Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2015

(1)

PENDAM

KAWA

BALAI PENGK

BADAN PENE

LAPORAN AKHI R

AMPI NGAN PENGEMBANG

WASAN KOMODI TAS CABA

DI BENGKULU

RUSWENDI

GKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BE

NELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PER

2015

Kode Registrasi :

NGAN

BAI

BENGKULU

ERTANI AN


(2)

LAPORAN AKHI R

PENDAMPI NGAN PENGEMBANGAN

KAWASAN KOMODI TAS CABAI

DI BENGKULU

Rusw endi

Eddy Makruf

Sri Suryani Rambe

Hertina Artanti

Waluyo

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga laporan akhir Kegiatan Diseminasi Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Cabai di Bengkulu telah dapat diselesaikan. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap hasil pelaksanaan diseminasi inovasi teknologi pada kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai di Provinsi Bengkulu, sampai dengan akhir Tahun 2015. Kegiatan pendampingan dilakukan pada lima lokasi pengembangan kawasan cabai, yaitu Kabupaten : Rejang Lebong, Kaur, Kepahiang, Lebong dan Mukomuko.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksananaan kegiatan dan penyusunan laporan ini masih banyak ditemui berbagai kendala dan kekurangan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami jadikan sumber perbaikan, mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan diseminasi pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional tahun 2015 untuk komoditas cabai sampai selesai, diucapkan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi penerapan dan peluang diseminasi dan implementasi inovasi teknologi dalam pengembangan kawasan komoditas cabai di Bengkulu.

Bengkulu, Desember 2015 Penanggungjawab Kegiatan,

I r. Ruswendi, MP.


(4)

LEMBARAN PENGESAHAN

1. Judul RODHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan

Komoditas Cabai di Bengkulu

2. Unit Kerja : Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jln. I rian Km 6,5 PO Box 1010 Bengkulu 38001

4. Sumber Dana : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor

5. Status Pengkajian : Lanjutan 6. Penanggung Jawab Kegiatan :

a. N a m a : I r Ruswendi, MP

b. Pangkat/ Golongan : Pembina Tk. I (I V/ b) c. Jabatan

c.1. Struktural :

-c.2. Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya

7. Lokasi Kegiatan : Kabupaten: Rejang Lebong, Kepahiang, Lebong, Kaur dan Mukomuko

8. Agroekosistem : Lahan Kering Dataran Tinggi dan Dataran Rendah I klim Basah

9. Tahun Mulai : 2015

10. Tahun Selesai : 2017

11. Output Tahunan : Peningkatan produktivitas melalui kegiatan pendampingan inovasi teknologi produksi pada kawasan komoditas cabai merah

12. Output Akhir : Peningkatan produksi dan kualitas cabai merah pada kawasan agribisnis pengembangan komoditas cabai

13. Biaya : Rp. 86.557.500 (Delapan Puluh Enam Juta

Lima Ratus Lima Puluh Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah)

Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. Wahyu Wibawa, MP I r. Ruswendi, MP

NI P.19690427 199803 1 001 NI P.19610320 198903 1 003 Mengetahui;

Kepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu,


(5)

DAFTAR I SI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR I SI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPI RAN ... v

RI NGKASAN ... vi

SUMMARY ... viii

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 4

1.3. Luaran ... 5

I I . TI NJAUAN PUSTAKA ... 6

I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN ... 8

3.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan ... 8

3.2. Pendekatan Kegiatan ... 8

3.3. Ruang Lingkup Kegiatan ... 8

3.4. Tahapan Kegiatan ... 9

3.5. Parameter ... 11

3.6. Pengolahan Data dan Metode Analisis ... 11

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 12

4.1. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan dan Sinergi Program ... 12

4.2. Bentuk Pendampingan... 14

4.3. Diseminasi I novasi Pendampingan ... 18

V. KESI MPULAN DAN SARAN ... 23

5.1. Kesimpulan ... 23

5.2. Saran ... 23

VI I . KI NERJA HASI L PENGKAJI AN ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

ANALI SI S RESI KO ... 27

JADWAL KERJA ... 28

PEMBI AYAAN ... 29

PERSONALI A ... 31


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Lokasi program pengembangan kawasan hortikultura komoditas

cabai di Provinsi Bengkulu dan sinergi pendampingan oleh BPTP

Bengkulu Tahun 2015 ... 13

2. Paket teknologi unit percontohan pertanaman cabai diluar musim mendukung program gerakan tanam cabai musin kemarau (GTCK) .. 17

3. Perbaikan pengetahuan petani cabai terhadap komponen teknologi pupuk organik, bibit dan sistim tanam melalui pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai ... 20

4. Daftar Risiko ... 27

5. Daftar Penangan Risiko ... 27

6. Jadwal Kegiatan Kerja ... 28

7. Rencana Anggaran Belanja Kegiatan ... 29

8. Realisasi Anggaran ... 30


(7)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman 1. Melakukan koordinasi dan hunting lokasi dengan pihak terkait dalam

rangka menggali informasi perkembangan komoditas cabai serta program daerah untuk sinergi pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Tahub 2015 di Kabupaten Rejang Lebong ... 33 2. Melakukan sosialisasi pada petani dan petugas di wilayah sentra

pengembangan cabai di Kecamatan Selupu Rejang dalam rangka menyampaikan rencana pelaksanaan penggalian teknologi eksisting 33 3. Melakukan kegiatan pendampingan inovasi pengembangan kawasan

komoditas cabai Tahun 2015 dengan tahapan kegiatan pengenalan proses pengolahan pupuk organik/ kompos dan persiapan lahan percontohan teknologi produksi komoditas cabai merah di Desa Karang Jaya, Kabupaten Rejang Lebong ... 34 4. Melakukan tahapan kegiatan pembibitan cabai dan pemasangian

mulsa plastik hitam perak (MPHP) pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Tahun 2015 di Kabupaten Rejang Lebong ... 34 5. Melakukan tahapan kegiatan penanaman cabai dan pemeliharaan

tanaman kegiatan kegiatan pengembangan cabai di Kecamatan Selupu Rejang dalam rangka menyampaikan rencana pelaksanaan penggalian teknologi eksisting ... 35 6. Melakukan kegiatan pendampingan inovasi pengembangan kawasan

komoditas cabai lamgsung dilapangan melalui diskusi antara petani, petugas lapang dan pendamping dari BPTP membahas berbagai kendala dan rencana tindak, diikuti diskusi antara Kepala BPTP Bengkulu dengan kooperataor percontohan membahas perkembangan tahapan pelaksanaan percontohan teknologi produksi komoditas cabai merah di Desa Karang Jaya, Kabupaten Rejang Lebong ... 35 7. Melakukan pemeliharaan tanam cabai diluuar musim (GTCK) melalui

penyiraman tanaman akibat gangguan kemarau yang ekstrim untuk menghindari kekeringan pada tanaman cabai kegiatan percontohan usahatani pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Tahun 2015 di Kabupaten Rejang Lebong ... 36 8. Melakukan kegiatan pertemuan dan pendampingan dengan petani

cabai di wilayah sentra pengembangan cabai desa Mangkurajo Kecamatan Tes dan kondisi lahan usahatani pada kawasan sentra cabai di Kabupaten Lebong... 36 9. Melakukan kegiatan pendampingan pada petani cabai di w ilayah

sentra pengembangan cabai desa Bumi Mulya Kecamatan Penarik dan Desa Rawa Mulya Kecamatan XI V Koto Kabupaten Mukomuko. 37 10. Melakukan kegiatan pendampingan pada petani cabai di wilayah


(8)

dan kegiatan pertemuan pendampingan dengan petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai desa Tangsi Duren Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang... 37 11. Melakukan kegiatan pendampingan dan sinergi program dengan

petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai Kabupaten Rejang lebong dan persiapan pendampingan usahatani menggunakan Reishelter di Kabupaten Mukomuko... 38 12. Pendampingan melalui kegiatan Apresiasi inovasi teknologi produksi

cabai merah mendukung agribisnis komoditas cabai yang diselenggrakan di desa Karang Jaya diikuti petani, petugas lapang, dan stakeholder terkait Kabupaten Rejang Lebong... 37


(9)

RI NGKASAN

1. Judul : Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Cabai di Bengkulu

2. Unit Kerja : Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu 3. Tujuan : 1. Meningkatkan produktivitas melalui kegiatan

percontohan teknologi produksi cabai merah

2. Meningkatkan pengetahuan petani melalui pendampingan dan penyebaran inovasi teknologi produksi cabai merah

3. Meningkatkan kinerja kelembagaan petani cabai melalui pembinaan kelompok

4. Keluaran/ Output : 1. Peningkatan produktivitas melalui kegiatan percontohan teknologi produksi cabai merah

2. Peningkatan pengetahuan petani melalui pendampingan dan penyebaran inovasi teknologi produksi cabai merah

3. Peningkatan kinerja kelembagaan tani cabai melalui pembinaan kelompok

5. Prosedur : Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan cabai dilakukan berdasarkan program pengembangan kawasan cabai Provinsi Bengkulu pada 5 (lima) wilayah kawasan pengembangan komoditas cabai, meliputi Kabupaten; Rejang Lebong, Kepahiang, Lebong, Kaur dan Mukomuko. Untuk kegiatan percontohan dilaksanakan di Kabupaten Rejang Lebong seluas 0,2 ha oleh 2 orang kooperator dan di Kabupaten Kepahiang seluas 0,1 ha oleh 1 orang koperator secara partisipatif. Pendampingan dilakukan dalam bentuk pertemuan, penyiapan serta penyebaran bahan informasi sesuai kondisi melalui strategi memanfaatkan berbagai saluran komunikasi dan pemangku kepentingan terkait. Penyusunan rencana diseminasi dilakukan secara sinergisme dan padupadan program daerah melalui tahapan koordinasi, identifikasi, sosialisasi dan implementasi kegiatan aspek teknis inovasi teknologi produksi sesuai kebutuhan berupa demonstrasi, pembinaan, penyebaran bahan informasi penyuluhan. Pada pendampingan kelembagaan agribisnis menggunakan metode analisis secara deskriptif, membandingkan hasil dicapai dengan sebelumnya (before and after) atau dengan pembanding sekitarnya (with and without), serta tingkat adopsi dan penyebaran inovasi berdasarkan penentuan indikator keberhasilan pendampingan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura terkait.


(10)

6. Capaian : Diseminasi hasil pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai memberikan gambaran dan dampak dalam pelaksanaan kegiatan dan dukungan pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan, sekaligus dapat mensinergikan program terkait di daerah dalam pengembangan kawasan, permasalahan dan rencana tindak. Terjadi perbaikan: produksi cabai merah sampai panen ke 2 untuk VUB (Kencana) mecapai 130 g/ batang dibanding varietas biasa (Lokal) hanya 120 g/ batang; tingkat pengetahuan petani terhadap komponen teknologi: Pupuk organik kompos; Bibit; dan Sistim tanam sebesar 39,05% ; 29,36% dan 23,53% ; serta peningkatan kinerja kelembagaan terhadap aktifitas pertemuan kelompok; dimana sebelumnya frekuensi rata-rata 3 bulan menjadi 1 bulan sekali; anggota hadir rata-rata 10 – 15 orang menjadi 20 – 30 orang/ pertemuan; dan topik bahasan terfokus pada 1 topik menjadi 2 - 3 topik (dari 1 bahasan menjadi 1 – 3 bahasan teknologi). Disamping itu juaga terjadi peningkatan kompetensi penyuluh dan petugas lapang, terhadap peningkatan intensitas kunjungan petugas pada petani dari rata-rata 0,82 kali menjadi 2,09 kali setiap bulannya

7. Manfaat : Dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengetahuan petani, pengembangan usahatani serta pendapatan petani pada kawasan pengembangan komoditas cabai di Bengkulu.

8. Dampak : Diseminasi hasil pendampingan akan berdampak pada; • Peluang peningkatan produktivitas dan

pengembangan usahatani cabai merah di Bengkulu • Peluang peningkatan pengetahuan dan pendapatan

usahatani pada kawasan komoditas cabai merah • Peluang peningkatan kinerja kelembagaan agribisnis

hortikultura komoditas cabai merah di Bengkulu 9. Jangka Waktu : Satu Tahun

10. Biaya : Rp. 86.557.500,- (Delapan puluh enam juta lima ratus lima puluh tujuh ribu lima ratus rupiah)


(11)

SUMMARY

1. Title : Development Area of Chili Commodities Assistance in Bengkulu

2. I mplementing Unit : Assessment I nstitute for Agricultural Technology of Bengkulu

3. Objectives : 1. I mprove productivity through the pilot activity production technology of red chili.

1. I mprove the farmer knowledge through assistance and dissemination innovation technology of chili production.

2. I mprove the institutional performance chili farming grup through group coaching

4. Output : 1. Enhancement productivity through the pilot activity production technology of red chili

2. Enhancement farmer knowledge through assistance and dissemination innovation technology of chili production.

3. Enhancement the institutional performance chili farming grup through group coachingProcedure. 5. Prosedure : Assistance activity of chili development area do be

based chili development area program Bengkulu Province in 5 (five) region development area chili commodities includes districts : Rejang Lebong, Kepahiang, Lebong, Kaur and Mukomuko. For demonstration activities carried out in Rejang Lebong an area of 0.2 ha by 2 cooperators and Kepahiang District area of 0.1 ha by 1 person cooperator participatory. Assistance is in the form of meetings, preparation and dissemination of information materials according to the conditions through a strategy of utilizing various communication channels and relevant stakeholders. Planning dissemination done synergism and padupadan regional programs through the stages of coordination, identification, dissemination and implementation activities of the technical aspects of production technology innovation as needed in the form of demonstrations, coaching, counseling dissemination of information materials. I n the agribusiness institutional assistance using descriptive analysis, comparing the results achieved by the previous (before and after), or with the surrounding comparators (with and without), and the rate of adoption and deployment of innovations based on the determination of indicators of success assisting the development of agri-horticulture-related areas


(12)

6. Achievement : Dissemination of the results of regional development assistance chili commodities provide an overview and impact in the implementation and support of local government as policy makers, as well as to synergize related programs in the region in the development of the region, issues and action plans. I mprovements: red chili production until harvest to 2 to VUB (Kencana) mecapai 130 g/ trunk than ordinary varieties (Local) only 120 g/ rod; the level of knowledge of farmers on the technology components: Organic manure compost; Seeds; and cropping systems by 39.05% ; 29.36% and 23.53% ; as well as the improvement of institutional performance against the activities of a group meeting; where previously the average frequency of 3 months to 1 month; members were present on average 10-15 people be 20-30 people/ meetings; and the discussion topics focused on one topic became 2-3 topics (from 1 discussion became 1-3 discussion of technology). Besides, increased competence of extension and field officers, to increase the intensity of officers visit farmers an average of 0.82 times to 2.09 times per month.

7. Benefit : I mprove the productivity and farmer knowledgement, farming development and farmers income in the development area chili commodities in Bengkulu. 8. I mpact : This assessment will have an impact on;

1. The potential of increasing the productivity and development farming red chili in Bengkulu

2. The potential of increasing knowledge and farming income in red chili commodity area

3. The growth agribussiness horticulture institution red chili commodity in Bengkulu

9. Duration : 3 (three) years 10. Budget : I DR.


(13)

86.557.500,-I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendekatan pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu dilakukan melalui pengembangan agribisnis dan agroindustri, dimana sektor pertanian merupakan salah satu prioritas kebijakan dalam swasembada berkelanjutan melalui diversifikasi dan peningkatan produktivitas usahatani. Hal ini menuntut adanya pengembangan teknologi pertanian secara terpadu dan terencana, guna mendapatkan nilai tambah setiap produk/ komoditi pertanian. Selain itu, sektor pertanian juga sebagai salah satu sektor penyedia lapangan kerja terbesar yaitu lebih dari 40% kesempatan kerja masyarakat berasal dari sektor pertanian (Syafa’at et al., 2003). Termasuk komoditas cabai yang merupakan salah satu dari 7 (tujuh) komoditas pangan strategis nasional, yaitu; padi, jagung, kedelai, daging sapi, gula, cabai dan bawang merah (Permentan Momor: 131 Tahun 2014).

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran bernilai ekonomi tinggi dan termasuk ke dalam kategori komoditas hortikultura utama, selain bawang merah, kentang, tomat, mentimun, dan kubis. Komoditas cabai ini memiliki karakteristik yang unik, selain merupakan ikon nasional juga sebagai pemicu inflasi, memiliki sebaran wilayah luas, potensi pasar cukup besar di dalam maupun luar negeri, sehingga pengembangan komoditas ini memerlukan dukungan pemerintah (Dirjen Hortikultura, 2013).

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi dalam pengembangan komoditas hortikultura, termasuk cabai merah sebagai komoditas pangan unggulan nasional yang pengembangannya tersentra di daerah dataran tinggi Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Tanaman cabai merah mempunyai daya adaptasi cukup luas dari dataran tinggi sampai dataran rendah, namun rerata produktivitas cabai merah relatif rendah yaitu hanya sekitar 5,61 t/ ha (Kementerian Pertanian, 2011) bila dibandingkan dengan potensi hasil yang berkisar antara 12–20 t/ ha (Soetiarso dan Setiawati, 2010).

Masih banyak kendala yang dihadapi pada peningkatan produksi cabai merah, termasuk; kondisi iklim yang berubah-ubah, kelembaban, ketersediaan air, serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal serta menurunkan kualitas maupun kuantitas cabai merah yang diproduksi. Menurut


(14)

Beckerman (2004) pada umumnya penyakit tanaman, seperti cabai dapat berkembang cepat pada kelembaban relatif tinggi.

Sehinga petani cabai merah umumnya akan memilih periode atau musim tanam yang dianggap paling tepat untuk penanaman cabai, pemilihan musim tanam inilah yang memicu terjadinya fluktuasi produksi cabai merah sepanjang tahun dan seringkali tidak menguntungkan petani. Pada musim tertentu produksi cabai merah melimpah harga cabai merah turun dan dilain waktu produksi sangat sedikit harga cabai merah naik, hal ini tercermin pula pada pola produksi cabai merah di I ndonesia yang tidak tetap sepanjang tahun. Luas tanam tertinggi terjadi pada Bulan Desember, Januari dan Februari, sedangkan luas tanam terendah terjadi pada Bulan September dan Oktober namun permintaan relatif stabil sepanjang tahun (Dirjen Hortikultura 2006). Sehingga diperlukan pola produksi cabai merah yang dapat menghasilkan sepanjang tahun, sekaligus mendukung pendapatan petani cabai merah lebih stabil dan terus-menerus.

Selain dari permintaan cabai merah yang relatif tetap sepanjang tahun, pada beberapa tahun belakangan ini juga terdapat permintaan produk cabai merah yang berkualitas, baik dari segi penampilan maupun aman untuk dikonsumsi. Dalam rangka memenuhi permintaan produk cabai merah yang berkualitas, baik untuk permintaan lokal maupun potensi untuk ekspor diperlukan kontinuitas produktivitas cabai sepanjang tahun. Sehingga diperlukan dukungan teknologi produksi dan pengembangan cabai merah yang sesuai dengan kondisi wilayah dan kebutuhan petani.

Untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani serta produktivitas cabai diperlukan suatu sistem pengembangan dan diseminasi yang dapat mengimplementasikan inovasi teknologi langsung bagi pengguna, melalui pendampingan dalam suatu wilayah kawasan komoditas terkait. Sehingga diperlukan suatu upaya pendekatan sesuai sistem dengan arahan kebijakan yang berdasarkan apresiasi atau kebutuhan masyarakat (bottom up), yaitu berupa pendekatan lansung dalam bentuk pendampingan terhadap pengembangan kawasan komoditas (Kementerian Pertanian, 2014) maupun suatu kebijakan dalam peningkatan produktivitas dan pengembangan pada suatu kawasan sentra produksi. Dimana keberhasilannya tentu perlu pendampingan dan dukungan inovasi, serta dalam pelaksanaannya perlu disinergikan dengan program daerah kawasan terkait.


(15)

Pendampingan merupakan salah satu kegiatan diseminasi teknologi dan informasi yang dihasilkan oleh Balitbangtan melalui Balai-balai penelitian komoditas maupun secara spesifik lokasi oleh BPTP di daerah-daerah. Diseminasi merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menyampaikan teknologi dan informasi hasil penelitian dan pengkajian (litkaji) kepada pengguna, sehingga teknologi dan informasi hasil litkaji dapat dimanfaatkan dan diadopsi oleh pengguna yang dalam penyelenggaraannya disesuaikan dengan kebutuhan, metode diseminasi dan media komunikasi yang berlandaskan pada pertimbangan efektivitas dan efisiensi (cost efective) untuk khalayak sasaran. Melalui pendampingan kegiatan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura diharapkan minimal dapat menggunakan 25% inovasi teknologi Balitbangtan (Hendayanaet al., 2009).

Kebijakan pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional, merupakan suatu wujud peningkatan produksi pangan nasional dan pendapatan petani melalui implementasi inovasi dan transfer teknologi dalam suatu model diversifikasi usahatani secara terpadu. Termasuk pendampingan pengembangan komoditas cabai yang merupakan salah satu pangan unggulan nasional, diharapkan mampu mengoptimalkan penggunaan sumberdaya pertanian dan mewujudkan pemerataan pendapatan maupun pertumbuhan ekonomi di daerah.

Hal ini sangat memberi peluang pada petani cabai untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan, guna menjamin kualiltas dan kuantitas hasil tanaman cabai diwilayah sentra produksi, perluasan jangkauan penggunaan teknologi dan percepatan penyebaran atau diseminasi inovasi pada pengguna melalui berbagai pembinaan dan pendampingan pengembangan berwawasan agribisnis. Baik itu aspek perbaikan teknologi prapanen, pascapanen, pemberdayaan petani, penguatan kelembagaan serta mendorong terjadinya kemitraan. Sehingga perlu dukungan dalam pengembangannya, yaitu melalui pendampingan pengembangan kawasan produksi dan introduksi inovasi teknologi sesuai kondisi wilayah. Adanya sinergisme serta kebijakan dukungan program daerah dalam mewujudkan pengembangan komoditas cabai merah, melalui penguatan inovasi (teknologi, diseminasi dan kelembagaan) usahataninya.

Untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, maka diperlukan suatu sistem penyuluhan yang dapat menginformasikan inovasi teknologi langsung di lapangan antara perakit dan pengguna teknologi, yaitu melalui Pengembangan Kawasan Pertanian yang dapat memberikan diversifikasi usaha dan


(16)

sumber pendapatan, juga dapat meningkatkan efisiensi usahatani melalui aplikasi inovasi spesifik lokasi (Kementerian Pertanian, 2014). Disamping itu tentunya teknologi dikembangkan harus bisa diadaptasikan pada kondisi lingkungan sosial budaya, lingkungan sosial ekonomi, biofisik dan memiliki dukungan ketersediaan tenaga kerja. Sekaligus juga merupakan media diseminasi dalam mempercepat proses transfer dan adopsi teknologi pertanian yang bertujuan untuk mempertemukan petani dengan penelit i, penyuluh, petugas pelayanan melalui penggunaan berbagai saluran diseminasi baik itu berupa percontohan, pertemuan, diskusi, media elektronik dan media cetak maupun implementasi langsung oleh pengguna.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Akhir

1. Meningkatkan produksi dan kualitas cabai merah di Bengkulu 2. Meningkatkan pendapatan petani cabai merah di Bengkulu 3. Penguatan kelembagaan agribisnis cabai merah di Bengkulu

1.2.2. Tujuan Tahun 2015

1. Meningkatkan produktivitas melalui kegiatan percontohan teknologi produksi cabai merah

2. Meningkatkan pengetahuan petani melalui pendampingan dan penyebaran inovasi teknologi produksi cabai merah

3. Meningkatkan kinerja kelembagaan petani cabai melalui pembinaan kelompok

1.2.3. Tujuan Tahun 2016

1. Meningkatkan keterampilan petani melalui pelatihan dan penerapan inovasi teknologi cabai merah

2. Mendiseminasikan inovasi teknologi produksi cabai merah sesuai kondisi wilayah melalui temu lapang dan penyebaran bahan informasi

3. Meningkatkan peranan petugas lapang dalam penumbuhan kelembagaan melalui pertemuan dan pembinaan lapang

1.2.4. Tujuan Tahun 2017

1. Meningkatkan produksi dan kualitas cabai merah pada kawasan pengembangan komoditas cabai


(17)

2. Mengatasi permasalahan dalam usahatani cabai di Bengkulu melalui percontohan diluar musim dan ramah lingkungan

3. Menumbuhkan simpul-simpul penunjang agribisnis komoditas cabai di Bengkulu

1.3. Keluaran

1.3.1. Keluaran Akhir

1. Peningkatan produksi dan kualitas komoditas cabai merah di Bengkulu 2. Peningkatan pendapatan petani komoditas cabai merah di Bengkulu 3. Penguatan kelembagaan agribisnis komoditas cabai merah di Bengkulu

1.3.2. Keluaran Tahun 2015

1. Peningkatan produktivitas melalui kegiatan percontohan teknologi produksi cabai merah

2. Peningkatan pengetahuan petani melalui pendampingan dan penyebaran inovasi teknologi produksi cabai merah

3. Peningkatan kinerja kelembagaan tani cabai melalui pembinaan kelompok

1.3.3. Keluaran Tahun 2016

1. Peningkatan keterampilan petani melalui pelatihan dan penerapan inovasi teknologi cabai merah

2. Terdiseminasikannya inovasi teknologi produksi cabai merah sesuai kondisi wilayah melalui temu lapang dan penyebaran bahan informasi

3. Peningkatan peranan petugas lapang dalam penumbuhan kelembagaan melalui pertemuan dan pembinaan lapang

1.3.4. Keluaran Tahun 2017

1. Peningkatan produksi dan kualitas cabai merah pada kawasan pengembangan komoditas cabai

2. Teratasinya permasalahan dalam usahatani cabai di Bengkulu melalui percontohan diluar musim dan ramah lingkungan


(18)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

Bidang pertanian harus menyesuaikan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi secara global melalui peningkatan kemampuan petani. Teknologi hasil penelitian dan pengkajian tidak bermanfaat jika tidak sampai, tidak diterima atau tidak diadopsi oleh petani. I mplementasi teknologi hasil penelitian akan memberikan manfaat, jika proses adopsi berjalan secara informatif, aplikatif dan efektif bagi usahataninya. Untuk itu BPTP memerlukan suatu sistem diseminasi atau penyebaran informasi dan alih teknologi yang efektif dan efisien agar khalayak pengguna dapat memperoleh informasi maupun teknologi yang dibutuhkan dengan mudah dan relatif cepat (Fawzia, 2002).

Kebijakan pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional, merupakan suatu wujud peningkatan produksi pangan nasional dan pendapatan petani melalui implementasi inovasi dan transfer teknologi dalam suatu model diversifikasi usahatani secara terpadu. Termasuk pendampingan pengembangan komoditas cabai yang merupakan salah satu pangan unggulan nasional dan diharapkan mampu mengoptimalkan penggunaan sumberdaya pertanian, mewujudkan pemerataan pendapatan maupun pertumbuhan ekonomi di daerah (Kementerian Pertanian, 2014).

Umumnya tanaman cabai merah ini tersentra di daerah dataran tinggi, namun saat sekarang pengembangan kawasan cabai tidak hanya didataran tinggi namun juga sudah dikembangkan di dataran rendah. Akan tetapi dalam peningkatan produktivitasnya terkendala pada kondisi iklim yang berubah-ubah, sekaligus juga memicu serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal serta menurunkan kualitas maupun kuantitas cabai merah yang diproduksi. Hal ini menuntut adanya pengembangan teknologi pertanian secara terpadu dan terencana, guna mendapatkan nilai tambah setiap produk komoditi pertanian. Seperti halnya memanfaatkan teknologi produksi cabai merah di bawah naungan atau mulsa, diharapkan masalah rendahnya hasil dengan kualitas yang rendah serta fluktuasi produksi cabai merah sepanjang tahun dapat teratasi. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik hitam perak meningkatkan hasil beberapa tanaman sayuran seperti cabai merah (Fahrurrozi, et al., 2006).


(19)

Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan tindakan sekali jadi, melainkan merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu. Karena itulah maka adopsi suatu inovasi teknologi berlangsung secara bertahap dan berdasarkan konsep tersebut, maka model percepatan adopsi akan terbangun oleh peubah-peubah yang berhubungan dengan proses menarik perhatian, menumbuhkan minat, membangkitkan hasrat sehingga akhirnya memutuskan untuk menerapkan inovasi. Menurut Tjiptopranoto (2000) dalam penerapan teknologi yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya setempat dengan biaya murah dan mudah untuk diterapkan, akan tetapi dapat memberikan kenaikan hasil dengan cepat. Hal ini menjadi aspek penting untuk keberlanjutan penerapan teknologi maupun sistem usahatani yang dianjurkan dan dengan demikian diharapkan petani mampu mengadopsi dan menerapkan teknologi dimaksud dalam usahataninya, sehingga pendapatan menjadi meningkat.

Untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani serta produktivitas cabai diperlukan suatu sistem pengembangan dan diseminasi yang dapat mengimplementasikan inovasi teknologi langsung bagi pengguna, melalui pendampingan dalam suatu wilayah kawasan komoditas terkait. Sehingga diperlukan suatu upaya pendekatan sesuai sistem dengan arahan kebijakan yang berdasarkan apresiasi atau kebutuhan masyarakat (bottom up), yaitu berupa pendekatan lansung dalam bentuk pendampingan terhadap pengembangan kawasan komoditas (Kementerian Pertanian, 2014) maupun suatu kebijakan dalam peningkatan produktivitas dan pengembangan pada suatu kawasan sentra produksi. Dimana keberhasilannya tentu perlu pendampingan dan dukungan inovasi, serta dalam pelaksanaannya perlu disinergikan dengan program daerah kawasan terkait.


(20)

I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Kegiatan diseminasi pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Tahun 2015 dilaksanakan selama 3 tahun, mulai Tahun 2015 sampai Tahun 2017 pada 5 (lima) wilayah kawasan pengembangan komoditas cabai, meliputi; 1) Kabupaten Rejang Lebong, 2) Kabupaten Kepahiang, 3) Kabupaten Lebong, 4) Kabupaten Kaur, dan 5) Kabupaten Mukomuko.

3.2. Pendekatan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai dilaksanakan secara bertahap dengan menggunakan pendekatan; secara parisipatif, pengembangan inovasi sesuai kondisi wilayah dan strategi diseminasi teknologi memanfaatkan berbagai jalur komunikasi sesuai karakteristik melalui berbagai media informasi secara simultan dan terkoordinasi.

3.3. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan cabai dilakukan berdasarkan program pengembangan kawasan cabai Provinsi Bengkulu pada 5 (lima) wilayah kawasan pengembangan komoditas cabai, meliputi; 1) Kabupaten Rejang Lebong, 2) Kabupaten Kepahiang, 3) Kabupaten Lebong, 4) Kabupaten Kaur, dan 5) Kabupaten Mukomuko. Untuk kegiatan percontohan dilaksanakan pada lahan petani secara partisipatif, yaitu; di Kabupaten Rejang Lebong seluas 0,2 ha untuk 2 kooperator dan Kabupaten Kepahiang 0,1 ha untuk 1 kooperator. Bentuk pendampingan dilakukan dalam bentuk pertemuan, pelatihan, narasumber, penyiapan dan penyebaran bahan informasi sesuai kondisi.

Cakupan kegiatan dalam pelaksanaan pendampingan kawasan komoditas cabai, meliputi:

1) koordinasi pelaksanaan dengan tim dan stakeholder terkait;

2) identifikasi potensi sumber daya pengembangan kawasan cabai dan kebutuhan pengawalan teknologi;

3) penguatan SDM melalui sosialisasi, pelatihan, nara sumber dan penyebaran media informasi;

4) pendampingan aspek teknis inovasi teknologi produksi sesuai kebutuhan, melalui display dan percontohan;


(21)

5) pendampingan kelembagaan tani melalui pembinaan kelompok, sinergisme dan padupadan program pada kawasan pengembangan komoditas cabai.

3.4. Tahapan Kegiatan 3.4.1. Persiapan

• Desk study, pertemuan tim penyusunan dan penyempurnaan RODHP serta juklak, pengumpulan informasi awal tentang pengembangan kawasan cabai dan potensi sumberdaya pendukung lainnya

 Koordinasi internal dengan tim dan koordinasi eksternal dengan Dinas Pertanian, BP4K dan pihak pengambil kebijakan lain untuk;

1. Mendiskusikan lokasi dan padupadan program dalam pendampingan Kawasan cabai

2. Meyampaikan tujuan pendampingan yang dilakukan BPTP (Peningkatan; penerapan/ adopsi inovasi, produksi/ produktivitas)

 Hunting lokasi dan merumuskan rencanana pelaksanaan kegiatan berdasarkan kondisi lapangan serta identifikasi inovasi yang akan didiseminasikan, penyusunan daftar pertanyaan dan parameter pengukuran

3.4.2. Pelaksanaan

• I dentifikasi potensi sumberdaya pengembangan kawasan cabai dan kebutuhan pengembangan teknologi dilakukan melalui pengumpulan data sekunder dari pihak terkait Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten pendampingan, BP4K, Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K), Badan Pusat Statistik dan lain-lain

• I dentifikasi teknologi eksisting dan kebutuhan pendampingan teknologi untuk petani dilaksanakan melalui pengallian pada dinas/ instansi terkait, pengurus gabungan kelompok tani (gapoktan), kelompok tani (poktan), tokoh masyarakat dan petugas lapang. Disamping itu juga dilaksanakan pertemuan terfokus untuk mengetahui kondisi, inovasi dan pengembangan kawasan yang sudah dilakukan, untuk penajaman dapat diikuti dengan pengisian kusioner dan daftar pertanyaan terkait.

• Sosialisasi/ apresiasi hasil identifikasi kebutuhan pendampingan dilaksanakan untuk menyampaikan sasaran kegiatan, menyamakan persepsi, mendapat umpan balik dengan instansi terkait dan untuk membagi peran/ distribusi kegiatan yang dibutuhkan stakeholder instansi terkait, pengusaha/ swasta camat, lurah,


(22)

petugas lapang, tokoh masyarakat, petani kooperator dan KTNA dalam mendukung pelaksanaan kegiatan dan menumbuhkan minat pelaku terkait. • Melakukan penguatan SDM melalui kegiatan pembinaan, pelatihan, bimbingan

tekhnis, penyebaran bahan informasi menggunakan berbagai saluran (stakeholder, swasta, gapoktan dan poktan), menggunakan berbagai media diseminasi (elektronik; RRI / website/ pemutaran film dan tercetak; leaflet/ buku/ brosur/ peta singkap) serta bertindak sebagai narasumber dalam pengembangan kawasan sesuai kebutuhan kegiatan dan sinergisme program daerah di 5 Kabupaten pengembangan kawasan cabai (Rejang Lebong, Kepahiang, Lebong, Kaur dan Mukomuko).

• I mplementasi pendampingan aspek teknis inovasi teknologi produksi sesuai kebutuhan, melalui display dan percontohan inovasi teknologi langsung dilahan petani, terhadap inovasi komponen teknologi produksi komoditas cabai yang berkaitan dengan permasalahan lapangan; bibit sesuai kondisi wilayah, pengolahan tanam, dosis dan cara pemupukan, cara dan sistim tanam, pengendalian hama penyakit pada tanaman cabai. Untuk penyebaran hasil pendampingan melalui percontohan pengembangan inovasi akan didukung dengan kegiatan temu lapang atau apresiasi inovasi teknologi produksi berkembang kegiatan pendampingan sebagai penerjemahan dari pilihan terbaik terhadap tindakan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan petani. Kegiatan yang dilakukan berupa : (a) inovasi teknologi produksi, pengendalian OPT, panen dan pascapanen, (b) pemberdayaan poktan/ gapoktan (pasar, permodalan, serta kemitraan).

• I mplementasi pendampingan kelembagaan melalui pembinaan dan pemberdayaan poktan/ gapoktan (pasar, permodalan, serta kemitraan), sinergisme dan padupadan program pada kawasan pengembangan komoditas cabai, untuk meningkatkan kinerja (fungsi dan peran) saluran diseminasi dalam mempercepat transfer teknologi yang dilakukan secara berkala dan sesuai kebutuhan lapangan maupun pengguna teknologi.

3.4.3. Pelaporan Kegiatan

Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan dilakukan setiap bulan (Laporan Bulanan), pada pertengahan tahun (Laporan Tengah Tahun) dan akhir tahun (Laporan Akhir Tahun). Untuk merampungkan hasil yang di peroleh


(23)

dalam pelaksanaan pendampingan, dilakukan seminar terhadap hasil pelaksanaan pendampingan

3.5. Parameter

1. Produktivitas tanaman cabai merah

2. Tingkat pengetahuan petani yang memahami inovasi budidaya teknologi produksi dan pengendalian hama penyakit pada tanaman cabai merah.

3. Peningkatan aktivitas kelompok tani/ gapoktan usahatani cabai merah

3.6. Pengumpulan Data dan Metode Analisis

Data yang diambil tetrdiri dari data primer meliputi; karakteristik, timgkat pengetahuan responden terhadap usahatani cabai. Data dikumpulkan melalui wawancara, tatap muka dan pertemuan terfokus dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner).

Diseminasi hasil kajian yang dikembangkan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, penyebaran inovasi teknologi serta pendampingan dan pembinaan kelembagaan tani cabai dengan mengumpulkan data terkait selama kegiatan. Data terkumpul dianalisis menggunakan metode analisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil dicapai dengan hasil sebelumnya (before and after) atau dengan hasil pembanding sekitarnya (with and without). Peningkatan hasil dianalisis menggunakan rumus :

dimana : N = nilai hasil SP = skor didapat SM = skor maksimum

N = SP x 100%


(24)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

Hasil pelaksanaan kegiatan diseminasi pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Provinsi Bengkulu dilaksanakan di 5 (lima) wilayah kawasan pengembangan komoditas cabai Provinsi Bengkulu, meliputi; 1) Kabupaten Rejang Lebong, 2) Kabupaten Kepahiang, 3) Kabupaten Lebong, 4) Kabupaten Kaur, dan 5) Kabupaten Mukomuko, dilaksanakan sesuai dengan tahapan kegiatan lapangan yang meliputi:

3.1. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan dan Sinergi Program

Kajian diseminasi pengembangan kawasan agribisnis hortikultura yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Kaur, Kabupaten Lebong, dan Kabupaten Mukomuko terfokus pada kegiatan pendampingan inovasi teknologi pada kawasan pengembangan komoditas cabai. Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan, telah dikoordinasikan dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan pemerintah wilayah kabupaten yang memiliki program pengembangan kawasan komoditas cabai. Kondisi ini menggiring diseminasi kegiatan pendampingan yang dilakukan dalam pelaksanaan dilapangan dapat bersinergi dengan berbagai program terkait dan daerah yang dibutuhkan masyarakat dalam pengembangan kawasan tanaman cabai. Hasil koordinasi mengambarkan pemerintah daerah melalui dinas terkait memberikan apresiasi sangat baik dengan adanya kegiatan pendampingan oleh BPTP Bengkulu, sehingga dapat mendorong pencapaian pelaksanaan program hortikultura di Provinsi Bengkulu dalam pengembangan usahatani dan produktivitas cabai yang sebagian besar terfokus pada usahatani cabai merah.

Pada Tahun 2015 Provinsi Bengkulu yang memiliki ekosistem lahan kering beriklim basah mendapatkan program pengembangan kawasan hortikultura komoditas cabai yang tersebar pada 5 (lima) wilayah kabupaten, baik untuk dataran tinggi maupun untuk dataran rendah. Untuk dataran tinggi meliputi w ilayah; Kabupaten Rejang Lebong; Kabupaten Kepahiang; dan Kabupaten Lebong serta untuk dataran rendah; Kabupaten Kaur dan Kabupaten Mukomuko. Program pengembangan kawasan cabai Tahun 2015 merupakan program pusat (Dirjen Tanaman Pangan) dengan luasan kawasan yang dikembangkan mencapai 163 ha yang difokuskan pada gerakan tanam diluar musim atau gerakan tanam cabai musim


(25)

Hasil pengamatan lapangan dan koordinasi dengan pemerintah kabupaten yang wilayahnya memiliki program pengembangan kawasan cabai, pelaksanaan program pengembangan kawasan cabai tahun ini sedikit mengalami keterlambatan akibat pengaruh anomali cuaca kemarau panjang dengan kondisi sangat panas dan kekeringan. Hasil identifikasi dan verifikasi terhadap wilayah pengembangan kawasan cabai yang tersebar di 5 Kabupaten pada tahun 2015, teridentifikasi pengembangan kawasan berada pada 40 kecamatan di 106 desa/ kelurahan melibatkan 122 kelompok dengan sasaran pertanaman seluas 175 ha (Tabel 1.).

Tabel 1. Lokasi program pengembangan kawasan hortikultura komoditas cabai di Provinsi Bengkulu dan sinergi pendampingan oleh BPTP Bengkulu Tahun 2015

No Kabupaten Lokasi Pendampingan Kawasan Cabai Keterangan Kecamatan Desa/ Kel Luas (ha) Poktan

1. Rejang Lebong 7 28 41 40 Gerak tanamcabai

luar musim(20%) dan dilanjutkan musim hujan (80%)

2. Kepahiang 6 9 33 6

3. Lebong 3 3 38 9

4. K a u r 15 54 42 54

5. Mukomuko 9 12 21 13

Jumlah 40 106 175 122

Berdasarkan hasil koordinasi, diskusi dan pertemuan terfokus sasaran lokasi dan pelaku usaha untuk didampingi serta pendistribusian kebutuhan inovasi dan pengembangan teknologi dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan oleh BPTP dilakukan sesuai kondisi dan kebutuhan pengembangan usahatani komoditas cabai setiap wilayah. Pelaksanaan koordinasi sekaligus sebagai penyampaian informasi pelaksanaan kegiatan diseminasi memberikan hasil positif dengan berbagai pihak terkait dan pengambil kebijakan dilingkup pemerintah kabupaten lokasi pendampingan, melalui koordinasi ini pelaksanaan kegiatan akan mendapat dukungan penuh pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan terhadap pengembangan bidang pertanian maupun pengguna teknologi dan diharapkan pelaksanaan kegiatan pendampingan ini dapat mendukung program pengembangan kawasan komoditas cabai di daerah serta dalam pelaksanaannya bersinergi antar program terkait. Menurut Balitbangtan (2011) penyampaian informasi teknologi dari sumber teknologi kepada pengguna perlu dilakukan dengan mengoptimalkan pemangku kepentingan (stakeholder) dan memanfaatkan berbagai media diseminasi sesuai kebutuhan wilayah.


(26)

3.2. Bentuk Pendampingan

Bentuk pendampingan kegiatan pengembangan kawasan komoditas cabai dilakukan melalui pertemuan dan pembinaan langsung, dimulai dari pelaksanaan sosialisasi, identifikasi kebutuhan inovasi, penguatan SDM, pemdampingan inovasi secara tatap muka, pelatihan dan percontohan langsung dilapangan, serta pendampingan kelembagaan. Dalam pelaksanaan pendampingan perencanaan dan penguatan diseminasi merupakan kunci utama keberhasilan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan dan kondisi masing-masing wilayah kawasan pendampingan. Penguatan diseminasi sangat berperan dalam memfasilitasi penumbuhan, pembinaan dan peningkatan kemampuan masyarakat dan pemerintah setempat melalui unit -unit percontohan, pengadaan sistim pendukung penerapan teknologi, penyediaaan informasi, konsultasi, pertemuan terfokus (FGD) dalam pengembangan inovasi teknologi (Balitbangtan, 2013).

3.2.1. Sosialisasi kegiatan pendampingan

Kegiatan sosialisasi dimaksudkan untuk menginformasikan kepada pihak terkait, baik itu petugas kecamatan dan lapangan, pemuka masyarakat serta petani cabai maupun kelompoktani pada kawasan sentra cabai dan wilayah sekitarnya pada 5 (lima) kabupaten pengembangan kawasan hortikultura komoditas cabai Tahun 2015 di Bengkulu. Sosialisasi dilakukan secara simultan pada wilayah pengembangan kawasan cabai; Kabupaten Rejang Lebong pada Gapoktan desa karang Jaya dilokasi percontohan, Kabupaten Kepahiang pada 1 kelompoktani kooperator percontohan, Kabupaten Kaur kelompoktani lingkup Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lebong desa Mangkurajo, dan Kabupaten Mukomuko 2 kecamatan (Penarik dan XI V Koto). Untuk menyampaikan informasi program pelaksanaan kegiatan diseminasi pendampingan inovasi teknologi produksi cabai merah kepada petani, kelompok tani cabai dan pemangku kebijakan wilayah kawasan usahatani cabai. Terutama dalam hal peningkatan dan pengaturan produksi untuk menjaga stabilitas fluktuasi harga cabai dimusim hujan maupun musim kemarau, serta penyampaian langkah-langkah kegiatan dalam pelaksanaan pengembangan diseminasi inovasi usahatani cabai merah. Dimana kawasan hortikulutura (termasuk komoditas cabai) merupakan suatu hamparan atau sebaran usahatani cabai dengan kesamaan ekosistem yang disatukan oleh fasilitasi infrastruktur dalam berbagai bentuk kegiatan usahatani berbasis komoditas cabai, termasuk penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan dan


(27)

pengolahan pascapanen, pemasaran serta bebagai kegiatan pendukungnya (Balitbangtan, 2012).

Selain itu juga diinformasikan, bahwa kegiatan pendampingan pengembangan kawasan hortikultura komoditas cabai dilaksanakan berdasarkan kondisi wilayah terkait pengembangan kawasan melalui berbagai metode dan alur diseminasi inovasi teknologi, yang dirumuskan secara kongrit untuk menyusun strategi dan perencanaan dilapangan dalam mendorong peningkatan produktivitas dan kemampuan pelaku utama menghasilkan produk berdaya saing tinggi. Dengan perencanaan yang sistematis, maka proses diseminasi dapat dilakukan secara efektif dan adopsi inovasi teknologi dapat berjalan debgab cepat (Balitbangtan, 2012).

Begitu juga dengan beberapa informasi berkaitan dengan kondisi wilayah lokasi pengembangan kawasan, termasuk; kondisi biofisik, sosial, budaya dan tatanan kelembagaan yang sangat menentukan sekali dalam penyiapan kebutuhan inovasi akan diterapkan dalam menyusun model rancang bangun pengembangan kawasan komoditas cabai merah di Bengkulu.

Pertemuan yang dilakukan menggunakan metoda FGD juga dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik petani, kondisi usahatani, luas tanam, produktivitas, pemasaran, kelembagaan, permasalahan dan upaya tindak lanjutnya serta hasil pembinaan yang didapat dari berbagai pihak terkait atau narasumber beberapa tahun terakhir ini. Sehingga dalam pelaksanaan pendampingan akan memudahkan penyusunan rencana dan penguatan diseminasi apa harus dilakukan berdasarkan kebutuhan dan kondisi masing-masing wilayah kawasan pendampingan.

3.2.2. Pendampingan Penguatan SDM

Penguatan sumberdaya manusia dilokasi kegiatan pengembangan kawasan hortikultura komoditas cabai dilakukan melalui upaya pembinaan petani dan kelompok tani dalam mengembangkan usahatani cabai, mulai dari penggalian informasi penerapan dan pengembangan inovasi, pengumpulan masalah yang ada dan upaya apa yang harus dilakukan dalam menyikapi permasalahan tersebut. Bentuk pendampingan ini dilakukan melalui kunjungan dan pertemuan tatap muka langsung dengan pengguna teknologi, baik itu petani, kelompoktani, tokoh masyarakat dan petugas lapang. Upaya penguatan kemampuan petani dan pelaku lainnya, sudah dilakukan melalui pembinaan inovasi teknologi produksi cabai pada petani dan kelompok serta petugas lapang. Kemudian mendiskusikannya secara


(28)

tebuka untuk memberikan kesempatan pada pelaku dalam berpendapat dan menyampaikan pengalaman usahatani cabai. Melalui metode pembinaan ini telah mendorong petani dalam pengembangan pengetahuanya, meningkatkan kemampuan serta penanganan dan antisipasi permasalahan yang ada dan akan timbul. Menurut Demitria, et,. all. (2006) Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan, kreativitas, keterampilan, dan kemampuan petani.

3.2.3. Percontohan inovasi teknologi

Pendampingan aspek teknis inovasi teknologi dilakukan melalui display dan percontohan inovasi teknologi produksi langsung dilahan petani, dengan luasan 0,3 ha yang dilakukan di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong 1 unit dilakukan pada musim kering (Agustus 2015); 1 unit musim hujan (November 2015) dan 1 unit di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang (November 2015).

Percontohan seluas 0,1 ha pada musim kering merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menunjang program tanaman diluar musim atau dikenal juga dengan Gerakan Tanam cabai Musim Kemarau (GTCK). Pertanaman dimulai pada bulan Agustus 2015, menerapakan inovasi teknologi produksi yang difokuskan pada penerapan pupuk organik kompos, VUB (Kencana), sistim tanam 2 baris zig-zag dan pemupukan sesuai anjuran (Tabel 2).

I ntroduksi VUB mnggunakan varietas Kencana (dibibitkan Balitsa Lembang), dibandingkan varietas Lokal (merupakan benih dibibitkan sendiri oleh petani). Pemupukan pupuk organik memanfaatkan bahan baku kotoran sapi dan kulit kopi yang terlebih dahulu dikomposkan melalui fermentasi menggunakan decomposer Tricho, biasanya petani menggunakan pupuk organik kotoran ayam kering atau kotoran kambing dikomposkan langsung dilahan (KLD).

Saat pertanaman dimulai sampai berbunga dan pembuahan pertama kondisi cuaca dalam kondisi kemarau ekstrim dan tidak pernah turunn hujan, sehingga untuk penegendalian pertanaman dilakukan penyiraman secara berkala dengan mengecorkan air pada setiap tanaman melalui lonbang mulsa dan pertumbuhan tanaman cabai cukup normal. Tanaman cabai sangat peka terhadap kekurangan air, sehingga cabai sangat memerlukan air dalam jumlah cukup agar dapat tumbuh secara baik. Apabila tanaman cabai mengalami defisit air yang terjadi pada fase pertumbuhan tanaman (vegetatif), akan berakibat pertumbuhan tanaman jadi lambat dan kerdil (Kahana, 2008).


(29)

Tabel 2. Paket teknologi unit percontohan pertanaman cabai diluar musim mendukung program gerakan tanam cabai musin kemarau (GTCK)

No. Komponen Paket I ntroduksi

1. Penanaman : 0,1 ha

2. Varietas : Kencana

3. Sistim bedengan : 1 m

4. Kedalaman parit : 30 - 40 cm

5. Jarak dan Sistim Tanam : 50 x 40 cm; 2 baris zig-zag

6. Pengolahan Lahan : Sempurna

7. Pemupukan Dasar : Pupuk organik 2 t (dikompooskan)

Pupuk Urea; ZA; SP-36; KCl; NPK; (20; 30; 20; 20; 20) kg (I = 40% ) dan Phonska 20 kg

8. Pemupukan susulan (60% ) : Cara siram ke tanah mulai umur 30 Hst, setiap 10 hari sekali dengan dosis 2-4 g/ liter air dengan volume siram 200 cc/ tan 9. Pemakaian mulsa : Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP)

10. Penyiraman : Sesuai keadaan pertanaman di lapangan 11. Pengendalian OPT : Sistim PHT (preventif & kuratif)

12. Panen : Mengikuti kondisi

13. Penanganan Pascapanen : Sesuai tujuan produksi (Pasar/ konsumsi atau benih)

Namun pada saat berbunga terjadi kerontokan bunga, saat pembentukan buah sebagian buah mengalami kerontokan dan menjadi kerdil serta keriting. Kondisi ini menurut Kahana (2008) disebabkan, apabila tanaman cabai pada saat terjadi kekurangan air diawal fase pembungaan biasanya bunga menjadi mudah rontok dan kekurangan air terjadi pada fase pembentukan buah maka bentuk buah cabai tidak normal dan berkerut. Dilihat dari hasil panen ke 1 dan ke 2 terhadap pengukuran berat hasil rata-rata perbatang tanaman cabai untuk varietas Kencana 60 g/ batang dan 70 g/ batang dibanding dengan varietas Lokal 50 g dan 70 g/ batang. Hasil panen ke 1 terlihat produksi cabai varietas Kencana lebih baik dari varietas Lokal (60 g/ batang : 50 g/ batang) dan saat panen ke 2 terlihat peningkatan produksi cabai varietas Lokal lebih baik dari varietas Kencana (20 g/ batang : 10 g/ batang) atau produksi varietas Kencana 60 g/ batang dan varietas Lokal 70 g/ batang).

Namun secara umum terlihat produksi tanaman cabai varietas Kencana sedikit lebih baik dari tanaman cabai yang biasa ditanam masyarakat disekitar kawasan sentra cabai di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong yang diukur berdasarkan produksi untuk setiap batang tanaman cabai. Dimana total produksi


(30)

varietas Kencana panen ke 1 dan ke 2 rata-rata sebesar 130 g/ batang dibanding varietas Lokal rata-rata sebesar 120 g/ batang. Kondisi ini memperlihatkan adanya peningkatan produksi dengan introduksi VUB (Kencana) yang mecapai 130 g/ batang, dibanding mengunakan varietas biasa (Lokal) hanya 120 g/ batang.

Bila dilihat dari kondisi buah yang dihasilkan sampai panen ke 2, terlihat buah cabai varietas lokal lebih panjang dari Kencana (15,38 cm : 12,63 cm). Namun bila kita ukur berat buah dalam jumlah yang sama hampir tidak mengalami perbedaan, dimana rata-rata berat buah cabai varietas Kencana mencapai 3,035 g/ buah sedikit dibawah varietas Lokal 3,057 g/ buah. Dari gambaran kondisi buah terlihat adanya keunggulan dari varietas Kencana terhadap berat buahnya, walau pun buahnya lebih pendek tetapi beratnya hampir tidak mengalami perbedaan. Sehingga bisa diprediksi bahwa produktivitas varietas Kencana cukup tinggi, hal ini didukung oleh deskripsi varietas Kencana memiliki potensi produksi 16,1 t/ ha – 18,9 t/ ha dengan ukuran panjang mencapai 13,2 cm/ buah dan berat mencapai 4,9 g/ buah (Balitsa, 2011) .

Sementara itu diseminasi inovasi percontohan teknologi produksi komoditas cabai yang dilakukan pada musim hujan secara parsipatif di lahan petani, pertanamannya baru dimulai bulan November dan sampai saat ini baru dilaksanakan pada tahapan pertanaman umur 8 minggu. Sehingga implementasi inovasi teknolgi produksi yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman cabai, belum memberikan hasil.

Pendampingan inovasi dari aspek teknis yang langsung dicontohkan pada lahan petani akan memberikan respon langsung pada pelaku lainnya untuk mengambil sikap menerima atau tidak, sehingga penyebaran inovasi akan lebih cepat dipahami dan teradopsi oleh pengguna. Menurut Azwar (2001) respon adalah merupakan suatu gambaran pernyataan evaluatif atau reaksi perasaan dari diri seseorang untuk mengambil sikap terhadap suatu obyek. Bentuk respon tersebut dapat berwujud dalam suatu kesimpulan baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi atau kecenderungan untuk bersikap.

3.3. Diseminasi I novasi Pendampingan

Pelaksanaan inovasi diseminasi pengembangan kawasan cabai sudah dilakukan dengan tahapan percontohan teknologi produksi, disamping itu juga dikenalkan


(31)

pengolahan kompos atau pupuk organik melalui inovasi fermentasi berbahan baku kotoran sapi (limbah dari ternak sapi).

Diseminasi inovasi melalui pengenalan pengolahan kompos ini diikuti dengan sangat antusias oleh petani cabai, walaupun secara nyata selama ini petani sudah menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang dikeringkan (pukan) dalam waktu lama dengan jalan menumpuknya selama 4 - 6 bulan baru digunakan. Namun melalui implementasi pengenalan cara fermentasi pupuk organik langsung oleh petani, telah dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani terhadap pengolahan limbah pertanian dan kotoran ternak sapi untuk dapat diolah dan dijadikan kompos hanya dalam waktu singkat (3 - 4 minggu).

Melalui pendampingan dan diseminasi inovasi terlihat, timbulnya dorongan minat pengguna terhadap dukungan ketersediaan teknologi tepat guna dan sumberdaya manusia terampil untuk mewujudkan suatu persepsi sistem pertanian berorientasikan agribisnis dan tersedianya informasi teknologi tepat guna spesifik lokasi yang dapat didifusi dan diadopsi petani secara lebih baik. Kecepatan adopsi dan difusi inovasi teknologi terkait dengan persepsi petani terhadap sifat-sifat inovasi itu sendiri, dan faktor lingkungan strategis juga merupakan hal yang perlu menjadi perhatian (Fagi, 2008). Selain itu aspek lokasi pengguna dengan sumber informasi serta sistem dan nilai-nilai norma sosial juga turut memberi pengaruh dalam proses adopsi inovasi oleh pengguna (Subagiyoet al., 2005).

3.3.1. Peningkatan Pengetahuan Petani

Hasil pelaksanaan identifikasi inovasi teknologi dan pengggalian secara terfokus melalui pertemuan dengan petugas lapang, tokoh masyarakat, petani cabai dan kelompoktani di lokasi wilayah pengembangan kawasan dan sentra komoditas cabai. Umumnya petani cabai di Bengkulu sudah memahami tentang budidaya usahatani cabai merah (eksisiting) dan biasa melakukan pertanaman pada musim hujan dengan pola tanam cabai – sayuran (tomat, Kol, sawi, daun bawang dan wortel). Namun dilihat dari penerapan komponen teknologi petani cabai, teridentifikasi belum optimalnya pemahaman dan penggunaan pupuk organik, penggunaan varietas unggul dan pengaturan jarak tanam.

Dilihat dari komponen pemupukan petani sudah memahami pentingnya penggunaan pupuk organik untuk pebaikan lahan dan tanaman, namun dalam penerapannya masih menggunakan bahan organik dari limbah kotoran ternak kering


(32)

tanpa proses pengomposan dan sebagian ada melakukan pengomposan dengan cara pengolahan kompos langsung dilahan (KLD) bersamaan pada saat pengolahan lahan.

Begitu juga dengan varietas cabai yang ditanam menggunakan bibit lokal yang dibibitkan sendiri dari seleksi pertanaman sebelumnya dan bibit hibrida komersial yang dijual di toko saprodi, selain itu juga belum memperhatikan apakah benih digunakan berlabel atau tidak berlabel. Sedangkan penerapan sistem tanam sudah menerapkan penggunaan mulsa (MPHP) pada setiap bedengan dengan sistem tanam 1 jalur atau 2 jakur tanam sejaj ar. Untuk pengendalian penyakit dan organisme pengganggu tanaman, umunya sudah dilakukan secara baik, namun masih belum optimal dalam pengendalian terhadap serangan penyakit antraknos dan virus kuning.

Setelah melalui pendampingan dan pengawalan inovasi baik melalui pertemuan, pelatihan, percontohan dan penyebaran bahan informasi berupa folder secara berkala, terlihat adanya perubahan terhadap penerapan inovasi yang semakin optimal. Sekaligus memperlihatkan adanya peningkatan perbaikan pengetahuan petani terhadap komponen teknologi penggunaan pupuk organik, penggunaan varietas unggul dan sisitem tanam 2 baris secara zig-zag dikawasan pengembangan komoditas cabai (Tabel 3).

Tabel 3. Perbaikan pengetahuan petani cabai terhadap komponen teknologi pupuk organik, bibit dan sistem tanam melalui pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai.

No Kompoenen Teknologi Perbaikan Pengetahuan (% ) Bentuk Pendampingan Sebelum Sesudah Meningkat

1. Pupuk organik kompos 39,05 rerata

- pengertian 35,39 76,47 41,08 pertemuan, folder

- pengolahan 23,53 70,59 47,06 pelatihan, folder

- penerapan 47,06 76,47 29,01 percontohan/ display

2. Bibit 29,37 rerata

- berlabel 35,39 58,82 23,43 pertemuan

- minat VUB 29,41 64,71 35,30 percontohan, folder

3. Sistim Tanam

- 2 baris zig-zag 64,71 88,26 23,53 percontohan, folder

Pada Tabel 3. Terlihat adanya perbaikan komponen teknologi pupuk organik kompos terhadap pengertian, pengolahan dan penerapan dari 35,39% ; 23,53; dan 47,06% menjadi 76,47% ; 70,59% ; dan 76,47% atau meningkat sebesar 41,08% ;


(33)

berlabel dan unggul baru (VUB) mengalami perbaikan dari 35,39% dan 29,41% menjadi 58,82% dan 64,71% atau meningkat sebesar 23,43% dan 35,30% serta terhadap sistem tanam 2 baris zig-zag 64,71% menjadi 88,24% atau meningkat sebesar 23,53% . Sehingga secara umum terjadi peningkatan pengetahuan petani setelah dilakukan pendampingan inovasi teknologi produksi cabai, rata-rata terhadap komponen teknologi: Pupuk organik kompos sebesar39,05% ; Bibit sebesar 29,36% ; dan Sistim tanam sebesar 23,53% .

Meningkatnya pengetahuan petani terhadap komponen teknologi, memperlihatkan adanya pengaruh positif yang diterima masyarakat melalui kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai dalam bentuk kegiatan diseminasi inovasi melalui pengawalan, percontohan, pelatihan dan pertemuan. Balitbangtan (2013), menyebutkan bahwa kegiatan percontohan dibangun atau dilakukan untuk mediasi percepatan dan perluasan penggunaan teknologi di daerah sentra produksi berbasis komoditas unggulan dan adanya sinergi antara program dengan kebutuhan dan pengembangan teknologi. Menurut Sudiman (2006) aktivitas yang dapat dilakukan individu untuk meningkatkan kualitas keahliannya adalah melalui pendidikan dan pelatihan.

3.3.2. Pendampingan peningkatan kinerja kelembagaan tani

Pendampingan kelembagaan tani melalui pembinaan dan pemberdayaan kinerja poktan/ gapoktan dalam hal mengukur aktifitas pada pertemuan (frekuensi; anggpta hadir; jumlah topik dibahas) sinergisme dan padupadan program pada kawasan pengembangan komoditas cabai, untuk meningkatkan kinerja (fungsi dan peran) saluran diseminasi dalam mempercepat transfer teknologi yang dilakukan secara berkala dan sesuai kebutuhan lapangan maupun pengguna teknologi.

Pendampingan dan pembinaan terhadap pemberdayaan poktan/ gapoktan memberikan dampak terhadap peningkatan aktifitas kelompok usahatani cabai yang didampingi, dimana aktifitas peningkatan pada: frekuensi pertemuan kelompok yang sebelumnya rata-rata setiap 3 bulan sekali (bila ada hal penting) menjadi jadwal bulanan; jumlah anggota yang hadir sebelumnya rata-rata 10 – 15 orang/ pertemuan, menjadi 20 – 30 orang/ pertemuan; dan topik bahasan biasanya terfokus pada 1 topik sekarang selalu membahas 2 - 3 topik. Terutama dalam hal pembahasan teknologi biasanya terfokus pada 1 inovasi, sekarang selalu membahas 1 - 3 inovasi sesuai perkembangan teknologi.


(34)

Peningkatan kemampuan petani dan aktivitas kelompok juga memberi dampak pada peningkatan kompetensi penyuluh dan petugas lapang, ini terlihat dari intensitas kunjungan petugas pada petani, biasanya rata-rata setiap bulan kelompok dikunjungi petugas 0,82 kali dan sekarang menjadi 2,09 kali. Kondisi ini juga memberikan dorongan pengembangan terhadap implementasi inovasi yang tidak terlepas dan harus selalu dikawal, didampingi dan didiskusikan bersama petugas lapang maupun dinas wilayah terkait untuk mendapakan umpan balik permasalahan dan diseminasi inovasi pengembangan kawasan cabai.

Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan, kreativitas dan keterampilan, serta kemampuan petani (Demitria et., all. 2006). Melalui metode implementasi, diseminasi, aplikasi dan diskusi langsung oleh petani bersama anggota kelompok pendampingan sebagai bentuk pengembangan sumberdaya. Telah memberikan harapan bahwa pelaksanaan percontohan dan penerapan langsung di lahan petani sebagai penguna teknologi, dapat diadopsi langsung dan meningkatkan pengetahuan petani maupun kelompok sasaran sebagai upaya proses diseminasi inovasi teknolopgi pada pelaku utama. Menurut Hendayana (2009) untuk mempercepat adopsi teknologi usahatani perlu didukung langkah peningkatan pengetahuan pengguna teknologi, serta dapat dikompensasi dengan mengintensifkan pengawalan teknologi oleh petugas. Termasuk peneliti maupun penyuluh terkait melalui perbaikan inovasi teknologi sekaligus penumbuhan dan pembinaan terhadap kelembagaan agribisnis atau kelompoktani terkait. Kelembagaan tersebut diantaranya adalah lembaga; sosial masyarakat, agroinput, keuangan, pemasaran, dan lembaga penyuluhan (Rahman dan Subikta dalam Fagiet all., 2009).


(35)

V. KESI MPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Melalui percontohan teknologi produksi, terlihat perbaikan produksi cabai merah sampai panen ke 2 mengunakan VUB (Kencana) mecapai 130 g/ batang dibanding mengunakan varietas biasa (Lokal) hanya 120 g/ batang.

2. Melalui pendampingan dan penyebaran inovasi teknologi produksi, terlihat perbaikan tingkat pengetahuan pet ani terhadap komponen teknologi: Pupuk organik kompos; Bibit; dan Sistim tanam sebesar 39,05% ; 29,36% dan 23,53% .

3. Melalui pembinaan kelompok, terlihat peningkatan kinerja kelembagaan tani terhadap; aktifitas pertemuan kelompok dari 3 bulan menjadi 1 bulan sekali; anggota hadir dari 10 – 15 orang menjadi 20 – 30 orang/ pertemuan; dan topik bahasan dari 1 topik menjadi 2 - 3 topik berkaitan inovasi.

5.2. S a r a n

1. Diseminasi inovasi percontohan teknologi produksi komoditas cabai secara parsipatif oleh 2 petani koperator di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang masing-masing 0,1 ha yang sampai saat ini baru memasuki umur pertanaman 8 minggu tetap perlu pendampingan dan pengawalan lanjutan. 2. Mengoptimalkan pelaksanaan diseminasi inovasi teknologi pendampingan

pengembangan kawasan komoditas cabai sercara lebih terpadu melalui peningkatan; pengembangan jalinan komunikasi yang lebih baik, pengetahuan petugas melalui pelatihan khusus pendampingan komoditas cabai, pemberdayaan petani dan kelompok berpartisipasi dalam meningkatkan usaha maupun pendapatan.

3. Percepatan adopsi teknologi inovasi pengembangan kawasan agribisnis cabai secara parsial maupun bersama-sama akan terealisasi, apabila kita jeli melihat sampai sejauh mana tingkat adopsi oleh petani. Bila petani belum sampai pada tahap menerapkan sebaiknya ada dukungan akses proses percepatan inovasi dibutuhkan melalui proses pendampingan yang lebih kontinyu.


(36)

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN

Pendampingan kegiatan diseminasi pengembangan kawasan hortikultura komoditas cabai dilakukan pada sentra cabai pada 5 (lima) wilayah kawasan pengembangan komoditas cabai, meliputi Kabupaten Rejang Lebong; Kabupaten Kepahiang; Kabupaten Lebong; Kabupaten Kaur, dan Mukomuko dengan kinerja berupa :

1. Pendampingan pada kegiatan sinergi program daerah dan pusat dalam pengembangan kawasan komoditas cabai Tahun 2015 seluas 175 ha.

2. Perbaikan pengetahuan petani dalam pengembangan inovasi teknologi produksi komoditas cabai, dalam hal penerapan pupuk organik kompos fermentasi, VUB dan sistim tanam.

3. Pelatihan mengolah limbah pertanian dan kotoran ternak sapi di fermentasi (3-4 minggu) sampai menjadi pupuk organik kompos.

4. Peningkatan keterampilan petani dalan usahatani cabai di luar musim melalui percontohan seluas 0,3 ha (Kabupaten Rejang Lebong 0,2 ha 2 kooperator dan Kepahiang 0,1 ha 1 kooperator).

5. Peningkatan kompetensi penyuluh dan petugas lapang, terhadap intensitas kunjungan petugas pada petani dari 0,82 kali/ bulan menjadi 2,09 kali/ bulan.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2002. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Penerbit CV. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Balitbangtan. 2011. Paduan Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Balitbangtan. 2012. Panduan Umum Program Dukungan Pengembangan Kawasan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Jakarta.

Balitbangtan. 2013. Panduan Umum Model Pengembangan Pembangunan Pertanian Perdesaan Melalui I novasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Balitsa. 2011. Lounching dan Deskripsi Varietas Unggul Baru Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Beckerman, J.L 2004. Disease Management in High Tunnels, Minnesota High Tunnel Production Manual For Commercial Drowers, viewed 31 January 2012. www.extension.umn.edu/ distribution/ horticulture/ components/ 8-9.

Demitria D., Harianto, Sjafri M. dan Nunung. 2006. Peran Pembangunan Sumberdaya Manusia dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Petani di Daerah I stimewa Yogyakarta. Forum Pascasarjana. I PB. Bogor. Vol.33. No.3. Juli 2010. hal. 155-164

Dirjen Hortikultura. 2006. Pola Produksi Cabai Merah Deptan Belum Dilaksanakan Daerah. diunduh 30 Oktober 2009, http: / / rafflesia.wwf.or.id/ admin/ attachment/ clips/ 2006-08-25-287-0014-001-03-0899

Dirjen Hortikultura. 2013. Program dan Kebijakan Pengembangan Hortikult ura TA. 2013. Makalah disampaikan pada acara Workshop Evaluasi Outcome. Analisis Potensi I mpact dan Baseline Study. Tanggal 16-19 April 2013 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di Solo. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Fagi, A. M. 2008. Alternatif Teknologi Peningkatan Produksi Beras Nasional. I ptek Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengambangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Vol.3 No.1

Fagi, A. M., Subandrio dan Wayan, R. 2009. Sistem I ntegrasai Ternak Tanaman: Sapi-Sawit-Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Bogor

Fahrurrozi, N., Setyowati dan Sarjono. 2006. Efektivitas Penggunaan Ulang Mulsa Plastik Hitam Perak Dengan Pemberian Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai. Bionatura. Jakarta. no. 8 hlm. 17-23.

Fawzia, S. 2002. Revitalisasi Fungsi I nmformasi dan Komunikasi Serta Diseminasi Luaran BPTP. Makalah di Sampaikan Pada Ekspose dan Seminar Teknologi Pertanian Speszifik Lokasi., 14 – 15 Agustus 2002 di Jakarata. Pusat Penelitiuan dan pengembanag Sosial Ekonomi. BogorGunawan dan A, Sulastiyah. 2010. Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Melalui Pola I ntegrasi Tanaman Ternak Dan Pembangunan Kawasan Peternakan. Jurnal I lmu I lmu Pertanian , Volume Enam, Nomor 2, Desember 2010. Sekolah


(38)

Tinggr Penyuluhan Pertanian Magelang, Jurusan Penyuluhan Perlanian Yogyakarta. Yokyakarta., 157-168.

Hendayana, R. 2009. Analisis Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Percepatan Adopsi Teknologi Usaha Ternak: Kasus pada Usaha Ternak Sapi Potong di Boyolali, Jawa Tengah (Laporan Hasil Penelitian). Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Petanian. Bogor.

Kahana Budi P. 2008. Strategi Pengembangan Agribisnis Cabai Merah Di Kawasan Agropolitan Kabupaten Magelang. Tesis; Magister Agribisnis Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro. Semarang.

Kementerian Pertanian. 2012. Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Permentan no.50 tahun 2012. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2014. Rancangan Model Pengembangan Kawasan Pertanian Tahun 2015-2019. Kementerian Pertanaian RI . Jakarta.

Safa’at, N., S. Maryanto dan P. Simatupang. 2003. Dinamika I ndikator Ekonomi Makro Sektor Pertanian dan Kesejahteraan Petani. Dalam Analisis Kebijakan Pertanian (I ): Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Subagiyo, dkk. 2005. Kajian Faktor-Faktor Sosial yang Berpengaruh Terhadap Adopsi I novasi Usaha Perikanan Laut di Desa Pantai Selatan Kabupaten Bantul, Daerah I stimewa Yogyakarta. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 8 No 2. Pusat Penelitian dan Penembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Sudiman. 2006. Kajian Teoritis Pelatihan Ketrampilan Usaha Terpadu Bagi Petani Sebagai Upaya Alih Komoditas.Tesis; Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan I ndonesia. Jakarta.

Soetiarso, T.A dan Setiawati, W. 2010. Kajian Teknis dan Ekonomis Sistem Tanam Dua Varietas Cabai Merah Di Dataran Tinggi. Pusatlitbang Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. J. Hort., vol. 20, no. 3 Tahun 2010, hlm. 284-98. Tjitropranoto, P. 2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan I nformasi Pertanian. Balai


(39)

ANALI SI S RI SI KO

Analisis risiko dalam kajian diseminasi sangat membantu dalam pencapaian dan pelaksanaan kegiatan, untuk dapat mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan, kemudian apa penyebab dan dampaknya telah disusun daftar dan analisis penanganan risiko berdasarkan penyebab dan dampaknya baik secara antisipatif maupun responsif.

Tabel 4. Daftar Risiko

No. I dentifikasi Resiko Penyebab Dampak

1. Sinergi program tidak berjalan

Koordinasi tidak berjalan dengan baik

Sasaran pendampingan tidak sesuai harapan 2. Petani kurang

kooperatif

Tidak memahami kegiatan

Kebutuhan data dan

sasaran inovasi tidak sesuai harapan

3 Teknologi tidak sepenuhnya diadopsi petani Penyebaran bahan informasi inovasi terlambat Peningkatan produktivitas tidak optimal

Tabel 5. Daftar Penangan Risiko

No I dentifikasi Resiko Penyebab Penanganan risiko

1. Sinergi program tidak berjalan

Koordinasi tidak berjalan dengan baik

Menyama persepsikan rencana kegiatan dan program daerah 2. Petani kurang kooperatif Tidak memahami

kegiatan

Meningkatkan komunikasi antar petani dan pelaksana 3. Teknologi tidak

sepenuhnya diadopsi petani

Penyebaran bahan informasi inovasi terlambat

Penyiapan bahan informasi direncanakan sebelum kegiatan lapangan


(40)

JADWAL KERJA

Tabel 6. Jadwal Kegiatan Kerja

No Kegiatan B u l a n

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan: Dekstudy, pengumpulan data

Penyempurnaan proposal, seminar

Koordinasi internal Koordinasi ekternal, pemantapan lokasi 2. Pelaksanaan:

Hunting dan pemantapan lokasi

I dentifikasi potensi sumber daya

I dentifikasi kebutuhan teknologi

Sosialisasi kegiatan Penetapan kooperator Penyiapan bahan/ materi diseminasi

Pendampingan inovasi Percontohan inovasi Penyebaran inovasi Bimbingan tekhnis Pembinaan lembaga Pengamatan

3. Analisis data dan hasil 4. Seminar Pelaporan


(41)

PEMBI AYAAN

Tabel 5. Rencana Anggaran Belanja Kegiatan

dalam ribuan rupiah

No Uraian Volume Harga

Satuan

Jumlah (Rp)

1. Belanja Bahan 12.875

• Penggandaan dan laminasi 1 tahun 2.125 2.125

• Dokumentasi 1 paket 2.000 2.000

• Konsumsi koordinasi, sosialisasi, pertemuan

175 OK 50 8.750

2. Honor Terkait Output Kegiatan (521213) 10.230

• UHL petani 158 OH 35 5.530

• Honor petugas lapang 47 OH 100 4.700

3. Belanja Barang Persediaan Konsumsi (521811)

19.952,5 • Bahan sarana produksi & pendukung

lainnya

1 paket 12.000 12.000 • Bahan ATK dan komputer Suply 1 paket 4.452,5 4.452,5 •Bahan diseminasi dan penyuluhan 1 paket 3.500 3.500

4. Belanja Jasa Profesi 1.000

• Narasumber, fasilitator, evaluator 2 OJ 500 1.000

5. Belanja Perjalanan Biasa 42.500

• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan

8,5 OP 5.000 42.500


(42)

Tabel 6. Realisasi Anggaran

No URAI AN

Realisasi Anggaran

(Rp.)

Persentase Keuangan

(% )

Persentase Fisik (% )

1. Belanja Bahan 12.875 14,87

• Penggandaan dan laminasi 2.125

• Dokumentasi 2.000

• Konsumsi koordinasi, sosialisasi, pertemuan

8.750

2. Honor Terkait Output Kegiatan 10.230 11,84

• UHL petani 5.530

• Honor petugas lapang 4.700

3. Belanja Brg. Persediaan Konsumsi 19.952,5 23,01 • Bahan sarana produksi & pendukung

lainnya

12.000 • Bahan ATK,dan komputer Suply 4.452,5 •Bahan diseminasi dan penyuluhan 3.500

4. Belanja Jasa Profesi 1.000 1,16

• Narasumber, fasilitator dan evaluator 1.000

5. Belanja Perjalanan Biasa 42.500 49,10

• Perjalanan pelaksanaan kegiatan 42.500


(43)

PERSONALI A

Tabel 7. Personalia Kegiatan

N0. Nama/ NI P

Jabatan Uraian Tugas Fungsional/ Bidang Keahlian Dalam Kegiatan

1. I r . Ruswendi, MP/ 19610320 198903 1 003 PP Madya/ Sosek peternakan Penanggung jawab

- Bertanggung jawab atas kegiatan

- Mebuat RODHP, Juknis dan renc. pertemuan tim - Mengkoordinir pelaksanaan diseminasi kegiatan pendampingan kawasan

- Melakukan koordinasi antar tim dan pihak terkait

- Melakukan kegiatan sosialisasi dan pertemuan

- Mengamati pelaksnaan kegiatan

- Koordinasi dan

konsultasi kebijakan di luar Prov.

- Pengolahan dan analisis data/ pelaporan hasil diseminasi 2. I r. Eddy Makruf/

19561005 198803 1 001

PP Madya/ Agronomi

anggota - Koordinasi dan identifikasi potensi pengembangan cabai - Merencanakan desain

teknis diseminasi inovasi cabai

- Melakukan sosialisasi, pelaksanaan kegiatan dan rencana tindak hasil

- Mengamati

pelaksanaan kegiatan - Melakukan analisis dan


(44)

Tabel 7 Lanjutan 3. I r. Sri Suryani M.

Rambe, M.Agr/ 19630805 198703 2 007

PP Madya/ Tanah

anggota - Penyusunan metoda analisis kegiatan - Koordinasi dan

membantu

perencanaan kegiatan - Mengamati

permasalahan kegiatan - Melakukan analisis

dampak dan rencana tindak

- Membantu menyusun input data

primer/ skunder - Menghimpun

informasi/ potensi terkait

4. Hertina Artanti, SP/ 19900603 201403 2 001

Peneliti / Pennyakit Tanaman

anggota - Melakukan

pengumpulan dan analisis serangan HPT - Membantu kegiatan

sosialisasi dan pertemuan

- Membantu pengolahan data

- Membantu entri data dan laporan hasil kegiatan

5. Waluyo A.Md/ 19760111 200003 1 001

Teknisi anggota - Membantu persiapan administrasi

pelaksanaan

- Membantu kegiatan sosialisasi dan pertemuan - Membantu

pengumpulan data lapangan

- Membantu entri data dan laporan hasil


(45)

Lampiran 1. Melakukan koordinasi dan hunting lokasi dengan pihak terkait dalam rangka menggali informasi perkembangan komoditas cabai serta program daerah untuk sinergi pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Tahub 2015 di Kabupaten Rejang Lebong

Lampiran 2. Melakukan sosialisasi pada petani dan petugas di wilayah sentra pengembangan cabai di Kecamatan Selupu Rejang dalam rangka menyampaikan rencana pelaksanaan penggalian teknologi eksisting


(46)

Lampiran 3. Melakukan kegiatan pendampingan inovasi pengembangan kawasan komoditas cabai Tahun 2015 dengan tahapan kegiatan pengenalan proses pengolahan pupuk organik/ kompos dan persiapan lahan percontohan teknologi produksi komoditas cabai merah di Desa Karang Jaya, Kabupaten Rejang Lebong

Lampiran 4. Melakukan tahapan kegiatan pembibitan cabai dan pemasangian mulsa plastik hitam perak (MPHP) pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Tahub 2015 di Kabupaten Rejang Lebong


(47)

Lampiran 5. Melakukan tahapan kegiatan penanaman cabai dan pemeliharaan tanaman kegiatan kegiatan pengembangan cabai di Kecamatan Selupu Rejang dalam rangka menyampaikan rencana pelaksanaan penggalian teknologi eksisting

Lampiran 6. Melakukan kegiatan pendampingan inovasi pengembangan kawasan komoditas cabai lamgsung dilapangan melalui diskusi antara petani, petugas lapang dan pendamping dari BPTP membahas berbagai kendala dan rencana tindak, diikuti diskusi antara Kepala BPTP Bengkulu dengan kooperataor percontohan membahas perkembangan tahapan pelaksanaan percontohan teknologi produksi komoditas cabai merah di Desa Karang Jaya, Kabupaten Rejang Lebong


(48)

Lampiran 7. Melakukan pemeliharaan tanam cabai diluuar musim (GTCK) m elalui penyiraman tanaman akibat gangguan kemarau yang ekstrim untuk menghindari kekeringan pada tanaman cabai kegiatan percontohan usahatani pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Tahun 2015 di Kabupaten Rejang Lebong

Lampiran 8. Melakukan kegiatan pertemuan dan pendampingan dengan petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai desa Mangkurajo Kecamatan Tes dan kondisi lahan usahatani pada kawasan sentra cabai di Kabupaten Lebong.


(49)

Lampiran 9. Melakukan kegiatan pendampingan pada petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai desa Bumi Mulya Kecamatan Penarik dan Desa Rawa Mulya Kecamatan XI V Koto Kabupaten Mukomuko.

Lampiran 10. Melakukan kegiatan pendampingan pada petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai desa Bum Sari Kecamatan Hujan Mas dan kegiatan pertemuan pendampingan dengan petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai desa Tangsi Duren Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang.


(50)

Lampiran 11. Melakukan kegiatan pendampingan dan sinergi program dengan petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai Kabupaten Rejang lebong dan persiapan pendampingan usahatani menggunakan Reishelter di Kabupaten Mukomuko.

Lampiran 12. Pendampingan melalui kegiatan Apresiasi inovasi teknologi produksi cabai merah mendukung agribisnis komoditas cabai yang diselenggrakan di desa Karang Jaya diikuti petani, petugas lapang, dan stakeholder terkait Kabupaten Rejang Lebong.


(1)

33

Lampiran 1. Melakukan koordinasi dan hunting lokasi dengan pihak terkait dalam rangka menggali informasi perkembangan komoditas cabai serta program daerah untuk sinergi pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Tahub 2015 di Kabupaten Rejang Lebong

Lampiran 2. Melakukan sosialisasi pada petani dan petugas di wilayah sentra pengembangan cabai di Kecamatan Selupu Rejang dalam rangka menyampaikan rencana pelaksanaan penggalian teknologi eksisting


(2)

34

Lampiran 3. Melakukan kegiatan pendampingan inovasi pengembangan kawasan komoditas cabai Tahun 2015 dengan tahapan kegiatan pengenalan proses pengolahan pupuk organik/ kompos dan persiapan lahan percontohan teknologi produksi komoditas cabai merah di Desa Karang Jaya, Kabupaten Rejang Lebong

Lampiran 4. Melakukan tahapan kegiatan pembibitan cabai dan pemasangian mulsa plastik hitam perak (MPHP) pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Tahub 2015 di Kabupaten Rejang Lebong


(3)

35

Lampiran 5. Melakukan tahapan kegiatan penanaman cabai dan pemeliharaan tanaman kegiatan kegiatan pengembangan cabai di Kecamatan Selupu Rejang dalam rangka menyampaikan rencana pelaksanaan penggalian teknologi eksisting

Lampiran 6. Melakukan kegiatan pendampingan inovasi pengembangan kawasan komoditas cabai lamgsung dilapangan melalui diskusi antara petani, petugas lapang dan pendamping dari BPTP membahas berbagai kendala dan rencana tindak, diikuti diskusi antara Kepala BPTP Bengkulu dengan kooperataor percontohan membahas perkembangan tahapan pelaksanaan percontohan teknologi produksi komoditas cabai merah di Desa Karang Jaya, Kabupaten Rejang Lebong


(4)

36

Lampiran 7. Melakukan pemeliharaan tanam cabai diluuar musim (GTCK) m elalui penyiraman tanaman akibat gangguan kemarau yang ekstrim untuk menghindari kekeringan pada tanaman cabai kegiatan percontohan usahatani pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai Tahun 2015 di Kabupaten Rejang Lebong

Lampiran 8. Melakukan kegiatan pertemuan dan pendampingan dengan petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai desa Mangkurajo Kecamatan Tes dan kondisi lahan usahatani pada kawasan sentra cabai di Kabupaten Lebong.


(5)

37

Lampiran 9. Melakukan kegiatan pendampingan pada petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai desa Bumi Mulya Kecamatan Penarik dan Desa Rawa Mulya Kecamatan XI V Koto Kabupaten Mukomuko.

Lampiran 10. Melakukan kegiatan pendampingan pada petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai desa Bum Sari Kecamatan Hujan Mas dan kegiatan pertemuan pendampingan dengan petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai desa Tangsi Duren Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang.


(6)

38

Lampiran 11. Melakukan kegiatan pendampingan dan sinergi program dengan petani cabai di wilayah sentra pengembangan cabai Kabupaten Rejang lebong dan persiapan pendampingan usahatani menggunakan Reishelter di Kabupaten Mukomuko.

Lampiran 12. Pendampingan melalui kegiatan Apresiasi inovasi teknologi produksi cabai merah mendukung agribisnis komoditas cabai yang diselenggrakan di desa Karang Jaya diikuti petani, petugas lapang, dan stakeholder terkait Kabupaten Rejang Lebong.