Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien ODHA (Orang dengan HIV AIDS) di Klinik Pusyansus (Pusat Pelayanan Khusus) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

HIV-AIDS-ODHA

2.1.1

Pengertian
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu virus yang dapat

menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).Virus ini
menyerang manusia dan menyerang sel-sel darah putih atau sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, sehingga orang yang terserang penyakit ini tidak dapat melawan
berbagai jenis penyakit yang menyerang tubuhnya. Tanpa pengobatan, seorang
dengan HIV bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah terinfeksi, tergantung
tipenya. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan
defisiensi (kekurangan) sistem imun.
Sejarah HIV-AIDS diawali dari identifikasi sejenis simpanse sebagai
sumber infeksi HIV ke manusia di Afrika Selatan. Simian Immunodefiency Virus

(SIV) bermutasi menjadi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang diduga
terjadi akibat kontak darah dengan simpanse yang telah terinfeksi SIV. Perlahan
namun pasti, virus ini menyebar ke seluruh daratan Afrika dan bagian lain
diseluruh dunia. Di Indonesia, HIV pertama kali dilaporkan di Bali pada bulan
April 1987, terjadi pada orang berkebangsaan Belanda. Sejak pertama kali
ditemukan sampai dengan tahun 2011, kasus HIV-AIDS tersebar di 368 (73,9%)
dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Secara signifikan kasus
HIV-AIDS terus meningkat (Katiandagho, 2015).

10
Universitas Sumatera Utara

11

Menurut Kristina yang dikutip Syaiful (2000) mengatakan bahwa dalam
bahasa inggris orang yang terinfeksi HIV/AIDS itu disebut PLWHA ( People
Living with HIV/AIDS), sedangkan di Indonesia kategori ini diberi nama ODHA

(Orang dengan HIV/AIDS) dan OHIDA (Orang yang hidupdengan HIV/AIDS)
baik keluarga serta lingkungannya.

2.1.2

Cara penularan
Menurut Muma, dkk (1997), cara penularan atau transmisi HIV sangat

terbatas. Antara lain melalui Kontak seksual, terinfeksi oleh komponen darah dan
konsetrat faktor pembekuan darah yang terinfeksi, dan secara perinatal. HIV telah
diisolasi dari sejumlah cairan tubuh, termasuk darah saliva, semen, urin, cairan
serebrospinalis, dan keringat. Virus HIV seringkali menginfeksi sel limfosit T
helper (juga dikenal dengan nama T4+, CD4+, OKT 4+). Walaupun begitu,
temuan-temuan itu tidak begitu berarti bagi kesehatan masyarakat. Tidak ada
bukti yang menyatakan bahwa kontak dengan saliva atau air mata penderita dapat
menyebabkan seseorang terinfeksi HIV.
Selain itu menurut Katiandagho (2015), ada tiga cara penularan HIV/AIDS
adalah sebagai berikut:
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, ral maupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara paling umum terjadi, meliputi 80-90% dari total
kasus sedunia. Lebih mudah terjadi penularan apabila terdapat lesi penyakit
kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis,
gonorea, klamidia, kankroid dan trikomoniasis. Risiko pada seks anal lebih


Universitas Sumatera Utara

12

besar dibanding seks vaginal dan risiko juga lebih besar pada yang reseptive
dari pada yang insetive.
2. Kontak langsung dengan darah/produk darah/jarum suntik:
a) Transfusi darah/produk darah yang tercemar HIV, risikonya sangat tinggi
sampai lebih dari 90%.
b) Pemakainan jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
semritnya pada para pecandu narkotika suntik. Risikonya sekitar 0,5-1%.
c) Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan
risikonya sekitar kurang dari 0,5%.
3. Secara vertikal, dari ibu hamil mengidap HIV kepada bayinya, baik selama
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan. Risiko sekitar 25-40%.
2.1.3

Gejala klinis
Gejala-gejala dari infeksi akut HIV tidak spesifik, meliputi kelelahan,


ruam kulit, nyeri kepala, mual dan berkeringat di malam hari. AIDS ditandai
dengan supresi yang nyata pada sitem imun dan perkembangan infeksi
oportunistik berat yang sangat bervariasi atau neoplasma yang tidak umum
(terutama sarcoma Kaposi). Gejala yang lebih serius pada orang dewasa seringkali
didahului oleh gejala prodormal (diare dan penurunan berat badan) meliputi
kelelahan, malaise, demam, napas pendek, diare kronis, bercak putih pada lidah
(kandidiasis oral) dan limfadenopati. Gejala-gejala penyakit pada saluran
pencernaan, dari esophagus sampai kolon merupakan penyebab utama kelemahan.
Tanpa pengobatan interval antara infeksi primer oleh HIV dan timbulnya penyakit

Universitas Sumatera Utara

13

klinis pertama kali pada orang dewasa biasanya panjang, rata-rata sekitar 10 tahun
(Jawetz, dkk, 2005).
Dalam Pedoman Nasional Terapi Antiretoviral (DEPKES RI, 2007),
klasifikasi gejala klinis penyakit terkait HIV disusun untuk digunakan pada pasien
yang sudah didiagnosa secara pasti bahwa terinfeksi HIV dalam empat stadium

Klinik, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Stadium Klinik HIV
Stadium 1 Asimtomatik
Tidak ada penurunan berat badan
Tidak ada gejala atau hanya Limfadenopati Generalisata Persisten
Stadium 2 Sakit ringan
Penurunan berat badan 5-10%
ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
Luka disekitar bibir (keilitis angularis)
Ulkus mulut berulang
Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo-PPE (Pruritic papulareruption))
Dermatitis seboroik
Infeksi jamur kuku
Stadium 3 Sakit sedang
Penurunan berat badan > 10%
Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan
Kandidosis oral atau vaginal
Oral hairy leukoplakia
TB Paru dalam 1 tahun terakhir

Infeksi bakterial yang berat (pneumoni, piomiositis, dll)
TB limfadenopati
Gingivitis/ Periodontitis ulseratif nekrotikan akut
Anemia (HB < 8 g%), netropenia (< 5000/ml), trombositopeni kronis(

Dokumen yang terkait

Gambaran Faktor Resiko HIV/AIDS di Pusyansus RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011 - 2013

3 38 95

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi Pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

29 135 108

Karakteristik Penderita HIV/Aids Di Pusat Pelayanan Khusus (PUSYANSUS) Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006 – 2007

2 59 101

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik Medan

9 44 76

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Klinik Pusyansus (Pusat Pelayanan Khusus) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016

1 6 137

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien ODHA (Orang dengan HIV AIDS) di Klinik Pusyansus (Pusat Pelayanan Khusus) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016

0 0 15

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien ODHA (Orang dengan HIV AIDS) di Klinik Pusyansus (Pusat Pelayanan Khusus) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien ODHA (Orang dengan HIV AIDS) di Klinik Pusyansus (Pusat Pelayanan Khusus) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016

0 4 9

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien ODHA (Orang dengan HIV AIDS) di Klinik Pusyansus (Pusat Pelayanan Khusus) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016

0 0 3

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien ODHA (Orang dengan HIV AIDS) di Klinik Pusyansus (Pusat Pelayanan Khusus) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016

1 1 38