Kepatuhan Klien Napza Dalam Mengikuti Program Rehabilitasi di Yayasan Kasih, Hati dan Pikiran (Kahapi)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di
negara-negara berkembang. Data dari United Nations Office on Drugs and Crime
(UNODC) menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan
penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang di dunia. Data World Drug Report
(2016) tahun 20012-2014 diperoleh angka pengguna narkoba di dunia mencapai
247 juta jiwa atau meningkat 5,2% dari tahun sebelumnya (Iskandar, 2015).
Sepanjang tahun 2015 BNN telah mengungkap sebanyak 102 kasus
Narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang merupakan sindikat
jaringan nasional dan internasional, dimana sebanyak 82 kasus telah P21 (hasil
penyidikan kasus narkoba sudah lengkap). Kasus-kasus yang telah diungkap
tersebut melibatkan 202 tersangka yang terdiri dari 174 WNI dan 28 WNA.
Berdasarkan seluruh kasus Narkotika yang telah diungkap, BNN telah menyita
barang bukti sejumlah 1.780.272,364 gram shabu kristal; 1200 mililiter shabu
cair; 1.100.141,57 gram ganja; 26 biji ganja; 95,86 canna chocolate; 302 gram
happy cookies; 14,94 gram hashish; 606.132 butir ekstasi; serta cairan prekursor
sebanyak 32.253 mililiter dan 14,8 gram sedangkan dalam kasus Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU) total asset yang berhasil disita oleh BNN senilai Rp

85.109.308.337. Pada tahun 2014, jumlah pengguna narkoba di Sumut yakni

1
Universitas Sumatera Utara

2

sebanyak 4828 orang, terjadi peningkatan pengguna narkotika sebanyak 20%
setiap tahunnya (semua golongan narkotika) (Primadi, 2014).
Pada tahun 2015 BNN juga menemukan 2 jenis zat baru (new psychoactive
substance) yaitu CB-13 dan 4-klorometkatinon. Sehingga total NPS yang telah
ditemukan BNN hingga akhir tahun 2015 yakni sebanyak 37 jenis (Astuti, 2013).
Dampak

penyalahgunaan

NAPZA

tidak


hanya

berakibat

bagi

penyalahgunanya yang menyebabkan gangguan fisik dan mental hingga berakibat
kematian, namun juga berdampak pada tatanan sosial keluarga dan masyarakat
sampai tindak kriminal. Masalah NAPZA merupakan permasalahan yang amat
penting dan perlu penanganan khusus semenjak dini. Sebagai langkah awal
dilakukan pencegahan sebelum seseorang terlibat penyalahgunaan NAPZA,
namun apabila seseorang sudah terlibat dilakukan pencegahan sekunder (terapi
pengobatan) dan pencegahan tersier (rehabilitasi). (Adnan, 2013). Rehabilitasi
adalah proses pemulihan pada ketergantungan penyalahguna narkotika (pecandu)
secara komprehensif meliputi aspek biopsikososial dan spiritual sehingga
memerlukan waktu yang lama, kemauan keras, kesabaran, konsistensi dan
pembelajaran terus menerus. Tujuan rehabilitasi ialah memulihkan kembali rasa
harga diri, percaya diri, kesadaran, serta tanggung jawab terhadap masa depan
diri,


keluarga,

maupun

masyarakat

atau

lingkungan

sosialnya.

Pasien

mendapatkan pelayanan rehabilitasi yaitu rehabilitasi: medis, vocational (karya),
sosial, psikologis (Adnan, 2013).
Seorang penderita napza yang mengikuti rehabilitasi harus mengikuti
berbagai proses mulai dari rehabilitasi medis berupa pemeriksaan fisik,

Universitas Sumatera Utara


3

pemeriksaan psikologis, dan tes darah/lab hingga memperoleh diagnosa yang
tepat, pemberian pengobatan dan pencegahan, latihan penggunaan alat-alat bantu
dan fungsi fisik. Rencana terapi yang diberikan berupa detoksifikasi selama 2
minggu (bila perlu). Kemudian pasien dapat memilih rehabilitasi rawat inap
selama 6 bulan – 1 tahun. Program rehabilitasi yang diberikan berupa konseling
individu dan kelompok, KIE dan VCT, psikoterapi, cek kesehatan rutin. Atau
pasien dapat memilih rawat jalan selama 3 bulan. Program rehabilitasi yang
diberikan yakni konseling individu, Komunikasi Informasi Edukasi dan Voluntar,
Counseling, and Testing (VCT). Biaya yang diperlukan dalam mengikuti program
rehabilitasi yakni tiga juta rupiah per orang (Waseso, 2015).
Dapat diketahui bahwa jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti
program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instasi Pemerintah target 12.086
orang tercapai sebesar 7.477 orang (61,9%). Jumlah pecandu narkoba yang selesai
mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat
target 9.000 orang tercapai sebesar 9.594 orang (106,9%). Pecandu narkoba yang
telah mendapatkan rehabilitasi dan kembali produktif dalam kehidupan
bermasyarakat target 10.000 orang tercapai sebesar 4.973 orang (49,7%) (Waseso,

2015). Berdasarkan laporan RSKO tahun 2013, sebagian besar (65,17%) pasien
rawat jalan dan rawat inap penyalah guna narkoba di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat-obatan (RSKO) adalah pasien penyalah guna narkoba
dengan status pengguna lama. Sebagian dari penyalah guna lama ini kemungkinan
besar adalah penyalah guna narkoba yang kambuhan. Penyalah guna kambuhan
biasanya sudah berhenti mengkonsumsi narkoba tetapi kemudian kembali lagi

Universitas Sumatera Utara

4

menjadi pengguna narkoba. Kambuh atau relapse akan narkoba merupakan suatu
tantangan yang tak terpisahkan dari proses panjang menuju kesembuhan penuh.
Kendati mantan penyalah guna sudah dapat lepas dari ketergantungan narkoba
untuk jangka waktu tertentu, tetapi kecendrungan untuk menggunakan zat-zat
tersebut masih akan terasa. Itu merupakan musuh dalam selimut yang jarang
tampak, bahkan bisa terlupakan. Namun, sugesti tersebut bisa dipicu secara
mendadak dan tak terkendalikan, bila situasi batin orang mulai kacau.
Berdasarkan hal tersebut, banyak ahli berpendapat bahwa sugesti untuk kambuh
adalah bagian dari penyakit ketergantungan (Astuti, 2013).

Peneliti sudah melakukan survei awal di Yayasan Kasih, Hati, dan Pikiran
(Kahapi) kepada ketua pembina. Jumlah pasien napza yang sedang mengikuti
program rehabilitasi yakni 60 orang. Pada umumnya mereka adalah pemakai
ganja, shabu, morfin, miras dan amphetamin.
Salah satu tempat rehabilitasi ketergantungan narkoba di Sumatera Utara
adalah Kahapi yang didirikan oleh dinas sosial. Menurut pengurus panti
mengatakan sudah ratusan penghuni yang mendapat perawatan di Panti Kahapi.
Para pecandu narkoba yang menjadi korban ketergantungan obat terlarang itu
umumnya para kawula muda yang masih berusia produktif. Peneliti mengambil
sampel penelitian ini pada Yayasan Kasih, Hati, Pikiran (Kahapi). Hal ini
disebabkan karena yayasan ini merupakan yayasan yang dapat dengan mudah
dijangkau oleh peneliti untuk melakukan penelitian dengan batas waktu yang
ditentukan. Maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi kepatuhan pasien napza
dalam mengikuti program rehabilitasi.

Universitas Sumatera Utara

5

1.2.Pertanyaan penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan dalam penelitian ini
ialah: Bagaimana kepatuhan klien napza dalam melaksanakan program
rehabilitasi?
1.3. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah:Untuk mengidentifikasi kepatuhan klien napza
dalam mengikuti dan melaksanakan program rehabilitasi di Yayasan Kahapi,
mengetahui psikososial dan riwayat penyakit pada pasien sebelum dan sedang
menjalani rehabilitasi.
1.4.Manfaat penelitian
a. Bagi pendidikan keperawatan
Penelitian ini berguna sebagai bahan literatur untuk pendidikan keperawatan
jiwa dan komunitas dalam memberikan program rehabilitasi yang tepat.
b. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi praktisi perawat dalam
memberikan suatu wadah yang tepat untuk meninngkatkan pelaksanaan
program rehabilitasi bagi para penyalahguna napza.
c. Bagi penelitian keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi dasar atau asumsi untuk penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan pengetahuan tentang rehabilitasi narkoba.


Universitas Sumatera Utara