Kepatuhan Klien Napza Dalam Mengikuti Program Rehabilitasi di Yayasan Kasih, Hati dan Pikiran (Kahapi)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepatuhan
2.1.1. Teori Kepatuhan
Menurut Yandianto Kamus Umum Bahasa Indonesia (2009), patuh adalah
suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku
sesuai aturan dan berdisiplin. Menurut Sarafino dalam Slamet (2007), kepatuhan
adalah melaksanakan cara dan perilaku yang disarankan oleh orang lain, dan
kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif dalam mencapai
tujuan.
Kelman (2000) menyatakan bahwa perubahan sikap dan perilaku individu
dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi kemudian baru menjadi internalisasi.
Mula-mula individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk
melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari
hukuman/sanksi jika tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan
jika mematuhi anjuran tersebut tahap ini disebut tahap kesediaan, biasanya
perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat sementara, artinya bahwa tindakan
itu dilakukan selama masih ada pengawasan petugas. Tetapi begitu pengawasan
itu mengendur atau hilang, perilaku itupun ditinggalkan.
2.1.2. Faktor-faktor yang mendukung kepatuhan klien
Menurut Feuer Stein, et al (dalam Niven, 2002: 198) ada beberapa faktor
yang dapat mendukung sikap patuh pasien, diantaranya: Pendidikan adalah suatu
kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian atau proses perubahan
perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan
6
Universitas Sumatera Utara
7
jalan membina dan mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa rohni
(cipta, rasa, karsa) dan jasmani. Domain pendidikan dapat diukur dari
(Notoatmodjo, 2003) yakni; Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan
(knowledge), Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude), Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi pendidikan yang
diberikan. Lalu akomodasi yakni suatu usaha harus dilakukan untuk memahami
ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri
harus dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan. Memodifikasi
lingkungan dan sosial dengan membangun dukungan sosial dari keluarga dan
teman-teman sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk
membantu memahami kepatuhan terhadap program pengobatan. Program
pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien terlibat aktif dalam
pembuatan program tersebut. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan
dengan pasien. Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada
pasien setelah memperoleh informasi diagnosa (Milgram dalam endone, 2004).
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Brunner
dan Suddarth (2002) adalah:
Faktor Demografi, seperti usia, jenis kelamin, status sosio ekonomi dan
pendidikan. Tahun 2014 ada sebanyak 914.000 orang pengguna narkoba pada usia
12 tahun di dunia. Pada umumnya digunakan oleh para lelaki dengan status
ekonomi dan pendidikan menengah kebawah (Waseso,2015). Faktor Penyakit
seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi, Faktor Program
Universitas Sumatera Utara
8
Teraupetik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak
menyenangkan, Faktor Psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga
kesehatan, penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama
atau budaya, dan biaya finansial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti
regimen hal tersebut di atas juga ditemukan oleh Bart Smet (1994) dalam
psikologi kesehatan (dalam R Manyoe, 2014)
2.1.4. Pendekatan Praktis untuk meningkatkan Kepatuhan klien
Menurut Dinicola dan DiMatteo (dalam Niven, 2002: 194) menyebutkan
ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan
pasien, yaitu: Buat instruksi tertulis yang mudah diinterpretasikan, berikan
informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal lain. Jika seseorang diberi
suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat maka akan ada keunggulan
yaitu mereka akan ada keunggulan dan berusaha mengingat hal yang pertama
ditulis. Efek keunggulan ini telah terbukti. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan
bahasa umum (non-medis) dalam hal yang perlu ditekankan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak-patuhan yakni:
2.1.4.1. Pemahaman tentang instruksi
Tidak seorangpun dapat mematuhi instruksi, jika ia salah paham tentang
instruksi yang diterima. Ley dan Spetman (dalam Niven, 2002: 193),
menemukan bahwa lebih dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dokter
salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Hal ini
disebabkan kegagalan petugas kesehatan dalam memberikan informasi yang
Universitas Sumatera Utara
9
lengkap dan banyaknya instruksi yang harus diingat dan penggunaan istilah
medis.
2.1.4.2. Kualitas interaksi
Menurut Korcsh dan Negrete (dalam Niven, 2002: 194), kualitas interaksi
antara petugas kesehatan dan pasien merupakan bagian yang pentingdalam
menentukan derajat kepatuhan.
2.1.4.3. Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat mempengaruhi dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat menetukan
tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
2.1.4.4. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Keyakinan seseorang tentang kesehatan berguna untuk memperkirakan
adanya ketidakpatuhan. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang yang
mengalami depresi, ansietas sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki
ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan
perhatian pada diri sendiri (Niven, 2002:195).
Menurut Neil Niven (2002: 193) mengungkapkan derajat ketidak patuhan itu
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: Kompleksitas prosedur pengobatan, derajat
perubahan gaya hidup yang dibutuhkan , lamanya waktu dimana pasien harus
mematuhi program tersebut, apakah program itu berpotensi menyelamatkan
hidup.
Universitas Sumatera Utara
10
2.2. Napza
2.2.1. Pengertian dan Istilah Napza
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 40 tahun 2013:
2.2.1.1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintesis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
2.2.1.2.
Tanaman
Narkotika
adalah
jenis
tanaman
tertentu
yang
mengandung zat yang dapat dikategorikan kedalam jenis narkotika yang
ditemukan di ladang atau tempat lainnya dalam keadaan masih tertanam
atau hidup.
2.2.1.3. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan untuk pembuatan narkotika sebagaimana dibedakan
dalam tabel yang terlampir dalam UU NO.35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Binfar kemkes, 2015).
2.2.2. Penggolongan NAPZA
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.13 tahun 2014 tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika: Daftar Narkotika golongan I: Tanaman Papaver
Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya kecuali
bijinya. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri diperoleh dari buah
tanaman Papaver Somniferum Ldengan atau tanpa mengalami pengolahan
Universitas Sumatera Utara
11
sekedarnya untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar
morfinnya.
Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya. Daun koka,daun yang belum atau
sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus
Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara
langsung atau melalui perubahan kimia.
Tanaman ganja, semua tanaman genus canabis dan semua bagian dari tanaman
termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja
termasuk damar ganja atau hasis.
Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.
Delta 9 Tetrahydrocannabinoldan semua bentuk stereo kimianya. Asertofina :3-0Acetiltetrahidro-7-a-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-endoeteno-oripavina (Mboi,
2014).
2.2.3. Jenis NAPZA yang sering disalah-gunakan
2.2.3.1. Opioida
Opioida dihasilkan dari getah opium poppy yang diolah menjadi morfin,
kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putau , dimana
putau
mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik mempunyai
kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opioida atau opiate biasanya
digunakan dokter sebagai analgetika kuat berupa pethidin, methadone, talwin,
codein dan lain lain.
Universitas Sumatera Utara
12
Opiate disalahgunakan dengan cara disuntik atau dihisap, dengan nama
jalanannya adalah putau, ptw, black heroin, brown sugar. Opiate dibagi
dalam 3 golongan besar, yaitu:
2.2.3.1.1. Opiate alamiah: morfin, opium, codein
2.2.3.1.2. Piate semi sintetik: heroin/putau, hidromorfin
2.2.3.1.3. Piate sintetik: meperidin, proposipen, metadon.
2.2.3.2. Kokain
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan
zat yang sangat berbahaya.Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari
tanaman belukar erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan,
dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah kunyah-penduduk
setempat untuk mendapatkan efek stimulan.Kokain mempunyai 2 bentuk,
yaitu kokain hidroklorid dan free base.Nama jalanan darikokain adalah
koka, coke, happy dust, charlie, snow/salju, putih(Mboi, 2014).
2.2.3.3. Kanabis
Kanabis (ganja) mengandung delta-9 tetra-hidrokanabinol (THC).
Ganja yang dibentuk seperti rokok
merupkan tanaman yang sudah
dikeringkan dan dirajang , kemudian dilinting seperti tembakau. Komplikasi
yang mungkin terjadi adalah sindrom amotivasional, yaitu sekumpulan
gejala yang timbul karena penggunaan ganja dalam jangka waktu yang
lama dan dalam jumlah yang banyak sehingga mengakibatkan kemampuan
bicara, baca, hitung akan menurun, kemampuan dan keterampilan sosial
terhambat, menghindari persoalan bukan mnyelesaikannya, gerak anggota
Universitas Sumatera Utara
13
badan lambat, perhatian terhadap lingkungan sekitar berkurang sampai tidak
bereaksi sama sekali ketika dipanggil, mudah percaya mistik, kurang
semangat dalam bersaing dan kurang memikirkan masa depan (Mboi, 2014).
2.2.3.4 Amfetamin
Nama generik amfetamin adalah D-pseudo efinefrin, yang digunakan
sebagai dekongestan. Amfetamin terdiri dari 2 jenis yaitu MDMA
(Methilene dioxy methamphetamine)/ekstasi dan metamfetamin (sabusabu). Penggunaannya melalui oral dalam bentuk pil, kristal yang dibakar
dengan menggunakan kertas aluminium foil dan asapnya dihisap atau
dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong) atau
kristal yang dilarutkan disuntikkan melalui intravena (Mboi, 2014).
2.2.3.5 Lysergic acid (LSD)
Lysergic acid biasa didapatkan berbentuk seperti kertas berukuran kotak
kecil, sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, ada
juga berbentuk pil, kapsul. Cara penggunaannya dengan meletakkan LSD
pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30-60 menit dan hilang setelah
8-12 jam(Mboi, 2014).
2.2.3.6 Sedatif hipnotik (Benzodiazepine)
Sedatif (obat penenang) hipnotik (obat tidur) yang disalah gunakan
adalah benzodiazepam (nitrazepam, flunitrazepam) (Mboi, 2014).
2.2.3.7 Solvent / Inhalasia
Universitas Sumatera Utara
14
Inhalan adalah zat yang berbentuk gas dan dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan (paru-paru). Zat tersebut hanya dapat digunakan
dengan cara di hirup (Mboi, 2014).
2.2.3.8. Alkohol
Alkohol diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah, atau umbi
umbian. Hasil fermentasi ini dapat diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih
dari 15%, tetapi dengan proses penyulingan dapat dihasilkan alkohol dengan
kadar yang lebih tinggi, bahkan mencapai 100%. Alkohol adalah zat yang
banyak dikonsumsi orang melalui minuman (bir 2-5% alkohol, anggur 1040%, wiski, vodka 40-50% alkohol) (Mboi, 2014).
Berikutdaftar nama narkotika baru yang telah diatur dalam Permenkes No
2/2017 antara lain adalah sebagai berikut:
Jenis Narkoba
Turunan Narkotika
Efek Samping
Methylone (MDMC)
Cathinone
Stimulan, halusinogen, insomnia,
symphathomimetic
Mephedrone (4-MMC)
Cathinone
Stimulan, meningkatkan detak
jantung, harmful
Pentedrone
Cathinone
Psychostimulant
4 MEC
Cathinone
Emphatogenic
MDPV
Cathinone
Euphoria, stimulan, efek
aphrodisiac, efek emphatogenic
Jenis Narkoba
Turunan Narkotika
Efek Samping
Universitas Sumatera Utara
15
MDHP
Cathinone
Psychostimulant
JWH-018
Syntetic
Halusinogen, efek cannabinoid,
Cannabinoid
toxic
Syntetic
Halusinogen, efek cannabinoid,
Cannabinoid
toxic
Phenethylamine
Stimulan, efek lebih rendah dari
XLR-11
DMA
(Dimethylamphetamin)
methamphetamine
5-APB
Phenethylamine
Stimulan, emphatogenic
6-APB
Phenethylamine
Euphoria
PMMA
Phenethylamine
Stimulan, halusinogen, insomnia,
symphathomimetic
2C-B
Phenethylamine
Halusinogen
DOC
Phenethylamine
Euphoria, archetypal psychedelic
251-NBOME
Phenethylamine
Stimulan, halusinogen, toxic
25C-NBOME
Phenethylamine
Stimulan, halusinogen, toxic
Tembakau Gorilla
(5-fluoro-ADB)
Metil 2-{[1(5fluoropentil)-1Hindazol–3karbonil]amino}3,3-dimetilbutanoat
Benzodiazepin
Kehilangan
Kesadaran,kecanduan, toxic.
Depresi, Gangguan koordinasi
dan berbicara, Bingung atau
disorientasi, Gangguan
konsentrasi dan memori,
Penurunan pada tekanan darah
dan frekuensi napas
Tabel 2.1. Daftar nama narkotika terbaru dalam Permenkes No 2/2017
Dumolid (Nitrazepam)
2.2.4. Tanda dan gejala
Universitas Sumatera Utara
16
Tanda dan gejala yang ditampilkan akibat intoksikasi dan putus zat berbeda
beda, tergantung pada zat yang dikonsumsi. Tanda dan gejala dapat dilihat secara
langsung, baik tanda tanda fisik ataupun non fisik.
Tanda-tanda non fisik yang biasa ditampakkan dirumah, meliputi:
Membangkang terhadap teguran orang tua, tidak mau mempedulikan peraturan
keluarga, mulai melupakan tanggung jawab rutinnya di rumah, malas mengurus
diri, sering tersinggung dan mudah marah.
Tanda-tanda non fisik yang biasa ditampakkkan di sekolah, meliputi:
Prestasi di sekolah tiba-tiba menurun mencolok, membolos sekolah, tidak disiplin,
perhatian terhadap lingkungan tidak ada, sering kelihatan mengantuk di sekolah,
sering keluar dari kelas pada jam pelajaran dengan alasan ke kamar mandi
(Lisa,2013)
2.2.5. Mekanisme Penggunaan NAPZA Dalam Tubuh
Mekanisme kerja obat dalam tubuh merupakan suatu keadaan dimana obat
tersebut merangsang susunan saraf pusat untuk bekerja sesuai dengan
karakteristik zat yang akan digunakan.Zat yang masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sinyal penghantar syaraf (sistem neurotransmitter dalam sistem
syaraf pusat) yang dapat menggangu fungsi-fungsi antara lain kognitif (pikiran,
memori), afektif (alam perasaan) dan psikomotor perilaku (Lisa,2013).
Universitas Sumatera Utara
17
2.2.6. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan napza pada
seseorang. Berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab
timbulnya penyalahgunaan napza terdiri dari:
2.2.6.1 Faktor zat
Tidak semua zat yang digunakan akan memberikan pengaruh yang
sama bagi pemakai. Dalam hal ini hanya obat dengan pengaruh
farmakologik tertentu yang akan menimbulkan gangguan penyalahgunaan
napza, baik yang akan menimbulkan ketergantungan.
2.2.6.2 Faktor Individu
Tiap
individu
memiliki
perbedaan
tingkat
resiko
untuk
menyalahgunakan Napza. Faktor yang mempengaruhi individu terdiri dari
faktor kepribadian dan faktor konstitusi. Di bawah ini merupakan beberapa
alasan yang berasal dari diri sendiri (Lisa, 20013).
2.2.6.3 Faktor Lingkungan Sosial
Faktor lingkungan sosial adalah faktor dimana individu melakukan
interaksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Faktor ini mencakup
faktor keluarga dan faktor sosial lainnya, misalnya pada keluarga yang
kurang harmonis, lingkungan pergaulan individu, komunikasi orang tua dan
anak kurang baik, orang tua yang bercerai atau kawin lagi, orang tua
terlampau sibuk, orang tua yang acuh dan otoriter, kurangnya orang yang
menjadi teladan dalam hidupnya dan kurangnya beragama (Lisa, 2013).
Universitas Sumatera Utara
18
2.2.7. Proses Terjadinya Penyalagunaan dan Ketergantungan Napza
Proses terjadinya ketergantungan NAPZA dapat dilihat dibawah ini:
2.2.7.1. Abstinence adalah berhenti total menggunakan NAPZA
2.2.7.2. Eksperimental adalah penggunaan NAPZA yang bersifat coba
coba, tanpa motivasi tertentu dan hanya didorong oleh perasaan ingin tahu
saja.
Ciri khas penggunaan NAPZA untuk penggunaan eksperimental berupa,
Frekuensi Penggunaanyang bersifat occasional, biasanya beberapa kali dalam
sebulan, pada saat liburan atau berkumpul dengan teman teman.Dari sumber zat,
biasanya obat didapat dari teman sebaya.Karena alasan penggunaan seperti rasa
ingin tahu, solidaritas, agar diterima oleh kelompok, menginginkan tantangan.
Untuk mendapatkan efek yang diinginkan, pengguna akan merasa euphoria dalam
jumlah kecil dapat menyebabkan intoksikasi, perasaan yang diinginkan meliputi
perasaan senang, diterima, kontrol.Penyalahgunaan Napza adalah penyalahgunaan
yang bersifat patologis,dipakai secara rutin (berlangsung selama 1 bulan), terjadi
penyimpangan perilaku dan gangguan fisik di lingkungan sosial. Cara
mendapatkannya dari teman, mencuri untuk mendapatkan uang untuk membeli
zat, menjual zat dan menyimpan sebagian untuk konsumsi sendiri. Demi
mendapatkan efek merasa normal kembali dari perasaan sakit, penurunan dalam
aktivitas ekstrakurikuler (Sumiati, 2009)
Ketergantungan adalah penggunaan NAPZA yang cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik psikologik yang ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma
Universitas Sumatera Utara
19
putus obat. Ciri khas penggunaan NAPZA untuk ketergantungan yakni: Frekuensi
penggunaan setiap hari atau terus menerus. Sumber zat berupa menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan zat, mengambil resiko yang serius, sering
melakukan tindakan kriminal, seperti merampok dan mencopet. Alasan
menggunakan zat seperti membutuhakan zat untuk menghilangkan sakit dan
depresi, untuk melarikan diri dari kenyataan, menggunakan karena di luar kontrol.
Efek yang dirasakan, pada saat tidak menggunakan zat, klien akan merasa sakit
atau tidak nyaman, zat membantu mereka untuk merasa normal, pengguna tidak
merasa euphoria pada tahap ini, kemungkinan ada perasaan ingin bunuh diri,
merasa bersalah, malu, ditolak, merasa adanya perubahan emosi, seperti depresi,
agresif, cepat tersinggung, dan apatis. Ciri-ciri pengguna berupa perubahan fisk,
seperti penurunan berat badan, masalah kesehatan, penampilan yang buruk,
kemungkinan mengalami hilang ingatan, flash back, paranoid, perubahan mood,
dan gangguan mental lainnya. Kemungkinan drop out dari sekolah atau
dikeluarkan dari pekerjaan. Sering keluar rumah, kemungkinan over dosis.
Tertangkap, terutama pada saat menggunakan zat/ relapse. Ciri khas penggunaan
NAPZA untuk relapse:Relapse merupakan keadaan dimana seseorang yang
memiliki riwayat penggunaan NAPZA setelah mampu berhenti dalam jangka
waktu tertentu kembali menggunakan NAPZA yang bisa disebabkan oleh
berbagai faktor (Prabowo, 2014)
2.2.8. Bahaya Penyalahgunaan NAPZA
Bahaya penyalahgunaan NAPZA (BNN, 2009) adalah: Bahaya terhadap diri
pemakai berupa merubah kepribadian si pemakai. Merubah perilaku menjadi masa
Universitas Sumatera Utara
20
bodoh, pemurung, memarah, dan melawan terhadap siapapun. Semangat kerja
atau semangat belajar menurun, suatu saat bersikap seperti orang yang mengalami
gangguan jiwa. Tidak ragu melanggar norma masyarakat. Tidak segan menyiksa
diri untuk menghilangkan rasa nyeri. Bahaya terhadap keluarga berupa: tidak
segan mencuri uang dan barang keluarga untuk membeli NAPZA. Tidak sopan
dan melawan orang tua. Tidak menghargai harta untuk keluarga (merusak
barang). Mencemarkan nama baik keluarga. Bahaya terhadap lingkungan
masyarakat. Berbuat tidak senonoh (mesum) dengan orang lain. Mengambil dan
mencuri harta milik tetangga atau orang lain. Menggangguketertiban umum.
Tidak merasa menyesal apabila melakukan kesalahan atau pelanggaran. Bahaya
terhadap bangsa dan negara berupa: rusaknya mental dan fisik generasi muda.
Kehilangan rasa patriotisme dan cinta bangsa. Dipengaruhi pihak lain untuk
menghancurkan negara (Prabowo, 2014).
2.2.9. Dampak Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA
Penggunaan NAPZA dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi:
Kesehatan membuat organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem
syaraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain seperti
jantung,
paru-paru,
hati,
ginjal
dan
panca
indera.Tetapi
sebenarnya
penyalahgunaan NAPZA membahayakan seluruh tubuh. Sudah terlalu banyak
kasus kematian terjadi akibat pemakaian NAPZA, terutama karena pemakaian
berlebih (over dosis) dan kematian AIDS (akibat pemakaian NAPZA melalui
jarum suntik bersama dengan orang yang sudah terinfeksi HIV).Pendidikan
membuat
kebiasaan
malas,
sering
bolos,
dikeluarkan
dari
sekolah.
Universitas Sumatera Utara
21
Pekerjaanmenimbulkan konflik dengan teman kerja, tidak masuk kantor,
pemutusan hubungan kerja (PHK).Ekonomi menimbulkan kerugian materi yang
mengakibatkan kemiskinan. Sosial dan psikologis, Ketergantungan pada NAPZA
menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan,
pikiran, dan perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. Hukum, misalnya
terlibat kasus-kasus pencurian, perampokan atau pembunuhan (Prabowo,2014).
2.2.10. Upaya Penanggulangan Masalah NAPZA
Upaya penanggulangan masalah NAPZA bertujuan untuk menghentikan
samasekali (abstinensia), mengurangi frekuensi/keparahan relapse, memperbaiki
fungsi psikologi dan adaptasi sosial.
2.2.10.1. Preventif
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara:Latihan afirmasi,
misalnya mengatakan kepada diri sendiri “Say no to drugs”, tak pernah
mencoba walaupun hanya 1 kali.Menolak ajakan (negosiasi) teman,
seperti:Menolak ajakan yang tidak bermanfaat (mabuk, nonton film porno).
Menolak ajakan yang jelas merugikan dan melanggar kesopanan. Menolak
ajakan untuk melakukan perbuatan yang menakutkan atau mencurigakan
(mengedarkan NAPZA). Menolak pengaruh atau ajakan teman tidak harus
dilakukan kasar atau marah, tetapi dapat dilakukan dengan halus dan sopan,
tetapi, tegas dan dengan alasan yang masuk akal. Dengan cara yang baik tetapi
tegas (asertif), teman yang mengajak dapat mengerti dan akan berhenti merayu
atau memaksa.Deteksi dini atau pengenalan sedini mungkin ciri-ciri :
Pengguna NAPZA, sikapnya suka bohong, mencuri, sering berkelahi. Didalam
Universitas Sumatera Utara
22
keluarga seperti kurang memberi perhatian, komunikasi tidak baik. Penyebaran
informasi melalui media massa, misalnya iklan. Pendidikan efektif, misalnya
terampil menyelesaikan masalah secara konstruktif. Pemberian alternatif,
misalnya mengadakan aktifitas dan memberi kesempatan mengembangkan diri
dalam aktifitas tersebut. Latihan ketahanan sosial, misalnya meningkatkan
pertahanan diri, menolak, membuat permintaan untuk berdiskusi dengan orang
lain.Peningkatan kemampuan, misalnya menyelesaikan masalahnya dan
mengendalikan diri.
2.2.10.2. Kuratif
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara:Detoksikasi bertujuan untuk
mengurangi gejala putus zat, membantu klien terhindar dari pengobatan sendiri
dangan
zat
ilegal,
mempersiapkanuntuk
(maintenance/rehabilitasi).Maintenance
program
(pemeliharaan),
klien
lanjutan
diberikan
substitusi setelah detoksifikasi untuk jangka panjang, misalnya dengan
naltrekson, bufrenorfin atau metadon.Terapi psikososial seperti konseling
(termasuk komunikasi teraupetik), psikotropika, terapi kelompok, terapi
keluarga dan terapi lingkungan. Termasuk juga pemberian pendidikan,
misalnya agama.
2.2.10.3. Berbagai modalitas terapi dan pendekatan
Therapeutic Community –TC Model, model ini merujuk pada keyakinan
bahwa gangguan penggunaan Napza adalah gangguan pada seseorang secara
menyeluruh. Dalam hal ini norma-norma perilaku diterapkan secara nyata dan
ketat yang diyakinkan dan diperkuat dengan memeberikan reward dan sangsi
Universitas Sumatera Utara
23
yang spesifik secara langsung untuk mengembangkan kemampuan mengontrol
diri dan sosial/komunitas.
Model Medik, model ini berbasis pada biologik dan genetik atau fisiologik
sebagai penyebab adiksi yang membutuhkan pengobatan dokter dan memerlukan
farmakoterapi untuk menurunkan gejala serta perubahan perilaku. Program ini
dirancang berbasis rumah sakit dengan program rawat inap sampai kondisi bebas
dari rawat inap atau kembali ke fasilitas di masyarakat.
Model Minnesota, dikembangkan dari Hazelden Foundation dan Johnson
Institute. Model ini fokus pada abstinen atau bebas Napza sebagai tujuan utama
pengobatan. Model Minesota menggunakan program selama tiga sampai enam
minggu rawat inap dengan lanjutan aftercare, termasuk mengikuti program self
care group(Alcohol Anonymous or Narcotics Anonymous).
Model Ekletik, menerapkan pendekatan secara holistik dalam program
rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melalui penerapan program 12
langkah merupakan pelengkap program TC yang menggunakan pendekatan
perilaku, hal ini sesuai dengan jumlah dan variasi masalah yang ada pada setiap
pasien adiksi.
Model Multi Disiplin, merupakan pendekatan yang lebih komprehensif
dengan menggunakan komponen disiplin yang terkait termasuk reintegrasi dan
kolaborasi dengan keluarga dan pasien.
Model Tradisional, tergantung pada kondisi setempatdan terinspirasi dari halhal praktis dan keyakinan yang selama ini sudah dijalankan. Komponen dasar
terdiri dari: medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan keyakinan yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
24
oleh sistem lokal contoh: pondok pesantren, pengobatan tradisional/herbal
(www.kepmen-kes-no420 tahun 2016).
Faith Based Model, sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak
menggunakan farmakoterapi.
2.2.10.4. Panduan program rehabilitasi Napza
Komponen panduan program rehabilitasi napza yakni: Medik/klinismenyediakan layanan medis/psikiatris secara profesional pada tempat dan saat
diperlukan serta mampu untuk menentukan baik kondisi fisik maupun
psikologis pasien. Merencanakan diet nutrisi/gizi yang dibutuhkan pasien.
Melakukan pemeriksaan HIV, Hepatitis B/C dan IMS serta melakukan
tindakan yang sesuai termasuk VCT (Voluntar, Counseling and Testing) dan
PITC (Provider Initiated Testing and Counseling). Menyediakan pendidikan
agama dan mendorong pasien untuk melaksanakan kegiatan ibadah sesuai
kepercayaan mereka. Layanan/Terapi Keluarga untuk mendorong pasien yang
menolak masuk ke dalam program pengobatan dan juga memelihara dukungan
kepada pasien dalam proses pemulihan. Mengajarkan pasien untuk mengenali
situasi dengan risiko tinggi dan pencetus yang mungkin menyebabkan
menggunakan napza kembali, untuk mengembangkan strategi kemampuan
menghadapi tekanan dari luar dan belajar untuk mengelola situasi slip
(Kepmenkes, 2016).
Aftercare, suatu lanjutan dari layanan perawatan seperti dukungan kepada
kelompok pemulihan, konseling, latihan keterampilan hidup, penempatan
kerja, rujukan dan layanan lain sesuai kebutuhan pasien. Memberikan
Universitas Sumatera Utara
25
hubungan terapeutik antara pasien yang membutuhkan bantuan dengan
konselor (konseling). Membantu pasien dalam kebutuhan bantuan hukum.
Mengajarkan untuk mampu bersosialisasi dan keterampilan bekerja untuk
pasien sesuai minat dan kompetensi (terapi vokasional). Mengembangkan
keterampilan sosial untuk berkomunikasi lebih baik (latihan keterampilan
hidup). Melanjutkan pendidikan formal yang relevan dengan kemampuan
pasien, meningkatkan pengetahuan tentang konsekuensi gaya hidup berisiko
dan lain-lain (Kepmenkes, 2016).
Program rehabilitasi yang dijalankan pada yayasan Kahapi berlangsung
selama enam bulan. Berupa program detoksifikasi berlangsung selama 7-10
hari. Program konseling berlangsung sekali dalam seminggu selama 1 jam
diruang konseling. Terapi kelompok berlangsung 2x1 minggu selama 30 menit.
Program pendidikan dan latihan berlangsung selama 2x1 minggu selama 1 jam.
Program rekreasi berlangsung sekali setahun selama tujuh hari di tempat
tempat indah. Program psikologis sekali seminggu selama satu jam. Program
Vokasional dilakukan setiap hari selam 1 jam. Program pelayanan sosial
berupa kegiatan gotong royong dan musyawarah sekali seminggu.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepatuhan
2.1.1. Teori Kepatuhan
Menurut Yandianto Kamus Umum Bahasa Indonesia (2009), patuh adalah
suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku
sesuai aturan dan berdisiplin. Menurut Sarafino dalam Slamet (2007), kepatuhan
adalah melaksanakan cara dan perilaku yang disarankan oleh orang lain, dan
kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif dalam mencapai
tujuan.
Kelman (2000) menyatakan bahwa perubahan sikap dan perilaku individu
dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi kemudian baru menjadi internalisasi.
Mula-mula individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk
melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari
hukuman/sanksi jika tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan
jika mematuhi anjuran tersebut tahap ini disebut tahap kesediaan, biasanya
perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat sementara, artinya bahwa tindakan
itu dilakukan selama masih ada pengawasan petugas. Tetapi begitu pengawasan
itu mengendur atau hilang, perilaku itupun ditinggalkan.
2.1.2. Faktor-faktor yang mendukung kepatuhan klien
Menurut Feuer Stein, et al (dalam Niven, 2002: 198) ada beberapa faktor
yang dapat mendukung sikap patuh pasien, diantaranya: Pendidikan adalah suatu
kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian atau proses perubahan
perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan
6
Universitas Sumatera Utara
7
jalan membina dan mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa rohni
(cipta, rasa, karsa) dan jasmani. Domain pendidikan dapat diukur dari
(Notoatmodjo, 2003) yakni; Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan
(knowledge), Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude), Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi pendidikan yang
diberikan. Lalu akomodasi yakni suatu usaha harus dilakukan untuk memahami
ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri
harus dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan. Memodifikasi
lingkungan dan sosial dengan membangun dukungan sosial dari keluarga dan
teman-teman sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk
membantu memahami kepatuhan terhadap program pengobatan. Program
pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien terlibat aktif dalam
pembuatan program tersebut. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan
dengan pasien. Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada
pasien setelah memperoleh informasi diagnosa (Milgram dalam endone, 2004).
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Brunner
dan Suddarth (2002) adalah:
Faktor Demografi, seperti usia, jenis kelamin, status sosio ekonomi dan
pendidikan. Tahun 2014 ada sebanyak 914.000 orang pengguna narkoba pada usia
12 tahun di dunia. Pada umumnya digunakan oleh para lelaki dengan status
ekonomi dan pendidikan menengah kebawah (Waseso,2015). Faktor Penyakit
seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi, Faktor Program
Universitas Sumatera Utara
8
Teraupetik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak
menyenangkan, Faktor Psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga
kesehatan, penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama
atau budaya, dan biaya finansial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti
regimen hal tersebut di atas juga ditemukan oleh Bart Smet (1994) dalam
psikologi kesehatan (dalam R Manyoe, 2014)
2.1.4. Pendekatan Praktis untuk meningkatkan Kepatuhan klien
Menurut Dinicola dan DiMatteo (dalam Niven, 2002: 194) menyebutkan
ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan
pasien, yaitu: Buat instruksi tertulis yang mudah diinterpretasikan, berikan
informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal lain. Jika seseorang diberi
suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat maka akan ada keunggulan
yaitu mereka akan ada keunggulan dan berusaha mengingat hal yang pertama
ditulis. Efek keunggulan ini telah terbukti. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan
bahasa umum (non-medis) dalam hal yang perlu ditekankan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak-patuhan yakni:
2.1.4.1. Pemahaman tentang instruksi
Tidak seorangpun dapat mematuhi instruksi, jika ia salah paham tentang
instruksi yang diterima. Ley dan Spetman (dalam Niven, 2002: 193),
menemukan bahwa lebih dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dokter
salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Hal ini
disebabkan kegagalan petugas kesehatan dalam memberikan informasi yang
Universitas Sumatera Utara
9
lengkap dan banyaknya instruksi yang harus diingat dan penggunaan istilah
medis.
2.1.4.2. Kualitas interaksi
Menurut Korcsh dan Negrete (dalam Niven, 2002: 194), kualitas interaksi
antara petugas kesehatan dan pasien merupakan bagian yang pentingdalam
menentukan derajat kepatuhan.
2.1.4.3. Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat mempengaruhi dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat menetukan
tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
2.1.4.4. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Keyakinan seseorang tentang kesehatan berguna untuk memperkirakan
adanya ketidakpatuhan. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang yang
mengalami depresi, ansietas sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki
ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan
perhatian pada diri sendiri (Niven, 2002:195).
Menurut Neil Niven (2002: 193) mengungkapkan derajat ketidak patuhan itu
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: Kompleksitas prosedur pengobatan, derajat
perubahan gaya hidup yang dibutuhkan , lamanya waktu dimana pasien harus
mematuhi program tersebut, apakah program itu berpotensi menyelamatkan
hidup.
Universitas Sumatera Utara
10
2.2. Napza
2.2.1. Pengertian dan Istilah Napza
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 40 tahun 2013:
2.2.1.1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintesis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
2.2.1.2.
Tanaman
Narkotika
adalah
jenis
tanaman
tertentu
yang
mengandung zat yang dapat dikategorikan kedalam jenis narkotika yang
ditemukan di ladang atau tempat lainnya dalam keadaan masih tertanam
atau hidup.
2.2.1.3. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan untuk pembuatan narkotika sebagaimana dibedakan
dalam tabel yang terlampir dalam UU NO.35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Binfar kemkes, 2015).
2.2.2. Penggolongan NAPZA
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.13 tahun 2014 tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika: Daftar Narkotika golongan I: Tanaman Papaver
Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya kecuali
bijinya. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri diperoleh dari buah
tanaman Papaver Somniferum Ldengan atau tanpa mengalami pengolahan
Universitas Sumatera Utara
11
sekedarnya untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar
morfinnya.
Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya. Daun koka,daun yang belum atau
sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus
Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara
langsung atau melalui perubahan kimia.
Tanaman ganja, semua tanaman genus canabis dan semua bagian dari tanaman
termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja
termasuk damar ganja atau hasis.
Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.
Delta 9 Tetrahydrocannabinoldan semua bentuk stereo kimianya. Asertofina :3-0Acetiltetrahidro-7-a-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-endoeteno-oripavina (Mboi,
2014).
2.2.3. Jenis NAPZA yang sering disalah-gunakan
2.2.3.1. Opioida
Opioida dihasilkan dari getah opium poppy yang diolah menjadi morfin,
kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putau , dimana
putau
mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik mempunyai
kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opioida atau opiate biasanya
digunakan dokter sebagai analgetika kuat berupa pethidin, methadone, talwin,
codein dan lain lain.
Universitas Sumatera Utara
12
Opiate disalahgunakan dengan cara disuntik atau dihisap, dengan nama
jalanannya adalah putau, ptw, black heroin, brown sugar. Opiate dibagi
dalam 3 golongan besar, yaitu:
2.2.3.1.1. Opiate alamiah: morfin, opium, codein
2.2.3.1.2. Piate semi sintetik: heroin/putau, hidromorfin
2.2.3.1.3. Piate sintetik: meperidin, proposipen, metadon.
2.2.3.2. Kokain
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan
zat yang sangat berbahaya.Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari
tanaman belukar erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan,
dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah kunyah-penduduk
setempat untuk mendapatkan efek stimulan.Kokain mempunyai 2 bentuk,
yaitu kokain hidroklorid dan free base.Nama jalanan darikokain adalah
koka, coke, happy dust, charlie, snow/salju, putih(Mboi, 2014).
2.2.3.3. Kanabis
Kanabis (ganja) mengandung delta-9 tetra-hidrokanabinol (THC).
Ganja yang dibentuk seperti rokok
merupkan tanaman yang sudah
dikeringkan dan dirajang , kemudian dilinting seperti tembakau. Komplikasi
yang mungkin terjadi adalah sindrom amotivasional, yaitu sekumpulan
gejala yang timbul karena penggunaan ganja dalam jangka waktu yang
lama dan dalam jumlah yang banyak sehingga mengakibatkan kemampuan
bicara, baca, hitung akan menurun, kemampuan dan keterampilan sosial
terhambat, menghindari persoalan bukan mnyelesaikannya, gerak anggota
Universitas Sumatera Utara
13
badan lambat, perhatian terhadap lingkungan sekitar berkurang sampai tidak
bereaksi sama sekali ketika dipanggil, mudah percaya mistik, kurang
semangat dalam bersaing dan kurang memikirkan masa depan (Mboi, 2014).
2.2.3.4 Amfetamin
Nama generik amfetamin adalah D-pseudo efinefrin, yang digunakan
sebagai dekongestan. Amfetamin terdiri dari 2 jenis yaitu MDMA
(Methilene dioxy methamphetamine)/ekstasi dan metamfetamin (sabusabu). Penggunaannya melalui oral dalam bentuk pil, kristal yang dibakar
dengan menggunakan kertas aluminium foil dan asapnya dihisap atau
dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong) atau
kristal yang dilarutkan disuntikkan melalui intravena (Mboi, 2014).
2.2.3.5 Lysergic acid (LSD)
Lysergic acid biasa didapatkan berbentuk seperti kertas berukuran kotak
kecil, sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, ada
juga berbentuk pil, kapsul. Cara penggunaannya dengan meletakkan LSD
pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30-60 menit dan hilang setelah
8-12 jam(Mboi, 2014).
2.2.3.6 Sedatif hipnotik (Benzodiazepine)
Sedatif (obat penenang) hipnotik (obat tidur) yang disalah gunakan
adalah benzodiazepam (nitrazepam, flunitrazepam) (Mboi, 2014).
2.2.3.7 Solvent / Inhalasia
Universitas Sumatera Utara
14
Inhalan adalah zat yang berbentuk gas dan dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan (paru-paru). Zat tersebut hanya dapat digunakan
dengan cara di hirup (Mboi, 2014).
2.2.3.8. Alkohol
Alkohol diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah, atau umbi
umbian. Hasil fermentasi ini dapat diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih
dari 15%, tetapi dengan proses penyulingan dapat dihasilkan alkohol dengan
kadar yang lebih tinggi, bahkan mencapai 100%. Alkohol adalah zat yang
banyak dikonsumsi orang melalui minuman (bir 2-5% alkohol, anggur 1040%, wiski, vodka 40-50% alkohol) (Mboi, 2014).
Berikutdaftar nama narkotika baru yang telah diatur dalam Permenkes No
2/2017 antara lain adalah sebagai berikut:
Jenis Narkoba
Turunan Narkotika
Efek Samping
Methylone (MDMC)
Cathinone
Stimulan, halusinogen, insomnia,
symphathomimetic
Mephedrone (4-MMC)
Cathinone
Stimulan, meningkatkan detak
jantung, harmful
Pentedrone
Cathinone
Psychostimulant
4 MEC
Cathinone
Emphatogenic
MDPV
Cathinone
Euphoria, stimulan, efek
aphrodisiac, efek emphatogenic
Jenis Narkoba
Turunan Narkotika
Efek Samping
Universitas Sumatera Utara
15
MDHP
Cathinone
Psychostimulant
JWH-018
Syntetic
Halusinogen, efek cannabinoid,
Cannabinoid
toxic
Syntetic
Halusinogen, efek cannabinoid,
Cannabinoid
toxic
Phenethylamine
Stimulan, efek lebih rendah dari
XLR-11
DMA
(Dimethylamphetamin)
methamphetamine
5-APB
Phenethylamine
Stimulan, emphatogenic
6-APB
Phenethylamine
Euphoria
PMMA
Phenethylamine
Stimulan, halusinogen, insomnia,
symphathomimetic
2C-B
Phenethylamine
Halusinogen
DOC
Phenethylamine
Euphoria, archetypal psychedelic
251-NBOME
Phenethylamine
Stimulan, halusinogen, toxic
25C-NBOME
Phenethylamine
Stimulan, halusinogen, toxic
Tembakau Gorilla
(5-fluoro-ADB)
Metil 2-{[1(5fluoropentil)-1Hindazol–3karbonil]amino}3,3-dimetilbutanoat
Benzodiazepin
Kehilangan
Kesadaran,kecanduan, toxic.
Depresi, Gangguan koordinasi
dan berbicara, Bingung atau
disorientasi, Gangguan
konsentrasi dan memori,
Penurunan pada tekanan darah
dan frekuensi napas
Tabel 2.1. Daftar nama narkotika terbaru dalam Permenkes No 2/2017
Dumolid (Nitrazepam)
2.2.4. Tanda dan gejala
Universitas Sumatera Utara
16
Tanda dan gejala yang ditampilkan akibat intoksikasi dan putus zat berbeda
beda, tergantung pada zat yang dikonsumsi. Tanda dan gejala dapat dilihat secara
langsung, baik tanda tanda fisik ataupun non fisik.
Tanda-tanda non fisik yang biasa ditampakkan dirumah, meliputi:
Membangkang terhadap teguran orang tua, tidak mau mempedulikan peraturan
keluarga, mulai melupakan tanggung jawab rutinnya di rumah, malas mengurus
diri, sering tersinggung dan mudah marah.
Tanda-tanda non fisik yang biasa ditampakkkan di sekolah, meliputi:
Prestasi di sekolah tiba-tiba menurun mencolok, membolos sekolah, tidak disiplin,
perhatian terhadap lingkungan tidak ada, sering kelihatan mengantuk di sekolah,
sering keluar dari kelas pada jam pelajaran dengan alasan ke kamar mandi
(Lisa,2013)
2.2.5. Mekanisme Penggunaan NAPZA Dalam Tubuh
Mekanisme kerja obat dalam tubuh merupakan suatu keadaan dimana obat
tersebut merangsang susunan saraf pusat untuk bekerja sesuai dengan
karakteristik zat yang akan digunakan.Zat yang masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sinyal penghantar syaraf (sistem neurotransmitter dalam sistem
syaraf pusat) yang dapat menggangu fungsi-fungsi antara lain kognitif (pikiran,
memori), afektif (alam perasaan) dan psikomotor perilaku (Lisa,2013).
Universitas Sumatera Utara
17
2.2.6. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan napza pada
seseorang. Berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab
timbulnya penyalahgunaan napza terdiri dari:
2.2.6.1 Faktor zat
Tidak semua zat yang digunakan akan memberikan pengaruh yang
sama bagi pemakai. Dalam hal ini hanya obat dengan pengaruh
farmakologik tertentu yang akan menimbulkan gangguan penyalahgunaan
napza, baik yang akan menimbulkan ketergantungan.
2.2.6.2 Faktor Individu
Tiap
individu
memiliki
perbedaan
tingkat
resiko
untuk
menyalahgunakan Napza. Faktor yang mempengaruhi individu terdiri dari
faktor kepribadian dan faktor konstitusi. Di bawah ini merupakan beberapa
alasan yang berasal dari diri sendiri (Lisa, 20013).
2.2.6.3 Faktor Lingkungan Sosial
Faktor lingkungan sosial adalah faktor dimana individu melakukan
interaksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Faktor ini mencakup
faktor keluarga dan faktor sosial lainnya, misalnya pada keluarga yang
kurang harmonis, lingkungan pergaulan individu, komunikasi orang tua dan
anak kurang baik, orang tua yang bercerai atau kawin lagi, orang tua
terlampau sibuk, orang tua yang acuh dan otoriter, kurangnya orang yang
menjadi teladan dalam hidupnya dan kurangnya beragama (Lisa, 2013).
Universitas Sumatera Utara
18
2.2.7. Proses Terjadinya Penyalagunaan dan Ketergantungan Napza
Proses terjadinya ketergantungan NAPZA dapat dilihat dibawah ini:
2.2.7.1. Abstinence adalah berhenti total menggunakan NAPZA
2.2.7.2. Eksperimental adalah penggunaan NAPZA yang bersifat coba
coba, tanpa motivasi tertentu dan hanya didorong oleh perasaan ingin tahu
saja.
Ciri khas penggunaan NAPZA untuk penggunaan eksperimental berupa,
Frekuensi Penggunaanyang bersifat occasional, biasanya beberapa kali dalam
sebulan, pada saat liburan atau berkumpul dengan teman teman.Dari sumber zat,
biasanya obat didapat dari teman sebaya.Karena alasan penggunaan seperti rasa
ingin tahu, solidaritas, agar diterima oleh kelompok, menginginkan tantangan.
Untuk mendapatkan efek yang diinginkan, pengguna akan merasa euphoria dalam
jumlah kecil dapat menyebabkan intoksikasi, perasaan yang diinginkan meliputi
perasaan senang, diterima, kontrol.Penyalahgunaan Napza adalah penyalahgunaan
yang bersifat patologis,dipakai secara rutin (berlangsung selama 1 bulan), terjadi
penyimpangan perilaku dan gangguan fisik di lingkungan sosial. Cara
mendapatkannya dari teman, mencuri untuk mendapatkan uang untuk membeli
zat, menjual zat dan menyimpan sebagian untuk konsumsi sendiri. Demi
mendapatkan efek merasa normal kembali dari perasaan sakit, penurunan dalam
aktivitas ekstrakurikuler (Sumiati, 2009)
Ketergantungan adalah penggunaan NAPZA yang cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik psikologik yang ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma
Universitas Sumatera Utara
19
putus obat. Ciri khas penggunaan NAPZA untuk ketergantungan yakni: Frekuensi
penggunaan setiap hari atau terus menerus. Sumber zat berupa menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan zat, mengambil resiko yang serius, sering
melakukan tindakan kriminal, seperti merampok dan mencopet. Alasan
menggunakan zat seperti membutuhakan zat untuk menghilangkan sakit dan
depresi, untuk melarikan diri dari kenyataan, menggunakan karena di luar kontrol.
Efek yang dirasakan, pada saat tidak menggunakan zat, klien akan merasa sakit
atau tidak nyaman, zat membantu mereka untuk merasa normal, pengguna tidak
merasa euphoria pada tahap ini, kemungkinan ada perasaan ingin bunuh diri,
merasa bersalah, malu, ditolak, merasa adanya perubahan emosi, seperti depresi,
agresif, cepat tersinggung, dan apatis. Ciri-ciri pengguna berupa perubahan fisk,
seperti penurunan berat badan, masalah kesehatan, penampilan yang buruk,
kemungkinan mengalami hilang ingatan, flash back, paranoid, perubahan mood,
dan gangguan mental lainnya. Kemungkinan drop out dari sekolah atau
dikeluarkan dari pekerjaan. Sering keluar rumah, kemungkinan over dosis.
Tertangkap, terutama pada saat menggunakan zat/ relapse. Ciri khas penggunaan
NAPZA untuk relapse:Relapse merupakan keadaan dimana seseorang yang
memiliki riwayat penggunaan NAPZA setelah mampu berhenti dalam jangka
waktu tertentu kembali menggunakan NAPZA yang bisa disebabkan oleh
berbagai faktor (Prabowo, 2014)
2.2.8. Bahaya Penyalahgunaan NAPZA
Bahaya penyalahgunaan NAPZA (BNN, 2009) adalah: Bahaya terhadap diri
pemakai berupa merubah kepribadian si pemakai. Merubah perilaku menjadi masa
Universitas Sumatera Utara
20
bodoh, pemurung, memarah, dan melawan terhadap siapapun. Semangat kerja
atau semangat belajar menurun, suatu saat bersikap seperti orang yang mengalami
gangguan jiwa. Tidak ragu melanggar norma masyarakat. Tidak segan menyiksa
diri untuk menghilangkan rasa nyeri. Bahaya terhadap keluarga berupa: tidak
segan mencuri uang dan barang keluarga untuk membeli NAPZA. Tidak sopan
dan melawan orang tua. Tidak menghargai harta untuk keluarga (merusak
barang). Mencemarkan nama baik keluarga. Bahaya terhadap lingkungan
masyarakat. Berbuat tidak senonoh (mesum) dengan orang lain. Mengambil dan
mencuri harta milik tetangga atau orang lain. Menggangguketertiban umum.
Tidak merasa menyesal apabila melakukan kesalahan atau pelanggaran. Bahaya
terhadap bangsa dan negara berupa: rusaknya mental dan fisik generasi muda.
Kehilangan rasa patriotisme dan cinta bangsa. Dipengaruhi pihak lain untuk
menghancurkan negara (Prabowo, 2014).
2.2.9. Dampak Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA
Penggunaan NAPZA dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi:
Kesehatan membuat organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem
syaraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain seperti
jantung,
paru-paru,
hati,
ginjal
dan
panca
indera.Tetapi
sebenarnya
penyalahgunaan NAPZA membahayakan seluruh tubuh. Sudah terlalu banyak
kasus kematian terjadi akibat pemakaian NAPZA, terutama karena pemakaian
berlebih (over dosis) dan kematian AIDS (akibat pemakaian NAPZA melalui
jarum suntik bersama dengan orang yang sudah terinfeksi HIV).Pendidikan
membuat
kebiasaan
malas,
sering
bolos,
dikeluarkan
dari
sekolah.
Universitas Sumatera Utara
21
Pekerjaanmenimbulkan konflik dengan teman kerja, tidak masuk kantor,
pemutusan hubungan kerja (PHK).Ekonomi menimbulkan kerugian materi yang
mengakibatkan kemiskinan. Sosial dan psikologis, Ketergantungan pada NAPZA
menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan,
pikiran, dan perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. Hukum, misalnya
terlibat kasus-kasus pencurian, perampokan atau pembunuhan (Prabowo,2014).
2.2.10. Upaya Penanggulangan Masalah NAPZA
Upaya penanggulangan masalah NAPZA bertujuan untuk menghentikan
samasekali (abstinensia), mengurangi frekuensi/keparahan relapse, memperbaiki
fungsi psikologi dan adaptasi sosial.
2.2.10.1. Preventif
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara:Latihan afirmasi,
misalnya mengatakan kepada diri sendiri “Say no to drugs”, tak pernah
mencoba walaupun hanya 1 kali.Menolak ajakan (negosiasi) teman,
seperti:Menolak ajakan yang tidak bermanfaat (mabuk, nonton film porno).
Menolak ajakan yang jelas merugikan dan melanggar kesopanan. Menolak
ajakan untuk melakukan perbuatan yang menakutkan atau mencurigakan
(mengedarkan NAPZA). Menolak pengaruh atau ajakan teman tidak harus
dilakukan kasar atau marah, tetapi dapat dilakukan dengan halus dan sopan,
tetapi, tegas dan dengan alasan yang masuk akal. Dengan cara yang baik tetapi
tegas (asertif), teman yang mengajak dapat mengerti dan akan berhenti merayu
atau memaksa.Deteksi dini atau pengenalan sedini mungkin ciri-ciri :
Pengguna NAPZA, sikapnya suka bohong, mencuri, sering berkelahi. Didalam
Universitas Sumatera Utara
22
keluarga seperti kurang memberi perhatian, komunikasi tidak baik. Penyebaran
informasi melalui media massa, misalnya iklan. Pendidikan efektif, misalnya
terampil menyelesaikan masalah secara konstruktif. Pemberian alternatif,
misalnya mengadakan aktifitas dan memberi kesempatan mengembangkan diri
dalam aktifitas tersebut. Latihan ketahanan sosial, misalnya meningkatkan
pertahanan diri, menolak, membuat permintaan untuk berdiskusi dengan orang
lain.Peningkatan kemampuan, misalnya menyelesaikan masalahnya dan
mengendalikan diri.
2.2.10.2. Kuratif
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara:Detoksikasi bertujuan untuk
mengurangi gejala putus zat, membantu klien terhindar dari pengobatan sendiri
dangan
zat
ilegal,
mempersiapkanuntuk
(maintenance/rehabilitasi).Maintenance
program
(pemeliharaan),
klien
lanjutan
diberikan
substitusi setelah detoksifikasi untuk jangka panjang, misalnya dengan
naltrekson, bufrenorfin atau metadon.Terapi psikososial seperti konseling
(termasuk komunikasi teraupetik), psikotropika, terapi kelompok, terapi
keluarga dan terapi lingkungan. Termasuk juga pemberian pendidikan,
misalnya agama.
2.2.10.3. Berbagai modalitas terapi dan pendekatan
Therapeutic Community –TC Model, model ini merujuk pada keyakinan
bahwa gangguan penggunaan Napza adalah gangguan pada seseorang secara
menyeluruh. Dalam hal ini norma-norma perilaku diterapkan secara nyata dan
ketat yang diyakinkan dan diperkuat dengan memeberikan reward dan sangsi
Universitas Sumatera Utara
23
yang spesifik secara langsung untuk mengembangkan kemampuan mengontrol
diri dan sosial/komunitas.
Model Medik, model ini berbasis pada biologik dan genetik atau fisiologik
sebagai penyebab adiksi yang membutuhkan pengobatan dokter dan memerlukan
farmakoterapi untuk menurunkan gejala serta perubahan perilaku. Program ini
dirancang berbasis rumah sakit dengan program rawat inap sampai kondisi bebas
dari rawat inap atau kembali ke fasilitas di masyarakat.
Model Minnesota, dikembangkan dari Hazelden Foundation dan Johnson
Institute. Model ini fokus pada abstinen atau bebas Napza sebagai tujuan utama
pengobatan. Model Minesota menggunakan program selama tiga sampai enam
minggu rawat inap dengan lanjutan aftercare, termasuk mengikuti program self
care group(Alcohol Anonymous or Narcotics Anonymous).
Model Ekletik, menerapkan pendekatan secara holistik dalam program
rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melalui penerapan program 12
langkah merupakan pelengkap program TC yang menggunakan pendekatan
perilaku, hal ini sesuai dengan jumlah dan variasi masalah yang ada pada setiap
pasien adiksi.
Model Multi Disiplin, merupakan pendekatan yang lebih komprehensif
dengan menggunakan komponen disiplin yang terkait termasuk reintegrasi dan
kolaborasi dengan keluarga dan pasien.
Model Tradisional, tergantung pada kondisi setempatdan terinspirasi dari halhal praktis dan keyakinan yang selama ini sudah dijalankan. Komponen dasar
terdiri dari: medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan keyakinan yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
24
oleh sistem lokal contoh: pondok pesantren, pengobatan tradisional/herbal
(www.kepmen-kes-no420 tahun 2016).
Faith Based Model, sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak
menggunakan farmakoterapi.
2.2.10.4. Panduan program rehabilitasi Napza
Komponen panduan program rehabilitasi napza yakni: Medik/klinismenyediakan layanan medis/psikiatris secara profesional pada tempat dan saat
diperlukan serta mampu untuk menentukan baik kondisi fisik maupun
psikologis pasien. Merencanakan diet nutrisi/gizi yang dibutuhkan pasien.
Melakukan pemeriksaan HIV, Hepatitis B/C dan IMS serta melakukan
tindakan yang sesuai termasuk VCT (Voluntar, Counseling and Testing) dan
PITC (Provider Initiated Testing and Counseling). Menyediakan pendidikan
agama dan mendorong pasien untuk melaksanakan kegiatan ibadah sesuai
kepercayaan mereka. Layanan/Terapi Keluarga untuk mendorong pasien yang
menolak masuk ke dalam program pengobatan dan juga memelihara dukungan
kepada pasien dalam proses pemulihan. Mengajarkan pasien untuk mengenali
situasi dengan risiko tinggi dan pencetus yang mungkin menyebabkan
menggunakan napza kembali, untuk mengembangkan strategi kemampuan
menghadapi tekanan dari luar dan belajar untuk mengelola situasi slip
(Kepmenkes, 2016).
Aftercare, suatu lanjutan dari layanan perawatan seperti dukungan kepada
kelompok pemulihan, konseling, latihan keterampilan hidup, penempatan
kerja, rujukan dan layanan lain sesuai kebutuhan pasien. Memberikan
Universitas Sumatera Utara
25
hubungan terapeutik antara pasien yang membutuhkan bantuan dengan
konselor (konseling). Membantu pasien dalam kebutuhan bantuan hukum.
Mengajarkan untuk mampu bersosialisasi dan keterampilan bekerja untuk
pasien sesuai minat dan kompetensi (terapi vokasional). Mengembangkan
keterampilan sosial untuk berkomunikasi lebih baik (latihan keterampilan
hidup). Melanjutkan pendidikan formal yang relevan dengan kemampuan
pasien, meningkatkan pengetahuan tentang konsekuensi gaya hidup berisiko
dan lain-lain (Kepmenkes, 2016).
Program rehabilitasi yang dijalankan pada yayasan Kahapi berlangsung
selama enam bulan. Berupa program detoksifikasi berlangsung selama 7-10
hari. Program konseling berlangsung sekali dalam seminggu selama 1 jam
diruang konseling. Terapi kelompok berlangsung 2x1 minggu selama 30 menit.
Program pendidikan dan latihan berlangsung selama 2x1 minggu selama 1 jam.
Program rekreasi berlangsung sekali setahun selama tujuh hari di tempat
tempat indah. Program psikologis sekali seminggu selama satu jam. Program
Vokasional dilakukan setiap hari selam 1 jam. Program pelayanan sosial
berupa kegiatan gotong royong dan musyawarah sekali seminggu.
Universitas Sumatera Utara