembangan pertanian, data/ informasi sumberdaya lahan tersebut perlu dijabarkan ke dalam skala yang lebih detil, yaitu dengan penyusunan Pewilayahan Komoditas Pertanian skala 1: 50.000. Pada skala tersebut diperlukan informasi yang lebih detil terutama yang berkaitan dengan sifat dan karakteristik lahan, sebagai prasyarat utama dalam evaluasi lahan. Sifat dan karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan adalah tanah (media perakaran, retensi hara, toksisitas), iklim (suhu udara, elevasi, curah hujan), terrain (lereng dan singkapan batuan), bahaya banjir, dan bahaya erosi (CSR/ FAO, 1983: Djaenuddin, at al. 2000).


(18)

Unsur-unsur terrain seperti lereng dan tingkat torehan mempunyai kaitan erat dengan tingkat kesesuaian lahan, sehingga delineasi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai satuan dasar dalam evaluasi lahan. Secara hirarki, terrain dapat dibedakan berdasarkan skala peta (1: 250.000-1: 10.000) kedalam empat kategori yaitu: terrain province, terrain system, terrain unit, dan terrain component. Kategori terrain unit yang setara dengan land catena dapat digunakan untuk mendelineasi satuan lahan pada skala 1: 50.000 (Kips et al., 1981; Van Zuidam, 1986).

Pendekatan dengan metode analisis terrain telah banyak dilakukan antara lain oleh Mitchell dan Howard (1978) yang membedakan lahan kedalam tujuh kategori, yaitu: land zone-land province-land region-land system-land catena-land facet-catena-land element. Akan tetapi hanya empat kategori yang sering digunakan, yaitu skala 1: 250.000 sampai 1: 5.000. Pendekatan serupa telah dilakukan oleh Kips et. al. (1981) di DAS Sekampung, Provinsi Lampung pada skala 1: 250.000, dan DAS Samin Provinsi Jawa Tengah pada skala 1:25.000. Dent et al. (1977) menggunakan pendekatan sistem lahan (land system) untuk evaluasi sumberdaya lahan tingkat tinjau mendalam skala 1: 100.000 di DAS Cimanuk, Jawa Barat. Desaunettes dalam Dent et al. (1977) telah menyusun

Catalogue of Landform for I ndonesia untuk menunjang pemetaan sumberdaya lahan di I ndonesia. Dalam survei sumberdaya lahan tingkat tinjau Proyek LREP I Sumatera (1987-1990) telah diterapkan pendekatan analisis terrain, terdiri dari komponen landform, litologi, dan relief.


(19)

I I I . METODOLOGI

3.1. Lokasi dan w aktu

Lokasi pengkajian mencakup seluruh wilayah administratif Kabupaten Kepahiang dan Lebong. Kegiatan penyusunan peta pewilayah komoditas berdasarkan AEZ dilaksanakan selama 12 bulan dari Januari–Desember 2015.

3.2. Alat dan bahan

Peralatan pendukung untuk pelaksanakan kegiatan penyusunan peta diantaranya, seperangkat komputer spesifikasi minimum (hardware: - PC Pentium I ntel, RAM 500 MB, HD 2 GB atau lebih besar, software: sistem operasi Windows 2007, Microsoft Office, ArcView, ArcGI S, global mapper, SAGA, dan SPKL. Peralatan Lapang berupa alat observasi tanah di lapang terdiri dari : bor tanah (tanah mineral, sawan dan gambut), pisau lapang, mistar, cangkul untuk pengamatan sifat fisik tanah dan pengambilan sampel tanah. Muncell Soil Color Charts dan pH truogh untuk mengidentifikasi sifat fisik dan kimia tanah. GPS untuk penanda titik, pengukuran ketinggian dan pembuatan track titik observasi dalam data GI S. Disamping peralatan tersebut di atas, juga diperlukan “form isian” untuk mencatat hasil pengamatan tanah di lapangan serta petunjuk pengisiannya. Keduannya (form isian dan petunjuk pengisian) dapat mengacu ke BBSDLP.

3.3.Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan ini diawali dengan pengumpulan peta dasar berupa peta interpretasi citra satelit, peta Rupa Bumi I ndonesai (RBI ), kontur, geologi, DEM, dan peta pendukung lainnya. Tahapan berikutnya dilakukan deliniasi dan updating peta satuan lahan dengan overlay peta kontur dan DEM. Hasil deliniasi ini kemudian dioverlay dengan peta RBI untuk membuat peta satuan lahan sementara. Peta satuan lahan tersebut digunakan sebagai peta dasar untuk identifikasi lahan dan pengambilan contoh tanah di lapangan. Contoh tanah yang diambil secara menyebar pada masing - masing satuan tanah dan dianalisis di laboratorium. Pengamatan tanah di lapangan dan hasil analisis tanah digunakan untuk penyusunan peta satuan lahan, evaluasi kesesuaian lahan dan penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian pada skala 1: 50.000.


(20)

3.4. Metode pelaksanaan pengkajian

Pelaksanaan penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian terdiri dari enam tahapan kegiatan meliputi :

1. Penyiapan data 2. Penyiapan peralatan 3. I dentifikasi lahan 4. Evaluasi lahan 5. Verifikasi lapangan

6. Penyusunan peta pewilayahan komoditas

3.4.1. Penyiapan data

Data dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan terdiri dari data spasial dan data tabular atau basis data tanah, data iklim, citra satelit, dan sosial ekonomi.

1. Data Spasial

- Peta dasar yang terdiri dari peta topografi/ peta rupa bumi, peta administrasi, citra satelit, peta kontur skala 1: 50.000 untuk Kabupaten Kepahiang dan Lebong.

- Peta tematikyang terdiri dari peta tanah, peta observasi, dan penggunaan lahanKabupaten Kepahiang dan Lebong.

- Peta pendukung yang terdiri dari peta - peta yang tersedia seperti peta AEZ, peta tanah tinjau, peta arahan tata ruang pertanian dan peta arahan pengggunaan lahan, masing-masing skala 1 : 250.000.

2. Basis Data Tanah

Basis data tanah yang dikumpulkan terdiri dari basis data morfologi tanah atau Site and Horizon (SH), basis data hasil analisa kimia tanah (SSA), dan basis data satuan peta tanah (MU). Ketiga jenis data tersebut akan digunakan untuk penilaian kesesuaian lahan dan penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan AEZ Kabupaten Kepahiang dan Lebong.

3. Data I klim

Data iklim yang diperlukan berupa data curah hujan, temperatur, kecepatan angin, lama penyinaran, dan kelembaban udara. Data tersebut digunakan untuk penilaian kesesuaian lahan.


(21)

4. Data Sosial Ekonomi

Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan melalui survei sosek tersendiri, ataupun bersamaan dengan tim teknis pada saat verifikasi lapangan. Pengumpulan data sosial ekonomi mengacu ke penyebaran poligon - poligon satuan lahan, sehingga tim sosial ekonomi tidak terlepas dari tim teknis secara keseluruhan. Data sosial ekonomi diperlukan untuk menentukankomoditas unggulan berdasarkan kelayakan usahatani atau investasi pengusahaannya. Usahatani tanaman tertentu dikatakan layak apabila nilai ratio R/ C lebih besar dari satu. I ndikator yang diperhatikan untuk menganalisis kelayakan ekonomi pengelolaan usahatani tanaman tahunan adalah Net Present Value (NPV), I nternal Rate of Return (I RR) dan Benefit Cost Ratio (BCR).Suatu investasi untuk usaha tanaman tahunan tertentu dikatakan layak apabila nilai -nilai indikator tersebut lebih besar dari nol (0).

I ndikator kelayakan sosial-ekonomi dapat diperoleh dari hasil analisis usahatani dan investasi, yakni melalui pengumpulan dan pengolahan data biaya produksi, tingkat produksi, dan harga jual. Data harga - harga (saprodi dan hasil usahatani) serta tingkat upah tenaga kerja diharapkan sudah mencerminkan (mempertimbangkan) kondisi spesifik setempat, misalnya aksesibilitas pasar, jalan, sumber keuangan/ kredit, dan ketersediaan tenaga kerja.

3.4.2. I dentifikasi lahan

Berdasarkan data spasial dan data tabular pendukung yang telah dikumpulkan, serta hasil interpretasi dan analisis terrain dari citra satelit, peta rupa bumi, peta geologi, dan peta penggunaan lahan, telah disusun peta satuan lahan. Peta satuan lahan tersebut dijadikan peta dasar dalam identifikasi lahan di lapangan. Pengamatan biofisik lahan dan lingkungannya dilakukan secara transek yang mewakili beberapa satuan lahan. Pengamatan sifat morfologi tanah di lapang dilakukan dengan pembuatan profil yang mengacu kepada FAO (1990) dan Soil Survey Division Staff (1993), antara lain kedalaman tanah, warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, drainase, pH tanah, sementasi (batuan/ padas), konsentrasi bahan kasar atau fragmen batuan, dan perakaran tanaman. Pengambilan contoh tanah dilaksanakan pada setiap satuan lahan, diambil dari setiap lapisan berdasarkan horisonisasi dari profil tanah, dan dianalisis di


(22)

laboratorium. Sifat - sifat tanah yang dianalisis terdiri dari sifat - sifat fisika dan kimia tanah. Analisis sifat fisika dan kimia tanah, tekstur, kandungan bahan organik (C organik, N total dan C/ N), reaksi tanah (pH), kandungan P dan K potensial, P dan K tersedia, retensi P, basa-basa dapat tukar (Ca, Mg, K dan Na), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kejenuhan Al. Jenis dan metode analisis tanah di laboratorium mengacu kepada Penuntun Analisis Kimia Tanah, Air, Tanaman, dan Pupuk (Sulaiman et al., 2005) yang diadopsi dari Burt (2004). Data hasil analisis tanah digunakan untuk memperbaiki klasifiaksi tanah, evaluasi kesesuaian lahan dan penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian.

3.4.3. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Sebelum melakukan evaluasi kesesuaian lahan, terlebih dahulu dilaksanakan kegiatan yang meliputi penyiapan data, penyusunan model evaluasi, penyajian hasil evaluasi lahan. Rangkaian kegiatan ini akan dilaksanakan secara terkomputerisasi. Penyiapan data untuk keperluan evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan program SPKL (Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan). Data-data yang digunakan adalah basis data morfologi tanah, soil sample analysis dan maping unit description.

Tahapan penyusunan model evaluasi lahan lahan adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan tipe penggunaan lahan atau LUT (land use type),

2. Menentukan persyaratan tumbuh tanaman atau LUT (land use requirement) untuk setiap LUT,

3. Memilih karakteristik lahan atau LC (land characteristic) setiap LUR untuk masing-masing LUT.

Penyajian hasil evaluasi lahan dalam wujud spasial atau peta dilakukan dengan cara mengimport data tabulasi ke dalam format GI S (Geographic I nformation System). Penyajian peta kesesuaian lahan dapat dibuat berdasarkan jenis komoditas pertanian dengan menggunakan program Arc View.

3.4.4. Verifikasi Lapangan

Hasil penilaian evaluasi lahan baik berupa data tabular maupun peta kesesuaian lahan masing - masing komoditas, perlu diverifikasi dan validasi di lapangan. Verifikasi data sangat diperlukan, baik berupa data bio fisik lingkungan


(23)

maupun data iklim. Parameter - parameter tanah yang menjadi faktor pembatas dalam evaluasi lahan perlu diperhatikan seperti kondisi terrain (lereng, torehan, keadaan batuan di permukaan dan kemungkinan bahaya banjir); media perakaran (kedalaman efektif, tekstur, drainase, struktur tanah, density dan kemasakan tanah), dan beberapa sifat fisik tanah yaitu reaksi tanah, adanya bahaya sulfidik, dan kandungan bahan organik. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara data yang ada dengan kenyataan di lapangan, maka data tersebut perlu dilakukan perbaikan.

3.4.5. Konsultasi dengan I nstansi terkait

Konsultasi atau diskusi dengan instansi terkait di daerah sangat diperlukan agar diperoleh masukan untuk menjaga keselarasan pewilayahan komoditas yang disusun dengn kebijakan yang ada di daerah.Aspek-aspek lain dalam pewilayahan komoditas, diantaranya aspek sosial, budaya, kelembagaan, dan peraturan masing-masing daerah setempat perlu dikonsultasikan agar dapat diakomodir dalam penyusunan peta pewilayahan komoditas ini.

3.4.6. Penyusunan Peta Pew ilayahan Komoditas

Untuk menyusun peta pewilayahan komoditas diperlukan Modul Pewilayahan Komoditas Komoditas (MPK). Modul tersebut memerlukan tiga jenis data utama yaitu : (1) data hasil evaluasi lahan, (2) data peluang investasi, dan (3) data prioritas tanaman. Selain itu data penggunaan lahan saat ini (present land use) diperlukan juga sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam pewilayahan komoditas. Data - data tersebut diperlukan untuk memperoleh pewilayahan komoditas pertanian yang sesuai secara fisik dan layak dikembangkan secara ekonomi. Hasil penyusunan peta pewilayahan komoditas disajikan dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan legenda dan naskah laporannya.


(24)

I V.

HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Geografis Kabupaten Kepahiang

Kabupaten Kepahiang secara geografis terletak pada posisi 101o55’19’’– 103o10’29’’ Bujur Timur dan 02o43’07’’–03o46’48’’ Lintang Selatan. Secara administratif berdasarkan Undang-undang Republik I ndonesia nomor 39 tahun 2013, berbatasan dengan:

1. Sebelah utara dengan Kecamatan Curup Selatan, Sindang Kelingi dan Padang Ulak Tanding Kebupaten Rejang Lebong.

2. Sebelah selatan dengan Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah.

3. Sebelah timur dengan Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. 4. Sebelah barat dengan Kecamatan Pagar Jati Kabupaten Bengkulu Tengah

dan Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong. Batas dan pembagian wilayah administrasi Kabupaten Kepahiang dapat dilihat pada Gambar 1.


(25)

4.2. Kependudukan

Keadaan penduduk merupakan salah satu indikator tingkat kemajuan suatu daerah baik dari aspek ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya. Komposisi penduduk dari segi usia, akan mencerminkan ketersediaan tenaga kerja potensial yang produktif atau yang menjadi beban tanggungan dari usia produktif. Pesentase penduduk dari segi pendidikan mengilustrasikan jumlah dan strata pendidikan yang dapat mendukung kegiatan pembangunan daerah dari berbagai aspek tersebut di atas.

Berdasarkan data statistik tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Kepahiang sebanyak 129.706 jiwa, dengan luas wilayah sekit ar 665 km2. Secara umum tingkat kepadatan penduduk geografis termasuk kategori kurang padat dengan rata 195 jiwa/ km2. Jumlah penduduk Kabupaten Kepahiang dirinci menurut kecamatan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah desa, penduduk, luas dan kepadatan penduduk dirinci per kecamatan di Kabupaten Kepahiang Tahun 2014

No. Kecamatan

Jumlah

Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)

Luas (Km2)

Kepadatan (Jiwa/ Km2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Muara Kemumu Bermani I lir Seberang Musi Tebat Karai Kepahiang Kabawetan Ujan Mas Merigi 11 18 13 13 16 14 16 7 12.573 13.828 6.512 13.092 42.460 11.065 19.702 10.474 95,07 163,91 76,65 76,88 71,92 63,31 93,08 24,18 132 84 85 170 590 175 212 433

Kabupaten 108 129.706 665 195

Sumber: BPS Kabupaten Kepahiang 2014

4.3. Kondisi iklim

I klim merupakan salah satu faktor determinan yang sangat menentukan tingkat kesesuaian lahan, produktivitas, jenis, dan mutu produk. Setiap jenis tanaman memerlukan unsur iklim dengan kisaran tertentu dalam setiap fase pertumbuhannya. Pada keadaan tertentu fluktuasi unsur iklim yang ekstrim menjadi faktor pembatas terutama pada fase kritis yang pengaruhnya sangat besar terhadap penurunan hasil tanaman. Namun di sisi lain keragaman dan dinamika iklim dapat bermanfaat bagi pengembangan sistem dan usaha


(26)

agribisnis, terutama dalam kaitannya dengan jenis dan mutu hasil serta periode panen.

Seri data hujan yang tercatat di Stasiun Geofisika Kepahiang menunjukkan bahwa curah hujan tahunan sebesar 3.252 mm. Suhu rata-rata tahunan sebesar berkisar 23,92oC, kelembaban udara relatif berkisar 86,25% sepanjang tahun. Distribusi curah hujan bulanan hampir merata sepanjang tahun dengan curah hujan rata - rata bulanan 271 mm dan hari hujan rata - rata bulanan sebesar 20,50 hari (Tabel 2).

Tabel 2. Anasir iklim Kabupaten Kepahiang tahun 2014

Bulan

Suhu udara

(0c)

Kelembaban udara (% ) Penyinaran (% ) Curah hujan (mm) Hari hujan (kali) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 23,6 23,5 23,9 23,6 24,1 23,8 23,4 23,9 25,9 23,8 23,8 23,7 89 88 83 89 87 85 85 83 82 87 89 88 47,8 43,6 51,4 52,3 58,5 70,7 60,4 68,7 72,9 51,5 36,6 39,8 269 275 185 559 159 179 151 39 42 337 532 525 23 27 22 27 19 16 16 10 8 19 30 29 Sumber: BPS Kabupaten Kepahiang 2014

Klasifikasi zona agroklimat menurut Oldeman (1975) dan klasifikasi tipe hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan kriteria jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering. Menurut Oldeman yang dimaksud dengan bulan basah adalah bulan - bulan yang memiliki intensitas > 200 mm/ bulan, dan bulan kering adalah bulan - bulan yang memiliki intensitas < 100 mm/ bulan. Sedangkan menurut Schmidt dan Ferguson,yang dimaksud bulan basah adalah bulan-bulan yang memiliki intensitas lebih dari 100 mm/ bulan, dan kriteria bulan kering adalah bulan-bulan yang memiliki intensitas < 60 mm/ bulan. Berdasarkan Tabel 2 diatas, zona agroklimat Kabupaten Kepahiang dapat diklasifikasikan kedalam bulan basah dan bulan kering. Menurut klasifikasi Oldeman bulan basah terjadi pada Oktober - Februari dan April, sedangkan bulan kering terjadi pada Maret


(27)

dan Mei - September. Sedangkan menurut klasifikasi Schmidt & Fergusson, bulan basah berlangsung dari Oktober - Juli.

4.4. Geografis Kabupaten Lebong

Kabupaten Lebong secara geografis terletak pada 101° sampai dengan 102° Bujur Timur dan 02° 65’ sampai dengan 03° 6’ Lintang Selatan. I bukota Kabupaten Lebong adalah Kota Tubei yang berjarak 120 km dari I bukota Provinsi Bengkulu. Kabupaten Lebong secara administratif dibentuk berdasarkan UU No.39 Tahun 2003 dan memiliki batas-batas administratif sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rejang Lebong. Batas dan pembagian wilayah administrasi Kabupaten Lebong dapat dilihat pada Gambar 2.


(28)

Kabupaten Lebong memiliki luas wilayah 253.215,06 ha atau seluas 12,64% dari luas daratan Provinsi Bengkulu seluas 2.003.050 ha, yang terbagi dalam 13 kecamatan. Luas wilayah menurut kecamatan disajikan pada Tabel 3.

4.5. Kependudukan

Berdasarkan data statistik tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Lebong sebanyak 105.421 jiwa, dengan kepadatan penduduk 63 jiwa/ km2 termasuk kategori kurang padat . Sebaran dan kepadatan penduduk Kabupaten Lebong menurut kecamatan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah desa, penduduk, luas dan kepadatan penduduk dirinci per kecamatan Kabupaten Lebong Tahun 2014

No. Kecamatan

Jumlah

Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)

Luas (Km2)

Kepadatan (Jiwa/ Km2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Rimbo Pengadang Topos Lebong Selatan Bingin Kuning Lebong Tengah Lebong Sakti Lebong Atas Pelabai Lebong Utara Amen Uram Jaya Pinang Belapis Padang Bano 6 8 10 9 9 11 10 7 12 8 8 6 5 4 851 6 073 14 395 10 201 10 576 8 864 4 887 6 778 16 280 7 350 5 351 4 673 5 142 85,71 344,28 211,68 86,89 70,96 88,68 35,99 40,7 32,09 17,29 42,95 608 -57 18 68 117 149 100 136 167 507 425 125 8

-Kabupaten 109 105 421 166.552 63

Sumber: BPS Kabupaten Lebong 2014

4.6. Kondisi iklim

Seri data hujan yang tercatat di Stasiun Geofisika Kepahiang menunjukkan bahwa curah hujan tahunan Kabupaten Lebong sebesar 3.996,34mm. Suhu rata-rata tahunan sebesar 26,71oC, kelembaban udara relatif 847% sepanjang tahun. Distribusi curah hujan bulanan hampir merata sepanjang tahun dengan curah hujan ratarata bulanan 333,030 mm dan hari hujan rata -rata bulanan sebesar 19,58 hari (Tabel 4).

Berdasarkan Tabel 4, zona agroklimat Kabupaten Lebong dapat diklasifikasikan ke dalam bulan basah dan bulan kering. Menurut klasifikasi Oldeman bulan basah terjadi pada September - Juli dan bulan kering hanya


(29)

terjadi pada bulan Juni. Sedangkan menurut klasifikasi Schmidt & Fergusson, Kabupaten Lebong memiliki tipe hujan dengan intensitas diatas 100 mm/ bulan (bulan basah).

Tabel 4. Anasir iklim Kabupaten Lebong tahun 2014

Bulan

Suhu udara

(0c)

Kelembaban udara (% ) Penyinaran (% ) Curah hujan (mm) Hari hujan (kali) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 26,4 26,5 27,6 27,2 27,2 26,7 26,2 26,5 26,6 26,7 26,4 26,5 85 85 82 84 84 83 85 82 85 84 85 84 47,8 43,6 51,4 52,3 58,5 70,7 60,4 68,7 72,9 51,5 36,6 39,8 483,65 378 371,3 319,8 299,5 221,6 307,9 111,15 316,34 396,6 509,4 281,1 27 22 18 16 18 14 21 14 21 22 23 19 Sumber: BPS KabupatenLebong2014

4.7. I dentifikasi dan Karakterisasi Sumberdaya Lahan

Hasil pendetilan delineasi unsur-unsur satuan tanah pada peta satuan lahan skala 1: 50.000 Kabupaten Kepahiang diperoleh 3 grup utama landform, yaitu aluvial, volkan dan grup aneka, sedangkan untuk Kabupaten Lebong diperoleh 4 grup utama landform, yaitu aluvial, tektonik, volkan, dan grup aneka. Berdasarkan hasil pendetilan deleniasi unsur - unsur satuan tanah diatas dapat dilakukan penyusunan subgrup untuk setiap Kabupatennya yaitu :

4.7.1. Karakteristik Subgrup Landform Kabupaten Kepahiang

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, misalnya: temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan, dan singkapan batuan. Setiap satuan peta lahan/ tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/ atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup


(30)

keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.

Hasil pendetilan delineasi unsur-unsur satuan tanah pada peta satuan lahan skala 1: 50.000 Kabupaten Kepahiang diperoleh 3 grup utama landform dan berdasarkan karakterisasi untuk penyusunan subgrup diperoleh 21 subgrup. Atribut satuan tanah terdiri dari landform, litologi, dan relief/ lereng. Grup dan subgrup landform yang diperoleh sebagai berikut:

a. Grup Aluvial ( A)

Landform muda (resen dan subresen) yang terbentuk dari proses fluvial (aktivitas sungai), koluvial (gravitasi), atau gabungan dari proses fluvial dan koluvial. Subgrup landform aluvial yang ada di satuan lahan Kabupaten Kepahiang yaitu:

1. Af.12-n : Teras sungai, merupakan dataran banjir yang tidak lagi terkena banjir periodik. Bahan induk sedimen halus, agak datar (lereng 1-3% ), endapan liat, horison A (0-20 cm): coklat sangat gelap (10 YR 2/ 2); tekstur lempung liat berdebu skeletal; struktur lemah, halus, berbutir; konsistensi teguh, agak lekat, agak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,0), horison R (20+ ): bongkah batu sangat rapat, tidak bisa dicangkul.

2. Au.221-u : Dataran koluvial, merupakan lahan koluvial (pecahan batu dan tanah) dengan lereng relatif datar di kaki lereng atau piedmont tanpa bentuk tertentu. Bahan induk koluvium campuran, berombak dengan lereng 3-8% , horison Ap (0-25 cm): kelabu gelap (10 YR 4/ 1); tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,0), horison Bw1 (25-45 cm): coklat kekelabuan (10 YR 5/ 2) dan coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 6); tekstur liat; konsistensi lekat dan plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,0), horison Bw2 (45-85 cm): kelabu sangat gelap (5 Y 3/ 1); tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison C1 (70-100 cm): coklat gelap kemerahan (5 YR 3/ 4); tekstur lempung berliat; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah agak


(31)

masam (pH 6,0), horison C2 (100-120 cm): coklat gelap (10 YR 3/ 3); tekstur liat; konsistensi lekat dan plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,0).

b. Grup Volkanik ( V)

Grup volkanik merupakan landform yang terbentuk karena aktivitas volkan/ gunung berapi. Landform ini memiliki ciri utama adanya bentukan kerucut volkan, aliran lahar, lava ataupun wilayah yang merupakan akumulasi bahan volkanik. Bentuk lahan vulkanik secara sederhana dibagi menjadi 2, yaitu bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone) dan bentuk-bentuk effusif (aliran lava/ lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya) yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang sampai kaki lereng. Subgrup landform volkanik yang ada di satuan lahan Kabupaten Kepahiang yaitu:

1. Vab.111-h : Kepundan, merupakan cekungan/ lubang dengan diding curam di puncak kerucut volkan cukup tertoreh, berbukit dengan lereng 25-40% , bahan induk tuff andesit basal, horison A (0-20 cm): coklat sangat gelap (10 YR 2/ 2); tekstur lempung liat berdebu skeletal; struktur lemah, halus, berbutir; konsistensi teguh, agak lekat, agak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,0), horison R (20+ ): bongkah batu sangat rapat, tidak bisa dicangkul.

2. Vab.112-u : Kaldera, merupakan cekungan volkan luas dibagian atas sistem gunung berapi strato cukup tertoreh, berombak dengan lereng 3-8 % , bahan induk tuff andesit basalt, horison Ap (0-38 cm) : coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, halus, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus banyak, sedang sedikit; reaksi tanah agak masam (pH 6,0), horison Bw1 (38-65 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 3/ 4); tekstur lempung berpasir; struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus cukup; reaksi tanah agak masam (pH 6,5),


(32)

berdebu; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw3 (85-120 cm): coklat kekuningan (10 YR 5/ 4); tekstur liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5). 3. Vab.113-h : Lereng volkan atas, merupakan bagian lereng atas kerucut

volkan yang curam sangat tertoreh sekali, berbukit dengan lereng 25-40% , bahan induk tuff andesit basal, horison Ap (0-19 cm): coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang, dan kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,0); batas lapisan nyata dan rata, horison Bw1 (19-41 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 3/ 4); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, kasar, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw2 (41-70 cm): coklat (10 YR 4/ 3); tekstur lempung berpasir; struktur lemah, kasar, gumpal; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus dan sedang sedikit; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw3 (70-105 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 6); tekstur lempung; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw4 (105-120 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 5) dan coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berpasir; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5).

4. Vab.114-c : Lereng volkan tengah, merupakan bagian lereng tengah kerucut volkan yang tidak terlalu curam sangat tertoreh, berbukit kecil dengan lereng 15-25% , bahan induk tuff andesit basal, horison Ap (0-21 cm) : coklat sangat gelap (10 YR 2/ 2); tekstur berdebu; struktur lemah, sedang, bergumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang, dan kasar banyak; reaksi tanah agak


(33)

masam (pH 6,0), horison Bw1 (21-43 cm): coklat gelap (10 YR 3/ 3); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus dan sedang banyak, kasar cukup; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw2 (43-70 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 4), coklat gelap (10 YR 3/ 3) dan kelabu terang kecoklatan (10 YR 6/ 2); tekstur lempung berpasir, struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus cukup; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison C1 (70-100 cm): coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berpasir; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison C2 (100-120 cm): coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2) dan coklat kekuningan (10 YR 5/ 4); tekstur lempung berpasir; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5). 5. Vab.114-h : Lereng volkan tengah, merupakan bagian lereng tengah kerucut volkan yang tidak terlalu curam cukup tertoreh, berbukit (lereng 25-40% ), bahan induk tuff andesit basal, horison Ap (0-19 cm): coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang, dan kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,0); batas lapisan nyata dan rata, horison Bw1 (19-41 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 3/ 4); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, kasar, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw2 (41-70 cm): coklat (10 YR 4/ 3); tekstur lempung berpasir; struktur lemah, kasar, gumpal; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus dan sedang sedikit; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw3 (70-105 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 6); tekstur


(34)

lempung; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw4 (105-120 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 5) dan coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berpasir; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5).

6. Vab.114-m : Lereng volkan tengah,merupakan bagian lereng tengah kerucut volkan yang tidak terlalu curam sangat tertoreh, bergunung (lereng > 40% ), bahan induk tuff andesit basal, horison Ap (0-19 cm): coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang, dan kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,0); batas lapisan nyata dan rata, horison Bw1 (19-41 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 3/ 4); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, kasar, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw2 (41-70 cm): coklat (10 YR 4/ 3); tekstur lempung berpasir; struktur lemah, kasar, gumpal; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus dan sedang sedikit; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw3 (70-105 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 6); tekstur lempung; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw4 (105-120 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 5) dan coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berpasir; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5).

7. Vab.115-u : Lereng volkan bawah, merupakan bagian lereng bawah kerucut volkan yang melandai cukup tertoreh, berombak (lereng 3-8% ), bahan induk tuff andesit basal, horison Ap (0-38 cm): coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, halus, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus


(35)

banyak, sedang sedikit; reaksi tanah agak masam (pH 6,0), horison Bw1 (38-65 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 3/ 4); tekstur lempung berpasir; struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus cukup; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw2 (65-85 cm): coklat (10 YR 4/ 3); tekstur lempung berdebu; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw3 (85-120 cm): coklat kekuningan (10 YR 5/ 4); tekstur liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5). 8. Vab.115-r : Lereng volkan bawah, merupakan bagian lereng bawah kerucut

volkan yang melandaicukup tertoreh, bergelombang (lereng 8-15% ), bahan induk tuff andesit basal, horison Ap (0-17 cm): coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur debu; struktur cukup, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,0); batas lapisan jelas dan rata, horison Bw1 (17-48 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 3/ 4); tekstur lempung; struktur lemah, kasar, gumpal; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus dan sedang cukup; kasar sedikit; reaksi tanah agak masam (pH 6,5); batas lapisan jelas dan rata, horison Bw2 (48-90 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 6); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus sedikit; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw3 (90-120 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 4) dan coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berdebu; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5).

9. Vab.115-c : Lereng volkan bawah, merupakan bagian lereng bawah kerucut volkan yang melandaicukup tertoreh, bergelombang (lereng 8-15% ), bahan induk tuff andesit basal, horison Ap (0-16 cm):


(36)

coklat gelap kemerahan (5 YR 3/ 2); tekstur debu; struktur lemah, sangat halus, remah; konsist ensi sangat gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,0); batas lapisan jelas dan rata, horison Bw1 (16-42 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 2); tekstur debu; struktur lemah, halus, remah; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,5); batas lapisan jelas dan rata, horison Bw2 (42-65 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 4) dan coklat tua (7,5 YR 4/ 6); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus sedang; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw3 (65-110 cm): coklat kuat (7,5 YR 4/ 6); tekstur lempung berdebu; konsistensi tidak lekat dan tidak plast is; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw4 (110-130 cm): coklat kuat (7,5 YR 5/ 6); tekstur lempung berdebu; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5).

10. Vab.116-n : Kaki volkan, merupakan bagian bawah dari kerucut volkan setelah lereng bawah cukup tertoreh, agak datar (lereng 1-3% ), bahan induk tuff andesit basal, horison Ap (0-33 cm): coklat sangat gelap (10 YR 2/ 2); tekstur lempung berdebu; struktur cukup, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus dan sedang banyak, kasar cukup; reaksi tanah agak masam (pH 6,0), horison Bw1 (33-55 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 4); tekstur lempung; struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus cukup; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw2 (55-100 cm): coklat gelap kekelabuan (10 YR 4/ 2); tekstur lempung berpasir; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw3 (100-120 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 4); tekstur lempung


(37)

berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5).

11. Vab.116-u : Kaki volkan, merupakan bagian bawah dari kerucut volkan setelah lereng bawahcukup tertoreh, berombak (lereng 3- 8% ), bahan induk tuff andesit basal, horison Ap (0-14 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 2); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, sangat halus, remah; konsistensi sangat gembur, tidak lekat, tidak plastis; perakaran halus, sedang dan kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,5); batas lapisan nyata dan rata, horison Bw1 (14-42 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 3); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, halus, remah; konsistensi sangat gembur, tidak lekat dan tidak plastis; perakaran halus, sedang dan kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,5); batas lapisan nyata dan rata, horison Bw2 (42-70 cm): coklat kuat (7,5 YR 4/ 6); tekstur lempung; struktur lemah, sangat kasar, gumpal; konsistensi gembur, tidak lekat dan tidak plastis; perakaran halus sedikit; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw3 (70-105 cm): coklat kuat (7,5 YR 5/ 6); tekstur lempung; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw4 (105-130 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 4); tekstur lempung berdebu; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5).

12. Vab.116-r : Kaki volkan,merupakan bagian bawah dari kerucut volkan setelah lereng bawahcukup tertoreh, bergelombang (lereng 8-15% ), bahan induk tuff andesit basal, horison Ap (0-18 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 2); tekstur lempung liat berdebu; struktur lemah, halus, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, agak lekat, agak plastis; perakaran halus, sedang dan kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,5); batas lapisan jelas dan rata, horison Bw1 (18-41 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 3); tekstur liat berdebu; struktur lemah, halus, lemah; konsistensi sangat gembur, agak lekat, agak plastis; perakaran


(38)

halus, sedang dan kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,5); batas lapisan nyata dan jelas; horison Bw2 (41-65 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 4); tekstur liat berdebu; struktur lemah, halus, remah; konsistensi gembur, agak lekat dan agak plastis; perakaran halus, sedang dan kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw3 (65-100 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 4); tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bw4 (100-120 cm): coklat kemerahan (5 YR 4/ 4); tekstur lempung berdebu; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5).

13. Vab.31-u : Dataran volkan tua, merupakan wilayah datar sampai bergelombang dari bahan volkanik tua cukup tertoreh, berombak (lereng 3-8% ), bahan induk tuff andesit basal, horison A (0-24 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 2); tekstur lempung liat berdebu; struktur cukup, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, agak lekat, agak plastis; perakaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah masam (pH 5,5), horison Bw1 (24-50 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 3); tekstur lempung liat berdebu; struktur lemah, halus, gumpal bersudut; konsistensi gembur, agak lekat dan agak plastis; perkaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah masam (pH 5,5), horison Bw2 (50-90 cm): coklat gelap kemerahan (5 YR 3/ 4); tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah masam (pH 5,0), horison Bw3 (90-120 cm): coklat gelap kemerahan (5 YR 3/ 4); tekstur liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah masam (pH 5,0).

14. Vab.31-r : Dataran volkan tua, merupakan wilayah datar sampai bergelombang dari bahan volkanik tua cukup tertoreh, lereng bergelombang (8-15% ), bahan induk tuff andesit basal, horison A (0-24 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 2); tekstur lempung liat berdebu; struktur cukup, sedang, gumpal agak bersudut;


(39)

konsistensi gembur, agak lekat, agak plastis; perakaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah masam (pH 5,5), horison Bw1 (24-50 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 3); tekstur lempung liat berdebu; struktur lemah, halus, gumpal bersudut; konsistensi gembur, agak lekat dan agak plastis; perkaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah masam (pH 5,5), horison Bw2 (50-90 cm): coklat gelap kemerahan (5 YR 3/ 4); tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah masam (pH 5,0), horison Bw3 (90-120 cm): coklat gelap kemerahan (5 YR 3/ 4); tekstur liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah masam (pH 5,0).

15. Vab.31-c : Perbukitan volkan tua, merupakan wilayah datar sampai bergelombang dari bahan volkanik tua berbukit kecil (lereng 15-25% ), cukup tertoreh, bahan induk tuff intermediate, horison A (0-24 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 2); tekstur lempung liat berdebu; struktur cukup, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, agak lekat, agak plastis; perakaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah masam (pH 5,5), horison Bw1 (24-50 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 3); tekstur lempung liat berdebu; struktur lemah, halus, gumpal bersudut; konsistensi gembur, agak lekat dan agak plastis; perkaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah masam (pH 5,5), horison Bw2 (50-90 cm): coklat gelap kemerahan (5 YR 3/ 4); tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah masam (pH 5,0), horison Bw3 (90-120 cm): coklat gelap kemerahan (5 YR 3/ 4); tekstur liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah masam (pH 5,0).

16. Vab.32-h : Perbukitan volkan tua,merupakan perbukitan volkanik tua dengan lereng diatas 15% dengan perbedaan tinggi 50-300 m, sangat tertoreh, berbukit (lereng 25-40% ), bahan induk tuff intermediate, horison A (0-19 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 2); tekstur lempung berliat; struktur kuat, sedang, gumpal bersudut; konsistensi teguh, agak lekat, agak plastis; perakaran


(40)

halus, sedang dan kasar banyak; reaksi tanah sangat masam (pH 4,5), horison Bt1 (19-38 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 4); tekstur liat; struktur cukup, kasar, gumpal bersudut; konsistensi teguh, lekat dan plastis; selaput liat cukup, jelas, diantara ped; perakaran halus banyak, sedang dan kasar cukup; reaksi tanah sangat masam (pH 4,5), horison Bt2 (38-60 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 6); tekstur liat; struktur cukup, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi teguh, lekat dan plastis; perakaran halus cukup; reaksi tanah sangat masam (pH 4,0), horison Bt3 (60-100 cm): coklat (7,5 YR 4/ 4); tekstur liat; konsistensi lekat dan plastis; reaksi tanah sangat masam (pH 4,0), horison Bt4 (100-120 cm): coklat kuat (7,5 YR 5/ 6); tekstur liat; konsistensi lekat dan plastis; reaksi tanah sangat masam (pH 4,0). Rincian satuan lahan dan legenda Kabupaten Kepahiang serta penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 3 dan Tabel 5.

Gambar 3. Peta satuan lahan Kabupaten Kepahiang

17. Vab.33-m : Pegunungan volkan tua, merupakan wilayah volkanik t ua dengan relief pegunungan perbedaan tinggi lebih dari 300 m,


(41)

sangat tertoreh, bergunung (lereng > 40% ), bahan induk tuff andesit basal, horison A (0-8 cm): coklat gelap (7,5 YR 3/ 2); tekstur lempung liat berdebu; struktur cukup, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi teguh, agak lekat, agak plastis; perakaran halus, sedang, dan kasar banyak; reaksi tanah agak masam (pH 5,5); batas lapisan nyata dan rata, horison Bw1 (18-43 cm): coklat (7,5 YR 4/ 3); tekstur lempung berdebu; struktur lemah, sangat kasar, gumpal agak bersudut; konsistensi teguh, agak lekat dan agak plastis; perakaran halus, sedang dan kasar banyak; reaksi tanah masam (pH 5,0); batas lapisan jelas dan rata, horison Bw2 (43-70 cm): coklat (7,5 YR 4/ 4); tekstur liat berdebu; struktur lemah, sangat kasar, gumpal; konsistensi teguh, agak lekat dan agak plastis; perakaran halus sedikit; reaksi tanah masam (pH 5,0), horison Bw3 (70-100 cm): coklat kuat (7,5 YR 4/ 5); tekstur liat; konsistensi lekat dan plastis; reaksi tanah masam (pH 5,0); horison Bw4 (100-130 cm): coklat kuat (7,5 YR 4/ 6); tekstur liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah masam (pH 5,0).

c. Grup Aneka ( X)

Bentukan alam atau hasil kegiatan manusia yang tidak termasuk dalam grup yang diuraikan diatas, misalnya lahan rusak, singkapan batuan, penambangan, penggalian, landslide, wilayah sangat berbatu, dan lainnya. Subgrup yang termasuk ke dalam landform grup aneka adalah: X.1. Escarpment/ lereng terjal, X.2. Pemukiman, dan X.3. Badan air (waduk, dam, danau, sungai).


(42)

Tabel 5. Legenda satuan lahan Kabupaten Kepahiang 2015

No.

Satlah Simbol Landform

Relief/ Lereng ( % )

Bahan I nduk

Klasifikasi Tanah

Pro porsi

L u a s Taxonomy

USDA, 2014

Nasional,

2014 Ha %

1 Af.12-n Teras sungai Agak datar

(1-3)

Endapan liat Typic Udorthents

Litosol P 760 1,08

2 Au.221-u Dataran

koluvial Berombak (3-8) Koluvium campuran Oxyaquic Eutrudepts Latosol Gleik

P 326 0,46

3 Vab.111-h Kepundan Berbukit

(25-40)

Tuff andesit basalt

Typic Udorthents

Litosol P 16 0,02

4 Vab.112-u Kaldera Berombak

(3-8) Tuff andesit basalt Typic Udivitrands Andosol Vitrik

P 222 0,31

5 Vab.113-h Lereng

volkan atas Berbukit (25-40) Tuff andesit basalt Typic Udivitrands Andosol Vitrik

P 1.073 1,52

6 Vab.114-c Lereng

volkan tengah Berbukit kecil (15-25) Tuff andesit basalt Typic Hapludands Andosol Eutrik

P 1.391 1,97

7 Vab.114-h Lereng

volkan tengah Berbukit (25-40) Tuff andesit basalt Typic Udivitrands Andosol Vitrik

P 4.344 6,15

8 Vab.114-m Lereng

volkan tengah

Bergunung (> 40)

Tuff andesit basalt Typic Udivitrands Andosol Vitrik

P 2.519 3,57

9 Vab.115-u Lereng

volkan bawah Berombak (3-8) Tuff andesit basalt Humik Udivitrands Typic Hapludands Andosol Vitrik Andosol Eutrik D F 4.623 6,55

10 Vab.115-r Lereng

volkan bawah Bergelombang (8-15) Tuff andesit basalt Typic Hapludands Andosol Eutrik

P 7.059 10,00

11 Vab.115-c Lereng

volkan bawah Bergelombang (8-15) Tuff andesit basalt Typic Hapludands Andosol Eutrik

P 3.305 4,68

12 Vab.116-n Kaki volkan Agak datar (1-3) Tuff andesit basalt Humik Udivitrands Andosol Vitrik

P 643 0,91

13 Vab.116-u Kaki volkan Berombak

(3-8) Tuff andesit basalt Typic Hapludands Andosol Eutrik

P 4.220 5,98

14 Vab.116-r Kaki volkan Bergelombang (8-15) Tuff andesit basalt Typic Hapludands Andosol Eutrik

P 511 0,72

15 Vab.31-u Dataran

vollkan tua Berombak (3-8) Tuff andesit basalt Andic Dystrudepts Latosol Kromik

P 2.318 3,28

16 Vab.31-r Dataran

vollkan tua Bergelombang (8-15) Tuff andesit basalt Andic Dystrudepts Latosol Kromik

P 3.648 5,17

17 Vab.31-c Dataran

vollkan tua Berbukit kecil (15-25) Tuff andesit basalt Andic Dystrudepts Latosol Kromik

P 11.702 16,57

18 Vab.32-h Perbukitan

volkan tua Berbukit (25-40) Tuff intermediate Typic Hapludults Podsolik Haplik

P 11.370 16,10

19 Vab.33-m Pegunungan

volkan tua

Bergunung (> 40)

Tuff andesit basalt Andic Dystrudepts Latosol Haplik P 8.980 12,72

111 X1 Escarpment/

lereng terjal - - - -

-412 0,58

222 X2 Pemukiman - - - - - 881 1,25

333 X3 Badan air

(waduk, dam, - - - -

-285 0,40 sungai)

J u m l a h 70.609 100

Sumber : Data primer (diolah) 2015

4.7.2. Karakteristik Subgrup Landform Kabupaten Lebong

Hasil pendetilan delineasi unsur-unsur satuan tanah pada peta satuan lahan skala 1: 50.000 Kabupaten Lebong diperoleh 4 grup utama landform dan berdasarkan karakterisasi untuk penyusunan subgrup diperoleh 34 subgrup. Atribut satuan tanah terdiri dari landform, litologi, dan relief/ lereng. Grup dan subgrup landform yang diperoleh sebagai berikut:


(43)

a. Grup Aluvial ( A)

Landform muda (resen dan subresen) yang terbentuk dari proses fluvial (aktivitas sungai), koluvial (gravitasi), atau gabungan dari proses fluvial dan koluvial. Subgrup landform aluvial yang ada di satuan lahan Kabupaten Lebong yaitu :

1. Au.12-n : Teras sungai, merupakan dataran banjir yang tidak lagi terkena banjir periodik, bahan induk sedimen halus, agak datar (lereng 1-3% ), agak tertoreh, bahan induk endapan campuran, horison Ap (0-25 cm): kelabu gelap (N 4/ 1); tekstur debu; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bg (25-55 cm): kelabu gelap (5 Y 4/ 1); tekstur liat; konsistensi lekat dan plastis; reaksi tanah netral (pH 7,0), horison 2Cg1 (55-85 cm): kelabu kebiruan (5 B 5/ 1); tekstur liat berpasir; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah netral (pH 7,0), horison 2Cg2 (85-105 cm): kelabu kehijauan (5 BG 5/ 1); tekstur liat berpasir; konsistensi agak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah netral (pH 7,0), horison 3Cg3 (105-120 cm): kelabu kehijauan (5 BG 5/ 1); tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah netral (pH 7,0).

2. Au.221-n : Dataran koluvial, merupakan lahan koluvial (pecahan batu dan tanah) dengan lereng relatif datar di kaki lereng atau piedmont tanpa bentuk tertentu agak datar (lereng 1-3% ), sangat tertoreh, bahan induk tuff andesit, basal, horison Ap (0-25 cm): kelabu sangat gelap (2,5 Y 3/ 1); tekstur lempung; konsistensi tidak lekat tidak plastis (basah); karatan sedang; jelas; warna coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 6); reaksi tanah agak masam (pH 6,0), horison Bg1 (25-55 cm): kelabu gelap (5 Y 4/ 1); tekstur lempung berpasir; konsistensi tidak lekat tidak plastis (basah); reaksi tanah agak masam (pH 6,5), horison Bg2 (55-90 cm): kelabu (5 Y 5/ 1); tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis (basah); perakaran halus, sedang, kasar banyak; reaksi tanah agak


(44)

masam (pH 6,5), horison Bg3 (90-120 cm): coklat kuat (7,5 YR 4/ 6); tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat dan agak plastis (basah); reaksi tanah agak masam (pH 6,5). 3. Au.221-u : Dataran koluvial, merupakan lahan koluvial (pecahan batu dan

tanah) dengan lereng relatif datar di kaki lereng atau piedmont tanpa bentuk tertentu agak datar ( lereng 1-3% ), sangat tertoreh, bahan induk endapan campuran, horison Ap (0-18 cm): coklat gelap (10 YR 3/ 3); tekstur lempung liat berdebu; struktur cukup, sedang, gumpal bersudut; konsistensi gembur (lembab); agak lekat agak plastis (basah); perakaran halus cukup, sedang sedikit; reaksi tanah masam (pH 5,0); batas lapisan jelas dan rata, horison Bw1 (18-39 cm): coklat gelap (10 YR 3/ 4); tekstur lempung liat berdebu; struktur lemah, sedang, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur (lembab); agak lekat agak plastis (basah); perakaran halus dan sedang sedikit; reaksi tanah masam (pH 5,0); batas lapisan baur dan rata, horison Bw2 (39-55 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 4); tekstur lempung liat berdebu; struktur lemah, sangat halus, remah; konsistensi sangat gembur (lembab), agak lekat dan agak plastis (basah); reaksi tanah masam (pH 5,0), horison R (55 + ) : tidak tembus bor. 4. Au.222-n : Kipas koluvial, merupakan lahan koluvial berbentuk kipas yang

biasanya terletak pada kaki lereng dari perbukitan/ pegunungan, sedimen tidak dibedakan, agak datar (lereng 1-3% ), bahan induk endapan campuran, horison A (0-15 cm): kelabu gelap (5 Y 4/ 1); tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat, agak plastis; karatan sedikit, warna coklat (7,5 YR 4/ 4); reaksi tanah agak masam (pH 6,0), horison Bg1 (15-45 cm): kelabu (5 Y 5/ 1); tekstur lempung berliat; konsistensi agak lekat, agak plastis; karatan cukup, warna coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 4); reaksi tanah netral (pH 6,5), horison Bg2 (45-60 cm): kelabu (N 5/ 1); tekstur lempung berliat; konsistensi agak lekat, agak plastis;


(45)

karatan sedang, warna coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 4); reaksi tanah netral (pH 6,5), horison R (60+ ) : tidak tembus bor.

5. Au.222-r : Kipas koluvial, merupakan lahan koluvial berbentuk kipas yang biasanya terletak pada kaki lereng dari perbukitan/ pegunungan, sedimen tidak dibedakan, bergelombang (lereng 8-15% ), cukup tertoreh, bahan induk koluvium campuran, horison Ap (0-24 cm): coklat sangat gelap kekelabuan (10 YR 3/ 2); tekstur lempung berpasir; struktur lemah, halus, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah sangat masam (pH 4,5); batas lapisan jelas dan rata, horison Bw1 (24-50 cm): coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 4); tekstur lempung berpasir; struktur lemah, kasar, gumpal agak bersudut; konsistensi gembur, tidak lekat, dan tidak plastis; reaksi tanah sangat masam (pH 4,5); batas lapisan jelas dan rata, horison Bw2 (50-85 cm): coklat kekuningan (10 YR 5/ 4) dan coklat gelap kekuningan (10 YR 4/ 6); tekstur lempung liat berpasir; konsistensi agak lekat dan agak plastis; reaksi tanah sangat masam (pH 4,5), horison C1 (85-110 cm): coklat terang kekuningan (10 YR 6/ 4) dan putih (10 YR 8/ 1); tekstur lempung berpasir; konsistensi tidak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah sangat masam (pH 4,5), horison C2 (110-130 cm): coklat kekuningan (10 YR 5/ 4) dan putih (10 YR 8/ 1); tekstur lempung liat berpasir; konsistensi agak lekat dan tidak plastis; reaksi tanah sangat masam (pH 4,5).

6. Au.32-n : Depresi aluvial, merupakan wilayah cekungan dimana air menggenang dan terjadi pengendapan bahan-bahan kasar dan halus karena adanya lairan masuk dan keluar, sedimen tidak dibedakan, jalur sungai, agak datar (lereng 1-3% ), bahan induk endapan campuran, horison Ap (0-15 cm): coklat kekelabuan (10 YR 5/ 2); tekstur lempung berliat; konsistensi agak lekat dan agak plastis (basah); reaksi tanah masam (pH


(1)

PERSONALI A

Tabel 20. Personalia Kegiatan

No.

Nama/ NI P

Jabatan

Fungsional/

Bidang

Keahlian

Jabatan

dalam

Kegiatan

Uraian Tugas

Alokasi

Waktu

(jam)

1.

Hamdan, SP, M.Si

19970621 200212

1 001

Peneliti

Muda/ Sosek

Pertanian

Penangg

ung

jawab

Bertanggungja

wab terhadap

pelaksanaan

pengkajian

Menyusun dan

merencanakan

operasional

kegiatan dan

mempresentas

ikan

Mengkoordinir

anggota tim

Menyusun

laporan

Melaksanakan

koordinasi dan

konsultasi

kebijakan di

luar propinsi

20

2.

Wawan Eka Putra,

SP

19771021 200112

1 002

Peneliti

Pertama/

Sosek

Pertanian

Anggota

Membantu

pelaksanaan

pengkajian

Membantu

menyusun

laporan

15

3.

Hertina Artanti,

SP

19900603

2014032001

Calon

Peneliti/ HPT

Anggota

Membantu

pelaksanaan

pengkajian

Membantu

menyusun

laporan

15

4.

Bahagia, A.Md

19620101 198603

1 004

Teknisi/

Administrasi

Anggota

Membantu

pelaksanaan

pengkajian

10


(2)

Lampiran 1. Foto pelaksanaan survei evaluasi, karakterisasi dan pengambilan

sampel tanah

Gambar

1.

Pengamatan

karakterisasi

dan

pengambilan sampel tanah mineral dengan

metode minipit

Gambar 2. Pengamatan karakterisasi dan

pengambilan sampel tanah sawah dengan

metode bor

Gambar 3. Pengamatan karakterisasi dan

pengambilan sampel tanah mineral dengan

metode runtuhan


(3)

(4)

Lampiran 2. Hasil analisis sampel tanah Kabupaten Kepahiang Tahun 2015

NO

KADAR

AI R

%

EKSTRAK 1:5

TEKSTUR

TERHADAP CONTOH TANAH KERI NG 105° C

PASI R

LI AT

DEBU

BAHAN

ORGANI K

P

BRAY

I

NI LAI TUKAR KATI ON

KCl 1 N

HCL 25 %

KB

( % )

pH

( NH

4

ACETAT 1N, pH7)

H

2

O

KCL

%

C

N

K- dd

Na- dd

Ca- dd

Mg-dd

KTK

Al

3+

H

+

K

P

%

ppm

- - - me/ 100 gr - -- - - -

%

1 15,44 6,48 5,92 7,43 44,48 48,09 6,20 1,22 39,83 0,95 0,42 2,41 8,13 42,67 0,00 0,47 56,53 7,90 27,91 2 11,58 5,03 3,77 2,27 54,80 42,93 1,32 0,37 55,63 0,58 0,49 1,83 8,25 29,80 0,00 1,13 16,81 6,47 37,42 3 15,44 6,48 5,92 7,43 44,48 48,09 6,20 1,22 39,83 0,95 0,42 2,41 8,13 42,67 0,00 0,47 56,53 7,90 27,91 4 7,40 6,73 6,05 7,43 47,06 45,51 2,40 0,46 53,70 0,28 0,19 0,94 2,74 18,53 0,00 2,81 22,12 13,89 22,40 5 7,68 6,48 5,05 7,43 50,93 41,64 3,94 0,44 61,45 0,14 0,26 0,61 1,72 17,39 0,00 0,54 11,33 5,89 15,67 6 6,43 6,27 5,42 4,85 44,48 50,67 1,42 0,34 43,61 0,34 0,18 1,38 3,29 12,54 0,00 0,33 37,98 6,34 41,28 7 7,68 6,48 5,05 7,43 50,93 41,64 3,94 0,44 61,45 0,14 0,26 0,61 1,72 17,39 0,00 0,54 11,33 5,89 15,67 8 7,68 6,48 5,05 7,43 50,93 41,64 3,94 0,44 61,45 0,14 0,26 0,61 1,72 17,39 0,00 0,54 11,33 5,89 15,67 9 5,80 6,66 5,37 4,85 48,35 46,80 1,31 0,29 43,09 0,24 0,19 0,65 2,81 13,86 0,00 1,82 28,04 12,34 27,92 10 12,84 6,61 4,99 7,43 47,06 45,51 4,84 0,59 62,18 0,17 0,26 0,72 2,29 29,27 0,00 0,57 19,65 8,00 11,74 11 14,49 6,04 4,60 7,43 47,06 45,51 5,01 0,50 56,21 0,22 0,29 0,86 2,16 28,67 0,12 0,82 19,45 7,75 12,26 12 8,37 6,33 5,42 4,85 45,77 49,38 2,54 0,40 44,27 0,23 0,24 2,13 9,98 17,78 0,00 0,66 16,74 5,77 70,72 13 16,34 6,74 5,28 7,43 45,77 46,80 5,57 0,61 65,37 0,53 0,53 1,67 3,77 32,46 0,00 0,85 29,19 9,58 20,00 14 15,10 5,00 3,44 4,85 52,22 42,93 2,75 0,29 53,84 0,31 0,46 2,07 3,07 31,91 5,05 0,71 17,79 3,03 18,49 15 10,21 5,22 4,00 7,43 45,77 46,80 1,54 0,26 37,12 0,19 0,32 2,04 3,43 27,29 0,67 0,67 17,93 2,13 21,84 16 10,21 5,22 4,00 7,43 45,77 46,80 1,54 0,26 37,12 0,19 0,32 2,04 3,43 27,29 0,67 0,67 17,93 2,13 21,84 17 10,21 5,22 4,00 7,43 45,77 46,80 1,54 0,26 37,12 0,19 0,32 2,04 3,43 27,29 0,67 0,67 17,93 2,13 21,84 18 8,99 4,97 3,51 4,85 58,67 36,48 0,64 0,24 47,11 0,15 0,28 0,90 2,86 21,66 2,68 1,63 21,29 1,69 19,30 19 14,03 4,08 3,43 7,43 49,64 42,93 3,41 0,29 38,43 0,38 0,29 0,53 1,78 35,54 4,31 1,17 8,88 2,61 8,36


(5)

Lampiran 3. Hasil analisis sampel tanah Kabupaten Lebong Tahun 2015

No. SPT

KADAR AIR (%)

EKSTRAK 1:5 TEKSTUR (%) TERHADAP CONTOH TANAH KERING 105°C

PASIR LIAT DEBU

BAHAN

ORGANIK P BRAY I

NILAI TUKAR KATION

KCl 1 N HCL 25 %

KB

pH (NH4ACETAT 1N, pH7)

H2O KCL C N K-dd Na-dd Ca-dd Mg-dd KTK Al 3+ H+ K P

% ppm --- me/100 gr --- % %

1 8,80 4,14 3,09 9,58 60,88 29,53 1,78 0,43 66,80 0,17 0,40 1,18 1,43 22,88 2,42 3,08 30,83 1,54 13,90

2 8,82 4,33 2,91 4,85 52,22 42,93 1,08 0,47 43,19 0,18 0,42 2,93 6,96 44,88 9,02 0,66 37,45 3,39 23,37

3 7,32 6,49 4,64 2,27 49,64 48,09 0,58 0,28 41,94 0,13 0,28 0,44 3,08 18,99 0,00 0,43 12,64 1,34 20,93

4 7,04 5,80 3,72 7,43 54,80 37,77 4,15 0,40 42,42 0,64 0,58 2,50 3,30 20,35 0,65 0,86 20,74 3,58 34,50

5 4,77 5,39 3,69 5,80 43,24 50,95 1,38 0,22 39,93 0,53 0,37 1,78 2,50 16,72 0,95 1,05 22,37 0,56 30,86

6 10,70 6,22 3,33 4,85 54,80 40,35 0,36 0,33 46,47 0,37 0,64 1,82 5,33 32,52 3,14 1,12 32,84 1,94 25,09

7 5,92 4,50 3,30 8,54 51,51 39,95 1,46 0,27 55,48 0,19 0,32 0,78 6,31 24,14 4,59 1,71 23,18 0,74 30,68

8 16,26 5,99 3,20 2,27 54,80 42,93 1,16 0,55 66,89 0,30 0,43 3,60 4,95 47,24 14,81 1,19 36,46 3,15 19,64

9 16,26 5,99 3,20 2,27 54,80 42,93 1,16 0,55 66,89 0,30 0,43 3,60 4,95 47,24 14,81 1,19 36,46 3,15 19,64

10 14,33 6,19 4,38 8,32 63,40 28,27 3,22 0,53 56,08 0,16 0,44 1,34 3,03 34,91 0,81 0,47 19,67 2,26 14,00

11 12,49 4,86 3,57 2,27 58,67 39,06 0,94 0,24 41,41 0,46 0,22 2,42 8,58 35,20 4,34 1,61 13,09 4,85 33,16

12 14,33 6,19 4,38 8,32 63,40 28,27 3,22 0,53 56,08 0,16 0,44 1,34 3,03 34,91 0,81 0,47 19,67 2,26 14,00

13 12,49 4,86 3,57 2,27 58,67 39,06 0,94 0,24 41,41 0,46 0,22 2,42 8,58 35,20 4,34 1,61 13,09 4,85 33,16

14 12,49 4,86 3,57 2,27 58,67 39,06 0,94 0,24 41,41 0,46 0,22 2,42 8,58 35,20 4,34 1,61 13,09 4,85 33,16

15 10,41 6,07 3,70 6,14 53,51 40,35 2,20 0,25 52,46 0,60 0,22 0,67 2,84 21,34 2,79 0,89 21,64 2,31 20,02

16 10,41 6,07 3,70 6,14 53,51 40,35 2,20 0,25 52,46 0,60 0,22 0,67 2,84 21,34 2,79 0,89 21,64 2,31 20,02

17 13,73 5,55 4,41 6,14 48,35 45,51 3,21 0,61 57,80 0,13 0,35 1,35 3,38 37,18 0,69 0,58 22,11 3,39 13,81

18 9,44 6,18 5,00 2,27 56,09 41,64 1,41 0,33 35,36 0,93 0,33 3,12 6,59 26,97 0,22 0,56 40,40 1,64 40,57

19 10,61 5,39 3,40 4,85 49,64 45,51 1,11 0,35 54,88 0,17 0,36 0,68 3,20 27,13 3,81 0,79 21,12 0,75 16,28

20 8,04 6,46 5,10 7,43 47,06 45,51 0,11 0,37 35,08 0,51 0,38 2,32 10,00 24,88 0,00 0,65 36,26 3,63 53,09

21 7,26 6,48 4,24 2,27 56,09 41,64 0,89 0,27 45,84 0,13 0,29 0,73 3,60 20,16 0,33 0,76 19,86 1,09 23,46

22 9,44 6,21 3,54 4,85 56,09 39,06 0,79 0,21 38,05 0,71 0,27 2,53 3,27 26,23 2,65 1,44 27,58 2,54 25,65

23 9,44 6,21 3,54 4,85 56,09 39,06 0,79 0,21 38,05 0,71 0,27 2,53 3,27 26,23 2,65 1,44 27,58 2,54 25,65


(6)