Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Imelda Medan Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain deskriptif korelasi dengan pendekatan pengamatan sewaktu (cross
sectional). Desain korelasi bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya (Polit & Beck, 2012). Penelitian deskriptif
korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara supervisi kepala
ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Imelda
Medan.
3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Imelda Medan.

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015.
3.3.


Populasi Dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di

ruang rawat Inap Rumah Sakit Imelda Medan sebanyak 68 orang perawat.
Jumlah ruangan rawat inap sebanyak 8 ruangan dan 8 kepla ruangan.
(Keperawatan Rumah Sakit Imelda, 2015).

43

Universitas Sumatera Utara

44

3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi, yaitu semua perawat
pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Imelda Medan.
Penyebaran sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini dengan rincian:

NO


Nama Ruangan

Jumlah perawat

1

Dahlia

7

2

Katalia

6

3

Angrek


5

4

VIP

3

5

Mawar

6

6

Matahari

6


7

Tulip

5

8

Teraatai

4

Jumlah

42

Tabel 3.1 Jumlah sampel di ruangan rawat inap
Kriteria sampel dalam penelitian ini untuk kriteria inklusi: 1) Perawat
pelaksana yang sedang bertugas di unit rawat inap Rumah Sakit Imelda Medan,

2) Bersedia menjadi responden, 3) Lama kerja > 1 tahun. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah: 1) Perawat yang sedang cuti saat penelitian, 2) Perawat
yang sedang sakit saat penelitian, 3) Perawat yang sedang tugas belajar saat
penelitian, 4) Perawat yang bertugas sebagai kepala ruangan/penanggung jaawab
ruangan 5) Perawat yang menjabat struktural.
3.4

Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data primer
Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada sampel

yaitu perawat pelaksana dan memberikan angket yang diisi sendiri oleh mereka
dengan cara memberikan kuesioner yang telah dipersiapkan.

Universitas Sumatera Utara

45

Kuesioner mengacu pada variabel yang akan diteliti yaitu berisi
pertanyaan tentang variabel terikat yaitu kepuasan perawat dan pertanyaan

tentang variabel bebas meliputi supervisi kepala ruangan
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari data pada bagian administrasi Rumah Sakit
Imelda Medan meliputi data-data yang relevan dengan tujuan penelitian seperti
jumlah perawat, lama kerja, pendidikan dan nama-nama ruangan.
3.5.

Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel penelitian
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya

atau berubahnya variable dependen atau yang mempengaruhi stimulus, input
(Sugiyono, 2005). Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dan variabel ini sering
disebut respon, output (Sugiyono, 2005). Variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu supervisi kepala ruangan, dengan sub variabel edukatif, suportif dan
manajerial sedangkan variabel dependen adalah kepuasan kerja perawat
dengan sub variabel kerja yang menantang, ganjaran, dan kondisi kerja.

Universitas Sumatera Utara


46

3.5.2. Defenisi Operasional
Tabel 3.2 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel

Definisi

Alat ukur

Range

Reaksi emosional dan sikap
perawat pelaksana terhadap
pekerjaannya terkait dengan
supervisi yang dilakukan
oleh
kepala
ruangan.

Kepuasan kerja yang diukur
mencakup item kerja yang
menantang, ganjaran dan
kondisi kerja.

Kuesioner A terdiri
dari
22
item
pernyataan. Dengan
mengunakan pilihan
jawaban
1 = sangat tidak
puasa (STP)
2 = tidak puas (TP)
3 = puas (P)
4 = sangat puas (SP)

Kepuasan
kerja perawat

pelakasana
Puas jika skor
67-88
Cukup puas
jika
skor 45-66
Tidak Puas
Jika skor 2244

Persepsi perawat terhadap
adanya kesempatan yang
dirasakan perawat untuk
mengunakan kemampuan
dan keterampilan mereka
untuk mengerjakan
pekerjaan yang lebih besar
tangung jawab dan nilainya

Pernyatan dari
kepuasan dilihat

dilihat dari kerja
yang menantang
terdiri dari 6
pernyataan yaitu
(1,2,3,4.5,6)

1.2. Ganjaran

Persepsi perawat pelakasana
tentang kebijakan, upah,
promosi jabatan yang
mereka angagp adail dan
sesuai.

Pernyatan dari
kepuasan dilihat
dilihat dari ganjaran
terdiri dari 8
pernyataan.(7,8,9,10.
11,12,13,14)


1.3. Kondisi
Kerja

Persepsi perawat terhadap
lingkungan pekerjaanya baik
dari lingkungan fisik, teman
sejawat, atasan sehinga
mereka merasa puas dengan
keadaanya

Pernyatan dari
kepuasan dilihat
dilihat dari kondisi
kerja
terdiri dari 8
pernyataan
yaitu(15,16,17,18,19,
20,21,22)

Persepsi perawat pelaksana
tentang kegiatan kepala
ruangan dalam melakukan
pembinaan
dengan
menerapkan
prinsip
merencanakan,
mengajar,
mengarahkan, membimbing,
mengobservasi, mendorong,
memperbaiki, memerintah
dan mengevaluasi secara
terus menerus pada setiap
perawat.

Menggunakan
kuesioner skala likert
1-4 yang terdiri dari
34 pernyataan
dengan kategori:
1 = tidak pernah
(TP)
2 = jarang (J)
3 = sering (S)
4 = sangat sering
(SS)

1.

Kepuasan
Kerja
perawat
pelaksana

1.1. Kerja yang
menantang

2.

Supervisi
kepala
ruangan

Skala
ukur
Interval

Puas
Cukup puas
Tidak puas

Puas
Cukup puas
Tidak puas

Puas
Cukup puas
Tidak puas

Supervisi
dikatakan

Interval

Puas jika skor
103-136
Cukuppuas
jika skor
skor 69-102
tidak puas jika
skor
34-69

Universitas Sumatera Utara

47

2.1. Kegiatan
educative

2.2. Kegiatan
supportive

2.3. Kegiatan
manageria
l

3.6

Persepsi perawat pelaksana
tentang kegiatan kepala
ruangan dalam melakukan
supervisi yang berkaitan
dengan peran kepala
ruangan dalam
meningkatkan pengetahuan
dan percaya diri perawat
Persepsi perawat pelaksana
tentang kegiatan kepala
ruangan dalam
melaksanakan supervisi
yang berkaitan dengan
pembelajaran dan
peneyelesaian dari suatu
masalah
Persepsi perawat tentang
kegiatan kepala ruangan
dalam melaksanakan
supervisi dan cara yang
digunakan oleh kepala
ruangan pada perawat
pelaksana melakukan
evaluasi berupa kontrol
kualitas pekerjaan,
kesehatan kerja, prosedur
pekerjaan dan kebijakan
pekerjaan perawat ruangan

Pernyatan supervisi
edukatif
terdiri dari 12
pernyataan yaitu
(1,2,3,4.5,6,7,8,9,10,
11,12)

Pernyatan supervisi
suportif
Terdiri dari 1
pernyataan yaitu
pernyatan
(13,14,15,16,17,18,1
9,20,2122,23,)

Pernyatan supervisii
menejerial
terdiri dari 11
pernyataan yaitu:
(24,25,26,27,28,29,3
0,31,32,33,34

Puas
Cukup puas
Tidak puas

Puas
Cukup puas
Tidak puas

Metode Pengukuran
3.6.1

Prosedur penggunaan instrumen

Alat pengumpul data yang dipakai pada penelitian ini menggunakan
formulir pengumpulan data dan kuesioner. Kuesioner merupakan serangkaian
atau daftar pertanyaan yang disusun sistematis, kuesioner diisi oleh responden,
setelah diisi, kuesioner dikembalikan kepada peneliti (Bungin, 2006).
Instrumen terdiri atas: karakteristik responden/demografi, supervisi
kepala ruangan dan kepuasan kerja perawat pelakasana.

Universitas Sumatera Utara

48

Alasan peneliti memilih instrumen penelitian dengan menggunakan
kuesioner karena mendapat keuntungan, antara lain: 1) Tidak memerlukan
hadirnya peneliti, 2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden,
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing, dan
menurut waktu senggang responden, 4) Dapat dibuat anonym sehingga
responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab, 5) Dapat dibuat
terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benarbenar sama.
3.6.2

Pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

3.6.2.1 Supervisi kepala ruangan
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti sebanyak 34 item pertanyaan dengan
mengacu pada kerangka konsep berdasarkan situasi dan kondisi rumah sakit.
Kuesioner ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan supervisi yang
diberikan oleh kepala ruangan. Kuesioner ini berkaitan dengan peran kepala
ruangan dalam meningkatkan supervisi (meningkatkan pengetahuan dan percaya
diri perawat pelaksana, meningkatkan kemampuan perawat mengatasi konflik
dengan rekan kerja maupun dengan pasien dan meningkatkan rasa tanggung
jawab perawat). Kuesioner ini berisi pernyataan supervisi secara edukatif,suportif
dan manajerial terdiri dari 34 pernyataan dan diukur menggunakan skala likert
dengan skor: Rentang skor nilai 136-34 puas, 69-102 cukup puas dan 34-68 tidak
puas .

Universitas Sumatera Utara

49

3.6.2.2 Kepuasan kerja
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka
berdasarkan situasi dan kondisi rumah sakit dalam melihat kepuasan kerja
perawat. Kuesioner ini bertujuan untuk menunjukkan pada respon empat poin
skala sejauh mana mereka puas atau tidak puas terhadap pekerjaanya.
Pengukuran variabel kepuasan kerja terdiri atas 22 butir pertanyaan
dengan menggunakan pilihan jawaban sangat tidak puas (STP), tidak puas (TP),
puas (P) dan sangat puas (SP). Pernyatan kepuasan kerja terdiri dari 22 item, dan
responden diminta untuk menunjukkan pada respon empat poin skala sejauh mana
mereka puas atau tidak puas. Kuesioner berisi pernyataan kepuasan kerja perawat
terdiri dari 22 pernyataan. Setiap variabel diukur menggunakan skala likert
dengan rumus yaitu nilai tertingi dikurang nilai terendah dibagi banyak
kelassehinga didapat rentang skor 22-44 tidak puas, 45-66 cukup puas, 67-88
puas.
3.6.3 Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument. Uji validitas dilakukan sebelum penelitian
dilaksanakan untuk mengevaluasi kejelasan ringkasan dari setiap item kuisioner
dengan persentasi skor item pada ranting 3 dan 4. Tujuan dari Conten Validity
Indeks (CVI) ini adalah untuk menilai relevansi dari masing-masing item terhadap
apa yang akan di ukur oleh peneliti. Para ahli diberikan pertanyaan dan diminta
pendapatnya tentang data demografi, kuisoner supervisi kepala ruangan, dan
kinerja perawat.

Universitas Sumatera Utara

50

Untuk mendapatkan total CVI dengan cara menjumlahkan persentase
skor item pada ranting 3 dan 4 yang disetujui oleh para expert. CVI diterima
minimal 0.80 (Lynn, 1986; Polit & Beck, 2004). Bila validitas telah dicapai sesuai
dengan kriteria maka data tersebut bebas dari kesalahan sistematis.
Hasil CVI

dari 36 item pertanyaan supervisi kepala ruangan dinyatakan

relevan namun perlu dilakukan revisi pada item pertanyaan 1, 5, 10, dan

32.

Dan ada 2 pernyataan yang di hilangkan ( 19, 35) karna pernyatan hamper sama
dengan item yang lain. nilai CVI untuk supervisi kepala ruangan adalah 0.86.
Hasil CVI instrumen kepuasan kerja perawat dari 22 dinyatakan semua valid
tetapi perlu di revisi pada item 6, 11 dan 21 dan dinyatakan valid setelah dilkukan
perbaikan nilai total CVI dari 3 expert 0,92.
3.6.4. Peserta
Para ahli terdiri dari 3 orang magister keperawatan dengan rincian 1 orang
bekerja sebagai supervisior Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan,
dan 2 orang bekerja sebagai dosen di STIKes Sumatra utara Medan. Para expert
menganalisa dan menilai kuisioner penelitian tentang supervisi kepala ruangan
dan kepuasan kerja perawat. Masing-masing terdiri dari 4 kategori menggunakan
skala 1–4. Skala 1 menyatakan tidak pernah, skala 2 menyatakan jarang, skala 3
sering, skala 4 sangat sering. Instrumen penilaian kepuasan kerja perawat di
rumah sakit menggunakan skala Likert dengan 4 skala yaitu : 1 menyatakan
sangat tidak puas, skala 2 tidak puas, skala 3 puas, skala 4 sangat puas. pertanyaan
valid dengan nilai CVI

0.92

dan selanjutnya peneliti dapat melakukan uji

instrumen.

Universitas Sumatera Utara

51

3.6.5.

Reliabilitas
Reliabilitas instrument dalam penelitian kuantitatif adalah untuk menilai

kualitas konsisten dalam mengukur atribut target. Reliabilitas instrumen dapat
disamakan dengan stabilitas, konsistensi dan dependebilitas. Keandalan juga
menyangkut akurasi instrumen yang mencerminkan nilai-nilai yang benar sampai
kesalahan pengukuran tidak diperoleh. Pengukuran yang reliabel dapat
memaksimalkan komponen nilai yang benar dan meminimalkan kesalahan. Uji
reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi alat ukur, apakah
alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika
pengukuran tersebut diulang (Polit & Beck, 2012). Kuesioner dapat dikatakan
reliabilitas tinggi jika nilai alpha cronbach melebihi angka kritis. Uji reliabilitas
supervisi kepala ruangan dan kepuasan kerja minimal 0,70 dan di atas 0,80 adalah
baik (Polit & Beck, 2012). Uji instrumen ini dilakukan di Rumah Sakit Haji
Medan menguji coba instrument

pada 30 responden (perawat pelaksana di

ruangan rawat inap).
Dari 30 kuisioner yang peneliti bagikan kepada responden (perawat
pelaksana) semuanya kembali dengan lengkap dan telah terisi sesuai dengan yang
peneliti harapkan. Hasil data demografi
rumah sakit tersebut adalah

yang diperoleh 30

responden pada

6 orang laki-laki (20%), 24 orang wanita (80%),

usia antara 20-30 tahun sebanyak 14 orang (46,7%) usia antara 31-40 tahun 14
orang (46,7%), usia 41-60 tahun 2 orang (6,7%). Berdasarkan lama kerja
diperoleh hasil pilotstudy 2-5 tahun 7 orang (23,3%), 6-10 tahun 15 orang
(50,0%), 11-25 tahun 8 orang (26,7%), 16-20 tahun 1 orang (3,3%).

Universitas Sumatera Utara

52

Pilot study yang dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan tersebut untuk
supervisi kepala ruangan di dapatkan nilai cronbach’s alpha

0.84. Nilai item

korelasi total terendah 0.10 dan yang tertinggi 0.74. Item kelompok supervisi
secara edukatif (12 item) diperoleh hasil nilai alpha cronbach coefficient 0.88,
kelompok supervisi secara suportif (11 item) = 0.85, item kelompok supervisi
manejerial (11 item) = 0.81, item, item kelompok kerja yang menantang (6 item)
= 0,76, kelompok kepuasan kerja dari item ganjaran (7) = 0,74, kelompok aitem
kondisi kerja ( 5 item) =0,91.

3.7

Metode Analisis Data
Proses analisis data terhadap variabel penelitian didahului oleh proses

editing, coding, processing, cleaning (Hastono, 2007). Editing merupakan
proses pengecekan kelengkapan, kejelasan jawaban responden. Responden
diminta untuk melengkapi jawaban atau memperjelas jawaban jika terdapat
ketidakjelasan jawaban responden.
Proses coding yaitu merubah data dalam bentuk huruf menjadi data yang
berbentuk bilangan atau angka untuk mempermudah memasukkan data ke
komputer. Tahap selanjutnya processing yaitu memproses data untuk melakukan
analisis data. Selanjutnya cleaning yaitu pengecekan kembali terhadap
kemungkinan kesalahan pada saat memasukkan data- data kedalam computer.
Teknik analisis data yang dilakukan untuk mengetahui hubungan supervisi
kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
Rumah Sakit Imelda Medan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

53

1. Analisis univariat
Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, sehingga kumpulan
data tersebut dapat disederhanakan dan diringkas menjadi informasi yang
berguna. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase (Hastono, 2007). Analisis univariat dilakukan untuk
mengetahui distribusi frekuensi yang berkaitan dengan karakteristik
responden dan seluruh variabel penelitian supervisi kepala ruangan dan
kepuasan kerja perawat pelaksana.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing
variabel independen dengan dependen menggunakan uji Pearson r
Correlation. Angka korelasi berkisar antara -1 s/d +1. Semakin mendekati
1 maka korelasi semakin mendekati sempurna. Sementara nilai negatif dan
positif mengindikasikan arah hubungan.
Arah hubungan yang positif menandakan bahwa pola hubungan searah
atau

semakin

tinggi

supervisi

yang

dilakukan

kepala

ruangan

menyebabkan semakin puas perawat dalam bekerja. Interprestasi angka
korelasi menurut Sugiyono, (2007). Mengelompokan nilai kekuatan
hubungan sebagai berikut: 0 – 0,199= Sangat lemah, 0,20 – 0,399 =
Lemah, 0,40 – 0,599 = Sedang, 0,60 – 0,799 = Kuat, 0,80 – 1,0 =Sangat
kuat.

Universitas Sumatera Utara

54

3.8

Pertimbangan Etik
Peneliti memperhatikan prinsip-prinsip dasar etik penelitian yang meliputi

beneficience, respect for human dignity dan

justice (Polit & Beck, 2012).

Pertimbangan etik terkait penelitian ini dilakukan melalui perizinan dari komite
etik rumah sakit dan komite etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. Asas manfaat (beneficience) adalah salah satu prinsip etik yang paling
mendasar,

dalam

hal

ini

peneliti

harus

meminimalkan

kerugian

dan

memaksimalkan manfaat untuk responden penelitian (Polit & Beck, 2012).
Asas manfaat disini meliputi: Bebas dari kerugian dan ketidaknyamanan,
peneliti memiliki kewajiban untuk mencegah atau tidak menimbulkan kerugian
dan ketidaknyamanan baik fisik maupun psikis pasien (Polit & Beck, 2012).
Seluruh responden diberikan lembar persetujuan, yang ditanda tangani sebagai
bukti kesediaannya menjadi responden (informed consent) merupakan salah satu
cara peneliti untuk mencegah kerugian dan ketidaknyamanan responden.
Bebas dari eksploitasi, keterlibatan responden dalam penelitian ini harus
mendapat jaminan bahwa data atau informasi yang diberikan tidak akan
menimbulkan kerugian bagi responden di masa yang akan datang (Polit & Beck,
2012). Peneliti disini menjelaskan tujuan penelitian, manfaat dan prosedur
penelitian serta hak dan kewajiban responden, sehingga responden merasa dirinya
tidak dieksploitasi. Selain itu, peneliti juga menjelaskan hak dan kewajiban
peneliti untuk melindungi responden dan menggunakan data atau informasi yang
diberikan responden hanya untuk penelitian, sehingga responden merasa aman
selama dilakukan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

55

Asas menghargai hak asasi manusia (Respect for human dignity).Asas ini
meliputi: Hak untuk membuat keputusan (The right to self determination),
responden merupakan individu yang memiliki otonomi untuk menentukan
aktivitas yang akan dilakukannya, dalam hal ini responden memiliki hak untuk
menentukan apakah dirinya akan berpartisipasi dalam penelitian atau tidak tanpa
khawatir akan mendapatkan sanksi atau tuntutan hukum (Polit & Beck, 2012).
Selama penelitian berlangsung, peneliti menghargai dan menerima semua
keputusan responden yang diberikan sehingga responden terlibat dalam penelitian
secara sukarela dan tanpa paksaan. Hak untuk memperoleh informasi (The right to
full disclosure), hak untuk membuat keputusan dan hak untuk mendapatkan
informasi merupakan dua faktor utama yang menjadi landasan dalam membuat
informed concent (Polit & Beck, 2012).
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti menjelaskan segala hal yang
berkaitan dengan penelitian, setelah mendapatkan penjelasan, responden diberikan
kesempatan untuk bertanya dan memutuskan apakah bersedia atau tidak bersedia
untuk terlibat dalam penelitian.
Asas keadilan (Justice), yang meliputi: Hak untuk mendapatkan tindakan
yang adil (The right to fair treatment), prinsip memperlakukan secara adil
berkaitan dalam memilih responden berdasarkan kriteria sampel bukan
berdasarkan maksud atau posisi tertentu (Polit & Beck, 2012). Selain itu peneliti
harus memperlakukan semua responden tanpa adanya diskriminasi sehingga
peneliti harus menghargai perbedaan baik dalam hal keyakinan, budaya, dan
sosial ekonomi responden (Polit & Beck, 2012).

Universitas Sumatera Utara

56

Saat penelitian berlangsung, peneliti berupaya memahami perbedaan latar
belakang setiap responden, sehingga peneliti dapat menghargai perbedaan
tersebut, namun tetap berlaku adil dalam memperlakukan setiap responden sesuai
dengan tujuan dan prosedur penelitian.
Hak untuk mendapatkan privasi (The right to privacy), responden memiliki
hak untuk mengajukan permintaan mengenai data atau informasi yang berkaitan
dengan dirinya untuk dijaga kerahasiaannya (Polit & Beck, 2012). Oleh karena itu
untuk menjaga kerahasiaan responden maka responden tidak perlu mencantumkan
namanya dalam lembar pengumpulan data (anonimity). Semua data dan informasi
yang diberikan disimpan dan dijaga kerahasiaannya serta hanya untuk
kepentingan pasien.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan di rumah sakit swasta di kota Medan pada
bulan juli 2015. Hasil penelitian menjelaskan: 1) Deskripsi lokasi penelitian, dan
2) Hasil penelitian.
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu rumah sakit swasta yang ada di kota Medan
yaitu Rumah Sakit Imelda Medan. Rumah Sakit Umum Imelda Medan merupakan
rumah sakit swasta yang berdiri sejak tahun 1983. Rumah Sakit Imelda Medan
berada di Jalan Bilal No. 24 Kelurahan Pulo Brayan Darat I Kecamatan Medan
Timur. Rumah sakit yang terletak di lokasi strategis di kota Medan telah memiliki
fasilitas penunjang pelayanan kesehatan yang lengkap dan didukung oleh Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sebanyak 380 orang dengan berbagai latar
belakang pendidikan dan propesi.

4.2. Karakteristik Individu
Penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil tentang karakteristik
responden yaitu

mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan

persentase (69%), jenis kelamin laki-laki (31%) kategori usia terbanyak antara
21-35 tahun (97,6%), 35-45 thun (2,4%) kategori lama bekerja mayoritas 2-5
tahun (92,9%), 6-11 tahun (7,1%) dan kategori pendidikan

mayoritas

berpendidikan D3 yaitu (71,1%) sedangkan yang berpendidikan S1 (23,9%).

58

Universitas Sumatera Utara

59

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden di Ruang
Rawat inap Rumah Sakit Imelda Medan (n=42)
Karakteristik
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
21-35 tahun
36-45 tahun
Lama bekerja
2-5 tahun
6-11 tahun
Pendidikan
D3
S1

Frekuensi

%

13
29

31
69

41
1

97,6
2,4

39
3

92,9
7,1

32
10

71,1
23,9

Sedangkan untuk data demografi kepala ruangan di rumah sakit Imelda
medan dapat dilihat rata rata pada katagori umur dewasa muda yaitu umur 21-35
tahaun, jenis kelamin 75% perempuan, lama bekerja berada pada katagori mahair
yaitu 2-5 tahun, dan pendidikan sudah sebgian besar berpendidikan S1 sebnayk
62,5%. Sebaran data bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik kepala ruangan Ruang
Rawat inap Rumah Sakit Imelda Medan (n=8)
No
1
2
3
4

Karakteristik
Jenis kelamin
Lakai – laki
Perempuan
Umur
21-35 tahun
35-45 tahun
Pendidikan
S1
D3
Lama bekerja
3-5 tahun
6-11 tahun

Frekuensi

%

2
6

25
75

8
-

100
-

5
3

62,5
37,5

5
3

62,5
37,5

Universitas Sumatera Utara

60

Untuk selanjutnya tingkat pendidikan dan lama bekerja kepala ruangan
dilkukan crosstab sehinga didiapatkan hasil dari 5 orang kepla ruangan yang
bekerja anatara 3-5 tahun, 2 orang diantaranya adalah sarjana keperwatan dan 3
oarangg merupakan akademi keperawatan, sedangkan 3 oarang perawat yang
bekerja anatara 6-11 tahun ke 3 nya berpendidikan sarjana keperawatan.

Tabel 4.3. Crosstabulation tingkat pendidikan dengan lama bekerja
ruangan rawat inap Rumah Sakit Imelda Medan (n=8)

Lama Kerja
3-5 tahun
6-11 tahun

Pendidikan
sarjana keperawatan akademi keperawatan
2
3
3
0
5
3

kepala

Total
5
3
8

4.3. Analisis Univariat
Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
data demografi responden, data kepala ruangan, data supervisi kepala ruangan,
dan data kepuasan kerja perawat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase. Berikut ini adalah uraian gambaran hasil penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit Imelda Medan.
4.3.1. Supervisi Kepalaruangan
Hasil penelitian terhadap supervisi kepala ruangan di dapatkan respon
perawat dengan hasil mayoritas puas sebanyak 31 (73,8 %), respon perawat yang
cukup puas 11 (26,2%)

Universitas Sumatera Utara

61

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi dan persentasi Kegiatan supervisi kepala ruangan di
ruangan rawat inap Rumah Sakit Imelda Medan (n=42)
No
1
2
3

Kategori Supervisi
Puas

n
31

Cukup puas
Tidak Puas

11
0

%
73,8
26,2
0

Hasil penelitian kepuasan perawat terhadap supervisi 73,8% menyatakan
puas, dan 26,2% mengatakan cukup puas. Berdasarkan hasil diatas dapat
diasumsikan bahwa semakin baik supervisi yang dilakukan kepala ruangan, maka
kepuasan kerja perawat pelaksana akan semakin baik pula, begitu juga sebaliknya.
Supervisi kepala ruangan dilakukan dengan tiga kegiatan supervisi yaitu
supervisi edukatif didapatkan hasil mayoritas respon perawat puas (95,2%),
supervisi suportif didapatkan hasil mayoritas respon perawat puas (59,5%), dan
supervisi manajerial didapatkan hasil mayoritas respon perawat cukup puas
(52,4%).
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi dan persentasi Kegiatan supervisi Edukatif,
Suportif, dan Manejerial di Ruang rawat inap Rumah Sakit Imelda
Medan
(n=42)
Kategori
Puas
Cukup Puas
Tidak Puas

Supervisi Edukatif
n
%
40
95,2
2
4,8
0
0

Supervisi Suportif
N
%
25
59,5
17
40,5
0
0

Supervisi Manejerial
n
%
20
47,6
22
52,4
0
0

4.3.2. Kepuasan Kerja Perawat
Hasil persentase kepuasan kerja perawat didapatkan 73,8% menyatakan puas
dan 26,2% cukup puas. Kepuasan kerja perawat pelaksana dapat mempengaruhi
performa kerja perawat.

Universitas Sumatera Utara

62

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi dan persentasi kepuasan kerja perawat pelaksana di
ruangan rawat inap Rumah Sakit Imelda Medan (n=42)
No
1
2
3

Kategori Kepuasan Kerja
Puas

n
31

%
73,8

Cukup puas
Tidak Puas

11
0

26,2
0

Kepuasan kerja perawat dibagi menjadi tiga kategori yaitu kepuasan kerja
yang dilihat dari Kerja yang menantang, Ganjaran dan Kondisi kerja.
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi dan persentasi kepuasan kerja perawat di Ruang
rawat inap Rumah Sakit Imelda Medan
(n=42)
Kategori
Puas
Cukup Puas
Tidak Puas

Kerja Yang Menantang
N
%
25
59,5
17
40,5
0
0

Ganjarn
N
20
22
0

%
47,6
52,4
0

Kondisi Kerja
n
%
29
69
13
31
0
0

Hasil persentase dan distribusi frekunsi sub variabel kepuasan kerjayaitu:
Kerja yang menantang didapatkan hasil mayoritas puas 59,5%, Kepuasan kerja
berdasarkan Ganjaran didapatkan hasil mayoritas cukup puas 52,4%, dan
kepuasan kerja yang dilihat dari kondisi kerja didapatkan hasil mayoritas puas
69%, cukup puas 31%.
Tabel 4.8. Crosstabulation Supervisi kepala ruangan dengan kepuasan kekerja
perawat pelaksana di ruangan rawat inap Rumah Sakit Imelda Medan
(n=42)

Supervisi
Cukup puas
Puas
Tidak Puas

KepuasanKerja
Cukup Puas Puas
Count
6
5
% within KepuasanKerja
54.5%
16.1%
Count
5
26
% within KepuasanKerja
45.5%
83.9%
Count
0
0
% within KepuasanKerja
0%
0%

Total
11
26.2%
31
73.8%
0
0%

Universitas Sumatera Utara

63

Hasil Crosstabulation supervisi dengan kepuasan kerja diperoleh, dari 11
orang perawat yang memiliki persespsi cukup terhadap supervisi, ditemukan
sebanyak 6 orang yang memiliki kepuasan kerja pada katagori cukup puas dan 5
orang pada katagori puas, sedangkan dari 31 orang perawat yang memiliki
persepsi puas terhadap supervisi yang dilakukan kepala ruangan, sebanyak 5
orang berada pada katagori cukup puas terhadap pekerjaanya, dan 29 orang
berada pada katagori puas
4.4 Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel bebas
terhadap variabel terkait dengan menggunakan uji pearson Correlations.
Berdasarkan analisis korelasi maka terdapat hubungan antara supervisi kepala
ruangan dan kepuasan kerja perawat pelaksana dengan nilai p = 0,01, signifikan
nilai r = 0,38 dengan kategori kekuatan hubungan lemah.

Tabel 4.9. Hasil Uji korelasi bivariat antara supervisi kepalaruangan dan kepuasan
kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Imelda Meda
No
1

Variabel
Supervisi* Kepuasan Kerja

N
42

P
0,01

R
0,38

Hasil uji corelasi pearson diperoleh bahwa ada hubungan yang positif
antara supervisi kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di
ruangan rawat inap Rumah sakit Imelda Medan dengankategori kekuatan
hubungan lemah dengan nilai p = 0,01 siknifikan dengan nilai r = 0,38.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang: 1) supervisi kepala
ruangan, 2) Kepuasan kerja perawat pelaksana, 3) kekuatan dan keterbatasan
penelitian.
5.1.Supervisi Kepala Ruangan
Berdasarkan hasil penelitiann didapatkan hasil kepuasan perawat terhadap
kegiatan supervisi yang dilakukan kepala ruangan di ruangan rawat ianap Rumah
Sakit Imelda Medan yaitu diperoleh hasil 73,8% puas dengan kegiatan supervisi
yang dilakukan oleh kepala ruangan.
Hasil penelitian ini juga di dukung oleh jawaban responden terhadap item
pernyataan kepala ruangan memfasilitasi saya untuk memahami materi supervisi
yang akan disampaikan serta item pernyatan kepala ruangan menjadwalkan
program supervisi secara teratur, dan di perkuat dengan jawapan responden
mengatakan kepala ruanagan selalu memriksa pekerjaan perawat sesuai standar.
selain pernyataan tesebut memlalui wawan cara yang dilkukn peneliti perawat
juga menyatakan mereka merasa senag dengan adanya supervisi yang dilakukan
oleh kepala ruangan dengan adanya supervisi yang berkelanjutan mereka merasa
ada penembahan ilmu baru setiap hari dan selalu mendapat bimbingan dalam
bekerja serta dukungan yang postif dari kepala ruangan sehinga mereka mulai
mencintai pekerjaanya dan puas dengan pekerjaanya sekarang.
Disamping itu kepuasan perawat terhadap kegiatan supervisi yang
dilakukan oleh kepala ruangan di rumah sakit Imelda medan dikarnakan supervisi
ini merupakan kegiatan yang baru diprogramkan dan selalu diberikan pelatihan
berkala kepada kepala ruangan untuk memahami supervisi lebih dalam lagi.

64

Universitas Sumatera Utara

65

Kemampuan kepala ruang dalam mengelola ruang rawat inap dengan mengunakan
supervisi yang benar harus di pertahankan bahkan perlu di tingkatkan lagi dengan
cara pelatihan supervisi serta pelatihan manajemen keperawatan yang lainya,
karena kepala ruang harus memiliki ketrampilan dalam komunikasi, kemampuan
memberi motivasi kepada staf, ketrampilan kepemimpinan, ketrampilan mengatur
waktu serta mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Disamping
itu seorang kepala ruangan diharapkan dapat bertanggung jawab dan mampu
melaksanakan manajemen keperawatan sehingga dapat menghasilkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas.
Supervisi kepala ruangan yang diterapkan di ruang rawat inap rumah sakit
Imelda Medan prinsipnya adalah proses pembelajaran dari kepala ruangan kepada
perawat pelaksana. Kepala ruangan melakukan supervisi yang disesuaikan dengan
panduan supervisi yang telah dibuat dan di sesuikan dengan tingkat kemampuan
perawat pelaksana dan kondisi rumah sakit serta kebutuhan di ruangan.
Bentuk supervisi didesain dalam bentuk kegiatan educative, supportive,
dan managerial yang memungkinkan semua perawat berperan aktif dalam
kegiatan supervisi. Penerapan supervisi memacu kepala ruangan dan perawat
pelaksana untuk terus mengembangkan kemampuan dalam praktik keperawatan.
Melihat data demografi kepala ruangan yang sebagian besar sudah
memiliki pengalaman sebagi kepala ruangan lebih dari dua tahun dan memiliki
latar belakang pendidikan 62,5% S1 keperawatan, dan didiukung dengan umur
kepala ruangan 100% berada pada usia dewasa muda, sehinga dapat diasumsikan
kepala ruangan bisa menguasai teknik-teknik yang baik untuk melakukan

Universitas Sumatera Utara

66

supervisi, sehinga pelaksanaan supervisi bisa berjalan dengan biak dan diterima
oleh perawat pelaksana kegiatan supervisi tersebut.
Usia responden termasuk pada usia dewasa muda hal ini menunjukan
bahwa responden telah bepengalaman dalam hidupnya, dimana perawat pelaksana
berada pada tingkat usia produktif yang dapat menunjang untuk berkinerja lebih
baik. Secara teori umur ini tergolong umur produktif dengan kemampuan
psikososial yang dapat dipertanggung jawabkan. Kondisi ini dapat digunakan
untuk memperbaiki pelayanan dengan kinerja yang lebih baik yang berdampak
terhadap mutu pelayanan rumah sakit. Berdasarkan lama kerja, lama kerja terkait
dengan pengalaman dan kemampuan responden didalam pekerjaan, dimana masa
kerja ini tergolong lama sehingga memungkinkan perawat pelaksana melakukan
kinerja lebih baik, dengan adanya penambahan supervisi yang berkala yang
dilakukan oleh kepala ruangan
Untuk dapat menerapkan manajemen keperawatan di ruang rawat inap
diperlukan seorang kepala ruang yang memenuhi standar sebagai manajerial.
Menurut Hubber (2000) seorang manajer diharapkan mampu mengelola
pelayanan keperawatan di ruang rawat inap dengan menggunakan pendekatan
manajemen.
Perawat pelaksana sebagai bagian dari tim organisasi pelayanan
keperawatan, dan sebagai sumber daya manusia terbesar dirumah sakit adalah hal
yang penting untuk diperhatikan. Selain itu kegiatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit didominasi oleh kegiatan pelayanan keperawatan. Hasil wawancara
dengan 7 orang perawat pelaksana, mengatakan bahwa supervisi dilakukan oleh
kepala ruangan setiap hari rabu sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hasil

Universitas Sumatera Utara

67

wawancara dengan seorang staf keperawatan menyatakan, perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan harus dapat memperlakukan pasien sebagai
keluarganya sendiri, mereka harus bisa memberikan yang terbaik bagi pasien.
Oleh karena itu mereka harus dilakukan supervisi sehinga dapat mengembangkan
diri, dan rumah sakit memberikan kesempatan untuk pelatihan, seminar, workshop
baik didalam atau diluar rumah sakit, agar mereka lebih terampil lagi. Pernyataan
tersebut didukung oleh 5 reponden (100%) bahwa mereka mengikuti seminar,
workshop, pelatihan secara bergiliran baik didalam atau diluar rumah sakit.
5.1.1. Supervisi Educative
Hasil penelitian yang didapat untuk kegiatan supervisi educative di
dapatkan hasil 92% puas dengan kegiatan educative yang dilakukan oleh kepala
ruaangan. Kepala ruangan menerapkan kegiatan edukatif secara tutorial, yaitu
kepala ruangan memberikan bimbingan dan arahan kepada setiap perawat
pelaksana pada saat melakukan tindakan keperawatan serta memberikan umpan
balik. Kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan untuk mengawal pelaksanaan
pelayanan keperawatan yang aman dan profesional.
Menurut Barkauskas (2000) dan Brunero & Parbury (2005) kegiatan
educative yang dilakukan secara terus menerus mengakibatkan perawat selalu
mendapat pengetahuan yang baru, terjadi peningkatan pemahaman, peningkatan
kompetensi, peningkatan keterampilan berkomunikasi, dan peningkatan rasa
percaya diri.
Pada kegiatan educative kepala ruangan mengatasi kebosanan dengan
mengubah metode pemberian asuhan keperawatan dari metode fungsional
menjadi metode tim. Setiap perawat pelaksana diberi tanggung jawab untuk

Universitas Sumatera Utara

68

melaksanakan asuhan keperawatan terhadap satu atau beberapa pasien sesuai
dengan kompetensi. Dengan cara ini perawat lebih tertantang untuk meningkatkan
kemampuan dan ketrampilannya melalui arahan, bimbingan, dan umpan balik
yang dilakukan oleh kepala ruangan selama kegiatan educative. Purani & Sahadev
(2007) dalam Alam & Fakir (2010) menyatakan kepuasan yang dirasakan dengan
memiliki berbagai tugas yang menantang dan tidak rutinitas akan membantu
perawat untuk melihat bahwa ada banyak peluang yang tersedia untuk tumbuh
dalam organisasi.
Selain itu adanya pembagian tugas yang jelas menyebabkan tumbuhnya
otonomi dalam bekerja. Otonomi adalah pemupukan rasa tanggung jawab atas
pekerjaan seseorang beserta hasilnya. Perawat pelaksana yang diberikan tanggung
jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan akan menumbuhkan rasa percaya
diri dan meningkatkan kepuasan. Sebaliknya dengan pengendalian terus menerus
oleh kepala ruangan dan dibarengi dengan pengawasan ketat, dapat berakibat pada
sikap apatis dan prestasi kerja yang rendah.
Kepuasan kerja merupakan perasaan yang dialami oleh perawat terhadap
profesi yang dijalaninya yang didukung dengan sikap kepala ruangan yang
memberikan kebebasan atau otonomi untuk bekerja sesuai kewenangan dan
tanggung jawab serta kompetensi yang dimilikinya. Purani & Sahadev (2007)
dalam Alam & Fakir (2010) menyatakan kepuasan akan dirasakan karyawan
dengan memiliki kebebasan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
kepadanya.
Supervisi kepala ruangan yang diterapkan di ruang rawat inap rumah sakit
Imelda Medan prinsipnya adalah proses pembelajaran dari kepala ruangan kepada

Universitas Sumatera Utara

69

perawat pelaksana. Kepala ruangan melakukan supervisi yang disesuaikan dengan
panduan supervisi yang telah dibuat dan disesuikan dengan tingkat kemampuan
perawat pelaksana dan kondisi rumah sakit serta kebutuhan di ruangan.
Proses kognitif utama dari supervisi model akademik adalah refleksi, yaitu
berpikir kritis pada pengalaman untuk memahami, dan mengidentifikasi area yang
masih memerlukan perbaikan yang selanjutnya dijadikan acuan dalam
menentukan langkah perbaikan lebih lanjut. Refleksi sangat relevan dengan
pertumbuhan profesional praktik keperawatan. Artinya, pengetahuan keperawatan
yang didasarkan pada pengalaman klinis sangat penting untuk perkembangan
praktik keperawatan profesional. Supervisi model akademik memungkinkan
perawat untuk mendiskusikan perawatan pasien dalam suasana yang aman dan
mendukung.
Partisipasi

perawat

pelaksana

dalam

supervisi

kepala

ruangan

memungkinkan adanya umpan balik dan masukan bagi perawat lain dalam upaya
meningkatkan pemahaman tentang isu-isu klinis.
Supervisi model akademik dalam penerapannya di rumah sakit Imelda
Medan dilakukan secara terprogram, terjadwal, dan perhatian kepala ruangan
bukan hanya pada pelaksanaan praktik keperawatan tetapi juga pada sikap dan
tanggung jawab perawat pelaksana dalam praktik profesional. Hal ini sesuai
dengan pendapat Marquis & Huston (2010) yang mengemukakan bahwa supervisi
adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu tenaga
keperawatan dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Marquis & Huston (2010) menyatakan supervisi merupakan bagian yang
penting dalam manajemen serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Kepala

Universitas Sumatera Utara

70

ruangan sebagai ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan keperawatan di
rumah sakit harus mempunyai kemampuan melakukan supervisi untuk mengelola
asuhan keperawatan. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer
keperawatan menemukan berbagai hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan di ruangan dengan memandang secara menyeluruh faktorfaktor yang mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari
jalan pemecahannya. Bittel (1987) mengemukakan pelaksanaan supervisi kepala
ruangan harus terjadwal dan terprogram dan bila dilakukan secara terus menerus
dapat memastikan pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai standar praktik
keperawatan (Depkes, 2010). Oleh karena itu, Swansburg (2000) menyatakan
seorang manajer keperawatan harus mempunyai kemampuan manajerial yang
handal untuk melaksanakan supervisi dan dapat menjalankan peran sebagai
perencana, pengarah, pelatih, dan penilai (Kron, 1987).
Pemahaman dan kemampuan kepala ruangan melakukan supervisi dapat
dilakukan melalui pelatihan. Mangkunegara (2005) mendefinisikan pelatihan
adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur
sistematis

dan

terorganisir

dimana

staf

mempelajari

pengetahuan

dan

keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas.
Kepala ruangan perlu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan karena selalu ada cara yang lebih baik untuk meningkatkan
produktivitas kerja yang bermuara pada peningkatan produktivitas organisasi
secara keseluruhan.

Universitas Sumatera Utara

71

5.1.2. Supportive
Hasil penelitian terhadap kegiatan supervisi supportive yang dilakukan
oleh kepala ruangan di dapatkan hasil 59,5% perawat pelaksana menyatakan puas
dengan kegiatan supportive yang dilakkan oleh kepala ruangan terhdap
pekerjaanya.
Penerapan kegiatan supportive dilakukan dengan memberikan kesempatan
kepada perawat untuk mempresentasikan kasus pada saat operan menggunakan
standar komunikasi yang efektif. Kegiatan supportive bertujuan untuk
mengidentifikasi solusi dari suatu permasalahan yang ditemui dalam pemberian
asuhan keperawatan dan dirancang untuk memberikan dukungan kepada perawat
agar dapat memiliki sikap yang saling mendukung diantara perawat sebagi rekan
kerja profesional sehingga memberikan jaminan kenyamanan dan validasi.
Menurut Barkauskas (2000) dan Brunero & Parbury (2005) kegiatan supportive
yang dilakukan secara terus menerus dapat meningkatan rasa percaya diri perawat,
mengurangi kecemasan, mengurangi konflik, dan mengurangi ketidakdisplinan
kerja.
Kegiatan supervisi supportive dilakukan kepala ruangan dengan member
kesempatan kepada perawat untuk mempresentasikan secara singkat kasus pada
saat operan merupakan bentuk dukungan positif yang diberikan oleh kepala
ruangan dan rekan kerja. Perawat merasa bangga dapat menunjukkan secara
kongkret hasil pekerjaannya. Jika hasil pekerjaan tidak mendapat penghargaan
akan menurunkan kepuasan kerja. Meskipun dalam pemberian asuhan
keperawatan merupakan hasil dari sekelompok perawat, namun kepala ruangan

Universitas Sumatera Utara

72

harus dapat meyakinkan bahwa setiap perawat turut memberikan kontribusi
kongkret dalam hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
Kepala ruangan harus mampu mendorong perkembangan pribadi perawat
baik perasaan, harapan maupun segi intelektual, disamping kebutuhan akan tata
hubungan yang serasi baik dengan pasien maupun rekan kerja. Perawat akan
merasa bangga, mempunyai komitmen organisasional yang besar, memiliki
motivasi yang tinggi serta kepuasan kerja yang besar jika ia
mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu dianggap penting oleh orang lain.
Supervisor keperawatan perlu menanamkan kepada setiap perawat bahwa
sesederhana apapun pekerjaan yang mereka lakukan sangat berarti bagi
pemenuhan kebutuhan pasien dan keberlangsungan pelayanan keperawatan di
rumah sakit.
Kegiatan supportive dapat memberikan pengalaman belajar yang
bermakna dan kesempatan berharga bagi perawat untuk menjembatani
kesenjangan antara teori dan praktik keperawatan.
Melalui kegiatan supportive, perawat dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan pengambilan keputusan klinik serta kepercayaan diri dalam
menjalankan tugasnya (Wink,1995 dalam Billings & Judith, 1999). Pada kegiatan
ini perawat berbagi informasi tentang pengalaman yang akan muncul, saling
bertanya, mengekspresikan perhatian, dan mencari klarifikasi tentang rencana
kerja atau rencana intervensi keperawatan (Billings & Judith, 1999). Dalam
kegiatan ini juga perawat dapat mengidentifikasi masalah, perencanaan, dan
evaluasi hasil untuk mencari solusi (Reilly & Obermann, 1999). Setiap perawat
pelaksana akan bekerja keras dan berusaha mencapai tujuan dengan cepat, jika

Universitas Sumatera Utara

73

dalam diri perawat tidak ada hambatan psikologis. Perawat pelaksana harus
senang berbuat dalam kondisi yang menyenangkan pula. Penerapan supervisi
melalui kegiatan supportive memampukan kepala ruangan untuk memberi
dukungan positif pada setiap prestasi yang dicapai perawat pelaksana.
5.1.3. Supervisi Manegerial
Hasil penelitian menunjukan kepuasan perawat terhadap supervisi
Manejerial yang dilakukan kepala ruangan didapatkan hasil cukup puas 52,4.
Kepala ruangan menerapkan kegiatan managerial dengan melibatkan perawat
dalam perbaikan dan peningkatan standar, seperti mengkaji SOP yang ada atau
membahas standar pendokumentasian asuhan keperawatan. Kegiatan managerial
dirancang untuk memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana untuk
meningkatkan manajemen perawatan pasien dalam kaitannya dengan menjaga
standar pelayanan, peningkatan patient safety, dan peningkatan mutu.
Kegiatan supervisi managerial yang dilakukan dengan melibatkan perawat
pelaksana dalam pembahasan SOP/SAK telah menumbuhkan pemahaman tentang
pentingnya bekerja berdasarkan standar. Pemahaman ini sangat penting untuk
memacu perawat pelaksana untuk meningkatkan manajemen perawatan pasien
dalam kaitannya dengan menjaga standar pelayanan, peningkatan patient safety,
dan peningkatan mutu.
Menurut Barkauskas (2000) dan Brunero & Parbury (2005) kegiatan
managerial yang dilakukan memacu adanya perubahan tindakan, pemecahan
masalah, peningkatan praktik, peningkatan isu-isu profesional, kepuasan kerja,
dan patient safety.

Universitas Sumatera Utara

74

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Rosidah (2009) yang
mengemukakan supervisi penting dilakukan karena merupakan cara yang
digunakan oleh organisasi untuk mempertahankan, menjaga, memelihara, dan
sekaligus meningkatkan keahlian para pegawai untuk kemudian dapat
meningkatkan

produktivitasnya.

Sejalan

pendapat

Siagian

(2009)

yang

menyatakan efek pelatihan bermanfaat bagi individu dan organisasi. Bagi
organisasi pelatihan dapat dipandang sebagai bentuk investasi, sehingga setiap
instansi yang ingin berkembang hendaknya memiliki program pendidikan dan
pelatihan bagi karyawan secara kontinu.
Hal ini diharapkan kepada kepala ruangan harus mempunyai kemampuan
manajerial yang handal untuk melaksanakan supervisi dan dapat menjalankan
peran sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai agar supervisi berjalan
dengan baik.
Adanya supervisi yang optimal dapat meningkatkan kemampuan perawat
pelaksana pada satu keterampilan tertentu. Perawat pelaksana yang mampu
mengerjakan pekerjaannya dengan sempurna akan memperoleh pengakuan dari
lingkungannya. Pengakuan yang diberikan lingkungan akan prestasi perawat yang
dicapai dapat meningkatkan harga diri dan aktualisasi diri perawat. Seseorang
yang berhasil memperoleh aktualisasi diri di lingkungan pekerjaan akan memberi
peluang bagi orang tersebut untuk memiliki kepuasan yang tinggi terhadap
pekerjaannya. Dengan adanya kepuasan perawat terhadap kegiatan supervisi
menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja dan membuat perawat percaya diri hal
ini akan berdampak kepada kualiatas pelayanan. Bila dikaitkan dengan teori di
atas bahwa supervisi yang dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat

Universitas Sumatera Utara

75

yaitu: dapat lebih meningkatkan efektivitas kerja, dapat lebih meningkatkan
efesiensi kerja, dan kenyamanan kerja dalam hal ini bardampak kepada kepuasan
kerja perawat pelaksana.
Selain itu supervisi akan mencapai tingkat kegunaan yang tinggi apabila
kegiatannya dilakukan melalui tiga prinsip hubungan kemanusiaan, yaitu;
pengakuan dan penghargaan, obyektifitas, dan kesejawatan. Pengakuan dan
penghargaan berkaitan dengan sikap kepala ruangan untuk mengakui potensi dan
penampilan pihak yang disupervisi dan menghargai bahwa pihak yang disupervisi
dapat dan harus mengembangkan diri.
Obyektifitas berkaitan dengan informasi dan permasalahan yang telah
ditemukan dan bagaimana upaya pemecahan permasalahan yang akan dilakukan
secara rasional. Kesejawatan memberi corak bahwa kegiatan pelayanan
dilangsungkan dalam suasana akrab dan kekerabatan.
Hubungan kemanusian mendasari pelayanan professional titik berat
hubungan kemanusiaan ialah sikap dan ekspresi yang menunjukkan pengakuan,
pujian, dan penghargaan; bukan sebaliknya yaitu mencerminkan pengabaian,
penentangan, dan makian terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak yang
disupervisi.
5.2.Kepuasan kerja
Hasil penelitian yang didapatkan untuk kepuasan kerja perawat pelaksana di
rumah sakit Imelda medan yaitu berada pada katagori puas sebnayak 31 orang
dengan persentase 73,8%. Analisis selanjutnya disimpulkan bahwa persepsi
perawat yang cukup puas terhadap pelaksanaan supervisi kepala ruangan
mempunyai peluang lebih besar menyebabkan perasaan tidak puas dengan

Universitas Sumatera Utara

76

pekerjaannya dibandingkan dengan perawat yang mempersepsikan baik. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin baik persepsi perawat pelaksana terhadap
pelaksanaan fungsi supervisi kepala ruangan maka akan semakin besar
kemungkinan perawat pelaksana memiliki perasaan puas terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja merupakan bentuk perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,
situasi kerja dan rekan sekerja. Dengan demikian kepuasan kerja merupakan
sesuatu yang lebih penting untuk dimiliki oleh seorang karyawan, dimana mereka
dapat berinteraksi dengan lingkungan kerjanya.
Untuk selanjutnya mereka akan bekerja sebaik mungkin sehingga tujuan
perusahaan akan tercapai. Pengertian kepuasan kerja tidak saja bermanfaat bagi
perusahaan dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja, tetapi juga dirasakan
manfaatnya oleh karyawan sebagai salah satu upaya dari perusahaan untuk
meningkatkan kehidupannya. Kemudian dari upaya yang dilakukan karyawan dan
perusahaan terhadap perbaikan setiap karyawan terhadap pekerjaan maka
masyarakat dapat menikmati hasil yang maksimal
Kepuasan kerja perawat adalah tingkat kesenangannya terhadap pekerjaannya
hal ini di tunjukan dengan pernyataan responden puas dengan waktu yang
diberikan

oleh

kepala

ruangan

untuk

menyelesaikan

pekerjaanya,

diberikesempatan untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan kemampuan indipidu,
diberikesempatan untuk melakukan hal hal yang berbeda dan baru, dan perawat
juga puas dengan kesempatan yang diberikan oleh kepala ruangan kepada perawat
untuk mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan, seminar, dan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi.

Universitas Sumatera Utara

77

Proporsi jawaban perawat dengan kategori puas dan sangat puas yang paling
besar adalah terkait dengan promosi selalu diberikan oleh atasan kepada semua
perawat (93%). Sementara itu terdapat beberapa item pernyataan dimana sebaran
jawaban perawat berkisar antara 17% untuk kategori tidak puas. Pernyataan yang
dimaksud terkait perbandingan gaji dengan beban kerja yang saya lakukan (17%),
kesempatan untuk mengembangkan diri dengan kegiatan pelatihan atau seminar
(17%), dan kesempatan saya untuk mengunakan metode sendiri dalam bekerja
(17%).
Memang secara angka statistik jumlah proporsi jawaban perawat ini tidak
terlalu besar, namun tetap dapat dijadikan dasar bagi kepala ruangan sebagai
pencegahan terhadap perkembangan kondisi yang tidak baik. Oleh karena itu
mulai sekarang kepala ruangan dapat melakukan berbagai upaya untuk lebih
berhati-hati dalam pembagian ker