Kepatuhan Klien Napza Dalam Mengikuti Program Rehabilitasi di Yayasan Kasih, Hati dan Pikiran (Kahapi) Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN

3.1.Kerangka konseptual
Kerangka konsep merupakan visualisasi yang menerangkan tentang
hubungan konsep-konsep yang tidak bisa secara langsung diteliti oleh peneliti.
Konsep-konsep ini dirubah menjadi sebuah variabel sehingga dapat diukur
(Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan pemaparan konsep diatas, maka peneliti membuat kerangka
penelitian ini seperti skema di bawah ini:

Kepatuhan klien napza

Patuh

dalammengikutiprogra
m rehabilitasi yayasan
kahapi:
Tidak patuh

Keterangan : Kepatuhan yang diteliti


26
Universitas Sumatera Utara

27

3.2. Defenisi Operasional
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai defenisi operasional masing-masing
variabel penelitian.
Variabel

Defenisi Operasional

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala
Ukur


Kepatuhan

Kerelaandalam
melaksanakan cara
dan perilaku
yangdisarankan oleh
petugas kesehatan
panti seperti dokter,
dan psikolog dalam
menjalankanpengobat
an akibat napza

Kuesioner dengan total
20 pernyataan dan
menggunakan skala
guttman. Jawaban yang
benar 1 dan yang salah
0

a. Dapat

Ordinal
dikatakan
patuh,
apabila
jawaban
responden
11-20 yang
benar
b. Dapat
dikatakan
tidak patuh
apabila
jawaban
responden
0-10 yang
salah

Universitas Sumatera Utara

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi kepatuhan
klien napza dalam mengikuti program rehabilitasi di Yayasan Kasih, Hati dan
Pikiran (Kahapi) Sei Rotan.
4.2.Populasi penelitian
Populasimerupakanwilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannnya (Sugiono, 2013).Populasi adalah
sekumpulan unit penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah klien napza di
Desa Sei Rotan tahun 2016 sebanyak60 orang..
4.3.Sampel dan teknik sampling
4.3.1 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi dikarenakan keterbatasan dana, tenaga dan waktu
(Sugiono, 2013).Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).


28
Universitas Sumatera Utara

29

4.3.2 Teknik sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi untuk menjadi
sampel dari populasi yang mewakili populasi (Setiadi, 2013). Pada penelitian
ini perekrutan sampel dilakukan dengan teknik Total Sampling, yaitu teknik
penentuan sampel yang digunakan bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang
dari 30 orang (Sugiono, 2013). Sampel yang digunakan yakni 60 orang di
yayasan Kasih, Hati, Pikiran (Kahapi) Sei Rotan.
4.4. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Yayasan Rehabilitasi Kahapi (Kasih Hati
Pikiran) Sei Rotan, sebuah tempat rehabilitasi dukungan spiritual dengan
pendekatan Kristiani secara teratur setiap hari bagi penderita. Panti rehabilitasi
Kahapi ini berada di Jl. Psr IX Lorong 5 no.47 A Desa Sei Rotan. Panti
rehabilitasi ini juga membuka rehabilitasi pada pasien dengan gangguan jiwa dan

tempat bagi pasien yang telah sembuh dan tidak memiliki keluarga. Adapun
yayasan ini dipilih peneliti karena yayasan ini menjalankan program rehabilitasi
yang telah terstandart dari Kementerian Sosial Republik Indonesia. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017.
4.5.Pertimbangan etik penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti lulus uji etik dari komisi etik
penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU, dan kemudian mendapat
persetujuan dari Institusi Pendidikan yaitu program Sarjana Fakultas keperawatan
USU serta izin pengumpulan data dari Ketua Pembina Yayasan Kahapi Sei Rotan.

Universitas Sumatera Utara

30

Objek penelitian ini adalah manusia maka pertimbangan etik sangat penting
dilaksanakan. Penelitian akan menggunakan prinsip autonomy yaitu responden
mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tanpa
ada sanksi apapun dan responden tidak mengalami kerugian, peneliti harus
memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta bertanggung
jawab jika sesuatu yang terjadi kepada responden.

Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk melanjutkan
menjadi subjek penelitian. Kerahasiaan data responden dijaga, untuk itu perlu
adanya

Informed

consent(meminta

kesediaan

responden

untuk

menjadi

responden), anonymity (tanpa nama) dan kode tertentu. Kerahasiaan informasi
yang diberikan responden dijamin oleh peneliti dan data-data yang diperoleh dari
responden mutlak digunakan untuk keperluan penelitian tidak untuk keperluan
yang lain.

4.6.Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yang
didasarkan pada tinjauan pustaka. Kuesioner dibagi menjadi 2 bagian yakni:
4.6.1. Kuesioner Demografi
Kuesioner demografiyang berisi tentang pertanyaan untuk mendapatkan
data identitas yang terdiri dari : diagnosa medis, riwayat hospitalisasi klien
napza, usia pertama kali dirawat, dirawat pertama kali tahun berapa, jenis
narkoba yang dipakai, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan terakhir,
status perkawinan, penghasilan per bulan.

Universitas Sumatera Utara

31

4.6.2. Kuesioner Kepatuhan
Penelitimembuat kuesioner berdasarkan teori kepatuhan milik Brunner
dan Sudarth (2002). Kuesioner kepatuhan klien napza dalam mengikuti
program rehabilitasi terdiri dari 20item. Pengukuran instrumen berbentuk
skala guttman dengan dua pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Penilaian
kepatuhan dalam mengikuti program rehabilitasi ini dikategorikan menjadi

dua yaitu ya dan tidak, jawaban “ya” diberi skor 1 dan “tidak” diberi skor0.
Skor tertinggi yakni 20 dan skor terendah yakni 0. Dan untuk mendapatkan
total skor yakni skor tertinggi-skor terendah. Dapat dikatakan tidak patuh
apabila terletak pada skor 0-10. Dan dikatakan patuh apabila terletak pada
skor 11-20.
4.7.Uji Validitas dan Reliabilitas
4.7.1 Uji Validitas
Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila instrumen itu mampu mengukur sesuatu yang
seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Sebuah instrumen
dianggap valid jika instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk
mengukur apa yang akan diukur (Setiadi,2013).Kuesioner penelitian divalidasi
dengan menggunakan validasi isi (content validity index) yang diuji olehahli
di bidang kepatuhan klien napza dalam mengikuti program rehabilitasi.
Kuesioner yang digunakan peneliti diuji oleh dosen Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yaitu Roxsana Devi Tumanggor, S.Kep, Ns,
MNurs (MntlHlth) Adapun perbaikan yang dilakukan pada kuesioner terkait

Universitas Sumatera Utara


32

perubahan total redaksi kalimat. Yakni pada kuesiner no 1 “Bagaimana sikap
anda terhadap semua larangan yang ada di yayasan?” menjadi “Saya ingin ada
profesional kesehatan yang mendengarkan semua permasalahan yang saya
alami”.Kuesioner no 2 yakni “Bagaimana sikap anda semua perintah dari
pembina?” menjadi “Saya ingin ada profesional kesehatan yang mendukung
saya dalam program pengobatan yang saya jalankan”.Kuesioner no 3 yakni “Apa
sikap anda terhadap kegiatan harian di yayasan?” menjadi “Saya akan

berpartisipasi dalam program berbasis komunitas”. Kuesioner no 4 yakni
“Bagaimana sikap anda sewaktu program konseling?” menjadi “Saya akan
mengikuti penyuluhan kesehatan tentang bahaya narkoba di yayasan”.
Kuesioner no 5 yakni “Apa sikap anda saat sedang mengikuti program
detoksifikasi” menjadi “Saya bersikap baik pada anggota keluarga yang
datang mengunjungi”. Kuesioner no 6 yakni “Apa sikap anda saat mengikuti
komunikasi teraupetik” menjadi “Saya bisa berinteraksi dengan teman yang
sama sama menjalani program rehabilitasi”. Kuesioner no 7 yakni
“Bagaimana sikap anda terhadap kegiatan vokasional uang diberikan
pembina? menjadi “Saya menyikapi dengan baik semua instruksi pengobatan

untuk penyembuhan saya. Kuesioner no 8 yakni “Apa sikap anda tidak
mengikuti kegitan berjualan yang diberikan pembina?” menjadi “Saya merasa
tidak bergantung pada orang lain dalam proses rehabilitasi”. Kuesioner no 9
yakni “Apa sikap anda tidak ikut kegiatan berjualan yang diberikan pembina?”
menjadi “Saya merasa optimis sembuh dengan ikut program pengobatan
dalam rehabilitasi”. Kuesioner no 10 yakni “Apa sikap anda tidak menerima

Universitas Sumatera Utara

33

arahan pembina saat berada di tempat rehabilitasi?” menjadi “Saya
mempunyai kemauan yang kuat untuk bebas dari ketergantungan napza”.
Kuesioner no 11 yakni “Apa sikap anda saat tidak ikut kegiatan ibadah dri
arahan pembina?” menjadi “Saya mudah bergaul dengan teman teman yang
mengikuti rehabilitasi”. Kuesioner no 12 yakni “Apa sikap anda saat tidak ikut
kegiatan kelompok pemulihan dari pembina?” menjadi “Saya berusaha untuk
melawan keinginan untuk memakai napza kembali”. Kuesioner no 13 yakni
“Bagaimana sikap anda saat tidak mengikuti diet gizi dari tim medis?”
menjadi “Saya bersikap baik dalam menjalankan kegiatan harian di yayasan”.
Kuesioner no 14 yakni “Bagaimana sikap anda saat tidak mengikuti kegiatan
gotong royong dari arahan pembina?” menjadi “Keluarga adalah tempat yang
memberikan dukungan selama saya di rehabilitasi.” Kuesioner no 15 yakni
“Bagaimana sikap and saat tidak ikut kegiatan musyawarah rutin dari
pembina?” menjadi “Keluarga adalah contoh yang baik untuk penyembuhan
saya selama di rehabilitasi”. Ada penambahan sebnyak 5 pernyataan kalimat
yang dimasukkan dalam kuesioner, dari no 16-20. Yakni kuesioner no 16
“Saya bersikap baik dalam mendengarkan nasihat dari keluarga saya yang
memiliki keinginan untuk sembuh dari rehabilitasi”. Kuesioner no 17 “Saya
bersikap baik dalam mengikuti kegiatan ibadah. Kueysioner no 18 “Saya
membaca buku siraman rohani membantu dalam merefleksikan diri saya”.
Kuesioner no 19 “Saya akan terlibat dalam terapi keluarga dimana ada
anggota keluarga yang mampu memahami saya”. Kuesioner no 20 “Saya
bersikap baik dalam

mengikuti kegiatan gotong royong rutin selama

Universitas Sumatera Utara

34

mengikuti rehabilitasi”. Skor penilaian yang diberikan sebelumnya ialah 1 dan
kini setelah diubah redaksi kalimatnya menjadi 4. Mengubah jawaban yang
ada menjadi ya dan tidak pada kuesioner kepatuhan klien napza dalam
mengikuti program rehabilitasi.Menurut Polit & Beck(2012) suatu instrumen
dikatakan reliabel jika nilai koefisiennya lebih dari 0,7. Berdasarkan hasil
yang diperoleh oleh peneliti yakni 1 maka nilai koefisien lebih besar dari 0,7,
sehingga kuesioner tersebut dikatakan reliabel.
4.7.2. Uji reliabilitas
Reliabilitas

adalah

suatu

kesamaan

hasil

apabila

pengukurandilaksanakan pada waktu yang berbeda (Setiadi, 2013). Uji
reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden
dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang
merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuisioner.
Uji reliabilitas telah dilakukan pada 30 orang responden sudah sesuai dengan
kriteria peneliti di Panti Rehabilitasi Napza Bukit Doa. Uji reliabilitasi
menggunakanrumus KR 21.Dan hasil uji reliabilitasi yang baik adalah diatas
0,6 (Sujarweni,2014). Hasil pengukuran data yang telah dilakukan adalah
0,87. Hasil uji reliabilitas menunjukkan berada diatas 0,6 maka dapat
dikatakan bahwa responden konsisten dalam menjawab kuesioner.
4.8.Pengumpulan data
Tahap awal prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah
mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian mengirimkan permohonan

Universitas Sumatera Utara

35

izin pengambilan data pada Yayasan Kasih, Hati, Pikiran (Kahapi). Setelah
mendapat persetujuan dari Yayasan kasih, Hati, pikiran (Kahapi), peneliti
melaksanakan pengumpulan data di tempat Yayasan Kahapi dengan meminta
kesediaan pembina yayasan untuk mengumpulkan para responden dan meminta
kesediaan untuk mendampingi peneliti dalam memberikan kuesioner kepada
responden di aula. Kemudian peneliti melakukan pengenalan diri, pendekatan
kepada semua responden, dan menjelaskan tujuan datang ke yayasan Kahapi. Lalu
meminta kesediaan responden untuk menandatangani di informed consent sebagai
bentuk persetujuan bersedia sebagai responden. Peneliti memberikan kuesioner,
dan menjelaskan cara pengisian kuesioner dengan memberikan tanda checklist
pada tabel kuesioner sesuai dengan jawaban responden. Setelah semua responden
mengisi kuesioner tersebut, maka semua data dikumpulkan untuk dianalisis.
4.9.Analisa data
Setelah semua data terkumpul, peneliti akan melakukan analisa data melalui
beberapa tahap. Editing bertujuan untuk mengoreksi kembali isian lembar
kuesioner yang dikumpulkan oleh responden dengan memeriksa kelengkapan,
kesalahan pengisian dan konsistensi dari tiap jawaban hingga apabila ada
kekurangan dapat segera dilengkapi. Coding untuk mengklasifikasikan dan
memberi kode atas jawaban responden kemudian dimasukkan ke dalam lembar
kerja sehingga memudahkan pengolahan data. Entri data adalah memasukkan
atau menyusun data dengan komputer menggunakan program SPSS. Tabulasi
adalah pengelompokkan atau menyusun data hasil analisis dalam bentuk tabel
yang

dibuat

sesuai

dengan

maksud

dan

tujuan

penelitian.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai
Kepatuhan klien napza dalam mengikuti program rehabilitasi di YayasanKahapi
(Kasih, Hati, Pikiran) Desa Sei Rotan. Penelitian ini dilakukan pada bulan AprilMei 2017, dengan jumlah klien sebanyak 60 orang.
5.1.1. Karakteristik Klien Napza di Yayasan Kahapi Desa Sei Rotan
Deskripsikarakteristikklien

napza

terdiridaridiagnosa

medis,

riwayat

hospitalisasi klien napza, usia pertama kali dirawat, dirawat pertama kali tahun
berapa, jenis narkoba yang dipakai, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan
terakhir, status perkawinan, penghasilan per bulan.Data karakteristik ditampilkan
hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak akan
dianalisis.
Hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwaresponden yang
tidak memiliki diagnosa medis sebanyak 48 responden (80%). Sebanyak 38
responden (63,3%) mengikuti hospitalisasi yang pertama kali.Sebanyak 46
responden (76,7%) menggunakan napza jenis shabu-sabu. Sebanyak 26 responden
yang berumur 14-21 tahun (43,4%) adalah umur pertama kali dirawat. Sebanyak
15 responden (25%) yang dirawat pertama kali tahun 2016 dan tahun 2017.
Pengguna napza adalah laki-laki sebanyak 60 responden (100%). Tidak memiliki

36
Universitas Sumatera Utara

37

pekerjaan sebanyak 16 responden (26,7%). Berpendidikan SMA sebanyak 37
orang (61,7%). Status belum menikah sebanyak 41 orang (68,3%). Memiliki
penghasilan Rp 1.500.000 - Rp
2.500.000
Rp 2.500.000 –
3.500.000
> Rp 3.500.000 – Rp
4.500.000
> Rp 4.500.000

Frekuensi (F)

Persentase (%)

28
11

46,7
18,3

Rp 10

16,7

Umur
20 – 40 tahun
40 - 60 tahun

2

3,3
4

6,7

58
2

96,7
3,3

5.1.2. Kepatuhan klien napza dalam mengikuti program rehabilitasi
Hasil analisa data untuk kepatuhan klien napza dalam mengikuti program
rehabilitasi diperoleh bahwa responden yang memiliki respon patuh (100%).
Sedangkan yang memiliki respon tidak patuh (0%). Untuk lebih jelasnya tentang
kepatuhan klien napza dalam mengikuti program rehabilitasi dapat dilihat pada
tabel 5.2. Hasil kepatuhan ini didapat dari pernyataan yang diberikan untuk lebih
rinci dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.2.Distribusi Frekuensi dan Persentase Kepatuhan Klien Napza di
Yayasan Kahapi Sei Rotan(n=60)
Kategori

Frekuensi (F)

Patuh
Tidak Patuh

Persentase (%)
60

0

100
0

Universitas Sumatera Utara

40

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi dan Persentase Pernyataan Kepatuhan Klien
Napza Dalam Mengikuti Program Rehabilitasi di Yayasan Kahapi
Sei Rotan (n=60)
Pernyataan

1. Saya ingin ada professional kesehatan yang
mendengarkan semua permasalahan yang
saya alami.

Pilihan Jawaban
Ya
Tidak
F
%
F
%
56
93,3
4
6,7

2. Saya ingin ada professional kesehatan yang
mendukung saya dalam program pengobatan
yang saya jalankan

57

95

3

5

3. Saya akan berpartisipasi dalam program
berbasis komunitas.

57

95

3

5

4. Saya akan mengikuti penyuluhan kesehatan
tentang bahaya narkoba di yayasan.

58

96,7

2

3,3

5. Saya bersikap baik pada anggota keluarga
yang datang mengunjungi.
6. Saya bisa berinteraksi dengan teman yang
sama sama menjalani program rehabilitasi.

58

96,7

2

3,3

58

96,7

2

3,3

7. Saya menyikapi dengan baik semua
instruksi pengobatan untuk penyembuhan
saya.

57

95

3

5

8. Saya merasa tidak bergantung pada orang
lain dalam proses rehabilitasi.

37

61,7

23

38,3

9. Saya merasa optimis sembuh dengan ikut
program pengobatan dalam rehabilitasi.

57

95

3

38,3

10.Saya mempunyai kemauan yang kuat untuk
bebas dari ketergantungan napza.

58

96,7

2

5

11. Saya mudah bergaul dengan teman teman
yang mengikuti rehabilitasi.

58

96,7

2

3,3

Universitas Sumatera Utara

41

Pernyataan

12. Saya berusaha untuk melawan keinginan
untuk memakai napza kembali.
13. Saya bersikap baik dalam menjalankan
kegiatan harian di Yayasan.

Pilihan Jawaban
Ya
Tidak
F
%
F
%
56
93,3
4
6,7

59

14. Keluarga adalah tempat yang memberikan 59
dukungan selama saya di rehabilitasi.

98,3

98,3

1

1,7

1

1,7

15. Saya membaca buku siraman rohani
membantu dalam merefleksikan diri saya.

58

96,7

2

3,3

16. Saya akan terlibat dalam terapi keluarga
dimana ada anggota keluarga yang mampu
memahami saya.

60

100

0

0

17. Saya bersikap baik
kegiatan ibadah.

mengikuti

60

0

0

18. Saya membaca buku siraman rohani
membantu dalam merefleksikan diri saya.

53

83,3

7

11,7

19. Saya akan terlibat dalam terapi keluarga
dimana ada anggota keluarga yang mampu
memahami saya.

56

93,3

4

6,7

20. Saya bersikap baik dalam mengikuti
kegiatan gotong royong rutin selama
mengikuti kegiatan gotong royong rutin
selama mengikuti rehabilitasi.

59

98,3

1

dalam

100

1,7

Universitas Sumatera Utara

42

5.2. Pembahasan
5.2.1. Kepatuhan klien napza
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwamayoritas klien napza
patuh (100%). Hal ini sejalan dengan penelitian Kosassy (2011) di RSUP Dr. M.
Djamil Padang bahwa sebagian besar responden patuh dalam mengikuti
pelaksanaan rehabilitasi.Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian
Anggleni (2010) bahwa klien yang tidak patuh mengikuti rehabilitasi lebih dari
separuh yaitu sebanyak 66,7%. Sehingga untuk memperoleh klien yang patuh
ditentukan olehlima dimensi yang saling terkait, yaitu faktor pasien, faktor terapi,
faktor sistem kesehatan, factor lingkungan dan faktor social ekonomi (BPOM,
2006).Diatas semua faktor itu,diperlukan komitmen yangkuat dan koordinasi yang
eratdari seluruh pihak (professionalkesehatan, peneliti, tenagaperencanaan dan
parapembuat keputusan) dalammengembangkan pendekatanmultidisiplin untuk
menyelesaikanpermasalahan ketidakpatuhanpasien ini.Secara umum, hal-hal yang
perludipahami dalam meningkatkantingkat kepatuhan adalah bahwa klien
memerlukandukungan, bukandisalahkan. Serta konsekuensi dari ketidakpatuhan
terhadap

terapijangka

panjang

adalah

tidaktercapainya

tujuan

terapidan

meningkatnya biayapelayanan kesehatan (BPOM, 2006).
Mengenai dengan faktor klien, hal ini selaras dengan status hospitalisasi
klien napza dan riwayat rawatan pertama kali saat mengikuti program rehabilitasi
paling banyak adalah hospitalisasi pertama kali dengan persentase 63,3% tahun
2016 dan pada tahun 2017 sebanyak 50%. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
tingkat kesadaran klien untuk rehabilitasi sudah cukup tinggi pada faktor klien

Universitas Sumatera Utara

43

(BPOM, 2006). Seorang pengguna napza yang mengikuti program rehabilitasi,
masih banyak dari mereka yang akan kembali menggunakan napza (kambuh). Hal
ini disebabkan oleh ada situasi atau benda benda tertentu yang dapat merangsang
mereka untuk kembali memakai napza. Ini suatu keadaan yang sangat merugikan
pecandu, keluarga dan masyarakat secara umum(UNODC, 2003). Di Amerika
Serikat (California), Koob, seorang ahli neurofarmakologi, mempunyai estimasi
bahwa 80% dari penyalahguna napza akan kembali memakai napza (Hukom,
2008). Berdasarkan hasil data demografi pada status napza yang dipakai paling
banyak ialah shabu dengan persentase 76,7%. Hasil survey dampak social
ekonomi penyalahgunaan dan peredaran narkoba tahun 2014 menunjukkan
sebagian besar pecandu memakai jenis shabu sebagai alasan untuk meningkatkan
stamina. Berdasarkan hasil data demografi status jenis kelamin klien napza yang
direhabilitasi mayoritas jenis kelamin laki-laki dengan persentase 100%.
Perbuatan melarikan diri dari rumah, mencuri, sikap membandel, memakai napza,
melanggar lalu lintas, gelandangan dan penggelapan lebih banyak dilakukan oleh
remaja laki-laki (Atmasasmita, 1985). Usia 20 tahun dengan persentase 18,3%,
disimpulkan bahwa usia remaja adalah 13-21 tahun,yang terbagi dalam usia
remaja awal yaitu 13-17 tahun dan remaja akhir yaitu 17-21 tahun
(Harlock,1999).

Tugas

perkembangan

masa

remaja

ini

disertai

oleh

berkembangnya kapasitas intelektual, stress dan harapan baru yang dialami remaja
membuat mereka mudah mengalami gangguan baik pikiran, perasaan dan perilaku
sehingga membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan
(Fuhrmann,1990). Sebagian besar pendidikan responden yaitu SMA 61,7% (37

Universitas Sumatera Utara

44

orang). Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah
laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin selektif memilih tempat
pelayanan kesehatan. Sebagian besar responden yang tidak bekerja sebanyak
26,7% dengan penghasilan