Analisis Cost Price dan Pemasaran Karet Rakyat di desa Parangguam Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESA PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Sistem Agribisnis Karet
Menurut Hanafie (2010), Agribisnis adalahpertanian yang organisasidan
manajemennya secara rasional dirancang untuk mendapatkan nilai tambah
komersil yang maksimal dengan menghasilkan barang dan/atau jasa yang diminta
pasar. Dalam agribisnis, proses transformasi material yang diselenggarakannya
tidak terbatas pada budidaya proses biologis dari biota (tanaman, ternak, ikan)
tetapi juga proses pra usahatani, pascapanen, pengolahan dan niaga yang secara
struktural diperlukan untuk memperkuat posisi adu tawar (bargaining) dalam
interaksi dengan mitra transaksi di pasar. Ikatan keterkaitan fungsional dari
kegiatan pra usahatani, budidaya, pascapanen, pengolahan, pengawetan dan
pengendalian mutu, serta niaga perlu terwadahi secara terpadu dalam suatu
agribisnis yang secara sinkron menjamin kinerja dari masing-masing satuan
subproses itu menjadi pemberi nilai tambah yang menguntungkan, baik bagi
dirinya maupun bagi keseluruhan.
Secara konsepsional,sistem agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari

pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produkproduk yang dihasilkan oleh usahatani dan agroindustri yang saling terkait satu
sama lain (Griffin dan Ebert 1996).

Universitas Sumatera Utara

11

Subsistem
Produksi

Subsistem
Pra
Produksi

Subsistem
Post
Produksi

Subsistem
Penunjang


Gambar 2.1 Sistem Agribisnis
Sebagai sebuah sistem, agribisnis karet pada prinsipnya merupakan rangkaian dari
subsistem-subsistem

yang

bergerak

saling

terkait,

berkelanjutan,

dan

berkesinambungan. Sistem agribisnis komoditas karet mempunyai empat
subsistem, yaitu:
a) Subsistem Agribisnishulu, yaitu subsistem yang berhubungan dengan kegiatan

dalam

rangka

menghasilkan

sarana

produksi

bagi

usaha

perkebunankaret seperti bibit karet unggul, pupuk, pestisida, koagulan lateks,
stimulan untuk penyadapan, dan alat serta mesin pertanian.
b) Subsistem

usaha


perkebunan

(on-farm) karet,

yaitu

subsistem

yang

berhubungan dengan penggunaan sarana produksi yang dihasilkan oleh
subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan lateks di tingkat kebun,
c) Subsistem agibisnis hilir karet, yartu subsistem yang berhubungan dengan
kegiatan dalam rangka mengolah lateks menjadi produk olahan setengah jadi

Universitas Sumatera Utara

12

(seperti RSS, SIR, Crepe, dan lateks pekat) maupun produk akhir (ban, alat

olahraga dan kesehatan, peralatan rumah tangga, dan barang-barang
jadi karet lainnya) beserta kegiatan perdagangannya. Akhir-akhir ini juga
berkembang industri hilir kayu karet khususnya untuk fumitur, MDF, dan pulp.
d) Subsistem

jasa

penunjang

yaitu

subsistem

yang

menyediakan

jasa

bagi Agribisnis karet seperti bank sebagai penyedia dana investasi, penelitian

dan pengembangan sebagai sumber inovasi teknologi, infrastruktur dan
kebijakan pemerintah sebagai pengatur kelancaran jalannya sistem Agribisnis,
dll.
Keempat subsistem dalam sistem Agribisnis karet tersebut merupakan suatu team
work, dan diharapkan setiap pelaku ekonomi yang terlibat dalam sistem agribisnis
karet memiliki wawasan secara inter subsistem atau cross subsistem, sehingga
keuntungan atau insentif yang ada pada suatu subsistem juga dapat ditransfer dan
dinikmati pula oleh subsistem lainnya.
2.1.2 Struktur Pembiayaan Usahatani Karet
Pembiayaan perusahaan agribisnis adalah studi mikro tentang bagaimana
menyediakan modal, kemudian memakai, dan akhirnya mengontrolnya didalam
suatu perusahaan agribisnis. Pembiayaan perusahaan agribisnis merupakan bagian
dari studi keuangan pertanian. Perusahaan disektor pertanian disebut usahatani,
selama semua hasil usahatani tersebut ditujukan untuk pasaran, walaupun
peringkat usahanya masih tradisional dan sederhana, masih subsisten, maupun
sudah moderan dan komersil (Kadarsan, 1992).

Universitas Sumatera Utara

13


Dalam usahatani karet rakyat, terdapat komponen produksi, yakni semua yang
dikorbankan dalam usahatani untuk mendapatkan produksi, yaitu pupuk, tenaga
kerja dan obat-obatan. Selain itu pula, terdapat juga biaya-biaya yang dikeluarkan
petani dalam melakukan usahataninya, seperti biaya tetap (rutin) dan biaya
variabel (operasional). Yang termasuk dalam biayarutin seperti penyewaan lahan,
penyusutan alat-alat pertanian dan pembayaran pajak bumi dan bangunan. Biaya
tenaga kerja, pembelian sarana produksi pertanian, dan alat-alat yang diperlukan
termasuk didalam biaya variabel.
Peningkatan efektivitas dan efisiensi di bidang pembiayaan dan keuangan
merupakan upaya penggunaan dana yang seefektif dan seefisien mungkin agar
harga pokok karet alam yang dihasilkan cukup rendah. Sasaran peningkatan ini
umumnya meliputi lima hal, yaitu uang, benda modal, bahan dan alat, tenaga kerja
serta jasa pihak ketiga (Tim Penulis PS, 2008).
2.1.3 Aspek Pemasaran Komoditas Karet
Pemasaran atau tataniaga itu adalah segala kegiatan yang bersangkut paut dengan
semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barangbarang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. Tataniaga atau pemasaran
mencakup semua perisapan, perencanaan dan penelitian dari segala sesuatu yang
bersangkutpaut dengan perpindahan, peralihan milik atas sesuatu barang atau jasa
serta pelaksanaan perpindahan dan peralihan tersebut (Sihombing, 2011).

Tataniaga jika ditinjau dari aspek ekonomi dikatakan sebagai kegiatan produktif
karena mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam
menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya

Universitas Sumatera Utara

14

tataniaga. Biaya tataniaga ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi tataniaga
oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga dari
produsen sampai kepada konsumen akhir, pengukuran kinerja tataniaga ini
memerlukan ukuran efisiensi tataniaga (Sudiyono, 2004).
Pada dasarnya untuk meningkatkan pendapatan petani dapat dilakukan dengan
cara: meningkatkan produksi, harga yang tinggi dan harga tetap produksi tinggi.
Keadaan inilah yang dapat mendorong petani untuk mau melaksanakan
usahataninya, tanpa salah satu dari keadaan ini berlaku maka kemungkinan untuk
meningkatkan pendapatan tidak akan terjadi. Suatu sistem tataniaga yang dapat
menguntungkan dianggap baik dan efisien jika tercipta keadaan di mana diperoleh
kepuasan bagi semua pihak yaitu : produsen, lembaga-lembaga pemasaran dan
kepuasan atas harga yang diterima oleh produsen, imbalan jasa yang diterima

lembaga pemasaran dan kepuasan konsumen terhadap barang dan jasa yang
diterima (Rismayani, 2007).
Banyak pihak yang terlibat dalam jalur tataniaga karet alam, mulai dari petani,
tengkulak, KUD, rumah asap, FTP, pabrik pengolahan swasta, perusahaan
pengangkutan, asosiasi pemasaran, kantor pemasaran, tempat lelang/bursa karet,
eksportir, importir, dan lain-lain. Panjangnya rantai pemasaran ini menyebabkan
banyak pihak yang berperan. Untuk memperkuat daya saing karet alam Indonesia
di pasaran internasional, perlu dilakukan langkah-langkah peningkatan efektivitas
dan efisiensi di semua bidang. Peningkatan yang dimaksud terutama dilakukan
pada produktivitas, mutu, pemanfaatan sumber daya serta peningkatan aktivitas
dan efektivitas pemasaran (Tim Penulis PS, 2008).

Universitas Sumatera Utara

15

2.1.4 Perkembangan Harga di Tingkat Petani Komoditas Karet
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam
upaya peningkatan devisa Indonesia. Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi
kehidupan manusia sehari- hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan

barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban
kendaraan,

conveyor

belt,

sabuk

transmisi,

dock

fender,

sepatu

dan

sandal karet. Secara fundamental harga karet alam dipengaruhi oleh permintaan

(konsumsi) dan penawaran (produksi) serta stock/cadangan (Anonymousa, 2015).
Seperti kita ketahui, beberapa waktu belakangan ini harga jual karet rakyat
mengalami fluktuasi. Naik turunnya harga karet ini disebabkan karena krisis
ekonomi dunia, kondisi pasar otomotif yang sangat kompetitif dan memiliki
standar yang tinggi, harga minyak mentah dunia juga secara tidak langsung
memperngaruhi harga karet alam, adanya spekulan pasar, kondisi alam, dan mutu
yang bervariasi. Hal ini membuat para petani resah dan banyak pengusaha
ataupun petani karet yang mengalami kebangkrutan. (Anonymousb, 2015).
Indonesia, Malaysia, Thailand merupakan salah satu negara penghasil karet
terbesar di dunia bahkan ketiga negara tersebut dapat berperan menjadi
pengendali ekspor karet yang dapat efektif untuk mendongkrak harga karet
sekaligus untuk menolong petani. Sejatinya seluruh daerah penghasil karet
berinisiasi secara bersama-sama baik pemerintah pusat dan daerah serta seluruh
stakeholders dibidang perkebunan karet untuk dapat berperan dalam menentukan
harga karet dunia. Bukan semata-mata ditentukan secara otonom oleh pembeli.
Pemberian bibit unggul serta peremajaan karet milik masyarakat dan percepatan

Universitas Sumatera Utara

16

hilirisasi industri karet di tingkat lokal serta nasional juga perlu dilakukan dalam
rangka mengatasi harga karet yang mengalami fluktuasi (Bangka Pos, 2012).
Berikut ini dilampirkan data tentang harga jual karet rakyat dalam bentuk lump di
Kabupaten Langkat lima tahun Terakhir
Tabel 2.1 Perkembangan Harga di Tingkat Petani Komoditas Karet di
Kabupaten Langkat
Tahun
Harga Jual(Rp/kg/ha/th)
11.000
2009
14.000
2010
14.000
2011
8.000
2012
6.000
2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat
2.1.5 Perkembangan Komponen Biaya Produksi Karet Rakyat
Biaya produksi yakni biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi
dari suatu produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan (revenue) di
periode mana produk itu di jual (Halim, 1988)
Dalam memproduksi karet per kg, petani mengorbankan biaya ditingkat off farm
seperti pembelian lahan, pembelian bibit, pembelian pupuk dan sarana produksi
pertanian lainnya. Sedangkan ditingkat on farm, petani mengorbankan biaya
seperti: pemeliharaan, penyadapan, upah tenaga kerja dan lainnya yang
menyangkut penggunaan sarana produksi yang telah tersedia ditingkat off farm.
Dalam usaha membuka perkebunan karet ada dua komponen utama yang
dibutuhkan. Komponen itu adalah prasarana/sarana produksi dan tenaga kerja.
Keduanya membutuhkan biaya cukup besar. Semakin luas lahan yang akan
dibuka maka jumlah bibit, pupuk, peralatan, tenaga kerja, dan hal-hal lainnya

Universitas Sumatera Utara

17

akan semakin banyak. Hal ini otomatis akan meningkatkan biaya pengelolaan
(Tim Penulis PS, 2008).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Produksi
Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor
produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization,
managerial dan skill) (Assauri, 1980).
Produksi merupakan suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.
Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi
produksi menjelaskan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan hasil
produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilahinput, sedangkan hasil produksi
disebut sebagai output. Hubungan kedua variabel (input dan output) tersebut dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan, sebagai berikut:
Q = f (K,L,N dan T)
Q adalah output, sedangkan K, L, N, dan T merupakan input. Input K adalah
jumlah modal, L adalah jumlah tenaga kerja, N adalah sumberdaya alam, dan T
adalah teknologi. Besarnya jumlah output yang dihasilkan tergantung dari
penggunaan input-input tersebut. Jumlah output dapat ditingkatkan dengan cara
meningkatkan jumlah input K, L, dan N atau meningkatkan teknologi. Untuk
memperoleh hasil yang efisien, produsen dapat melakukan pilihan penggunaan
input yang efisien. (Bangun, 2008)

Universitas Sumatera Utara

18

2.2.2 Biaya
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi,
dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Input faktor produksi
ada yang tetap ada yang berubah-ubah. Maka, biaya produksi pun dikelompokkan
menjadi dua, yaitu biaya tetap (Fixed Cost = FC) dan biaya variabel (Variabel
Cost = VC). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah jika ada perubahan
dalam jumlah output hasil produksi (sampai pada batas tertentu). Biaya variabel
adalah biaya yang berubah-ubah tergantung besar kecilnya jumlah produk yang
dihasilkan. Biaya total (Total Cost = TC) adalah jumlah biaya tetap dan biaya
variabel (Gilarso, 2003).
Menurut Murtiasih (2004), beberapa pengertian biaya produksi jangka pendek
yakni:


Biaya Total (TC)
Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan
TC = TFC + TVC



Biaya Tetap Total (TFC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi
yang tidak dapat diubah jumlahnya.



Biaya Variabel Total (TVC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi
yang dapat diubah jumlahnya.



Biaya Tetap Rata-rata
AFC = TFC/Q

Universitas Sumatera Utara

19


Biaya Variabel Rata-rata
AVC = TVC/Q



Biaya Total Rata-rata
AC = TC/Q

Adapun biaya produksi merupakan keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan
dalam proses produksi untuk menghasilkan produk hingga produk itu sampai
dipasar, atau sampai ke tangan konsumen. Adapun komponen biaya produksi
karet rakyat meliputi unsur-unsur: bahan baku, bahan penolong, upah tenaga
kerja, penyusutan alat-alat produksi, biaya penunjang dan bunga modal.
2.2.3 Harga Pokok (Cost Price)
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa
lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan
suatu barang atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung
terhadap laba perusahaan (Tjiptono, 2002).
Tujuan penetapan harga adalah:
-

Berorientasi laba yaitu bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga
yang dapat menghasilkan laba yang paling tinggi.

-

Berorientasi pada volume, yaitu penetapan harga berorientasi pada volume
tertentu.

-

Berorientasi pada citra (image) yaitu bahwa image perusahaan dapat
dibentuk melalui harga.

Universitas Sumatera Utara

20

-

Stabilisasi

harga

yaitu

penetapan

harga

yang

bertujuan

untuk

mempertahankan hubungan yang stabil antara harga perusahaan dengan
harga pemimpin pasar (market leader).
-

Tujuan lainnya yaitu menetapkan harga dengan tujuan mencegah
masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas konsumen, mendukung
penjualan ulang atau menghindari campur tangan pemerintah.

Winardi (1990)menjelaskan bahwa harga pokok adalah suatu produksi jumlah
pengorbanan-pengorbanan,

dapat

diduga,

dan

kuantitatif

dapat

diukur

berhubungan dengan proses produksi, yang dilakukan pada saat pertukaran dan
dalam kebanyakan hal harus didasarkan atas nilai pengganti kesatuan-kesatuan
nilai yang telah dikorbankan.
Cost price atau harga pokok adalahjumlah pengeluaran dan beban yang
diperkenankan, langsung atau tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa
didalam kondisi dan tempat dimana barang tersebut dapat digunakan atau dijual.
Harga pokok hanya dapat dihitung apabila dilakukan klasifikasi terhadap biayabiaya yang dikeluarkan, dimana harga pokok harus dibedakan atas : Harga pokok
produksi dan harga pokok penjualan (Anonymousc, 2016).
1. Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah jumlah biaya produksi yang melekat pada
persediaan barang jadi sebelum barang tersebut laku dijual. Biaya-biaya yang
dikorbankan untuk memproses bahan-bahan (termasuk bahan bakunya) atau
barang setengah jadi, sampai menjadi akhir untuk siap dijual (Hadibroto,
1990).

Universitas Sumatera Utara

21

Biaya-biaya yang dimaksud adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead. Dalam hubungannya dengan sifat kegiatan
yang dilakukan dalam biaya tersebut dapat dibedakan atas biaya tetap yaitu
biaya yang dalam batas-batas tertentu jumlahnya tetap. Selain itu ada biaya
variabel yakni biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan volume
perubahan. Selain kedua biaya itu terdapat biaya yang sifatnya semi variabel
yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah tetapi sebanding dengan volume
kegiatan.
Penentuan biaya produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan untuk
menentukan unsur-unsur biaya produksi. Terdapat dua pendekatan dalam
penentuan biaya produksi, yakni Full Costing dan Variabel Costing. Metode
full

costing

merupakan

metode

penentuan

biaya

produksi

yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang
terdiri dari biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik, baik bersifat tetap maupun variabel. Metode variabel costing
merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri
dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel
(Anonymousd, 2016).
Menurut Mulyadi (2010), informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk
jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :
-

Menentukan harga jual produk
Informasi taksiran biaya produksi per satuan yang akan dikeluarkan untuk
memproduksi produk dalam jangka waktu tertentu dapat dipakai sebagai

Universitas Sumatera Utara

22

salah satu dasar untuk menentukan harga jual per unit produk yang akan
dibebankan kepada pembeli. Dalam penetapan harga jual produk, biaya
produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan
disamping biaya lain serta informasi non biaya.
-

Memantau realisasi biaya produksi
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya
dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi. Informasi ini berguna
untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya
produksi yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.

-

Menghitung laba rugi perusahaan
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan
untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi ini berguna
untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran dalam periode
tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau justru mengakibatkan rugi
bruto.

-

Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca
Pada waktu manajemen membuat pertanggungjawaban keuangan periodik,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan
laba rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok
persediaan produk jadi dan harga produk produk yang pada tanggal neraca
masih dalam proses.

Universitas Sumatera Utara

23

2. Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan adalah harga barang yang dijual. Penentuan harga
pokok penjualan pada perusahaan industri, pada umumnya pada persediaan
awal produk jadi ditambah dengan jumlah harga pokok produk dan dikurangi
dengan persediaan akhir produk, jadi pengertian mengenai harga pokok
penjualan ini, berdasarkan prinsip akuntansi Indonesia menjelaskan bahwa
saldo awal dari persediaan akhir adalah harga pokok barang yang harus
dibandingkan pendapatan untuk perusahaan industri dalam harga pokok
penjualan termasuk semua upah baru langsung dan biaya bahan-bahan
ditambah seluruh biaya pabrik (produksi) tak langsung dikoreksi dengan
jumlah-jumlah saldo awal dan akhir persediaan.Harga pokok penjualan
mencakup semua biaya bersifat langsung atau tidak langsung sampai barang
tersebut siap untuk dijual (Anonymousª, 2016).
Jika faktor mutu merupakan salah satu kekurangan untuk bersaing dalam merebut
minat pembeli, maka faktor harga pokok merupakan tolok ukur kemampuan
perusahaan untuk mengendalikan biaya yang berkaitan langsung dengan harga
jual. Dengan demikian, harga pokok yang harus mengikuti perkembangan dan
gejolak harga jual bila masih ingin mendapatkan market share, jika tidak
demikian, maka produk itu akan tersisih dari pasaran dan akan direbut oleh
produk lain yang harga pokoknya lebih rendah (Tim Penulis PS, 2008).
2.2.4 Efisiensi Produksi
Efisiensi merupakan hasil perbandingan antara output fisik dan input fisik.
Semakin

tinggi

rasio

output

terhadap

input

maka

semakin

tinggi

tingkat efisiensi yang dicapai. Efisiensijuga dapat dijelaskan sebagai pencapaian

Universitas Sumatera Utara

24

output maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu. Jika output yang
dihasilkan lebih besar dari pada sumber daya yang digunakan maka semakin
tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai (Marsaulina, 2011).
Salah satu manfaat penentuan harga pokok adalah kontrol efisiensi biaya.
Efisiensi biaya produksi adalah ratio antara output (harga jual produk Rp/Kg)
dengan input(harga pokok Rp/Kg). Apabila perbandingan antara output dan input
lebih besar dari satu, maka perhitungan harga pokok produksi usahatani tersebut
efisien. Sebaliknya apabila hasil perbandingan antara output lebih kecil dari satu,
maka metode perhitungan harga pokok produksi tersebut tidak efisien (Rosyidi,
1975).
2.2.4 Pemasaran
Pemasaran (tataniaga = distribusi = marketing) merupakan kegiatan ekonomi yang
berfungsi membawa atau menyampaikan barang dan/atau jasa dari produsen ke
konsumen. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai proses sosial dan manajerial
yang dalam hal ini individu atau kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginannya dalam menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang
bernilai satu sama lain. Pemasaran harus dipandang meliputi berbagai aspek
keputusan dan kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen, serta untuk menghasilkan laba bagi produsen (Hanafie,
2010).
Saluran distribusi/pemasaran adalah rute dan status kepemilikan yang ditempuh
oleh suatu produk ketika produk ini mengalir dari penyedia bahan mentah melalui
produsen sampai ke konsumen akhir. Saluran ini terdiri dari semua lembaga atau

Universitas Sumatera Utara

25

pedagang perantara yang memasarkan produk atau barang/jasa dari produsen
sampai ke konsumen. Di sepanjang saluran distribusi terjadi beragam pertukaran
produk, pembayaran, kepemilikan dan informasi. Saluran distribusi diperlukan
karena produsen menghasilkan produk dengan memberikan kegunaan bentuk
(form utility) bagi konsumen setelah sampai ke tangannya, sedangkan lembaga
penyalur membentuk atau memberikan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan
dari produk itu (Dillon, 1998).
Menurut Daniel (2002), semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat, semakin
panjang rantai tataniaga dan semakin besar biaya pemasaran komoditi tersebut.
Secara teknis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tataniaga suatu
barang hasil pertanian, maka :
a. Biaya tataniaga semakin rendah,
b. Margin tataniaga juga semakin rendah,
c. Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah,
d. Harga yang diterima produsen semakin tinggi.
Marketing margin (price spread) itu penting sebagai indikator perubahanperubahan ongkos pemasaran, price spread marketing margin dapat menjadi
penduga efisiensi penyelenggaraan fungsi-fungsi tataniaga. Perbedaan-perbedaan
margin dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga yang sama pada pasar yang
berbeda-beda kadang-kadang dapat menunjukkan tingkat efisiensi secara lokal
yang dapat pula diterapkan dimana-mana (Sihombing, 2011).
Menurut Mubyarto (1982), Sistem tataniaga dikatakan efisien apabila memenuhi
dua syarat, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

26

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen
dengan biaya semurah-murahnya.
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang
harus dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut.
2.2.5 Titik Impas (Break Even Point)
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan
tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Sebelum
memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa
besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan
mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui
pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan
usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang
bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan
biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula
sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui
jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Perusahaan tidak mendapat untung
maupun rugi/impas (penghasilan = total biaya). Sebelum memproduksi suatu
produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang
diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya
produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat
harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan
mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan

Universitas Sumatera Utara

27

laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat
berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya (Harahap, 2008).
Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan
yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even
tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama
menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya
operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan fungsi dari
waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan
kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung
dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
Adapun beberapa manfaat dari Break Even Point (BEP) antara lain sebagai
berikut:
1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah
dimengerti dan dibaca.

Universitas Sumatera Utara

28

Menurut Rangkuti (2005), Kurva BEP merupakan keterkaitan antara jumlah unit
yang dihasilkan dan volume terjual (pada sumbu X), dan antara pendapatan dari
penjualan atau penerimaan dan biaya (pada sumbu Y). BEP terjadi jika
pendapatan dari penjualan (TR) berada pada titik keseimbangan dengan total
biaya (TC). Sedangkan biaya tetap (FC) adalah variabel yang tidak berubah
meskipun jumlah volume yang dihasilkan berubah, Kurva BEP dapat dilihat pada
gambar 2.2 agar dapat lebih jelas mengenai perpotongan antara garis penerimaan
dan biaya total .

Gambar 2.2 Kurva Break Even Point (BEP)
Keterangan:
TR

= Total Revenue (penerimaan)

Q

= Quantities (Produksi)

FC

= Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC

= Variable Cost (Biaya Variabel)

TC

= Total Cost (Total Biaya)

Universitas Sumatera Utara

29

BEP = Break Even Point (Titik Impas)
2.3 Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian Efrida Nasution (2009) yang berjudul Analisis Produksi dan
Tataniaga Karet Rakyat di Kabupaten Madina. Dalam penelitian tersebut proses
produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian belum sesuai dengan
teknologi budidaya anjuran. Komponen biaya produksi terbesar dalam usahatani
karet rakyat di daerah penelitian adalah tenaga kerja, dimana penerimaan sebesar
Rp. 25.788.577,78,-/Ha, sedangkan pendapatan bersih sebesar Rp. 17.626.858,6,/Ha. Terdapat dua bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian, yakni
dimana saluran 2 lebih baik dari saluran 1, karena petani lebih untung. Ada
perbedaan nilai price spread dan share marginprofit petani dan pedagang
pengumpul di daerah penelitian. Dimana petani mempunyai price spread profit
lebih besar dibandingkan profit pedagang pengumpul desa dan kecamatan, dan
sebaliknya pengumpul desa dan kecamatan mempunyai share margin profit yang
lebih besar dibanding petani. Tingkat efisiensi tataniaga karet rakyat yang ada di
daerah penelitian sudah tergolong efisien. Kendala-kendala yang dihadapi dalam
usahatani karet rakyat antara lain: mahalnya harga pupuk, petani kurang mengerti
dalam mengendalikan hama penyakit. Dalam hal tataniaga, turunnya harga
nothering pabrik. Upaya untuk mengatasi kendala tersebut yaitu mayoritas petani
menggunakan pupuk urea karena harganya relatif terjangkau, memberi arahan
kepada petani, karena petani masih menggunakan cara tersendiri menanggulangi
hama penyakit dan belum sesuai dengan anjuran budidaya. Upaya untuk kendala
tataniaga dengan memilih mutu/kualitas bahan cup lump yang baik agar
memperoleh keuntungan yang lebih baik pula.

Universitas Sumatera Utara

30

Menurut penelitian Kurnia Rinanda F.S (2014) yang berjudul Analisis Harga
Pokok Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawit di PT.PD Paya
Pinang/Kebun Paya PinangKabupaten Serdang Bedagai. Tujuan penelitian
tersebut adalah 1) untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang menentukan
harga pokok Tandan Buah Segar (TBS) tanaman kelapa sawit 3 tahun terakhir
(2011-2013) di PTPD Kebun Paya Pinang dan 2) untuk menganalisis Break Event
Point (BEP) Tandan Buah Segar (TBS) di PTPD Kebun Paya Pinang. Data yang
digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari perusahaan PTPD Paya
Pinang. Metode yang digunakan adalah metode harga pokok dan metode Break
Event Point (BEP). Hasil penelitian menunjukkan 1) hasil analisa harga pokok
Tandan Buah Segar (TBS) periode 3 tahun terakhir mulai tahun 2011-2013 di
PTPD kebun Paya Pinang bahwa faktor-faktor yang menentukan harga pokok
TBS adalah: biaya tetap, biaya pemeliharaan, serta biaya panen dan mengutip.
Setelah dianalisa diperoleh harga pokok tertinggi terjadi pada tahun 2011 dan
harga pokok TBS terendah terjadi pada tahun 2013. 2) Berdasarkan hasil analisa
Break Event Point (BEP) periode 3 tahun terakhir mulai tahun 2011-2013 di
PTPD Kebun Paya Pinang adalah sebagai berikut: 1. Break Event Point (BEP)
TBS nilai rupiah setelah dianalisa diperoleh BEP tertinggi pada tahun 2013 dan
BEP terendah terjadi pada tahun 2011. 2. Break Event Point (BEP) TBS unit (Kg)
setelah dianalisa diperoleh BEP tertinggi pada tahun 2011 dan BEP terendah
terjadi pada tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara

31

2.4 Kerangka Pemikiran
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perkebunan karet yang
luas. Hal ini merupakan salah satu sumber penghasilan bagi para petani karet.
Agar menghasilkan produksi yang berlimpah dan bermutu tinggi, maka para
petani harus mengeluarkan biaya-biaya input produksi seperti pupuk, pengolahan
tanah, perawatan tanaman dan sebagainya.
Sebelum petani menjual hasil getah dari tanaman karet mereka, petani harus
menetapkan ataupun menetukan harga pokok (cost price) dari getah tersebut. Cost
price ini dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan dan jumlah produk
yang dihasilkan. Harga pokok (cost price) tersebut digunakan petani untuk
menetapkan harga penjualan getah dan memantau efisiensi biaya produksi.
Adapun pemasaran ataupun tataniaga ini adalah proses penyampaian atau
penyaluran hasil dari usaha tani kepada para konsumen melalui beberapa
perantara. Semakin banyak perantara yang dilalui komoditi tersebut, maka
semakin sedikit pula harga yang diterima petani.
Pemasaran getah ini dilakukan oleh petani setiap hari senindi desa mereka.Pasar
getah ini tempat bertemunya petani dan pedagang pengumpul yang datang dari
daerah sekitar. Kebanyakan di lapangan, petani hanya menerima harga yang di
minta pedagang pengumpul saja, sehingga masih banyak petani yang tidak puas
dengan penjualan getah mereka. dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis
penetapan harga pokok yang dibuat petani dan pemasaran dari hasil usahatani
karet tersebut. Pada perkebunan karet dan dilihat pada skema pemikiran sebagai
berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

32

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.3 :
Skema Kerangka Pemikiran
Petani Karet
Usahatani Karet
Kontribusi
-Bibit
-Pupuk
-Pestisida
-Tenaga Kerja

Kontribusi

Biaya Variabel

-Penyusutan
Alat-Alat
-Biaya PBB

Biaya Tetap

Produksi

Cost price

Harga Minimum/
Break Even Point
Struktur Pasar

Getah/Cup lump

Biaya Tataniaga

Pedagang PengumpulDesa

Nisbah Margin, Price
Spread, ShareMargin

Pedagang
PengumpulKecamatan

Efisiensi Tataniaga

Pabrik

Keterangan :

: Menyatakan ada hubungan/pengaruh

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

33

2.5 Hipotesa Penelitian
Sesuai dengan landasan teori yang menyatakan komponen biaya produksi karet
rakyat meliputi unsur-unsur seperti bahan baku, bahan penolong, upah tenaga
kerja, penyusustan alat-alat produksi, biaya penunjang dan bunga modal. Masing
masing komponen tersebut merupakan pembentuk harga pokok karet rakyat.
Penentuan efisiensi biaya produksi dengan membandingkan antara harga jual
produk per unit dengan harga pokok produk per unit.Pembentukan harga pokok
juga dihitung dengan perhitungan Break Even Point (BEP)yakni tingkat penjualan
yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional. Setelah ditentukannya
harga pokok, maka petani akan memasarkan karet tersebut. Dalam pemasaran,
semakin panjang saluran pemasaran, semakin besar biaya pemasaran karet
tersebut. Biaya/ongkos pemasaran dapat ditentukandari indikator marketing
margin.

Perbedaan-perbedaan

margin

dari

pelaksanaan

fungsi-fungsi

tataniaga/pemasarankadang-kadang dapat menunjukkan tingkat efisiensi secara
lokal. Penentuan efisiensi yang lain dapat juga dilihat dari penyampaian hasilhasil dari petani produsen ke konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan
mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan
tataniaga tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang akan diuji
sebagai berikut:
1) Tenaga kerja dan sarana/prasana memiliki kontribusi besar terhadap harga
pokok karet rakyat di daerah penelitian.
2) Biaya produksi karet rakyat di daerah penelitian sudah efisien.

Universitas Sumatera Utara

34

3) Ada perbedaan yang nyata nisbah margin, price spread, share margin
lembaga pemasaran setiap saluran pemasaran.
4) Tataniaga karet rakyat di daerah penelitian sudah efisien.

Universitas Sumatera Utara