Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Minyak Kelapa Murni
Pohon kelapa dipandang sebagai sumber daya berkelanjutan yang
memberikan hasil panen yang berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan
masyarakat di daerah tropis. Dan yang penting adalah buahnya, daging kelapa, air
kelapa, santan, dan minyaknya (Darmoyuwono, 2006). Belakangan ini,
pemanfaatan daging buah kelapa menjadi lebih variatif. Virgin coconut oil
merupakan bentuk olahan daging kelapa yang baru-baru ini banyak diproduksi
orang. VCO lebih terkenal dengan nama minyak perawan, minyak sara, atau
minyak kelapa murni di beberapa daerah. (Setiaji dan Prayugo, 2006).
Seperti yang tertulis pada SNI 7381:2008, minyak kelapa virgin (VCO)
adalah minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera L.) tua
yang segar dan diproses dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa
pemanasan atau pemanasan tidak lebih dari 60 °C dan aman dikonsumsi manusia.
Cara memproduksi VCO harus dipersiapkan/diproses dan penanganannya
mengacu pada peraturan tentang Pedoman Cara Produksi yang baik untuk pangan.
VCO dikemas dalam wadah yang bersih dan tertutup rapat. Bahan kemasan tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi isi, sehingga produk tetap baik selama
penyimpanan dan pengangkutan. Kemudian harus diberi label sesuai dengan

peraturan tentang label dan iklan pangan (SNI, 2008).
Minyak kelapa murni merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari
trans-fatty acid (TFA) atau asam lemak-trans. Asam lemak trans ini dapat terjadi
akibat proses hidrogenasi. Agar tidak mengalami proses hidrogenasi, maka
6
Universitas Sumatera Utara

ekstraksi minyak kelapa ini dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara
fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan parutan
kelapa secara cepat dan lain-lain (Darmoyuwono, 2006).
Proses produksi VCO yang tidak menggunakan pemanasan yang tinggi
bukan hanya menghasilkan Medium Chain Fatty Acid (MCFA) yang tinggi, tetapi
juga dapat mempertahankan keberadaan vitamin E dan enzim-enzim yang terkandung
dalam daging buah kelapa (Syah, 2005). Minyak kelapa yang dihasilkan memiliki

kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, serta berbau
harum. Daya simpannya lebih lama, bisa lebih dari 12 bulan (Rindengan dan
Novarianto, 2004).
Minyak kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain :
1. Penampakan : tidak berwarna, Kristal seperti jarum

2. Aroma : ada sedikit berbau asam ditambah bau karamel
3. Kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol (1:1)
4. Berat jenis : 0,883 pada suhu 20⁰C
5. pH : tidak terukur, karena tidak larut dalam air. Namun karena termasuk dalam
senyawa asam maka dipastikan memiliki pH di bawah 7
6. Persentase penguapan : tidak menguap pada suhu 21⁰ C (0%)
7. Titik cair : 20-25⁰ C dan Titik didih : 225⁰ C
8. Kerapatan udara (Udara = 1) : 6,91
9. Tekanan uap (mmHg) : 1 pada suhu 121⁰ C (Darmoyuwono, 2006).
Komponen utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar 90% dan asam
lemak tak jenuh sekitar 10%. Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam
laurat yang mengandung ±53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat

7
Universitas Sumatera Utara

(Wardani, 2007). Sedangkan menurut Price (2004) VCO mengandung 92% lemak
jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh dan 2% lemak poli tidak jenuh. Persyaratan
mutu minyak kelapa virgin berdasarkan Standart Nasional Indonesia (2008) dapat
dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Persyaratan mutu minyak kelapa virgin berdasarkan Standart Nasional
Indonesia (2008)
No.
Jenis Uji
1. Keadaan
1.1 Bau
1.2 Rasa
1.3 Warna

2. Air dan senyawa yang
menguap
3. Bilangan iod
4. Asam lemak bebas (dihitung
sebagai asam laurat)
5. Bilangan peroksida
6. Asam lemak :
6.1 Asam kaproat (C6:0)
6.2 Asam kaprilat (C8:0)
6.3 Asam kaprat (C10:0)
6.4 Asam laurat (C12:0)

6.5 Asam miristat (C14:0)
6.6 Asam palmitat (C16:0)
6.7 Asam stearat (C18)
6.8 Asam oleat (C18:1)
6.9 Asam linoleat (C18:2)
6.10 Asam linolenat (C18:3)

Satuan

Persyaratan
Khas kelapa segar, tidak tengik
Normal khas minyak kelapa
Tidak berwarna hingga kuning
pucat

%

Maks 0,2

g iod/100 g

%

4,1-11,0
Maks 0,2

mg ek/kg

Maks 2,0

%
%
%
%
%
%
%
%
%
%


ND-0,7
4,6-10,0
5,0-8,0
45,1-53,2
16,8-21
7,5-10,2
2,0-4,0
5,0-10,0
1,0-2,5
ND-0,2

7. Cemaran mikroba
7.1 Angka lempeng total
koloni/ml
Maks 10
8 Cemaran logam
8.1 Timbal (Pb)
mg/kg
Maks 0,1
8.2 Tembaga (Cu)

mg/kg
Maks 0,4
8.3 Besi (Fe)
mg/kg
Maks 5,0
8.4 Cadmium (Cd)
mg/kg
Maks 0,1
9. Cemaran Arsen (As)
mg/kg
Maks 0,1
CATATAN ND = No detection (tidak terdeteksi)
8
Universitas Sumatera Utara

Minyak kelapa murni bila digunakan secara topikal, dapat berfungsi
sebagai pelindung pada kulit dan mencegah infeksi, memperbaiki sel kulit yang
terbakar, melindungi kulit dari radikal bebas, dan melembabkan kulit (Silalahi dan
Chemayanti, 2015). Di samping itu ternyata kandungan antioksidan di dalam
VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Antioksidan ini

berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh (Setiaji dan
Prayugo, 2006).
2.2 Sediaan Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Krim mempunyai konsistensi relatif cair, diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk
produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asamasam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air
(Dirjen POM., 1995).
Prinsip

pembuatan

krim

adalah

berdasarkan

proses


penyabunan

(safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan
dalam suasana panas yaitu temperatur 70oC-80oC. Basis yang dapat dicuci dengan
air adalah emulsi minyak di dalam air. Basis vanishing cream termasuk dalam
golongan ini, diberi istilah demikian karena waktu krim ini digunakan dan
digosokkan pada kulit, hanya sedikit atau tidak terlihat bukti nyata tentang adanya
krim tersebut (Lachman, dkk., 1994).
Basis krim (vanishing cream) lebih banyak disukai pada penggunaan
sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit,
9
Universitas Sumatera Utara

tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing
cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan
(gliserin, propilenglikol, sorbitol 70%) sering ditambahkan pada vanishing cream
dan emulsi o/w atau air dalam minyak untuk mengurangi peguapan air dari
permukaan basis (Voight, 1995).
Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang

digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Stabil
b. Lunak
c. Mudah dipakai
d. Dasar krim yang cocok
e. Terdistribusi merata
Beberapa fungsi krim adalah sebagai bahan pembawa substansi obat untuk
pengobatan kulit, sebagai bahan pelumas bagi kulit dan pelindung untuk kulit
yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat berbahaya (Anief, 1999).
2.3 Penyinaran Matahari dan Efeknya pada Kulit
Kulit adalah pelindung tubuh dari pengaruh luar terutama dari sengatan
sinar matahari. Sinar matahari mempunyai dua efek, baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar
mengenai kulit, intensitas sinar matahari, serta sensitivitas seseorang (Wahlberg,
et al., 1999). Walaupun berguna untuk pembentukan vitamin D yang sangat
berguna bagi tubuh, sinar matahari dianggap faktor utama dari berbagai masalah
kulit (Ditjen POM., 1985).
10
Universitas Sumatera Utara


Radiasi sinar ultraviolet dari matahari dibagi atas :
1. UVA terbagi dua yaitu UVA1 ialah sinar dengan panjang gelombang 340400 nm dan UVA2 dengan panjang gelombang 320-340 nm dengan
efektivitas tertinggi pada 340 nm (Wahlberg, et al., 1999; Kaur, et al.,
2010).
2. UVB

ialah sinar dengan panjang gelombang 290-320 nm dengan

efektivitas tertinggi pada 297,6 nm (Velasco, et al., 2008; Kaur, et al.,
2010).
3. UVC ialah sinar dengan panjang gelombang di bawah 280 nm, dapat
merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh lapisan
ozon dalam atmosfer (Velasco, et al., 2008; Wahlberg, et al.,1999).
Pemaparan akut terhadap UVB dapat menimbulkan efek seperti eritema
atau sunburn, udema, tanning, penipisan lapisan epidermis dan dermis, dan
sintesis vitamin D. Pemaparan kronis terhadap UVB dapat menghasilkan
photoaging

(efek

penuaan

kulit

oleh

cahaya),

imunosupresi,

dan

fotokarsinogenesis. Pemaparan terhadap UVA lebih efektif dalam menginduksi
tanning dan kurang menyebabkan eritema, tetapi juga menyebabkan photoaging
serta fotodermatosis akut dan kronik (Benson, 2008).
Umumnya eritema tersebut terjadi 2-3 jam setelah sengatan surya, gejala
tersebut akan berkembang dalam 10-24 jam. Sengatan surya akan merusak lapisan
bertaju, mungkin karena proses denaturasi protein. Kerusakan sel tersebut
menyebabkan terlepasnya mediator seperti histamin, sehingga terjadinya pelebaran
pembuluh darah dan eritema, juga menyebabkan edema kulit dan merangsang sel
basal untuk berproliferasi. Lukar bakar ringan dapat sembuh dalam waktu 24-36 jam,
luka bakar lebih parah dapat sembuh dalam 4-8 hari. (Ditjen POM, 1985).

11
Universitas Sumatera Utara

Perbedaan jangkauan penetrasi sinar UV ke dalam kulit dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Perbedaan jangkauan penetrasi sinar UV ke dalam kulit
Radiasi UVC di saring oleh ozon pada lapisan stratosfer, sehingga hanya
UVA dan UVB yang dapat mencapai permukaan bumi. UVA lebih mudah untuk
berpenetrasi ke dalam lapisan kulit terdalam dibandingkan dengan UVB. UVA
tidak dapat tersaring oleh gelas dan diperkirakan sekitar 50% dari pemaparan
UVA timbul dalam tempat teduh (Velasco, et al., 2008; Dutra, et al., 2004).
2.4 Mekanisme Perlindungan Alami Kulit
Secara alami kulit manusia mempunyai sistem perlindungan terhadap
paparan sinar matahari. Mekanisme pertahanan tersebut adalah dengan penebalan
stratum korneum dan pigmentasi kulit. Perlindungan kulit terhadap sinar UV
disebabkan oleh peningkatan jumlah melanin dalam epidermis. Butir melanin
yang terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran UVB akan berpindah ke
12
Universitas Sumatera Utara

stratum korneum di permukaan kulit, kemudian teroksidasi oleh sinar UVA. Jika
kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung
terhadap sinar matahari (Ditjen POM., 1985; Velasco, et al., 2008).
Semakin gelap warna kulit (tipe kulit seperti yang dimiliki ras Asia dan
Afrika), maka semakin banyak pigmen melanin yang dimiliki, sehingga semakin
besar perlindungan alami dalam kulit. Namun, mekanisme perlindungan alami ini
dapat ditembus oleh tingkat radiasi sinar UV yang tinggi, sehingga kulit tetap
membutuhkan perlindungan tambahan (EPA., 2006).
2.5 Bahan Tabir Surya
Banyak bahan tabir surya yang sudah beredar dipasaran. Beberapa syaratsyarat bahan aktif untuk preparat tabir surya yaitu:
a. Efektif menyerap radiasi UVB tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak
demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan dapat menjadi toksik atau
menimbulkan iritasi
b. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap
c. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya
d. Tidak berbau atau boleh berbau ringan
e. Tidak toksik,
f. Tidak mengiritasi
g. Tidak menyebabkan sensitisasi (COLIPA., 2007; EPA., 2006).
Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan
kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada yang
menggunakan beberapa macam tabir surya dalam suatu sediaan kosmetika
(Wasitaatmadja, 1997).
13
Universitas Sumatera Utara

Ada 2 macam bahan tabir surya, yaitu:
1. Tabir surya kimia
Merupakan

bahan-bahan

yang

dapat

melindungi

kulit

dengan

mengabsorbsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Derivat
sintesis senyawa ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu pengabsorbsi kimia
UVB dan UVA (Velascao, et al., 2008).
Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktilmetoksisinamat
sebagai UVB filter yang paling banyak digunakan. Oksibenson adalah
benzofenon yang paling luas digunakan, mengabsorbsi UVA dan UVB. Kedua
bahan ini memiliki kekurangan yaitu bersifat fotolabil serta terdegradasi dan
teroksidasi (Nguyen dan Rigel, 2005).
Kandungan tabir surya kimia memungkinkannya terserap ke dalam tubuh
dan bekerja dengan menyerap radiasi sinar UV. Umumnya, tabir surya kimia
hanya menyerap sinar UVB saja, dan agar dapat bekerja sempurna jenis tabir
surya ini harus digunakan minimal 20 menit sebelum terpapar sinar matahari
(WHO., 2002; Iskandar, 2008).
2. Tabir surya fisik
Tabir surya fisik bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan
radiasi UV. Tabir surya fisik secara umum adalah oksida logam. Bahan ini
menunjukkan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan bahan kimia karena
memberikan perlindungan terhadap UVA dan UVB, dan juga merupakan bahan
yang tidak larut dalam air (EPA., 2006). Sebagai pembanding, bahan ini kurang
diterima oleh kebanyakan orang karena bahan ini biasanya membentuk lapisan
film penghalang pada kulit yang menimbulkan rasa kurang nyaman. Zink oksida

14
Universitas Sumatera Utara

merupakan tabir surya fisik yang lebih efektif dibandingkan titanium dioksida
(Wasitaatmadja, 1997).
Sediaan dengan bahan yang mampu memantulkan cahaya dapat lebih
efektif bagi mereka yang terpapar radiasi UV yang berlebihan, misalnya para
pendaki gunung. Popularitas bahan-bahan ini meningkat belakangan ini karena
toksisitasnya yang rendah. Zat-zat yang bekerja secara fisik sebenarnya lebih
aman, karena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya.
Bahan ini juga stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan reaksi fototoksik
atau fotoalergik (EPA., 2006; Nguyen dan Rigel, 2005).
2.5.1 Oktilmetoksisinamat
Oktilmetoksisinamat (OMC) adalah bahan yang paling banyak digunakan
dalam sediaan tabir surya. Penggunaan secara topikal jarang menimbulkan iritasi
kulit. Konsentrasi penggunaan berkisar antara 2-7,5%.

Oktilmetoksisinamat

tergolong dalam tabir surya kimia yang melindungi kulit dengan cara menyerap
energi dan radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Senyawa-senyawa
golongan ini menyerap radiasi UV dan mengubahnya ke dalam bentuk radiasi
dengan panjang gelombang yang lebih besar (Barel, et al., 2009; Wahlberg, et al.,
1999).
Senyawa golongan sinamat menyerapa sinar pada panjang gelombang 290320 nm pada daerah UVB.

Saat terekspos ke cahaya, oktilmetoksisinamat

berubah dari bentuk oktil-p-metoksi-trans-sinamat (E-OMC) menjadi oktil-pmetoksi-cis-sinamat (Z-OMC). Walaupun tidak terbentuk produk degradasi lain
selain cis oktilmetoksisinamat namun perubahan ini menyebabkan berkurangnya
efikasi UV filter dari trans oktil metoksisinamat (Pattanargson et al., 2004).
15
Universitas Sumatera Utara

Rumus bangun oktilmetoksisinamat dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah
ini :

Gambar 2.2 Rumus bangun oktilmetoksisinamat
Sifat fisikokimia oktilmetoksisinamat menurut Wahlberg, et al., (1999)
Nama Kimia

: 2 Ethylhexyl 3-(4-Methoxyphenyl)-2 Propenoate

Struktur Kimia

: C18H26O3, BM (290,40 g/mol)

Penampilan

: cairan minyak berwarna kuning pucat yang jernih

Rasa

: tidak berasa

Kelarutan

: larut dalam etanol, propilen glikol, isopropanol

Indeks refraksi

: 1,5420 – 1,5480

2.5.2 Titanium dioksida
Titanium dioksida (TiO2) berbentuk serbuk putih tidak berbau, tidak berasa
dan tidak larut air serta pelarut organik. Titanium dioksida tergolong ke dalam
jenis tabir surya fisik. Tabir surya fisik adalah partikel yang memantulkan energi
dari radiasi UV. Dalam jumlah yang cukup, tabir surya jenis ini mampu berfungsi
sebagai pelindung fisik terhadap paparan UV dan cahaya tampak. Senyawa ini
memiliki fotostabilitas yang tinggi dan tingkat toksisitas yang rendah (Setiawan,
2010).
Penggunaan titanium dioksida pada sediaan tabir surya bertujuan
meningkatkan perlindungan terhadap bahaya yang disebabkan oleh radiasi
ultraviolet karena umumnya sediaan tabir surya yang hanya mengandung UV

16
Universitas Sumatera Utara

filter kimia tidak dapat menahan radiasi sinar UVA ke kulit (EPA., 2006;
COLIPA., 2007).
2.6 Sediaan Tabir Surya
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk
membaurkan atau menyerap secara efektif sinar matahari, terutama daerah emisi
gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya
gangguan kulit karena cahaya matahari. Mencegah interaksi sinar UV dengan
kromofor kulit merupakan fungsi utama dari tabir surya (EPA., 2006).
Tabir surya tersedia dalam bentuk lotion, krim, salep, gel, dan larutan
(solution). Efektivitas penggunaannya tergantung dari bahan kimia, daya larut
dalam vehikulum (bahan pembawa) lipofilik atau hidrofilik, kemampuan absorbsi
UV, konsentrasi bahan kimia, dan jumlah tabir surya yang dioleskan. Untuk hasil
terbaik, disarankan pemakaian tabir surya dilakukan secara tipis pada permukaan
kulit. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan standar international, pemakaian
tabir surya dengan ketebalan hanya sebanyak 2 mg/cm2 (Sayre, et al., 1979;
WHO., 2002).
Tabir surya yang baik adalah dapat mengabsorbsi 99% gelombang UV
dengan panjang gelombang 297 nm pada ketebalan 0,001 dan dapat meneruskan
radiasi eritemogenik 15–20%. Dapat melindungi radiasi UV paling sedikit 25 kali
dosis eritema minimal, dapat menahan radiasi selama 8 jam. (Setiawan, 2010;
Velasco, et al., 2008).
Syarat-syarat preparat kosmetik tabir surya yaitu:
a. Mudah dipakai
b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan
17
Universitas Sumatera Utara

c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur, bahan dasar harus dapat
mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono dan
Latifah, 2007).
2.7 Sun Protection Factor
Efektifitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya
adalah dengan nilai sun protection factor (SPF), yang didefinisikan sebagai
jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose
(MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya, dibagi dengan jumlah
energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang tidak diberikan
perlindungan. MED didefinisikan sebagai jangka waktu terendah atau dosis
radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya erythema.
(Kaur, et al., 2010; Shaat, 1990)
Dosis minimum eritema diuji oleh setiap panelis pada tes SPF. Waktu atau
dosis pada simulasi cahaya UV dibutuhkan untuk menghasilkan keseragaman,
yang hampir tidak menampakkan kemerahan pada kulit. Nilai MED berbeda-beda
berdasarkan tipe kulit seseorang (Nguyen dan Rigel, 2005).
Nilai SPF dapat juga menunjukkan tingkat lamanya tabir surya bisa
melindungi kulit dari radiasi sinar matahari atau berapa lama anda bisa berada
dibawah sinar matahari tanpa membuat kulit terbakar. Umumnya kulit perempuan
asia dapat terbakar matahari dalam waktu 5-10 menit. Rumus menentukan berapa
lamanya SPF bekerja yang tepat adalah :
(lama waktu kulit mampu bertahan dari sinar matahari x SPF sediaan) menit.
Jadi bila kulit kita mampu bertahan dari sengatan matahari selama 10
menit dan karena yang dipakai mengandung SPF 15 maka perhitungan nya adalah
18
Universitas Sumatera Utara

(10 x 15) menit. Artinya krim tersebut dapat melindungi kulit selama 2 jam 30
menit sebelum terbakar. Setelah itu, anda harus kembali mengoleskan tabir surya
(Aprilia, 2010).
Tambahan lagi, Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan
agar tabir surya dioleskan kembali setiap dua jam (bahkan tabir surya tahan air
ataupun tahan keringat sekalipun) pada waktu terpapar sinar UV terutama antara
jam 10am dan 2pm saat sinar matahari terkuat (Aprilia, 2010).
Semakin tinggi nilai SPF maka semakin efektif sedian tersebut mencegah
paparan sinar matahari. Tabir surya dengan SPF minimal 15 sangat disarankan
untuk digunakan. Tetapi tabir surya dengan SPF 30 tidaklah menghasilkan efek
dua kali lipat dari SPF 15, karena SPF 15 melindungi kulit 93% dari paparan sinar
UV dan SPF 30 hanya melindungi kulit sebanyak 97%. Grafik Nilai SPF terhadap
persentase perlindungan terhadap UVB dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah
ini (EPA., 2006).

Persentase Perlindungan

SPF vs. Perlindungan UVB

Gambar 2.3 Grafik Nilai SPF terhadap persentase perlindungan terhadap UVB
SPF hanya menunjukkan daya perlindungan terhadap UVB dan tidak
terhadap UVA. Sebab, berbeda dengan UVB yang bekerja pada permukaan kulit
dan menyebabkan kulit terbakar, UVA meresap masuk ke dalam kulit dan

19
Universitas Sumatera Utara

merusak deoxyribonucleic acid (DNA). Ini membuat kekuatan UVA tidak bisa
diukur dengan mudah karena efeknya tidak segera terlihat (Iskandar, 2008;
Wahlberg, et al., 1999).
Pengukuran nilai SPF secara in vitro dengan metode spektrofotometri
dapat menggunakan persamaan Mansur (1986) sebagai berikut :
320

����������� ℎ��������� = �� × � ��(�) × �(�) × ���(�)
290

Keterangan:

EE(λ) – spektrum efek eritema;

I(λ) – spektrum intensitas solar;
Abs(λ) – absorbansi produk tabir surya;
CF – faktor koreksi (=10)
Nilai dari EE × I sebagai tetapan fungsi sediaan adalah konstan. Nilai ini
ditetapkan sebagai nilai normal yang diukur pada tiap kenaikan 5 nm panjang
gelombang dari 290-320 yang dapat dilihat pada lampiran 13 (Sayre et al., 1979).
Nilai SPF beberapa sediaan dan bahan alami telah banyak diteliti dengan
menggunakan Metode Mansur ini. Emulsi yang mengandung benzofenon (2,8%),
OMC (7,0%), oktil salisilat (2,0%) dan TiO2 (2,0%) memiliki nilai SPF
14,65±0,04 (Dutra, et al., 2004). Krim komposisi OMC (7,0%), TiO2 (2,0%),
benzofenon (2,0%) dan ektrak kering bunga aprikot liar (6%) sebesar
24,256±3,276 (Velasco, et al., 2008). Krim komposisi OMC (7,0%), TiO2 (5,0%)
dan ekstrak daun teh hijau (4%) nilai SPFnya adalah 26,1293 (Setiawan, 2010).
Nilai SPF berkisar antara 0 sampai 100, dan kemampuan tabir surya yang
dianggap baik berada di atas 15 atau pada rentang perlindungan maksimal
(wasiaatmadja, 1997).

20
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Minyak Biji Anggur (Grape Seed Oil) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat Dalam Basis Vanishing Cream

6 94 79

Formulasi Krim Extra Virgin Olive Oil (Minyak Zaitun Ekstra Murni) sebagai Anti-Aging

57 297 100

Uji Efek Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Berat Badan Dan Penurunan Kadar Gula Darah (KGD) Tikus Putih Diabetes yang Diinduksi Sterptozotocin (STZ)

3 47 85

Pembuatan dan Evaluasi Secara In Vitro Emulsi Virgin Coconut Oil (VCO) menggunakan Emulgator Tween 80 dan Gom arab

7 63 96

Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida

9 61 82

Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida

0 0 14

Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida

0 0 2

Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida

0 0 5

Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida

0 1 4

Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida

0 0 24