Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Mengalami Kekerasan dalam Lembaga Pendidikan (Studi Pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan)
BAB II
RUANG LINGKUP TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK
DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI
DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
A. Kekerasan terhadap Anak
Abuse adalah kata yang biasa diterjemahkan menjadi kekerasan,
penganiayaan, penyiksaan atau perlakuan salah. Sedangkan Child Abuse adalah
istilah yang biasa digunakan untuk menyebut kekerasan terhadap anak.
Richard J.Gelles dalam Encylopedia Article from Encarta, emotional harm
to children menyebutkan bahwa kekerasan terhadap anak adalah perbuatan
disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara
fisik maupun emosional. Istilah Child Abuse meliputi berbagai macam bentuk
tingkah laku, dari tindakan ancaman fisik secara langsung oleh orang tua atau
orang dewasa lainnya sampai kepada penelantaran kebutuhan-kebutuhan dasar
anak.39
Secara teoritis, kekerasan terhadap anak (child abuse) dapat didefenisikan
sebagai perlakuan fisik , mental atau seksual yang umumnya dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang
mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan
dan kesejahteraan anak.40
39
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung : Nuansa, 2007, hlm.47
Bagong Suyanto dan Sri Sanituti Hariadi, Krisis & Child Abuse Kajian Sosiologis
Tentang Kasus Pelanggaran Hak Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus ,Surabaya :
Airlangga University Press, 2002,hlm.115
40
Universitas Sumatera Utara
Menurut Barker Kekerasan terhadap anak adalah tindakan melukai yang
berulang-ulang secara fisik dan emosional terhadap anak yang ketergantungan,
melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan
cemoohan permanen atau kekerasan seksual, biasanya yang dilakukan oleh orang
tua atau pihak lain yang seharusnya merawat anak.41
Menurut Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak bahwa
kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran,
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan , atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum.42
1.
Bentuk Kekerasan Terhadap Anak
Terry E.Lawson , mengklasifikasikan kekerasan terhadap anak (child
abuse) menjadi empat bentuk, yaitu : emotional abuse, verbal abuse, physical
abuse dan sexual abuse. 43
Emotional abuse (kekerasan emosional), menunjuk pada keadaan yang
orang tua/wali gagal menyediakan lingkungan yang penuh cinta kasih kepada
seorang anak untuk bisa bertumbuh dan berkembang. Perbuatan yang dapat
menimbulkan kekerasan emosional ini, seperti : tidak memperdulikan,
mendiskriminasikan, meneror, mengancam atau secara terang-terangan menolak
41
Barker dalam Abu Huraerah,Op.Cit, hlm.47
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
43
Abu Huraerah,Op.Cit,hlm.47
42
Universitas Sumatera Utara
anak tersebut. Bentuk-bentuk tindak kekerasan mental : dipelototi, digoda,
diomeli, dicaci, diludahi, digunduli, diancam, diusir, disetrap, dipaksa tulis dan
hafal, dipaksa bersihkan wc/kerja, dipaksa cabut rumput/kerja.44
Verbal abuse (kekerasan) verbal adalah kekerasan terhadap perasaan
dengan menggunakan kata-kata yang kasar tanpa menyentuh fisiknya. Akibatnya,
ucapan atau kalimat yang dilontarkan tersebut dapat memengaruhi kondisi
emosional anak. Umumnya, kekerasan verbal dilakukan oleh orang dewasa
kepada anak tidak disertai dengan niat jahat. Awalnya, pada beberapa kasus,
orangtua/guru/orang dewasa melakukan hal tersebut dengan tujuan baik, yakni
untuk mendidik si anak, namun pemilihan katanya tidak tepat sehingga membuat
anak terganggu perasaannya.45
Physical abuse (kekerasan fisik), menunjukkan pada cedera yang
ditemukan pada anak, bukan karena suatu kecelakaan tetapi cedera tersebut adalah
hasil pemukulan dengan benda atau beberapa penyerangan yang diulang-ulang.
Physical neglet (pengabaian fisik) kategori kekerasan ini dapat diidentifikasi
secara umum dari dari kelesuan seorang anak, kepucatan dan dalam keadaan
kurang gizi. Bentuk-bentuk kekerasan fisik dapat berupa : dicekoki, dijewer,
dicubit, dijambak, dijitak, digigit, dicekik, direndam, disiram, diikat, didorong,
dilempar,diseret,ditempeleng,dipukul, disabet,
digebuk, ditendang, diinjak,
dibanting, dibentur, disilet,ditusuk,dibacok,dibusur/dipanah, disundut, disetrika,
44
Maidin Gultom,Op.Cit,hlm.3
Faizatul Faridy, Kekerasan Verbal dan Dampaknya pada Pendidikan Anak Usia Dini,
http://www.kompasiana.com/faieza/kekerasan-verbal-dan-dampaknya-terhadap-mental-anak-usiadini_566fa851529773ab0f4241dc, diakses pada hari Selasa 22 Maret 2016 pukul 15.28 WIB
45
Universitas Sumatera Utara
disetrum, ditembak, berkelahi, dikeroyok, disuruh push up, disuruh lari, disuruh
berjalan dengan lutut.46
Sexual abuse (kekerasan seksual),
kepada setiap aktivitas seksual,
bentuknya dapat berupa penyerangan atau tanpa penyerangan. Kategori
penyerangan, menimbulkan penderitaan berupa cedera fisik, kategori kekerasan
seksual tanpa penyerangan menderita trauma emosional. Bentuk-bentuk kekerasan
seksual : dirayu, dicolek, dipeluk dengan paksa, diremas, dipaksa onani, oral seks,
anal seks, diperkosa.47
Sementara itu Suharto, mengelompokkan kekerasan terhadap anak menjadi
: physical abuse (kekerasan secara fisik), pysicho logical abuse (kekerasan secara
psikologis), sexual abuse (kekerasan secara seksual), dan social abuse (kekerasan
secara sosial) . Keempat bentuk child abuse ini dapat dijelaskan sebagai berikut48
:
a. Kekerasan anak secara fisik, adalah penyiksaan, pemukulan, dan
penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan bendabenda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada
anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau
kekerasan benda tumpul, seperti bekas cubitan gigitan, ikat pinggang atau
rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola
akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada
daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada,perut, punggung atau daerah
bokong.
46
Ibid.
Ibid.
48
Abu Huraerah,Op.Cit,hlm.47
47
Universitas Sumatera Utara
b. Kekerasan anak secara psikis, meeliputi penghardikan penyampaian katakata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar, dan film pornografi
pada anak. Anak yang mendapat perlakuan ini umumnya menunjukkan
gejala perilaku maladidtatif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika
didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu dengan orang lain.
c. Kekerasan anak secara seksual, dapat berupa perlakuan pra-kontak seksual
antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan,
gambar visual), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara
anak dengan orang dewasa (incest,perkosaan,eksploitasi seksual).
d. Kekerasan anak secara sosial, dapat mencakup penelantaran anak dan
eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua
tidak memberikan perhatian yang layak terhadap tumbuh kembang anak.
Misalnya, anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak
utendidikan perawatan kesehatan yang layak. Eksploitasi anak menunjuk
pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak
yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Sebagai contoh, memaksa anak
untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik
tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan
dengan sesuai dengan perkembangan fisik, psikisnya dan status sosialnya.
Misalnya,
anak
dipaksa
untuk
bekerja
di
pabrik-pabrik
yang
membahayakan dengan upaah rendah dan tanpa peralatan yang memadai,
anak dipaksa untuk angkat senjata, atau dipaksa melakukan pekerjaanpekerjaan rumah tangga melebihi batas kemampuannya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli tersebut maka
bentuk-bentuk
kekerasan terhadap anak terdiri dari kekerasan secara fisik, kekerasan secara
psikis/mental, dan kekerasan secara seksual.
2.
Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap Anak
Terjadinya kekerasan terhadap anak disebabkan berbagai faktor yang
mempengaruhinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya demikian kompleks,
seperti yang dijelaskan oleh beberapa pakar berikut ini :
Menurut Suharto, bahwa kekerasan terhadap anak umumnya disebabkan
oleh faktor internal yang berasal dari anak sendiri maupun faktor eksternal yang
berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat, seperti49 :
1) Anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah
laku, autisme, anak terlalu lugu, memiliki tempramen lemah, ketidak
tahuan anak akan hak-haknya, anak terlalu bergantung pada orang
dewasa.
2) Kemiskinan keluarga, orang tua menganggur, penghasilan tidak
cukup, banyak anak.
3) Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home), misalnya
perceraian, ketiadaan ibu untuk jangka panjang atau keluarga tanpa
ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara
ekonomi.
49
Ibid,hlm.50-51
Universitas Sumatera Utara
4) Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidaktahuan
mendidik anak, harapan orang tua yang tidak realistis, anak yang tidak
diinginkan (unwanted child) , anak yang lahir diluar nikah.
5) Penyakit parah atau gangguan mental pada salah satu atau kedua
orangtua, misalnya tidak mampu merawat dan mengasuh anak karena
gangguan emosional dan depresi.
6) Sejarah penelantaran anak. Orang tua yang semasa kecilnya
mengalami perlakuan salah cenderung memperlakukan salah anakanaknya.
7) Kondisi
lingkungan
sosial
yang buruk,
pemukiman
kumuh,
tergusurnya tempat bermain anak, sikap acuh tak acuh terhadap
tindakan eksploitasi, pandangan terhadap nilai anak yang terlalu
rendah, meningkatnya faham ekonomi upah, lemahnya perangkat
hukum, tidak adanya mekanisme kontrol sosial yang stabil.
Rusmil menjelaskan bahwa penyebab atau risiko terjadinya kekerasan dan
penelantaran terhadap anak dibagi ke dalam tiga faktor yaitu sebagai berikut50 :
1) Faktor orang tua /keluarga
Faktor orang tua memegang peranan penting terjadinya kekerasan dan
penelantaran anak. Faktor-faktor yang menyebabkan orang tua
melakukan kekerasan pada anak diantaranya : praktik-praktik budaya
yang merugikan anak seperti kepatuhan anak kepada orang tua dan
hubungan asimetris ; dibesarkan dengan penganiayaan ; gangguan
50
Ibid,hlm.51-52
Universitas Sumatera Utara
mental ; belum mencapai kematangan fisik, emosi maupun sosial,
terutama mereka yang mempunyai anak sebelum berusia 20 tahun ;
pecandu minuman keras dan obat.
2) Faktor lingkungan sosial/komunitas
Kondisi lingkungan sosial juga dapat menjadi pencetus terjadinya
kekerasan pada anak. Faktor lingkungan sosial yang dapat
menyebabkan kekerasan dan penelantaran pada anak diantaranya :
kemiskinan dalam masyarakat dan tekanan nilau matrealistis ; kondisi
sosial-ekonomi yang rendah ; adanya nilai dalam masyarakat bahwa
anak adalah milik orang tua sendiri ; status wanita yang dipandang
rendah ; sistem keluarga patriarkal ; nilai masyarakat yang terlalu
individualitas .
3) Faktor anak itu sendiri
Penderita gangguan perkembangan, menderita penyakit kronis
disebabkan ketergantungan anak kepada lingkungannya ; perilaku
menyimpang pada anak.
Sementara itu, menurut Lestari Basoeki beberapa faktor lain penyebab
terjadinya penganiayaan anak dan penelantaran anak diantaranya adalah :
pertama, orang tua yang dulu dibesarkan dengan kekerasan cenderung
meneruskan pendidikan tersebut kepada anak-anaknya. Kedua, kehidupan yang
penuh stress seperti terlalu padat kemiskinan , sering berkaitan dengan tingkah
laku agresif dan menyebabkan terjadinya penganiayaan fisik terhadap anak.
Ketiga, isolasi sosial, tidak adanya dukungan yang cukup dari lingkungan sekitar,
Universitas Sumatera Utara
tekanan sosial akibat situasi krisis ekonomi, tidak bekerja dan masalah perumahan
akan meningkatkan kerentanan keluarga yang akhirnya akan terjadi penganiayaan
dan penelantaran anak. 51
3.
Dampak Kekerasan terhadap Anak
Tindak kekerasan yang dialami anak dapat memberikan dampak pada
kesehatan fisik dan juga kesehatan mental anak. Dampak terhadap kesehatan fisik
bisa berupa : luka memar, luka-luka simetris di wajah (di kedua sisi), punggung
pantat dan tungkai. 52
Dampak pada kesehatan mental dapat dilihat dari segi tingkah laku anak.
Tingkah laku anak-anak yang mengalami penganiayaan sering menunjukkan :
penarikan diri, ketakutan atau mungkin juga tingkah laku agresif, emosi yang
labil. Mereka juga sering menunjukkan gejala depresi, jati diri yang rendah,
kecemasan, adanya gangguan tidur, phobia, kelak bisa tumbuh mmenjadi
penganiaya, menjadi bersifat keras, gangguan stress pasca trauma dan terlibat
pada penggunaan zat adiktif.53
Dampak kekerasan terhadap anak antara lain 54:
a. Dampak langsung, berupa :
1) Kematian
2) Patah tulang
3) Luka bakar
51
Lestari Basoeki dalam Bagong Suyanto dan Sri Sanituti Hariadi,Op.Cit,Hlm.117
Ibid,hlm.122
53
Ibid,hlm.123
54
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi DKI
Jakarta,Op.Cit, hlm.9-10
52
Universitas Sumatera Utara
4) Luka terbuka
5) Kerusakan menetap pada susunan syaraf pusat yang dapat
mengakibatkan retardasi mental, masalah belajar, kesulitan belajar,
buta, tuli, gangguan motorik kasar dan halus, kejang, atalesia
ataupun hidrocefalus.
6) Pertumbuhan fisik anak umumnya kurang dari anak sebayanya.
7) Perkembangan kejiwaan mengalami gangguan : kecerdasan, emosi,
konsep diri, agresif, hubungan sosial.
b. Dampak Jangka Panjang, berupa :
1) Muncul perasaan, seperti merasa salah, malu, menyalahkan diri
sendiri.
2) Gangguan perasaan seperti cemas atau depresi.
3) Kehilangan minat untuk bersekolah seperti sering melamun atau
tidak memperhatikan
pelajaran, menghindari sekolah atau
membolos, tidak perduli terhadap hasil ulangan atau ujian.
4) Stress pasca-trauma seperti terus menerus memikirkan peristiwa
traumatis yang dialaminya, merasa gelisah dan cemas menghadapi
lingkungan yang agak berubah.
5) Masalah/problem diri sendiri, seperti melakukan isolasi terhadap
diri
sendiri,
rasa
dendam
dan
takut
terhadap
sikap
ramah/kehangatan/kemesraan dari orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Rusmil mengemukakan bahwa anak-anak yang menderita kekerasan,
eksploitasi, pelecehan dan penelantaran, menghadapi risiko55 :
a. Usia yang lebih pendek
b. Kesehatan fisik dan mental yang buruk
c. Masalah pendidikan (termasuk drop-out dari sekolah )
d. Kemampuan yang terbatas menjadi orang tua kelak.
e. Menjadi gelandangan.
YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ) menyimpulkan bahwa
kekerasan dapat meenyebabkan anak kehilangan hal-hal yang paling mendasar
pada kehidupannya dan pada gilirannya berdampak sangat serius pada kehidupan
anak di kemudian hari, antara lain56 :
a. Cacat tubuh permanen
b. Kegagalan belajar
c. Gangguan
emosional
bahkan
dapat
menjurus
pada
gangguan
kepribadian
d. Konsep diri yang buruk dan ketidakmampuan untuk mempercayai atau
mencintai orang lain.
e. Pasif dan menarik diri dari lingkungan, takut membina hubungan baru
dengan orang lain.
f. Agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan kriminal.
g. Menjadi penganiaya ketika dewasa.
h. Menggunakan obat-obatan atau alkohol.
55
56
Rusmil dalam Abu Huraerah. Op.Cit,hlm.56
Ibid,hlm.56-57
Universitas Sumatera Utara
i. Kematian
Richard J. Gelles menjelaskan bahwa konsekuensi dari tindakan kekerasan
dan penelantaran anak dapat menimbulkan kerusakan dan akibat yang lebih luas
(far-reaching). Luka-luka fisik, seperti : memar-memar (bruises), goresan-goresan
(scrapes) , dan luka bakar (burns), hingga keerusakan otak (brain damage), cacat
permanen (permanent disabilities), dan kematian (death). Efek psikologis pada
anak korban kekerasan dan penganiayaan bisa seumur hidup, seperti : rasa harga
diri rendah ( a lowered sense of self worth ), ketidak mampuan berhubungan
dengan teman sebaya (an inability to relate to peers), masa perhatian tereduksi
(reduced attention span), dan gangguan
belajar (learning disorders). Dalam
beberapa kasus, kekerasan dapat mengakibatkan gangguan-gangguan kejiwaan
(pyschiatric disorders), seperti : depresi (depression), kecemasan berlebihan
(excessive anxiety), gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorders),
juga bertambahnya risiko bunuh diri (suicide).57
Gambaran yang lebih jelas tentang efek tindak kekerasan pada anak juga
bisa dilihat dalam penjelasan Moore yang mengamati beberapa kasus anak yang
menjadi korban penganiayaan fisik. Diungkapkannya bahwa efek tindakan
kekerasan tersebut demikian luas dan secara umum dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa kategori. Ada yang meenjadi negatif dan agresif serta mudah
frustasi ; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis ; ada yang tidak mempunyai
kepribadian sendiri, apa yang dilakukan sepanjang hidupnya hanyalah memenuhi
keinginan orang tuanya (parental extension), mereka tidak mampu menghargai
57
Ibid, hlm.57
Universitas Sumatera Utara
dirinya sendiri (chronically low self-esteem) ; ada pula yang sulit menjalin relasi
dengan individu lain ; dan yang tampaknya paling parah adalah timbulnya rasa
benci yang luar biasa terhadap dirinya (self-hate) karena merasa dirinnyalah yang
selalu bersalah sehingga menyebabkan penyiksaan terhadap dirinya, dan rasa
benci terhadap dirinya sendiri ini menimbulkan tindakan untuk menyakiti diri
sendiri seperti bunuh diri
dan sebagainya. Selain akibat psikologis tersebut,
Moore juga menemukan adanya kerusakan fisik seperti perkembangan tubuh yang
kurang normal, juga rusaknya sistem syaraf dan sebagainya. 58
B. Ruang Lingkup Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar
Jenjang Pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan , yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan peengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan
sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi.
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. 59
Peendidikan dasar adalah pendidikan yang berfungsi memberikan bekal
dasar pembangunan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat.
Pendidikan dasar juga berfungsi untuk mempersiapkan pelajar mengikuti
pendidikan menengah. Karena itu bagi setiap rakyat Indonesia harus disediakan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar dan tiap-tiap warga negara
58
59
Ibid,hlm.58
Fuad Ihsan,Op.Cit, hlm. 22
Universitas Sumatera Utara
diwajibkan menempuh pendidikan yang sekurang-kurangnya dapat membekali
dirinya dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar. 60
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan
madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.61
Pendidikan di sekolah dasar merupakan lembaga yang dikelola dan diatur
oleh pemerintah yang bergerak di bidang pendidikan yang diselenggarakan secara
formal yang berlangsung selama 6 tahun dari kelas 1 sampai kelas 6 untuk anak
atau siswa-siswi di seluruh indonesia tentunya dengan maksud dan tujuan yang
tidak lain agar anak indonesia menjadi seorang individu yang telah diamanatkan
atau yang sudah dicita-citakan dalam Undang-undang Dasar 1945. Komponen
yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah dasar adalah guru, siswa dan
tenaga kependidikan.
1.
Pendidik/Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan , melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.62
60
Ibid,hlm.24
Pasal 17 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
62
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen
61
Universitas Sumatera Utara
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.63
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berhak :64
Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial;
Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja;
Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak kekayaan
intelektual;
Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai
dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundangundangan;
Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas;
Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan;
Memeperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Selain memperoleh hak-hak sebagaimana yang telah disebutkan diatas,
Guru juga mempunyai kewajiban dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
yaitu sebagai berikut 65:
a. Merencanakan pembelajaran , melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan ,
teknologi dan seni;
63
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen
Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen
65
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen
64
Universitas Sumatera Utara
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin , agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik guru
serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Peran dan fungsi guru dalam pendidikan tingkat sekolah dasar lebih berat
dibangdingkan dengan guru yang ada pada jenjang pendidikan lainnya. Karena
guru di sekolah dasar selain berfungsi sebagai guru mata pelajaran dan wali kelas
juga bertindak sebagai konseling bagi siswa. 66
2.
Peserta Didik / Siswa
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur , jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. 67
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak68 :
Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama;
Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya;
Mendapatkan beasiswa bagi yang berprsetasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya;
Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya;
Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan yang
setara;
Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang
ditetapkan.
66
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri No. 117874
Kecamatan Kotapinang
67
Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
68
Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Universitas Sumatera Utara
Setiap peserta didik berkewajiban 69:
a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan
proses dan keberhasilan pendidikan;
b. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan , kecuali bagi peserta
didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Anak yang berada di lingkungan sekolah dasar berusia 6-13 tahun.
Karakteristik anak usia sekolah dasar terdiri dari dua masa yaitu70 :
a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6/7
tahun sampai 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3.
b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar , yang berlangsung antara usia 9/10
tahun sampai 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6.
Adapun ciri-ciri anak masa kelas rendah adalah sebagai berikut71 :
a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
b. Suka memuji diri sendiri.
c. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau
pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.
d. Suka
membandingkan
dirinya
dengan
anak
lain,
jika
hal
itu
menguntungkan dirinya.
e. Suka meremehkan orang lain.
69
Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
70
Isti Yuni Purwanti, Karakteristik Anak Usia SD (7-12 tahun). http://staff.uny.ac.id
/sites/default/ files/tmp/ KARAKTERISTIK%20ANAK%20USIA%20SD%20(7-12%20tahun).pdf
diakses pada hari minggu tanggal 6 Maret 2016 pukul 16.00 WIB
71
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan ciri khas dari anak yang berada pada masa kelas tinggi adalah
sebagai berikut72 :
a. Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari.
b. Ingin tahu, dan ingin belajar dan realistis.
c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
e. Anak-anak membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain
bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
3. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan
diangkat
untuk
menunjang
penyelenggaraan
pendidikan.73
Tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan.74
Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh75 :
a. Peenghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai ;
b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;
72
73
Ibid.
Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
74
Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
75
Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Nasional
Universitas Sumatera Utara
d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual; dan
e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Tenaga kependidikan memiliki kewajiban yang sama dengan pendidik,
yaitu sebagai berikut 76:
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna , menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis;
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
C. Kekerasan terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar
Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini terbagi atas 5 Kecamatan dan
54 Kelurahan/Desa. Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sekolah Dasar Negeri
(SDN) terdapat 172 sekolah dengan jumlah murid 36.717 orang dan guru 1.923
orang.
Pada penulisan skripsi ini dilakukan penelitian pada tiga Sekolah Dasar
Negeri di tiga kecamatan yang berbeda yaitu Sekolah Dasar Negeri No.117874
76
Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Kotapinang, Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba
dan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan.
Di Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang terdapat 13
orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari 77 :
a. Kepala Sekolah
: 1 orang
b. Guru Kelas
: 9 orang
c. Guru Agama Islam
: 1 orang
d. Guru Agama Kristen : 0 orang
e. Guru Penjas
: 1 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 1 orang
g. TU
: 0 Orang
h. Penjaga Sekolah
: 0 Orang
Tabel 4
Jumlah Siswa pada Sekolah Dasar Negeri No.117874
Kecamatan Kotapinang
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah Kelas
I
31
21
52
2 kelas
II
18
18
36
1 kelas
III
23
18
41
1 kelas
IV
22
25
47
2 kelas
V
25
14
39
1 kelas
77
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang pada Bulan
Desember 2015.
Universitas Sumatera Utara
VI
24
21
45
2 kelas
Jumlah
143
117
260
9 kelas
Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan
Kotapinang pada Bulan Desember 2015
Di Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba terdapat 5
orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari78 :
a. Kepala Sekolah
: 1 orang
b. Guru Kelas
: 3 orang
c. Guru Agama Islam
: 1 orang
d. Guru Agama Kristen : 0 orang
e. Guru Penjas
: 0 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 0 orang
g. TU
: 0 Orang
h. Penjaga Sekolah
: 0 Orang
Tabel 5
Jumlah siswa pada Sekolah Dasar Negeri No. 112227
Kecamatan Torgamba
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah Kelas
I
18
22
40
1 kelas
II
14
12
26
1 kelas
III
28
16
44
1 kelas
78
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba pada Bulan
Desember 2015
Universitas Sumatera Utara
IV
13
16
29
1 kelas
V
20
16
36
1 kelas
VI
17
13
30
1 kelas
Jumlah
106
94
205
6 kelas
Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba
pada Bulan Desember 2015
Di Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan terdapat
15 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari79 :
a. Kepala Sekolah
: 1 orang
b. Guru Kelas
: 9 orang
c. Guru Agama Islam
: 2 orang
d. Guru Agama Kristen : 0 orang
e. Guru Penjas
: 1 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 0 orang
g. TU
: 1 Orang
h. Penjaga Sekolah
: 1 Orang
Tabel 6
Jumlah siswa pada Sekolah Dasar Negeri No. 117491
Kecamatan Sungai Kanan
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah Kelas
I
29
26
55
2 kelas
II
19
14
33
1 kelas
79
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan pada
Bulan Desember 2015
Universitas Sumatera Utara
III
28
19
47
2 kelas
IV
24
16
40
2 kelas
V
19
14
33
1 kelas
VI
9
18
27
1 kelas
Jumlah
128
107
235
9 kelas
Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan
pada Bulan Desember 2015
1. Bentuk Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah
Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah
dapat
dilakukan oleh siapa saja, mulai dari kepala sekolah, guru, pembina sekolah,
karyawan ataupun antar siswa. Bentuk-bentuk dari tindak kekerasan tersebut pun
berbeda-beda.
Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan kepala sekolah, guru, pembina
sekolah, dan karyawan antara lain memukul dengan tangan kosong atau dengan
benda tumpul seperti penggaris, melempar dengan penghapus, mencubit,
menampar, mencekik, menyundut rokok, memarahi dengan ancaman kekerasan,
menghukum berdiri dengan satu kaki di depan kelas, berlari mengelilingi
lapangan, menjemur murid di lapangan sambil menghormat bendera merah putih,
pelecehan seksual, serangan seksual, pembujukan untuk persetubuhan hingga
perkosaan dan lain-lain. Mencakup juga kekerasan psikis seperti diskriminasi
terhadap murid yang mengakibatkan murid mengalami kerugian, baik materiil
maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya ; atau penelantaran terhadap
Universitas Sumatera Utara
murid mengalami penderitaan mental ataupun sosial. Diskriminasi bisa berupa
diskriminasi terhadap suku, agama, kepercayaan, golongan, ras, dan status sosial
(pembedaan murid keluarga berada dan murid dari keluarga tidak berada)
80
Sedangkan kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya
biasanya disebut dengan istilah bullying. Bullying adalah perilaku agresif dan
menekan dari seorang yang lebih dominan terhadap orang yang lebih lemah
dimana seorang siswa atau lebih secara terus menerus melakukan tindakan yang
menyebabkan siswa lain menderita.81
Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini dapat berbentuk
antaralain. Pertama, secara fisik, memukul, menendang, mengambil milik orang
lain. Kedua, secara verbal mengolok-olok nama siswa lain, menghina,
mengucapkan kata-kata yang menyinggung. Ketiga, secara tidak langsung
menyebarkan cerita bohong, mengucilkan, menjadikan siswa tertentu sebagai
target humor yang menyakitkan, mengirim pesan pendek atau surat yang keji.
Mengolok-ngolok nama merupakan hal yang paling umum karena cirri-ciri fisik
siswa, suku, etnis, warna kulit dan lain-lain.82
Menurut psikolog Andrew Mellor, bullying adalah pengalaman yang
terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut
apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak
berdaya untuk mencegahnya. Bullying tidak terlepas dari adanya kesenjangan
power atau kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi
80
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi DKI
Jakarta,Op.Cit,hlm.14-15
81
Ibid.
82
Ibid, hlm.14-16
Universitas Sumatera Utara
(pengulangan perilaku) . Lebih lanjut, Andrew Mellor menjelaskan bahwa ada
beberapa jenis bullying, yakni83 :
a. Bullying fisik, yaitu jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku
dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain : memukul, menendang,
meludahi, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban
melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban,
dan lain-lain. Bullying fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk
diidentifikasi dibandingkan bullying jenis lainnya
b. Bullying Verbal, melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati
seseorang. Perilaku yang termasuk , antara lain : mengejek, memberi nama
julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan,
meneror, dan lain-lain. Kasus bullying verbal termasuk jenis bullying yang
sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari.
c. Bullying relasi sosial adalah jenis bullying yang bertujuan menolak dan
memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri
korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran.
Contoh bullying sosial antara lain : menyebarkan rumor, mempermalukan
seseorang
di
depan
umum,
menghasut
untuk
menjauhi
seseorang,
menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, meengggunakan bahasa
tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan dan lain-lain.
d. Bullying Elektronik, merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan
melalui media elektronik seperti komputer, handphone, internet, website,
83
http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/ ,diakses
pada tanggal 16 januari 2016 pukul 15.50 WIB
Universitas Sumatera Utara
chatting room, e-mail, SMS dan lain-lain. Perilaku yang termasuk, antara lain :
menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi,
menakuti, dan menyakiti korban. Contoh cyber bullying yaitu bullying lewat
internet.
Menurut Sullivan, bullying terbagi menjadi dua bentuk, yaitu secara fisik
maupun non-fisik. Bullying secara fisik contohnya seperti memukul , menendang,
meninju, menggigit, menarik, menjambak rambut, mencakar, meludahi, maupun
merusak barang-barang milik korban. Bullying secara fisik ini sangat mudah
diidentifikasi. 84
Untuk bulliying non-fisik terbagi menjadi dua yaitu secara verbal maupun
non-verbal. Bullying secara verbal contohnya mengancam , memeras, berkatakata keji, dan memanggil-manggil dengan sebutan meledek, berkata-kata
menekan, menggosip, ataupun menyebarluaskan aib si korban. Sedangkan
bullying non-verbal contohnya cukup banyak, baik yang dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Kalau secara langsung contohnya hampir sama
dendan bullying secara fisik tapi lebih kepada tindakan mengancam dengan
tatapan mata, menunjuk-nunjuk atau menghantam benda-benda agar si korban
merasa takut. Bulliying non-verbal yang tidak langsung dapat berupa mengucilkan
seseorang dari pergaulan, mengirimkan pesan menghasut, berlaku curang atau
melakukan tindakan manipulasi secara sembunyi-sembunyi mengenai hal yang
berkaitan dengan diri si korban. 85
84
Paresma Elvigro,
Komputindo,2014,hlm.4
85
Ibid.
Secangkir
Kopi
Bully,
Jakarta
:
PT.Alex
Media
Universitas Sumatera Utara
School Bulliying atau kekerasan di sekolah dikelompokkan ke dalam lima
kategori yaitu sebagai berikut 86:
a. Kontak Fisik Langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak,
menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar,
juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang
lain).
b. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan,
meengganggu, memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan,
mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip).
c. Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan
ekspresi
muka
yang
merendahkan,
megejek,
atau
mengancam ; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal).
d. Perilaku
non-verbal
tidak
laangsung
(mendiamkan
seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan
atau mengabaikan, mengirim surat kaleng).
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai bentuk-bentuk kekerasan pada
anak ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada
tingkat sekolah dasar, dilakukan penelitian dengan melakukan wawancara dengan
pertanyaan yang sama pada tiap-tiap kepada kepala sekolah pada tiga sekolah
dasar yang berada di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu
selatan yang hasil wawancaranya menyebutkan sebagai berikut :
86
Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan Dari Tradisional, (Neo) Liberal, MarxisSosialis, Hingga Post Modern,Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,2015,hlm.55
Universitas Sumatera Utara
Sekolah yang pertama kali penulis datangi adalah Sekolah Dasar Negeri
Nomor 117874 Kecamatan Kotapinang. Di sekolah ini tindak kekerasan yang
dialami oleh siswa diketahui oleh Kepala Sekolah melalui laporan wali kelas,
siswa dan laporan orang tua siswa.
Laporan yang sering diadukan oleh orang tua siswa biasanya karena
anaknya mengeluh karena dijahili temannya di sekolah. Wali kelas juga
melaporkan kepada kepala sekolah apabila persoalan anak tersebut tidak lagi bisa
ditangani oleh wali kelas.
Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh siswa di Sekolah Dasar
Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang berupa kekerasan fisik dan kekerasan
psikis. Kekerasan fisik berupa : saling dorong hingga terjatuh, lempar melempar,
memukul memakai tali seperti kuda kepang, dan menyingkap rok anak
perempuan. Kekerasan psikis seperti mengejek status sosial eknomi anak yang
lebih rendah dan mengucilkan siswa lain dari pertemanan.87
Sama seperti sekolah sebelumnya, penulis juga melakukan wawancara
dengan Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba.
Kepala sekolah juga mengetahui adanya tindak kekerasan yang terjadi melalui
wali kelas maupun orang tua siswa yang mengadu secara langsung.
Di Sekolah Dasar Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba, kekerasan
yang terjadi di kalangan para siswa umumnya berupa kekerasan fisik seperti
mengganggu anak lain ketika jam istirahat dan kadang anak laki-laki suka
87
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri
No. 117874 Kecamatan Kotapinang
Universitas Sumatera Utara
mengganggu anak perempuan dengan menarik-narik roknya dan mencoleknya.
Umumnya hal ini dilakukan oleh siswa kelas 6.88
Wawancara yang terakhir dilakukan di Sekolah Dasar Negeri No.117491
Kecamatan Sungai Kanan, penulis juga melakukan wawancara dengan kepala
sekolahnya. Dan disini juga tindak kekerasan diketahui dari laporan wali kelas
maupun laporan orang tua siswa secara langsung kepada kepala sekolah.
Di SD Negeri No.117491 Kecamatan Sungai Kanan bentuk-bentuk
kekerasan yang terjadi berupa saling ejek, senior yang meminta uang jajan kepada
muridnya dan baru-baru ini terjadi kekerasan yang dilakukan oleh 2 orang siswa
kelas 6 terhadap adik kelasnya siswa kelas 1. Kekerasan tersebut bermula ketika
Akri dan Adit meminta uang jajan kepada korban. Akan tetapi korban tidak mau
menyerahkan uang jajannya kepada kedua kakak kelasnya tersebut. Kejadian
tersebut terjadi pada hari sabtu , siswa kelas 6 sedang gotong royong dan siswa
kelas 1 belajar di kelas seperti biasanya. Arga sedang buang air kecil di balik
pohon di belakang ruangan kelas 6. Kemudian tiba-tiba datang Akri dan Adit dari
belakang menusuk lubang anus korban secara bergantian.89
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah
Dasar Negeri pada tiga kecamatan yang berbeda di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan maka dapat diketahui bahwa kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah
dasar dapat merupakan kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya dan
kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya.
88
Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227
Kecamatan Torgamba
89
Hasil wawancara dengan Hj.Rosnah,S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No. 117491
Kecamatan Sungai Kanan
Universitas Sumatera Utara
Kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa merupakan bentuk
hukuman secara fisik maupun psikis yang ditujukan kepada siswa yang tidak
disiplin atau melakukan kesalahan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Pada dasarnya guru tersebut tidak merasa bahwa hukuman yang
diberikan tersebut merupakan tindak kekerasan. Pada saat ini para Guru Sudah
mulai mengetahui tentang Undang-undang Perlindungan Anak dan Guru hanya
memberikan hukuman yang wajar agar para siswa dapat lebih disiplin lagi.
2.
Faktor Penyebab terjadinya Kekerasan terhadap Anak dalam Lembaga
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Seperti yang kita ketahui kekerasan terhadap anak dalam lembaga
pendidikan khususnya di lingkungan sekolah bisa saja dilakukan oleh guru
maupun sesama siswa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak
kekerasan tersebut pun berbeda-beda.
Tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa atau yang lebih dikenal
dengan istilah bullying di dalam lingkungan sekolah bisa saja dilakukan oleh
senior kepada junior maupun sesama teman satu tingkatan. Adapun penyebab
siswa melakukan tindak kekerasan dalam lingkungan sekolah adalah sebagai
berikut90 :
a.
Permusuhan dan rasa kesal
b.
Rasa kurang percaya diri dan
mencari perhatian, seseorang yang
kurang percaya diri seringkali ingin diperhatikan, salah satunya adalah
90
Buku Panduan Melawan Bullying di download dari
diakses pada tanggal 17 januari 2016 pukul 21.30 WIB
http://www.sudahdong.com
Universitas Sumatera Utara
dengan melakukan bullying. Dengan membully orang lain, mereka akan
merasa lebih puas, lebih kuat dan dominan.
c.
Perasaan dendam, seseorang yang pernah disakiti atau ditindas biasanya
menyimpan rasa dendam yang ingin disalurkan kepada orang lain
sehingga orang lain merasakan hal yang sama, salah satunya adalah
dengan melakukan bullying.
d.
Pengaruh negatif dari media, semakin banyaknya gambaran kekerasan
baik di media baik televisi, internet dan sebagainya. Menjadi contoh
buruk yang menginspirasi seseorang untuk melakukan kekerasan tanpa
alasan yang jelas.
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai faktor-faktor penyebab anak
melakukan kekerasan ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah
khususnya pada tingkat sekolah dasar, maka penulis melakukan penelitian dengan
melakukan wawancara kepada kepala sekolah pada tiga sekolah dasar yang berada
di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu selatan yang hasil
wawancaranya menyebutkan sebagai berikut :
Pada Sekolah Dasar Negeri 117874 Kecamatan Kotapinang, Guru
memberikan hukuman fisik kepada siswa dikarenakan siswa tersebut sudah tidak
bisa diperingatkan lagi dan diberi tahu secara baik-baik dan bertujuan untuk
member efek jera pada anak tersebut agar tidak mengulangi perbuatannya lagi dan
dapat belajar lebih giat lagi.91
91
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No. 117874
Kecamatan Kotapinang.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengaduan-pengaduan yang disampaikan oleh wali kelas maupun
orang tua siswa kepada Kepala Sekolah kekerasan yang dilakukan oleh siswa
terhadap siswa lainnya atau yang biasa disebut dengan istilah bullying disebabkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Anak yang menjadi korban kondisinya lebih lemah dibandingkan dengan
anak yang menjadi pelaku. Sebagai contoh tindakan pengucilan yang
dilakukan kepada seorang siswi kelas 3 yang di lakukan oleh tiga orang
teman sekelasnya. Sari adalah anak seorang buruh cuci dan ayahnya
bekerja serabutan, jarak dari rumah sari cukup jauh dari sekolah dan harus
ia tempuh dengan berjalan kaki. Hal ini mengakibatkan sari menjadi
mengantuk saat jam pelajaran di sekolah dan tampilannya yang lebih kumal
dibandingkan dengan tiga orang temannya yang lain tadi yang kondisi
ekonominya dan dari segi fisik lebih lumayan dibandingkan dengan sari.
Oleh sebab itu 3 orang siswi tersebut sering mengejek sari dan
mengucilkan sari dan mengajak teman-temannya yang lain untuk tidak mau
berteman dengannya.
2. Faktor Lingkungan di sekitar anak. Furqan siswa kelas 6 sering
mendapatkan pengaduan dari siswa maupun orang tua siswa yang anaknya
sering dijahili oleh furqan. Selain kurang dalam prsestasi akademik furqan
juga sering berbuat kasar kepada temannya sesama siswa kelas 6 seperti :
menarik-narik rambut anak perempuan, mengejek anak lain, dan menarik
rok anak perempuan. Furqan saling ejek dengan teman sekelasnya hingga
mengakibatkan perkelahian dan mengakibatkan temannya cedera. Setelah
Universitas Sumatera Utara
orang tua furqan dipanggil oleh pihak sekolah ternyata furqan sering
bergaul dengan teman yang lebih dewasa darinya di
daerah sekotar
rumahnya. Selain itu furqan merupakan anak yang paling kecil dan anak
laki-laki satu-satunya
sehingga kebanyakan permintaan furqan selalu
dituruti oleh kedua orang tuanya dan orang tuanya sulit untuk bertindak
tegas pada furqan. Selain nakal di sekolah furqan juga suka kebut-kebutan
naik sepeda motor dan pernah kabur dari rumahnya.
Pada Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba, pada
umumnya guru memberikan hukuman kepada siswa karena siswa tersebut susah
diatur dan tidak bisa dinasehati lagi dengan kata-kata. Sementara itu siswa yang
sering mengadukan tindakan jahil dari temannya adalah siswi kelas 6. Yang mana
siswa kelas 6 sering mengganggu para siswi perempuan dikarenakan pada
umumnya siswa kelas 6 berusia 11-12 tahun yang mana pada usia tersebut anak
memasuki masa-masa pubertas dan mulai mengganggu lawan jenis. 92
Sama seperti dua sekolah yang lain Kepala Sekolah di Sekolah Dasar
Negeri 117941 Kecamatan Sungai Kanan memberikan sanksi atau hukuman fisik
kepada siswa karena ingin mendisiplinkan siswa agar tidak mengulangi
perbuatannya. Sementara itu tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada
siswa lain disebabkan oleh :
1. Rasa senioritas. Adit dan Akri memang terkenal sering meminta uang jajan
kepada siswa kelas 1 karena mereka merasa mereka lah yang paling kuat
di sekolah ini karena telah duduk di bangku kelas 6.
92
Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227
Kecamatan Torgamba
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Lingkungan Keluarga. Seperti yang diketahui Akri berasal dari
keluarga broken home , Ayah dan Ibunya telah bercerai dan sekarang Akri
tinggal bersama Ibunya. Akri di sekolah terkenal sebagai anak yang jahil
kepada teman-temannya. Hal ini ia lakukan karena ia kurang mendapat
perhatian dari keluarganya terutama kedua orang tuanya. Sedangkan Adit
Ibunya telah meninggal dunia dan Ayahnya telah menikah lagi.
3. Tontonan anak di Televisi, Akri dan Adit mengatakan mereka menusuk
anus adik kelasnya karena sering menonton adegan tersebut di film kartun
yang mereka tonton.
4. Faktor ekonomi, Akri dan Adit mengaku sering meminta uang jajan
kepada adik kelasnya
selain karena merasa senior mereka juga
mengatakan kalau uang jajan yang diberikan orang tua mereka kurang.
3.
Dampak Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan pada
Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Kekerasan yang terjadi dalam lingkungan sekolah dapat menimbulkan
dampak yang buruk baik kepada anak sebagai korban kekerasan maupun anak
sebagai pelaku kekerasan itu sendiri.
Arif Gosita menyatakan yang dimaksud dengan korban adalah “mereka
yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang
meencari peemenuhan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan
kepentingan dan hak asasi yang menderita”. Ini menggunakan istilah penderitaan
Universitas Sumatera Utara
jasmani dan rohaniah (fisik dan mental)
dari korban dan juga bertentangan
dengan hak asasi manusia dari korban.93
Secara yuridis pengertian korban yang terdapat dalam Undang-undaang
Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban adalah seseorang
yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang
diakibatkan oleh suatu tindak pidana.94 Berdasarkan rumusan tersebut, maka yang
disebut korban adalah :
a. Setiap orang
b. Mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau
c. Kerugian ekonomi
d. Akibat tindak pidana
Berdasarkan hal-hal tersebut maka yang dimaksud dengan anak sebagai
korban kekerasan adalah anak yang mengalami penderitaan baik secara fisik,
mental atau pun ekonomi yang diakibatkan oleh tindak kekerasan yang terjadi
dalam lingkungan sekolah.
Adapun ciri-ciri yang dialami oleh anak yang menjadi korban kekerasan di
lingku
RUANG LINGKUP TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK
DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI
DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
A. Kekerasan terhadap Anak
Abuse adalah kata yang biasa diterjemahkan menjadi kekerasan,
penganiayaan, penyiksaan atau perlakuan salah. Sedangkan Child Abuse adalah
istilah yang biasa digunakan untuk menyebut kekerasan terhadap anak.
Richard J.Gelles dalam Encylopedia Article from Encarta, emotional harm
to children menyebutkan bahwa kekerasan terhadap anak adalah perbuatan
disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara
fisik maupun emosional. Istilah Child Abuse meliputi berbagai macam bentuk
tingkah laku, dari tindakan ancaman fisik secara langsung oleh orang tua atau
orang dewasa lainnya sampai kepada penelantaran kebutuhan-kebutuhan dasar
anak.39
Secara teoritis, kekerasan terhadap anak (child abuse) dapat didefenisikan
sebagai perlakuan fisik , mental atau seksual yang umumnya dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang
mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan
dan kesejahteraan anak.40
39
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung : Nuansa, 2007, hlm.47
Bagong Suyanto dan Sri Sanituti Hariadi, Krisis & Child Abuse Kajian Sosiologis
Tentang Kasus Pelanggaran Hak Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus ,Surabaya :
Airlangga University Press, 2002,hlm.115
40
Universitas Sumatera Utara
Menurut Barker Kekerasan terhadap anak adalah tindakan melukai yang
berulang-ulang secara fisik dan emosional terhadap anak yang ketergantungan,
melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan
cemoohan permanen atau kekerasan seksual, biasanya yang dilakukan oleh orang
tua atau pihak lain yang seharusnya merawat anak.41
Menurut Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak bahwa
kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran,
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan , atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum.42
1.
Bentuk Kekerasan Terhadap Anak
Terry E.Lawson , mengklasifikasikan kekerasan terhadap anak (child
abuse) menjadi empat bentuk, yaitu : emotional abuse, verbal abuse, physical
abuse dan sexual abuse. 43
Emotional abuse (kekerasan emosional), menunjuk pada keadaan yang
orang tua/wali gagal menyediakan lingkungan yang penuh cinta kasih kepada
seorang anak untuk bisa bertumbuh dan berkembang. Perbuatan yang dapat
menimbulkan kekerasan emosional ini, seperti : tidak memperdulikan,
mendiskriminasikan, meneror, mengancam atau secara terang-terangan menolak
41
Barker dalam Abu Huraerah,Op.Cit, hlm.47
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
43
Abu Huraerah,Op.Cit,hlm.47
42
Universitas Sumatera Utara
anak tersebut. Bentuk-bentuk tindak kekerasan mental : dipelototi, digoda,
diomeli, dicaci, diludahi, digunduli, diancam, diusir, disetrap, dipaksa tulis dan
hafal, dipaksa bersihkan wc/kerja, dipaksa cabut rumput/kerja.44
Verbal abuse (kekerasan) verbal adalah kekerasan terhadap perasaan
dengan menggunakan kata-kata yang kasar tanpa menyentuh fisiknya. Akibatnya,
ucapan atau kalimat yang dilontarkan tersebut dapat memengaruhi kondisi
emosional anak. Umumnya, kekerasan verbal dilakukan oleh orang dewasa
kepada anak tidak disertai dengan niat jahat. Awalnya, pada beberapa kasus,
orangtua/guru/orang dewasa melakukan hal tersebut dengan tujuan baik, yakni
untuk mendidik si anak, namun pemilihan katanya tidak tepat sehingga membuat
anak terganggu perasaannya.45
Physical abuse (kekerasan fisik), menunjukkan pada cedera yang
ditemukan pada anak, bukan karena suatu kecelakaan tetapi cedera tersebut adalah
hasil pemukulan dengan benda atau beberapa penyerangan yang diulang-ulang.
Physical neglet (pengabaian fisik) kategori kekerasan ini dapat diidentifikasi
secara umum dari dari kelesuan seorang anak, kepucatan dan dalam keadaan
kurang gizi. Bentuk-bentuk kekerasan fisik dapat berupa : dicekoki, dijewer,
dicubit, dijambak, dijitak, digigit, dicekik, direndam, disiram, diikat, didorong,
dilempar,diseret,ditempeleng,dipukul, disabet,
digebuk, ditendang, diinjak,
dibanting, dibentur, disilet,ditusuk,dibacok,dibusur/dipanah, disundut, disetrika,
44
Maidin Gultom,Op.Cit,hlm.3
Faizatul Faridy, Kekerasan Verbal dan Dampaknya pada Pendidikan Anak Usia Dini,
http://www.kompasiana.com/faieza/kekerasan-verbal-dan-dampaknya-terhadap-mental-anak-usiadini_566fa851529773ab0f4241dc, diakses pada hari Selasa 22 Maret 2016 pukul 15.28 WIB
45
Universitas Sumatera Utara
disetrum, ditembak, berkelahi, dikeroyok, disuruh push up, disuruh lari, disuruh
berjalan dengan lutut.46
Sexual abuse (kekerasan seksual),
kepada setiap aktivitas seksual,
bentuknya dapat berupa penyerangan atau tanpa penyerangan. Kategori
penyerangan, menimbulkan penderitaan berupa cedera fisik, kategori kekerasan
seksual tanpa penyerangan menderita trauma emosional. Bentuk-bentuk kekerasan
seksual : dirayu, dicolek, dipeluk dengan paksa, diremas, dipaksa onani, oral seks,
anal seks, diperkosa.47
Sementara itu Suharto, mengelompokkan kekerasan terhadap anak menjadi
: physical abuse (kekerasan secara fisik), pysicho logical abuse (kekerasan secara
psikologis), sexual abuse (kekerasan secara seksual), dan social abuse (kekerasan
secara sosial) . Keempat bentuk child abuse ini dapat dijelaskan sebagai berikut48
:
a. Kekerasan anak secara fisik, adalah penyiksaan, pemukulan, dan
penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan bendabenda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada
anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau
kekerasan benda tumpul, seperti bekas cubitan gigitan, ikat pinggang atau
rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola
akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada
daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada,perut, punggung atau daerah
bokong.
46
Ibid.
Ibid.
48
Abu Huraerah,Op.Cit,hlm.47
47
Universitas Sumatera Utara
b. Kekerasan anak secara psikis, meeliputi penghardikan penyampaian katakata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar, dan film pornografi
pada anak. Anak yang mendapat perlakuan ini umumnya menunjukkan
gejala perilaku maladidtatif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika
didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu dengan orang lain.
c. Kekerasan anak secara seksual, dapat berupa perlakuan pra-kontak seksual
antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan,
gambar visual), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara
anak dengan orang dewasa (incest,perkosaan,eksploitasi seksual).
d. Kekerasan anak secara sosial, dapat mencakup penelantaran anak dan
eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua
tidak memberikan perhatian yang layak terhadap tumbuh kembang anak.
Misalnya, anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak
utendidikan perawatan kesehatan yang layak. Eksploitasi anak menunjuk
pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak
yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Sebagai contoh, memaksa anak
untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik
tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan
dengan sesuai dengan perkembangan fisik, psikisnya dan status sosialnya.
Misalnya,
anak
dipaksa
untuk
bekerja
di
pabrik-pabrik
yang
membahayakan dengan upaah rendah dan tanpa peralatan yang memadai,
anak dipaksa untuk angkat senjata, atau dipaksa melakukan pekerjaanpekerjaan rumah tangga melebihi batas kemampuannya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli tersebut maka
bentuk-bentuk
kekerasan terhadap anak terdiri dari kekerasan secara fisik, kekerasan secara
psikis/mental, dan kekerasan secara seksual.
2.
Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap Anak
Terjadinya kekerasan terhadap anak disebabkan berbagai faktor yang
mempengaruhinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya demikian kompleks,
seperti yang dijelaskan oleh beberapa pakar berikut ini :
Menurut Suharto, bahwa kekerasan terhadap anak umumnya disebabkan
oleh faktor internal yang berasal dari anak sendiri maupun faktor eksternal yang
berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat, seperti49 :
1) Anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah
laku, autisme, anak terlalu lugu, memiliki tempramen lemah, ketidak
tahuan anak akan hak-haknya, anak terlalu bergantung pada orang
dewasa.
2) Kemiskinan keluarga, orang tua menganggur, penghasilan tidak
cukup, banyak anak.
3) Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home), misalnya
perceraian, ketiadaan ibu untuk jangka panjang atau keluarga tanpa
ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara
ekonomi.
49
Ibid,hlm.50-51
Universitas Sumatera Utara
4) Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidaktahuan
mendidik anak, harapan orang tua yang tidak realistis, anak yang tidak
diinginkan (unwanted child) , anak yang lahir diluar nikah.
5) Penyakit parah atau gangguan mental pada salah satu atau kedua
orangtua, misalnya tidak mampu merawat dan mengasuh anak karena
gangguan emosional dan depresi.
6) Sejarah penelantaran anak. Orang tua yang semasa kecilnya
mengalami perlakuan salah cenderung memperlakukan salah anakanaknya.
7) Kondisi
lingkungan
sosial
yang buruk,
pemukiman
kumuh,
tergusurnya tempat bermain anak, sikap acuh tak acuh terhadap
tindakan eksploitasi, pandangan terhadap nilai anak yang terlalu
rendah, meningkatnya faham ekonomi upah, lemahnya perangkat
hukum, tidak adanya mekanisme kontrol sosial yang stabil.
Rusmil menjelaskan bahwa penyebab atau risiko terjadinya kekerasan dan
penelantaran terhadap anak dibagi ke dalam tiga faktor yaitu sebagai berikut50 :
1) Faktor orang tua /keluarga
Faktor orang tua memegang peranan penting terjadinya kekerasan dan
penelantaran anak. Faktor-faktor yang menyebabkan orang tua
melakukan kekerasan pada anak diantaranya : praktik-praktik budaya
yang merugikan anak seperti kepatuhan anak kepada orang tua dan
hubungan asimetris ; dibesarkan dengan penganiayaan ; gangguan
50
Ibid,hlm.51-52
Universitas Sumatera Utara
mental ; belum mencapai kematangan fisik, emosi maupun sosial,
terutama mereka yang mempunyai anak sebelum berusia 20 tahun ;
pecandu minuman keras dan obat.
2) Faktor lingkungan sosial/komunitas
Kondisi lingkungan sosial juga dapat menjadi pencetus terjadinya
kekerasan pada anak. Faktor lingkungan sosial yang dapat
menyebabkan kekerasan dan penelantaran pada anak diantaranya :
kemiskinan dalam masyarakat dan tekanan nilau matrealistis ; kondisi
sosial-ekonomi yang rendah ; adanya nilai dalam masyarakat bahwa
anak adalah milik orang tua sendiri ; status wanita yang dipandang
rendah ; sistem keluarga patriarkal ; nilai masyarakat yang terlalu
individualitas .
3) Faktor anak itu sendiri
Penderita gangguan perkembangan, menderita penyakit kronis
disebabkan ketergantungan anak kepada lingkungannya ; perilaku
menyimpang pada anak.
Sementara itu, menurut Lestari Basoeki beberapa faktor lain penyebab
terjadinya penganiayaan anak dan penelantaran anak diantaranya adalah :
pertama, orang tua yang dulu dibesarkan dengan kekerasan cenderung
meneruskan pendidikan tersebut kepada anak-anaknya. Kedua, kehidupan yang
penuh stress seperti terlalu padat kemiskinan , sering berkaitan dengan tingkah
laku agresif dan menyebabkan terjadinya penganiayaan fisik terhadap anak.
Ketiga, isolasi sosial, tidak adanya dukungan yang cukup dari lingkungan sekitar,
Universitas Sumatera Utara
tekanan sosial akibat situasi krisis ekonomi, tidak bekerja dan masalah perumahan
akan meningkatkan kerentanan keluarga yang akhirnya akan terjadi penganiayaan
dan penelantaran anak. 51
3.
Dampak Kekerasan terhadap Anak
Tindak kekerasan yang dialami anak dapat memberikan dampak pada
kesehatan fisik dan juga kesehatan mental anak. Dampak terhadap kesehatan fisik
bisa berupa : luka memar, luka-luka simetris di wajah (di kedua sisi), punggung
pantat dan tungkai. 52
Dampak pada kesehatan mental dapat dilihat dari segi tingkah laku anak.
Tingkah laku anak-anak yang mengalami penganiayaan sering menunjukkan :
penarikan diri, ketakutan atau mungkin juga tingkah laku agresif, emosi yang
labil. Mereka juga sering menunjukkan gejala depresi, jati diri yang rendah,
kecemasan, adanya gangguan tidur, phobia, kelak bisa tumbuh mmenjadi
penganiaya, menjadi bersifat keras, gangguan stress pasca trauma dan terlibat
pada penggunaan zat adiktif.53
Dampak kekerasan terhadap anak antara lain 54:
a. Dampak langsung, berupa :
1) Kematian
2) Patah tulang
3) Luka bakar
51
Lestari Basoeki dalam Bagong Suyanto dan Sri Sanituti Hariadi,Op.Cit,Hlm.117
Ibid,hlm.122
53
Ibid,hlm.123
54
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi DKI
Jakarta,Op.Cit, hlm.9-10
52
Universitas Sumatera Utara
4) Luka terbuka
5) Kerusakan menetap pada susunan syaraf pusat yang dapat
mengakibatkan retardasi mental, masalah belajar, kesulitan belajar,
buta, tuli, gangguan motorik kasar dan halus, kejang, atalesia
ataupun hidrocefalus.
6) Pertumbuhan fisik anak umumnya kurang dari anak sebayanya.
7) Perkembangan kejiwaan mengalami gangguan : kecerdasan, emosi,
konsep diri, agresif, hubungan sosial.
b. Dampak Jangka Panjang, berupa :
1) Muncul perasaan, seperti merasa salah, malu, menyalahkan diri
sendiri.
2) Gangguan perasaan seperti cemas atau depresi.
3) Kehilangan minat untuk bersekolah seperti sering melamun atau
tidak memperhatikan
pelajaran, menghindari sekolah atau
membolos, tidak perduli terhadap hasil ulangan atau ujian.
4) Stress pasca-trauma seperti terus menerus memikirkan peristiwa
traumatis yang dialaminya, merasa gelisah dan cemas menghadapi
lingkungan yang agak berubah.
5) Masalah/problem diri sendiri, seperti melakukan isolasi terhadap
diri
sendiri,
rasa
dendam
dan
takut
terhadap
sikap
ramah/kehangatan/kemesraan dari orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Rusmil mengemukakan bahwa anak-anak yang menderita kekerasan,
eksploitasi, pelecehan dan penelantaran, menghadapi risiko55 :
a. Usia yang lebih pendek
b. Kesehatan fisik dan mental yang buruk
c. Masalah pendidikan (termasuk drop-out dari sekolah )
d. Kemampuan yang terbatas menjadi orang tua kelak.
e. Menjadi gelandangan.
YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ) menyimpulkan bahwa
kekerasan dapat meenyebabkan anak kehilangan hal-hal yang paling mendasar
pada kehidupannya dan pada gilirannya berdampak sangat serius pada kehidupan
anak di kemudian hari, antara lain56 :
a. Cacat tubuh permanen
b. Kegagalan belajar
c. Gangguan
emosional
bahkan
dapat
menjurus
pada
gangguan
kepribadian
d. Konsep diri yang buruk dan ketidakmampuan untuk mempercayai atau
mencintai orang lain.
e. Pasif dan menarik diri dari lingkungan, takut membina hubungan baru
dengan orang lain.
f. Agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan kriminal.
g. Menjadi penganiaya ketika dewasa.
h. Menggunakan obat-obatan atau alkohol.
55
56
Rusmil dalam Abu Huraerah. Op.Cit,hlm.56
Ibid,hlm.56-57
Universitas Sumatera Utara
i. Kematian
Richard J. Gelles menjelaskan bahwa konsekuensi dari tindakan kekerasan
dan penelantaran anak dapat menimbulkan kerusakan dan akibat yang lebih luas
(far-reaching). Luka-luka fisik, seperti : memar-memar (bruises), goresan-goresan
(scrapes) , dan luka bakar (burns), hingga keerusakan otak (brain damage), cacat
permanen (permanent disabilities), dan kematian (death). Efek psikologis pada
anak korban kekerasan dan penganiayaan bisa seumur hidup, seperti : rasa harga
diri rendah ( a lowered sense of self worth ), ketidak mampuan berhubungan
dengan teman sebaya (an inability to relate to peers), masa perhatian tereduksi
(reduced attention span), dan gangguan
belajar (learning disorders). Dalam
beberapa kasus, kekerasan dapat mengakibatkan gangguan-gangguan kejiwaan
(pyschiatric disorders), seperti : depresi (depression), kecemasan berlebihan
(excessive anxiety), gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorders),
juga bertambahnya risiko bunuh diri (suicide).57
Gambaran yang lebih jelas tentang efek tindak kekerasan pada anak juga
bisa dilihat dalam penjelasan Moore yang mengamati beberapa kasus anak yang
menjadi korban penganiayaan fisik. Diungkapkannya bahwa efek tindakan
kekerasan tersebut demikian luas dan secara umum dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa kategori. Ada yang meenjadi negatif dan agresif serta mudah
frustasi ; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis ; ada yang tidak mempunyai
kepribadian sendiri, apa yang dilakukan sepanjang hidupnya hanyalah memenuhi
keinginan orang tuanya (parental extension), mereka tidak mampu menghargai
57
Ibid, hlm.57
Universitas Sumatera Utara
dirinya sendiri (chronically low self-esteem) ; ada pula yang sulit menjalin relasi
dengan individu lain ; dan yang tampaknya paling parah adalah timbulnya rasa
benci yang luar biasa terhadap dirinya (self-hate) karena merasa dirinnyalah yang
selalu bersalah sehingga menyebabkan penyiksaan terhadap dirinya, dan rasa
benci terhadap dirinya sendiri ini menimbulkan tindakan untuk menyakiti diri
sendiri seperti bunuh diri
dan sebagainya. Selain akibat psikologis tersebut,
Moore juga menemukan adanya kerusakan fisik seperti perkembangan tubuh yang
kurang normal, juga rusaknya sistem syaraf dan sebagainya. 58
B. Ruang Lingkup Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar
Jenjang Pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan , yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan peengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan
sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi.
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. 59
Peendidikan dasar adalah pendidikan yang berfungsi memberikan bekal
dasar pembangunan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat.
Pendidikan dasar juga berfungsi untuk mempersiapkan pelajar mengikuti
pendidikan menengah. Karena itu bagi setiap rakyat Indonesia harus disediakan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar dan tiap-tiap warga negara
58
59
Ibid,hlm.58
Fuad Ihsan,Op.Cit, hlm. 22
Universitas Sumatera Utara
diwajibkan menempuh pendidikan yang sekurang-kurangnya dapat membekali
dirinya dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar. 60
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan
madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.61
Pendidikan di sekolah dasar merupakan lembaga yang dikelola dan diatur
oleh pemerintah yang bergerak di bidang pendidikan yang diselenggarakan secara
formal yang berlangsung selama 6 tahun dari kelas 1 sampai kelas 6 untuk anak
atau siswa-siswi di seluruh indonesia tentunya dengan maksud dan tujuan yang
tidak lain agar anak indonesia menjadi seorang individu yang telah diamanatkan
atau yang sudah dicita-citakan dalam Undang-undang Dasar 1945. Komponen
yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah dasar adalah guru, siswa dan
tenaga kependidikan.
1.
Pendidik/Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan , melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.62
60
Ibid,hlm.24
Pasal 17 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
62
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen
61
Universitas Sumatera Utara
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.63
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berhak :64
Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial;
Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja;
Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak kekayaan
intelektual;
Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai
dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundangundangan;
Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas;
Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan;
Memeperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Selain memperoleh hak-hak sebagaimana yang telah disebutkan diatas,
Guru juga mempunyai kewajiban dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
yaitu sebagai berikut 65:
a. Merencanakan pembelajaran , melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan ,
teknologi dan seni;
63
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen
Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen
65
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen
64
Universitas Sumatera Utara
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin , agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik guru
serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Peran dan fungsi guru dalam pendidikan tingkat sekolah dasar lebih berat
dibangdingkan dengan guru yang ada pada jenjang pendidikan lainnya. Karena
guru di sekolah dasar selain berfungsi sebagai guru mata pelajaran dan wali kelas
juga bertindak sebagai konseling bagi siswa. 66
2.
Peserta Didik / Siswa
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur , jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. 67
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak68 :
Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama;
Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya;
Mendapatkan beasiswa bagi yang berprsetasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya;
Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya;
Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan yang
setara;
Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang
ditetapkan.
66
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri No. 117874
Kecamatan Kotapinang
67
Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
68
Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Universitas Sumatera Utara
Setiap peserta didik berkewajiban 69:
a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan
proses dan keberhasilan pendidikan;
b. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan , kecuali bagi peserta
didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Anak yang berada di lingkungan sekolah dasar berusia 6-13 tahun.
Karakteristik anak usia sekolah dasar terdiri dari dua masa yaitu70 :
a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6/7
tahun sampai 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3.
b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar , yang berlangsung antara usia 9/10
tahun sampai 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6.
Adapun ciri-ciri anak masa kelas rendah adalah sebagai berikut71 :
a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
b. Suka memuji diri sendiri.
c. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau
pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.
d. Suka
membandingkan
dirinya
dengan
anak
lain,
jika
hal
itu
menguntungkan dirinya.
e. Suka meremehkan orang lain.
69
Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
70
Isti Yuni Purwanti, Karakteristik Anak Usia SD (7-12 tahun). http://staff.uny.ac.id
/sites/default/ files/tmp/ KARAKTERISTIK%20ANAK%20USIA%20SD%20(7-12%20tahun).pdf
diakses pada hari minggu tanggal 6 Maret 2016 pukul 16.00 WIB
71
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan ciri khas dari anak yang berada pada masa kelas tinggi adalah
sebagai berikut72 :
a. Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari.
b. Ingin tahu, dan ingin belajar dan realistis.
c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
e. Anak-anak membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain
bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
3. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan
diangkat
untuk
menunjang
penyelenggaraan
pendidikan.73
Tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan.74
Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh75 :
a. Peenghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai ;
b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;
72
73
Ibid.
Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
74
Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
75
Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Nasional
Universitas Sumatera Utara
d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual; dan
e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Tenaga kependidikan memiliki kewajiban yang sama dengan pendidik,
yaitu sebagai berikut 76:
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna , menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis;
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
C. Kekerasan terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar
Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini terbagi atas 5 Kecamatan dan
54 Kelurahan/Desa. Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sekolah Dasar Negeri
(SDN) terdapat 172 sekolah dengan jumlah murid 36.717 orang dan guru 1.923
orang.
Pada penulisan skripsi ini dilakukan penelitian pada tiga Sekolah Dasar
Negeri di tiga kecamatan yang berbeda yaitu Sekolah Dasar Negeri No.117874
76
Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Kotapinang, Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba
dan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan.
Di Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang terdapat 13
orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari 77 :
a. Kepala Sekolah
: 1 orang
b. Guru Kelas
: 9 orang
c. Guru Agama Islam
: 1 orang
d. Guru Agama Kristen : 0 orang
e. Guru Penjas
: 1 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 1 orang
g. TU
: 0 Orang
h. Penjaga Sekolah
: 0 Orang
Tabel 4
Jumlah Siswa pada Sekolah Dasar Negeri No.117874
Kecamatan Kotapinang
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah Kelas
I
31
21
52
2 kelas
II
18
18
36
1 kelas
III
23
18
41
1 kelas
IV
22
25
47
2 kelas
V
25
14
39
1 kelas
77
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang pada Bulan
Desember 2015.
Universitas Sumatera Utara
VI
24
21
45
2 kelas
Jumlah
143
117
260
9 kelas
Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan
Kotapinang pada Bulan Desember 2015
Di Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba terdapat 5
orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari78 :
a. Kepala Sekolah
: 1 orang
b. Guru Kelas
: 3 orang
c. Guru Agama Islam
: 1 orang
d. Guru Agama Kristen : 0 orang
e. Guru Penjas
: 0 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 0 orang
g. TU
: 0 Orang
h. Penjaga Sekolah
: 0 Orang
Tabel 5
Jumlah siswa pada Sekolah Dasar Negeri No. 112227
Kecamatan Torgamba
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah Kelas
I
18
22
40
1 kelas
II
14
12
26
1 kelas
III
28
16
44
1 kelas
78
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba pada Bulan
Desember 2015
Universitas Sumatera Utara
IV
13
16
29
1 kelas
V
20
16
36
1 kelas
VI
17
13
30
1 kelas
Jumlah
106
94
205
6 kelas
Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba
pada Bulan Desember 2015
Di Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan terdapat
15 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari79 :
a. Kepala Sekolah
: 1 orang
b. Guru Kelas
: 9 orang
c. Guru Agama Islam
: 2 orang
d. Guru Agama Kristen : 0 orang
e. Guru Penjas
: 1 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 0 orang
g. TU
: 1 Orang
h. Penjaga Sekolah
: 1 Orang
Tabel 6
Jumlah siswa pada Sekolah Dasar Negeri No. 117491
Kecamatan Sungai Kanan
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah Kelas
I
29
26
55
2 kelas
II
19
14
33
1 kelas
79
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan pada
Bulan Desember 2015
Universitas Sumatera Utara
III
28
19
47
2 kelas
IV
24
16
40
2 kelas
V
19
14
33
1 kelas
VI
9
18
27
1 kelas
Jumlah
128
107
235
9 kelas
Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan
pada Bulan Desember 2015
1. Bentuk Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah
Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah
dapat
dilakukan oleh siapa saja, mulai dari kepala sekolah, guru, pembina sekolah,
karyawan ataupun antar siswa. Bentuk-bentuk dari tindak kekerasan tersebut pun
berbeda-beda.
Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan kepala sekolah, guru, pembina
sekolah, dan karyawan antara lain memukul dengan tangan kosong atau dengan
benda tumpul seperti penggaris, melempar dengan penghapus, mencubit,
menampar, mencekik, menyundut rokok, memarahi dengan ancaman kekerasan,
menghukum berdiri dengan satu kaki di depan kelas, berlari mengelilingi
lapangan, menjemur murid di lapangan sambil menghormat bendera merah putih,
pelecehan seksual, serangan seksual, pembujukan untuk persetubuhan hingga
perkosaan dan lain-lain. Mencakup juga kekerasan psikis seperti diskriminasi
terhadap murid yang mengakibatkan murid mengalami kerugian, baik materiil
maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya ; atau penelantaran terhadap
Universitas Sumatera Utara
murid mengalami penderitaan mental ataupun sosial. Diskriminasi bisa berupa
diskriminasi terhadap suku, agama, kepercayaan, golongan, ras, dan status sosial
(pembedaan murid keluarga berada dan murid dari keluarga tidak berada)
80
Sedangkan kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya
biasanya disebut dengan istilah bullying. Bullying adalah perilaku agresif dan
menekan dari seorang yang lebih dominan terhadap orang yang lebih lemah
dimana seorang siswa atau lebih secara terus menerus melakukan tindakan yang
menyebabkan siswa lain menderita.81
Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini dapat berbentuk
antaralain. Pertama, secara fisik, memukul, menendang, mengambil milik orang
lain. Kedua, secara verbal mengolok-olok nama siswa lain, menghina,
mengucapkan kata-kata yang menyinggung. Ketiga, secara tidak langsung
menyebarkan cerita bohong, mengucilkan, menjadikan siswa tertentu sebagai
target humor yang menyakitkan, mengirim pesan pendek atau surat yang keji.
Mengolok-ngolok nama merupakan hal yang paling umum karena cirri-ciri fisik
siswa, suku, etnis, warna kulit dan lain-lain.82
Menurut psikolog Andrew Mellor, bullying adalah pengalaman yang
terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut
apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak
berdaya untuk mencegahnya. Bullying tidak terlepas dari adanya kesenjangan
power atau kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi
80
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi DKI
Jakarta,Op.Cit,hlm.14-15
81
Ibid.
82
Ibid, hlm.14-16
Universitas Sumatera Utara
(pengulangan perilaku) . Lebih lanjut, Andrew Mellor menjelaskan bahwa ada
beberapa jenis bullying, yakni83 :
a. Bullying fisik, yaitu jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku
dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain : memukul, menendang,
meludahi, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban
melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban,
dan lain-lain. Bullying fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk
diidentifikasi dibandingkan bullying jenis lainnya
b. Bullying Verbal, melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati
seseorang. Perilaku yang termasuk , antara lain : mengejek, memberi nama
julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan,
meneror, dan lain-lain. Kasus bullying verbal termasuk jenis bullying yang
sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari.
c. Bullying relasi sosial adalah jenis bullying yang bertujuan menolak dan
memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri
korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran.
Contoh bullying sosial antara lain : menyebarkan rumor, mempermalukan
seseorang
di
depan
umum,
menghasut
untuk
menjauhi
seseorang,
menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, meengggunakan bahasa
tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan dan lain-lain.
d. Bullying Elektronik, merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan
melalui media elektronik seperti komputer, handphone, internet, website,
83
http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/ ,diakses
pada tanggal 16 januari 2016 pukul 15.50 WIB
Universitas Sumatera Utara
chatting room, e-mail, SMS dan lain-lain. Perilaku yang termasuk, antara lain :
menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi,
menakuti, dan menyakiti korban. Contoh cyber bullying yaitu bullying lewat
internet.
Menurut Sullivan, bullying terbagi menjadi dua bentuk, yaitu secara fisik
maupun non-fisik. Bullying secara fisik contohnya seperti memukul , menendang,
meninju, menggigit, menarik, menjambak rambut, mencakar, meludahi, maupun
merusak barang-barang milik korban. Bullying secara fisik ini sangat mudah
diidentifikasi. 84
Untuk bulliying non-fisik terbagi menjadi dua yaitu secara verbal maupun
non-verbal. Bullying secara verbal contohnya mengancam , memeras, berkatakata keji, dan memanggil-manggil dengan sebutan meledek, berkata-kata
menekan, menggosip, ataupun menyebarluaskan aib si korban. Sedangkan
bullying non-verbal contohnya cukup banyak, baik yang dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Kalau secara langsung contohnya hampir sama
dendan bullying secara fisik tapi lebih kepada tindakan mengancam dengan
tatapan mata, menunjuk-nunjuk atau menghantam benda-benda agar si korban
merasa takut. Bulliying non-verbal yang tidak langsung dapat berupa mengucilkan
seseorang dari pergaulan, mengirimkan pesan menghasut, berlaku curang atau
melakukan tindakan manipulasi secara sembunyi-sembunyi mengenai hal yang
berkaitan dengan diri si korban. 85
84
Paresma Elvigro,
Komputindo,2014,hlm.4
85
Ibid.
Secangkir
Kopi
Bully,
Jakarta
:
PT.Alex
Media
Universitas Sumatera Utara
School Bulliying atau kekerasan di sekolah dikelompokkan ke dalam lima
kategori yaitu sebagai berikut 86:
a. Kontak Fisik Langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak,
menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar,
juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang
lain).
b. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan,
meengganggu, memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan,
mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip).
c. Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan
ekspresi
muka
yang
merendahkan,
megejek,
atau
mengancam ; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal).
d. Perilaku
non-verbal
tidak
laangsung
(mendiamkan
seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan
atau mengabaikan, mengirim surat kaleng).
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai bentuk-bentuk kekerasan pada
anak ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada
tingkat sekolah dasar, dilakukan penelitian dengan melakukan wawancara dengan
pertanyaan yang sama pada tiap-tiap kepada kepala sekolah pada tiga sekolah
dasar yang berada di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu
selatan yang hasil wawancaranya menyebutkan sebagai berikut :
86
Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan Dari Tradisional, (Neo) Liberal, MarxisSosialis, Hingga Post Modern,Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,2015,hlm.55
Universitas Sumatera Utara
Sekolah yang pertama kali penulis datangi adalah Sekolah Dasar Negeri
Nomor 117874 Kecamatan Kotapinang. Di sekolah ini tindak kekerasan yang
dialami oleh siswa diketahui oleh Kepala Sekolah melalui laporan wali kelas,
siswa dan laporan orang tua siswa.
Laporan yang sering diadukan oleh orang tua siswa biasanya karena
anaknya mengeluh karena dijahili temannya di sekolah. Wali kelas juga
melaporkan kepada kepala sekolah apabila persoalan anak tersebut tidak lagi bisa
ditangani oleh wali kelas.
Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh siswa di Sekolah Dasar
Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang berupa kekerasan fisik dan kekerasan
psikis. Kekerasan fisik berupa : saling dorong hingga terjatuh, lempar melempar,
memukul memakai tali seperti kuda kepang, dan menyingkap rok anak
perempuan. Kekerasan psikis seperti mengejek status sosial eknomi anak yang
lebih rendah dan mengucilkan siswa lain dari pertemanan.87
Sama seperti sekolah sebelumnya, penulis juga melakukan wawancara
dengan Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba.
Kepala sekolah juga mengetahui adanya tindak kekerasan yang terjadi melalui
wali kelas maupun orang tua siswa yang mengadu secara langsung.
Di Sekolah Dasar Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba, kekerasan
yang terjadi di kalangan para siswa umumnya berupa kekerasan fisik seperti
mengganggu anak lain ketika jam istirahat dan kadang anak laki-laki suka
87
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri
No. 117874 Kecamatan Kotapinang
Universitas Sumatera Utara
mengganggu anak perempuan dengan menarik-narik roknya dan mencoleknya.
Umumnya hal ini dilakukan oleh siswa kelas 6.88
Wawancara yang terakhir dilakukan di Sekolah Dasar Negeri No.117491
Kecamatan Sungai Kanan, penulis juga melakukan wawancara dengan kepala
sekolahnya. Dan disini juga tindak kekerasan diketahui dari laporan wali kelas
maupun laporan orang tua siswa secara langsung kepada kepala sekolah.
Di SD Negeri No.117491 Kecamatan Sungai Kanan bentuk-bentuk
kekerasan yang terjadi berupa saling ejek, senior yang meminta uang jajan kepada
muridnya dan baru-baru ini terjadi kekerasan yang dilakukan oleh 2 orang siswa
kelas 6 terhadap adik kelasnya siswa kelas 1. Kekerasan tersebut bermula ketika
Akri dan Adit meminta uang jajan kepada korban. Akan tetapi korban tidak mau
menyerahkan uang jajannya kepada kedua kakak kelasnya tersebut. Kejadian
tersebut terjadi pada hari sabtu , siswa kelas 6 sedang gotong royong dan siswa
kelas 1 belajar di kelas seperti biasanya. Arga sedang buang air kecil di balik
pohon di belakang ruangan kelas 6. Kemudian tiba-tiba datang Akri dan Adit dari
belakang menusuk lubang anus korban secara bergantian.89
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah
Dasar Negeri pada tiga kecamatan yang berbeda di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan maka dapat diketahui bahwa kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah
dasar dapat merupakan kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya dan
kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya.
88
Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227
Kecamatan Torgamba
89
Hasil wawancara dengan Hj.Rosnah,S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No. 117491
Kecamatan Sungai Kanan
Universitas Sumatera Utara
Kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa merupakan bentuk
hukuman secara fisik maupun psikis yang ditujukan kepada siswa yang tidak
disiplin atau melakukan kesalahan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Pada dasarnya guru tersebut tidak merasa bahwa hukuman yang
diberikan tersebut merupakan tindak kekerasan. Pada saat ini para Guru Sudah
mulai mengetahui tentang Undang-undang Perlindungan Anak dan Guru hanya
memberikan hukuman yang wajar agar para siswa dapat lebih disiplin lagi.
2.
Faktor Penyebab terjadinya Kekerasan terhadap Anak dalam Lembaga
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Seperti yang kita ketahui kekerasan terhadap anak dalam lembaga
pendidikan khususnya di lingkungan sekolah bisa saja dilakukan oleh guru
maupun sesama siswa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak
kekerasan tersebut pun berbeda-beda.
Tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa atau yang lebih dikenal
dengan istilah bullying di dalam lingkungan sekolah bisa saja dilakukan oleh
senior kepada junior maupun sesama teman satu tingkatan. Adapun penyebab
siswa melakukan tindak kekerasan dalam lingkungan sekolah adalah sebagai
berikut90 :
a.
Permusuhan dan rasa kesal
b.
Rasa kurang percaya diri dan
mencari perhatian, seseorang yang
kurang percaya diri seringkali ingin diperhatikan, salah satunya adalah
90
Buku Panduan Melawan Bullying di download dari
diakses pada tanggal 17 januari 2016 pukul 21.30 WIB
http://www.sudahdong.com
Universitas Sumatera Utara
dengan melakukan bullying. Dengan membully orang lain, mereka akan
merasa lebih puas, lebih kuat dan dominan.
c.
Perasaan dendam, seseorang yang pernah disakiti atau ditindas biasanya
menyimpan rasa dendam yang ingin disalurkan kepada orang lain
sehingga orang lain merasakan hal yang sama, salah satunya adalah
dengan melakukan bullying.
d.
Pengaruh negatif dari media, semakin banyaknya gambaran kekerasan
baik di media baik televisi, internet dan sebagainya. Menjadi contoh
buruk yang menginspirasi seseorang untuk melakukan kekerasan tanpa
alasan yang jelas.
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai faktor-faktor penyebab anak
melakukan kekerasan ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah
khususnya pada tingkat sekolah dasar, maka penulis melakukan penelitian dengan
melakukan wawancara kepada kepala sekolah pada tiga sekolah dasar yang berada
di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu selatan yang hasil
wawancaranya menyebutkan sebagai berikut :
Pada Sekolah Dasar Negeri 117874 Kecamatan Kotapinang, Guru
memberikan hukuman fisik kepada siswa dikarenakan siswa tersebut sudah tidak
bisa diperingatkan lagi dan diberi tahu secara baik-baik dan bertujuan untuk
member efek jera pada anak tersebut agar tidak mengulangi perbuatannya lagi dan
dapat belajar lebih giat lagi.91
91
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No. 117874
Kecamatan Kotapinang.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengaduan-pengaduan yang disampaikan oleh wali kelas maupun
orang tua siswa kepada Kepala Sekolah kekerasan yang dilakukan oleh siswa
terhadap siswa lainnya atau yang biasa disebut dengan istilah bullying disebabkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Anak yang menjadi korban kondisinya lebih lemah dibandingkan dengan
anak yang menjadi pelaku. Sebagai contoh tindakan pengucilan yang
dilakukan kepada seorang siswi kelas 3 yang di lakukan oleh tiga orang
teman sekelasnya. Sari adalah anak seorang buruh cuci dan ayahnya
bekerja serabutan, jarak dari rumah sari cukup jauh dari sekolah dan harus
ia tempuh dengan berjalan kaki. Hal ini mengakibatkan sari menjadi
mengantuk saat jam pelajaran di sekolah dan tampilannya yang lebih kumal
dibandingkan dengan tiga orang temannya yang lain tadi yang kondisi
ekonominya dan dari segi fisik lebih lumayan dibandingkan dengan sari.
Oleh sebab itu 3 orang siswi tersebut sering mengejek sari dan
mengucilkan sari dan mengajak teman-temannya yang lain untuk tidak mau
berteman dengannya.
2. Faktor Lingkungan di sekitar anak. Furqan siswa kelas 6 sering
mendapatkan pengaduan dari siswa maupun orang tua siswa yang anaknya
sering dijahili oleh furqan. Selain kurang dalam prsestasi akademik furqan
juga sering berbuat kasar kepada temannya sesama siswa kelas 6 seperti :
menarik-narik rambut anak perempuan, mengejek anak lain, dan menarik
rok anak perempuan. Furqan saling ejek dengan teman sekelasnya hingga
mengakibatkan perkelahian dan mengakibatkan temannya cedera. Setelah
Universitas Sumatera Utara
orang tua furqan dipanggil oleh pihak sekolah ternyata furqan sering
bergaul dengan teman yang lebih dewasa darinya di
daerah sekotar
rumahnya. Selain itu furqan merupakan anak yang paling kecil dan anak
laki-laki satu-satunya
sehingga kebanyakan permintaan furqan selalu
dituruti oleh kedua orang tuanya dan orang tuanya sulit untuk bertindak
tegas pada furqan. Selain nakal di sekolah furqan juga suka kebut-kebutan
naik sepeda motor dan pernah kabur dari rumahnya.
Pada Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba, pada
umumnya guru memberikan hukuman kepada siswa karena siswa tersebut susah
diatur dan tidak bisa dinasehati lagi dengan kata-kata. Sementara itu siswa yang
sering mengadukan tindakan jahil dari temannya adalah siswi kelas 6. Yang mana
siswa kelas 6 sering mengganggu para siswi perempuan dikarenakan pada
umumnya siswa kelas 6 berusia 11-12 tahun yang mana pada usia tersebut anak
memasuki masa-masa pubertas dan mulai mengganggu lawan jenis. 92
Sama seperti dua sekolah yang lain Kepala Sekolah di Sekolah Dasar
Negeri 117941 Kecamatan Sungai Kanan memberikan sanksi atau hukuman fisik
kepada siswa karena ingin mendisiplinkan siswa agar tidak mengulangi
perbuatannya. Sementara itu tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada
siswa lain disebabkan oleh :
1. Rasa senioritas. Adit dan Akri memang terkenal sering meminta uang jajan
kepada siswa kelas 1 karena mereka merasa mereka lah yang paling kuat
di sekolah ini karena telah duduk di bangku kelas 6.
92
Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227
Kecamatan Torgamba
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Lingkungan Keluarga. Seperti yang diketahui Akri berasal dari
keluarga broken home , Ayah dan Ibunya telah bercerai dan sekarang Akri
tinggal bersama Ibunya. Akri di sekolah terkenal sebagai anak yang jahil
kepada teman-temannya. Hal ini ia lakukan karena ia kurang mendapat
perhatian dari keluarganya terutama kedua orang tuanya. Sedangkan Adit
Ibunya telah meninggal dunia dan Ayahnya telah menikah lagi.
3. Tontonan anak di Televisi, Akri dan Adit mengatakan mereka menusuk
anus adik kelasnya karena sering menonton adegan tersebut di film kartun
yang mereka tonton.
4. Faktor ekonomi, Akri dan Adit mengaku sering meminta uang jajan
kepada adik kelasnya
selain karena merasa senior mereka juga
mengatakan kalau uang jajan yang diberikan orang tua mereka kurang.
3.
Dampak Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan pada
Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Kekerasan yang terjadi dalam lingkungan sekolah dapat menimbulkan
dampak yang buruk baik kepada anak sebagai korban kekerasan maupun anak
sebagai pelaku kekerasan itu sendiri.
Arif Gosita menyatakan yang dimaksud dengan korban adalah “mereka
yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang
meencari peemenuhan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan
kepentingan dan hak asasi yang menderita”. Ini menggunakan istilah penderitaan
Universitas Sumatera Utara
jasmani dan rohaniah (fisik dan mental)
dari korban dan juga bertentangan
dengan hak asasi manusia dari korban.93
Secara yuridis pengertian korban yang terdapat dalam Undang-undaang
Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban adalah seseorang
yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang
diakibatkan oleh suatu tindak pidana.94 Berdasarkan rumusan tersebut, maka yang
disebut korban adalah :
a. Setiap orang
b. Mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau
c. Kerugian ekonomi
d. Akibat tindak pidana
Berdasarkan hal-hal tersebut maka yang dimaksud dengan anak sebagai
korban kekerasan adalah anak yang mengalami penderitaan baik secara fisik,
mental atau pun ekonomi yang diakibatkan oleh tindak kekerasan yang terjadi
dalam lingkungan sekolah.
Adapun ciri-ciri yang dialami oleh anak yang menjadi korban kekerasan di
lingku