Penerapan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pada Cv. Karya Makmur Perkasa Kota Binjai

(1)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Adi, M. Kwartono,2009,KiatSuksesBerburu Modal UMKM,Jakarta, RaihAsaSukses. Ali, Chidir, 1997,BadanHukum,Bandung,Alumni.

Anoraga, PanjidanDjokoSudantoko,2002,Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha

Kecil,Jakarta, PT. RinekaCipta.

Chamim,Asyakuriibn, 1999,PendidikanKewarganegaraan,Yogyakarta, DiktilitbangPimpinanPusatMuhammadiyah.

Chandra, Purdi E2000, TrikSuksesMenujuSukses,Yogyakarta,Grafika Indah. Hadiz, Veedi R,2007,PolitikGerakanBuruh Di Asia Tenggara,Jakarta, PT

GramediaPustakaUtama.

Hafsah, Mohammad Jafar,2004,UpayaPengembangan Usaha Kecil danMenengah

(UKM),Jakarta, Infokop 25.

Hermansyah,2007,Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta,Media Ilmu.

Ichsan, AchmadHukumDagang,1986,Lembagaperserikatan, Surat-SuratBerharga,

Aturan-AturanAngkutan,Jakarta, PT. PradnyaParamita.

Ibrahim, Johannes, 2006,HukumOrganisasi Perusahaan

PolaKemitraandanBadanHukum,Bandung, RefikaAditama.

Jalis, Ahmad, 2009,Bentuk-Bentuk Usaha di Indonesia,PustakaIlmu. Kamaluddin, Rustian, 1999,PengantarEkonomi

Pembangunan,Jakarta,LembagaPenerbitFakultasEkonomiUniversitas

Indonesia.

Natzir, Said, 1987,Hukum Perusahaan di Indonesia,Bandung, Alumni.

Pramono,M, 2006,Pengembangan Usaha Kecil danMenengahdanKoperasi,Jakarta PT. GramediaPustakaUtama.

Pandu,Yudha, 2013,KitabUndang-UndangHukumPerdata,Jakarta, Indonesia Legal Center Publishing.


(2)

Subagyo, P. Joko,2006,

MetodepenelitianDalamTeoridanPrakteķCetakanKelima,Jakarta, RinekaCipta.

Sumodiningrat, GunawandanRiantNugroho D,2005,Membangun Indonesia Emas:Model Pembangunan Indonesia BaruMenuju Negara-Bangsa Yang

UnggulDalamPersaingan Global, Jakarta,Elex Media Komputindo.

Soekanto, Soerjonodan Sri Mamuji,2013,

PenelitianHukumNormatif-SuatuTinjauanSingkat,Jakarta, Rajawali Press.

Soekanto,Soerjono, 2011,PengantarPenelitianHukum,Jakarta, UI Press. Soeharto, Prawirokusumo,2010,KewirausahaandanManajemen Usaha

Kecil,Yogyakarta, BPFE.

Suratman dan Phillips Dillah,2013,Metode Penelitian Hukum,Bandung, CV Alfabeta. Salman, Abdul R,2005,HukumBisnisUntuk Perusahaan,Jakarta,Prenada Media. Widjanarto,2006,Hukum&KetentuanPerbankan di Indonesia,Jakarta, Grafiti. Widiyono, Try,2006,AspekHukumOperasionalTransaksiProdukPerbankan di

Indonesia,Jakarta, RinekaCipta.

Usman, Rachmadi, 2003,Aspek- AspekHukumPerbankan di Indonesia,Jakarta, PT GramediaPustakaUmum.

Peraturanperundang-undangan

Undang-UndangDasarRepublik Indonesia 1945

Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

KitabUndang-UndangHukumPerdata

Internet

Abdullah Abidin, Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Dan MenengahSebagaiKekuatanStrategisDalamMempercepat Pembangunan


(3)

daerah, http://langgudubima.blogspot.com/2009/06/pengembangan-usaha-mikro-dan-kecil-dan.html. diaksestanggal 09 Januari 2016

http://rendrarediantoni.wordpress.com/2013/05/14/definisi-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm/diaksestanggal 11 Januari 201

http://restafebri.blogspot.com/2009/03/pengertian-dan-kriteria-usaha-mikro_08.html. diaksestanggal 20 Januari 2016

http://karyatulisilmiah.com/perkembangan-umkm-di-indonesia/ diaksestanggal 21 Januari 2016

http://infoUMKM.wordpress.com/2008/08/12/undang-undang-dan-peraturan-tentang-UMKM/ diaksestanggal 21 Januari 2016

http://jurnalhukum.com/syarat-syarat-badan-hukum/ diaksespadatanggal 22 Januari 2016


(4)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG CV (COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP)

A.Pengertian Commanditaire Vennootschap (CV) sebagai Badan Usaha

Bentuk badan usaha commanditaire vennootschap (CV) tidak diatur secara tersendiri dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) melainkan di gabungkan bersama-sama dengan peraturan-peraturan mengenai Badan Usaha berbentuk Firma (Fa). Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa Perseroan Komanditer atau commanditaire vennootschap (CV) adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab solider) pada satu pihak dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldschieter) pada pihak yang lain. Adapun dasar pikiran dan pembentukan perseroan iniadalah seorang atau lebih mempercayakan uang atau barang untuk digunakan di dalam perniagaan atau lain perusahaan kepada seorang lainnya atau lebih yang menjalankan perusahaan itu saja yang pada umumnya berhubungan dengan pihak-pihak ketiga, karena itu pula si pengusaha bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga, dan tidak semua anggotanya yang bertindak keluar.

Perseroan Komanditer (CV) yang selanjutnya disebut CV adalah suatu perseroan yang tidak bertindak di muka umum. Dalam CV, seorang atau lebih dari anggota-anggotanya (pemberi uang) tidak menjadi pimpinan perusahaan maupun bertindak terhadap pihak ketiga. Mereka ini hanyalah sekedar menyediakan sejumlah modal bagi anggota atauanggota-anggota lainnya yang menjalankan CV tersebut.


(5)

Para persero yang memberi uang yang berdiri di belakang layar perseroan itu juga turut memperoleh bagian dalam keuntungan dan turut pula memikul kerugian yang diderita CV seperti para persero biasa, akan tetapi pertanggung jawabannya terbatas dalam CV. Mereka tidak akan memikul kerugian yang melebihi modal yang disetorkan. Persero di belakang layar tersebut disebut anggota pasif atau komanditaris yang disebut sleeping partners(still vennot), sedangkan para anggota yang memimpin perseroan dan bertindakkeluar adalah anggota-anggota aktif yang disebut persero pengurus atau perseropemimpin atau juga disebut komplementaris.31

Pasal 19 ayat (1) KUHD menggunakan istilah geldschieters terhadap persero- persero yang hanya memasukkan uang atau barang dan tidak ikut dalam pengurusan atau persero komanditer dapat menimbulkan salah paham sehingga menimbulkan pembahasan khusus untuk memungkinkan mengadakan perbedaan antar istilah

“commmanditaire dan istilah geldschiters, seperti apa yang dikemukan oleh

undang-undang tersebut.

Apabila terdapat lebih dari satu persero pengurus, maka berhadapan dengan perseroan rangkap, yaitu suatu perseroan Firma antara persero-persero pengurus, dan perseroan komanditer antara peserta pengurus dan para komanditaris.

32

Pasal 1759 KUHPerdata berbunyi : “Orang yang meminjamkan tidak dapat meminta kembali apa yang telah dipinjamkannya sebelum lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian.” Pasal 1960 KUHPerdata berbunyi : “Mereka yang disebutkan dalam pasal yang lalu dapat memperoleh hak milik dengan jalan daluarsa,

31

Abdul R Salman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 6. 32


(6)

jika alas hak penguasaan mereka telah berganti, baik karena suatu sebab yang berasaldari seorang pihak ketiga, maupun karena pembantahan yang mereka lakukan terhadap haknya si pemilik”, yang dimaksud dengan pasal yang lalu dalam Pasal 1960 KUHPerdata tersebut adalah Pasal 1959 KUHPerdata yang berbunyi : “Mereka yang menguasai sesuatu kebendaan untuk seorang lain, begitu pula ahli warisnya orang-orang itu”. Tak sekali-kali dapat memperoleh sesuatu dengan jalan daluwarsa meskipun dengan lewatnya waktu yang berapa saja lamanya. Demikian pun seorang penyewa, seorang penyimpan, seorang penikmat hasil, dan segala orang lain yang memegang suatu benda berdasarkan suatu perjanjian dengan si pemiliknya, tidak dapat memperoleh benda itu dengan jalan daluwarsa”.

Pendapat lain mempergunakan istilah mempercayakan uang untuk istilah

geldschiters, karena yang dimaksud oleh masing-masing ialah menyerahkan hakmilik

atas modal yang bersangkutan kepada persero-persero komplementer, jadi modal itu selama berjalannya CV tidak dapat ditarik kembali, melainkan baru debitur penyelesaian CV setelah pemecahannya, apabila ternyata ada sisa yang menguntungkannya. Persero selama berjalannya usaha CV tersebut hanya berhak atas penerimaan bagiannya dalam keuntungan yang diperoleh, tetapi ia mungkin juga dibebani pula dengan membayarkan bagiannya dalam kerugian yang diderita oleh CV. Hal ini tersimpul dalam asas pembiayaan bersama untuk menjalankan perusahaan yang dilakukan oleh anggota-anggota komplementer persero-perseropengurus33

33

Hermansyah, Hukum Perusahaan Indonesia, Media Ilmu, Jakarta, 2007, hlm. 11.


(7)

berbentuk CV, hanyalah persero-persero pengurus yang menjalankan perusahaan dan bertindak keluar, serta terikat kepada pihak ketiga, sebaliknya para komanditaris yang mempunyai hubungan dengan pihak ketiga, mereka yang menjalankan perusahaan mempunyai tangung jawab penuh dan dapat disamakan dengan kedudukan para peserta perseroan Firma (Fa).

Jadi apabila CV mempunyai banyak utang sehingga jatuh pailit misalnya, dan apabila harta benda perseroan tidak mencukupi untuk pelunasan utang-utangnya, maka harta benda pribadi persero pengurus itu dapat pula dipertanggung jawabkan untuk melunaskan hutang CV. Sebaliknya para komanditaris paling tinggi hanya akan kehilangan jumlah uang yang disetorkan, sedangkan harta benda pribadinya tidak dapat diganggu gugat. Adapun tanggung jawab penuh yang dibebankan pada persero pengurus adalah berdasarkan pendapat bahwa baik buruknya, maju mundurnya perusahaan itu adalah bergantung pada usaha dan pimpinan mereka sendiri.

Keadaan demikian akan berubah, apabila seorang komanditer turut campur tangan dalam penyelenggaraan dan penyusutan perseroan ataupun apabila ia mengijinkan namanya dipakai dalam nama firma, yang dipakai sebagai nama firma oleh persero-persero pengurus. Dalam melakukan tindakan demikian itu akan menimbulkan kesan kepada pihak ketiga, seakan-akan ia juga menjadi anggota pengurus yang bertanggung jawab, untuk menghindarkan pihak ketiga akan mendirikan kewajiban oleh tindakan-tindakan demikian, maka dalam Pasal 21 KUHD ditentukan, bahwa tiap-tiap persero CV yang ikut melakukan perbuatan-perbuatanpengurus atau bekerja dalam perusahaan CV ataupun mengizinkan pemakaiannamanya dalam Firma adalah secara tanggung menanggung bertanggung


(8)

jawab untukseluruhnya atas segala utang dan segala perikatan dari CV tersebut (tanggung jawabsolider).

Dengan demikian seorang komanditaris yang bertingkah laku sebagai anggota pengurus mempunyai tanggung jawab seperti anggota pengurus terhadap pihak ketiga dan pertanggungjawaban ini diperluas juga terhadap persetujuan-persetujuan yang diadakan komanditaris dalam penyelenggaraan perusahaan CV tersebut, dan terhadap persetujuan-persetujuan yang masih akan diadakan.34

Perusahaan CV mempunyai kekayakan tersendiri yang pada pembagian untung rugi dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk mendirikanbadan usaha

Walaupun demikian komanditaris tanpa melepaskan kedudukannya dapatmenuntut untuk mengawasi tindakan-tindakan para anggota pengurus ataupun merekaini tidak boleh bertindak tanpa ijinnya. Bagi perusahaan CV juga adanya

sleepingpartners, ini adalah memberikan kemungkinan untuk mengumpulkan lebih

banyakmodal dari pada sistem perseroan Firma. Hal ini disebabkan ada orang yangmempunyai waktu ataupun tidak ada bakat untuk berusaha, tidak dapat turut aktifdalam sesuatu perusahaan, maka bentuk perusahaan CV lah yang memberikemungkinan pada orang-orang tersebut untuk turut berusaha walaupun hanya pasifsaja. Pembagian untung rugi diatur dalam peraturan CV, mengingat reaksi daritanggungjawab yang dipikul pada peserta aktif, maka tidaklah mengherankan apabilapembagian untung rugi itu diatur sesuai serta sebanding dengan tanggungjawabtersebut.

34


(9)

berbentuk CV, tidaklah memerlukan suatu fasi litas dan karenanya dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Kalau dibuat secara tertulis dalam bentuk surat, maka hal tersebut dapat dibuat dalam bentuk akta otentik ataupun data di bawah tangan dalam mana diatur organisasi perusahaan CV itu begitu juga hak-hak dan kewajiban para anggotanya.35

1. CV diam-diam yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang belum menyatakan diri secara terbuka sebagai CV, bagi pihak luar jenis usaha ini masih dianggap sebagai usaha dagang biasa. Akan tetapi secara intern diantara para pemilik modal dalam usaha dagang tersebut telah ada pembagian dan wewenang yang berkaitan dengan tanggungjawab hukum.

Dalam praktek perniagaan di Indonesia saat ini, perjanjian untuk medirikansuatu perusahaan dengan bentuk CV dibuat dalam bentuk akta otentik notaris untuklebih memperkuat kedudukan hukum para pihak yang mendirikan CV tersebutsekaligus pula untuk memperkuat kedudukan hukum dan Badan Usaha CV tersebut.

Persekutuan Komanditer (CV) berdasarkan jenisnya dapat dibagi kedalam 3 (tiga) jenis yaitu :

2. CV terang-terangan yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang telah menyatakan diri secara terang-terangan dan terbuka kepada pihak ketiga. Hal ini terlihat dengan dibuatnya akta pendirian CV oleh notaris dan akta pendirian tersebut didaftarkan di dalam daftar perusahaan.

35


(10)

3. CV dengan saham, yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang karena masalah kekurangan modal usaha memasukkan para komanditaris (penanaman modal)pengurus pasif yang menanamkan modalya ke dalam CV tersebut yangmenjadikan penanaman modal tersebut memperoleh kepemilikan satu ataubeberapa saham terhadap perusahaan CV tersebut.36

B. Dasar Hukum Persekutuan Komanditer (CV) dan Kedudukan Hukum Persekutuan Komanditer (CV)

Persekutuan firma diatur dalam pasal 16 s/d 35 KUHD.Tiga diantara pasal-pasal itu, yakni pasal-pasal 19, 20 dan 21 adalah aturan untuk persekutuan komanditer. Pasal 19 ayat (1) KUHD berbunyi: “De vennootschap bij wijze van geldschieting, anders an comanndite genamd, wordt aangegaan tussen eene persoon, of tussen meerdere hoofdelijk vor het geheel aansprakelijke vennoten, en eene of meer andere

personen als geldschieters.” ( persekutuan secara melepas uang, yang juga disebut

persekutuan komanditer, didirikan atas satu atau beberapa orang yang bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan dengan satu atau beberapa orang pelepas uang).

Letak aturan persekutuan komanditer yang ada di tengah-tengah aturan mengenai persekutuan firma, yaitu pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Letak aturan persekutuan komanditer di tengah-tengah pasal-pasal yang mengatur persekutuan firma itu sudah sepatutnya, karena persekutuan komanditer itu juga persekutuan firma

36


(11)

dengan bentuk khusus.Kekhususannya itu terletak pada adanya sekutu komanditer, yang pada persekutuan firma tidak ada. Pada persekutuan firma hanya ada sekutu kerja “firmant”, sedangkan dalam persekutuan komanditer, kecuali sekutu kerja, juga ada sekutu komanditer, yakni sekutu yang tidak kerja, sekutu yang hanya memberikan pemasukan saja, tidak ikut mengurus perusahaan.

Kemudian adalah hubungan hukum antar sesama sekutu dengan pihak ketiga.Di dalam CV ada dua jenis hubungan hukum, ialah hubungan hukum ke dalam dan hubungan hukum ke luar.Hubungan hukum ke dalam meliputi hubungan kerja antar sesama sekutu komplementer dan antar sekutu komplementer dan sekutu komanditer.Hubungan hukum ke luar meliputi hubungan hukum antar sekutu dengan pihak ketiga. Hubungan hukum antar sekutu komplementer dan sekutu komanditer tuduk pada ketentuan pasal 1624 sama 1641 KUHPerdata.

Dalam CV hanya sekutu komplementer yang dapat mengadakan hubungan dengan pihak ketiga.Jadi yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga hanya sekutu komplementer. Pihak ketiga hanya dapat menagih kepada sekutu komplementer dengan menyerahkan sejumlah pemasukan ( pasal 19 ayat 1 KUHD ). Sedangkan yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga hanya sekutu komplementer. Dengan kata lain sekutu komplementer hanya bertanggung jawab ke dalam sedangkan sekutu komplementer bertanggung jawab ke luar dan ke dalam.

Dalam pasal 20 ayat 1 KUHD di tentukan, bahwa sekutu komanditer tidak boleh memakai namanya sebagai nama firma.

Dalam ayat 2 di tentukan, bahwa sekutu komanditer tidak boleh melakukan pengurusan walaupun dengan surat kuasa.


(12)

Apabila sekutu komanditer melanggar pasal ini, maka menurut ketentuan pasal 21 KUHD ia bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Ini berarti tanggung jawabnya sama dengan sekutu komplementer.

Dalam soal pengurusan persekutuan, sekutu komanditer di larang melakukan pengurusan meskipun dengan surat kuasa. Ia hanya boleh mengawasi pengurusan, jika ditentukan dalam anggaran dasar persekutuan. Apabila ketentuan ini di langgar, pasal 21 KUHD memberi sangsi, bahwa tanggung jawab sekutu komplementer secara pribadi untuk keseluruhan.

Adapun untuk kedudukan hukum persekutuan komanditer adalah Apabila suatu perseroan dikatakan sebagai badan hukum, berarti perseroan ini merupakan subjek hukum yaitu sebagai pengemban hak-hak dan kewajiban menurut hukum. Dengan demikian sama haknya seperti manusia, dapat memiliki kekayaan, dapat menggugat dan digugat di muka pengadilan. Dengan kata lain, dalam perseroan itu sama anggotanya secara bersama sama merupakan suatu kesatuan yang mempunyai hak-hak sendiri yang terpisah dari hak-hak-hak-hak para anggotanya, kesatuan yang mempunyai kewajiban sendiri yang terpisah dari kewajiban anggotanya, dapat bertindak sendiri di dalam dan diluar hukum.

Suatu badan, agar dapat merupakan badan hukum harus memenuhi syarat-syarat atau unsur-unsur sebagai berikut;37

a. Adanya harta kekayaan yang terpisah b. Mempunyai tujuan tertentu

37


(13)

c. Mempunyai kepentingan tersendiri d. Adanya organisasi yang teratur

Karena persekutuan komanditer ini pada hakekatnya adalah juga persekutuan firma dalam bentuk khusus, maka persoalan, apakah persekutuan firma badan hukum. Dengan begitu jawaban atas persoalan ini adalah sama saja dengan persoalan firman tersebut.

“Dalam persekutuan komanditer unsur-unsur seperti yang telah disebutkan di atas yang merupakan unsur human. Akan tetapi karena unsur formalnya yaitu pengesahan dari pemerintah (izin menteri kehakiman), belum terpenuhi maka menurut pendapat umum di Indonesia persekutuan komanditer belum merupakan badan hukum. Dengan demikian apabila unsur formalnya, yaitu pengesahan dari pemerintah sudah terpenuhi, maka persekutuan komanditer merupakan badan hukum”38

Bentuk perseroan ini tidak diatur secara tersendiri dalam KUHD melainkan digabungkan bersama dengan peraturan-peraturan mengenai perseroan firma. Tata cara pendirian persekutuan komanditer ini tidak jauh berbeda dengan persekutuan firma. Pada umumnya pendirian persekutuan komanditer selalu dengan akta notaris. Untuk mendirikan CV sama dengan PT yaitu dibutuhkan minimal 2 (dua) orang

C. Tata Cara Pendirian dan Berakhirnya Suatu Persekutuan Komanditer(CV)

38

Achmad Ichsan, Hukum Dagang, Lembaga perserikatan, Surat-Surat Berharga, Aturan-Aturan Angkutan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hlm. 129.


(14)

sebagai pendiri perseroan yang juga sekaligus bertindak sebagai pemilik perseroan yang terdiri dari persero aktif dan persero pasif. Para pendiri CV haruslah warga negara Indonesia dan kepemilikan perseroan 100% dimiliki oleh pengusaha lokal artinya keikutsertaan warga negara asing tidak diperbolehkan.Setiap Pendirian CV harus dibuat dengan akta otentik sebagai akta pendirian dan dilakukan oleh notaris yang berwenang di wilayah Republik Indonesia.

Yang harus di lakukan pertama kali untuk mendirikan Perseroan Komanditer (CV) adalah menetapkan kerangka anggaran dasar perseroan sebagai acuan untuk dibuatkan akta otentik sebagai akta pendirian oleh notaris yang berwenang. Di dalam akta pendirian yang memuat anggaran antara lain dimuat dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Nama persekutuan dan kedudukan hukumnya. 2. Maksud dan tujuan didirikan persekutuan. 3. Mulai dan berakhirnya persekutuan. 4. Modal persekutuan.

5. Penunjukan siapa sekutu biasa dan sekutu komanditer. 6. Hak, kewajiban, tanggung jawab masing-masing sekutu dan 7. Pembagian keuntungan dan kerugian persekutuan.

Akta pendirian tersebut kemudian didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana persekutuan komanditer tersebut berkedudukan. Setelah itu, iktisar akta pendirian persekutuan tersebut diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia.


(15)

1. Pendiri Perseroan.

Harus menetapkan nama para pendiri perseroan dengan ketentuan seperti dibawah ini:

a. Jumlah pendiri minimal 2 (dua) orang dan Warga Negara Indonesia.

b. Para pendiri juga dapat diangkat sebagai salah satu pengurus baik sebagai direktur atau komisaris dan jika anggota direktur atau komisaris lebih dari satu orang maka salah satu dapat diangkat menjadi Direktur Utama atau Komisaris Utama.

2. Nama Perseroan

Harus menetapkan nama dan tempat kedudukan perseroan melakukan kegiatan usaha: a. Pemakaian nama Perseroan Komanditer tidak diatur oleh secara khusus oleh Undang-undang atau peraturan pemerintah artinya kesamaan atau kemiripan nama perseroan di perbolehkan.

b. Kedudukan perseroan harus berada di wilayah Republik Indonesia dengan menyebutkan nama kota/kabupaten sebagai tempat perseroan melakukan kegiatan usahadan sebagai kantor pusat perseroan.

3. Maksud & Tujuan serta Kegiatan Usaha

Harus menetapkan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha seperti dibawah ini: a. Setiap perseroan yang didirikan dapat melakukan kegiatan usaha yang sama dengan perseroan lain atau berbeda, bersifat khusus atau umum sesuai dengan keinginan para pendiri perseroan. Namun ada beberapa bidang usaha yang hanya bisa dilaksanakan dengan ketentuan harus berbadan hukum PT.


(16)

b. Setiap perseroan yang didirikan harus mengemukakan kegiatan usaha yang akan di jalankan seperti kegiatan, serta proses lengkap yang akan dijalankan dalam kegiatan usaha.

4. Modal Perseroan

Didalam anggaran dasar perseroan komanditer (akta pendirian) tidak disebutkan besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan atau modal disetor.Penyebutan besarnya modal perseroan dapat dicantumkan dalam SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) atau Izin Operasional lainnya.

Adapun untuk berakhirnya suatu CV adalah sebagai berikut, mengingat persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah persekutuan firma (Pasal 20 KUHD) dan persekutuan firma adalah persekutuan perdata (pasal 16 KUHD) yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama, maka aturan mengenai berakhirnya persekutuan komanditer juga dikuasai oleh Pasal 1646-1652 KUHPerdata ditambah lagi dengan pasal 31-35 KUHD. Penyebab Berakhirnya suatu CV antara lain adalah:

1. Berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam akta pendirian.

2. Sebelum berakhirnya jangka waktu tersebut akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu.

3. Akibat perubahan akta pendirian.

Dalam pembubaran persekutuan komanditer sama dengan firma, harus di lakukan dengan akta otentik di muka notaris, didafatarkan dikepanitraan pengadilan negeri dan diumumkan dalam tambahan berita acara negara. Kelalaian pendaftaran dan pengumuman ini mengakibatkan tidak berlaku pembubaran, pengunduran diri,


(17)

pemberhentian, perubahan akta pendirian terhadap pihak ketiga ( pasal 31 KUHD). Pembubaran persekutuan komanditer memerlukan pemberesan, baik mengenai keuntungan maupun mengenai kerugian. Pembagian keuntungan dan pembebasan kerugian dilakukan menurut ketentuan dalam akta pendirian (anggaran dasar ). Apabila dalam akta pendirian tidak di tentukan, maka berlakulah ketentuan pasal 1633 sampai dengan 1635 KUHPerdata. Apabila pemberesan sudah selesai dilakukan, masih ada tersisa sejumlah uang, maka sisa uang tersebut dibagikan kepada semua sekutu sama seperti pembagian keuntungan dan pemberesan kerugian.

D. Kelebihan dan Kelemahan Pada Persekutuan Komanditer(CV)

Beberapa kelebihan CV dibandingkan dengan bentuk lain dari usaha firma dan PT adalah;39

1. Pendiriannya tidak terlalu rumit, yaitu dengan lisan maupun tulisan, bila dengan tulisan maka bisa dibuat akta otentik dengan akta notaris ataupun dengan akta di bawah tangan. Akta notaris sebagai alat pembuktian yang membuat kedudukan CV kuat apabila ia berhubungan dengan pihak ketiga. Sedangkan PT pendiriannya rumit dan harus membuat akta otentik, harus didaftarkan, disahkan serta disetujui diaftarkan serta diumumkan.

2. Bentuk badan ini juga telah mendapat kepercayaan masyarakat.

3. Lebih fleksibel terhadap suatu kegiatannya, yaitu tanggung jawab terbatas pada sekutu komanditer dan sekutu aktif yang mempunyai tanggung jawab yang tidak

39

Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm. 40.


(18)

terbatas dalam hal ini banyak pengusaha kecil dan menengah terutama perusahaan keluarga memilih bentuk ini. Firma tidak dapat menjadi sekutu komanditer, karena semuanya harus memasukkan sesuatu sedangkan CV tidak perlu, karena ada sekutu aktif yang akan mengurus perusahaan dan yang memasukkan sesuatu hanya sekutu komanditer.

4. Struktur organisasi tidak terlalu rumit dibandingan dengan PT, dimana organ PT terdapat komisaris, pemegang saham, dan anggota direksi sedangkan CV hanya sekutu komanditer dan sekutu komplementer.

5. Laba yang di peroleh CV hanya dikenakan pajak satu kali, yaitu pada badan usaha saja, dan pembagian keuntungan atau laba yang diberikan kepada sekutu komanditer tidak lagi dikenakan pajak (pasal 4 ayat (3) huruf 1 undang-undang No. 17 tahun 2000 mengenai pajak penghasilan). Sedangkan PT mendapat dua kali pengenaan pajak yaitu pada badan usahanya dan pembagian deviden kepada pemegang sahamnya.

6. Modal yang dibutuhkan untuk mendirikan CV dan menjalankan CV tidak tentukan, dapat besar maupun kecil sehingga banyak perusahaan kecil dan menengah yang banyak memilih bentuk ini. Sedangkan PT membutuhkan dana yang cukup besar untuk mendirikan dan menjalankan usahanya sehingga banyak pengusaha besar yang memilih bentuk PT.

Adapun kelemahan pada CV adalah sebagai berikut, beberapa kelemahan bentuk usaha CV adalah:

1. Apabila sekutu komanditer menjadi sekutu aktif, maka tanggung jawabnya akan menjadi tanggung jawab pribadi sesuai dengan pasal 21 KUHD.


(19)

2. Status hukum badan usaha CV adalah bukan badan hukum, sehingga tidak banyak dilakukan oleh pengusaha yang melakukan kegiatan usaha besar. Seperti kita ketahui bahwa untuk mengerjakan proyek-proyek besar di butuhkan badan usaha yang statusnya badan hukum, yaitu PT.

3. CV tidak dapat menumpuk modal dengan jalan menghimpun modal dari pemegang sahamnya. Berbeda dengan PT yang dapat menumpuk modal dengan jalan menghimpun modal dari pemegang sahamnya.40

40


(20)

BAB IV

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PADA CV. KARYA

MAKMUR PERKASA KOTA BINJAI

A. Pelaksanaan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Kriteria UMKM pada CV. Karya Makmur Perkasa

Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa Perseroan Komanditer atau

commanditaire vennootschap (CV) adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu

perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab solider) pada satu pihak dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldschieter) pada pihak yang lain. Adapun dasar pikiran dan pembentukan perseroan iniadalah seorang atau lebih mempercayakan uang atau barang untuk digunakan di dalam perniagaan atau lain perusahaan kepada seorang lainnya atau lebih yang menjalankan perusahaan itu saja yang pada umumnya berhubungan dengan pihak-pihak ketiga, karena itu pula si pengusaha bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga, dan tidak semua anggotanya yang dapat bertindak keluar.

CV. Karya Makmur Perkasa didirikan dengan akta Notaris halimah pada Tanggal 02 Oktober 2015, berkedudukan dan berkantor pusat di kelurahan mencirim kecamatan medan timur kota Binjai.Akta notaris pendirian CV bernomor 10 tersebut didirikan oleh Edwardsyahdan Muhammad Imam Fauzi sebagai pelepas uang yang sepakat mendirikan persekutuan komanditer bernama CV. Karya Makmur Perkasa yang sesuai dengan pasal 1 di dalam akta notaris Halimah Kota Binjai.


(21)

CV. Karya Makmur Perkasa juga memiliki tujuan didirikannya usaha yang tercantum pada pasal 2 dalam notaris Halimah, yaitu:

a. Mendirikan dan menjalankan usaha pembelian, penjualan, dan pengelolaan limbah.

b. Mendirikan dan menjalankan usaha-usaha sebagai pemnborong umum

(General Contractor), terutama dalam bidang pembangunan, industri

termasuk di dalamnya usaha pemborong bangunan-bangunan, jembatan-jembatan, jalan-jalan, konstruksi baja, pemasangan instalasi air bersih (leading), pengairan (irigasi), instalasi listrik dan telekomunikasi, mesin-mesin dan lain-sebagainya, termasuk didalamnya perencanaan pelaksanaan; c. Mendirikan dan menjalankan usaha real estate yaitu mendirikan bangunan dan

perumahan baik tipe sederhana maupun tipe menengah lengkap dengan prasarana lainnya baik berupa jalan-jalan, taman-taman, sekolahan, gedung olahraga, klinik (rumah sakit), dan lain-lain atau developer;

d. Menjalankan usaha dalam bidang pengadaan barang-barang terutama alat-alat kantor (ATK), komputer, alat- alat rumah tangga dan bahan-bahan bangunan e. Menjalankan usaha dalam bidang pengadaan buku bacaan, alat peraga

pendidikan, audio visual, alat-alat olahraga dan alat ukur;

f. Menjalankan usaha dalam bidang pengadaan buku bacaan, alat peraga pendidikan, audio visual, alat-alat olahraga dan alat ukur;

g. Menjalankan usaha dalam bidang pengadaan alat-alat laboratorium, survei dan furniture;


(22)

h. Menjalankan usaha dalam bidang pengadaan mesin-mesin, alat suku cadang, alat berat dan perpipaan;

i. Menjalankan usaha-usaha pengangkutan di darat dengan menggunakan kendaraan bermotor (transport);

j. Menjalankan usaha perbengkelan atau mekanikal dan elektrikal;

k. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang pengadaan alat-alat kesehatan, alat- l. alat laboratorium kedokteran, farmasi, obat-obatan dan bahan kimia;

m. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang pengadaan bahan pangan dan konveksi/pakaian jadi/olah raga;

n. Menjalankan usaha persewaan, reklame, kerajinan tangan;

o. Menjalankan usaha penjualan alat-alat dan bibit-bibit pertanian, perkebunan, peternakan serta kehutanan.

p. Menjalankan usaha-usaha perkebunan, pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan serta bahan pangan;

q. Menjalankan usaha dalam bidang jasa, Event Organizer dan dalam bidang

Advertising;

r. Menjalankan usaha dijasa telekomunikasi (mengelola warung internet dan sarana telekomunikasi lainnya), satu dan lain sepanjang tidak bertentangan dengan syarat-syarat dan ketentuan yang telah dan/atau akan ditetapkan oleh yang berwenang;

s. Mendirikan dan menjalankan usaha dibidang industri mesin-mesin serta industri yang ada hubungannya dengan hasil-hasil pertambangan, perkebunan, pertanian, perternakan dan perikanan serta bahan pangan;


(23)

t. Menjalankan usaha-usaha sebagai distributor, dealer, leveransir, grosir dan

suplier untuk segala jenis barang;

u. Menjalankan usah-usaha yang bertalian dengan usaha agrobisnis;

v. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang jasa, kecuali jasa dalam bidang hukum dan pajak.

v. Menjalankan usaha-usaha lainnya yang dapat membawa keuntungan bagi perseroan.

Besaran modal pendirian CV pada umumnyatidak di ditentukan, besar kecilnya modal tidak dapat menghalangi suatu usaha untuk dapat memilih bentuk usaha persekutuan komanditer, Besaran asset yang dimiliki CV. Karya Makmur Perkasa ini sesuai dengan surat izin perdagangannya adalah Rp.300.000.000.- (Tiga Ratus Juta Rupiah).

Selanjutnya, di dalam anggaran dasar CVdisebutkan bahwa perseroan CV ini dapat dibubarkan sewaktu-waktu apabila para persero semuanya menghendaki pembubaran itu. Pembubaran perseroan CV tidak mengurangi hak dari masing-masing persero untuk keluar dari perseroan ini pada tiap-tiap akhir tahun buku, dengan ketentuan memberitahukan kehendak itu pada persero lainnya sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum itu (surat tercatat tertulis).

Kemudian kriteria UMKM menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu:

1.Kriteria usaha mikro:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau


(24)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria usaha kecil adalah:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria usaha menengah adalah:41

1. Dari isi akta kelahirannya ini dapat disimpulkan bahwaCV. Karya Makmur Perkasa Kota Binjaiini adalah unit UMKM yang berbentuk persekutuan

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

Dari penjelasan tentang CV. Karya Makmur Perkasa dan kriteria UMKM menurut Undang-Undang di atas, Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tentang kriteria pada CV. Karya Makmur Perkasa ini adalah:

41


(25)

komanditer(CV) yang didaftarkan atas nama 2 orang dimana salah satu dari seseorang tersebut merupakan sebagai pemberipinjaman uang yang sesuai dengan KUHD 19 ayat (1) KUHD yang berbunyi: “De vennootschap bij wijze van geldschieting, anders an comanndite genamd, wordt aangegaan tussen eene persoon, of tussen meerdere hoofdelijk vor het geheel aansprakelijke vennoten, en eene of

meer andere personen als geldschieters.” (persekutuan secara melepas uang, yang

juga disebut persekutuan komanditer, didirikan atas satu atau beberapa orang yang bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan dengan satu atau beberapa orang pelepas uang), dapat dikatakan sebagai suatu badan usaha dan memiliki kerangka anggaran dasar perseroan sebagai acuan untuk dibuatkan akta otentik sebagai akta pendirian oleh notaris yang berwenangsebagai usaha yang berbentuk CV serta memenuhi unsur dari perseroan perdata sesuai dengan KUHPerdata pada pasal 1618 yang berbunyi : “Perseroan Perdata adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, yang berjanji untuk memasukkan sesuatu kedalam perseroan itu dengan maksud supaya keuntungan yang diperoleh dari perseroan itu di bagi di antara mereka.“42

2. Bahwasanya CV. Karya Makmur Perkasa merupakan termasuk UMKM dengan kategori usaha kecil,43

a.memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

dimana kriteria usaha kecil adalah:

42

Yudha Pandu,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Indonesia Legal Center Publishing, Jakarta, hlm. 305.

43


(26)

b.memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).44

Pendapat lainmenyebutkan, bahwa secara umum usaha kecil memiliki karakteristik sebagaiberikut:

ciri-ciri usaha kecil adalah :

1. Jenis barang / komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah.

2. Lokasi / tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.

3. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan / manajemen keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.

4. Memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnnya termasuk NPWP.

5. Sumberdaya manusia (pengusaha) sudah mulai / lebih maju rata-rata berpendidikan SMU namun masih perlu ditingkatkan pengetahuan usahanya dan sudah ada pengalaman usaha, namun jiwa wirausahanya masih harus ditingkatkan lagi.

6. Sebagian sudah mulai mengenal dan berhubungan dengan perbankan dalam hal keperluan modal, namun sebagian besar belum dapat membuat businessplanning, studi kelayakan dan proposal kredit kepada bank sehingga masihsangat memerlukan jasa konsultan/pendampingan.

45

44

Try Widiyono, Loc.cit.

45

Anoraga, Panji dan Djoko Sudantoko, Loc.cit.

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar.


(27)

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi. 3. Modal terbatas.

4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas. 5. Kemampuan pemasaran dan negoisasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas. 6. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah.

B. Pemberdayaan UMKM pada CV. Karya Makmur Perkasa Menurut

Undang-Undang no.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Dengan disahkannya Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada tanggal 4 Juli tahun 2008, kini Indonesia telah memiliki definisi UMKM yang lebih lengkap dan dasar hukum baru yang lebih jelas bagi para pelaku usaha UMKM termasuk pelaku usaha pada CV. Karya Makmur Perkasa dalam upaya untuk mengembangkan dan memberdayakan usaha-nya. Undang-undang ini juga memiliki definisi UMKM yang lebih luas serta spesifik dibanding dengan UU lama yaitu UU No. 5 Tahun 1995dimana UU No. 5 Tahun 1995 yang lama hanya mendefinisikan untuk usaha kecil, Definisi tersebut didasarkan pada kriteria usaha, yaitu aset/kekayaan bersih dan atau omset/penjualan tahunan tanpa memasukkan adanya penjelasan yang jelas tentang usaha mikro. Bagi BI(Bank Indonesia) sebagai lembaga yang menerbitkan data statistik kredit UMKM, pemberlakuan tentang UU UMKM berdasarkan kriteria usaha yang jelas adalah suatu hal yang perlu bahkan menjadi keharusan untuk mensosialisasikannya karena berdampak kepada data statistik kredit UMKM yang selama ini menggunakan kriteria


(28)

kredit UMKM berdasarkan plafon kredit Mikro, Kecil dan Menengah (Kredit MKM) sejak tahun 2003.46

Dikarenakan undang-undang ini unsurnya adalah pemberdayaan yang bersifat menyeluruh dan umum terhadap para pelaku usaha UMKM termasuk pelaku usaha pada CV. Karya Makmur Perkasa ini maka secara tidak langsung undang-undang ini menjadi suatu landasan hukum dalam pemberdayaan CV. Karya Makmur Perkasa dikarenakan UMKM ini sesuai dan telah memenuhi syarat untuk dapat dikatakan sebagai suatu UMKM di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Tidak hanya definisi yang lebih jelas namun undang-undang ini juga mangandung pasal-pasal tentang pengembangan dan pemberdayaan di dalamnya dengan menekankan pentingnya sinergi yang berkesinambungan antara pemerintah, daerah serta para pelaku usaha.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, tentang UMKM ini terdiri dari 11 bab, 44 Pasal, dan 45 ayat. Diantara pasal-pasal tersebut terdapat 5 Pasal yang mendelegasikan secara tegas pengaturan beberapa substansi secara lebih detail dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP). Pertama, Pasal 12 ayat (2), tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Usaha bagi UMKM. Kedua, Pasal 16 ayat (3) tentang Tata Cara Pengembangan UMKM. Ketiga, Pasal 37, tentang Kemitraan. Keempat, Pasal 38 ayat (3), tentang Penyelenggaraan Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan UMKM. Kelima, Pasal 39 ayat (3), tentang Tata Cara Pemberian Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Dalam Hubungan Kemitraan Usaha.

46


(29)

Mikro, Kecil, dan Menengah untuk selanjutnya agar dapat dikembangkan dan diberdayakan sesuai dengan isi dari pada undang-undang tersebut. Esensi dari pemberdayaan yang dimaksud dalam undang-undang ini sendiri adalah unsur penciptaan iklim usaha serta pembinaan dan pengembangan. Penciptaaniklimusaha merupakan refleksidari tugas Pemerintah yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kebijakan, peraturan dan perundangan yang mengarahkan untuk mengatasi permasalahan ekternal yang dihadapi UMKM dan memfasilitasi terbukanya peluang berusaha secara berkeadilan. Pada undang-undang ini penciptaan iklim usaha mencakup aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, perijinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan.

Pendekatan pemberdayaan yangditekankan di undang-undang ini adalahcara yang sangat penting untuk dilakukan agar proses dan dinamika pemberdayaan itu sendiri mencapai tujuan secara tepat, terukur dan dapat diterima sebagai suatu wujud capaian guna mencapai tujuan dari pada permberdayaan UMKM itu sendiri, adapun tujuan pemberdayaan menurut Pasal 5 Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah sebagai berikut;

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,berkembang,danberkeadilan.

2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri

3. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah,penciptaan lapangan kerja,pemerataan pendapatan,pertumbuhan ekonomi,dan pengentasan kemisikinan.


(30)

Dalam konteks undang-undang ini arah pendekatan yang ini arah pendekatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Pendekatan pemberdayaan usaha mikro berorientasi terhadap:

1) Penanggulangan pengangguran dengan penciptaan lapangan kerja sendiri; 2) Pro pengurangan kemiskinan

3) Gender;

4) Penyeimbang celah (gap) atas kesenjangan dan keadilan. b. Pemberdayaan Usaha Kecil, pendekatannya berorientasi kepada:

1) Orientasi pemotivasian untuk belajar berusaha; 2) Mendorong peningkatan investasi sektor riil;

3) Mendorong tumbuhnya kemandirian agar mampu berkiprah di area ”pasar” yang sesungguhnya;

4). Memperluas kapasitas dan jangkauan pasar.

c. Pemberdayaan usaha menengah, pendekatannya berorientasi kepada upaya untuk:

1) Mendorong pertumbuhan dan keberlanjutan usaha; 2) Meningkatkan kapasitas dan nilai tambah produksi; 3) Mendorong perluasan pasar domestik dan ekspor;

4) Meningkatkan kapasitas daya serap kredit dan pemanfaatan pasar modal sebagai alternatif pendanaan usaha.

Dikarenakan CV. Karya makmur Perkasa merupakan UMKM yang dengan kriteria usaha kecil maka pendekatan untuk pemberdayaannya adalah pendekatan yang berorientasi kepadaorientasi pemotivasian untuk belajar berusaha, mendorong


(31)

peningkatan investasi sektor riil, mendorong tumbuhnya kemandirian agar mampu berkiprah di area ”pasar” yang sesungguhnya, dan memperluas kapasitas dan jangkauan pasar.

Sesuai dengan pemberdayaan usaha kecil yang berorientasi seperti yang disebutkan tadi, CV. Karya Makmur Perkasa melakukan kegiatan yang sesuai untuk mengembangkan usahanya tersebut seperti;

a. Terus berusaha dan memotivasi untuk terus maju dan melakukan yang terbaik demi berkembangnya usaha.

b. Meningkatkan mutu dan kualitas produksi,

c. Memandirikan usaha ini agar tidak bergantung kepada dana bantuan pemerintah walaupun dibutuhkan.

d. Serta memperluas relasi dengan UMKM yang terkait untuk memperluas jangkauan pasar.

Selain soal pemberdayaan tadi, undang-undang ini juga telah memberikan porsi pengaturan bersifat umum untuk semua pelaku UMKM namun ada pula bagian pengaturan yang bersifat khusus hanya untuk pelaku usaha tertentu, yaitu usaha mikro dan kecil saja dan atau bagi usaha menengah saja, hal Ini disebabkan dasar kebutuhan dari ketiga rumpun bisnis UMKM itu memang dalam tingkatan kemampuan yang berbeda sehingga perlu diatur secara berbeda. Kemudian undang-Undang ini juga memiliki pengaturan tentang pembiayaan dan penjaminan yang diberlakukan berbeda antara pembiayaan dan penjaminan bagi usaha mikro dan usaha kecil dengan pembiayaan dan penjaminan untuk usaha menengah sehingga perbedaanya lebih jelas dan tampak di antara keduanya.


(32)

Di dalam undang-undang ini, koordinasi juga merupakan suatu cara yang ditekankan untuk menciptakan kebersamaan agar terciptanyasinergi atas semua unsur pelaku, sumber daya, waktu dan tenaga serta pikiran yang dicurahkan.Pihak yang melakukan koordinasi dan pengendalian terhadap UMKM iniadalah Menteri yang membidangi pemberdayaan UMKM. Koordinasi dilaksanakan dengan pengintegrasian kebijakan. Termasuk menciptakan program,pelaksanaan, pemantauan , evaluasi, dan pengendalian umum terhadap pelaksanaan pemberdayaan UMKM.

C. Hambatan dan Kendala Dalam Penerapan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pada CV. Karya Makmur Perkasa

Pasal 38 UU Nomor 20 Tahun 2008 menyatakan; ayat (1) Menteri melaksanakan koordinasi dan pengendalian pemberdayaan UMKM ayat (2) Koordinasi dan pengendalian pemberdayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara nasional dan daerah yang meliputi: penyusunan dan pengintegrasian kebijakan dan program, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, serta pengendalian umum terhadap pelaksanaan pemberdayaan UMKM, termasuk penyelenggaraan kemitraan usaha dan pembiayaan UMKM. Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan koordinasi dan pengendalian pemberdayaan UMKM diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 21 UU Nomor 20 Tahun 2008, ayat (1) menyatakan bahwa; pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil. Ayat (2) Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan


(33)

bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada usaha mikro dan kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya. Ayat (3) usaha besar nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan yang dialokasikan kepada usaha mikro dan kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya. Ayat (4) pemerintah, pemerintah daerah, dan dunia usaha dapat memberikan hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk usaha mikro dan kecil. Ayat (5) pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan insentif dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kepada dunia usaha yang menyediakan pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil.

Pasal 25 UU Nomor 20 Tahun 2008 Tentang usaha Mikro, Kecil dan Menengah, ayat (1) menyatakan bahwa; pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan, yang saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan. Ayat (2) Kemitraan antarusaha mikro, kecil, dan menengah dan kemitraan antara usaha mikro, kecil, dan menengah dengan usaha besar mencakup proses alih keterampilan di bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia, dan teknologi. Ayat (3) Menteri dan menteri teknis mengatur pemberian insentif kepada usaha besar yang melakukan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui inovasi dan pengembangan produk berorientasi ekspor, penyerapan tenaga kerja, penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.


(34)

Bahwa pada dasarnya UU Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah memberikan landasan yang kuat bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk berperan aktif dalam pemberdayaan UMKM, bahkan untuk aspek perizinan ada penegasan untuk menerapkan sistem layanan satu pintu dan membebaskan biaya perizinan bagi usaha mikro. UU Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah juga menegaskan perlunya peningkatan perspektif pembangunan UMKM lintas pelaku serta perlunya paradigma dan kebijakan yang inovatif dalam mengimplementasikannya secara benar dan efektif.

Dalam pengembangkan usahanya, UMKM ini menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal, permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: aksesbilitas, manajemen, permodalan, teknologi, bahan baku, informasi dan pemasaran, infrastruktur, birokrasi dan pungutan, kemitraan. Dari beragamnya permasalahan yang dihadapi UMKM, nampaknya permodalan tetap menjadi salah satu kebutuhan penting gunamenjalankan usahanya, baik kebutuhan modal kerja maupun investasi.47

Ada beberapa faktor penghambat berkembangnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) antara lain kurangnya modal dan kemampuan manajerial yang rendah. Meskipun permintaan atas usaha mereka meningkat karena terkendala dana maka sering kali tidak bisa untuk memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang tata

47

Hasil wawancara dengan Edwardsyah selaku Direktur CV. Karya Makmur Perkasa Kota Binjai.


(35)

caramendapatkan dana dan keterbasan kemampuan dalam membuat usulan untuk mendapatkan dana.

Beberapa kendala yang dihadapi UMKM, antara lain :

1. Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UMKM (basicproblems), antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hukum yang umumnya non formal, sumber daya manusia (SDM), pengembangan produk dan akses pemasaran;

2. Permasalahan lanjutan (advanced problems), antara lain pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hukum yang menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan serta peraturan yang berlaku di negara tujuan ekspor;

3. Permasalahan antara (intermediate problems), yaitu permasalahan dari instansi terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam hal manajemen keuangan, agunan dan keterbatasan dalam kewirausahaan. Dengan pemahaman atas permasalahan di atas, akan dapat ditengarai berbagai problem dalam UMKM dalam tingkatan yang berbeda, sehingga solusi dan penanganannya pun seharusnya berbeda pula.

Kendala yang dihadapi CV. Karya Makmur Perkasa, dalam penerapan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 antara lain:48

1. Teknologi

48


(36)

Penelusuran studi mengatakan bahwa komoditi yang dihasilkan CV. Karya Makmur Perkasa masih mempergunakan teknologi relatif rendah.Sementara negara maju lainnya pengembangannya berorientasi kepada teknologi maju.Berangkat darisituasi tersebut daya saing produknya didaerah relatif kalah bersaing dibanding produk-produk dari negara-negara yang sudah berorientasi pada teknologi maju.Kendala penggunaan teknologi terbesar adalah biayanya yang cukup besar.Sering terjadi peluang pasar meningkat tetapi tak mampu memanfaatkannya karena tidak tersedianya teknologi yang memungkinkan peningkatan produktivitas. 2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Selama ini sebagian besar tenaga kerja yang bergerak dalam usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi bukan merupakan tenaga kerja yang profesional, yang mampu mengelola usaha dengan baik.

3. Manajemen

Manajemen Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan salah satu faktor daya saing yang sangat penting. Banyak perusahaan yang punya teknologi, sumber daya manusia dengan skill yang memadai dan modal yang cukup, namun kinerja masih belum memenuhi harapan.

4. Permodalan

Perkembangan permodalan para pengusaha mikro, kecil dan menengah hingga kini masih relatif lambat, dan karenanya masih sering memerlukan bantuan baik dari pemerintah maupun dari pengusaha besar.Modal adalah bagian yang tak terpisahkan dalam usaha pengembangan suatu bisnis, karena itu akses modal baik yang berwujud kredit, barang produksi merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam


(37)

meningkatkan daya saing pengusaha mikro, kecil dan menengah.Kalangan perbankan masih sering menilai para pengusaha mikro, kecil dan menengah belum dapat berorientasi pada bank.

5. Organisasi dan Kelembagaan

Masih banyak terjadi bahwa perusahaan-perusahaan yang termasuk UMKM belum menunjukkan kejelasan prinsip-prinsip organisasi seperti kejelasan tujuan, kejelasan misi, kejelasan aktivitas, kejelasan rentang kendali.Adalah kenyataan pada umumnya para Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah sering menggunakan tipe organisasi yang sangat sederhana yang akibatnya berpengaruh terhadap perkembangan dan peningkatan daya saing.

Permasalahan yang sering dihadapi UMKM khusus CV. Karya Makmur Perkasa antara lain: 49

1. Kesulitan pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UMKM.Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor.

2. Keterbatasan finansial

UMKM, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial: mobilisasi modal awal (start-up capital) dan akseske modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan

49


(38)

output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi.

3. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM)

Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro dan kecil, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing,teknik pemasaran, dan penelitian pasar.

4. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan bahan baku yang terbatas serta harga bahan baku yang tinggi.

5. Keterbatasan teknologi

Keterbatasan teknologi khususnya usaha-usaha rumah tangga (mikro), disebabkan oleh banyak faktor di antaranya, keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru atau untuk menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi atau mesin-mesin dan alat-alat produksi baru, dan keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru atau melakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi.


(39)

Penerapan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah di CV.Karya Makmur Perkasa Kota Binjai masih belum maksimal, meliputi beberapa aspek seperti pengembangan produksi, pengolahan industri, pengembangan pemasaran, pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan desain teknologi industri. Belum maksimalnya penerapan pengembangan industri kecil di CV. Karya Makmur Perkasa Kota Binjai dipengaruhi oleh masih kurangnya komunikasi kepada implementor kebijakan yakni pemerintah pusat maupun daerah serta pelaku industri kecil selaku target group kebijakan. minimnya dukungan sumber daya baik SDM, sarana dan prasarana, sumber pendanaan, serta kurangnya komitmen/disposisi implementor kebijakan dan stuktur birokrasi yang belum sesuai dengan tujuan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 ini terlihat pada kondisi usaha CV. Karya Makmur Perkasa di Kota Binjai.50

50


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dalam bab V penulis menyimpulkan hasil pembahasan guna menjawab dan mengidentifikasi permasalahan yang ada diantaranya adalah :

1. Daripenjelasan tentang CV. Karya Makmur Perkasa dan kriteria UMKM menurut Undang-Undang di atas, Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tentang kriteria pada CV. Karya Makmur Perkasa ini adalah isi akta kelahirannya ini dapat disimpulkan bahwa CV. Karya Makmur Perkasa Kota Binjaiini adalah unit UMKM yang berbentuk persekutuan komanditer (CV) yang didaftarkan atas nama 2 orang dimana salah satu dari seseorang tersebut merupakan sebagai pemberi pinjaman uang yang sesuai dengan KUHD 19 ayat (1) KUHD dan termasuk kedalam kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah.

2. Menurut pendekatan pemberdayaannya CV. Karya makmur Perkasa merupakan UMKM yang dengan kriteria usaha kecil maka pendekatan untuk pemberdayaannya adalah pendekatan yang berorientasi kepada orientasi pemotivasian untuk belajar berusaha, mendorong peningkatan investasi sektor riil, mendorong tumbuhnya kemandirian agar mampu berkiprah di area ”pasar” yang sesungguhnya, dan memperluas kapasitas dan jangkauan pasar serta


(41)

telah menjalankannya guna mencapai tujuan pemberdayaan menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah

3. Hambatan dan kendala di CV. Karya Makmur Perkasa disebabkan oleh Penerapan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah di CV.Karya Makmur Perkasa Kota Binjai yang masih belum maksimal, meliputi beberapa aspek seperti pengembangan produksi, pengolahan industri, pengembangan pemasaran, pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan desain teknologi industri. Belum maksimalnya penerapan pengembangan UMKM di CV. Karya Makmur Perkasa Kota Binjai dipengaruhi oleh masih kurangnya komunikasi kepada implementor kebijakan yakni pemerintah pusat dan pemerintah daerah kepada pelaku UMKM selaku target group kebijakan, minimnya dukungan sumber daya baik SDM, sarana dan prasarana, sumber pendanaan, serta kurangnya komitmen/disposisi implementor kebijakan dan stuktur birokrasi yang belum sesuai dengan tujuan dari diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka dapat direkomendasikan saran, yaitu

1. Perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim usaha yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga


(42)

mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan, sehubungan dengan perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global.

2. Pemerintah diharapkan dapat menurunkan kembali tingkat bunga pada kredit usaha rakyat karena kredit usaha rakyat ini merupakan program pemerintah dalam membantu pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, menengah.

3 Memperhatikan berbagai aspek iklim usaha dan pemberdayaan UMKM sekarang ini, di mana belum sepenuhnya mampu mendorong UMKM untuk lebih produktif, efisien, dan berdaya saing, nampaknya komitmen untuk memberdayakan ekonomi rakyat harus diarahkan menjadi konsensus nasional. Kondisi nyata memperlihatkan perkembangan UMKM masih terkendala oleh berbagai masalah klasik yang bersifat struktural, tidak hanya dari aspek kebijakan makro, tetapi juga timbul dari sistem ketatanegaraan dan birokrasi yang belum kondusif, atau lebih jelasnya kurang berpihak kepada UMKM.

4. Perlu dibentuknya suatu tim khusus di bawah kementrian/pemerintahan pusat maupun daerah yang berfokus pada pengembangan dan pemberdayaan UMKM yang dapat bersentuhan langsung, mengawasi serta aktif merangkul para pelaku UMKM sehingga tujuan dari di terbitkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat berjalan sebagaimana semestinya dan dapat membantu mewujudkan cita-cita bangsa yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat.


(43)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI UMKM (USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH)

A. Definisi dan Kriteria UMKM

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.


(44)

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.16

6. beberapa Asia Tenggara : UMKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5 – 10 orang (Malaysia), atau 10 -99 orang (Singapura), dengan modal ± US$ 6 juta.

Definisi UMKM juga memiliki beragam variasi yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara yaitu:

1. World Bank : UMKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang, pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.

2. Amerika : UMKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.

3. Eropa : UMKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang, dikategorikan usaha rumah tangga.

4.Jepang : UMKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing dan retail/ service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal ¥ 50 juta – 300 juta. 5. Korea Selatan : UMKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤ 300 orang dan aset ≤ US$ 60 juta.

16

http://rendrarediantoni.wordpress.com/2013/05/14/definisi-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm/ diakses tanggal 11 Januari 2016


(45)

Bank Indonesia juga mengemukakan terdapat beberapa negara yang mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, diantaranya yaitu:

1. El Salvador (kurang dari empat orang untuk usaha mikro, antara lima hingga 49 orang untuk usaha kecil, dan antara 50 – 99 orang untuk usaha menengah)

2. Ekuador (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro)

3. Kolombia (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro, antara 10 – 50 orang untuk usaha kecil, dan antara 51 – 200 orang untuk usaha menengah)

4. Maroko (kurang dari 200 orang) 5. Brazil (kurang dari 100 orang)

6. Algeria (institusi non formal memiliki jumlah karyawan kurang dari 10 orang) Beberapa negara memiliki standar yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kombinasi dari berbagai tolok ukur dalam mendefinisikan UMKM berkaitan dengan dasar hukum. Afrika Selatan contohnya, menggunakan kombinasi antara jumlah karyawan, pendapatan usaha, dan total aset sebagai ukuran dalam kategorisasi usaha. Peru mendasarkan klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah karyawan dan tingkat penjualan per tahun. Costa Rica menggunakan sistem poin berdasarkan tenaga kerja, penjualan tahunan, dan total aset sebagai dasar klasifikasi usaha. Bolivia mendefinisikan UMKM berdasarkan tenaga kerja, penjualan per tahun, dan besaran asset.Sedangkan Republik Dominika menggunakan karyawan dan tingkat penjualan per tahun sebagai tolok ukur.Tunisia memiliki klasifikasi yang berbeda di bawah peraturan yang berbeda, namun terdapat konsensus umum yang mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah karyawan.


(46)

Selain itu, ada pula beberapa negara yang menggunakan standar ganda dalam mendefinisikan UMKM dengan mempertimbangkan sektor usaha.Afrika Selatan membedakan definisi UMKM untuk sektor pertambangan, listrik, manufaktur, dan konstruksi.Sedangkan Argentina menetapkan bahwa sektor industri, ritel, jasa, dan pertanian memiliki batasan tingkat penjualan berbeda dalam klasifikasi usaha.Malaysia membedakan definisi UMKM untuk bidang manufaktur dan jasa, masing-masing berdasarkan jumlah karyawan dan jumlah penjualan tahunan.

Adapun kriteria UMKM di bagi dalam 3 kriteria, 3 kriteria itu adalah sebagai berikut;

1.Kriteria usaha mikro:17

17

http://restafebri.blogspot.com/2009/03/pengertian-dan-kriteria-usaha-mikro_08.html. diakses tanggal 20 Januari 2016

a.Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b.Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

Usaha Mikro juga memiliki ciri antara lain;

1.Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; 3.Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;


(47)

4. Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;

5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Usaha mikro juga merupakan suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :

a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang;

b. Tidak sensitif terhadap suku bunga;

c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;

d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.18

18


(48)

2. Kriteria usaha kecil adalah:

a.Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b.Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).19

1. Jenis barang / komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah.

Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1995, ciri-ciri usaha kecil adalah :

2. Lokasi / tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.

3. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan / manajemen keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.

4. Harus sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnnya termasuk NPWP.

5. Sumberdaya manusia (pengusaha) sudah mulai / lebih maju rata-rata berpendidikan SMU namun masih perlu ditingkatkan pengetahuan usahanya dan sudah ada pengalaman usaha, namun jiwa wirausahanya masih harus ditingkatkan lagi.

6. Sebagian sudah mulai mengenal dan berhubungan dengan perbankan dalam hal

19

Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hlm. 77.


(49)

keperluan modal, namun sebagian besar belum dapat membuat

businessplanning, studi kelayakan dan proposal kredit kepada bank sehingga

masihsangat memerlukan jasa konsultan/pendampingan.

Pendapat lain dari menyebutkan, bahwa secara umum usaha kecil memiliki karakteristik sebagaiberikut:20

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar.

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi. 3. Modal terbatas.

4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas. 5. Kemampuan pemasaran dan negoisasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas. 6. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah.

Dengan demikian, usaha kecil merupakan usaha mikro ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang – undang ini.21

20

Anoraga, Panji dan Djoko Sudantoko, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil, PT. Rineka Cipta Jakarta, 2002, hlm. 224.

21


(50)

3. Kriteria usaha menengah adalah:22

1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, bagian produksi.

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b.Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

Ciri-ciri usaha menengah Menurut Inpres No. 10 tahun 1998 adalah:

2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan.

3. Telah melakukan aturan atau pengolalaan dan organisasi perburuhan, telah adanya jaminan social ketenagakerjaan, dan pemeliharaan kesehatan.

4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan.

5. Telah sering bermitra dan memanfaatkan pendanaan yang ada di bank.

6. Sumber daya manusianya sudah lebih meningkat, banyak yang sudah meraih kesarjanaannya sebagai manajer dan telah banyak yang memiliki jiwa wirausaha yang cukup handal.

22


(51)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang – undang ini.

B. Perkembangan UMKM dan Landasan Hukum UMKM

Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai pada satu titik atau puncak menuju kesuksesan.Perkembangan usaha di lakukan oleh usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju lagi.Menurut Purdi E. Chandra perkembangan usaha merupakan suatu keadaan tejadinya peningkatan omset penjualan.23

Menurut Soeharto Prawirokusumo perkembangan usaha termasuk perkembangan usaha dari UMKMini dapat dibedakan menjadi 4 tahap, yaitu tahap

conceptual, start up, stabilisasi, pertumbuhan (growth stage), dan kedewasaan.

Dikajian ini akan membahas perkembangan usaha dilihat dari tahapan conceptual, yaitu:24

23

Purdi E. Chandra, Trik Sukses Menuju Sukses, Grafika Indah, Yogyakarta, 2000, hlm. 121. 24

Prawirokusumo Soeharto, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, BPFE, Yogyakarta, 2010, hlm. 185-188.


(52)

1. Mengenal peluang potensial

Dalam mengetahui peluang potensial yang penting harus diketahui adalah masala-masalah yang ada dipasar, kemudian mencari solusi dari permasala-masalahan yang telah terdeteksi. Solusi inilah yang akan menjadi gagasan yang dapat direalisasikan.

2. Analisa peluang

Tindakan yang bisa dilakukan untuk merespon peluang bisnis adalah dengan melakukan analisa peluang berupa market research kepada calon pelanggan potensial.Analisa ini dilakukan untuk melihat respon pelanggan terhadap produk, proses, dan pelayanannya.

3. Mengorganisasi sumber daya

Yang perlu dilakukan ketika suatu usaha berdiri adalah memanajemen sumber daya manusia dan uang.Pada tahap inilah yang sering disebut sebagai tahap memulai usaha.Pada tahap ini dikatakan sangat penting karena merupakan kunci keberhasilan pada tahap selajutnya.Tahap ini bisa disebut sebagai tahap warming up.

4. Langkah mobilisasi sumber daya

Langkah memobilisasi sumber daya dan menerima resiko adalah langkah terakhir sebelum ke tahap start up.

Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada hakekatnya merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada mulanya tidak mengalami kemajuan yang sangat berarti baik dari segi kuantitas ataupun kualitasnya dikarenakan kurang mendapat perhatian serius dari pihak yang berwenang. Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1997/1998 dimana UMKM ternyata memiliki ketahanan yang relatif baik ketimbang


(53)

usaha besar maka perhatian pun langsung di tujukan terhadap perkembangan umkm baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.25 dan mulai menunjukkan peningkatan yang cukup berarti bagi perekonomian negara di era pasca reformasi. Perkembangan UMKM ini tidak terlepas dari adanya dukungan dari pihak pemerintah pusat maupun daerah terutama dari ayuran-aturan yang dikeluarkan. Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, maka kedepan perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut:26

Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu 1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.

2. Bantuan Permodalan

Pemerintah perlu memperluas kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UMKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk usaha kecil, mikro dan menengah sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada, maupun non bank.

3. Perlindungan Usaha

25

http://karyatulisilmiah.com/perkembangan-umkm-di-indonesia/ diakses tanggal 21 Januari 2016 26

Hafsah, Mohammad Jafar, Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Infokop 25, Jakarta, 2004, hlm. 40-44.


(54)

melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan (win-win solution).

4. Pengembangan Kemitraan

Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UMKM, atau antara UMKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha.Disamping itu juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian UMKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.

5. Pelatihan

Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan usahanya.Disamping itu juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan dilapangan untuk mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

6. Membentuk Lembaga Khusus

Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penumbuh kembangan UMKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi Kendala UMKM di lapangan.

Adapun yang menjadi landasan hukum UMKM adalah sebagai berikut:27

27

http://infoUMKM.wordpress.com/2008/08/12/undang-undang-dan-peraturan-tentang-UMKM/ diakses tanggal 21 Januari 2016


(55)

1. Untuk usaha kecil industri diatur oleh UU No. 9 Tahun 1995. 2. PP No. 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan.

3. PP No. 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.

4. Inpres No.10 Tahun 1999 Tentang Pemberdayaan Usaha Menengah. 5. Keppres No. 127 Tahum 2001 Tentang Bidang/Jenis Usaha yang

Dicadangkan Untuk Usaha yang Terbuka untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat kemitraan.

6. Keppres No. 56 Tahun 2002 Tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah.

7. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 Tentang program Kemitraan badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina lingkungan.

8. Undang-Undang No.20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

9. Dan PP No. 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

C. Kebijakan Pemerintah dalam Mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pancasila dan Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Peraturan Menteri Negara KUMKMRepublik


(56)

Indonesia Nomor : 02/Per/M.KUMKM/I/2008 ditegaskan bahwa pemerintah bertugas:

1. Menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan serta pemasyarakatan koperasi.

2. Memberikan bimbingan dan kemudahan kepada koperasi.

3. Memberikan perlindungan kepada koperasi. Pembinaan koperasi dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi nasional, serta pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.

Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan UMKM dan koperasi, maka kewajiban pemerintah adalah:

a. Memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada koperasi dan UMKM. b. Meningkatkan dan memantapkan kemampuan koperasi agar menjadi koperasiyang berkualitas, tangguh dan mandiri.

c. Mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara koperasi dengan badan usaha lainnya.

d. Membudayakan koperasi dalam masyarakat.

Dalam rangka pemberian perlindungan koperasi dan UMKM, pemerintahmengatur mekanisme untuk:28

2. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah berhasil 1. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh koperasi dan UMKM.

28


(1)

ABSTRAK

Muhammad Imam Fauzi*) EdyIkhsan**) Syamsul Rizal***)

Undang nomor 20 tahun 2008 adalah undang-undang yang mengatur tentang usaha mikro, kecil dan menengah. dari situ, sudah nampak jelas bahwa undang-undang tersebut mengatur tentang kegiatan usaha dan bisnis. Sebagaimana kita tahu, usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha yang banyak digeluti oleh masyarakat Indonesia pada saat ini. Permasalahan dalam penelitian ini dasar hokum dalam penerapkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,Kecil dan menengah. Penerapan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, danMenengahpadaCV.KaryaMakmur Perkasa. Kendala dalam penerapan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pada CV.Karya Makmur Perkasa.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris, artinya selain menekankan pada hokum dalam peraturan (law in the book) juga menekankan pada berlakunya hokum tersebut dalam masyarakat. Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah bersifat deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan serta menganalisa suatu peraturan hukum.

Dasar hokum dari Penerapan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 Tentang usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yaitu Pembukaan UUD tahun 1945 alinea empat Pasal 33 UUD 1945 pengembangan daya saing UMKM merupakan bagian dari kegiatan perekonomian. Penerapan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah di CV. Karya Makmur Perkasa Kota Binjai masih belum maksimal, meliputi beberapa aspek seperti pengembangan produksi, pengolahan industri, pengembangan pemasaran, pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan desain teknologi industri. Belum maksimalnya penerapan pengembangan industry kecil di CV. Karya Makmur Perkasa Kota Binjai dipengaruhi oleh masih kurangnya komunikasi kepada implementor kebijakan maupun pelaku industry kecil selaku

target group kebijakan, minimnya dukungan sumber daya baik SDM, sarana dan prasarana serta sumber pendanaan, kurangnya komitmen/disposisi implementor kebijakan dan struktur birokrasi yang belum sesuai dengan kondisi pelaku industry kecil di Kota Binjai.

Kata Kunci: Penerapan Undang-Undang, UMKM

*)Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **)Dosen Pembimbing I


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya lah penulis mampu menyelasaikan skripsi ini dengan judul “PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PADA CV. KARYA MAKMUR PERKASA KOTA BINJAI”. Sebagai sebuah karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat bagi setiap mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Sarjana (S.1) dibidang Ilmu Hukum.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, dukungan, semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., DFM., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan;

6. Ibu Rabiatul Syariah, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;


(3)

7. Bapak Edy Ikhsan, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Isaya yang telah banyak memberikan banyak waktu untuk membimbing, motivasi, pembelajaran dan nasehat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik;

8. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Kekhususan Perdata BW Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus merupakan Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu untuk membimbing, motivasi, pembelajaran dan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak Abdul Rahman, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis;

10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seluruhnya yang telah mendidik danmembimbingpenulis selamamenempuh pendidikan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11. Bapak Edwardsyah selaku Direktur CV. KaryaMakmur Perkasa, yang telah berkenan memberikan izin, waktu dan data-datanya dalam rangka penyusunan skripsi ini;

12. Teristimewa untuk kedua orang tua yang sangat penulis sayangi yaituEdo (Ayahanda) dan Ruslina (Ibunda). Terimakasih untuk setiap doa yang selalu menyebutkan nama penulis, untuk menjadi penyemangat bagi penulis, dan kepercayaannya bahwa penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan buat Ayahanda dan Ibunda Penulis;

13. Kepada kakak penulis yaitu Kak cellyAdriRiyanthi dan abang iparpenulis Bang Dolly sertaanak-anaknya yang jugamerupakankeponakan yang penulis


(4)

14. sayangi Habibie dan kaisha, dan adek penulis yang sangat penulis banggakan Dita Audina. Terima kasih karena sudah menjadi sumber semangat dan pendoa bagi penulis, khususnya dalam proses penyelesaian kuliah ini;

15. Kepada sahabat-sahabat terbaik penulis selama berada di bangku perkuliahan Adriza Siregar,Agus Syahputra, Ahmad Thohir Pane,Arnando A.T. Gea, Faisal Iswandi, IndaPuspita Sari, John Willy, Muhammad Fakhri, Muhammad Rifaldi Nasution, dan Ryan Samuel Aritonangyang selalu menyemangati dan membimbing penulis dalam segala situasi, serta seluruh teman-teman penulis lainnya, khususnya Grup D yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa, nasehat, dan juga dukungan semangat yang telah diberikan selama ini khususnya;

16. Segenap pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungan semangat yang telah kalian berikan.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 12 April 2016

MUHAMMAD IMAM FAUZI 110200020


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. Permasalahan ... 9

C. TujuanPenelitian ... 9

D. ManfaatPenulisan ... 10

E. MetodePenelitian ... 11

F. KeaslianPenulisan... 14

G. SistematikaPenulisan ... 15

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI UMKM (USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ……… 18

A. Definisi UMKM ... 18

B. Perkembangan UMKM danLandasanHukum UMKM ... 26

C. KebijakanPemerintahdalamMendukung Usaha Mikro, Kecil, danMenengah ... 30

D. Masalah-Masalah yang Dihadapi UMKM. ... 34

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG CV (COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP) ... 39


(6)

A. PengertianCommanditaireVennootschap (CV) sebagaiBadan Usaha 39

B. DasarHukum Persekutuan Komanditer (CV) danKedudukanHukum

Persekutuan Komanditer (CV) ... 45

C. Tata Cara PendiriandanBerakhirnyaSuatu Persekutuan Komanditer (CV) ... 48

D. KelebihandanKelemahanpada Persekutuan Komanditer (CV) .... 52

BAB IV PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PADA CV. KARYA MAKMUR PERKASA KOTA BINJAI ... 55

A. PelaksanaanUndang-Undang No. 20 Tahun 2008 TentangKriteria UMKM pada CV. KaryaMakmur Perkasa ... 55

B. Pemberdayaan UMKM pada CV. KaryaMakmur Perkasa MenurutUndang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, danMenengah ... 62

C. HambatandanKendalaDalamPenerapanUndang-Undang No. 20Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, danMenengahPada CV. KaryaMakmur Perkasa Kota Binjai.. ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA