Analisis Benchmarking Terhadap Biaya Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi pada Peternakan Ayam Bapak Arjo Saragi Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun) Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian
Pada Penelitian ini peneliti menggunakan bentuk penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif komparatif. Deskriptif komperatif adalah penelitian
yang bersifat membandingkan. Dalam hal ini yang dibandingkan adalah Biaya
produksiPada Usaha Peternakan AyamBroiler Bapak Arjo Saragi dengan usaha
benchmarknya yaitu Peternakan Ayam Broiler Bapak Robert Sianturi

Kec.

Hutabayu Raja Kab. Simalungun untuk mengetahui Usaha mana yang lebih
unggul dalam bidang tersebut.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada usaha peternakan ayam
Boiler di Jalan Sisingamangaraja Kelurahan Hutabayu Kecamatan Hutabayu Raja
Kabupaten Simalungun.
3.3 Narasumber/Informan Penelitian
Narasumber/informan adalah beberapa pihak yang peneliti anggap
mempunyai kompetensi untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan judul

penelitian melalui wawancara mendalam. Dalam penelitian ini yang menjadi
narasumber/informan adalah :
1.

Informan Kunci pada Usaha Peternakan Ayam Broiler Anto : Bapak Arjo
Saragi
Informan Utama padaUsaha Peternakan Ayam Broiler Anto : karyawan

2.

Informan Kunci pada Usaha Peternakan Ayam BroilerRobert Sianturi :Bapak
Robert Sianturi

Universitas Sumatera Utara

Informan Utama padaUsaha Peternakan Ayam BroilerRobert Sianturi

:

karyawan

3.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian
ini, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Teknik Pengumpulan Data Primer, adalah pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada lokasi penelitian. Data primer diambil dari peternakan
ayam broiler Arjo Saragi dan kompetitornya dari peternakan broilerRobert
Sianturi . Pengumpulan data primer tersebut dapat dilakukan dengan instrumen
sebagai berikut:
a.

Metode

wawancara

(interview)

secara

mendalam


yaitu

teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung
kepada pihak yang terkait yaitu dengan pemilik dan karyawan dari kedua
peternakan ayam broiler yang di benchmark dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai benchmarkingterhadap biaya produksi
sehingga memperoleh informasi yang terperinci. Selanjutnya, supaya hasil
wawancara mendalam dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki
bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data,
maka diperlukan alat-alat sebagai berikut:
1) Buku catatan: berfungsi sebagai media untuk mencatat semua
percakapan dengan sumber data.
2) Kamera:

untuk

memotret


kalau

peneliti

sedang

melakukan

pembicaraan dengan informan atau sumber data. Dengan adanya foto

Universitas Sumatera Utara

ini, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian ini akan lebih
terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
b.

Observasi yaitu pengumpulan data dengan kegiatan pengamatan langsung
di peternakan ayam broiler Arjo Saragi dan peternakan benchmarknya
yaitu peternakan ayam broiler Robert Saragi untuk memperlengkapi datadata yang diperlukan yang berkenaan dengan topik penelitian dan
mengidentifikasikan biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi.

Penelitian ini menggunakan jenis observasi non partisipan dimana peneliti
tidak ikut serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang subjek lakukan
secara berkelanjutan, tetapi observasi dilakukan pada saat wawancara.
Pengamatan yang dilakukan menggunakan pengamatan tidak berstruktur
yaitu dengan melakukan pengamatan tanpa menggunakan pedoman
observasi pada saat pengumpulan data di lapangan.
Dalam penelitian ini, observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses

terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
1.

Teknik Pengumpulan Data Sekunder, adalah pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung
data primer. Teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


a. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumbersumber lain yang mendukung pemecahan permasalahan penelitian.
b. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari bukubuku, karya ilmiah serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta
memiliki relevansi dengan masalah biaya produksi.
3.5 Defenisi Konsep
Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang
diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang
dipergunakan, yaitu:
1.

Metode Benchmarking
Menurut studi American Productivity and Quality Centre (Watson, 1996:3)
Benchmarking

merupakan

proses

pengukuran


yang

sistematis

dan

berkeinambungan; proses mengukur dan membandingkan secara sinambung
atas proses bisnis-bisnis suatu organisasi dengan tokoh-tokoh proses bisnis
manapun diseluruh dunia, untuk mendapatkan informasi yang akan
membantu upaya organisasi tersebut memperbaiki kinerjanya.
2.

Biaya produksi
Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan
penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan sebagai biaya
produksi langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

3.6 Teknik Analisis Data
Menurut Kriyantono (2010:196), riset kualitatif adalah riset yang

menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-

Universitas Sumatera Utara

hal yang khusus (fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep).
Dalam penelitian kualitatif, interpretasi data yang diperoleh dari hasil observasi
dan wawancara mendalam dilakukan di sepanjang penelitian.
Proses penelitian kualitatif akan melibatkan data verbal yang banyak dan
harus ditranskripsikan, objek-objek, situasi ataupun peristiwa dengan aktor yang
sama atau bahkan sama sekali berbeda. Ini menyebabkan data atau informasi
dalam penelitian kualitatif yang diterima oleh peneliti belum siap dianalisis karena
masih dalam bentuk yang kasar (Idrus 2009:146).
Dalam membahas tentang analisis data dalam penelitian kualitatif, para
ahli memiliki pendapat yang berbeda. Penulis menggunakan model analisis
interaktif Huberman dan Miles. Huberman dan Miles (Idrus 2009:146)
mengajukan model analisis data yang disebutnya sebagai model interaktif. Model
interaktif ini terdiri dari tiga hal utama yakni:
1.

Reduksi data (data reduction).

Reduksi data adalah proses menginterpretasikan data atau informasi yang
didapat dari catatan lapangan/observasi serta hasil wawancara mendalam
terhadap subjek penelitian atau informan.

2.

Penyajian data (data display).
Fase kedua dari analisis data ini adalah menetukan bagaimana data yang
sudah direduksi itu akan disajikan berdasarkan variabel komponen strategi
komunikasi.

3.

Penarikan kesimpulan (conclusion).
Fase ketiga dari proses analisis data ini adalah penarikan kesimpulan yang
dilakukan dengan melihat kembali data yang sudah direduksi tersebut guna

Universitas Sumatera Utara

mempertimbangkan makna dari data yang sudah dianalisis dengan

impilkasinya berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam perumusan masalah
tersebut.
Gambar 3.1
Model Analisis Data Huberman Dan Miles (1992)

Pengumpulan
Data

Penyajian
Data

Reduksi
Data
Penarikan
Kesimpulan

Sumber:Huberman dan Miles (1992)
Penggunaan teknik analisis deskriptif kualitatif seperti yang dijelaskan
pada gambar sebelumnya dimulai dari analisis berbagai data yang terhimpun dari
suatu penelitian, kemudian bergerak ke arah penyajian data kemudian

pembentukan kesimpulan kategoris atau ciri-ciri umum tertentu. Dalam teknik
analisis ini, tiga jenis kegiatan tersebut merupakan proses siklus dan interaktif.
Dengan sendirinya, peneliti harus memiliki kesiapan untuk bergerak aktif diantara
empat kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak diantara
empat kegiatan yakni reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan selama
penelitian. Dengan begitu, analisis data pada penelitian ini merupakan proses yang
berulang dan berlanjut secara terus-menerus dan saling menyusul. Kegiatan

Universitas Sumatera Utara

keempatnya

berlangsung

selama dan setelah proses pengambilan data

berlangsung. Kegiatan baru berhenti saat penulisan akhir penelitian telah siap
dikerjakan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam BroilerArjo Saragi
4.1.1.1 Sejarah Umum Peternakan Ayam BroilerArjo Saragi
Peternakan ayam broiler Arjo Saragi merupakan sebuah usaha peternakan
yang berdiri pada 04 November 2013, yang merupakan usaha yang telah
beberapakali mengalami perpindahan mitra, hal ini dilakukan oleh peternakan
Arjo Saragi dikarenakan memiliki keinginan untuk lebih memahami dan ingin
lebih mengetahui perusahaan mana yang dapat memberikan keuntungan yang
besar serta mampu menyokong keberlangsungan usaha peternakan Arjo Saragi
tersebut. Awalnya peternakan Arjo Saragi bergabung dengan PT.Siomas pada
tanggal 04 November 2013. Pada tahun 2014 peternakan ayam Arjo Saragi beralih
dan bergabung dengan PT.Indojaya. Pada tahun 2015 peternakan ayam broiler
Arjo Saragi mendapat informasi tentang PT.Phokphand yang memiliki beberapa
tawaran menggiurkan, sehingga membuat bapak Arjo Saragi memutuskan untuk
bergabung dengan PT.Phokpand pada tanun 2015 hingga sekarang.
Setelah bergabung dengan PT.Pokphand, peternakan Arjo Saragi memiliki
beberapa kemudahan seperti membeli DOC/bibit ayam yang akan diantar lagsung
oleh PT.Pokphand ke kandang bapak Arjo Saragi, dan jika masa panen telah tiba,
peternakan Arjo Saragi tidak akan kesusahan dalam memasarkan ayam tersebut,
karena PT.Pokphand akan menampung seluruh ayam tersebut dan menjemput
langsung ke kandang bapak Arjo Saragi. Hal ini memberikan kemudahan bagi
peternakan Arjo Saragi dalam hal transportasi.

Universitas Sumatera Utara

Peternakan ayam broiler bapak Arjo Saragi memiliki 2 kandang dengan
kapasitas 6000 ekor mulai dari tahun 2013 hingga saat ini. Bapak Arjo Saragi
memiliki 5 orang karyawan yang membantu beliau dalam mengelola usaha ini,
dan beliau membagi karyawan menjadi 1 orang pada bagian pembukuan dan
untuk mengelola ayam pada setiap kandang, ditetapkan 2 karyawan pada setiap
kandangnya.
Melihat tingginya tingkat perkembangan yang telah dicapai oleh
peternakan lain membuat peternakan ayam broiler Arjo Saragi merasa tersaingi
dan memiliki motivasi untuk tetap mampu bersaing bahkan ingin mencoba
mampu unggul terhadap pesaing sejenis. Oleh karena itu peternakan ayam broiler
Arjo saragi mulai berbagi informasi dengan peternakan lain. Setelah berbagi
informasi, peternakan Arjo Saragi melakukan benchmarking/perbandingan
dengan peternakan ayam broiler milik Bapak Robert Sianturi melalui biaya
produksi pada bulan Januari 2017.
4.1.1.2 Visi dan Misi Usaha Peternakan Ayam BroilerArjo Saragi
Peternakan ayam broiler Arjo Saragi memiliki visi dan misi sebagai berikut:
1. Visi : Menghasilkan ayam broiler yang unggul di Kabupaten Simalungun.
2. Misi :
a. Mencari bibit unggul, peternakan yang bersih, penyediaan obat-obat yang
terbaik serta pakan dengan kualitas terbaik.
b. Menjalin hubungan yang baik antar peternak

Universitas Sumatera Utara

4.1.1.3 Struktur Organisasi Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi
Pemilik

Bagian
Pembukuan

Kandang 1

Kandang 2

(2karyawan)

(2 karyawan)

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Struktur organisasi pada usaha peternakan ayam broiler terdiri dari
pemilik yang berhubungan langsung dengan para karyawan yang berjumlah 6
orang.
Bidang-bidang kerja berdasarkan struktur organisasi yaitu:
1. Pemilik Usaha
Pemilik usaha peternakan ayam broiler bertugas untuk mengawasi serta
bertangung jawab atas setiap operasional di peternakan ayam broiler.
2. Bagian Pembukuan
Pada bagian ini bertugas untuk mencatat segala pengeluaran dan pemasukan
serta seluruh biaya yang dibutuhkan dalam peternakan ini. Bagian
pembukuan ini berhubungan langsung dengan pemilik.
3. Karyawan pada kandang 1
Karyawan bertugas memberi pakan, obat – obatan, memeriksa saluran air
minum ayam serta membersihkan kandang pertama.

Universitas Sumatera Utara

4. Karyawan pada kandang 2
Karyawan bertugas memberi pakan, obat – obatan, memeriksa saluran air
minum ayam serta membersihkan kandang kedua.
4.1.1.4 Jumlah Tenaga Kerja Dan Jam Kerja
1.

Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja pada usaha peternakan ayam broiler Arjo Saragi

adalah sebanyak 6 orang dengan rincian:
Tabel 4.1
Tabel 4.1 Rekapituasi Jumlah Tenaga Kerja Pada Peternakan AyamBroiler
Arjo Saragi
No.

Jumlah Tenaga Kerja

Keterangan

1.

2 orang

Kandang 1

2.

2 orang

Kandang 2

3.

1 orang

Pembukuan/pencatatan

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2017
2. Jam Kerja
Para tenaga kerja bekerja setiap hari dengan jumlah jam kerja 5 jam sehari.
Jadwal kerjanya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jam Kerja Pada Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi
No

Waktu

1

Pukul 08.00 – 10.00

Aktivitas
Membangunkan

ayam

dan

memberi

makan minum ayam tersebut.
2

Pukul 17.00 – 19.00

Memberi makan dan minum ayam untuk
kedua kalinya.

3

Pukul 00.00

Memberi

ayam

makan

pada

tengah

malam.
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2017

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Perusahaan Benchmark
4.1.2.1 Sejarah Umum Peternakan Ayam Broiler Bapak Robert Sianturi
Peternakan ayam broiler yang didirikan oleh Bapak Robert Sianturi yang
awalnya ingin mencari pendapatan tambahan dari pekerjaannya. Untuk
memahami dunia peternakan Bapak Robert Sianturi

melakukan observasi

keperternakan yang sudah lebih dulu menggeluti usaha ini. Kurang lebih 2 tahun
bapak Robert Sianturi

selalu berkonsultasi dan berkomunikai terhadap

pemilik/pengusaha peternakan bagaiamana upaya-upaya yang dilakukan dalam
menjalankan usaha ini.
Setelah memahami seluk beluk dalam usaha peternakan ini, maka Bapak
Robert Sianturi

mengambil sebuah keputusan yaitu bergabung dengan

PT.Pokphand dan membangun kandang ayam atau peternakan ayam broiler
miliknya sendiri. Pada tanggal 17 februari tahun 2015 kandang ayam milik Robert
Sianturi selesai dibangun dengan kapasitas 7.000 ekor ayam dalam ukuran 10m x
90m dengan lokasi yang sangat strategis dimana letak dari bangunan ini
dikelilingi oleh tanah milik dari Bapak Robert Sianturi sendiri sehingga sangat
menguntungkan beliau. Dari hasil panen yang sangat menggiurkan bapak Robert
sianturi membangun kandang keduanya pada tanggal 20 november tahun 2015
dengan ukuran yang sama dan ditempat yang sama, setelah menabung dari hasil
panen maka Bapak Robert Sianturi membangun kandang ketiga pada tahun 2016
ditempat yang sama. Dengan memiliki tiga kandang ayam yang berukuran cukup
besar dan kapasitas yang cukup lebar maka dalam jangka kurang lebih 3 tahun
maka peternakan milik Bapak Robert Sianturi merupakan kandang ayam broiler
terbesar disimalungun

Universitas Sumatera Utara

Hal itu membuat Bapak Robert Sianturi menjadi pengusaha ternak ayam
yang sukses dan tak dapat dipungkiri bahwa latar belakang dari pemilik usaha ini
merupakan pengusaha dibidang lain. Ketertarikan perputaran uang yang cepat
membuat

pemilik

peternakan

ini,

ingin

memperbesar

peluang

untuk

mengembangkan usaha pada sektor ini. Hingga saat ini pemilik dari peternakan
ini selalu memperhatikan risiko-risiko yang akan dihadapi pada usaha ini, dan
sangat berhati-hati dengan penggunaan biaya produksi serta berusaha agar biaya
produksi tersebut dapat maksimal dan tepat guna.
4.1.2.2 Visi Dan Misi Usaha
Peternakan ayam broiler bapak Robert Sianturi memiliki visi dan misi
sebagai berikut:
1. Visi : Menghasilakan ayam broiler yang unggul di Kabupaten Simalungun
dan menjadi peternakan andalan di Kabupaten Simalungun.
2. Misi :
a.

Mencari bibit unggul, peternakan yang bersih, penyediaan obat-obat yang
terbaik serta pakan dengan kualitas terbaik.

b.

Menyediakan karyawan yang berkompeten dibidangnya.

c.

Menjalin hubungan yang baik antar peternak.

Universitas Sumatera Utara

4.1.2.3 Struktur Organisasi Peternakan Ayam BroilerRobert Sianturi
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Peternakan Ayam BroilerRobert Sianturi

Pemilik

Kepala Kandang

Kandang 1

Kandang 2

Kandang 3

(2 orang karyawan)

(2 orang karyawan)

(2 orang karyawan)

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Struktur organisasi pada usaha peternakan yam broiler terdiri dari 3
jabatan yaitu pemilik, kepala kandang 1 orang dan karyawan yang berjumlah 6
orang.
Bidang - bidang kerja berdasarkan sturktur organisasi yaitu:
1. Pemilik Usaha
Pemilik usaha peternakan ayam broiler bertugas untuk mengawasi serta
bertangung jawab atas setiap operasional di peternakan ayam broiler.
2. Kepala Kandang
Kepala kandang bertugas untuk memantau perkembangan ayam serta
berkomunikasi kepada setiap karyawan pada ketiga kandang, serta
berkomunikasi langsung kepada pemilik dalam pengambilan keputusan

Universitas Sumatera Utara

dalam menangani segala sesuatu yang dibutuhkan dalam keberlangsungan
usaha.
3. Karyawan
a. Karyawan pada kandang 1 bertugas memberi pakan, obat – obatan,
memeriksa saluran air minum ayam serta membersihkan kandang yang
pertama
b. Karyawan pada kandang 2 bertugas memberi pakan, obat – obatan,
memeriksa saluran air minum ayam serta membersihkan kandang yang
kedua
c. Karyawan pada kandang 3 bertugas memberi pakan, obat – obatan,
memeriksa saluran air minum ayam serta membersihkan kandang yang
ketiga
4.1.2.4 Jumlah Tenaga Kerja Dan Jam Kerja
1. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja pada usaha peternakan ayam broiler bapak Robert
Sianturi adalah sebanyak 7 orang dengan rincian:
a. Kepala kandang : 1 orang
b. Karyawan

: 6 orang

2. Jam Kerja
Jam kerja pada peternakan ayam broiler bapak Robert Sianturi tergolong
24 jam, karena seluruh karyawan fulltime berada

di area kandang dan para

karyawan mempunyai tempat tinggal di sekitaran kandang tersebut. Karyawan
dipekerjakan secara fulltime agar ayam tersebut tetap diperhatikan dan mendapat
perawatan yang maksimal, serta agar menghindari kekurangan makan, minum dan

Universitas Sumatera Utara

termasuk agar tetap berjaga-jaga agar ayam jauh dari jangkauan predator atau
apapun yang mengganggu kenyamanan atau keberlangsungan hidup ayam
tersebut.
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Karakteristik Informan Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi
Pada bagian ini, penulis akan menyajikan hasil pengumpulan data yang
diperoleh selama masa penelitian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
diperoleh dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam kepada
pemilik usaha dan bagian pembukuan pada peternakan ayam broiler selaku
informan kunci dan karyawan sebagai informan utama.
Informan kunci adalah orang yang paling mengetahui dan memiliki
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci pada
penelitian ini berjumlah 2 orang yaitu Bapak Arjo Saragi selaku pemilik usaha
dan Ibu Betty selaku bagian pembukuan yang mengetahui segala sesuatu biaya
yang terjadi pada peternakan ayam broiler tersebut. Berikut ini adalah
karakteristik informan kunci yang peneliti rangkumkan:
Tabel 4.3
Identitas Informan Kunci Penelitian
No.

Nama

Usia (tahun)

Jenis Kelamin

Keterangan

1.

Arjo Saragi

25 tahun

Laki-laki

Pemilik

2.

Betty Sinaga

55 tahun

Perempuan

Bagian Pembukuan

Sumber : Hasil Wawancara, Data diolah oleh peneliti, 2017
Selain data dari informan kunci, peneliti juga memperoleh data dari
informan utama. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam
interaksi yang diteliti, dan dalam penelitian ini informan utamanya adalah
karyawan pada peternakan ayam broiler Arjo Saragi. Peneliti mengajukan

Universitas Sumatera Utara

beberapa pertanyaan seputar benchmarking/perbandingannya dengan pesaing
yang diketahui oleh narasumber, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja,
biaya overhead dan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh peternakan tersebut.
Jumlah informan utama pada penelitian ini berjumlah 4 orang dan
seluruhnya adalah laki-laki yaitu Pintor Saragi (20 tahun), Anto Saragi (27 tahun),
Togi (30 tahun), dan Sangap (33 tahun).Berikut ini karakteristik informan utama
yang peneliti rangkumkan:
Tabel 4.4
Identitas Informan Utama Penelitian
No.

Nama

Usia

Jenis

(tahun)

Kelamin

Pendidikan

Keterangan

1.

Pintor Saragi

20 tahun

Laki-laki

SMK

Karyawan produksi

2.

Anto Saragi

27 tahun

Laki-laki

SMK

Karyawan produksi

3.

Togi

30 tahun

Laki-laki

SMK

Karyawan produksi

4.

Sangap

33 tahun

Laki-laki

SMK

Karyawan produksi

Sumber : Hasil Wawancara, Data diolah oleh peneliti, 2017
Penjelasan mengenai tabel diatas, yaitu:
1. Penulis menetapkan informan utama di dalam proses wawancara sebanyak 4
orang, seluruh informan utama berjenis kelamin laki-laki dan merupakan
karyawan yang telah bekerja mulai dari usaha ini didirikan.
2. Jumlah informan utama yang berusia 20-30 tahun berjumlah 2 orang dan
yang berusia 30-40 tahun sebanyak 2 orang.
3. Tingkat pendidikan informan utama secara keseluruhan adalah SMA/SMK.
4. Peneliti melakukan wawancara dengan informan utama untuk mengetahui
seputar benchmarking/perbandingan dengan kompetitor, biaya bahan baku

Universitas Sumatera Utara

langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik pada
peternakan ayam broiler Arjo Saragi.
4.2.2 Hasil Wawancara
1. Benchmarking
Benchmarking merupakan proses pengukuran yang sistematis dan
berkesinambungan; proses mengukur dan membandingkan secara sinambung atas
proses bisnis suatu organisasi dengan proses bisnis manapun diseluruh dunia,
untuk mendapatkan informasi yang akan membantu upaya organisasi tersebut
memperbaiki kinerjanya. Berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
informan kunci dan informan utama:
Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan benchmarking, dan usaha mana
yang pernah anda jadikan sebagai pembanding?
Jawaban: Menurut saya benchmarking adalah salah satu strategi yang
digunakan untuk berbagi informasi, melihat keadaan luar, serta melakukan
perbandingan dengan sesama peternak ayam broiler khususnya. Dan saya pikir
benchmarking itu salah satu cara yang baik untuk usaha saya, sehingga saya
dapat mengukur tingkat kinerja yang sudah dicapai oleh usaha saya. Yang pernah
saya jadikan jadi pembanding dari usaha saya ini banyak, seperti peternakanpeternakan yang ada disimalungun ini, dan yang pasti yang satu mitra. Hasil
yang pernah saya capai dengan melakukan benchmarking adalah bobot dari
ayam pada masa panen itu telah sesuai dengan yang diharapkan oleh
perusahaan. Usaha saya pernah mengalami selama kurang lebih 7 periode tidak
mencapai target bobot tersebut dan bahkan mengalami penyakit pada ternak
sehingga terjadi kematian pada bilangan yang cukup besar. Namun setelah

Universitas Sumatera Utara

melakukan benchmarking dengan usaha lain termasuk peternakan milik bapak
Robert Sianturi , saya dapat menemukan letak kekeliruan saya yang
memanfaatkan keluarga yang sedang menganggur sebagai karyawan yang
sebenarmya tidak ahli dalam peternakan ayam broiler. Jalan keluar yang saya
ambil adalah dengan memberikan pelatihan pada seluruh karyawan saya agar
dapat menangani jika terulang kejadian seperti hal tersebut. (Arjo Saragi,
Pemilik Peternakan Ayam Broiler, Simalungun, Sabtu, 25 Februari 2017 pukul
10.00 WIB).
Jawaban: Sebenarnya saya kurang mengerti tentang benchmarking,
namun kalau tentang perbandingan adalah hal yang bagus untuk mengetahui
tingkat kedudukan kita dengan pesaing lainnya yang sejenis. Kalo yang pernah
kita bandingkan itu ya peternakan lain yang ada didaerah ini. (Betty, Bagian
Pembukuan, Simalungun, Sabtu, 25 Februari 2017 pukul 11.00 WIB).
Jawaban:Dengan melakukan perbandingan akan membuat usaha semakin
berkembang, karena dengan melihat cara atau strategi yang telah diterapkan
oleh peternakan lain akan memberikan peluang bagi kita untuk mencontoh cara
tersebut sehingga hal itu dapat memberikan keuntungan pada usaha peternakan
ini. (Pintor Saragi, Karyawan Produksi, Simalungun, Sabtu 25 Februari 2017
pukul 12.00 WIB).
Jawaban: Perbandingan adalah salah satu cara untuk mengetahui letak
posisi yang telah dicapai dan dapat digunakan menjadi bahan perbaikan jika kita
menemukan sesuatu yang dapat kita jadikan contoh untuk memperbaiki kinerja
kita. Perbandingan yang pernah telah pernah kita lakukan yaitu dengan

Universitas Sumatera Utara

membandingkan kinerja kita dengan mitra disekitar sini. (Sangap, Karyawan
Produksi, Simalungun, Sabtu 25 Februari 2017 pukul 12.00 WIB).
Jawaban: Perbandingan adalah cara untuk menilai apa yang telah kita
kerjakan dan membandingkannya dengan apa yang telah dikerjakan oleh
peternakan lain.(Togi, Karyawan Produksi, Simalungun, Sabtu 25 Februari 2017
pukul 12.00 WIB).
Jawaban: membandingan adalah salah satu cara yang harus dilakukan ,
karena dengan membandingkan akan mampu memperbaiki apa yang telah kita
kerjakan. (Anto Saragi,Karyawan Produksi, Simalungun, Sabtu 25 Februari 2017
pukul 12.00 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
peternakan Arjo Saragi telah mengetahui apa yang dimaksud dengan
benchmarking dan telah pernah melakukan perbandingan dengan sesama peternak
(mitra) ayam broiler , dan hasil dari perbandingan tersebut, peternakan ayam
broiler dapat memperbaiki kinerja dengan memperoleh hasil dari bobot ayam
pada musim panen telah sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.
2. Biaya produksi
a. Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya yang dikeluarkan untuk semua komponen bahan baku
langsung. Bahan baku merupakan bahan yang membentuk sesuatu kesatuan
yang tidak terpisahkan dari produk jadi. Bahan baku adalah bahan utama
atau bahan pokok dan merupakan komponen utama dari suatu produk.

Universitas Sumatera Utara

Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan bahan baku langsung dan apa saja
yang termasuk kedalam komponen bahan baku langsung dalam peternakan
ini?
Jawaban: Bahan baku merupakan komponen yang terbesar dalam
pembuatan produk jadi. Bahan baku yang digunakan dalam peternakan ini
adalah DOC/bibit ayam broiler itu sendiri, selanjutnya pakan yang terbagi
dari 3 jenis dan pemakaiannya tergantung dari umur ayam tersebut.(Arjo
Saragi, Pemilik Peternakan Ayam Broiler, Simalungun, Sabtu, 25 Februari
2017 pukul 10.00 WIB).
Jawaban: Bahan baku merupakan suatu bahan penting dalam perhitungan
biaya produksi. Bahan baku yang digunakan adalah DOC/bibit yang
diproduksi selama kurang lebih 35 hari, dan bahan baku lainnya adalah
pakan untuk ayam tersebut.(Betty, Bagian Pembukuan, Simalungun, Sabtu,
25 Februari 2017 pukul 11.00 WIB).
Jawaban: Bahan baku adalah bahan utama dalam produksi, yang utama
dalam peternakan ini adalah ayam dan pakannya. (Pintor Saragi, karyawan
produksi,Simalungun, Sabtu, 25 Februari 2017 pukul 11.00 WIB)
Jawaban: Dari yang kami kerjakan setiap hari, ya bahan baku itu ayam dan
pakannya aja.(Anto Saragi, karyawan produksi,Simalungun, Sabtu, 25
Februari 2017 pukul 11.00 WIB).
Jawaban: Bahan baku dalam peternakan ayam ini adalah bibit ayamnya
yang dari perusahaan dan pakannya untuk 30 hari atau sampai masa
panen. (Togi, karyawan produksi,Simalungun, Sabtu, 25 Februari 2017
pukul 11.00 WIB).

Universitas Sumatera Utara

Jawaban: Bahan baku adalah DOC dan pakan agar bibit ini bisa dijual
kembali.(Sangap, karyawan produksi,Simalungun, Sabtu, 25 Februari 2017
pukul 11.00 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan kunci mengenai biaya
bahan baku langsung dapat diketahui bahwa pada peternakan ini telah mengetahui
dan mengerti terkait biaya bahan baku lansung, menurut Betty biaya tersebut
adalah hal-hal yang sama yang dikerjakan untuk setiap periodenya.
b. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
membayar gaji atau upah karyawan.
Pertanyaan: Menurut anda, apa yang dimaksud dengan biaya tenaga kerja,
dan berapa yang anda keluarkan untuk biaya tenaga kerja dalam satu
periode produksi?
Jawaban: Biaya tenaga kerja itu upah yang dibayarkan kepada karyawan.
Biaya tenaga kerja yang dibayar terdiri dari gaji. Jumlah tenaga kerja
adalah 5 orang. Biaya gaji yang di keluarkan dalam satu periode itu sebesar
Rp.1.500.000/orang, jadi biaya gaji yang saya keluarkan dalam satu periode
itu adalah sebesar Rp.7.500.000 untuk seluruh karyawan. (Arjo Saragi,
Pemilik Peternakan Ayam Broiler, Simalungun, Sabtu, 25 Februari 2017
pukul 10.00 WIB).
Jawaban: Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dibayarkan untuk gaji
karyawan. Setau saya jumlah gaji yang dikeluarkan utuk seluruh karyawan
disini sama saja karena kita disini adalah keluarga. (Betty, Bagian
Pembukuan, Simalungun, Sabtu, 25 Februari 2017 pukul 11.00 WIB).

Universitas Sumatera Utara

Jawaban:Biaya tenaga kerja adalah upah yang diberikan kepada karyawan
seperti kami, gaji yang kami terima setiap bulannya adalah sebesar
Rp.1.500.000/orang. (Pintor Saragi, karyawan produksi, Simalungun, Sabtu,
25 Februari 2017 pukul 11.00 WIB).
Jawaban: Biaya tenaga kerja itu adalah gaji karyawan yang di bayarkan
setiap bulannya. (Anto Saragi karyawan produksi, Simalungun, Sabtu, 25
Februari 2017 pukul 11.00 WIB).
Jawaban: Biaya tenaga kerja adalah gaji atau upah bagi karyawan yang
dibayarkan setiap selesai satu periode karena satu periode itu kan 1 bulan,
dan besar gaji yang dibayarkan setiap bulannya adalah sebesar
Rp.1.500.000/orang. (Togi dan Sangap, karyawan produksiSimalungun,
Sabtu, 25 Februari 2017 pukul 11.00 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
informan telah mengeluarkan biaya tenaga kerja sesuai dengan gaji yang telah
ditetapkan, dan sesuai dengan yang telah disepakati di awal dengan karyawan
yang bersangkutan.
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya manufaktur yang tidak
termasuk kedalam biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Pertanyaan: Apa saja biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja dalam usaha ini?
Jawaban: Biaya overhead adalah biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung, yang menjadi biaya overhead dalam
peternakan ini adalah biaya obat-obatan (vaksin), biaya tabung

Universitas Sumatera Utara

gas/pemanas, biaya sekam padi, biaya air listrik per periodenya, dan lainlain. (Arjo Saragi, Pemilik Peternakan Ayam Broiler, Simalungun, Sabtu,
25 Februari 2017 pukul 10.00 WIB).
Jawaban: Menurut saya biaya overhead adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan diluar gaji dan bahan baku, seperti sekam padi, tabung gas,
air, listrik, obat-obat atau vitamin untuk perkembangan ayam. (Betty,
Bagian Pembukuan, Simalungun, Sabtu, 25 Februari 2017 pukul 11.00
WIB).
Jawaban: Menurut saya, itu adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya
diluar gaji dan bahan baku langsung, biaya itu seperti biaya obat,
pemanas dan lain-lain yang diperlukan dalam setiap periode. (Pintor dan
Anto Saragi, karyawan produksi, Simalungun, 25 Februari 2017 pukul
11.00 WIB).
Jawaban: Biaya overhead adalah biaya yang dikeluarkan unuk bahanbahan lainnya yang mendukung setiap produksi dalam peternakan setiap
bulannya, seperti biaya gas, sekam padi, air dan listrik. (Togi dan Sangap,
karyawan produksi, Simalungun, 25 Februari 2017 pukul 11.00 WIB).
Dari hasil wawancara dengan informan diatas dapat disimpulkan bahwa
ada beberapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya diluar biaya tenaga kerja dan
bahan baku langsung. Biaya yang dikeluarkan untuk biaya overhead ini adalah
salah satu yang menjadi penentu keberlangsung usaha dalam setiap periodenya.

Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Data Biaya Produksi
1. Biaya Produksi Sebelum Melakukan Benchmarking(Desember 2016)
Tabel 4.5
Biaya Bahan Baku Langsung Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi Dalam
Satu Periode
Volume

Jumlah (Rp)

No

Bahan Baku Langsung

Unit

Satuan

1.

DOC (Bibit)

6.000

Ekor

Rp 34.200.000

Pakan: 1. Poultry Feed H10

1.500

Kg

Rp 11.025.000

2. Poultry Feed H11

4.500

Kg

Rp 32.962.500

3. Poultry Feed H12P

20.000

Kg

Rp 146.000.000

2.

Total

Rp 224.187.500

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Tabel 4.6
Biaya Tenaga Kerja Langsung Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi Dalam
Satu Periode
No

Lama Produksi/Hari

Jumlah Pekerja

Jumlah (Rp)

1.

5 Jam

5 Orang

Rp 7.500.000

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Tabel 4.7
Biaya Overhead Pabrik Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi Dalam Satu
Periode
Volume
No

Jenis Biaya

1.

Pemanas/gas

2.

Listrik Kandang

3.

Sekam Padi

4.

Obat-obatan

5.

Penyusutan kandang

Jumlah (Rp)

Satuan

Unit

720

Tabung

-

-

Rp

870.000

162

Karung

Rp

405.000

Rp 15.120.000

-

Rp 7.300.000

-

-

Rp 6.285.714

-

-

Rp 2.300.000

dan peralatan
6.

Lain-lain
Total

Rp 32.280.714

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017

Universitas Sumatera Utara

2.

Biaya Produksi Setelah Melakukan Benchmarking (Januari 2017)

Tabel 4.8
Biaya Bahan Baku Langsung Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi Dalam
Satu Periode
Volume

Jumlah (Rp)

No

Bahan Baku Langsung

Unit

Satuan

1.

DOC (Bibit)

6.000

Ekor

Rp 7 350 .000

Pakan: 1. Poultry Feed H10

1.000

Kg

Rp 7.350.000

2. Poultry Feed H11

4.000

Kg

Rp 29.300.0000

3. Poultry Feed H12P

19.000

Kg

Rp 138.700.000

2.

Total

Rp 182.700.000

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Tabel 4.9
Biaya Tenaga Kerja Langsung Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi Dalam
Satu Periode
No

Lama Produksi/Hari

Jumlah Pekerja

Jumlah (Rp)

1.

10 Jam

3 Orang

Rp 4.500.000

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Tabel 4.10
Biaya Overhead Pabrik Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi Dalam Satu
Periode
Volume
No

Jenis Biaya

Jumlah (Rp)

Satuan

Unit

600

Tabung

-

-

Rp

870.000

Rp

300.000

1.

Pemanas/gas

Rp 12.600.000

2.

Listrik Kandang

3.

Sekam Padi

120

Karung

4.

Obat-obatan

-

-

Rp 7.300.000

5.

Penyusutan kandang

-

-

Rp 6.285.714

-

-

Rp 2.300.000

dan peralatan
6.

Lain-lain
Total

Rp 29.655.714

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017

Universitas Sumatera Utara

3. Biaya Produksi Peternakan Ayam Broiler Robert Sianturi (pada bulan
Desember 2016 dan januari 2017 Memiliki Jumlah yang Sama)
Tabel 4.11
Biaya Bahan Baku Langsung Peternakan Ayam Broiler Robert Sianturi
Volume

Jumlah (Rp)

No

Bahan Baku Langsung

Unit

satuan

1.

DOC (Bibit)

21.000

Ekor

Rp 119.700.000

Pakan: 1. Poultry Feed H10

3.500

Kg

Rp 25.725.000

2. Poultry Feed H11

12.500

Kg

Rp 91.562.500

3. Poultry Feed H12P

60.250

kg

Rp 439.825.000

2.

Total

Rp 686.892.500

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Tabel 4.12
Biaya Tenaga Kerja Langsung Peternakan Ayam Broiler Robert Sianturi
No

Lama Produksi/Hari

Jumlah Pekerja

Jumlah (Rp)

1.

24 Jam

7 Orang

Rp 10.500.000

4. Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Tabel 4.13
Biaya Overhead Pabrik Peternakan Ayam Broiler Robert Sianturi Dalam
Satu Periode
Volume
No

Jenis Biaya

Jumlah (Rp)

Unit

Satuan

1.260

Tabung

Rp 26.460.000

-

-

Rp 1.822.000

1.

Pemanas/gas

2.

Listrik Kandang

3.

Sekam Padi

250

Karung

4.

Obat-obatan

-

-

Rp 10.000.000

5.

Penyusutan Kandang

-

-

Rp 10.000.000

-

-

Rp 3.500.000

Rp

625.000

dan peralatan
6.

Lain-lain
Total

Rp 54.407.000

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017

Universitas Sumatera Utara

4.3 Analisis Data
Berdasarkan hasil dari wawancara/penyajian data diatas untuk mengolah
data tersebut melalui analisis benchmarkingterhadap biaya produksi pada
peternakan ayam broiler, maka dilakukan terlebih dahulu perbandingan produk
dengan pendekatan reserve engineering.
4.3.1 Benchmarking Produk Dengan Pendekatan ReserveEngineering
Konsep benchmarkingdengan pendekatan reserve engineering dilakukan
dengan perbandingan karakteristik produk dan kinerja terhadap produk sejenis
dari pesaing.
Dari segi karakteristik produk, peternakan ayam broiler Arjo Saragi
menghasilkan ayam yang sesuai dengan yang diharapkan, yaitu memiliki bobot
dengan berat 1,7 kg sampai 2 kg per ekornya. Hasil ini menunjukkan bahwa
perawatan dan pemakaian pakan serta vaksin telah tepat guna. Tapi dalam hal
lain, peternakan ayam broiler mengalami masalah seperti keadaan usaha yang
tidak memiliki perkembangan, hal ini dapat dilihat dari awal berdirinya usaha
yang telah berusia 5 tahun hingga saat ini hanya memiliki 2 kandang dengan
kapasitas 6000 ekor.
Kinerja dari peternakan ayam broiler Arjo Saragi ini tergolong lalai dapat
dilihat dari pengambilan keputusan yang lambat. Saat sedang mengalami penyakit
pada ayam tidak cepat diatasi dikarenakan salah dalam menempat tenaga kerja
yang hanya memanfaatkan keluarga yang pengangguran sebagai karyawan,
walaupun sebenarnya mengetahui dengan jelas bahwa karyawan tersebut tidak
tepat pada bidangnya, dan pemakaian 5 orang sebagai karyawan sangat tidak tepat
untuk kapasitas 6000 ekor DOC. Karyawan yang berlebihan ini adalah salah satu

Universitas Sumatera Utara

faktor yang mengakibatkan biaya untuk tenaga kerja menjadi meningkat, yang
akhirnya dapat merugikan usaha.
Peternakan ayam broilerRobert Sianturi

juga memiliki karakteristik

produk yang sesuai dengan yang diharapkan juga, meskipun sempat mengalami
kondisi yang merugikan usaha. Karena pada awal tahun 2016 selama kurang lebih
2 periode ayam broiler mengalami penyakit yang mengakibatkan kematian secara
besar. Namum peternakan ayam broilerRobert Sianturi sangat cepat mencari
solusi dengan mengganti tenaga kerja dengan tenaga kerja yang ahli dengan
perawatan ayam broiler. Kinerja peternakan ayam broiler memiliki kualitas yang
baik dan penempatan tenaga kerja juga sangat efektif dilihat dari penggunaan 7
orang karyawan untuk kapasitas 21.000 ekor. Hal ini sangat membantu untuk
meringankan biaya tenaga kerja langsung dalam usaha.
Setelah melakukan benchmarking terhadap peternakan ayam broiler
Robert Sianturi, peternakan ayam broiler Arjo Saragi mengurangi jumlah
karyawannya menjadi 3 orang untuk kapasitas 6000 ekor DOC dan jam kerja
karyawan ditambah dari 5 jam menjadi 10 jam per hari, hal ini membuat DOC di
peternakan ayam broiler Arjo Saragi menjadi lebih diperhatikan lagi sehingga
hasilnya akan lebih maksimal, dan hal ini juga membantu dalam meringankan
biaya tenaga kerja langsung pada peternakan ayam broiler Arjo Saragi.
4.3.2 BenchmarkingBiaya Produksi
Benchmarkingdigunakan untuk menentukan proses yang akan diperbaiki
secara berkesinambungan, yang menawarkan jalan tercepat untuk mencapai
perbaikan

kinerja

yang

nyata.

Salah

satu

komponen

dasar

dalam

benchmarkingyaitu biaya produksi. Ukuran kinerja menggunakan indikator

Universitas Sumatera Utara

implementasi bahan baku langsung,

biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik.
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga
yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya,
apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya maka akan menghasilkan
keuntungan.
Tabel 4.14
Laporan Harga Pokok Produksi (Desember 2016)
No

Biaya

Peternakan Arjo Saragi

Peternakan R.Sianturi

1.

Bahan Baku

Rp 224.187.500

Rp 686.892.500

2.

Tenaga Kerja

Rp

7.500.000

Rp

10.500.000

32.280.714

Rp

54.407.000

Langsung
3.

Overhead Pabrik

Rp

4.

Total Biaya

Rp 263.968.214

Rp 751.799.500

Rp.

Rp.

Produksi
5.

Biaya/Unit

43.994

35.799

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Tabel 4.15
Laporan Harga Pokok Produksi (Januari 2017)
No

Biaya

Peternakan Arjo Saragi

Peternakan R.Sianturi

1.

Bahan Baku

Rp 182.700.000

Rp 686.892.500

2.

Tenaga Kerja

Rp

4.500.000

Rp

10.500.000

29.655.714

Rp

54.407.000

Langsung
3.

Overhead Pabrik

Rp

4.

Total Biaya

Rp 216.855.714

Rp 751.799.500

Rp.

Rp.

Produksi
5.

Biaya/Unit

36.142

35.799

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan laporan biaya produksi, pada bulan Desember peternakan
Arjo Saragi mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp. 263.968.214 untuk 6000
DOC, hal ini menunjukkan peternakan Ajo Saragi mengeluarkan biaya produksi
Rp. 43.994 untuk 1 DOC, sedangkan peternakan ayam broiler Robert Sianturi
mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp. 751.799.500 untuk 21.000 DOC, hal ini
menunjukkan peternakan ayam broiler Robert Sianturi mengeluarkan biaya
produksi Rp. 35.799 untuk 1 DOC.
Setelah dilakukan benchmarking oleh peternakan ayam broiler Arjo Saragi
dengan peternakan ayam broiler Robert Sianturi pada bulan Januari, peternakan
ayam broiler Arjo Saragi mengeluarkan biaya produksi menjadi sebesar Rp.
216.855.714 ntuk 6000 DOC atau Rp. 36.142 untuk 1 DOC, hal ini menunjukkan
ada penurunan biaya produksi sebesar Rp. 47.112.500
Peternakan ayam broiler Arjo Saragi mampu mendorong harga pokok
produksinya mengikuti peternakan ayam broiler Robert Sianturi yang dilihat dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Benchmarkingsendiri yang dilakukan peternakan ayam broiler Arjo Saragi dapat
membantu untuk mengetahui besarnya tingkat produksi yang dilakukan oleh
peternakan ayam broiler Robert Sianturi . Dengan melihat posisi peternakan ayam
broiler Robert Sianturi dalam tingkat produksinya maka peternakan ayam broiler
Arjo Saragi mampu mengukur dan membandingkan usahanya dalam mencapai
kualitas kerja yang unggul dan mampu berkompetisi.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.3
Proses Bisnis Peternakan Ayam BroilerRobert Sianturi

DOC

Pakan
PT. Pokphand

Peternakan Ayam
Broiler R.Sianturi

Produk
(30-35 hari)

Obat
- Lahan
- Kandang
Tengkulak
- Peralatan
- Tenaga Kerja
Pasar
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017
Berdasarkan gambar proses bisnis yang ditampilkan diatas, adapun
penjelasan prosedur dari gambar proses bisnis peternakan ayam broilerRobert
Sianturi adalah sebagai berikut:
1. Peternakan ayam broilerRobert Sianturi menerima DOC, pakan dan vaksin
dari PT.Pokphand secara bersamaan, yang diantar langsung ke kandang dan
peternakan Robert Sianturi tidak dibebankan pada biaya transportasi.
2. Selama produksi semua bahan termasuk DOC/bibit dirawat secara maksimal
agar jauh dari segala sesuatu yang mungkin dapat menimbulkan resiko
kerugian seperti virus yang dapat menyebabkan kematian pada ternak ayam
broiler.
3. Pemakain pakan dan vaksin secara rutin serta sesuai takaran sehingga dapat
menghasilkan produk jadi pada usia produksi yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara

4. Pada tahap akhir, produk yang sudah siap untuk didistribusikan dari kandang
telah tersedia perusahaan yang menampung kembali produk tersebut sebelum
perusahan mendistribusikan kepada tengkulak dan pasar.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Benchmarking dengan pendekatan reserve engineering yang dilakukan oleh

peternakan ayam broiler Arjo Saragi menggunakan perbandingan karakteristik
produk dan biaya produksi terhadap peternakan ayam broilerRobert Sianturi
sebagai kompetitornya. Dari segi karakteristik produk, peternakan ayam Arjo
Saragi telah mencapai target dan bobot dari ayam yang dihasillkan pada masa
panen telah sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu dengan
berat 1,7 kg sampai 2 kg per ekornya.
2. Setelah melakukan benchmarkingkepada peternakan ayam broiler Robert

Sianturi pada bulan Januari, peternakan ayam broiler Arjo Saragi mengalami
penurunan biaya produksi dariRp. 263.968.214 untuk 6000 DOC, dan untuk
satu DOC mengeluarkan Rp. 43.994, menjadi Rp. 216.855.714 untuk 6000
DOC atau Rp. 36.142 untuk 1 DOC, hal ini menunjukkan ada penurunan biaya
produksi sebesar Rp. 47.112.500.
3. Pada biaya produksinya peternakan ayam broiler Arjo Saragi dapat mendorong

harga pokok produksinya dengan mengikuti peternakan ayam broilerRobert
dan terus mengimplementasikannya secara berkesinambungan yang mampu
memperbaiki proses produksi secara terus-menerus.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peternakan ayam broiler Arjo Saragi harus lebih memperhatikan manajemen
secara keseluruhan sehingga tepat pada yang sebernanya, seperti pemakaian
kandang dengan kapasitas yang maksimal. Karena 2 kandang dengan
kapasitas 6000 ekor tidak tepat, dapat dibandingkan dengan peternakan ayam
broilerRobert Sianturi yang memilki 21.000 ekor untuk 3 kandang, dalam
arti 1 kandang dapat menampung 7000 ekor DOC/bibit.
2. Peternakan Ayam Broiler Arjo Saragi seharusnya mengadakan pelatihan
kepada para karyawannya agar karyawan tersebut ahli dalam bidang
peternakan ayam, karena dengan karyawan yang tepat pada bidangnnya dapat
3. mengurangi jumlah tenaga kerja yang digunakan dan hal ini dapat menekan
biaya tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Manajemen Risiko Pada Usaha Peternakan Ayam (Studi Pada Peternakan R. Sianturi di Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

1 13 101

Analisis Manajemen Risiko Pada Usaha Peternakan Ayam (Studi Pada Peternakan R. Sianturi di Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 1 9

Analisis Manajemen Risiko Pada Usaha Peternakan Ayam (Studi Pada Peternakan R. Sianturi di Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 0 2

Analisis Manajemen Risiko Pada Usaha Peternakan Ayam (Studi Pada Peternakan R. Sianturi di Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun) Chapter III V

0 1 53

Analisis Benchmarking Terhadap Biaya Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi pada Peternakan Ayam Bapak Arjo Saragi Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 0 12

Analisis Benchmarking Terhadap Biaya Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi pada Peternakan Ayam Bapak Arjo Saragi Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 0 2

Analisis Benchmarking Terhadap Biaya Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi pada Peternakan Ayam Bapak Arjo Saragi Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 0 6

Analisis Benchmarking Terhadap Biaya Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi pada Peternakan Ayam Bapak Arjo Saragi Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 0 29

Analisis Benchmarking Terhadap Biaya Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi pada Peternakan Ayam Bapak Arjo Saragi Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 0 1

Analisis Benchmarking Terhadap Biaya Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi pada Peternakan Ayam Bapak Arjo Saragi Kec. Hutabayu Raja Kab. Simalungun)

0 0 13