Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Higiene Perseorangan dengan Kejadian Skabies di Rutan Cabang Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1

Kejadian Skabies

2.1.1 Pengertian Skabies
Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
Sarcoptes scabiei varian hominis (Harahap, 2000). Skabies disebut juga dengan itch,
pamaan itch, seven year itch (diistilahkan dengan penyakit yang terjadi tujuh
tahunan). Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk,
kerak, penyakit ampera atau gatal agogo (Djuanda, 2006). Penyakit skabies sering
disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari
hewan ke manusia dan sebaliknya.
Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan
langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk,
bantal, air, atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan
masih terdapat tungau sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian
kulit seperti disela – sela jari, siku, selangkangan.
Penyakit kulit skabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang

tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan
menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang
skabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah
tertular kembali penyakit skabies (Yosefw, 2007).

8
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Sejarah Skabies
Aboumezzan Abdel Malek Ben Zohar merupakan dokter yang pertama
mngungkapkan Skabies yang lahir pada tahun 1070 di Spanyol dan wafat pada tahun
1162 di Maroko. Dokter tersebut menuliskan sesuatu yang disebut “soab” yang hidup
pada kulit yang menimbulkan rasa gatal. Bila kulit digaruk akan muncul binatang
yang sangat sulit dilihat dengan mata telanjang. Pada tahun 1812, Bonomo
menemukan Sarcoptes scabiei yang dijelaskan oleh Meunir dan penemuan tersebut
yang dibuktikan oleh temuan orang lain. Pada tahun 1839, Gales berhasil
mendemonstrasikan cara mendapatkan tungau dari penderita skabies dengan sebuah
jarum (Kandun, 2000).

2.1.3 Etiologi Skabies

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, Klas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai
alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat.

9
Universitas Sumatera Utara

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang – kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 – 3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 .
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.

Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3 – 5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi
dapat juga keluar. Setelah 2 – 3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari
telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari (Handoko, 2001).
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi
nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah
meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi (Mulyono, 1986).
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar dengan suhu kamar selama lebih
kurang 7 – 14 hari. Kulit yang tipis dan lembab merupaka daerah yang sering di
serang, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh
kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. Perkembangan penyakit ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keadaan sosial – ekonomi yang rendah,
kondisi perang, kepadatan penghuni yang tinggi, tingkat hygiene yang buruk,
kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan
skabies (Tabri, 2005).

10
Universitas Sumatera Utara


Transmisi atau perpindahan skabies antara penderita dapat berlangsung
melalui kontak langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung (melalui
benda), misalnya pakaian, handuk, sprai, bantal dan lain – lain (Handoko, 2008).

2.1.4 Epidemiologi Skabies
Skabies telah menyebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah beriklim
tropis dan subtropis. Penyakit ini dapat mempengaruhi semua jenis ras di dunia,
meskipun demikian gambaran akurat insidensinya sulit ditentukan dengan pasti oleh
karena berbagai laporan yang ada hanya berdasarkan catatan kunjungan pasien rawat
jalan di rumah sakit (Burns DA, 1998). Dibeberapa negara yang sedang berkembang
prevalensi skabies sekitar 6% – 27% populasi umum (Sungkar, 1995). Insiden skabies
di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat
dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu endemik dan permulaan epidemik
berikutnya kurang lebih 10 – 15 tahun (Harahap, 2000).
Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini
dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Anjing dan kucing
merupakan sumber utama penularan skabies dari hewan ke manusia, meskipun hewan
lainnya seperti sapi, babi, domba, kuda dapat menularkannya (Soedarto, 2003).

Cara penularan skabies melalui dua cara yaitu melalui kontak langsung dan
kontak tak langsung. Kontak langsung yang saling bersentuhan seperti berjabat
tangan atau tidur bersama dan kontak tak langsung melalui alat – alat seperti tempat

11
Universitas Sumatera Utara

tidur, handuk, sprai, bantal, pakaian dan lain – lain. Bahkan penyakit ini dapat pula
ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama – sama disatu
tempat yang relatif sempit (Benneth, 1997). Penularan skabies terjadi ketika orang –
orang tidur bersama dengan tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga,
sekolah – sekolah yang ada asramanya serta fasilitas masyarakat seperti Rumah
Tahanan Negara.
Proses penyebab terjadinya penyakit skabies dimulai dari rantai sebab akibat
ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia (pejamu)
dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis dan antropologis)
dengan penyebab (agent) dan dengan lingkungan (environment).
Host


Environment

Agent
Gambar 2.1

Hubungan Interaksi Host, Agent dan Environmet

Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur tersebut harus
dipertahankan keseimbangannya. Bila terjadi gangguan keseimbangan antara
ketiganya, akan menyebabkan timbulnya penyakit tertentu, termasuk penyakit kulit
skabies (Noor, 2008).

12
Universitas Sumatera Utara

a. Unsur penyebab (agent)
Kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur yang
berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Faktor
yang berinteraksi dalam proses kejadian penyakit dalam epidemiologi

digolongkan dalam faktor resiko. Dalam hal ini yang berperan menjadi faktor
penyebab dalam terjadinya penyakit skabies adalah tungau sarcoptes scabiei.
b. Unsur pejamu (host)
Unsur pejamu terutama manusia dibagi dalam dua kelompok sifat utama,
yakni manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis seperti umur, jenis
kelamin, keadaan imunitas dan reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari luar
maupun dari dalam tubuh sendiri. Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial
mempunyai berbagai sifat khusus seperti kelompok etnik termasuk adat,
kebiasaan, agama, kebiasaan hidup dan kehidupan sehari – hari termasuk
kebiasaan hidup sehat. Keseluruhan unsur tersebut merupakan sifat karakteristik
individu sebagai pejamu dan ikut memegang peranan dalam proses kejadian
penyakit, termasuk penyakit kulit skabies yang dapat berfungsi sebagai faktor
resiko.
c. Unsur lingkungan (Environment)
Lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan
terjadinya proses penyakit. Secara garis besarnya, maka unsur lingkungan dapat
di bagi dalam tiga bagian utama, yakni lingkungan fisik, lingkungan biologis dan
lingkungan sosial (Noor, 2008).


13
Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Patogenesis Skabies
Beberapa faktor yang mendukung terjadinya peekembangan penyakit skabies,
antara lain sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual
dengan berganti – ganti pasangan, perkembangan demografis dan ekologis. Penyakit
ini juga mudah menular dan sangat cepat perkembangannya, terutama di tempat yang
padat penduduk.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita akibat garukan. Penularan juga dapat terjadi karena bersalaman atau
bergandengan tangan yang lama dengan penderita sehingga terjadi kontak kulit yang
kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain tangan. Kuman skabies dapat
menyebabkan bintil (papul, gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan
tangan (Handoko, 2008).
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta
tungau yang kira – kira memerlukan waktu sebulan setelah infestasi. Pada saat ini
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula, vesikel, urtika,
dan lain – lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskorisasi (lecet sampai
epidermis dan berdarah), krusta (cairan tubuh yang mengering pada permukaan kulit)

dan infeksi sekunder (Djuanda, 2006). Mula – mula, manifestasi klinik mungkin
ringan, tetapi setelah beberapa minggu kulit mengalami sensitisasi, yang
mengakibatkan suatu erupsi yang gatal, tersebar luas dan berupa eritmen (Brown
HW, 1979).
Pasien dengan skabies mempunyai gejala yang sangat khas. Ini berbeda
dengan penyakit kulit yang lain. Gejala tersebut antara lain :

14
Universitas Sumatera Utara

a. Proritus nocturna, gatal di malam hari. Terjadi karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada saat hospes dalam keadaan tenang atau tidak beraktivitas dan pada
suhu yang lebih lembab dan panas
b. Penyakit skabies menyerang manusia secara kelompok. Misalnya dalam sebuah
keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama,
pesantren dan penjara.
c. Adanya lesi yang khas yaitu berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat –
tempat predileksi, berwarna putih atau keabu – abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok – kelok, rata – rata panjang 1 cm. Ditemukan papul dan vesikel pada

ujung terowongan. Kulit dengan stratum korneum yang tipis yang menjadi tempat
predileksinya adalah sela – sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar,
lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong,
genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat mengenai
telapak tangan dan kaki.
d. Ditemukannya tungau sebagai penentu utama diagnosis. Diagnosis penyakit
skabies dapat dibuat jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal di atas.

2.1.6 Diagnosis Skabies
Diagnosa skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan sebaiknya dilakukan
agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak
dalam di kulit dengan membuat terowongan. Untuk melarutkan kerak digunakan

15
Universitas Sumatera Utara

larutan KOH 10 persen selanjutnya hasil kerokan tersebut diamati dengan mikroskop
dengan perbesaran 10 – 40 kali. Cara lain adalah dengan meneteskan minyak immesi
pada lesi, dan epidermis diatasnya dikerok secara perlahan – lahan (Mawali, 2000).


2.1.7 Pengobatan Skabies
Pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Delousing, bilas dengan air yang dilarutkan bubuk Diclhoro Diphenyl
Trichloroetan (DDT).
b. Olesi dengan salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organik
maupun non organik pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan, dan
didiamkan selama 10 jam.
c. Mandi dengan sabun sulfur / belerang karena kandungan pada sulfur bersifat
antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan
karena membuat kulit menjadi kering.
d. Obat tradisional, seperti khasiat tanaman obat permot (Passiflora Foeltida)
melalui aplikasi secara topikal atau dengan menggosok – gosokkan pada kulit
yang terserang skabies, reaksinya akan mengakibatkan terjadinya pembesaran
pori – pori kulit sehingga bahan aktif yang terkandung dalam tanaman permot
akan diserap ke dalam kulit dan bereaksi terhadap tungau. Diduga khasiat yang
memberikan pengaruh terhadap kematian sarcoptes scabiei adalah asam
hidrosianat dan alkaloid.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan

16
Universitas Sumatera Utara

memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000). Pengobatan penyakit skabies
harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang skabies agar tidak tertular
kembali penyakit ini.

2.2

Sanitasi Lingkungan dan Higiene Perseorangan

2.2.1 Sanitasi Lingkungan
Pengertian

sanitasi

yaitu

suatu

usaha

pencegahan

penyakit

yang

menitikberatkan pada kegiatan seseorang untuk berusaha memelihara kesehatan
lingkungan hidup manusia. Pencegahan ini dilakukan dengan pemeliharaan makanan,
tempat kerja atau peralatan agar sehat dan bebas tercemar dari bakteri, serangga, atau
binatang lainnya. Selain pemeliharaan, pengawasan terhadap faktor – faktor
lingkungan juga termasuk dalam pencegahan penyakit. Jadi dalam hal ini sanitasi
ditujukan kepada lingkungannya, sedangkan hygiene ditujukan kepada orangnya.
Beberapa manfaat dapat kita rasakan apabila kita menjaga sanitasi di lingkungan kita,
misalnya: mencegah penyakit menular, mencegah kecelakaan, mencegah timbulnya
bau tidak sedap, menghindari pencemaran, mengurangi jumlah (presentase sakit),
lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman (Depkes, 2000).
Berdasarkan UU RI No. 23 tahun 1977 tentang pengelolaan lingkungan hidup,
lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan makhluk
hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Menurut
Timmreck (2004), lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga
kondisi luar manusia atau hewan yang bisa menyebabkan akan penularan penyakit.

17
Universitas Sumatera Utara

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimal, sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimal pula (Mubarak, 2009). Pemeliharaan lingkungan yang bersih dan sehat
tentunya akan berdampak bagi kesehatan. Apabila lingkungan tidak terawat dan tidak
dilaksanakannya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup sehat sehingga
berbagai penyakit akan ditimbulkannya, mulai dari penyakit yang menyerang sistem
pernafasan, sistem pencernaan dan sistem integument seperti penyakit kulit skabies.
Penyakit kulit skabies adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Adapun faktor yang dominan yang paling penting adalah penyediaan air bersih,
kepadatan penghuni kesehatan kamar. Ketiga faktor ini akan berinteraksi bersama
dengan perilaku manusia yang termasuk higiene perseorangan. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar tungau skabies serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula maka akan menimbulkan penyakit kulit.
Pemeliharaan lingkungan juga harus disertai dengan kesadaran individu
maupun masyarakat dalam berperilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat adalah
perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan masyarakat (Dunanti, 2001). Lingkungan memegang peranan yang
cukup penting dalam menentukan terjadinya proses penyakit. Secara garis besar,
unsur lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian utama (Noor, 2008).
a. Lingkungan biologis, seluruh makhluk hidup yang berada di sekitar manusia yang
meliputi berbagai mikroorganisme, serta berbagai jenis binatang dan tumbuhan
yang dapat mempengarui kehidupan manusia sebagai sumber kehidupan (bahan

18
Universitas Sumatera Utara

makanan dan obat – obatan) maupun sebagai reservoir / sumber penyakit atau
pejamu antara (host intermedia). Lingkungan biologis sangat berpengaruh dan
memiliki peranan penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan
unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan maupun
yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia.
b. Lingkungan fisik, keadaan fisik di sekitar manusia dapat berpengaruh terhadap
manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan
lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik tersebut terdiri dari udara, keadaan
cuaca, geografis dan geologis, air, baik sebagai sumber kehidupan maupun
sebagai sumber penyakit serta berbagai unsur kimiawi serta berbagai bentuk
pencemaran pada air.
c. Lingkungan sosial, lingkungan ini meliputi semua bentuk kehidupan sosial
budaya, ekonomi, sistem organisasi, serta institusi / peraturan yang berlaku bagi
setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut.
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
menoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk
terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya. Menurut
Riyadi (1994) sanitasi lingkungan adalah prinsip – prinsip untuk meniadakan atau
setidak – tidaknya mengurangi faktor – faktor pada lingkungan yang dapat
menimbulkan penyakit, melalui kegiatan – kegiatan yang ditunjukkan untuk
mengendalikan: sanitasi air, pembuangan kotoran, air buangan dan sampah, sanitasi
udara, vektor dan binatang pengerat, tetapi dalam hal ini yang menjadi prioritas
adalah penyediaan air bersih (sanitasi air).

19
Universitas Sumatera Utara

a. Penyediaan air bersih
Air adalah komponen lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup makhluk hidup khusunya manusia karena tanpa air manusia tidak dapat
hidup. Air juga bias menjadi malapetaka karena tidak tersedia dalam kondisi yang
bagus baik kuantitas maupun kualitasnya. Meningkatnya pertumbuhan penduduk
serta kegiatan manusia menyebabkan pencemaran sehingga kualitas air yang baik
dan memenuhi syarat tertentu sulit diperoleh.
Volume air dalam tubuh manusia rata – rata 65% dari total berat
badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing – masing orang,
bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Volume rata – rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 100 – 200 liter atau 35 – 40
galon (Chandra, 2007).
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 / Menkes / Per / IX / 1990
tentang syarat – syarat kualitas air bersih meliputi:
1) Syarat Fisik : tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa serta tidak keruh
2) Syarat Kimia, tidak tercemar secara berlebihan oleh zat – zat kimia maupun
mineral karena selain menimbulkan gangguan kesehatan juga merusak
instalasi penyediaan air bersih.
3) Kesadahan, merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion – ion
(kation) logam valensi dua yang mampu bereaksi dengan sabun sehingga
membentuk kerak air. Kesadahan dalam air berasal dari kontaknya dengan
tanah dan permukaan batuan dan umumnya air sadah berasal dari daerah
dimana lapis tanah atas (topsoil) tebal dan ada pembentukan batu kapur.

20
Universitas Sumatera Utara

4) Syarat Mikrobiologi, air sebaiknya tidak mengandung bakteri pathogen dan
tidak boleh mengandung bakteri golongan coli yang mengganggu kesehatan.
Standar yang dipakai adalah total bakteri Coliform dengan batas tidak boleh
lebih dari 1 coli/100 ml air.
5) Syarat Radioaktif, adanya batas tertinggi yang diperkenankan adanya aktivitas
Alpha (Gross Alpha Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L dan aktivitas
Beta (Gross Beta Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L.
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air
disebut sebagai waterbone disease atau water related disease. Penyakit yang
berhubungan dengan air dapat dikelompokkan berdasarkan cara penularannya,
yaitu :
1) Water borne disease, jika kuman patogen ada dalam air dan diminum oleh
manusia sehinggga terjadi penjangkitan penyakit pada orang yang meminum
air dimaksud, misalnya penyakit cholera, thypus, abdominalis, hepatitis, dan
disentri baselir. Pengawasan terhadap penularan penyakit ini sangat
diperlukan terutama pengawasan terhadap penggunaan air bersih
2) Water based disease, penularan penyakit akibat dari penggunaan untuk
membersihkan alat – alat misalnya alat dapur, alat makan dan pembersihan
alat lain. Penularan penyakit dengan cara water based ini antara lain infeksi
saluran pencernaan, infeksi kulit seperti skabies dan selaput lendir.
3) Water washed disease, penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui
persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya schistosomiasis.

21
Universitas Sumatera Utara

4) Water related vector insect, yang berhubungan dengan air, penyakit yang
berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever
dan trypanosomiasis
Ketersediaan air kadang tidak diiringi dengan usaha – usaha dalam
menjaga kebersihan lingkungan sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
terhadap kualitas air sesuai dengan syarat kualitas air yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan.
b. Kondisi Fisik Rumah
1) Ventilasi
Rumah seharusnya memiliki sistem pertukaran udara yang baik karena udara
segar diperlukan untuk menjaga temperatur udara dan kelembaban udara
dalam ruangan serta penghuni memerlukan udara yang segar. Ventilasi adalah
usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan
menyehatkan manusia. Ventilasi bermanfaat untuk sirkulasi udara dalam
ruangan serta mengurangi kelembaban. Salah satu yang mempengaruhi
kelembaban dalam ruangan adalah kkeringat manusia. Semakin banyak
manusia dalam satu ruangan, kelembaban semakin tinggi khususnya karena
uap air baik dari pernafasan maupun keringat. Kelembaban dalam ruangan
tertutup dan banyak terdapat manusia di dalamnya lebih tinggi dibanding di
luar ruangan.
Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara
luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan role meter.
Menurut indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat

22
Universitas Sumatera Utara

kesehatan adalah≥ 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak
memenuhi syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah (Kepmenkes,
1999). Menurut Achmadi (2008), ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara,
juga dengan kata lain mengencerkan konsentrasi debu ataupun kotoran
terbawa keluar dan mati terkena sinar ultraviolet. Ventilasi juga merupakan
tempat untuk memasukkan cahaya ultraviolet ke dalam rumah, hal ini akan
semakin baik apabila konstruksi rumah menggunakan genteng kaca, maka hal
ini merupakan kombinasi yang baik.
Menurut Depkes (2002), pengaruh buruk berkurangnya ventilasi adalah
berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya gas CO2, adanya bagu pengap,
suhu udara ruangan naik, dan kelembaban udara bertambah. Kecepatan aliran
udara adalah penting untuk mempercepat pembersih udara ruangan.
Kecepatan udara dikatakan sedang jika gerak udara 5 – 20 cm per detik atau
pertukaran udara bersih antara 25 – 30 cfm (cubic feet per minute) untuk
setiap yang berada di dalam ruangan.
2) Kelembaban
Rumah merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme,
antara lain bakteri, spiroket, ricketsia dan virus. Mikroorganisme tersebut
dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara. Selain itu kelembaban yang tinggi
dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga
kurang efektif dalam menghadang mikrooganisme. Sehingga rumah yang

23
Universitas Sumatera Utara

tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa
pengaruh bagi penghuninya.
Menurut Suryanto (2003), kelembaban udara akan berpengaruh terhadap
konsentrasi pencemar di udara. Kelembaban berhubungan negatif (terbalik)
dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara maka semakin rendah
kelembaban udaranya. Kelembaban yang standar apabila kelembaban
udaranya akan semakin rendah. Kelembaban merupakan sarana yang baik
untuk pertumbuhan beberapa

mikroorganisme. Kelembaban rumah yang

tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang sehingga
meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.
Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri. Kelembaban
dianggap baik jika memenuhi 40 – 70% dan buruk jika kurang dari 40% atau
lebih dari 70%.
3) Pencahayaan
Sinar

matahari

berperan

langsung

dalam

mematikan

bakteri

dan

mikroorganisme lain yang terdapat di lingkungan rumah, khususnya sinar
matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan bakteri pathogen.
Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan rumah
terutama ruangan tidur. Menurut Prabu (2009), salah satu syarat rumah sehat
adalah tersedianya pencahayaan yang cukup, karena suatu rumah yang tidak
mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga
dapat menimbulkan penyakit.

24
Universitas Sumatera Utara

Pencahayaan alami dan / atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak
menyilaukan (Kepmenkes, 1999). Pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu
pencahayaan alamiah dan buatan. Cahaya alamiah bersumber dari matahari.
Oleh sebab itu, jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang – kurangnya
15% – 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Jendela
yang berfungsi sebagai ventilasi udara, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Perlu diperhatikan letak jendela agar sinar matahari dapat langsung masuk ke
dalam ruangan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari
dinding). Pencahayaan buatan bersumber dari cahaya yang bukan alamiah
seperti lampu listrrik, lampu minyak tanah, api dan sebagainya. Kualitas dari
cahaya buatan tergantung dari terangnya sumber cahaya.
4) Kepadatan penghuni
Menurut Sukini (1989), kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap
jumlah bakteri penyebab penyakit menular. Selain itu kepadatan hunian dapat
mempengaruhi kualitas udara didalam rumah. Dimana semakin banyak
jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami
pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan cepat meningkatkan dan akan
menurunkan kadar O2 yang diudara. Kemeterian Kesehatan RI yang
menggunakan luas lantai kamar minimal sebesar 4,5 m² dan anak – anak usia
1 – 10 tahun memerlukan 1,5 m², sedangkan ketentuan luas ruangan untuk
setiap orang di lembaga pemasyarakatan menurut Surat Edaran Dirjen.
Pemasyarakatan tahun 2005 adalah 1,80 x 3,00 m/orang.

25
Universitas Sumatera Utara

5) Lantai bangunan
Menurut Suyono (2005) , lantai rumah jenis tanah memiliki peran terhadap
proses kejadian penyakit, melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai
merupakan dinding penutup ruangan bagian bawah, konstruksi lantai rumah
harus rapat air dan selalu kering agar mudah dibersihkan dari kotoran dan
debu. Selain itu dapat menghindari naiknya tanah yang dapat menyebabkan
meningkatnya kelembaban dalam ruangan. untuk mencegah masuknya air ke
dalam rumah, maka lantai rumah sebaiknya dinaikkan 20 cm dari permukaan
tanah. Keadaan lantai rumah perlu dibuat dari bahan yang kedap terhadap air
sehingga lantai tidak menjadi lembab dan selalu basah seperti tegel, semen
dan keramik. Lantai yang tidak memenuhi syarat dapat dijadikan tempat hidup
dan perkembangbiakan bakteri terutama vektor penyakit lainnya. Menjadikan
udara dalam ruangan lembab, pada musim panas lantai menjadi kering
sehingga dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya.

2.2.2 Higiene Perseorangan
Higiene adalah seluruh kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan.
Higiene adalah ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan pemeliharaan
kesehatan. Pengertian higiene juga mencakup usaha perawatan diri (personal
hygiene), termasuk juga perlindungan kesehatan akibat pekerjaan (Merriam W,
2009). Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perseorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perseorangan adalah suatu

26
Universitas Sumatera Utara

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2003).
Pemeliharaan kebersihan diri adalah tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Dikatakan
memiliki kebersihan diri baik apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan
tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku serta kebersihan genitalia.
Manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki
kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan
keindahan. Menurut Perry (2005), higiene perseorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah ketidak mampu seseorang melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya.
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan di
dalam kehidupan sehari – hari karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Skabies sangat erat hubungannya dengan higiene perseorangan yang
buruk. Yang mempengaruhi higiene perseorangan adalah sebagai berikut :
a. Body image, pencintraan seseorang terhadap dirinya dapat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial, anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola higiene perseorangan.

27
Universitas Sumatera Utara

c. Status sosial – ekonomi, dalam higiene perseorangan memerulukan uang nutuk
menyediakan beberapa alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo,
alat mandi.
d. Pengetahuan, pengetahuan dalam higiene perseorangan sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
e. Budaya, disebagian masyarakat jika seseorang sakit tertentu maka tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang, kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain – lain.
g. Kondisi fisik, pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang ditimbulkan dalam higiene perseorangan dibedakan menjadi
dua yaitu dampak fisik dan dampak psikososial. Dampak fisik yang dialami dengan
banyaknya gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga, dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan dampak psikososial yang dialami
adalah masalah sosial yang berhubungan dengan higiene perseorangan yaitu
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Manfaat dalam merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri,
mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan.

28
Universitas Sumatera Utara

a. Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan
berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering
dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit
(Wartonah, 2003). Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti
rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit
berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan
mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi Vit. D
oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai
pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya
(Wijayakusuma, 2004). Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman,
parasit hewani dan lain – lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh
parasit adalah Skabies (Djuanda, 2000). Sabun dan air adalah hal yang penting
untuk mempertahankan kebersihan kulit. Mandi yang baik adalah : 1) Satu sampai
dua kali sehari, khususnya di daerah tropis. 2) Bagi yang terlibat dalam kegiatan
olah raga atau pekerjaan lain yang mengeluarkan banyak keringat dianjurkan
untuk segera mandi setelah selesai kegiatan tersebut. 3) Gunakan sabun yang
lembut. Germicidal atau sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk mandi seharihari. 4) Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak
bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan
infeksi. 5). Bersihkan badan dengan air setelah memakai sabun dan handuk yang
sama dengan orang lain (Webhealthcenter, 2006).

29
Universitas Sumatera Utara

b. Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik sehingga rambut akan subur dan
indah serta menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Yang perlu
diperhatikan dalam kebersihan rambut dan kulit kepala adalah memperhatikan
kebersihan rambt dengan mencuci rambut sekurang – kurangnya 2 kali seminggu,
mencuci rambut memakai shampoo / bahan pencuci rambut lainnya dan
sebaiknya menggunakan alat – alat pemeliharaan rambut sendiri.
Kesehatan yang baik secara menyeluruh penting artinya bagi rambut yang
menarik, dan seperti halnya kulit, kebersihan membantu kita memelihara badan
supaya menarik. Penyakit berpengaruh buruk pada rambut, terutama jika terdapat
kelainan endokrin, suhu badan yang naik, kurang makan, rasa cemas atau
ketakutan.
c. Kebersihan tangan, kaki dan kuku
Perawatan tangan, kaki dan kuku secara wajar penting artinya bagi
manusia dalam usia berapapun dan kapanpun, akan tetapi dengan semakin
bertambahnya usia dan terutama pada saat sakit, perawatan tangan, kaki dan kuku
akan semakin penting. Kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian khusus
dalam praktik higiene seseorang, karena semuanya rentan terhadap berbagai
macam infeksi. Bagi penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit
ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk
kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas. 1) Cuci tangan
sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan menggunakan
sabun. Menyabuni dan mencuci tangan harus meliputi area antara jari tangan,

30
Universitas Sumatera Utara

kuku dan punggung tangan. 2) Handuk yang digunakan untuk mengeringkan
tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3) Jangan menggaruk atau
menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain – lain saat menyiapkan
makanan. 4) Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong kuku terlalu
pendek sehingga mengenai pinch kulit (Webhealthcenter, 2006).
Para warga binaan selalu memakai sendal / selop setiap hari. Para warga
binaan dianjurkan menjaga kebersihan kakinya dengan selalu memakai sendal /
selop / alas kaki yang kering agar terhindar dari penyakit kulit skabies, karena
sarkoptis skabie selalu hidup pada tempat – tempat yang lembab dan tertutup.
d. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak
warga binaan mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi
warga binaan tersebut sudah mengalami skabies diarea tertentu maka garukan di
area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area
genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu
contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua
mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok
harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang
bukan belakang ke depan. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan
masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini.
Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu
pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya
dalam keadaan kering. Selain kebersihan genital, peningkatan gizi juga

31
Universitas Sumatera Utara

merupakan hal yang penting untuk tumbuh kembang anak. Bila alat reproduksi
lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan
pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri,
2008).

2.2.3 Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Higiene Perseorangan Dengan
Kejadian Skabies.
Penyakit skabies merupakan penyakit yang dapat ditularkan, yang paling
sering dengan kontak lansung dan dapat pula melalui alat – alat seperti handuk,
pakaian, tempat tidur, bantal, selimut dan lain – lain. Selain itu juga dapat ditularkan
melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang lain. Penyakit skabies
berkaitan dengan lingkungan dan kebersihan perseorangan atau apabila tinggal secara
bersama – sama dengan orang banyak disatu tempat yang relatif sempit seperti
asrama, pemondokan, rumah tahanan dan lain sebagainya.
Apabila tingkat kesadaran yang cukup rendah dimiliki oleh penghuni tempat
tersebut, derajat keterlibatan pihak yang terkait dalam melayani kebutuhan akan
kesehatan yang masih kurang, minimnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah,
faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih akan menambah
permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. Penyebaran dalam penularan
skabies bisa terjadi ketika orang banyak tidur bersama dalam satu tempat tidur yang
sama di lingkungan rumah tangga, sekolah – sekolah yang berasrama dan
pemondokan, fasilitas kesehatan yang dipakai masyarakat serta rumah tahanan yang
dihuni oleh warga binaan.

32
Universitas Sumatera Utara

2.3

Rumah Tahanan Negara
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.04.0PR.07.03

Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi Tahanan Negara diklasifikasikan dalam 3
(tiga) klas berdasarkan kapasitas dan lokasi, yaitu :
1. Rumah Tahanan Negara Klas I
2. Rumah Tahanan Negara Klas II A
3. Rumah Tahanan Negara Klas II B serta didukung oleh Cabang Rumah Tahanan
Rumah Tahanan sebagai salah satu tempat yang sulit untuk menjalankan
program pencegahan dan perawatan efektif bagi warga binaan. Namun sampai akhir
Desember 2012, dari 439 lapas / rutan (kapasitas 102.466 orang) di Indonesia dengan
jumlah narapidana 193.339, sementara jumlah tahanan 48.732 orang dan tersebar di
33 wilayah belum semuanya memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai,
namun sudah dapat melaksanakan pelayanan kesehatan kepada warga binaan.
Berdasarkan Undang – Undang No. 12 tahun 1995, Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) adalah insan tahanan, narapidana dan anak didik
pemasyarakatan sebagai anggota masyarakat yang mempunyai hak yang sama dengan
anggota masyarakat lainnya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
Salah satu aspek penting yang memerlukan perhatian yaitu keadaan kesehatan baik
fisik, mental maupun sosial. Perlakuan dan pelayanan kesehatan pada tahanan,
narapidana atau anak didik pemasyarakatan dapat dipakai sebagai salah satu tolak
ukur keberhasilan pembangunan di bidang hukum baik secara nasional maupun
internasional.

33
Universitas Sumatera Utara

Salah satu prinsip – prinsip kunci dalam Peraturan Minimum Standar
Perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan adalah rutan / lapas memiliki
kewajiban untuk melayani narapidana. Standar kesehatan yang ada di masyarakat
sekurang – kurangnya sama dengan standar perawatan kesehatan di Rutan atau Lapas.
Tak seorang pun harus menderita karena tidak adanya perawatan kesehatan hanya
karena mereka di penjara.
Dokter dan perawat yang berkualitas harus tersedia. Petugas lapas juga harus
membantu mengidentifikasikan narapidana yang mungkin sakit dan memberikan
pertolongan pertama kepada narapidana yang cedera. Petugas lapas tidak boleh
menghalangi warga binaan pemasyarakatan yang membutuhkan perawatan kesehatan,
justru mereka harus membantu narapidana untuk menemui petugas medis. Ini juga
berlaku untuk semua warga binaan pemasyarakatan baik itu sangat jahat sekalipun.
Semua tergantung petugas medis untuk memutuskan apa yang perlu dilakukan
terhadap warga binaan pemasyarakatan, dan bukan petugas Rumah Tahanan atau
Lapas (Nemberini, 2007).
Semua narapidana ketika masuk ke lapas harus menerima pemeriksaan medis
khususnya penyakit kronis dan penyakit menular. Obat – obatan harus tersedia
bilamana diresepkan oleh dokter. Petugas lapas perlu memahami tentang kontrol
penyakit menular, mereka harus dilatih dalam upaya pencegahan penyakit menular.
Cara ini efektif untuk melindungi petugas, rekan kerja mereka dan narapidana.
Pencegahan ini diberlakukan agar semua cairan tubuh seperti air liur, air seni, darah
dan tinja yang mungkin dapat ditularkan akan dapat dicegah.

34
Universitas Sumatera Utara

Mereka melakukan tindakan ini agar kekhawatiran khususnya akan terjangkit
atau tidaknya petugas dan nadapidana di lapas. Perlakuan setiap orang seakan – akan
mereka telah tertular, termasuk nadapidana dan petugas lainnya di lapas akan
memperlakukan setiap cairan tubuh yang tertumpah seakan – akan itu menular, dan
karenanya desinfeksi harus dilakukan secepatnya, menggunakan desinfektan yang
telah disetujui dan efektif.

2.4

Kerangka Konsep
Variabel Independen



Variabel Dependen

Sanitasi Lingkungan :



Ventilasi



Pencahayaan



Kondisi Lantai



Kelembaban



Kepadatan Penghuni

Ketersediaan Air Bersih

Kejadian Skabies :
a. Ya
b. Tidak



Higiene Perseorangan :



Kebersihan Kulit dan Rambut



Kebersihan Genitalia



Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku



Kebersihan Pakaian dan Handuk
Kebersihan Tempat Tidur dan Sprai

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

35
Universitas Sumatera Utara