Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2015

(1)

LAPORAN AKHI R

PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETI K

( SDG) DI PROVI NSI BENGKULU

MI SWARTI

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN

2015


(2)

LAPORAN AKHI R

PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETI K

( SDG) DI PROVI NSI BENGKULU

Misw arti

Eddy Makruf

Afrizon

Waw an Eka Putra

Taufik Rahman

Eko Kristanto

Sri Hartati A.

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah, karena berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Genetik di Provinsi Bengkulu dapat diselesaikan. Kegiatan ini didanai oleh DI PA BPTP Bengkulu Tahun Anggaran 2015. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari s/ d Desember 2015.

Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Genetik ini pada masa yang akan datang sangat kami harapkan.

Kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi sumber genetik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai peningkatan ketahanan pangan dan inovasi teknologi pertanian.

Bengkulu, Desember 2015 Penanggung Jawab Kegiatan

I r. Miswarti, MP


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Pengelolaan Sumberdaya Genetik (SDG) di

Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jl. I rian Km. 6,5 Bengkulu

4. Sumber Dana DI PA BPTP Bengkulu TA. 2015

5. Status Penelitian (L/ B) : L (Lanjutan)

6. Penanggung Jawab :

a. Nama : I r. Miswarti, MP

b. Pangkat/ Golongan : Penata Tk.I / I I I d

c. Jabatan : Peneliti Muda

7. Lokasi : Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem : Lahan Kering

9. Tahun Dimulai : 2013

10. Tahun selesai : 2016

11. Output Tahunan :. Melakukan karakterisasi sumberdaya genetik

tanaman hortikultura dan tanaman pangan spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

. Melakukan ekspose hasil inventarisasi

sumberdaya genetik lahan pekarangan

kepada pemerintah daerah.

. Melakukan konservasi dan dokumentasi keragaan tanaman hortikultura spesifik pada kebun koleksi SDG di BPTP Bengkulu

12. Output Akhir : Pengelolaan, pelestarian dan pemanfaatan

SDG secara optimal serta data base SDG spesifik Bengkulu

13. Biaya : Rp. 128.320.000,00 (Seratus dua puluh

delapan juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)

Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. I r. Wahyu Wibawa, MP I r. Miswarti, MP

NI P. 19690427 199803 1 001 NI P. 19650820 200003 2 001

Mengetahui

Kepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. I r. Abdul Basit, MS Dr. I r. Dedi Sugandi, MP


(5)

DAFTAR I SI

Halaman

KATA PENGANTAR... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

DAFTAR I SI ... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPI RAN... vii

RI NGKASAN ... x

SUMMARY... xii

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Luaran ... 2

1.4. Dasar Pertimbangan ... 2

I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 4

I I I . METODOLOGI ... 6

3.1. Waktu dan Lokasi... 6

3.2. Bahan dan Alat ... 6

3.3. Ruang Lingkup Kegiatan ... 6

3.4. Rancangan Pengkajian ... 7

3.4.1. Karakterisasi tanaman ... 7

3.4.2. Ekspose hasil inventarisasi sumberdaya genetik ... 9

3.4.3. Konservasi dan dokumentasi keragaan tanaman ... 9

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 10

4.1. Karakterisasi ... 10

4.1.1. Pisang ... 10

4.1.2. Durian ... 15

4.1.3 Mangga ... 19

4.1.4. Manggis... 20

4.1.5. Jeruk ... 22

4.1.6. Ubi jalar... 24

4.1.7. Jagung ... 26

4.2. Ekpose/ Sosialisasi hasil inventarisasi ... 27

4.3. Konservasi dan dokumentasi keragaan tanaman ... 28

V. KESI MPULAN DAN SARAN ... 34

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

ANALI SI S RI SI KO ... 39

JADUAL KERJA ... 40

PEMBI AYAAN ... 41

PERSONALI A ... 42


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis pisang dan jumlah genotip yang diamati ... 10

2. Rangking pembobotan karakteristik morfologi durian... 18

3. Pembobotan karakter manggis ... 22

4. Deskripsi jagung lokal gigi kuda... 26

5. Koleksi tanaman hias ... 29

6. Koleksi tanaman tahunan ... 29

7. Koleksi tanaman pangan ... 29

8. Koleksi tanaman empon-emponan ... 30

9. Nama dan jumlah penambahan koleksi tanaman ... 30

10. Daftar risiko dan dampaknya terhadap kegiatan Pengelolaan Sumberdaya Genetik di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 ... 39

11. Daftar penanganan risiko kegiatan pengelolaan sumberdaya genetik di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 ... 39

12. Jadual kerja kegiatan... 40

13. Anggaran belanja kegiatan ... 41


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Warna batang pisang... 12

2. Bentuk pangkal pelepah... 12

3. Bentuk pangkal daun ... 13

4. Lapisan lilin... 13

5. Tiga warna lembaran bagian dalam brachtea ... 15

6. Warna bunga durian ... 16

7. Bunga manggis ... 21

8. Bentuk daun jeruk ... 23

9. Empat bentuk buah jeruk ... 24


(8)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman

1. Panduan karakterisasi tanaman pisang ... 43

2. Panduan karakterisasi tanaman durian ... 51

3. Panduan karakterisasi tanaman mangga... 58

4. Panduan karakterisasi tanaman manggis ... 65

5. Panduan karakterisasi tanaman jeruk ... 73

6. Panduan karakterisasi tanaman ubi jalar ... 77

7. Panduan karakterisasi tanaman jagung ... 85

8. Karakteristik morfologi batang pisang... 88

9. Karakteristik morfologi pelepah daun dan helaian daun ... 90

10. Karakteristik morfologi tangkai tandan buah, tandan buah, jumlah racis ... 91

11. Karakteristik morfologi buah ... 92

12. Bentuk tandan buah ... 93

13. Sifat tandan buah ... 93

14. Kelengkungan penampakan bentuk buah pisang ... 93

15. Sudut longitudinal yang diekspresikan dalam bentuk irisan melintang buah pisang ... 94

16. Bentuk ujung pisang ... 94

17. Karakteristik morfologi bunga jantan dan total padatan terlarrut (TPT) ... 95

18. Bentuk bunga jantan ... 96

19. Tumpang tindih lembaran bunga jantan ... 96

20. Corak kuning pada bagian ujung ... 96

21. Bunga jantan terpisah dari jantung ... 96

22. Karakteristik morfologi pola dan helaian daun tanaman durian ... 97

23. Dua bentuk daun durian ... 98

24. Ujung daun meruncing (acuminate) ... 98

25. Bentuk pangkal daun durian ... 98

26. Karakteristik morfologi bunga durian ... 99

27. Bentuk bunga durian ... 100

28. Bentuk puncak bunga durian ... 100


(9)

30. Enam bentuk tipe buah durian... 102

31. Tiga kedalaman alur buah ... 102

32. Tiga bentuk pangkal durian ... 102

33. Dua bentuk ujung buah ... 102

34. Karakteristik duri durian ... 103

35. Tipe duri buah durian ... 104

36. Area duri diujung buah ... 104

37. Daerah tidak berduri pada pangkal tangkai tangkai buah ... 104

38. I ntensitas warna coklat pada biji... 105

39. Warna daging buah ... 105

40. Karakteristik morfologibiji dan daging buah durian ... 106

41. Karakteristik morfologi tajuk tanaman mangga ... 107

42. Bentuk tajuk pohon mangga ... 108

43. Karakteristik morfologi daun mangga ... 109

44. Bentuk daun mangga... 110

45. Bentuk ujung daun mangga ... 110

46. Bentuk pangkal daun mangga ... 110

47. Warna bunga mangga ... 110

48. Karakteristik morfologi bunga mangga ... 111

49. Karakteristik morfologi buah mangga ... 112

50. Bentuk buah mangga... 113

51. Bentuk biji mangga ... 113

52. Karakteristik morfologi biji mangga dan Total Padatan Terlarut ... 114

53. Karakter morfologi percabangan dan daun manggis ... 115

54. Pola percabangan bunga manggis... 116

55. Daun manggis... 116

56. Warna daun muda... 116

57. Karakteristik buah dan biji manggis... 117

58. Pola tandan buah dan bentuk buah... 118

59. Bentuk biji manggis ... 118

60. Tunas pucuk jeruk ... 118

61. Karakteristik morfologi tanaman dan warna tunas pucuk jeruk ... 119

62. Karakteristik morfologi daun jeruk ... 120


(10)

64. Susunan bunga jeruk ... 121

65. Karakteristik morfologi bunga jeruk ... 122

66. Karakteristik morfologi buah jeruk ... 123

67. Tiga bentuk pangkal buah jeruk ... 124

68. Lima bentuk ujung buah jeruk ... 124

69. Tiga bentuk axis buah jeruk ... 124

70. Enam warna bulir jeruk ... 124

71. Karakteristik morfologi biji jeruk dan total padatan terlarut ... 125

72. Keragaan tanaman ubi jalar ... 126

73. Karakteristik morfologi ruas dan batang ubi jalar ... 127

74. Dua warna batang tanaman ubi jalar ... 127

75. Karaktertik morfologi daun ubi jalar ... 128

76. Tiga bentuk daun dewasa ubi jalar ... 129

77. Tiga bentuk tengah kuping ubi jalar ... 129

78. Karakterisasi morfologi umbi ubi jalar... 130

79. Empat warna kulit akar ubi jalar ... 131

80. Empat bentuk umbi ubi jalar ... 131

81. Lima warna daging ubi jalar ... 131


(11)

RI NGKASAN

1. Judul RPTP : Pengelolaan Sumberdaya Genetik (SDG) di Provinsi

Bengkulu.

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Lokasi : Provinsi Bengkulu

4. Agroekosistem : Lahan Kering

5. Status (L/ B) : Lanjutan

6. Tujuan : 1. Melakukan karakterisasi sumberdaya genetik

tanaman hortikultura dan tanaman pangan spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

4. Melakukan ekspose hasil inventarisasi

sumberdaya genetik lahan pekarangan kepada pemerintah daerah.

5. Melakukan konservasi dan dokumentasi

keragaan tanaman hortikultura spesifik pada kebun koleksi SDG di BPTP Bengkulu.

7. Keluaran 1. Diperolehnya deskripsi sumberdaya genetik

tanaman hortikultura dan tanaman pangan spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

2. Tereksposenya hasil inventarisasi sumberdaya genetik lahan pekarangan kepada pemerintah daerah.

3. Konservasi dan dokumentasi keragaan tanaman

hortikultura spesifik pada kebun koleksi SDG di BPTP Bengkulu.

8. Hasil/ percapaian : 1. Pada tahun 2013 menginisiasi kebun koleksi

dan pelestarian plasma nutfah secara eks-situ sebanyak 9 jenis tanaman di kebun koleksi BPTP Bengkulu.

2. Pada tahun 2014 telah terinventarisasi

sumberdaya genetik lahan pekarangan

sebanyak 193 jenis tanaman yang terdiri dari tanaman hortikultura (122 jenis tanaman), tanaman pangan (12 jenis tanaman), tanaman biofarmaka (23 jenis tanaman) dan tanaman perkebunan (36 jenis tanaman). Kegiatan ini juga telah menerbitkan buku hasil inventarisasi sumberdaya genetik tanaman Provinsi Bengkulu Tahun 2014.

9. Prakiraan Manfaat : Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

tersedianya data informasi sebagai acuan bagi pemerintah daerah kabupaten dan kota dalam

pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan

sumberdaya genetik yang selama ini belum banyak diketahui. Selain itu dengan pengkajian ini banyak menghimpun kekayaan SDG yang belum tergali serta banyak aksesi tanaman yang terlindungi.

10. Prakiraan Dampak : Tersedianya bahan pemuliaan tanaman lokal bagi


(12)

akhirnya dapat dipakai sebagai dasar penelitian lanjutan dalam upaya meningkatkan keragaman tanaman di Provinsi Bengkulu.

11. Metodologi : Penelitian akan dilaksanakan di Provinsi Bengkulu.

Metode yang digunakan adalah observasi pada daerah dimana SDG yang spesifik, unik dan memiliki nilai ekonomi. Aspek penelitian yang dilakukan meliputi karakterisasi tanaman spesifik lokasi sebanyak 5-10 tanaman, ekspose hasil inventarisasi SDG pada lahan pekarangan, konservasi dan dokumentasi keragaan tanaman koleksi tanaman di kebun koleksi di BPTP Bengkulu. Analisis keragaman genetik dilakukan berdasarkan karakter morfologi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, Data yang dihimpun selanjutnya ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

12. Jangka Waktu : 1 (Satu) tahun

13. Biaya : Rp.128.320.000,00 (Seratus dua puluh delapan juta


(13)

SUMMARY

1. Title : Characterization, and Conservation of Genetic

Resources Specific Location in Bengkulu Province

2. I mplementating Unit : Assesment I nstitute for Agricultural Technology of

Bengkulu

3. Location : Province Bengkulu

4. Objectives : 1. Characterization genetic resources of

horticultural crops and food crop specific locations in the province of Bengkulu.

2. Expose the results of yards genetic resources inventory in the Province of Bengkulu

3. Conservation and documentation of performance of the plant specific collection of horticultural crops in the garden collection in AI AT Bengkulu.

5. Justification : Genetic resource inventory survey implemented in

2014 results showed a total of 193 plant species ranging from horticulture crops (122 plants), food crops (12 crops), crop biofarmaka (23 crops) and crop plantation (36 crops). There are several types of location-specific crop that has special characters, especially horticultural crops and food crops thus required characterization activities. I n addition, to maintain the sustainability of the crop there should be good preservation in situ or ex situ. The purpose of preservation or conservation of genetic resources is to conserve and manage germplasm or varieties of domestic origin and introduction to avoid extinction for further utilization. To preserve the wealth of genetic resources, as well as through the maintenance of the plants in situ and ex situ, there should be some role of local government. That the inventory needed expose activities on lawn genetic resources for Stakeholders.

6. Methodology : The study was conducted in t he Province of Bengkulu

in January-December 2015. Aspects of the research on the characterization of specific crops in the province of Bengkulu, maintenance as well as observations on the growth of plants in the garden collection AI AT Bengkulu, Analysis data in the collected in the subsequent tabulation and analyzed descriptively.

7. Estimated Benefits : The expected benefits of this research is to obtain

the characterization of specific crops in the province of Bengkulu, especially horticultural crops and food crops.


(14)

8. Estimated I mpact : Availability of local plant breeding material for agricultural Research Agency and all of the basic information can be used as a basis for further research in an effort to increase the diversity of plants in the province of Bengkulu.

9. Duration : 1 (One) year


(15)

I .

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

I ndonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki

sumberdaya hayati sangat beragam sehingga dinyatakan sebagai negara "

mega-biodiversity". Luas daratan I ndonesia yang hanya 1,3% dari luas daratan dunia, memiliki kekayaan 25% spesies ikan dunia, 17% spesies burung, 16% reptil dan amphibi, 12% mamalia, 10% tumbuhan dan sejumlah invertebrata, fungi dan

mikroorganisme (Gautam, et al., 2000). Selain itu, 10% hutan tropis dunia

berada di negara I ndonesia atau 40-50% hutan tropis Asia. Pada kawasan hutan tropis I ndonesia terdapat 4.000 spesies pohon dengan 267 spesies merupakan spesies kayu komersial. Selain itu, hutan tropis I ndonesia juga merupakan habitat bagi 500 spesies mamalia (100 spesies diantaranya endemik) dan 1.500 spesies burung (I UCN, 1992).

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu wilayah yang mempunyai kawasan hutan yang cukup luas, yaitu 920.320,5 ha berupa kawasan hutan lindung, suaka alam, hutan produksi baik tetap, hutan produksi terbatas dan hutan fungsi khusus (BPS, 2012). Berbagai jenis tumbuhan endemik berada pada kawasan

hutan tersebut, salah satunya adalah bunga Raflesia arnoldi. Selain itu, terdapat

berbagai jenis tanaman spesifik Provinsi Bengkulu, baik yang telah dibudidayakan maupun yang belum dibudidayakan. Jenis tanaman hortikultura spesifik antara lain jeruk, mangga, durian, pisang, manggis, krisan lokal dan anggrek vanda serta tanaman pangan seperti jagung, ubi jalar, ubi kayu. Berbagai jenis tanaman tersebut tersebar pada wilayah Provinsi Bengkulu sesuai dengan agroekosistemnya.

Keragaman jenis tanaman spesifik tersebut merupakan salah satu indikator banyaknya kekayaan sumberdaya genetik (SDG) di Provinsi Bengkulu. SDG adalah landasan hayati yang secara langsung atau tidak langsung menopang kesejahteraan manusia di muka bumi. Keragaman jenis sumberdaya genetik tanaman maupun ternak dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan, serat, bangunan, energi maupun pemenuhan estetika.

Salah satu informasi yang dibutuhkan untuk pengembangan suatu individu adalah dapat diketahui melalui keragaman fenotipik. Evaluasi keragaman fenotipik bertujuan untuk mendapatkan potensi variasi dari genotip yang diuji.


(16)

Keragaman dapat dianalisis dengan melakukan karakterisasi berdasarkan karakter morfologi sehingga dapat menentukan jenis pemanfaatan plasma nutfah yang dikarakterisasi. Koleksi plasma nutfah dapat dimanfaatkan lebih baik apabila sifat tanaman tersebut diketahui (Setyowati dkk., 2007).

Keterbatasan data dan informasi kekayaan sumberdaya genetik terutama tanaman spesifk Provinsi Bengkulu sampai saat ini belum dikelola secara optimal. Sebagian kecil data SDG tanaman di Provinsi Bengkulu telah dikelola oleh perguruan tinggi dan instansi lainnya secara terbatas dalam sistem dan data base yang masih beragam. Hal ini menyebabkan data-data tersebut tidak mudah untuk diakses oleh masyarakat secara luas. Kesulitan akses terhadap SDG spesifik Provinsi Bengkulu serta pengetahuan tradisional yang ada di tengah-tengah masyarakat dikahwatirkan menjadi penyebabnya hilangnya SDG spesifik lokasi. Sehingga perlu dilakukan pengelolaan SDG melalui inventarisasi, karakterisasi serta pemanfaatan secara bijak dalam upaya untuk melestarikan SDG secara berkelanjutan.

1.2. Tujuan

1. Melakukan karakterisasi sumberdaya genetik tanaman hortikultura dan

tanaman pangan spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

2. Melakukan ekspose hasil inventarisasi sumberdaya genetik tanaman lahan

pekarangan kepada pemerintah daerah.

3. Melakukan konservasi dan dokumentasi keragaan tanaman hortikultura

spesifik pada kebun koleksi SDG di BPTP Bengkulu. 1.3. Luaran

1. Deskripsi sumberdaya genetik tanaman hortikultura dan tanaman pangan spesfik lokasi di Provinsi Bengkulu.

2. Tereksposnya hasil inventarisasi sumberdaya genetik lahan pekarangan kepada pemerintah daerah

3. Konservasi dan dokumentasi keragaan tanaman hortikultura spesifik pada kebun koleksi SDG di BPTP Bengkulu.

1.4. Dasar Petimbangan


(17)

terdiri dari tanaman pangan (18 jenis tanaman), tanaman sayuran (32 jenis tanaman), tanaman buah-buahan (92 jenis tanaman), tanaman hias (91 jenis tanaman), tanaman biofarmaka (44 jenis tanaman) dan tanaman perkebunan (62 jenis tanaman). Terdapat beberapa jenis tanaman spesifik lokasi yang mempunyai karakter khusus, terutama jenis tanaman hortikultura dan tanaman pangan sehingga diperlukan kegiatan karakterisasi. Selain itu, untuk menjaga

kelestarian tanaman tersebut perlu dilakukan pemeliharaan baik secara in-situ

(pada habitatnya) maupun eks-situ (di luar habitat). Tujuan pemeliharaan atau

konservasi sumberdaya genetik adalah untuk memelihara dan mengelola plasma nutfah domestik dan atau varietas asal dan introduksi agar terhindar dari kepunahan, mempertahankan serta menjaga agar tetap hidup untuk pemanfaatan lebih lanjut.

Untuk melestarikan kekayaan sumberdaya genetik tersebut, selain melalui

pemeliharaan tanaman secara in-situ dan eks-situ, juga perlu adanya peranan

pemerintah daerah sehingga diperlukan kegiatan ekspose hasil inventarisasi

sumberdaya genetik pada lahan pekarangan terhadap Stakeholder guna

memperoleh umpan balik kegiatan. Ekspose bertujuan untuk mendapatkan umpan balik dari pemda terhadap hasil yang dicapai.


(18)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

Sumber daya genetik atau plasma nutfah adalah bahan tanaman, hewan, jasad renik, yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sumber daya genetik ini mempunyai nilai baik yang nyata, yaitu telah diwujudkan dalam pemanfaatan, maupun yang masih pada taraf potensi yaitu yang belum diketahui manfaatnya. Pada tanaman, sumber daya genetik terdapat dalam biji, jaringan, bagian lain tanaman, serta tanaman muda dan dewasa. Pada hewan atau ternak sumber daya genetik terdapat dalam jaringan, bagian-bagian hewan lainnya, semen, telur, embrio, hewan hidup, baik yang muda maupun yang dewasa. Sumber daya genetik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemuliaan dalam mengembangkan varietas baru tanaman atau menghasilkan rumpun baru ternak. Adanya keragaman genetic yang luas di dalam plasma nutfah memberikan peluang yang besar untuk perbaikan genotip tanaman (Sumarno, 2002) .

Sumber daya genetik dapat terkandung di dalam varietas tradisional dan varietas mutakhir atau kerabat liarnya. Bahan genetik ini merupakan bahan mentah yang sangat penting bagi para pemulia tanaman, hewan dan ikan.Bahan genetik ini merupakan bahan cadangan bagi makhluk untuk penyesuaian genetik dalam mengatasi perubahan kondisi lingkungan yang membahayakan dan

perubahan kondisi ekosistem yang tidak mendukung kehidupan

makhluk.Keragaman genetik yang ada dapat berasal dari eksplan atau karena pengaruh lingkungan (Wattimena, 1992).

Keragaman hayati di I ndonesia berbeda-beda dan dipengaruhi oleh iklim, elevasi, substrat dan struktur vegetasi (Kartawinata, 2010). Setiap daerah di I ndonesia memiliki beberapa sumber daya genetik yang khas, yang sering berbeda dengan yang ada di daerah lain. Kenyataan ini merupakan suatu potensi yang bernilai tinggi bagi daerah untuk memanfaatkan fenomena ini. Sebagian dari sumber daya genetik tersebut ada yang telah dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomi tinggi, tetapi banyak pula di antaranya yang belum dimanfaatkan sama sekali, sehingga mengalami ancaman kepunahan.

Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan


(19)

Plasma nutfah yang ditemukan diamati sifat fisiknya. Eksplorasi merupakan langkah awal dari konservasi tanaman. Kegiatan tersebut diawali dengan inventarisasi tanaman baik yang sudah dibudidayakan maupun spesies liar.

Eksplorasi dilaksanakan secara bertahap dengan mengandalkan

narasumber dan sumber informasi, baik langsung dari pemberi informasi utama

maupun data kepustakaan (Purnomo, 1987 dalam Krismawati dan Sabran,

2004) kaitan ini digali informasi keberadaan contoh tanaman, pengumpulan contoh tanaman dan deskripsi tanaman. Eksplorasi didukung oleh keterangan petani tentang preferensi mereka terhadap plasma nutfah. Keterangan dari petani berupa tempat tumbuh tanaman yang akan dijadikan pertimbangan dalam karakterisasi dan deskripsi.

I dentifikasi dan karakterisasi merupakan kegiatan awal untuk mengetahui variasi sifat pertumbuhan vegetatif dan generatif maupun sifat morfologi tanaman yang bertujuan untuk menghasilkan deskripsi tanaman. Deskripsi tanaman akan akan bermanfaat dalam memilih tetua-tetua dalam program penelitian. Dari kegiatan ini akan dihasilkan deskripsi tanaman yang penting artinya sebagai pedoman dalam perberdayaan genetik dalam program pemuliaan

(Hershey, 1987 dalam Suryadi, 2003).

Karakterisasi harus memiliki standar mengenai karakter tanaman dan paspor data untuk megidentifikasi genotip. Karakterisasi dalam deskriptor termasuk diantaranya bentuk biji, warna biji dan karakter lainnya yang umum

dalam tipe taksonomi (I BPGR, 1985 dalam Maxiselly, 2011).

Selain karakterisasi, pelestarian sumberdaya genetik menjadi sangat penting, walaupun alasan pentingnya pelestarian tersebut kadang-kadang masih diperdebatkan dan metode konservasi yang harus diikuti masih menjadi topik

hangat yang perlu didiskusikan (Zobel and Talbert, 1984). Secara umum

konservasi keragaman genetik dapat dilakukan, melalui dua pendekatan, yaitu secara in- situ, dan eks-situ. I n-situ berarti melestarikan pohon dan tegakan pada

sebaran alamnya, sedangkan eks-situ adalah melindungi gene atau gene


(20)

I I I .

METODOLOGI

3.1. Lokasi kegiatan dan w aktu

KegiatanI dentifikasi, Karakterisasi dan Konservasi Sumberdaya Genetik (SDG)dilaksanakan di Provinsi Bengkulu pada bulan Januari–Desember 2015. Pemilihan lokasi didasarkan inventarisasi data sebelumnya dan ditambahdengan lokasi baru lainnya(diperolehnya info atau fakta bahwa di lapangan terdapat sumberdaya genetik spesifik lokasi) atau bernilai ekonomi dan lahan mudah dijangkau. Konservasi dilakukan terhadap tanaman yang berada pada lokasi kebun SDG yang berada sekitar halaman kantor BPTP Bengkulu dan tanaman yang lain yang berada secara in-situ.

3.2. Bahan dan alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan karakterisasitanaman spesifik lokasidan yaitu tanaman hortikultura (pisang, durian, mangga, manggis, jeruk) dan tanaman pangan (ubi jalar, jagung lokal), tanah topsoil, sekam, pupuk (organik dan anorganik), pestisida (herbisida, insektisida, fungisida), kuisioner Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan

kegiatan antara lain Global Positioning System (GPS), kamera, jangka sorong,

refractometer, kaca pembesar, meteran, cangkul, parang, alat tulis, kantong, timbangan, pot tanaman. Sedangkan untuk konservasi bahan yang digunakan adalah tanaman, tanah topsoil, pupuk organik, pupuk anorganik, sekam padi, insektisida, polibag. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, gunting tanaman, parang, pot tanaman, dan peralatan pendukung lainnya.

3.3. Ruang lingkup Kegiatan

Pengelolaan Sumberdaya Genetik (SDG) merupakan kegiatan lanjutan yang dimulai dari tahun 2013. Ruang lingkup kegiatan pada tahun 2015 meliputi : 1) karakterisasi tanaman spesifik lokasi (hortikultura dan pangan), 2) ekspose hasil inventarisasi tanaman pekarangan, 3) konservasi dan dokumentasi keragaan tanaman hortikultura spesifik pada kebun koleksi di BPTP Bengkulu.


(21)

3.4. Rancangan Pengkajian 3.4.1.Karakterisasi tanaman

Karakterisasi dilakukan secara in-situ dan eks-situ. Karakterisasi in-situ diawali dengan metode jelajahdimaksudkan untuk mengumpulkan data dari tiap-tiap kawasan jelajah artinya seseorang kolektor menjelajahi setiap-tiap sudut lokasi dan melakukan observasi langsung terhadap karakter tanaman yang disesuaikan dengan petunjuk yang telah dipersiapkan.Karakterisasi eks-situ hanya dilakukan pada duakomoditas jenis tanaman pangan yaitu ubi jalar dan jagung. Benih atau bibit untuk karakterisasi eks-situ selanjutnya dilakukan penanaman di lokasi

pekarangan kantor BPTP Bengkuluuntuk diketahui sifat atau karakter

morfologinya.Data yang dikumpulkan dilakukan pada setiap genotip tanaman dan karakter yang diamati mengacu dari petunjuk masing-masing tanaman.

Paspor Data

• Propinsi

• Kabupaten

• Kecamatan

• Desa

• Titik Koordinat

• Nama Lokal tanaman

A. Tanaman Pisang

Tanaman pisang dalam sistematika diklasifikasikan sebagai berikut: Regnum: Plantae, Devisi: Spermatophyta, Sub Devisio Agiospermae, Class: Monocotyledoneae, Ordo: Zingiberales, Family: Musaceae, Genus: Musa, Species: Musa sp (Tjitrosoepomo, 2007). Peubah yang diamati adalah morfologi pelepah, tandan buah, buah, bunga jantan pisang disajikan pada Lampiran 1

B. Tanaman Durian

Tanaman durian dalam sistematika diklasifikasikan sebagai berikut:

Regnum: Plantae (tumbuhan), Subkigdom: Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh), Super Devisi: Spermatophyta (menghasilkan biji), Devisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Class: Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil), Sub clas: Dilleniidae, Ordo: Malvales, Family: Bombaceae, Genus: Durio,

Species: Durio zibethinus Murr (Rukmana, 1996). Peubah yang diamati adalah

morfologi helaian daun, bunga, buah, duri, biji, dan daging buah durian disajikan pada Lampiran 2.


(22)

C. Tanaman Mangga

Tanaman mangga dalam sistematika diklasifikasikan sebagai berikut: Regnum: Plantae, Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (tumbuhan yang menghasikan biji), Devisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Class: Dicotyledoneae (Berkeping dua), Sub Class: Rosidae, Ordo: Sapindales, Family: Anacardiaceae, Genus: Mangifera, Species:

Mangifera sp.(Rukmana, 1997). Peubah yang diamati adalah morfologi tajuk tanaman, daun, bunga, buah, dan biji mangga disajikan pada Lampiran 3.

D. Tanaman Manggis

Tanaman mangga dalam sistematika diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom: Plantae (tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (tumbuhan yang menghasikan biji), Devisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Sub Klas: Dilleniidae, Ordo:

Theales, Family: Guttiferae, Genus: Garcinia, Spesies: Garcinia mangostana L

(Rukmana, 1995). Peubah yang diamati adalah morfologi percabangan, daun, buah, dan biji manggis disajikan pada Lampiran 4.

E. Tanaman Jeruk

Tanaman Jeruk dalam sistematika diklasifikasikan sebagai berikut: Regnum: Plantae, Sub Regnum: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (tumbuhan yang menghasikan biji), Devisio: Spermatophyta (Tumbuhan berbunga), Sub Devisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae (Berkeping dua), Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Rutales, Family: Ruraceae, Genus:

Citrus, Spesies: Citrus sp.(Van Steenis, 1975). Peubah yang diamati adalah

morfologi tanaman, warna tunas pucuk, daun, bunga, buah, dan biji jeruk disajikan pada Lampiran 5.

F. Tanaman Ubi jalar

Tanaman ubi jalar dalam sistematika diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae (tumbuh-tubuhan), Devisio: Spermatophyta, Sub Devisio

Agiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Convolvulales, Family:

Convolvulaceae, Genus: I pomea, Spesies: I pomea batatas L sin. Batatas edulis


(23)

G. Tanaman Jagung

Tanaman Jeruk dalam sistematika diklasifikasikan sebagai berikut : Regnum: Plantae, Sub Regnum: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super

Divisi: Spermatophyta (tumbuhan yang menghasikan biji), Devisio:

Spermatophyta (Tumbuhan berbunga), Sub Devisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae (Berkeping dua), Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Rutales, Family:

Ruraceae, Genus: Citrus, Spesies: Citrus sp. (Van Steenis, 1975). Peubah yang

diamati adalah morfologi batang, tongkol, biji jagung disajikan pada Lampiran 7. Analisis data karakterisasi dilakukan secara deskriptif dan ditabulasi.

3.4.2. Ekspose hasil inventarisasi sumberdaya genetik lahan pekarangan kepada pemerintah daerah.

Metode yang digunakan adalah pertemuan dan data dianalisis secara deskriptif.

3.4.3. Konservasi dan dokumentasi keragaan tanaman hortikultura spesifik pada kebun koleksi SDG di BPTP Bengkulu

Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung dan data tabulasi dan dianalisis secara deskriptif.


(24)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakterisasi 4.1.1. Pisang

Hasil pengamatan terhadap 32 genotip pisang diperoleh delapan belas

jenis adalah pisang ambon kuning, pisang kreak, pisang jantan, pisang rotan, serindit, pisang nangka, pisang batu, pisang ketan, pisang rawas, pisang moli, pisang hutan, pisang raja serai, pisang kepok lenggang, pisang tenggayak, pisang rusa, pisang kapal, pisang udang, dan pisang emas (Tabel 1) menghasilkan karakter kualitatif dan kuantitatif.

Hasil pengamatan diperoleh bahwa pisang jantan merupakan pisang yang banyak ditemukan dibanding jenis pisang lainnya karena pisang jantan memiliki daya adaptasi yang luas dibandingkan dengan pisang yang lainnya. Menurut Manti (Tanpa Tahun), pisang jantan merupakan salah satu jenis yang tahan terhadap serangan penyakit layu. I ntensitas serangan penyakit layu bakteri paling rendah terdapat pada pisang jantan (1,49% ) dibanding pisang lainnya seperti pisang ambon (71,67% ), kepok (46,86% ), dan pisang tanduk (5,56% ) . Tabel 1. Jenis pisang dan jumlah genotip yang diamati

No Jenis Pisang Jumlah Genotip Keterangan

1 Pisang Ambon Curup 2 P1, P4

2 Pisang Kreak 1 P2

3 Pisang Jantan 12 P3, P5, P6, P11,

P14, P15, P17, P19, P21, P22, P25a, P25

4 Pisang Rotan 2 P7, P24

5 Pisang Serindit 2 P10, P29

6 Pisang Nangka 1 P12

7 Pisang Batu 1 P13

8 Pisang Ketan 1 P16

9 Pisang Rawas 1 P18

10 Pisang Moli 1 P20

11 Pisang Hutan 1 P23

12 Pisang Raja Serai 1 P26

13 Pisang Kepok Lenggang 1 P27

14 Pisang Tenggayak 1 P28

15 Pisang Rusa 1 P30

16 Pisang Kapal 1 P31

17 Pisang Udang 1 P31a

18 Pisang Emas 1 P33


(25)

Karakter kualitatif dilakukan dengan pengamatan penampilan batang, daun, bunga dan buah, sedangkan karakter kuantitatif dilakukan dengan pengukuran. Karakteristik morfologi tanaman pisang disajikan pada Lampiran 8, 9, 10, 11, dan 17.

Jumlah anakan pisang bervariasi antara 2-9 anakan. Jumlah anakan pada pisang berkaitan dengan produksi dan siklus tanaman. Menurut Balitbu (2015) , semakin tinggi dan banyak anakan yang dibiarkan akan mengurangi jumlah produksi/ berat dan memperpanjang siklus tanaman berproduksi dari tahun pertama ke tahun berikutnya. Penjarangan anakan dilakukan setiap 4-6 minggu. Anakan yang dipilih atau disisakan adalah anakan yang terletak pada tempat

yang terbuka dan berikutnya terletak diseberangnya. Pada pisang williams

penjarangan anakan yang dilakukan pada ketinggian anakan 30 cm akan memperpendek siklus tanaman berproduksi dan meningkatkan produksi per pohonnya.

Pengamatan terhadap semua pelepah batang terdapat tumpang tindih pada pangkal daun yang kuat. I ni mengindikasikan bahwa batang semu yang berlapis-lapis memiliki kekuatan yang kuat. Tumpang tindih pada pangkal daun yang kuat berguna untuk pendukung pembentukan bunga. Tanaman pisang tidak mempunyai batang melainkan tangkai daun yang membentuk batang semu (pseudostem) sebagai pendukung pembentukan bunga.

Pengamatan terhadap warna batang semua genotip yang diamati mempunyai warna bervariasi yang terdapat pada batang semu yaitu hijau kemerahan, merah, ungu, kuning kemerahan, hijau kemerahan, hijau, hitam dan coklat kehitaman (Gambar 1). UPOV (2008), tanaman pisang memiliki tujuh warna yaitu kuning kehijauan, hijau muda, hijau, hijau tua, hijau kemerahan, merah, dan ungu, dan terdapat bercak totol yang ukurannya bervariasi.

Kerapatan mahkota tanaman dan bentuk tumbuh tanaman menunjukkan bahwa bentuk rapat sampai dengan longgar dan dan diperoleh bentuk tumbuh tanamantiga bentuk yaitu yang mengarah keatas (31,25% ), menyebar (37,5% ), dan terkulai (31,25% ). Lakitan (2001) menyatakan sebaiknya tanaman memiliki daun yang tegak lebih menguntungkan dibanding dengan daun terkulai atau datar. Dengan posisi tegak daun-daun tanaman tidak saling menaungi, sehingga banyak cahaya yang dapat ditangkap untuk proses fotosintesis yang lebih optimal yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Daun


(26)

yang terkulai penerimaan cahayanya hanya satu sisi, tipe daun yang demikian akan meningkatkan kelembaban pada lingkungan mikro dan mengurangi suhu akibat daun tersebut menghalangi penetrasi cahaya yang masuk dan menghambat pergerakan udara.

.

Gambar 1. Warna batang

Hasil pengukuran panjang tangkai daun diperoleh ukuran panjang sekitar 22,67–80,00 cm dengan bentuk sayap pada pangkal pelepah diperoleh lima

bentuk (Gambar 2) yaitu curved outwards or weak (melengkung keluar) sebesar

50,00% , straight or medium(terbuka dengan tepi tegak) sebesar 37,50% , slightly

curved inwards or strong sebesar 6,25% , curved outwardsebesar 3,12% , dan

moderately curved inwards sebesar 3,12% . Radiya (Tanpa Tahun) menemukan 4 bentuk sayap pada pangkal buah pelepah pisang di Agam Sumatera Barat yaitu 1) terbuka dengan tepi melebar kesamping, 2) terbuka dengan tepi tegak, 3) lurus dengan tepi yang tegak, dan tepi tertutup.


(27)

Bentuk bagian pangkal daun pisang diperoleh tiga bentuk yaitu kedua sisi meruncing, kedua sisi membulat, dan satu sisi meruncing dan satu sisi lagi membulat, hal ini sejalan dengan penelitian oleh Radiya (Tanpa tahun) menemukan 3 bentuk yang sama seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk pangkal daun

Daun pisang yang dewasa berbentuk lonjong dan bertulang daun menyirip, sedangkan daun mudanya menggulung. Helai daunnya lebih panjang dari tangkai daunnya. Panjang helaian daun berkisar antara 138,33- 338,67 cm, serta lebar 36,30- 91,67 cm. Balitbu (2015) menyampaikan bahwa kebanyakan daun pisang berwarna hijau tua untuk daun yang dewasa dan hijau muda untuk daun yang masih muda. Kecuali untuk beberapa species, terdapat bercak merah atau ungu pada lembaran daunnya atau pada ibu tulang daun. Selanjutnya lapisan lilin terdapat pada pangkal pelepah dan daun yang ukurannya bervariasi mulai dari sedikit sampai kuat seperti yang terlihat pada Gambar 4. Balitbu (2015) menyatakan bahwa lapisan lilin pada tangkai dan daun berfungsi untuk menahan

air agar tidak membasahi daun.


(28)

Hasil pengamatan diperoleh bentuk tangkai tandan pisang adalah bulat dan ada yang ditumbuhi bulu halus. Ukuran panjang tangkai tandan sekitar 22-62 cm dan diameter sekitar 2-11 cm. Tandan buah pisang memiliki panjang sekitar 18-77 cm dengan diameter sekitar 19-37 cm. Panjang tandan buah berkaitan dengan produksi yang dihasilkan. Semakin panjang tandan buah diharapkan semakin banyak sisir buah yang terbentuk. Bentuk tandan buah pisang dan sifat

tandan buah diperoleh dalam tiga bentuk yaitu cylindrical, cylindrical to conical,

dan conical (Lampiran 12 dan 13).

Kenampakan bekas luka sisir yang tidak terbentuk pada pisang mempunyai keragaman yang rendah karena 96,88% terlihat jelas, sedangkan sifat bunga

jantan didominasi oleh bentuk inclined (80,64% ), curved with vertical end

(3,2% ), horizontal with vertical end (3,2% ), vertical (12,91% ).

Hasil pengamatan menunjukan pisang mempunyai penampangan bentuk buah yang lurusyaitu sebesar 93,75% , dan penampakan kelengkungan sedang

sekitar 6,25% (Lampiran14) dengan sudut longitudinal yang diekspresikan

dengan bentuk irisan melitang buah tidak jelas atau lemah sekitar 62,5% , jelas

18,75% , dan sangat jelas sekitar 18,75% (Lampiran 15). Warna pisang

umumnya mengalami perubahan dari warna hijau sebelum masak menjadi warna kuning setelah masak, dan ada dua genotip tidak mengalami perubahan warna yaitu pisang hutan (P23) berwarna dan pisang udang (P31a) yang memiliki kulit berwarna ungu dan merah. Pantastico (1986) menyatakan menguningnya buah pisang terjadi karena hilangnya klorofil tanpa atau hanya sedikit pembentukan karotenoid. Selanjutnya bentuk ujung buah pisang yang diamati terdiri dari

pointed, lengthly pointed, blunt tipped, sertabottle necked(Lampiran 16).

Bunga terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang tersusun dalam

kelompok. Bunga ditutupi oleh braktea berwarna merah keunguan. Karakteristik

morfologi bunga jantan dan Total Padatan Terlarut (TPT) disajikan pada Lampiran 17. Hasil pengamatan diperoleh lembaran braktea bagian dalam warnanya bervariasi kuning, ungu, merah, orange kemerahan (Gambar 5).

Bentuk bunga jantan berbentuk lanceolate dan ovate yang dapat dilihat pada

Lampiran 18. Menurut Siddiqah (2002) bahwa braktea bagian luar berwarna kuning kemerahan hingga merah sedangkan warna pemukaan bagian dalam berwarna kuning kemerahan hingga ungu.


(29)

Gambar 5. Tiga warna lembaran bagian dalam brachtea

Hasil analisa kandungan Total Padatan Terlarut (TPT) dari masing-masing genotip pisang diperoleh bahwa kandungannya berkisar antara 19,07% -35,00% Brix. TPT yang tertinggi berasal dari Genotip P14 yaitu jenis pisang jantan (35,00% Brix), sedangkan yang terendah berasal dari genotip P28 (pisang tenggayak). Pisang jantan merupakan pisang yang cocok sebagai pisang olahan sedangkan pisang tenggayak selama ini oleh petani dimanfaatkan hanya bunga jantan dan digunakan untuk sayuran, sedangkan buahnya tidak dimanfaatkan karena banyak mengandung biji.

4.1.2. Durian

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan umumnya durian tumbuh di di kebun dan ada beberapa yang tumbuh di sekitar lokasi rumah. Ketinggian pohon durian mencapai 25 m dengan permukaan batang kasar. Durian yang diamati umumnya mempunyai pola pertumbuhan dengan pola tegak (64,86% ), menyebar (10,81% ), merunduk (24,32% ) dan dengan pola percabangan keatas sebesar 89,19% dan percabangan keluar sebesar 10,8% . Karakteristik morfologi pola dan helaian daun tanaman durian disajikan pada Lampiran 22.Pengamatan pada 37 genotip durian yang diamati terdapat 3 genotip yang mempunyai ukuran buah kecil dan masyarakat menamai dengan nama durian terong ( genotip D27, D30, dan D33) dan satu jenis durian Lai (D40).

Daun tanaman durian merupakan daun tunggal dan tidak lengkap karena memiliki tangkai dan helaian daun dengan susunan daun berselang seling (alternate) dengan tepi rata.Permukaan daun bagian atas berbeda dengan permukaan daun bagian bawah. Bagian atas berwarna hijau sedangkan bagian permukaan bawah berwarna kecoklatan. Bentuk daun durian yang diamati


(30)

berbentuk oblong (43,24% ) danellips (56,76% ) mempunyai ujung acuminate

yang panjang (62,16% ) dan 37,83% berukuran sedang, sedangkan pada bagian

pangkal sebagian besar berbentuk acute(88,89% ), rounded (11,11% ) (Lampiran

23, 24, dan 25).

Hasil pengukuran panjang daun rata-rata daun durian berkisar 9.8 – 23,36 cm dengan lebar sekitar 3,06 – 8,5 cm. Jumlah daun dan ukuran daun dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Ketika tanaman mendapatkan cahaya rendah maka tanaman akan merespon dengan memperbesar luas daun (Salisburi dan Rose, 1995).

Karakter morfologi bunga durian yang diamati tidak semua genotip dapat ditampilkan (data tidak lengkap) karena pada saat melakukan karakterisasi kondisi tanaman di lapangan sudah berbuah. Karakteristik morfologi bunga durian disajikan pada Lampiran 26.

Hasil pengamatan diperoleh bahwa bunga durian tumbuh di cabang

utama berkelompok atau bunga tunggal. Bunga mempunyai bentuk elliptic,

ovate, circular, dengan bentuk puncak rounded, obtuse, dan pointed (Lampiran 27 dan 28).Bunga mekar terdiri dari kelopak bunga berwarna hijau kekuningan, umumnya mahkota dan benang sari bunga durian berwarna kuning muda, dan terdapat satu genotip memiliki warna merah yaitu genotip D40.

Gambar 6. Warna Bunga Durian

Buah durian yang diamati belum diketahui varietasnya, petani menamakan berdasarkan bentuk buah durian dan warna daging buah misalnya durian tembago (warna daging buah kuning tua), durian belimbing (bentuk buah berlekuk seperti belimbing), durian kuning (durian dengan warna daging buah kuning), durian bantal (berasal dari desa Bantal), durian terong (bentuk buah


(31)

terendah 390 g (genotip D30) dan yang tertinggi beratnya 2.800 g (genotip D10). Durian yang mempunyai berat terendah ini adalah jenis durian terong yang keberadaannya di lapangan sudah langka karena petani menganggap bahwa durian ini harganya jual rendah. Selain itu diperoleh satu genotip yaitu D40 (durian Lai) yang memiliki daging buah berwarna kuning jingga. Karakteristik morfologi buah durian disajikan pada Lampiran 29.

Hasil pengamatan dari 37 genotip diperoleh variasi 6 bentuk buah durian

yaitu oblong, oblate, ovate, obovate, elliptics, dan circular dengan kedalaman

alur lemah, sedang, dan kuat serta bentuk pangkal buahseperti acute, rounded,

dan cordate(Lampiran 30, 31, 32, dan33,). Jumlah ruang buah durian umumnya lima ruang, namun ada beberapa genotip yang mempunyai ruang buah yang agak langka yaitu empat ruang (genotip D25 dan genotip D35) dan enam ruang (genotip 11).

Durian memiliki bentuk duri dan panjang bervariasi, seperti yang ditampilkan pada karakteristik morfologi duri durian (Lampiran 34) . Hasil pengamatan diperoleh ukuran duri terendah pada genotip D27 (0.60 cm) dan yang tertinggi pada genotip 1 (1.6 cm), sedangkan kerapatan duri durian diperoleh tipe jarang, sedang dan rapat seperti Lampiran 35.

Hasil pengamatan morfologi biji dan daging buah durian diperoleh bahwa tebal kulit durian bervariasi antara 0,53-1,44 cm. Total bobot biji antara 20-144 g per buah dengan warna yang hampir seragam yaitu intensitas warna coklat sedikit (15,79% ), warna coklat sedang 81,58% , dan warna coklat gelap 2,6% (Lampiran 38). Kualitas buah durian dikaitkan dengan kriteria ketebalan daging buah dan rasa manis. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketebalan daging buah berkisar antara 0,3 cm (D17) – 1,1 cm (D23). Warna daging buah diproleh empat warna yaitu putih, kekuningan, kuning, dan jingga ( Lampiran 39). Total Padatan Terlarut (TPT) buah berkisar antara 9,97% Brix (D14) - 42,2% Brix (D40). Karakteristik morfologi biji dan daging buah durian disajikan pada Lampiran 40.

Setiap karakter yang diamati terdapat beberapa genotip yang

berpenampilan fenotipik lebih baik dibandingkan dengan genotip lainnya. Pemilihan genotip yang terbaik didasarkan pada banyaknya karakter-karakter berpenampilan lebih baik yang dimiliki oleh genotip tersebut. Untuk mengetahui genotip yang berpenampilan lebih baik dilakukan pembobotan (Tabel 2).


(32)

Hasil dari pembobotan diperoleh bahwa lima genotip durian yang terbaik berturut-turut adalah Genotip D10, D24, D7, D29, dan D6.

Tabel 2. Rangking pembobotan karakteristik morfologi durian

No Geno Tip Karakter Jumlah Rang king PD (3% ) LD (3% ) BB (15% ) PB (10% ) LB (10% ) JR (5% ) PD (3% ) TK (5% ) BBj (3% ) JBj (3% ) TDB (10% ) BD (15% ) WD (5% ) TPT (10% )

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 D5 0.59 0.18 261.00 1.60 1.70 0.25 0.03 0.05 4.50 0.30 0.09 54.00 0.10 2.12 326.52 13 2 D6 0 .4 7 0 .1 8 3 6 7 .5 0 2 .7 0 2 .1 5 0 .2 5 0 .0 3 0 .0 9 1 0 .8 6 0 .6 0 0 .0 5 6 0 .0 0 0 .1 0 3 .1 0 4 4 8 .0 8 5 3 D7 0 .4 9 0 .1 5 3 6 0 .0 0 2 .5 0 1 .9 3 0 .2 5 0 .0 5 0 .0 5 1 1 .7 0 0 .5 7 0 .0 7 8 1 .0 0 0 .1 0 3 .3 9 4 6 2 .2 5 3

4 D8 0.49 0.15 322.50 1.80 1.50 0.25 0.03 0.05 2.70 0.18 0.09 18.00 0.15 3.19 351.09 11 5 D9 0.05 0.12 315.00 2.20 1.48 0.25 0.03 0.06 8.10 0.30 0.08 54.75 0.10 3.23 247.18 24 6 D1 0 0 .4 6 0 .1 6 4 2 0 .0 0 2 .3 0 1 .8 5 0 .2 5 0 .0 4 0 .0 4 1 2 .0 0 0 .6 6 0 .0 9 1 0 8 .0 0 0 .1 0 2 .2 6 5 4 8 .2 1 1

7 D11 0.38 0.11 258.00 1.80 1.90 0.30 0.03 0.06 5.70 0.81 0.07 33.00 0.05 2.65 304.87 15 8 D12 0.46 0.14 202.50 1.85 1.45 0.25 0.03 0.05 5.70 0.27 0.07 39.00 0.20 4.14 256.12 22 9 D13 0.38 0.11 235.50 1.74 1.70 0.25 0.04 0.04 11.25 0.72 0.05 43.50 0.10 2.53 297.91 18 10 D14 0.37 0.11 121.50 1.40 1.23 0.25 0.03 0.06 0.60 0.18 0.06 14.25 0.05 1.00 141.08 28 11 D16 0.39 0.15 382.50 2.40 1.74 0.25 0.04 0.05 8.40 0.30 0.05 45.00 0.05 1.00 442.32 6 12 D17 0.41 0.14 364.50 2.32 1.80 0.25 0.04 0.05 13.50 0.51 0.03 43.50 0.05 1.35 428.44 8 13 D18 0.45 0.15 327.00 2.30 1.80 0.25 0.03 0.06 17.25 0.60 0.06 81.00 0.05 2.81 433.81 7 14 D19 0.31 0.11 177.00 2.35 1.69 0.25 0.04 0.03 10.20 0.51 0.07 82.50 0.15 3.04 278.25 29 15 D20 0.37 0.13 285.00 2.25 1.76 0.25 0.03 0.05 15.75 0.87 0.05 57.00 0.15 2.48 366.13 9 16 D21 0.30 0.10 225.00 2.10 1.65 0.25 0.04 0.04 9.75 0.54 0.05 60.00 0.05 3.25 303.12 16 17 D22 0.38 0.14 273.00 2.00 1.80 0.25 0.05 0.05 6.00 0.24 0.10 75.00 0.15 3.37 362.52 10 18 D23 0.34 0.11 262.50 2.15 1.95 0.25 0.04 0.05 6.75 0.33 0.11 67.50 0.15 2.72 344.94 12

19 D2 4 0 .3 2 0 .1 1 3 9 0 .0 0 1 .9 0 1 .8 5 0 .2 5 0 .0 4 0 .0 4 1 3 .5 0 0 .6 0 0 .0 9 1 2 0 .0 0 0 .1 5 2 .5 4 5 3 1 .3 8 2

20 D25 0.39 0.12 237.00 1.95 1.70 0.20 0.04 0.05 9.00 0.48 0.05 63.75 0.15 3.59 318.45 14 21 D26 0.31 0.10 210.00 2.05 1.53 0.25 0.04 0.05 7.20 0.33 0.06 37.50 0.15 3.41 262.97 21 22 D27 0.44 0.16 63.75 1.10 1.10 0.25 0.02 0.04 3.00 0.15 0.07 22.50 0.10 2.87 95.56 30 23 D2 9 0 .4 4 0 .1 2 3 4 5 .0 0 2 .2 0 1 .7 5 0 .2 5 0 .0 3 0 .0 6 1 5 .0 0 0 .5 7 0 .0 7 8 4 .0 0 0 .0 5 2 .8 9 4 5 2 .4 3 4

24 D30 0.35 0.10 58.50 1.20 1.10 0.25 0.02 0.04 2.85 0.12 0.04 15.75 0.05 3.59 83.95 31 25 D31 0.39 0.12 264.00 1.78 1.78 0.25 0.02 0.04 6.75 0.48 0.06 25.50 0.05 0.00 301.21 17 26 D32 0.34 0.13 136.50 1.85 1.50 0.25 0.03 0.05 4.50 0.21 0.06 23.70 0.05 2.50 171.66 25 27 D33 0.30 0.09 78.75 1.65 1.10 0.25 0.03 0.05 2.70 0.21 0.04 9.75 0.10 3.13 98.14 29 28 D34 0.41 0.14 131.25 1.50 1.50 0.25 0.03 0.05 6.00 0.27 0.04 18.00 0.10 3.86 163.38 26 29 D35 0.40 0.12 198.75 1.95 1.55 0.20 0.02 0.07 5.16 0.24 0.06 36.00 0.15 2.52 247.18 23 30 D36 0,41 0,12 375,00 2,00 2,10 0,25 0,03 0,03 0,00 0,11 0,00 - 0 - - 30 31 D37 0,37 0,14 217,65 2,31 1,51 0,25 0,03 0,06 6,15 0,51 0,06 43,50 0 4,00 276,54 20 32 D40 0,70 0,26 132,00 2,13 1,25 0,25 0,03 0,07 1,50 0,09 0,06 18,30 0 4,22 160,86 27

Keterangan : PD = Panjang Daun, LB = Lebar Daun, BB= Bobot Buah, PB = Panjang Buah, LB = Lebar Buah, JR = Jumlah Ruang, PD = Panjang Duri, TK = Tebal Kulit, BBj = Bobot Biji, JBj = Jumlah Biji, TDB = Tebal Daging Buah, BDB = Bobot Daging Buah, WB = Warna Buah, TPT = Total Padatan Terlarut


(33)

4.1.3. Mangga

Mangga merupakan tanaman yang tumbuh dipekarangan, mempunyai ketinggian mencapai 15 m, batang bentuknya silindris, tumbuh tegak, tajuk

berbentuk bulat,semi bulat, dan oblong dengan percabangan yang banyak.

Karakter morfologi tajuk tanaman mangga disajikan pada Lampiran 41 dan 42. Daun mangga merupakan daun tunggal yang tidak lengkap karena hanya mempunyai helaian daun dan tangkai daun, berwarna hijau dengan tepi daun

bergelombang serta tekstur daun coriaceous(agak tebal). Karakteristik morfologi

daun mangga disajikan pada Lampiran 43. Bentuk daun yang ditemukan dua

jenis yaitu elliptic dan lanceolate. Bentuk daun elliptic terdapat pada mangga

manalagi, bembam, I ndramayu, bacang, mangga apel, mangga udang, mangga

gedong, sedangkan bentuk daun lanceolate terdapat pada mangga bengkulu.

Bentuk ujung daun mangga diperoleh bentuk ujung yang panjang (acuminate)

dan ujung acute serta pangkal daun ditemukan tiga bentuk yaitu acute, obtuse,

dan round (Lampiran 44, 45, dan 46). Daun mangga rata-rata memiliki panjang sekitar 18,22-28,2 cm, lebar sekitar 5,58-10,92 cm dan panjang tangkai daun sekitar 3,66-12,9 cm. Helaian daun mangga yang telah berkembang sempurna berwarna hijau sampai dengan hijau tua, sedangkan warna daun yang masih muda terdapat variasi yaitu hijau muda, coklat kemerahan, coklat muda, merah bata muda, merah, hijau muda dengan semburan coklat.

Bunga mangga merupakan bunga majemuk yang tumbuh diujung atau terminal. Bunga mangga bertangkai pendek dan jenis bunga pada satu tangkai

bunga terdapat tetramerous, pentamerous, heksamerous ataupun pada satu

tangkai dijumpai dua jenis bunga sekaligus (pentamerous dengan tetramerous

atau pentamerous dengan heksamerous). Rangkaian warna bunga bervariasi (hijau kekuningan, hijau dengan bercak merah, merah keunguan), tidak berbulu

serta terdapat bract daun. Karakter morfologi bunga mangga disajikan pada

Lampiran 47 dan 48.

Buah mangga merupakan buah berdaging bentuknya elliptic, obovoid,

plattered, long ellips, dan roundish. Kulit buah warnanya hijau, hijau kekuningan, dan kuning jingga. Rata-rata bobot buah mangga bervariasi tergantung jenisnya. Bobot buah yang terendah terdapat pada jenis mangga udang yaitu 199,33 g, sedangkan bobot buah yang tertinggi pada jenis mangga bengkulu yaitu sebesar 862,5 g. Tekstur daging buah yang diamati diperoleh tiga


(34)

jenis yaitu berserat halus (mangga manalagi, mangga udang, mangga gedong, mangga indramayu, mangga apel), berserat sedang (bembam dan mangga bengkulu), sedangkan berserat kasar (bacang). Aroma daging buah yang sangat kuat terdapat pada jenis bembam dan bacang, mangga udang mempunyai aroma yang sedang, sedangkan mangga jenis lainnya tidak ada aroma buah. Karakter morfologi buah mangga disajikan pada Lampiran 49 dan 50.

Hasil pengujian Total Padatan Terlarut yang dimiliki oleh masing-masing buah diperoleh bahwa mangga bengkulu memiliki Total Padatan Terlarut terendah sebesar 9,97% Brix dan yang tertinggi terdapat pada mangga indramayu yaitu sebesar 20,47% Brix. Selanjutnya biji mangga yang diamati

diperoleh tiga bentuk yaitu oblong, rounded, dan ellipsoid. Karakteristik morfologi

biji mangga disajikan pada Lampiran 51 dan 52. 4.1.4. Manggis

Tanaman manggis berbentuk kayu, tumbuh tegak hingga mencapai 12 m .

Kulit pohon manggis kasar sampai sangat kasar, berwarna kecoklatan.

Percabangan simetris membentuk tajuk kanopi spherical, oblong, elliptic, dan

pyramidal. Tanaman manggis mempunyai pola percabangan horizontal, semi tegak dan tak beraturan. Karakteristik morfologi percabangan dan daun manggis disajikan pada Lampiran 53 dan 54.

Hasil pengamatan pada karakter daun yaitu susunan daun manggis

berbentuk opposite dengan helaian daun berwarna hijau, pinggir daun rata.

Daun manggis bentuknya elliptic dan ujung daun ditemukan dua bentuk yaitu

mempunyai ujung daun yang panjang atau acuminate sebesar 90,53% dan

berbentuk obtuse sebesar 9,37% , sedangkan pangkal daun memiliki bentuk

rounded (28,12% ) dan shortly attenuate (71,87% ) serta daun muda berwarna merah muda, coklat merah serta hijau muda (Lampiran 55 dan 56).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bunga tumbuh di ujung atau di terminal dengan pola tandan bunga satu (satu tangkai muncul satu bunga), tetapi empat genotip yaitu M04, M08, M10 dan M19 mempunyai pola tandan bunga satu, dua, tiga atau lebih. Struktur bunga memiliki tangkai berwarna hijau, bunga memiliki empat kelopak. Warna kelopak bagian luar hijau sedangkan bagian dalam berwarna kuning dengan tepi pink. Kelopak manggis memiliki empat mahkota bunga yang berwarna kuning dengan tepi berwarna pink seperti


(35)

yang terlihat pada Gambar 7. Diameter bunga manggis berkisar antara 2,2-8,56 cm. Keragaman bunga manggis cukup rendah, terlihat dari seragamnya warna mahkota bunga yang ditemukan yaitu berwarna kuning dengan tepi berwarna merah/ pink. Penelitian Sobir dan Poerwanto (2007) di Jawa Barat menemukan dua warna mahkota bunga yaitu kuning dan kuning dengan tepi merah.

Gambar 7. Bunga manggis

Pola tandan buah manggis umumnya satu tetapi ditemukan empat genotip M04, M08, M10 dan M19 yang mempunyai pola tandan buah satu, dua dan tiga dalam satu pohon. Pohon yang mempunyai pola satu, dua dan tiga merupakan manggis yang keberadaannya termasuk langka dan perlu dilestarikan agar tidak terjadi kepunahan.

Buah yang diamati mempunyai dua bentuk yaitu gepeng (plattened) dan

bulat (spherical). Karakter morfologi buah dan biji disajikan pada Lampiran 57

dan 58. Buah muda berwarna kuning kehijauan, dan buah yang tua berwarna ungu kemerahan sampai ungu tua. Pada ujung buah terdapat kupat yang berwarna coklat tua. Kupat merupakan penanda jumlah segmen yang terdapat

dalam daging buah. Bobot buah manggis berkisar antara 44,44-137,5 g

dengan ketebalan kulit buah berkisar antara 0,87-157,14 g. Aril umumnya berwarna putih salju dengan rasa asam manis. Total padatan Terlarut berkisar antara 9,98-18,65% Brix. Biji manggis berwarna coklat muda-coklat dan bentuk

spheroid (Lampiran 59).

Selanjutnya untuk mengetahui genotip yang paling baik dari karakter manggis dilakukan pembobotan seperti ditunjukkan pada Tabel 3.


(36)

Tabel 3. Pembobotan karakter manggis

No Genotip

Karakter

Jumlah Rangking TP

(10% )

PD (10% )

LD (10% )

BB (50% )

TK (20% )

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 M1 0.90 2.178 1.04 42.50 0.20 46.82 18

2 M2 1.10 1.984 0.87 36.67 0.22 40.84 23

3 M3 1.00 1.848 0.94 46.88 0.18 50.85 17

4 M4 1.00 1.970 0.96 26.67 0.19 30.79 27

5 M5 0.70 1.824 0.97 40.00 0.21 43.70 20

6 M6 0.60 1.870 0.94 41.25 0.22 44.88 19

7 M7 0.70 1.804 0.95 22.22 0.20 25.87 28

8 M8 0.80 2.074 0.99 62.00 0.20 66.06 7

9 M9 0.90 2.174 1.16 55.83 0.21 60.28 12

10 M10 0.90 2.058 1.03 33.33 0.21 37.53 26

11 M11 0.90 1.938 0.90 53.83 0.18 57.75 13

12 M12 0.90 2.168 1.07 69.38 0.18 73.69 3

13 M13 0.90 1.780 0.99 70.00 0.19 73.86 2

14 M14 0.85 2.200 1.08 48.00 0.19 52.31 16

15 M15 0.90 1.778 0.89 39.50 0.18 43.26 21

16 M16 0.60 2.098 0.94 64.50 0.23 68.37 6

17 M17 0.90 1.706 0.91 60.00 0.20 63.72 9

18 M18 0.80 1.920 0.00 37.50 0.18 40.40 24

19 M19 0.80 1.708 0.87 39.17 0.18 42.72 22

20 M20 0.80 2.000 1.05 68.75 0.22 72.83 4

21 M21 0.70 1.878 0.97 61.67 0.23 65.44 8

22 M22 1.20 1.852 0.85 56.25 0.25 60.40 11

23 M23 1.15 2.476 1.26 56.00 0.28 61.16 10

24 M24 0.80 2.182 1.00 52.78 0.22 56.99 14

25 M25 0.80 2.390 1.07 78.57 0.20 83.04 1

26 M26 0.80 2.212 0.85 65.23 0.23 69.32 5

27 M27 0.70 2.524 1.06 49.17 0.29 53.74 15

28 M28 0.80 1.918 0.84 34.50 0.17 38.23 25

Keterangan : TP = Tinggi Pohon, PD = Panjang Daun, LB = Lebar Daun, BB = Bobot Buah, TK = Tebal Kulit

Hasil genotip terbaik diperoleh bahwa lima genotip terbaik adalah genotip M25, M13, M12, M20, dan M26.

4.1.5. Jeruk

Jeruk merupakan tanaman yang dapat tumbuh di Provinsi Bengkulu dan jenisnya beragam. Umumnya jeruk ditanam di lahan pekarangan dan lahan kebun monokultur oleh masyarakat melalui perbanyakan vegetatif. Ketinggian tanaman mulai dari 0,75-5,2 m. Daun pucuk semuanya berwarna hijau kecuali genotip J06 (jeruk nipis) mempunyai warna kemerahan. Sedangkan permukaan tunas pucuk berambut terdapat pada jeruk jenis bali (J03, J05, J19 dan J22) dan permukaan halus pada genotip lainnya. Karakteristik morfologi tanaman dan warna tunas pucuk jeruk ditampilkan pada Lampiran 60 dan 61.


(37)

merupakan alat untuk pelindung diri pada tanaman dan adaptasi lingkungan.

Manner et al., (2006) menyatakan tanaman jeruk ada yang berduri dan ada yang

tidak, biasanya tanaman berduri tersebut berasal dari perbanyakan melalui biji. Berdasarkan pengamatan tanaman jeruk pada 26 genotip diperoleh bahwa jeruk mempunyai siklus daun yang selalu hijau (evergreen) dan diperoleh

dua bentuk daun yaitu sessile dan brevitiolate, ukuran daun bervariasi

tergantung jenisnya (Gambar 8). Panjang daun 5,61-13,34 cm dengan lebar

2,96-9,06 cm. Helaian daun bentuknya ellips, ovate, obovate, oblicular, dengan

tepi daun bentuk crenate, sinuate, entire, dan dentate. Karakteristik morfologi

daun jeruk disajikan pada Lampiran 62 dan 63. Menurut Tjitrosupomo (2007), bentuk daun dan ukuran daun berbeda-beda menurut jenis tumbuhan bahkan pada satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda-beda.

Gambar 8. Bentuk Daun

Warna daun diperoleh warna hijau sedang-kuat serta tidak ada variasi warna yang terdapat pada semua genotip yang diamati. Menurut Cahyani (2008), warna dun mencerminkan kandungan klorofil daun, semakin banyak kandungan klorofil warna daun semakin hijau.

Hasil pengamatan menunjukkan bunga jeruk terletak di ujung (terminal) dan di tengah ranting (cabang), jumlah bunga bervariasi per tangkai mulai dari 1–7,2 per tangkai, warna bunga putih dengan serbuk sari berwarna kuning. Karakteristik bentuk bunga jeruk disajikan dalam Lampiran 64 dan 65.

Hasil pengamatan 26 genotip mempunyai bobot buah jeruk yang berbeda, Bobot yang tertinggi diperoleh dari genotip J05 (jeruk bali) sebesar 2.093,33 g sedangkan yang terkecil dimiliki oleh jeruk kalamansi sebesar 13,70 g (J15) (Gambar 9). Karakteristik morfologi buah jeruk disajikan pada Lampiran 66. Fehr


(38)

(1987) menyatakan penampilan fenotipik tanaman akan berbeda dari suatu populasi tanaman akibat adanya perbedaan tingkat variasi genetik. Setiap gen memiliki pekerjaan tersendiri untuk menumbuhkan dan mengatur berbagai jenis karakter dalam tubuh organisme. Gambaran bentuk buah disajikan pada Lampiran 67, 68, 69 dan 70.

Gambar 9. Empat bentuk buah jeruk

Hasil pengamatan diperoleh rata-rata jumlah biji yang terdapat pada buah jeruk diperoleh jeruk tanpa biji yaitu genotip J05 dan yang terbanyak pada

genotip J10 (29 buah). Begitu juga bentuk biji ada empat bentuk yaitu ovoid ,

cunciform, clevate, semi deltoid dan cunciform. Karakteristik morfologi biji jeruk dan total Padatan Terlarut (TPT) disajikan pada Lampiran 71.

4.1.6. Ubi jalar

Pelaksanaan karakterisasi morfologi ubi jalar dilakukan secara eks-situ. Sebelum dilakukan karakterisasi terlebih dahulu dilakukan survei dan eksplorasi

di lahan petani, selanjutnya ubi jalar dilakukan penanaman. Penanaman

dilakukan pada media pot besar ukuran diameter 55 cm dan diisi dengan campuran media tanah, sekam, pupuk kandang dengan perbandingan 1: 1: 1.Lokasi penanaman adalah lokasi sekitar kantor BPTP Bengkulu. Genotip yang di tanam berjumlah 14 jenis berasal dari beberapa lokasi. Keragaan tanaman ubi jalar disajikan pada Lampiran 72. Adapun asal lokasi bibit ubi jalar sebagai berikut:

UJ 1 = Kel. Semarang Uj 8 = Ds. Sungai suci- Benteng


(39)

UJ 3 = Ds. Plajau – Benteng Anmalone UJ 10 = Ds. Air Bening-Rusman

UJ 4 = Kel.Pagar Dewa-Anmalone Uj 11 = Ds. A. Meles Bawah-Slametone

UJ 5 = Kel. Kandang Limun-Tione UJ 12 = Ds Air Meles Bawah-Slametwo

UJ 6 = Kel.Kandang Limun-Titwo Uj 13 = Rumdin KPHone

UJ 7 = Kel Kandang Limun-Tiwthree UJ 14 = Rumdin KPHtw0

Hasil pengamatan diperoleh bahwa ubi jalar mempunyai warna batang, daun, dan umbi bervariasi. Warna dominan batang diperoleh dua warna yaitu ungu dan hijau serta tidak ditemukan adanya rambut di atau bulu halus. Karakteristik morfologi ruas dan batang ubi jalar disajikan pada Lampiran 73 dan 74.

Hasil pengukuran diperoleh daun yang terbesar dimiliki oleh genotip GUJ1 (18,39 cm) dan yang terkecil diperoleh GUJ5 (10,25 cm). Karakteristik

morfologi daun ubi jalar ditampilkan pada Lampiran 75. Menurut Sumarwoto et

al., (tanpa tahun), bentuk daun yang lebar distribusi sinar matahari tidak merata

dan air tanah yang tersedia berlebihan sehingga kemampuan tanaman dalam

beradaptasi tidak sebaik daun yang kecil. Selanjutnya Watanabe et al., 1966,

kemampuan tanaman dalam beradaptasi dengan lingkungan dan aerasi tanah yang baik dapat meningkatkan aktivitas pembelahan dan perbesaran sel dan berpengaruh terhadap hasil. Gambaran bentuk daun ubi jalar disajikan pada Lampiran 76 dan 77.

Hasil pengamatan 14 genotip diperoleh 4 bentuk umbi yaitu round elliptic

(7,14% ), tidak beraturan (21,42% ), long elliptic (58,33% ), obovate (21,42% ).

Umumnya permukaan kulit umbi tidak mempunyai cacat (85,71% ) dan ada dua genotip yang mempunyai cacat dengan bentuk alur membujur dalam yaitu genotip GUJ1 dan GUJ14. Karakteristik morfologi umbi ubi jalar ditampilkan pada Lampiran 78. Selanjutnya hasil pengamatan terhadap warna utama daging umbi diperoleh 5 warna yaitu krem, kuning pucat, jingga pucat, putih, dan ungu. Warna umbi merupakan karakter kualitatif yang menjadi pilihan bagi konsumen atau pengguna industri untuk diferensiasi konsumsi langsung dan produk olahan (Waluyo dkk, 2013). Gambaran bentuk umbi disajikan pada Lampiran 79, 80, 81.


(40)

4.1.7. Jagung

Pelaksanaan karakterisasi morfologi jagung lokal dilakukan secara eks-situ. Jagung lokal gigi kuda yang digunakan sebagai bahan tanam berasal dari Desa Bukit Barisan, Kecamatan Merigi, Kabupaten Kepahiang. Penanaman dilakukan di halaman kantor BPTP Bengkulu dengan menggunakan polibag. Media tanam

yang digunakan campuran pupuk kandang, sekam dan tanah dengan

perbandingan 1: 1: 1. Jumlah polibag 20 dan masing-masing polibag diisi 1-3 benih dan setelah berumur 2 minggu dilakukan seleksi tanaman dengan meninggalkan satu tanaman per polibag. Selain pupuk kandang sebagai sumber unsur hara juga dilakukan pemberian pupuk an-organik majemuk dengan dosis 400 kg/ ha (NPK 15: 15:15). Pupuk diberikan dua kali pada umur satu minggu setelah tanam dan umur 30 hari setelah tanam.

Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi pada umur 70-75 hari setelah tanam dan pada saat panen. Hasil karakterisasi karakteristik tanaman jagung lokal disajikan pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Deskripsi jagung lokal gigi kuda

No Peubah yang diamati Keterangan

1 Umur berbunga : 64,75 hari setelah semai

2 Umur berbunga betina : 69,25 hari setelah semai

3 Tinggi tanaman : 234,14 cm

4 Tinggi Tongkol : 143,85 cm

5 Jumlah daun seluruhnya : 12,28 helai

6 Jumlah daun diatas tongkol : 5,57 helai

7 Warna batang : Kemerahan

8 Bulu pelepah daun : Rapat

9 Tipe malai : Sekunder

10 Penutupan tongkol : Bagus

11 Kerusakan tongkol : Tidak ada

12 Susunan barisan biji : Teratur

13 Jumlah baris biji : 10,65

14 Jumlah biji per baris : 30,62

15 Tipe biji : Gigi kuda

16 Warna biji : Ujung putih

17 Panjang tongkol : 15,99 cm

18 Panjang tangkai tongkol : 3,7 cm

19 Diameter tongkol : 4,87 cm

20 Diameter janggel : 2,52 cm

21 Diameter rachis : 1,52 cm

22 I ndeks janggel : 1,72


(41)

Tabel 4. Lanjutan

No Peubah yang diamati Keterangan

25 Panjang bulir : 7,79 mm

26 Lebar bulir : 7,45 mm

27 Tebal bulir : 3,82 mm

28 Warna phericap : Putih

29 Warna aleuron : Putih

30 Warna endosperm : Kuning

31 Bobot 1.000 butir : 384,74 g

Sumber: Data Primer (diolah) 2015

Hasil pengamatan diperoleh jagung gigi kuda mempunyai umur berbunga betina tinggi rata-rata 69,25 hari. Jagung gigi kuda termasuk tanaman yang mempunyai umur panen lebih lama dibandingkan dengan varietas jagung hibrida yang mempunyai umur berbunga betina 54 hari (Balit seralia, 2010). Selanjutnya tinggi tanaman jagung gigi kuda yaitu 234,14 cm tidak jauh berbeda dengan varietas jagung hibrida varietas Pioneer 20 adalah 225 cm.Tanaman ideal tidak terlalu tinggi karena akan menyebabkan mudah patah atau roboh oleh tiupan angin.

4.2. Ekspose/ Sosialisasi hasil inventarisasi sumberdaya genetik lahan pekarangan kepada pemerintah daerah

Kegiatan ekspose/ sosialisasi hasil inventarisasi dan karakterisasi

sumberdaya genetik dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 25 November 2015 di Gedung Auditorium BPTP Bengkulu. Pelaksanaan kegiatan dihadiri oleh Komda SDG, Universitas, Dinas dan I nstansi Terkait, BPTP Bengkulu dengan Tema “Focus Group Discussion Kegiatan Pendampingan Pajale dan Komoditas Strategis Kementan serta Sosialisasi AEZ, SDG dan Bioindustri”. Materi yang disampaikan adalah Pengelolaan Sumberdaya Genetik di BPTP Bengkulu. Materi tersebut juga menyampaikan bahwa keanekaragaman jenis dan sumber daya genetik (plasma nutfah) buah-buahan dan Tanaman Pangan di Provinsi Bengkulu merupakan peluang besar untuk dapat meningkatkan kualitas dan produksi buah-buahan asli Bengkulu dan I ndonesia melalui usaha pemuliaan tanaman buah-buahan. Beberapa marga dari jenis-jenis komoditas buah-buahan asli Bengkulu yang bernilai ekonomi dan berpotensi untuk mendapatkan prioritas pengembangannya seperti Durian Lokal Bentara, Mangga Bengkulu, Manggis Rejang Lebong (Marel), dan Jeruk Gerga Lebong (jeruk RGL).


(42)

Hasil ekspose/ sosialisasi diperoleh masukan dari peserta agar hasil-hasil yang telah dicapai dalam pengelolaan SDG melalui kegiatan karakterisasi, dilanjutkan dengan penelitian karena banyak SDG lokal yang belum dilakukan kajian seperti tanaman/ ternak yang berada di Pulau Enggano. Selanjutnya kabupaten yang belum membentuk Komda SDG agar dapat dibentuk sehingga

pengelolaan SDG pada masing-masing daerah dapat dimanfaatkan,

dikembangkan dan dilestarikan.

4.3. Konservasi dan dokumentasi keragaan tanaman hortikultura spesifik pada kebun koleksi SDG di BPTP Bengkulu

Sumber Daya Genetik atau plasma nutfah merupakan aset yang sangat berharga sebagai bahan untuk pembentukan varietas unggul dan untuk menghasilkan produk inovasi baru, oleh karena itu keberadaan plasma nutfah harus terus dijaga agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengguna. Konservasi sumber daya genetik dilakukan untuk menjaga koleksi dari kepunahan. Salah satu cara yang dilakukan agar tanaman tidak mengalami kepunahan dengan melakukan penyimpanan benih atau dipelihara dalam bentuk tanaman hidup di lapangan.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu sejak tahun 2013 telah melakukan konservasi tanaman spesifik lokasi Bengkulu atau tanaman lainnyauntuk dikoleksi dan dipelihara disekitar lokasi kantor. Beberapa jenis tanaman tersebut merupakan tanaman unggulan spesifik Bengkulu seperti pisang curup (asal Rejang Lebong), mangga bengkulu, sawo pusaka (asal Kaur), durian bentara (asal I puh-Mukomuko).

Pemeliharaan tanaman dilakukan pada seluruh hasil koleksi yang ada di kebun koleksi sekitar halaman BPTP Bengkulu mulai dari pembersihan lahan, penyiraman, penataan atau mengganti polibag/ pot plastik yang telah rusak, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan dan pengontrolan tanaman.Penataan koleksi dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu tanaman hias, tanaman tahunan, tanaman pangan, tanaman empon dan obat (Tabel 5, 6, 7, dan 8).


(43)

Tabel 5. Koleksi tanaman hias yang ada di BPTP Bengkulu Nama

tanaman Nama latin Nama Lokal

Jumlah genotip

Jumlah tanaman

Krisan Chrysanthemum x

grandiflorum Seruni 1 20

Hebras Gerberra spp Hebras 1 18

Anthurium Anthorium sp Gelombang Cinta 1 40

Aglaonema Aglaonema sp Sri rezeki 2 2

Anggrek Arundina sp anggrek tanah 1 1

Kuping Gajah

Anthurium andreanum Linden

Kuping gajah 1 1

Nenasan Bromelia Nenas-nenasan 1 25

Tabel 6 . Koleksi tanaman tahunan yang ada di BPTP Bengkulu Nama

Tanaman Nama latin Nama Lokal

Jumlah genotip/

aksesi

Jumlah tanaman

Alpokat Persea Americana Pokat 1 4

Sawo Manilkara zapota Sawo pusaka, sawo biasa

2 6

Belimbing Averrhoa carambola Belimbing 2 4

Sirsak Annona muricata Sirsak 1 15

Srikaya Annona squamosa L Srikaya nona 1 2

Durian Durio zibethinus Sitokong, lokal 2 9

Mangga Mangifera indica Mangga bengkulu,

bembam, manalagi, harum manis, mangga gedong

5 15

Jeruk Citrus sp Sunkist, kalamansi,

siam, bali, gerga, sambal

5 17

Manggis Garcinia sp Manggis 2 8

Pisang Musa paradisiaca Pisang curup,

pisang jantan, pisang

batu,cavendish

4 18

Lengkeng Dimocarpus longan Lengkeng 1 1

Kedondong Spondias dulcis Kedondong 1 1

Tabel 7. Koleksi tanaman pangan yang ada di BPTP Nama

Tanaman Nama latin

Nama Lokal Jumlah genotip Jumlah tanaman rumpun

Garut Maranta arundinaceaL Garut 1 15

Ganyong Canna discolor L. Ganyong 1 15

Jawawut (benih)


(44)

-Tabel 8. koleksi tanaman empon dan tanaman obat yang ada di BPTP Bengkulu Nama

tanaman Nama latin

Nama Lokal

Jumlah Genotip

Jumlah tanaman/ rumpun Jahe

Zingiber officinale

Rosc Sepede 1 10

Kunyit Curcumae Domesticae Kunyit 1 2

Pegagan Centela asiatica Tapak kuda 1 1

Tahun ini selain dilakukan pemeliharaan pada tanaman yang telah dikoleksi juga dilakukan penambahan tanaman lainnya dengan memanfaatkan lahan-lahan yang belum termanfaatkan sebelumnya. Adapun nama komoditas tanaman untuk

penambahan koleksi tanaman di screen house dan kebun koleksi di sekitar

halaman kantor ditampilkan pada tabel 9.

Tabel 9. Nama dan jumlah penambahan koleksi tanaman tahun 2015

Nama tanaman Nama latin Nama daerah Jumlah

genotip

Jumlah tanaman Tanaman hias

Anggrek Dendrobium Dendro 1 5

Anggrek Dendro.secundum Anggrek hutan 1 1

Anggrek Cymbidium Angrek hutan 1 1

Anggrek Gramotophylum Angrek hutan 1 1

Anggrek tanah Spathoglottis plicata anggrek tanah 1 1

Anggrek Coelogna dayana Anggrek hutan 1 2

Anggrek hutan Coelogyne pandurata Anggrek hitam 1 1

Anggrek Hutan Cologna sp Anggrek 1 1

Anggrek Dendrobium

crumenatum

Anggrek merpati 1 1

Mawar Rose sinensis Mawar/ ros lokal 3 3

Torenia Torenia fournieri - 2 10

Anggrek Tanah Vanda Douglash - 1 50

Anggrek Tanah Arachnis Flos-aeris - 1 50

Anggrek Tanah Arachnis maingayi - 1 50

Tanaman buah

Jeruk Citrus sp Jeruk kalamansi 1 50

Sirsak Ratu Annona muricata Sirsak 1 30

Manggis (bibit) Garcinia sp Manggis 2 10

Tanaman pangan

Ubi jalar I pomea batatas Ubi jalar 14 42

Jagung Zea mays Jagung lokal gigi

kuda


(45)

Konservasi selain dilakukan di BPTP Bengkulu juga dilakukan di lahan petani (desa Penum, Kec. Taba Penanjung, Kab. Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu) dengan memelihara dan merawat tanaman manggis yang mempunyai pola tandan buah satu, dua, tiga per tangkai (pola tandan buah manggis umumnya mempunyai pola satu). Tanaman manggis ini termasuk langka karena keberadaannya hampir punah. Selain melakukan perbanyakan tanaman manggis yang mempunyai pola tandan buah satu, dua, dan tiga juga memotivasi petani agar manggis tersebut tetap dipelihara dan jangan sampai dilakukan penebangan.

Beberapa jenis tanaman yang dipelihara di screen house maupun di kebun

koleksi halaman kantor BPTP telah berbunga dan menghasilkan buah (Gambar 10).

Gambar 10. Karakteristik tanaman di kebun koleksi dan screen house

Anggrek hitam (Coelogyne pandurata)

merupakan salah satu spesies yang

dilindungi. Anggrek memiliki lidah

(labellum) berwarna hitam.

Anggrek Tanah (Arundina graminifolia)

Anggrek ini memiliki kekhasan pada

habitus dan daunnya yang mirip dengan daun suku Graminae atau

rumput-rumputan. Bunga muncul di ujung

batang, bunganya didominasi warna

ungu. Bibir bunganya unik karena

membentuk corong dengan tepian

berwarna ungu melebar ke arah luar. Sementara di sebelah dalam berwarna

kuning dengan bercak kecoklatan

membentuk garis kearah pangkal bibir.

Anggrek tanah (Spathoglottis plicata)

merupakan anggrek teresterial, bentuk palm yang muncul pada pseudobulp (batang semu). Tangkai bunga muncul dari pangkal daun yang bertumpu pada batang semu. Bunga berbentuk tandan, dengan tangkai silindris, yang muncul setiap saat dalam jangka waktu 2 – 3 bulan. Warna bunga ungu.


(46)

Krisan (Crhysantemum sp), mempunyai

akar serabut, tekstur batang lunak,

tumbuh tegak, hijaudengan bentuk membulat dan permukaan kasar. Daun krisan tepi bergerigi dan tulang daun menyirip, daun berselang selingpada batang dan cabang. Bunga krisan tumbuh pada ujung batang berwarna putih dan kuning.

Anggrek merpati (Dendrobium

crumenatum) merupakan anggrek yang mempunyai daya adaptasi yang luas,

mudah dipelihara, berwarna putih,

wangi dan bertahan selama satu hari. Bunga mekar biasanya pada pagi hari.

Tanaman berbunga jika terjadi

perubahan suhu yang mendadak

Jeruk kalamansi ditanam Mei 2015. Tajuk tanaman bentuk bulat, tinggi tanaman 100 cm, susunan bunga

berkelompok terletak diujung dan

ditengah, bunga putih, warna

benangsari kuning, sudah mulai

berbuah. Buah berbentuk gepeng,

bobot buah rata-rata 20,24 g. Kulit berwarna kuning kehijauan. Tanaman tidak mengenal musim.

Srikaya nona (Annona squamosa L),

tinggi tanaman 2 m, ciri daun srikaya yaitu bertangkai, kaku, dan letaknya berseling. Helaian daun memiliki bentuk lonjong sampai jorong menyempit,

ujung dan pangkal runcing, Buah

srikaya bentuk bulat kerucut dan memiliki permukaan tidak rata. Warna kulit hijau kekuningan, daging buah

berwarna putih dan mempunyai biji

berwarna hitam. Rata-rata bobot per buah 130,57 g.


(47)

Anggrek tanah dilakukan penanaman pada tanggal 4 November 2015. Kondisi

tanaman sudah mulai beradaptasi

dengan lingkungan. Jenis anggrek tanah yang ditanam yaitu vanda douglash,

anggrek kalajengking kuning, dan


(48)

V. KESI MPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Telah diperoleh karakteristik tanaman pisang sebanyak 32 genotip, durian 37

genotip, mangga 17 genotip, manggis 32 genotip, jeruk 26 genotip, ubi jalar 14 genotip dan jagung satu genotip.

2. Hasil karakterisasi hendaknya ditindaklanjuti melalui penelitian karena

banyak SDG lokal yang belum dilakukan kajian seperti tanaman/ ternak terutama yang berada di Pulau Enggano.

3. Terlaksananya kegiatan konservasi dan dokumentasi keragaaan tanaman

hortikultura spesifik lokasi pada kebun koleksi BPTP bengkulu terdiri tanaman hias 21 jenis, tanaman buah 12 jenis, tanaman empon 3 jenis, tanaman pangan 5 jenis.

Saran

1. Perlu dilakukan karakterisasi lanjutan untuk komoditas selain tanaman


(1)

126


(2)

127

No

Geno

tip

Karakter

Lilitan

Tipe

tanaman

Perse

ntase

penut

upan

tanah

Ruas

Batang

Panjan

g (cm)

Diam

eter

(mm)

Warna

dominan

Warna

sekunder

Rambut

1

GUJ 1

Tidak

melilit

120.67

46.67

2.74

5.73

hijau

hijau

tidak

ada

2

GUJ 2

Tidak

melilit

87.00

50.00

2.22

5.89

dominan

ungu

tunas hijau

keunguan

tidak

ada

3

GUJ 3

Tidak

melilit

63.33

40.00

3.03

6.02

dominan

ungu

tunas hijau

keunguan

tidak

ada

4

GUJ 4

Tidak

melilit

158.67

50.00

5.30

4.76

hijau

hijau

tidak

ada

5

GUJ 5

Tidak

melilit

206.17

58.33

5.70

4.43

dominan

ungu tua

tunas

ungu

tidak

ada

6

GUJ 6

Tidak

melilit

107.00

100.0

0

5.26

3.76

hijau

dasar

ungu

tidak

ada

7

GUJ 7

Tidak

melilit

208.00

53.33

8.78

3.92

dominan

ungu

Dasar

hijau

tidak

ada

8

GUJ 8

Tidak

melilit

206.67

38.33

7.79

3.77

dominan

ungu

Tidak ada

tidak

ada

9

GUJ 9

Tidak

melilit

198.66

60.00

5.07

3.24

hijau

Tidak ada

tidak

ada

10

GUJ 10

Tidak

melilit

158.00

60.00

4.57

4.51

dominan

ungu

Tidak ada

tidak

ada

11

GUJ 11

Tidak

melilit

107.33

31.67

4.11

5.52

dominan

ungu tua

Tidak ada

tidak

ada

12

GUJ 12

Tidak

melilit

161.00

76.67

5.23

4.53

hijau

Tidak ada

tidak

ada

13

GUJ 13

Tidak

melilit

153.00

60.00

4.00

4.48

hijau

Tidak ada

tidak

ada

14

GUJ 14

Tidak

melilit

140.67

35.00

4.92

5.07

dominan

ungu

Tidak ada

tidak

ada


(3)

128

Lampiran 75. Karakteristik morfologi daun ubi jalar

No Geno tip Daun

Bentuk Jumlah kuping

Bentuk kuping tengah daun

ukuran (cm)

Warna tulang abaxial

Warna Panjang tangkai

warna tangkai

1 GUJ 1 Lobed 5 semi elliptic

18.39 kuning kuning kehijauan

18.78 Hijau

2 GUJ 2 Lobed 4 Semi elliptic

12.44 hijau Hijau 26.07 hijau dengan garis ungu 3 GUJ 3 Lobed 3 Triangular 12.28 hijau Hijau 30.47 hijau dengan

garis ungu 4 GUJ 4 Lobed 5 Semi

elliptic

14.43 hijau hijau 17.94 hijau

5 GUJ 5 Lobed 7 Semi elliptic

10.25 ungu hijau 11.61 kebanyakan berwarna ungu 6 GUJ 6 almost

divided

5 Elliptic 13.93 hijau hijau 17.43 ungu

7 GUJ 7 Lobed 9 Semi elliptic

12.78 bagian bawah dan tulang dun semua bewarna ungu

hijau 14.56 Hijau dengan warna ungu di kedua ujung 8 GUJ 8 triangular 3 Triangular 12.44 semua tulang daun

sebagian besar berwarna ungu

hijau 16.01 hijau dengan garis warna ungu 9 GUJ 9 Triangular 9 triangular 10.68 Hijau Hijau 14.00 hijau dengan

garis warna ungu 10 GUJ 10 triangular 3 triangular 11.98 ungu Hijau 14.73 semua atau

kebanyakan berwarna ungu 11 GUJ 11 lobed 7 elliptic 13.71 semua tulang daun

sebagian besar berwarna ungu

Hijau 23.79 semua atau kebanyakan berwarna ungu 12 GUJ 12 Lobed 3 triangular 13.23 hijau Hijau 17.76 Hijau 13 GUJ 13 almost

divided

5 Elliptic 13.87 hijau Hijau 18.72 Hijau

14 GUJ 14 lobed 6 semi elliptic

14.5 semua tulang daun sebagian besar berwarna ungu

Hijau 17.89 semua atau kebanyakan berwarna ungu


(4)

129


(5)

130

Lampiran 78. Karakteristik morfologi umbi ubi jalar

No Geno tip Umbi Bentuk cacat permuka an tebal kulit warna utama kulit akar I ntensita s kulit akar Warna sekunder kulit akar Warna utama daging umbi Warna sekunder daging umbi Distribusi warna sekunder daging umbi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 GUJ 1 Round elliptic Alur membujur

sangat tipis

Ungu Sedang Ungu Krem Tidak ada

Tidak ada

2 GUJ 2 Long elliptic Tidak ada sangat tipis

Ungu sedang Ungu Krem Tidak ada

Tidak ada

3 GUJ 3 panjang tidak beraturan atau melengkung

Tidak ada sangat tipis

Ungu sedang ungu kuning pucat

tidak ada

Tidak ad

4 GUJ 4 long elliptic tidak ada sangat tipis

Krem pucat krem kuning pucat

tidak ada

tidak ada

5 GUJ 5 obovate tidak ada sangat tipis

Krem pucat krem jingga sedang

krem Melingkar besar dibagian kortek 6 GUJ 6 long elliptic tidak ada sangat

tipis

Krem sedang krem krem putih totol tidak beraturan di daging 7 GUJ 7 long elliptic Tidak ada sangat

tipis

Krem sedang krem jingga pucat

krem Melingkar besar di korteki 8 GUJ 8 panjang

tidak beraturan atau melengkung

Tidak ada sangat tipis

Ungu sedang ungu jingga tua tidak ada melingkar kecil di bagian kortek

9 GUJ 9 obovate Tidak ada sangat tipis

krem sedang krem ungu Putih melingkar dan wilayah lain di daging umbi 10 GUJ

10

long elliptic tidak ada sangat tipis

Krem sedang krem putih tidak ada

tidak ada

11 GUJ 11

long elliptic Tidak ada sangat tipis merah jambu sedang Merah jambu jingga tua tidak ada tidak ada 12 GUJ 12

long elliptic Tidak ada sangat tipis

Krem sedang krem jingga Krem totol tidak beraturan di daging 13 GUJ

13

obovate Tidak adal sangat tipis

Krem sedang krem kuning pucat

jingga totol tidak beraturan di daging 14 GUJ 14 panjang tidak beraturan atau melengkung Alur membujur dalam sangat tipis

Putih pucat putih putih tidak ada


(6)

131

Lampiran 80. Empat bentuk umbi ubijalar

Lampiran 81. Lima warna daging umbi ubij alar