LAPORAN PRAKTIKUM I

LAPORAN PRAKTIKUM
BASIC SCIENCE IN NURSING II

Disusun oleh :
Ade Rosi
220110140060

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

LAPORAN PRAKTIKUM I
GERAK REFLEKS
Nama : Ade Rosi
NPM : 220110140060
Tanggal Praktikum : 1 Desember 2014

1. Tujuan Praktikum :
Untuk membuktikan adanya gerakkan – gerakkan refleks urat , dan urat gerakan pada
mata serta gerakkan refleks muntah pada seseorang.
2. Hasil Praktikum



Refleks kulit perut.

Terjadi kontraksi otot dinding perut dan sedikit gerakan refleks tangan (polisinaps)


Refleks kornea

Terjadi kedipan mata secara cepat (monosinaps)


Refleks cahaya

Pupil mata mengecil saat cahaya mendekat. (monosinaps)


Refleks Periost Radialis

Terjadi fleksi lengan bawah terhadap siku dan supinasi tangan (pergelangan tangan

berkontraksi ke atas). monosinaps


Refleks Periost Ulnaris

Terjadi pronasi tangan (pergelangan tangan berkontraksi ke arah bawah). monosinaps


Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)

Knee Pess Reflex (KPR)
Terjadi ekstensi tungkai kaki (tungkai kontraksi ke arah atas dengan cepat). monosinaps


Achilles Pess Reflex (ACR)

Terjadi plantar fleksi (gerakan ke samping pada tungkai kaki dengan cepat). monosinaps


Refleks biseps


Terjadi fleksi lengan pada siku (monosinaps)


Refleks triseps

Terjadi ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps. (monosinaps)


Withdrawl Reflex

Semua badan merespon dengan sedikit teriakan (polisinaps).
3. Analisa Hasil Praktikum
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Pada gerak refleks, impuls melalui
jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian
diteruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf, diterima oleh saraf penghubung tanpa diolah di
dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot
dan kelenjar.



Pada percobaan refleks kulit perut, naracoba berbaring terlentang dengan kedua
lengan terletak lurus di samping badan. Kulit daerah abdomen yang digores dari
lateral ke arah umbilicus terjadi respon kontraksi otot dinding perut dan sedikit
gerakan refleks tangan. Hal ini terjadi karena pada saat daerah abdomen digores dari
lateral ke arah umbilicus, ujung-ujung saraf (reseptor) meneruskan impuls melalui
neuron afferent (sensoris) menuju medulla spinalis. Disinilah tempat impuls
diteruskan melalui interneuron atau asosiasi ke neuron motorik. Kemudian neuron
efferent (motorik) meneruskan impuls ke sepanjang akson lalu meneruskan kembali
ke otot perut (efektor). Sehingga terjadi kontraksi otot dinding perut dengan respon
yang berlangsung cepat. Gerak refleks ini termasuk ke dalam refleks polisinaps
karena melalui beberapa sinaps dan respon gerak refleksnya lebih dari satu. Secara
singkat proses gerak refleks tersebut yaitu sbb:
Rangsangan → Neuron afferent → Interneuron afferent → Medula spinalis
→ Neuron efferent (N. 11 Obypogastrius) → Kontraksi otot perut.
Sedangkan gerakan refleks tangan merupakan respon perlindungan yang berasal dari
reseptor perifer.




Pada percobaan refleks kornea, naracoba menggerakkan bola mata ke arah lateral
yaitu dengan melihat salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Kemudian sisi
kontralateral kornea mata naracoba disentuh dengan kapas yang telah digulung
membentuk silinder halus. Dari hasil percobaan yang dilakukan berdasarkan
percobaan refleks kornea tersebut, dapat diketahui bahwa respon yang terjadi berupa
kedipan mata secara cepat. Hal ini terjadi karena mata merupakan bagian tubuh yang
sangat sensitif terhadap benda-beda asing. Jalannya impuls saraf pada refleks kornea
yaitu : Rangsangan → Limbus kornea → N. Opthalmicus → Pons → N.



Abducens →Palpebra superior.
Pada percobaan refleks cahaya atau refleks pupil, ketika cahaya senter dijatuhkan,
respon berupa kontriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ternyata dari hasil
percobaan yang telah dilakukan berdasarkan percobaan refleks cahaya tersebut, dapat
diketahui bahwa respon yang terjadi yaitu pupil mata mengecil saat cahaya mendekat.
Hal ini terjadi karena intensitas cahaya yang lebih besar membuat pupil mata
mengecil. Pada saat cahaya masuk, terjadi proses akomodasi untuk menampilakn
berkas sinar yang paling terbias pada layar dan memungkinkan pembentukan

bayangan yang jelas pada retina. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi
pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N. Opticus, lalu
masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N. Oculomotorius dan
sampai ke spingter pupil, sehingga terbentuk respon berupa kontriksi pupil yang
mengecil. Secara singkat jalannya impuls saraf pada pupil yaitu : Retina → N.
Opticus → Mesencepalon → N. Occulomotoris → spingter pupil → M.



Constrictor pupillae.
Pada percobaan refleks periost radialis,yaitu lengan bawah naracoba setengah
difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan. Periosteum pada ujung
distal os radii diketuk. Respon berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi
tangan (pergelangan tangan berkontraksi ke atas). Pada percobaan refleks periost
radialis terjadi gerakan fleksi.Hal ini menandakan tangan naracoba normal karena ada
respons ketika diketuk. Jalannya impuls pada refleks periost radialis yaitu dari
processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N.
cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris dan akan menggerakkan m.
fleksor ulnaris.




Periosteum os radii → N. Radialis → L5-L6 → N. Radialis → M. Plexus.
Pada percobaan refleks periost ulnaris yaitu lengan bawah naracoba setengah
difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan supinasi. Periost prosessus
stiloideus diketuk dan terjadi respon berupa pronasi tangan (pergelangan tangan
berkontraksi ke arah bawah). Refleks tersebut adalah refleks monosinaps karena
respon yang terjadi hanya berhubungan dengan satu sinaps. Jalannya impuls saraf
berasal dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian jalannya
impuls melanjutkan ke N. cranialis 5-6 , masuk ke n. radialis dan menggerakkan
m. brachioradialis.
Periost processus stiloideus → N. Medianus → C5-Th1 → N.



Medianus → pronasi.
Stretch Reflex (Muscle Spindel Reflex = Myotatic Reflx)
Knee pess Refleks ( KPR), Pada percobaan ini naracoba duduk pada tempat yang
agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau naracoba berbaring
terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Tendo patella di ketuk dengan

hammer, respon yang terjadi yaitu ekstensi tungkai kaki (tungkai kontraksi kearah
atas dengan cepat). Rangsangan diterima reseptor dari tendon patella yang diketuk
oleh hammer lalu impulsnya ke medulla spinalis oleh neuron aferent lalu ke otot
kuadriseps yang kemudian diteruskan oleh neuron motorik ke efektor sehingga



terjadilah gerakan.
Tendo Patella → N. Femuralis → L2-L1 → N. Femuralis → M Quadriseps.
Pada saat percobaan Achilles Pess Refleks (APR), tungkai naracoba yang difleksikan
pada sendi lutut dan kaki diketuk dengan hammer. Ternyata hasil percobaan
berdasarkan Achilles Pess Refleks (APR), dapat diketahui bahwa respon yang terjadi
berupa fleksi dari kaki yang berupa plantar fleksi (gerakan ke samping pada tungkai
kaki dengan cepat) dan kontraksi otot gastroknemius. Rangsangan diterima reseptor
dari tendon achilles yang diketuk oleh hammer lalu impulsnya ke medulla spinalis
oleh neuron aferent lalu ke otot gastronemius yang kemudian diteruskan oleh neuron



motorik ke efektor sehingga terjadilah gerakan.

Tendo achilles → N. Tibia → S1-S2 → N. Tibia → M. Gastrocoemius.
Pada saat pecobaan Refleks biseps, dilakukan pengetukan dengan hammer pada
tendon otot bisep lengan naracoba dalam keadaan setengah difleksikan pada sendi
siku. Hasil percobaan yang telah dilakukan berdasarkan percobaan refleks biseps,
dapat diketahui bahwa respon yang terjadi berupa fleksi lengan pada siku dan tampak

kontraksi otot biseps. Jalannya impuls saraf pada refleks biseps ini yaitu Tendon
otot biseps → N. Musculocutaneus → C5-C6 → N. Musculocutaneus


→Otot biseps.
Pada saat percobaan Refleks triseps, naracoba dalam keadaan difleksikan pada sendi
siku dan sedikit dipronasikan dilakukan pengetukan dengan hammer pada tendo otot
triseps 5 cm di atas siku,. Hasil percobaan yang dilakukan pada refleks triseps ini
yaitu terjadi ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps. Hal ini terjadi karena pada saat
ketukan tendo otot triseps (rangsangan), ujung – ujung saraf (reseptor) meneruskan
pesan melalui neuron sensoris ke medulla spinalis. Disini impuls di teruskan melalui
interneuron(n.asosiasi) ke neuron motorik. Neuron motorik pada selanjutnya
meneruskan impuls ke sepanjang akson lalu ke otot triseps (efektor). Sehingga terjadi
Respon yang berupa ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps. Karena tidak diolah




dalam otak maka berlangsung dengan cepat.
Tendo otot triseps → N. Radialis → C6-C8 → N. Radialis → Otot triseps.
Pada percobaan terakhir yaitu Withdrawl Reflex, lengan naracoba diletakkan di atas
meja dalam keadaan ekstensi, ketika perhatian naracoba tidak terfokus pada pengamat
lalu pengamat menusukan dengan hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum
suntik steril. Respon yang terjadi berupa fleksi lengan menjauhi stimulus dan semua
badan merespon dengan sedikit teriakan. Respon fleksi lengan menjauhi stimulus ini
disebut dengan refleks fleksor. Hal ini sesuai dengan teori Guyton (1990), jika suatu
bagian tubuh dirangsang oleh rangsang yang menyakitkan maka secara refleks bagian
tubuh tersebut akan dijauhkan dari rangsang tersebut sehingga refleks ini sering pula
disebut suatu refleks penarikan diri (withdrawal). Refleks fleksor paling sering
dibangkitkan oleh perangsangan ujung nyeri, seperti dengan tusukan jarum, panas
atau beberapa rangsang menyakitkan lainnya. Refleks yang terjadi pada withdrawl ini
merupakan refleks polisinaps karena terjadi lebih dari satu refleks dan berhubungan
dengan beberapa sinaps. Selain respon tubuh menjauhi rangsang yang menyakitkan
terjadi respon anggota badan yang lain dengan sedikit teriakan hal ini terjadi karena
suau rangsang menyakitkan pada bagian dalam lengan tidak hanya membangkitkan

suatu refleks fleksor pada lengan tersebut tetapi juga juga menyebabkan kontraksi
otot-otot abduktor untuk menarik lengan itu keluar. Dengan kata lain, pusat-pusat
integratif medula spinalis menyebabkan kontraksi otot-otot yang dapat memindahkan

bagian tubuh yang menderita nyeri secara efektif sekali dari objek yang menyebabkan
nyeri. Jalannya impuls saraf pada withdrwl refleks ini adalah :
Kulit lengan → Neuron afferen → Interneuron afferen → Medulla spinalis
→ Neuron efferen→ Efektor.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa gerak
refleks adalah gerakan yang tidak disadari yang timbul karena adanya rangsangan dan
merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang jauh lebih cepat dari biasa. Gerak refleks ada
yang monosinaps dan polisinaps. Refleks monosinaps apabila gerakan yang terjadi hanya satu
sedangkan polisinaps apabila gerakan yang terjadi terdiri dari dua atau lebih gerakan. Pada gerak
refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima
rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf, diterima oleh saraf
penghubung tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk
disampaikan ke efektor, yaitu otot dan kelenjar. Pada praktikum ini membuktikan bahwa terjadi
gerakan- gerakan refleks urat pada naracoba sehingga naracoba memiliki saraf normal karena
ada gerakan refleks di setiap percobaan menggunakan ketukan hammer.
Reference :
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan Petrus Andrianto
dari Human Physiology and Mechanisms of Disease. Jakarta: EGC.
Premolarp. Laporan Refleks. 14 Januari 2014.
https://www.scribd.com/doc/138490316/LAPORAN-REFLEKS.

LAPORAN PRAKTIKUM II
GLUKOSA DARAH
1. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan kadar
glukosa darah sebagai dampak dari berbagi perlakuan.

2. Hasil Praktikum
Probandus toleransi glukosa : Hanifa
Berat badan: 43 kg
Tinggi badan: 148
Usia : 18 tahun
 Probandus pengaruh aktivitas glukosa darah : Ilyana
Berat badan : 67
Tinggi badan: 162
Usia : 18
A. Tes Toleransi Glukosa
1. Gula darah Puasa : 81 mg/dl
2. Gula darah setelah minum air gula : (pukul 10.45) gula darah 102 mg/dl
3. Gula darah setelah 1 jam ( pukul 11.48 ) 141 mg/dl , setelah 2 jam 111 mg/dl
B. Pengaruh Aktifitas pada Glukosa Darah
1. Gula darah sebelum latihan 108 mg/dl, darah keluar sedikit
2. Gula darah setelah latihan ( pukul 11.06 ) 132 mg/dl, darah keluar banyak.
3. Gula darah setelah 1 jam (pukul 12.12) : 138 mg/dl , setelah 2 jam (pukul 13.11): 117
mg/dl

4.Analisa Hasil Pengamatan
A.Tes Toleransi Glukosa

TES TOLERANSI GLUKOSA
160
140
120
100
80
60
40
20
0

D
G

a
as
u
P

D
G

ah
el
t
Se

m

um
in

ai

a
ul
g
r
D
G

ah
el
t
se

1

m
ja

D
G

ah
el
t
se

2

m
ja

kadar gula darah (mg/dl)
02
03

Dari percobaan kadar gula pada model setelah berpuasa selama 12-14 jam, kadar gula
darahnya yaitu 81 mg/dl. Hal ini sesuai dengan teori ( Guyton,1990), bahwa kadar glukosa
normal waktu puasa adalah 80 sampai 90 mg/100 ml. Pada saat puasa, tidak ada asupan makanan
masuk ke dalam pencernaan sehingga kadar glukosa rendah,kadar glukosa rendah ini
menyebabkan kecepatan sekresi insulin minimum. Pada saat insulin menurun akan terjadi proses
glikogenolisis pada hati atau pemecahan glikogen pada hati yang disebabkan oleh glukagon.
Glukagon mempunya fungsi berlawanan dengan insulin. Jadi disaat insulin rendah maka
glukagon lah yang aktif untuk meningkatkan glukosa darah agar konsentrasi glukosa darah tidak
turun terlalu rendah.
Ketika si model meminum air gula selama 5 menit, ternyata gula darahnya meningkat
menjadi 102 mg/dl. Gula darah meningkat karena ada asupan air gula. Air gula ini termasuk
karbohidrat jenis disakarida (sukrosa) yang dihidrolisis oleh enzim sukrase dalam usus halus
menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa yang menyebabkan kadar gula darah kembali tinggi.
Ketika minum air gula, terjadi peningkatan glukosa darah yang kemudian merangsang sel β dari
pankreas untuk sekresi insulin. Pada dasarnya sekresi insulin terbagi menjadi dua fase , fase yang
pertama bersifat cepat meningkat dan berakhir cepat pula. Hal ini diperlukan untuk
mengantisipasi kadar glukosa darah yang biasanya meningkat tajam segera setelah makan.
Sekresi insulin fase 2 merupakan keadaan dimana sekresi insulin kembali meningkat secara
perlahan dan bertahan dalam waktu relatif lama. Setelah berakhirnya fase 1 maka tugas regulasi

glukosa diambil alih oleh fase 2. Banyak tidaknya insulin yang disekresikan pada fase 2
tergantung dari berapa banyak jumlah glukosa darah pada akhir fase 1 (Brashers,2007). Dari
teori tersebut jelas bahwa satu jam setelah minum air gula kadar gula darah mengalami kenaikan
cukup tinggi yaitu 141 mg/dl. Dan setelah sekresi insulin meningkat secara tajam maka
memasuki fase 2 yaitu insulin melakukan sekresi secara perlahan atau menurun sehingga kadar
gula dalam darah kembali menuru yaitu 11 mg/dl.
Begitu seterusnya, glukosa darah yang tinggi akan mengaktifkan sekresi insulin yang
berfungsi untuk menurunkaan konsentrasi glukosa darah ,sehingga glukosa masuk ke dalam sel
khusunya sel hati dalam bentuk glikogen dan ketika didalam sel hati sudah penuh, glukosa ini
mengisi jaringan otot. Ketika kadar glukosa darah turun baru hati mengeluarkan glikogen untuk
di sekresi menjadi gula darah. Hal ini merupakan proses menyeimbangkan gula darah dalam
tubuh (homeostasis).
Kesimpulan:
Mekanisme kadar gula orang puasa adalah pengurangan konsumsi kalori secara
fisiologis selama puasa, kadar glukosa darah menurun, insulin menurun dan kadar glucagon
meningkat. Perubahan hormone – hormone ini menyebabkan hati menguraikan glikogen
(glikogenolisis) dan membentuk glukosa melalui proses glukoneogenesis sehingga kadar glukosa
darah dapat dipertahankan. Hati mengambil glukosa dari darah bila ia berlebihan setelah makan
dan mengembalikannya ke dalam darah bila ia diperlukan di antara waktu makan. Biasanya
sekitar 60 persen glukosa dari makanan yang disimpan dengan cara ini di dalam hati dan
kemudian dikembalikan lagi. Sedangkan Kadar gula darah orang yang setelah makan atau
minum kecuali air putih akan naik, hal ini dikarenakan kandungan karbohidrat yang akan
dipecah menjadi glukosa sebagai energi dalam tubuhnya untuk aktifitas otak. Hal ini akan
menstimulasi sekresi insulin dan supresi glukagon.

B. Pengaruh Aktivitas pada Glukosa Darah

Pengaruh Aktivasi pada Gula Darah
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Kadar Gula Darah (mg/dl)
0
02

Pada percobaan mengenai pengaruh aktifitas glukosa darah sebelum latihan yaitu 108 mg/dl.
Pada percobaan ini glukosa darah masih dalam keadaan normal karena otot dalam keadaan
istirahat. Hampir sepanjang hari, jaringan otot tak tergantung atas glukosa untuk energinya
malahan atas asam-asam lemak. Alasan utama untuk ini adalah bahwa membran otot normal
yang dalam keadaan istirahat hampir tak permeabel terhadap glukosa kecuali bila serat otot
dirangsang oleh insulin. (Guyton, 1990). Dalam keadaan istirahat fosforilase berada dalam
bentuk tidak aktif sehingga glikogen dapat disimpan dan tidak diubah kembali menjadi glukosa.
Oleh karena itu, bila diperlukan untuk mengubah kembali glikogen menjadi glukosa, fosforilase
harus diaktifkan terlebih dahulu. Pengaktifan fosforilase dilakukan oleh epinefrin dan glukagon.
Pada praktikum kedua dan ketiga terjadi anomali praktikum atau penyimpangan praktikum
karena hasil dari pemeriksaan darah menunjukan gula darah setelah aktivitas naik yaitu 132
mg/dl. Seharusnya, gula darah setelah melakukan aktivitas menurun karena glukosa dibutuhkan
dalam proses aktivitas didalam otot dan juga diproses jadi energi melalui proses glikolisis, siklus

krebs, dan transport elektron. Beberapa kemungkinan yang menyebabkan penyimpangan ini bisa
terjadi karena 1) hormon glukagon yang berlebihan dapat meningkatkan kadar glikogen yang
terdapat didalam otot. Glukagon mendorong peningkatan konsentrasi gula darah 2) stress, ketika
stress tubuh mengeluarkan banyak hormon adrenalin yang membantu metabolisme karbohidrat
dengan cara menambah pengeluaran glukosa dalam hati. Sehingga gula darah akan tinggi. 3)
kegemukan atau obesitas, karena model mempunyai IMT 25 yang menunjukan dia termasuk OB
1. Pertambahan volume lemak omentum akan mengganggu metabolisme gula. Lemak omentum
menghisap insulin yang ada di sekitarnya sehingga aktivitas perubahan gula menjadi energi tidak
dapat berlangsung dengan sempurna. Gula akan mengambang di dalam plasma sehingga terjadi
resistansi insulin. Akhirnya, glukosa tidak dapat disalurkan ke dalam sel dan kadar gula darah
meningkat. Singkatnya lemak omentum akan menghisap insulin sehingga pengubahan gula
menjadi energi tidak sempurna.
Kesimpulan
Dari praktikum diatas didapatkan bahwa sebelum melakukan aktivitas kadar gula darah
probandus adalah 108 mg/dl. Dan setelah melakukan aktivitas selama 30 menit kadar glukosa
darah meningkat menjadi 141 mg/dl seharusnya aktivitas pada glukosa darah akan
menyebabkan penurunan kadar glukosa karena glukosa dibutuhkan dalam aktivitas otos dan
pembentukan energi dalam tubuh. Kemungkinan beberapa penyebab yang dapat menimbulkan
penyimpangan tersebut diantaranya yaitu hormon glukagon yang berlebihan, stress, atau bisa
juga terjadi karena kegemukan atau obesitas karena dilihat dari data BMI nya probandus
termasuk tingkat OB 1.
Reference
Guyton. 1990 . Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.
Brashers, L Valentina.2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen.Jakarta:
EGC.

LAPORAN PRAKTIKUM III
SUHU TUBUH & PENGUAPAN
1. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mendemonstrasikan pengaruh lemak
terhadap kehilangan panas.
2. Hasil Praktikum
A.

Suhu Tubuh & Tata panas

Probandus : Reza Ahmad Fahrezi
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin: laki-laki
Suhu Ruang: 30°C
1.Suhu pada Ketiak : 37,1°C
2.Suhu Mulut : 37°C
3.Pengaruh Penguapan : 5 menit pertama= 36.8°C, 5 menit kedua= 36.9°C
4..Pengaruh Luar terhadap Temperatur Mulut : 5 menit pertama= 36.2°C,
5 menit kedua 36,8 °C
B. Pengaruh Berbagai Penutup Terhadap Penguapan
Gelas I menghasilkan : 71°C ditutup menggunakan kain katun
¼ jam I ( pukul 10.53 ) : 57°C

¼ jam v (pukul 11.53) : 37°C

¼ jam II ( pukul 11.08) : 49°C

¼ jam VI (pukul 12.08) : 35°C

¼ jam III (pukul 11.23 ) : 44°C

¼ jam VII (pukul 12.23): 33,5°C

¼ jam IV ( pukul 11.38 ): 40°C

¼ jam VIII (pukul 12.38) : 32°C

Gelas II menghasilkan : 71°C ditutup menggunakn kain wol
¼ jam I (pukul 10.53) : 58°C

¼ jam v (pukul 11.53) :39.5°C

¼ jam II ( pukul 11.08): 51°C

¼ jam VI (pukul 12.08) : 37°C

¼ jam III (pukul 11.23 ): 45.5°C

¼ jam VII (pukul 12.23) : 35°C

¼ jam IV (pukul 11.38 ): 41.5°C

¼ jam VIII (pukul 12.38): 33°C

Gelas III menghasilkan : 71°C ditutup menggunakan minyak
¼ jam I (pukul 10.53): 55°C

¼ jam v (pukul 11.53) : 35°C

¼ jam II (pukul 11.08): 47°C

¼ jam VI (pukul 12.08) :34°C

¼ jam III (pukul 11.23): 42.5°C

¼ jam VII (pukul 12.23): 33°C

¼ jam IV (pukul 11.38): 38.5°C

¼ jam VIII (pukul 12.38): 32°C

3. Analisa Hasil Praktikum
A. Suhu Tubuh dan Tata Panas
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pengukuran suhu di axilaris (ketiak) selama 10
menit dengan bagian atas tubuh terbuka dan mulut tertutup,suhu tubuh probandus adalah 37,1°C.
Setelah itu dilanjutkan dengan percobaan kedua dengan pengukuran suhu di bagian bawah lidah
selama 10 menit menghasilkan suhu tubuh sebesar 37°C.
Dari kedua percobaan tersebut diperoleh perbedaan suhu di axilaris dan di mulut,
meskipun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan tetapi percobaan tersebut menunjukan
bahwa suhu tubuh di bagian axilaris lebih besar daripada suhu tubuh dibagian mulut. Hal itu
menunjukan bahwa kontak dengan udara mempengaruhi suhu tubuh. Axilaris yang mempunyai
suhu tinggi disebabkan karena bagian axilaris jarang berhubungan dengan udara sehingga tubuh
banyak memproduksi panas,untuk menyeimbangkan kejadian tersebut tubuh bagian axilaris
banyak mengeluarkan keringat untuk menghilangkan atau menurunkan panas tubuh. Oleh karena
itu tidak sedikit orang yang selalu berkeringat di bagian axilaris. Sedangakan suhu tubuh
dibagian mulut lebih rendah karena mulut banyak berhubungan dengan udara sehingga ada
perpindahan panas.
Proses perpindahan panas pada percobaan pertama pengukuran suhu tubuh dibagian
axilaris (ketiak) dengan tubuh bagian atas terbuka merupakan proses perpindahan suhu secara
radiasi. Seperti di sebutkan dalam teori Guyton,1997 bahwa orang yang yang telanjang atau

tubuh terbuka pada suhu kamar normal kehilangan panas kira-kira 60% dari kehilangan panas
total (sekitar 15%) melalui radiasi. Kehilagan panas melalui radiasi berarti kehilangan dalam
bentuk gelombang panas infra merah, suatu jenis gelombang elektromagnetik. Kehilangan panas
dengan cara radiasi dalam bentuk sinar panas infra merah, beradiasi dari tubuh ke sekelilingnya
yang lebih dingin daripada tubuhnya sendiri. Kehilangan ini meningkat bila suhu sekelilingnya
menurun. Hal tersebut sesuai dengan teori Kozier, 1991 bahwa perpindahan secara radiasi adalah
perpindahan panas dari area permukaan benda yang satu dengan permukaan yang lain tanpa
adanya kontak langsung antara dua buah benda. Pada praktikum kesatu ini perpindahan radiasi
terjadi dari probandus ke dinding, gorden dan semua benda yang tidak tersentuh oleh probandus.
Pada percobaan kedua dengan pengukuran suhu di bagian bawah lidah selama 10 menit
terjadi perpindahan secara konveksi, karena permukaan mulut berhubungan langsung dengan
udara tanpa zat perantara. Sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi sekitar tubuh karena
kecenderungan udara yang dekat dengan kulit. Menurut teori Taylor 1997, ada dua macam
konveksi yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah kehilangan panas
akibat suhu udara sekitar lebih dingin dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan konveksi
paksa terjadi dari pendingin ruangan AC dan kipas angin. Pada praktikum ini terjadi konveksi
alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah karena suhu ruangan yaitu 30°C lebih kecil
dibandinkan suhu tubuh yaitu 37°C, sedangkan konveksi paksa pada kasus ini terjadi karena
pada saat percobaan AC di ruangan menyala.
Pada percobaan yang ketiga yaitu probandus berbaring sambil bernafas dengan tenang
melalui mulut selama 2 menit, kemudian dipasang termometer di dalam mulutnya. Hasil
pengukuran suhu tubuh pada 5 menit pertama yaitu 36.8°C dan pada 5 menit kedua suhu tubuh
berubah menjadi 36.9°C. Perbedaan suhu tersebut terjadi karena proses penguapan atau
evaporasi. Suhu pada 5 menit pertama lebih rendah karena pada saat probandus bernafas melalui
mulut selama 2 menit terjadi proses ekspirasi dan insprasi yang menghasilkan molekul-molekul
air bisa dibuktikan ketika kita bernapas dan di dekatkan ke kaca maka akan ada molekul air pada
kaca tersebut. Penguapan terjadi pada saat probandus melakukan ekspirasi sehingga terjadi
pemindahan dan pengeluaran panas melalui difusi molekul air yang menembus permukaan tubuh
ke udara. Air keluar dari permukaan tubuh melalui perspirasi tak kasat mata (Sloane,2003).
Panas dari dalam tubuh akan berpindah melalui molekul-moleku air ke udara sehingga suhunya
rendah. Pada 5 menit berikutnya suhu kembali naik yaitu 36.9°C karena pada saat itu mulut

dalam keadan tertutup sehingga tidak terjadi proses pernafasan, evaporasi, dan perpindahan suhu
dengan udara luar.
Pada percobaan keempat probandus berkumur-kumur dengan air es selama satu menit
setelah itu diukur suhu tubuhnya dengan menggunakan termometer oral. Hasil dari pengukuran
suhu tubuh tersebut untuk 5 menit pertama yaitu 36.2°C dan pada 5 menit berikutnya suhu tubuh
meningkat menjadi 36.8°C. Perubahan suhu yang terjadi pada kasus ini disebabkan karena
perpindahan suhu secara konduksi. Konduksi adalah perpindahan panas dari suatu molekul ke
molekul lain yang disertai kontak langsung antara dua buah benda (Taylor,1997). Proses
perpindahan panas secara konduksi yaitu ketika panas pertama kali dibuang langsung dari mulut
ke objek lain. Dalam kasus ini objek tersebut yaitu air es. Pemaparan air di mulut dapat
menyebabkan kehilangan panas lebih besar dari pada udara. Oleh sebab itu suhu pada saat
setelah berkumur dengan air es lebih rendah karena air dapat menyebabkan kehilangan panas
lebih besar. Pada 5 menit berikutnya suhu tubuh menjadi meningkat kembali karena adanya
hubungan dengan suhu lingkungan. Sehingga terjadi lagi perpindahan secara konveksi,tetapi
kecepatan kehilangan panas ke udara lebih kecil dibandingakan dengan kecepatan kehilangan
udara karena pemaparan air meskipun suhunya sama.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum suhu tubuh dan penguapan dapat disimpulkan bahwa di dalam tubuh
kita terdapat mekanisme pengaturan suhu tubuh agar tetap seimbang. Mekanisme pengaturan
suhu tubuh ini salah satunya yaitu mekanisme kehilangan panas. Mekanisme kehilangan panas
tubuh ada empat yaitu konveksi, konduksi, radiasi, dan evaporasi. Pada percobaan yang pertama
dan kedua menunjukan bahwa suhu di axilaris lebih besar daripada di mulut karena ada
pengaruh dari lingkungan. Daerah yang sering berhubungan dengan udara suhu tubuhnya
cenderung rendah di bandingkan dengan daerah yang sering tertutup atau kurang berhubungan
dengan udara. Pada percobaan yang ketiga suhu mulut setelah bernafas 2 menit mengalami
penurunan karena terjadi penguapan atau evaporasi. Panas dari dalam tubuh akan berpindah
melalui molekul-moleku air ke udara sehingga suhunya rendah. Pada percobaan yang terakhir
suhu tubuh setelah berkumur menggunakan air es mengalami penurunan karena ada perpindahan
panas secara konduksi melalui zat perantara yaitu air es. Dari seluruh praktikum suhu tubuh dan

penguapan diperoleh hasil bahwa probandus memiliki suhu tubuh normal yaitu berkisar antara
36,5-37,5°C (Scheifele,1989 yang dikutip oleh Iskandar, 2002).

B.

Pengaruh Berbagai Penutup terhadap Penguapan
Dari hasil praktikum pengaruh berbagai penutup terhadap penguapan dihasilkan

penurunan suhu yang dipengaruhi berbagai penutup.
Pada gelas 1 diisi air mendidih dengan suhu awal 71°C yang kemudian ditutup
menggunakan kain katun ternyata penurunan suhunya cukup cepat hal ini di sebabkan karena
kain katun tipis sehingga proses penguapan ke udara lebih cepat. Penguapan yang terjadi dapat
mempengaruhi penurunan suhu. Semakin tipis penutupnya menyebabkan penguapan semakin
cepat karena serat kain yang menutupi gelas tersebut terdapat banyak celah yang memungkinkan
udara dari dalam menguap keluar oleh sebab itu penurunan suhu pada gelas 1 lebih cepat
dibandingkan dengan gelas 2. Data hasil praktikum dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

GELAS 1 YANG DITUTUPI KATUN
80
70
60
50
40
30
20
10
0

02
0
Gelas 1 (°C )

Pada gelas 2 juga sama diisi air panas dengan suhu awal 71°C ditutupi menggunakan kain
wol penurunan suhunya sangat lambat dibandingkan dengan gelas pertama. Hal ini disebabkan
karena kain wol mempunyai serat yang tebal sehingga dapat menghambat penguapan. Penguapan
yang terhambat tersebut menyebabkan penurunan suhunya terjadi sangat lambat. Terbukti pada 2
jam terakhir suhu pada gelas 1 yaitu 32°C sedangkan pada gelas kedua suhu terakhirnya yaitu
33°C. Data hasil praktikum dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

GELAS II YANG DITUTUPI WOL
80
70
60
50
02
0
Gelas 2 (°C)

40
30
20
10
0

Pada gelas 3 yang berisi air panas dengan suhu awal 71°C ditutupi minyak terjadi
anomali atau penyimpangan praktikum. Hal ini terjadi karena air panas yang ditutupi minyak
penurunan suhunya cenderung cepat dibandingkan dengan gelas 1 dan 2 padahal berdasarkan
teori Sloane (1994) lemak merupakan insulator panas untuk tubuh dan derajat insulasi yang
bergantung pada jaringan adiposa. Jadi seharusnya lemak dapat menghambat proses penguapan
sehingga penurunan suhunya lambat. Lemak merupakan senyawa organik yang larut dalam
alkohol dan dalam larutan organik lainnya, tetapi tidak larut dalam air . fungsi dari lemak adalah:
1. Menghasilkan energi bagi tubuh
2. Memudahkan penyerapan vitami larut-lemak
3. Memasok asam lemak esensial
4. Menyokong dan melindungi organ dalam
5. Membantu pengaturan suhu

6. Melumasi jaringan tubuh
Dari data diatas fungsi lemak salah satunya yaitu membantu pengaturan suhu untuk
menahan panas tubuh. Sebanyak 50% lemak terdistribusi di bawah lapisan kulit, hal inilah yang
membuat tubuh tetap hangat meskipun kondisi di luar tubuh sedang dalam cuaca dingin, dengan
demikian tubuh tidak kehilangan panas tubuh secara cepat sehingga terjadi retensi atau
penyimpanan panas. Retensi panas ini merupakan peran kulit dalam termoregulasi. Hal ini
dicapai dengan mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan
panas yang dikeluarkan. Beberapa penyebab anomali praktikum ini diantaranya yaitu :


Luas permukaan gelas III lebih besar dari gelas lainnya, karena semakin luas
permukaan suatu benda penguapannya semakin cepat.



Tekanan didalam minyak kecil sehingga jarak antar molekul minyak renggang.
Akibatnya, molekul zat cair di permukaan dan udara dari luar dapat mengisi ruang
kosong diantara molekul molekul minyak. Akhirnya penguapan pun dapat terjadi
dengan cepat meskipun ditutupi minyak.



Gelas III tidak memakai penutup lagi diatasnya sehingga dapat menyebabkan
udara masuk ke dalam molekul-molekul minyak dan menembus air sehingga
penguapannya berlangsung cepat.

GELAS III YANG DITUTUPI MINYAK
80
70
60
50
02
0
Gelas III

40
30
20
10
0

Kesimpulan
Hasil praktikum menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan suhu yang
dipengaruhi berbagai penutup. Diantara ketiga gelas yang penurunan suhunya lebih lambat yaitu
pada gelas II yang ditutup oleh kain wol. Hal ini disebabkan karena kain wol tebal sehingga
menghambat proses penguapan. Pada gelas I yang ditutupi kain katun penguapannya lebih cepat
karena kain katun lebih tipis dibandingkan wol sehingga penurunan suhunya lebih cepat.
Sedangkan pada gelas III terjadi penyimpangan praktikum. Seharusnya pada gelas yang ditutupi
minyak penurunan suhunya lebih lambat dari keduanya karena minyak sulit larut dalam air dan
salah satu fungsi lemak dalam tubuh yaitu mencegah penguapan, tetapi pada percobaan ini
penurunan suhu pada gelas III hampir sama dengan gelas I yang ditutupi kain katun. Salah satu
penyebab anomali praktikum ini salah satunya mungkin disebabkan karena luas permukaan pada
gelas III lebih besar dari gelas lainnya, terjadi perenggangan molekul minyak, gelas III tidak
memakai penutup lagi diatasnya sehingga udara bisa menembus minyak yang dapat
mengakibatkan penguapan.

Reference
Sloane,Ethel. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

LAPORAN PRAKTIKUM IV
PENGARUH CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS
TERHADAP JARINGAN TUBUH
1. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada
sel akibat adanya cairan hipotonis, isotonis, dan cairan hipertonis yang berada dilingkungan sel.
2. Hasil pengamatan
Campuran darah dengan cairan NaCl 0.45% menghasilkan :


Cairan darahnya berwarna merah pekat dan lebih kental



Di bawah tabung terdapat endapan berwarna hitam



Di atas tabung terdapat buih yang cukup banyak.
Campuran darah dengan cairan NaCl 0.9% menghasilkan :



Cairan darah berwarna merah sedikit pekat dan agak kental



Di bawah tabung terdapat sedikit endapan berwarna hitan



Terdapat sedikit buih
Campuran darah dengan cairan NaCl 3% menghasilkan :



Cairan darah berwarna segar dan encer



Di bawah tabung terdpat lebih sedikit endapan berwarna hitam



Diatanya terdapat buih yang cukup banyak.

3. Analisa percobaan
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi
nutrien, gas, dan elektrolit yang dibutuhkan untuk memenuhi fungsi normal sel. Kelangsungan
hidup sel memerlukan lingkungan internal yang konstan ( homeostatis ). Mekanisme regulator
penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi, dan keseimbangan asam-basa
cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalitas, seperti penyakit
atau trauma.
Dari percobaan yang dilakukan campuran darah dan NaCl mengalami perubahan dan
perbedaan dari segi warna dan karakteristik.
a. Campuran darah dengan cairan NaCl 0.45%
Campuran darah dengan cairan NaCl 0.45% menghasilkan larutan hipotonis, larutan
hipotonis tersebut ditandai dengan larutan yang lebih kental. Hal ini terjadi karena larutan garam
berpindah ke sel darah merah. Perpindahan cairan tersebut adalah tekanan osmotik dimana
konsentrasi yang rendah menuju konsentrasi tinggi melewati membran semipermeabel. Tekanan
osmotik cenderung menarik air untuk masuk ke dalam darah, sehingga sel darah membengkak
dan kemudian pecah yang menyebabkan keluarnya hemoglobin berwarna merah tua disertai
pecahnya trombosit berwarna kuning disekitar plasma darah (Sloane,2003). Darah yang semula
berwarna merah hati berubah menjadi warna yang lebih tua (merah tua) atau merah gelap dengan
ditandai adanya endapan hitam di bawah tabung karena pecahnya sel darah, endapan hitam
tersebut merupakan hemoglobin dan trombosit berwarna kuning disekitar plasma darah.Pecahnya
sel darah tersebut disebut hemolisa mengakibatkan terjadinya tumpangan antara sel darah merah
yang membengkak. Sederhananya sebagian besar molekul darah mengikat NaCl sehingga lebih
pekat. Larutan hipotonis memiliki kadar garam lebih rendah jadi jika ada larutan hipotonis yang

dicampur dengan larutan yang lainnya maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari
yang hipotonis ke larutan yang lainnya sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Disini
berarti larutan garam berpindah ke sel darah merah, sifat dari sel darah merah ini pekat sehingga
dalam tabung yang berisi cairan NaCl 0.45% ini lebih kental.
b. Campuran darah dengan cairan NaCl 0.9%
Campuran darah dengan cairan NaCl 0.9% menghasilkan larutan isotonis. Larutan
disebut isotonis jika memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi partikelnya
(Sloane,2003). Pada larutan campuran darah dan NaCl ini menghasilkan cairan darah sedikit
pekat dan agak kental. Ini karena volume darahnya konstan artinya air yang masuk dan keluar
dari dinding sel akan seimbang. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama.
Larutan isotonis mempunyai komposisi dan tekanan osmotik yang sama dengan cairan tubuh.
c. Campuran darah dengan cairan NaCl 3%
Campuran darah dengan cairan NaCl 3% menghasilkan larutan hipertonis, larutan darah berubah
menjadi lebih cair dari semula dan warnanya juga berubah menjadi lebih muda. Pada larutan
hipertonis, sel darah akan mengkerut atau krenasi (Sloane,2003). Kerutan yang terjadi pada
darah dikarenakan NaCl dengan konsentrasi 3% tergolong pekat sehingga menyebabkan air yang
ada di dalam sel darah merah akan banyak keluar dan akibatnya sel darah merah akan
mengkerut. Sel darah merah dalam larutan hipertonis menyebabkan sel darah merah mengalami
krenasi sehingga sel menjadi keriput karena kehilangan air. Pada proses osmosis, dapat terjadi
perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui
rnembran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
4. Kesimpulan
Dari analisa di atas dapat disimpulkan bahwa campuran darah dengan NaCl 0.45%
merupakan cairan hipotonis. Larutan hipotonis tersebut ditandai dengan larutan yang lebih
kental. Hal ini terjadi karena larutan garam berpindah ke sel darah merah sehingga terjadi
hemolisa. Pada campuran darah dengan NaCl 0.9% dihasilkan larutan yang isotonis. Dalam hal
ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Sel- sel darah tidak mengalami perubahan
apapun,sehingga larutannya juga tidak terlalu pekat dan warnanya tidak terlalu merah tua. Pada

percobaan yang terakhir yaitu campuran darah dengan larutan NaCl 3% menghasilkan larutan
yang hipertonis ditandai dengan larutan darah yang lebih cair dan warnanya yang lebih muda.
Sel darah pada larutan hipertonis akan mengkerut atau krenasi karena air di dalam sel drah merah
banyak yang keluar. Jadi sel-sel darah aka membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam
larutan hipotonis dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis. Sedangkan
dalam larutan isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun.
Sel darah merah yang digunakan dalam praktikum ini menunjukan hasil yang berbeda
ketika dicampurkan dengan NaCl, konsentrasinya yang berpengaruh terhadap perubahan
kepekatan serta warna pada darah. Hal ini berarti menjelaskan bahwa konsentrasi larutan sangat
berpengaruh terhadap perubahan kepekatan serta warna pada darah. Hal ini berarti menjelaskan
bahwa konsentrasi larutan sangat berpengaruh terhadap osmosis.
Sumber
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

LAPORAN PRAKTIKUM V
PERHITUNGAN ANGKA KECUKUPAN GIZI
1. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung angka
kecukupan gizi dan merancang diet hariannya.
2. Hasil Praktikum
Probandus : Arien Dwi Puteri


Berat badan : 51 kg



Tinggi badan : 165 cm= 1.65 m



Skinfold caliper : 159.5 mm
a. Lengan atas (biseps) = 23 mm
b. Dada = 18,5 mm

c. Punggung = 21 mm
d. Betis = 49 mm
e. Paha = 29 mm
f. Perut bawah =19 mm

3. Analisa Hasil Praktikum
Angka kecukupan gizi (AKG) merupakan kecukupan rata-rata gizi sehari bagi hampir semua
orang sehat (97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik, genetik
dan keadaan fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kebutuhan gizi
(requirement), menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masingmasing individu sehingga ada yang rendah dan tinggi yang dipengaruhi oleh faktor genetik.
Kegunaan penggunaan AKG yaitu :
1) untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan .
2) untuk perencanaan dalam pemberian makanan tambahan maupun perencanaan makanan .
3) untuk perencanaan penyediaan pangan.
4) Acuan pendidikan gizi; dan
5) Acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi.
1. IMT (Index Massa Tubuh )
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index ( BMI) merupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap
penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit
degeneratif. Karena itu mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Perhitunganindex MassaTubuh yaitu=

BB
( TB )2

Dari data percobaan pada naracoba didapatkan IMT sebesar :
BB
51
51
=
=
=18 . 7 kg /m
2
2
(TB ) ( 1 .65 ) 2 .7225

IMT diinterpretasikan sebagai berikut (Lippincott Williams & Wilkins) :
 Orang yang underweight memiliki IMT kurang dari 18,5
 Orang yang berat badannya normal terhadap tingginya memiliki IMT 18,5 sampai
24,9
 Orang yang overweight memiliki IMT 25,0 sampai 29,9
 Orang yang termasuk dalam obesitas kelas 1 memiliki IMT 30,0 sampai 34,9;
obesitas kelas 2 memiliki IMT 35,0 sampai 39,9 ; dan obesitas abnormal memiliki
IMT 40 atau lebih besar.
Dari data tersebut diperoleh bahwa naracoba memiliki berat badan normal, karena memiliki
rentang antara 18,5 sampai 24,9.
2. Presentasi Lemak dengan Skinfold Caliper
Pengukuran skinfold sangat berhubungan dengan jumlah cairan penentu kepadatan tubuh.
Pengukuran skinfold meliputi ketebalan ganda dari substansi lemak dengan caliper yang
dirancang khusus.
Eston et al.(1995: 52-6), Housh et al.(1996: 1331-5), dan Brandon (1998:1155-61) telah
melakukan uji validasi terhadap teknik skinfold dan menyimpulkan bahwa teknik skinfold
mempunyai validitas yang cukup baik dalam memprediksi persentase lemak badan. Fungsi
skinfold califer adalah untuk mengetahui presentasi lemak berdasarkan ketebalan kulit.
Cara menghitung skinfold caliper yaitu :
Σ skinfold caliper
6
23+ 18 ,5+21+ 49+29+19
¿
=26 . 58 mm
6
Dari data di atas menunjukan bahwa probandus memiliki ketebalan kulit sekitar 26.58 mm
¿

a. Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori total ditentukan oleh basal metabolic rate, aktifitas fisik, dan spesific
dynamic action ( SDA). Sebelum menentukan jumlah kebutuhan kalori total, maka :
a. Tentukan basal metabolic rate (BMR)

Tingkat metabolisme basal atau BMR dihitung dalam keadaan istirahat dan dalam ruang
bersuhu normal. Energi yang dibutuhkan untuk setiap meter persegi permukaan tubuh.
Faktor yang mempengaruhi tingkat metabolisme basal yaitu:
1. Jenis kelamin, laki-laki memiliki tingkat metabolisme basal lebih besar daripada
wanita
2. Umur , seseorang dengan umur lebih muda akan memiliki tingkat metabolisme lebih
besar daripada orang tua walaupun berat badan, tinggi badan, dan jenis kelaminnya
sama.
3. Luas permukaan, seseorang yang memiliki luas permukaan lebih besar memiliki
metabolisme basal lebih tinggi.
Rumus metabolisme basal yaitu :
 Laki – laki = 66+{13 ,7 ( BB ) }+{ (5 x TB )−(6 . 8 x umur)}
 Perempuan = 65,5 + {(9,6 x BB)} + {1,8 x TB – (4,7 x umur)}

Dari rumus diatas kita dapat menghitung kebutuhan kalori naracoba yaitu sebagai berikut :
Perempuan = 65,5 + {(9,6 x BB)} + {1,8 x TB – (4,7 x umur)}
= 65,5 + {(9,6 x 51)} + {1,8 x 165 – (4,7 x 18)}
= 65,5 +{489,6} + { 297 – 84,6 }
= 555.1 + 212.4
= 767,5 kkal
b. Tentukan berat/ringan jenis aktivitas yang dilakukan probandus. Klien dengan aktivitas
ringan harus dikurangi 10-20% dari jumlah kalori basal, sebaliknya klien dengan aktivitas
berat harus menambahkan 10-20% dari jumlah kalori basal. Karena probandus termasuk
pekerja sedang maka
Aktifitas fisik = 20% x BMR
= 20% x 767,5
= 153,5 kkal
c. Tentukan SDA (spesific dynamic action), jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengolah
makanan dalam tubuh, antara lain untuk proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi
oleh usus. Cara menghitungnya yaitu

SDA = 10% x (BMR)
= 10% x (767,5) = 76.75 kkal
o Total Energi/ kebutuhan kalori = BMR + Energi Aktifitas + SDA
= 767,5 + 153,5 + 76,75
= 997,75 kkal
Jadi kebutuhan kalori perhari naracoba yaitu 997,75 kkal.
Dari total kalori tersebut kita dapat memperoleh presentasi protein,lemak,dan karbohidrat yang
dibutuhkan tubuh dalam sehari.
1. Protein 10%
2. Karbohidrat 60-70 %
3. Lemak 15%
4. Lain-lain 10 %

b. Kebutuhan protein
Protein merupakan kelompok dari makromolekul organik kompleks yang diantaranya
terkandung hidrogen, oksigen, nitrogen, karbon, fosfor dan sulfur serta terdiri dari satu
atau beberapa rantai dari asam amino. Fungsi protein yaitu :
1. Sebagai sumber energi
2. Mengatur metabolisme tubuh
3. Menjaga keseimbangan antara asam basa dan keseimbangan cairan tubuh
4. Protein membantu proses pertumbuhan pada anak-anak dan remaja karena sel-sel
tubuh mendapat cukup asupan zar pembangun.
Kebutuhan protein naracoba yaitu :
10% x 997,75 = 99,775 kkal
Jadi kebutuhan protein naracoba dalam sehari yaitu 99,775 kkal dalam sehari
c. Kebutuhan karbohidrat

Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen yang
disimpan dalam otot dan hati, serta dapat diubah dengan cepat ketika tubuh memerlukan
energi. Karbohidrat dibuat melalui fotosintesis- proses penggunaan energi matahari yang
memungkinkan tanaman berklorofil untuk mengambil karbondioksida melalui akarnya
dan melepaskan oksigen ke dalam udara. Karbon dan air yang tersisa dalam tanaman
membentuk karbohidrat. Fungsi karbohidrat antara lain :


Menghemat protein selama produksi energi.



Membantu pembakaran lemak agar lebih efisien dan lebih sempurna.



Menjadi sumber energi cepat (glukosa)



Membantu fungsi normal usus (serat)



Sebagai laksatif dan membantu absorpsi kalsium (laktosa).

Kebutuhan karbohidrat tubuh rata-rata adalah 65%. Sehingga dapat diperoleh hasil
kebutuhan karbohidrat perhari yaitu 65% x 997,75 = 648,5 kkal. Jadi kebutuhan karbohidrat
naracoba dalam sehari yaitu 648,5 kkal.
d. Kebutuhan lemak
Lemak adalah senyawa oerganik yang larut dalam alkohol dan dalam organik lainnya,
tetapi tidak larut dalam air. Lemak (lipid) terdiri dari trigliserida, fosfolipid, dan sterol
yang masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia.
Fungsi lemak di dalam tubuh yaitu :


Menghasilkan energi bagi tubuh



Memudahkan penyerapan vitamin larut-lemak



Memasok asam lemak esensial



Menyokong dan melindungi organ dalam



Membantu pengaturan suhu



Melumasi jaringan tubuh.

Kebutuhan lemak dalam tubuh rata-rata 15% dari total kalori, sehingga kita dapat menghitung
kebutuhan lemak perhari pada naracoba yaitu : 15% x 997,75 = 149,6.
Jadi kebutuhan lemak naracoba dalam sehari yaitu 149,6 kkal.
e. Lain-lain
Kebutuhan lain-lain disini yaitu vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral ini dibutuhkan
tubuh dalam jumlah sedikit.
10% x 997,75 = 99,775
Jadi, tubuh naracoba memerlukan 99,75 kkal dalam sehari.
3. Perhitungan BBI (Berat Badan Ideal)
Berat badan ideal diyakini sebagai berat badan maksimal untukorang dikatakan sehat, Cara
menetapkan berat badan ideal yang sederhana dengan menggunakan rumus Brocca, yaitu :
BBI = (TB – 100) – 10% (Tinggi Badan – 100)
= (165 -100) – 10% (165 -100)
= (65) – 6.5 = 58,5 kg
Untuk mencapai berat badan ideal maka :
BB –BBI = 58,5- 51 =7,5
Jadi agar probandus mendapat berat badan ideal maka probandus harus menambah berat
badan 7,5 kg.
Untuk menambah berat badan maka kita juga harus mengetahui kebutuhan kalori,
karbohidrat, protein dan lemak perhari.
Kebutuhan kalori untuk mencapai berat badan ideal bisa dihitung menggunakan rumus :
 BMR Perempuan = 65,5 + {(9,6 x BB)} + {1,8 x TB – (4,7 x umur)}
= 65,5 + {(9,6 x 58,5)} + {1,8 x 165 – (4,7 x 18)}
= 65,5 + 561,6 + {297 – 84,6}
= 839,5 kkal
 Aktifitas fisik = 20% x BMR
= 20% x 839,5
= 167,9 kkal
 SDA = 10% x (BMR)
= 10% x (839,5) = 83,95 kkal

 Total Kebutuhan kalori = BMR + Energi Aktifitas + SDA
= 839,5 + 167,9 + 83,95
= 1091,35 kkal
Jadi, dari penghitungan total kebutuhan kalori perhari untuk mendapatkan berat badan
ideal adalah 1091,35 kkal.
Kebutuhan protein : 10% x total kalori = 10% x 1091,35 = 109 kkal
Jadi, kebutuhan protein perhari naracoba untuk mendapatkan berat badan ideal yaitu 109 kkal.
Kebutuhan karbohidrat : 65% x total kalori = 65% x 1091,35 = 709 kkal
Jadi, kebutuhan karbohidrat perhari naracoba untuk mendapatkan berat badan ideal yaitu 709
kkal.
Kebutuhan lemak : 15% x total kalori = 15% x 1091,35 =163,7 kkal.
Jadi, kebutuhan lemak perhari naracoba untuk mendapatkan berat badan ideal yaitu 163,7 kkal.
Kebutuhan lain-lain : 10% x lain-lain = 10% x 1091,35 = 109 kkal
Jadi, kebutuhan lain-lain seperti vitamin dan mineral perhari naracoba untuk mendapatkan berat
badan ideal yaitu 109 kkal.
4. Rancangan Diet Harian
Untuk mempertahankan berat badan, kita harus berada dalam keseimbangan kalori, kita
berada dalam keseimbangan kalori apabila kilokalori dalam diet yang kita makan setara
dengan pengeluaran energi harian. Secara ideal, kita harus berusaha mempertahankan berat
yang sesuai untuk hidup sehat.
Dari data di atas dapat di ketahui bahwa untuk mendapatkan berat badan ideal naracoba harus
menambah berat badan 7,5 kg. jadi rancangan diet disini yaitu untuk membentuk berat badan
ideal. Dari data yang dihasilkan kita dapat membuat rancangan diet harian untuk membentuk
berat badan ideal yaitu
Kebutuhan total kalori perhari yaitu 1091,35 kkal
1. Kebutuhan protein 190