Penerapan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pada Cv. Karya Makmur Perkasa Kota Binjai

BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI UMKM (USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH)

A.

Definisi dan Kriteria UMKM
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang berbeda

pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang.
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
18
Universitas Sumatera Utara

19

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UMKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki jumlah tenaga
kerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19
orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99
orang. 16
Definisi UMKM juga memiliki beragam variasi yang sesuai menurut
karakteristik masing-masing negara yaitu:
1. World Bank : UMKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang,
pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.
2. Amerika : UMKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan
mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.

3. Eropa : UMKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan
pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang, dikategorikan
usaha rumah tangga.
4.Jepang : UMKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing dan retail/
service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal ¥ 50 juta – 300 juta.
5. Korea Selatan : UMKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤ 300 orang dan
aset ≤ US$ 60 juta.
6. beberapa Asia Tenggara : UMKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-15
orang (Thailand), atau 5 – 10 orang (Malaysia), atau 10 -99 orang (Singapura),
dengan modal ± US$ 6 juta.
16

http://rendrarediantoni.wordpress.com/2013/05/14/definisi-usaha-mikro-kecil-menengahumkm/ diakses tanggal 11 Januari 2016

Universitas Sumatera Utara

20

Bank Indonesia juga mengemukakan terdapat beberapa negara yang
mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, diantaranya yaitu:

1. El Salvador (kurang dari empat orang untuk usaha mikro, antara lima hingga 49
orang untuk usaha kecil, dan antara 50 – 99 orang untuk usaha menengah)
2. Ekuador (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro)
3. Kolombia (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro, antara 10 – 50 orang untuk
usaha kecil, dan antara 51 – 200 orang untuk usaha menengah)
4. Maroko (kurang dari 200 orang)
5. Brazil (kurang dari 100 orang)
6. Algeria (institusi non formal memiliki jumlah karyawan kurang dari 10 orang)
Beberapa negara memiliki standar yang berbeda dan ada pula yang
menggunakan kombinasi dari berbagai tolok ukur dalam mendefinisikan UMKM
berkaitan dengan dasar hukum. Afrika Selatan contohnya, menggunakan kombinasi
antara jumlah karyawan, pendapatan usaha, dan total aset sebagai ukuran dalam
kategorisasi usaha. Peru mendasarkan klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah
karyawan dan tingkat penjualan per tahun. Costa Rica menggunakan sistem poin
berdasarkan tenaga kerja, penjualan tahunan, dan total aset sebagai dasar klasifikasi
usaha. Bolivia mendefinisikan UMKM berdasarkan tenaga kerja, penjualan per tahun,
dan besaran asset.Sedangkan Republik Dominika menggunakan karyawan dan
tingkat penjualan per tahun sebagai tolok ukur.Tunisia memiliki klasifikasi yang
berbeda di bawah peraturan yang berbeda, namun terdapat konsensus umum yang
mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah karyawan.


Universitas Sumatera Utara

21

Selain itu, ada pula beberapa negara yang menggunakan standar ganda dalam
mendefinisikan UMKM dengan mempertimbangkan sektor usaha.Afrika Selatan
membedakan definisi UMKM untuk sektor pertambangan, listrik, manufaktur, dan
konstruksi.Sedangkan Argentina menetapkan bahwa sektor industri, ritel, jasa, dan
pertanian

memiliki

batasan

tingkat

penjualan

berbeda


dalam

klasifikasi

usaha.Malaysia membedakan definisi UMKM untuk bidang manufaktur dan jasa,
masing-masing berdasarkan jumlah karyawan dan jumlah penjualan tahunan.
Adapun kriteria UMKM di bagi dalam 3 kriteria, 3 kriteria itu adalah sebagai
berikut;
1.Kriteria usaha mikro: 17
a.Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b.Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (tiga ratus
juta rupiah).
Usaha Mikro juga memiliki ciri antara lain;
1.Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti;
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;
3.Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;


17

http://restafebri.blogspot.com/2009/03/pengertian-dan-kriteria-usaha-mikro_08.html.
diakses tanggal 20 Januari 2016

Universitas Sumatera Utara

22

4. Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai;
5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah
akses ke lembaga keuangan non bank;
7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP.
Usaha mikro juga merupakan suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk
dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasinya karena usaha mikro
mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non

mikro, antara lain :
a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang
mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan
terus berkembang;
b. Tidak sensitif terhadap suku bunga;
c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;
d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal
dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang
sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi
usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri. 18

18

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

23


2.

Kriteria usaha kecil adalah:
a.Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b.Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus
juta rupiah). 19

Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1995, ciri-ciri usaha kecil adalah :
1. Jenis barang / komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah.
2. Lokasi / tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.
3. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan / manajemen keuangan walau
masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan
keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.
4. Harus sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnnya termasuk
NPWP.
5. Sumberdaya manusia (pengusaha) sudah mulai / lebih maju rata-rata

berpendidikan SMU namun masih perlu ditingkatkan pengetahuan usahanya
dan sudah ada pengalaman usaha, namun jiwa wirausahanya masih harus
ditingkatkan lagi.
6. Sebagian sudah mulai mengenal dan berhubungan dengan perbankan dalam hal

19

Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia,
Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hlm. 77.

Universitas Sumatera Utara

24

keperluan

modal,

namun


sebagian

besar

belum

dapat

membuat

businessplanning, studi kelayakan dan proposal kredit kepada bank sehingga
masihsangat memerlukan jasa konsultan/pendampingan.
Pendapat lain dari menyebutkan, bahwa secara umum usaha kecil memiliki
karakteristik sebagaiberikut: 20
1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti
kaidah administrasi pembukuan standar.
2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
3. Modal terbatas.
4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
5. Kemampuan pemasaran dan negoisasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas.

6. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah.
Dengan demikian, usaha kecil merupakan usaha mikro ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang – undang ini. 21

20

Anoraga, Panji dan Djoko Sudantoko, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil, PT.
Rineka Cipta Jakarta, 2002, hlm. 224.
21
Pasal 1 angka (2) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Universitas Sumatera Utara

25

3.

Kriteria usaha menengah adalah: 22
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b.Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000 (lima
puluh milyar rupiah).

Ciri-ciri usaha menengah Menurut Inpres No. 10 tahun 1998 adalah:
1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,
lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara
lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, bagian produksi.
2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi
dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh perbankan.
3. Telah melakukan aturan atau pengolalaan dan organisasi perburuhan, telah
adanya jaminan social ketenagakerjaan, dan pemeliharaan kesehatan.
4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin
usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan.
5. Telah sering bermitra dan memanfaatkan pendanaan yang ada di bank.
6. Sumber daya manusianya sudah lebih meningkat, banyak yang sudah meraih
kesarjanaannya sebagai manajer dan telah banyak yang memiliki jiwa
wirausaha yang cukup handal.
22

Ibid, Pasal 6.

Universitas Sumatera Utara

26

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam undang – undang ini.

B. Perkembangan UMKM dan Landasan Hukum UMKM
Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri agar
dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai pada satu titik atau
puncak menuju kesuksesan.Perkembangan usaha di lakukan oleh usaha yang sudah
mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju lagi.Menurut Purdi E.
Chandra perkembangan usaha merupakan suatu keadaan tejadinya peningkatan omset
penjualan. 23
Menurut

Soeharto

Prawirokusumo

perkembangan

usaha

termasuk

perkembangan usaha dari UMKMini dapat dibedakan menjadi 4 tahap, yaitu tahap
conceptual, start up, stabilisasi, pertumbuhan (growth stage), dan kedewasaan.
Dikajian ini akan membahas perkembangan usaha dilihat dari tahapan conceptual,
yaitu: 24

23

Purdi E. Chandra, Trik Sukses Menuju Sukses, Grafika Indah, Yogyakarta, 2000, hlm. 121.
Prawirokusumo Soeharto, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, BPFE, Yogyakarta,
2010, hlm. 185-188.
24

Universitas Sumatera Utara

27

1.

Mengenal peluang potensial

Dalam mengetahui peluang potensial yang penting harus diketahui adalah masalamasalah yang ada dipasar, kemudian mencari solusi dari permasalahan yang telah
terdeteksi. Solusi inilah yang akan menjadi gagasan yang dapat direalisasikan.
2.

Analisa peluang

Tindakan yang bisa dilakukan untuk merespon peluang bisnis adalah dengan
melakukan analisa peluang berupa market research kepada calon pelanggan
potensial.Analisa ini dilakukan untuk melihat respon pelanggan terhadap produk,
proses, dan pelayanannya.
3.

Mengorganisasi sumber daya

Yang perlu dilakukan ketika suatu usaha berdiri adalah memanajemen sumber daya
manusia dan uang.Pada tahap inilah yang sering disebut sebagai tahap memulai
usaha.Pada tahap ini dikatakan sangat penting karena merupakan kunci keberhasilan
pada tahap selajutnya.Tahap ini bisa disebut sebagai tahap warming up.
4.

Langkah mobilisasi sumber daya

Langkah memobilisasi sumber daya dan menerima resiko adalah langkah terakhir
sebelum ke tahap start up.
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada hakekatnya
merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah pada mulanya tidak mengalami kemajuan yang sangat berarti
baik dari segi kuantitas ataupun kualitasnya dikarenakan kurang mendapat perhatian
serius dari pihak yang berwenang. Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun
1997/1998 dimana UMKM ternyata memiliki ketahanan yang relatif baik ketimbang

Universitas Sumatera Utara

28

usaha besar maka perhatian pun langsung di tujukan terhadap perkembangan umkm
baik dari segi kualitas dan kuantitasnya. 25 dan mulai menunjukkan peningkatan yang
cukup berarti bagi perekonomian negara di era pasca reformasi. Perkembangan
UMKM ini tidak terlepas dari adanya dukungan dari pihak pemerintah pusat maupun
daerah terutama dari ayuran-aturan yang dikeluarkan. Dengan mencermati
permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, maka kedepan perlu diupayakan hal-hal
sebagai berikut: 26
1.

Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan
mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur
perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
2.

Bantuan Permodalan

Pemerintah perlu memperluas kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak
memberatkan bagi UMKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu
melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema
penjaminan, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk usaha kecil, mikro
dan menengah sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada,
maupun non bank.
3.

Perlindungan Usaha

Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha
golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu
25

http://karyatulisilmiah.com/perkembangan-umkm-di-indonesia/ diakses tanggal 21 Januari 2016
Hafsah, Mohammad Jafar, Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Infokop
25, Jakarta, 2004, hlm. 40-44.
26

Universitas Sumatera Utara

29

melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling
menguntungkan (win-win solution).
4.

Pengembangan Kemitraan

Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UMKM, atau antara
UMKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk
menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha.Disamping itu juga untuk
memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan
demikian UMKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis
lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.
5.

Pelatihan

Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM baik dalam aspek
kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya
dalam pengembangan usahanya.Disamping itu juga perlu diberi kesempatan untuk
menerapkan hasil pelatihan dilapangan untuk mempraktekkan teori melalui
pengembangan kemitraan rintisan.
6.

Membentuk Lembaga Khusus

Perlu

dibangun

suatu

lembaga

yang

khusus

bertanggung

jawab

dalam

mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penumbuh
kembangan UMKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi
Kendala UMKM di lapangan.
Adapun yang menjadi landasan hukum UMKM adalah sebagai berikut: 27
27

http://infoUMKM.wordpress.com/2008/08/12/undang-undang-dan-peraturan-tentang-UMKM/
diakses tanggal 21 Januari 2016

Universitas Sumatera Utara

30

1. Untuk usaha kecil industri diatur oleh UU No. 9 Tahun 1995.
2. PP No. 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan.
3. PP No. 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kecil.
4. Inpres No.10 Tahun 1999 Tentang Pemberdayaan Usaha Menengah.
5. Keppres No. 127 Tahum 2001 Tentang Bidang/Jenis Usaha yang
Dicadangkan Untuk Usaha yang Terbuka untuk Usaha Menengah atau
Besar Dengan Syarat kemitraan.
6. Keppres No. 56 Tahun 2002 Tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil
dan Menengah.
7. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 Tentang program Kemitraan
badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina
lingkungan.
8. Undang-Undang No.20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
9. Dan PP No. 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

C. Kebijakan Pemerintah dalam Mendukung Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 merupakan landasan
ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi
dan usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Peraturan Menteri Negara KUMKMRepublik

Universitas Sumatera Utara

31

Indonesia Nomor : 02/Per/M.KUMKM/I/2008 ditegaskan bahwa pemerintah
bertugas:
1. Menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong
pertumbuhan serta pemasyarakatan koperasi.
2. Memberikan bimbingan dan kemudahan kepada koperasi.
3. Memberikan perlindungan kepada koperasi. Pembinaan koperasi dilakukan dengan
memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi nasional, serta pemerataan
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.
Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong
pertumbuhan dan pemasyarakatan UMKM dan koperasi, maka kewajiban pemerintah
adalah:
a. Memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada koperasi dan UMKM.
b. Meningkatkan dan memantapkan kemampuan koperasi agar menjadi
koperasiyang berkualitas, tangguh dan mandiri.
c. Mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara
koperasi dengan badan usaha lainnya.
d. Membudayakan koperasi dalam masyarakat.
Dalam

rangka

pemberian

perlindungan

koperasi

dan

UMKM,

pemerintahmengatur mekanisme untuk: 28
1. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh koperasi
dan UMKM.
2. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah berhasil
28

Pasal 63 UU No. 25 Tahun 1992

Universitas Sumatera Utara

32

diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya.
Di samping itu, bagi pelaku UMKM, pemerintah membuat pengaturan
tersendiri dalam kerangka memberikan klasifikasi sebagai koridor hukum yang jelas
dalam upaya pemberdayaan sektor UMKM tersebut yang secara konkrit diatur dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Adapun tujuan dari pemberdayaan UMKM
tersebut adalah; 29
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan
berkeadilan.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan
daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi,
dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Sebagai

wadah

kegiatan

usaha

bersama

bagi

produsen

maupun

konsumen,koperasi diharapkan berperan dalam meningkatkan posisi tawar dan
efisiensi ekonomi rakyat, sekaligus turut memperbaiki kondisi persaingan usaha di
pasar melalui dampak eksternalitas positif yang ditimbulkannya. Sementara itu,
UMKM berperan dalam memperluas penyediaan lapangan kerja, memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
peningkatan pendapatan serta meningkatkan daya saing dan daya tahan ekonomi
nasional.
Dalam
29

rangka

mewujudkan

sasaran

tersebut,

pemberdayaan

UMKM

UU No. 20 Tahun 2008, Op.cit, Pasal l5.

Universitas Sumatera Utara

33

akandilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut: 30
1. Mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) yang diarahkan untuk
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,penciptaan
lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan pemberdayaan usaha skala
mikro lebih diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan
pada kelompok masyarakat yang memiliki pendapatan rendah.
2.Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik
(good governance) dan berwawasan gender untuk:
a. Memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan;
b. Memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perizinan;
c.Memperluas

dan

meningkatkan

kualitas

institusi

pendukung

yang

menjalankan fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha,
teknologi, manajemen, pemasaran dan informasi.
3. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha baru
berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan
lapangan kerja terutama dengan:
a. Meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan
adopsi penerapan teknologi.
b. Mengembangkan UMKM melalui pendekatan klaster di sektor agribisnis dan
agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk
dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi sebagai wadah

30

M.Pramono, Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dan Koperasi, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2006, hlm. 11.

Universitas Sumatera Utara

34

organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh efisiensi kolektif.
c. Meningkatkan peran UMKM dalam proses industrialisasi, percepatan
pengalihan teknologi dan peningkatan kualitas SDM.
d. Mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembangan
regional, sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha unggulan di
setiap daerah.
4. Meningkatkan peran UMKM sebagai penyedia barang dan jasa pada pasar
domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
5.Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya untuk:
a.Membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi koperasi di
tingkat makro maupun mikro guna menciptakan iklim dan lingkungan usaha
yang kondusif bagi kemajuan koperasi serta kepastian hukum yang menjamin
terlindunginya koperasi dan/atau anggotanya dari praktek-praktek persaingan
usaha yang tidak sehat.
b.Meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan
(stakeholders) kepada koperasi.
c. Meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.

D. Masalah – masalah yang dihadapi UMKM
Terdapat delapan masalah–masalah utama yang saat ini dihadapi oleh
parapengusaha kecil dan menengah menurut Ikatan sarjana ekonomi Indonesia pada
tahun 1998yaitu:

Universitas Sumatera Utara

35

1. Permasalahan Modal, adapun permasalahan di dalam modal adalah;
a. Suku bunga kredit perbankan yang masih tinggi sehingga kredit menjadi
mahal.
b. Informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan nonbank masih
kurang.
c. Sistem dan prosedur kredit dari lembaga keuangan bank dan nonbank terlalu
rumit dan memakan waktu yang cukup lama.
d. Perbankan kurang menginformasikan standar proposal untuk pengajuan
kredit, sehingga pengusaha kecil belum mampu membuat proposal yang sesuai
dengan krteria perbankan.
e. Perbankan kurang memahami kriteria usaha kecil dalam menilai kelayakan
usaha, sehingga jumlah kredit yang disetujui sering kali tidak sesuai dengan
kebutuhan usaha kecil.
2.

Permasalahan pemasaran, adapun permasalahan di dalam pemasaran yang
dihadapi adalah;
a. Posisi tawar pengusaha kecil ketika berhadapan dengan pengusaha besar
selalu lemah, terutama berkaitan dengan penentuan harga dan sistem.
b. Asosiasi pengusaha atau profesi belum berperan dalam mengkoordinasi
persaingan yang tidak sehat antara usaha yang sejenis.
c. Infornasi untuk memasarkan produk masih kurang, misalnya produk yang
diinginkan, potensi pasar, tata cara memasarkan produk dan lain-lain.

3.Permasalahan bahan baku, permasalahan bahan baku yang sering dihadapiadalah;
a. Suplai bahan baku untuk usaha kecil kurang memadai dan berfluktuasi. Ini

Universitas Sumatera Utara

36

disebabkan karena adanya pembeli besar yang menguasai bahan baku.
b. Harga bahan baku masih terlalu tinggi
c. Kualitas bahan baku rendah karena tidak adanya standarisasi dan adanya
manipulasi kualitas bahan baku.
d. Sistem pembelian bahan baku secara tunai menyulitkan pengusaha kecil,
sementara pembayaran penjualan produk umumnya tidak tunai.
4.

Permasalahan teknologi, antara lain adalah;
a. Tenaga kerja terampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena lembaga
pendidikan dan pelatihan yang ada kurang dapat menghasilkan tenaga kerja
terampil yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil.
b. Asas dan informasi sumber teknologi masih kurang dan tidak merata.
c. Spesifikasi peralatan yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil sukar
diperoleh.
d. Lembaga independen belum ada belum berperan, khususnya lembaga
pengkajian teknologi yang ditawarkan pasar kepada pengusaha kecil sehingga
teknologi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
e. Peran instansi pemerintah, nonpemerintah dan perguruan tinggi dalam
mengidentifikasi, menemukan, menyebarluaskan dan melakukan pembinaan
teknis tentang teknologi baru atau teknologi tepat guna bagi uasah kecil masih
kurang intensif.

5.

Permasalahan manajemen, antara lain adalah sebagai berikut;
a. Pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan
usaha sulit ditemukan karena pengetahuan pengusaha relatif rendah.

Universitas Sumatera Utara

37

b. Pemisahan antara manajemen keuangan perusahaan perusahaan dan keluarga
belum dilakukan sehungga pengusaha kecil mengalami kesulitan dalam
mengontrol atau mengatur cash flow serta dalam membuat perenacaan dan
laporan keuangan.
c. Kemampuan pengusaha kecil dalam mengorganisasikan diri dan karyawan
masih lemah sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak jelas.
d. Pelatihan tentang manajemen dari berbagai instansi kurang efektif karena
materi yang terlalu banyak tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan.
e. Produktivitas karyawan masih sehingga pengusaha kecil sulit memenuhi
ketentuan UMR .
6.

Permasalahan sistem birokrasi, yaitu;
a. Perizinan yang tidak transparan, mahal, berbelit-belit,diskriminatif, lama,
b. Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai ketentuan masih kurang
serta cenderung kurang tegas.
c. Penguaha kecil dan asosiasi usaha kecil kurang dilibatkan dalam perumusan
kebijakan tentang usaha kecil.
d. Pungutan atau biaya tambahan dalam pengurusan perolehan modal dari dana
penyisihan laba BUMN dan sumber modal lainnya cukup tinggi.
e. Banyak pungutan yang sering kali tidak disertai pelayanan yang memadai.

7.

Ketersediaan infrastruktur, berupa;
Listrik, air,dan telepon berarti mahal dan sering kali mengalami gangguan di

samping pelayanan petugas yang kurang baik.
8.

Pola kemitraan, yaitu;

Universitas Sumatera Utara

38

a. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar dalam
pemasaran dan sistem pembayaran baik produk maupun bahan baku dirasakan
belum bermanfaat.
b. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar dalam
transfer teknologi masih kurang.

Universitas Sumatera Utara