Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunggu Gunung Kudu Wareg : Studi Dinamika Masyarakat Desa dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal T2 092013008 BAB IV

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Sekilas Gambaran Umum Dusun Indrakila
Dusun Indrakila merupakan bagian dari Desa Lerep, yaitu
sebuah desa yang menjadi bagian administratif dari Kecamatan
Ungaran Barat yang berada di lereng Gunung Ungaran. Desa Lerep
sendiri berbatasan langsung dengan Kota Ungaran, sehingga untuk
menuju kesana dari Kota Ungaran dapat dicapai dengan waktu tempuh
kurang lebih 15 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor,
sementara Dusun Indrakila sebagai daerah paling ujung dan terjauh
dari Desa Lerep dan berbatasan langsung dengan hutan Gunung
Ungaran dapat dicapai dengan menempuh waktu perjalanan selama
kurang lebih 45 menit dari pusat Desa Lerep, sehingga total waktu
tempuh perjalanan dari Kota Ungaran sampai ke dusun tersebut
mencapai kurang lebih 1 jam perjalanan.
Lamanya waktu tempuh perjalanan menuju Dusun Indrakila
disebabkan oleh jalur yang menanjak dan bahkan kemiringannya

mencapai lebih dari 30° pada beberapa titik, sehingga walaupun
seluruh jaringan jalan menuju dusun tersebut sudah tertutup oleh
lapisan aspal, terjalnya jalur yang ditempuh membutuhkan kehatihatian yang sangat ekstra, sehingga membuat laju kendaraan harus
diperlambat.
Secara umum kondisi topografi Dusun Indrakila merupakan
wilayah dengan perbukitan yang terjal dan hanya beberapa titik yang
memiliki topografi landai. Kondisi geologi dari Dusun Indrakila seperti
layaknya daerah di lereng pegunungan memiliki struktur tanah yang
subur namun labil dan berpotensi mengalami pergerakan tanah,
disamping itu Dusun Indrakila juga memiliki potensi bahan tambang
45

Analisis dan Pembahasan

berupa batuan gunung (batu andesit) yang dapat dimanfaatkan untuk
material bahan bangunan.

Gambar 4.1
Peta Kecamatan Ungaran Barat (Lokasi Penelitian)
(Sumber : BAPPEDA Kab. Semarang)


Kesuburan tanah yang dimiliki Dusun Indrakila menjadikan
wilayahnya banyak dimanfaatkan untuk budidaya pertanian dan
perkebunan, sementara potensi bahan tambang yang dimiliki dusun
tersebut juga dimanfaatkan untuk aktivitas pertambangan tradisional
(tanpa izin). Potensi kawasan hutan yang sangat luas menjadikan
daerah tersebut memiliki kekayaan sumber daya hutan berupa kayu
yang memiliki manfaat ekonomis bagi masyarakatnya. Berbagai
potensi yang dimiliki Dusun Indrakila membuat aktivitas
masyarakatnya beragam, terdiri atas masyarakat petani sawah dan
petani perkebunan yang memanfaatkan kesuburan tanah, penambang
tradisional yang memanfaatkan potesi bahan tambang, para penebang
kayu yang mengambil manfaat ekonomis dari kekayaan hutan serta
sebagian kecil masyarakat yang berprofesi sebagai peternak.
Sebagai sebuah kawasan pedesaan, Desa Lerep (termasuk
didalamnya Dusun Indrakila) memiliki kearifan lokal “Guyub Rukun”,
yaitu kebijaksanaan untuk merasakan, melaksanakan serta
46

Tunggu Gunung Kudu Wareg

Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat desa secara bersama-sama. Kearifan lokal ini tercermin
pada berbagai macam tradisi dan tata peraturan yang kesemuanya
bermuara pada kesadaran untuk secara bersama-sama menjaga
kelestarian alam yang merupakan sumber utama mata pencaharian
masyarakat Desa Lerep.
Contoh tradisi lokal yang sampai saat ini masih dilaksanakan
adalah tradisi “iriban” yang pelaksanaannya ditentukan atas
ketersediaan air bersih pada sumber mata air di desa tersebut. Kegiatan
tersebut dilakukan oleh seluruh masyarakat Desa Lerep dan
masyarakat desa sekitarnya yang aktivitasnya sangat bergantung pada
ketersediaan mata air. Kegiatan membersihkan mata air dilakukan
oleh para tetua adat atau tokoh masyarakat yang diberikan
kepercayaan oleh masyarakat setempat, sementara seluruh masyarakat
berpartisipasi dalam melakukan kegiatan pembersihan saluran irigasi.
Makna dari kegiatan ini adalah kesadaran dari seluruh lapisan
masyarakat di Desa Lerep untuk tetap menjaga agar penyaluran air
dapat tetap terlaksana untuk generasi saat ini dan generasi mendatang,

baik dari segi mutu kebersihan air yang dipergunakan, juga dari segi
kelancaran distribusi penyalurannya yang dijamin dengan melakukan
pembersihan saluran irigasi.
Contoh kebijaksanaan lokal yang masih terjaga hingga saat ini
antara lain aturan untuk tidak menebang pohon pada sebuah area yang
disebut sebagai “Sungklon”. Kata “Sungklon” sendiri tidak memiliki
makna apapun, namun menurut masyarakat Desa Lerep “Sungklon”
diartikan sebagai daerah keramat / suci. Daerah “Sungklon” tersebut
merupakan kawasan di sekitar mata air dengan radius keliling kurang
lebih 500 m, dimana kawasan tersebut berbentuk bukit kecil yang
penuh dengan pohon-pohon kayu besar dan sangat rimbun.
Berdasarkan kepercayaan setempat serta aturan yang berlaku,
pelanggaran terhadap larangan menebang pohon di kawasan
“Sungklon” akan membuat pelakunya dikucilkan dari masyarakat,
diberikan hukuman yang ditentukan oleh para tokoh masyarakat dan
47

Analisis dan Pembahasan

juga dipercaya akan mendapatkan kutukan tertentu secara mistis.

Makna dari aturan ini adalah kesadaran masyarakat bahwa mata air
dan kawasan di sekitarnya merupakan satu kesatuan yang harus
dilindungi keberadaannya. Daerah disekitar mata air sangat
memerlukan adanya pepohonan sebagai penangkap air, sehingga
apabila disekitar mata air tersebut gundul, maka secara otomatis tidak
akan ada lagi air yang tertangkap oleh akar dan daun pepohonan yang
menyebabkan mata air menjadi kering dan pada akhirnya akan
mengganggu seluruh aktivitas masyarakat yang selalu membutuhkan
keberadaan air tersebut.
Kondisi Dusun Indrakila pada saat ini, terutama apabila ditinjau
dari segi perekonomian masyarakatnya telah mengalami peningkatan
yang sangat pesat dibandingkan dengan kondisi sepuluh tahun yang
lalu. Pembangunan kawasan pedesaan yang berpusat pada aktivitas
pemberdayaan masyarakat yang memanfaatkan potensi perekonomian
lokal yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat di Dusun
Indrakila itu sendiri membuat tingkat kesejahteraan ekonomi
masyarakat di Dusun Indrakila berkembang dengan cukup pesat. Pada
saat ini aktivitas perekonomian masyarakat difokuskan pada dua
aktivitas utama yang sangat mempengaruhi terjadinya peningkatan
pendapatan masyarakat yang signifikan yaitu aktivitas pertanian

perkebunan dan peternakan.
Sebagai sebuah kawasan pedesaan yang terletak pada lereng
pegunungan, maka aktivitas pertanian perkebunan merupakan
aktivitas lokal yang sudah berlangsung sejak lama, namun kurangnya
pengetahuan tentang tata cara budidaya tanaman perkebunan yang
baik membuat akses masyarakat untuk dapat meningkatkan hasil
perkebunan yang mereka olah menjadi rendah, sehingga
mempengaruhi tingkat pendapatan yang menjadi rendah dan pada
akhirnya berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang
juga rendah. Peningkatan aktivitas perkebunan dan juga aktivitas
peternakan dimulai semenjak Tahun 2006, yaitu tahun mulai
dicanangkannya pembangunan kawasan Desa Lerep dengan konsep
48

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

optimalisasi sumber daya alam melalui pemberdayaan masyarakat yang
disesuaikan dengan karakteristik masyarakatnya. Konsep tersebut
dicetuskan oleh pemangku jabatan Kepala Desa Lerep yaitu Kades

Sumariyadi, ST yang mulai aktif memangku jabatan semenjak tahun
2006 dengan tagline pembangunan “Tunggu Gunung Kudu Wareg”,
yaitu sebuah konsep pembangunan yang bertujuan untuk melestarikan
kekayaan alam kawasan pegunungan dengan jalan mensejahterakan
masyarakatnya melalui aktivitas perekonomian yang berwawasan
lingkungan.
Berangkat dari kesadaran masyarakat untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, serta didorong oleh pencetusan ide pembangunan
dengan konsep pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
perekonomian berwawasan lingkungan, maka secara bertahap Desa
Lerep melaksanakan pembangunan dan pengembangan aktivitas
perekonomian
masyarakatnya.
Berdasarkan
Perencanaan
Pembangunan Jangka Menengah tahun 2007 yang disusun oleh
Pemerintah Desa Lerep dibawah kepemimpinan Kades Lerep Bapak
Sumariadi, ST pembangunan perekonomian masyarakat di Desa Lerep
difokuskan pada pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan

karakteristiknya.
Pada Perencanaan Pembangunan tersebut, Dusun Indrakila
merupakan kawasan yang menjadi pusat pengembangan aktivitas
perekonomian masyarakat. Dengan mulai diberlakukannya rencana
pembangunan jangka menengah tersebut melalui berbagai macam
program yang dicanangkan oleh pemerintah Desa Lerep, tahap demi
tahap pengembangan perekonomian masyarakat di Dusun Indrakila
mulai dilaksanakan hingga pada akhirnya masyarakat Dusun Indrakila
pada saat ini telah mengalami peningkatan kondisi perekonomian dan
kesejahteraan.

49

Analisis dan Pembahasan

Dusun Indrakila dengan Segenap Dinamika Masyarakatnya
dalam Pembangunan
Dasar Pelaksanaan Progam Pembangunan dengan Konsep Kearifan
Lokal “Tunggu Gunung Kudu Wareg”
Tahun 2006 dianggap sebagai tonggak awal terjadinya

perubahan kondisi perekonomian masyarakat Dusun Indrakila ke arah
yang lebih baik, sebab pada tahun tersebut program pembangunan
berasaskan kearifan lokal melalui pemberdayaan masyarakat dengan
aktivitas perekonomian berwawasan lingkungan mulai dicanangkan,
dirancang dan disusun perencanaannya.

Gambar 4.2
Peneliti Melakukan Wawancara Mengenai Karakteristik Dusun Indrakila
dengan Kepala Desa Lerep Bapak Sumariyadi, ST.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Pembangunan yang dilaksanakan di Desa Lerep memiliki
semboyan “Tunggu Gunung Kudu Wareg” yang menurut Kades
Sumariyadi didefinisikan sebagai berikut :1

1

Wawancara tanggal 06 April 2015

50


Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

“Tunggu Gunung Kudu Wareg dapat diartikan sebagai tujuan
pembangunan Desa Lerep untuk dapat terus melestarikan
sumber daya alam yang berada di gunung/hutan sebagai tempat
tinggalnya (tunggu gunung) yang juga merupakan sumber
kehidupan masyarakat untuk bisa sejahtera (kudu wareg). Saya
sebagai seorang anak asli Desa Lerep menggagas konsep ini
berdasarkan filosofi kehidupan kami yaitu “Guyub Rukun”
yang sudah dipegang teguh oleh seluruh masyarakat dari
generasi ke generasi hingga saat ini, dimana konsep dasar
tersebut menggambarkan konsep pengembangan ekonomi
kemasyarakatan yang selalu bersinergi dengan lingkungan alam
yang merupakan sumber kehidupan kami sebagai masyarakat
desa”.

Filosofi “Guyub Rukun” menggambarkan pensikapan kondisi
sosial oleh setiap anggota masyarakat dimana kondisi apapun yang

dirasakan oleh setiap anggota masyarakat akan dirasakan secara
bersama dan kemudian diatasi secara bersama-sama. Secara turun
temurun masyarakat lokal Desa Lerep menganut kebijaksanaan bahwa
setiap aktivitas manusia harus dapat mencukupi kebutuhannya dan
kebutuhan keluarganya namun juga tetap dapat menjaga keseimbangan alam, agar kekayaan yang ada pada alam tidak menjadi rusak
dan tidak dapat dimanfaatkan di kemudian hari. Pada filosofi tersebut
terdapat dua makna penting, pertama adalah kesadaran masyarakat
untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi bagi setiap warganya dan
kedua adalah kesadaran masyarakat untuk melaksanakan aktivitas
ekonomi masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber
daya alam yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhannya.
Demikian juga konsep pembangunan dengan filosofi “Tunggu
Gunung Kudu Wareg” yang merupakan ide dari Kades Sumariyadi, ST
dengan
mengedepankan
pemberdayaan
masyarakat
untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi, namun tetap menjaga
kelestarian sumber daya alam di kawasan sekitar Desa Lerep.
Berdasarkan Perencanaan Pembangunan Desa Lerep pada tahun
2007, Dusun Indrakila menjadi prioritas utama pembangunan
dikarenakan beberapa permasalahan di kawasan tersebut. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Kades Sumariyadi diketahui beberapa
51

Analisis dan Pembahasan

permasalahan spesifik yang terdapat di Dusun Indrakila dan membuat
daerah tersebut menjadi prioritas utama pembangunan, antara lain :
1.

Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat Dusun Indrakila yang
rendah.

2.

Tingkat pendidikan yang rendah, dikarenakan keterbatasan
ekonomi sehingga menyebabkan upaya pengembangan
perekonomian menjadi rendah.

3.

Tidak optimalnya budidaya pertanian perkebunan
menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat

4.

Kerusakan lingkungan yang disebabkan aktivitas perambahan
hutan dan penambangan bahan tambang (batuan gunung),
dimana kedua aktivitas tersebut terjadi, karena tidak optimalnya
budidaya pertanian masyarakat.

yang

Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi
oleh Pemerintah Desa bersama dengan masyarakat Dusun Indrakila,
disusunlah rancangan program pemberdayaan masyarakat berwawasan
lingkungan, yang disusun atas beberapa potensi yang dimiliki oleh
Dusun Indrakila.
Beberapa potensi tersebut antara lain:
1.

Kesuburan lahan di seluruh wilayah Dusun Indrakila yang
merupakan daerah lereng pegunungan.

2.

Luasan lahan hutan rakyat yang mencapai 30% dari total luas
Dusun Indrakila, dimana seluruh masyarakat Dusun Indrakila
memiliki hak pengelolaan hutan rakyat tersebut.

3.

Aktivitas budidaya tanaman kopi yang sudah dilakukan selama
bertahun-tahun, memberikan potensi sendiri bagi masyarakat
untuk mengembangkan perekonomiannya dengan melakukan
budidaya perkebunan kopi yang lebih baik

4.

Kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kondisi perekonomiannya, yang ditunjukkan lewat rembug dusun antara warga

52

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

Dusun Indrakila dengan Pemerintah Desa Lerep. Hasil dari
rembug dusun tersebut berhasil mengidentifikasi potensi
pengembangan aktivitas peternakan sapi
Berdasarkan identifikasi permasalahan dan potensi yang telah
dilakukan, kemudian Pemerintah Desa Lerep menyusun rancangan
pengembangan aktivitas perekonomian rakyat melalui pemberdayaan
masyarakat yang berwawasan lingkungan di Dusun Indrakila. Dengan
telah disusunnya perencanaan pengembangan aktivitas perekonomian
rakyat, maka itu digunakan menjadi dasar dari program pemberdayaan
masyarakat Dusun Indrakila yang terdiri atas dua pokok program
utama yaitu pengembangan aktivitas perkebunan rakyat dan pengembangan aktivitas budidaya peternakan sapi. Tujuan utama dari pelaksanaan kedua program tersebut sebagaimana yang telah disampaikan
oleh Kades Sumariyadi, ST adalah untuk meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat serta Melestarikan Sumber Daya Alam di Desa Lerep.
Kondisi Masyarakat dan Lingkungan Dusun Indrakila

Aktivitas Perekonomian Masyarakat
Kawasan Dusun Indrakila didominasi oleh kawasan hutan dan
pertanian serta perkebunan, oleh karenanya sebagian besar atau
bahkan hampir seluruh masyarakatnya merupakan masyarakat yang
beraktivitas sebagai petani sawah, petani kebun dan perambah hutan.
Keterbatasan pengetahuan tentang budidaya pertanian sawah dan
perkebunan menjadikan kemampuan masyarakat dalam mengolah
pertanian dan perkebunan menjadi rendah, sehingga menyebabkan
tingkat pendapatan masyarakat dari hasil aktivitas pertanian tersebut
menjadi rendah.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Desa
Lerep yang dilengkapi dengan wawancara terhadap Kepala Dusun
Indrakila menggambarkan bahwa sebelum dilaksanakannya program
pemberdayaan masyarakat terlihat rendahnya kemampuan masyarakat
dalam memaksimalkan sumber daya alam yang dimiliki Dusun
53

Analisis dan Pembahasan

Indrakila, dikarenakan tidak adanya informasi yang dapat mereka
peroleh terkait dengan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam.

Gambar 4.3
Prosentase Aktivitas Perekonomian Masyarakat Dusun Indrakila
Sebelum Tahun 2006
(Sumber : Arsip Kependudukan Desa Lerep, 2006)

Gambar 4.3 memperlihatkan dominannya aktivitas pertanian
perkebunan sebagai aktivitas perekonomian utama masyarakat dimana
hal ini disebabkan adanya kepemilikan hak pengolahan hutan rakyat
yang dimiliki oleh seluruh kepala keluarga masyarakat Dusun
Indrakila. Terdapat dua jenis perkebunan utama yang dikelola oleh
masyarakat yaitu perkebunan kopi dan perkebunan karet, dimana
seluruh masyarakat menanam kedua jenis tanaman tersebut pada
lahan hutan rakyat yang mereka kelola dengan tanaman kopi sebagai
aktivitas budidaya utama. Rendahnya pengetahuan tentang budidaya
tanaman kopi menyebabkan masyarakat tidak dapat mengembangkan
lahan perkebunan kopi yang mereka miliki sehingga dapat
menghasilkan kopi yang berkualitas tinggi dengan masa panen yang
tetap. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat tidak memperoleh
hasil yang tinggi dari budidaya kopi yang mereka lakukan, sehingga
banyak dari masyarakat Dusun Indrakila yang mulai meninggalkan
aktivitas budidaya tersebut.
54

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

Sementara itu, aktivitas peternakan yang ada di Dusun Indrakila
merupakan aktivitas sampingan yang dilakukan dan pada awalnya
dilakukan dalam rangka investasi, sehingga tujuan ekonomis dari
aktivitas tersebut bersifat jangka pendek tanpa adanya rencana untuk
mengembangkan aktivitas peternakan secara lebih baik, agar
mendapatkan hasil yang lebih besar di kemudian hari. Dapat dikatakan
bahwa seluruh masyarakat yang beternak sapi di Dusun Indrakila
merawat sapi-sapi mereka dengan tujuan untuk dijual pada saat
dewasa, sementara pada prosesnya aktivitas beternak sapi
membutuhkan biaya yang sangat besar yang ditutup oleh masyarakat
dari hasil berkebun dan pertanian sawah. Terkurasnya sumber daya
modal masyarakat yang rendah untuk kemudian digunakan sebagai
modal berternak sapi menyebabkan masyarakat tidak memiliki
cadangan dana yang dapat digunakan untuk mengembangkan aktivitas
perekonomiannya yang utama. Akumulasi dari kondisi ini
menyebabkan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi sulit
dilakukan.

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
Sebagian besar masyarakat Dusun Indrakila merupakan
masyarakat petani kebun yang menggarap lahan miliknya sendiri,
dimana hal tersebut cukup membantu masyarakat dalam memperoleh
pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat
pendapatan para petani penggarap. Namun demikian, sebagaimana
yang sudah diungkapkan sebelumnya bahwa akses informasi yang
minim serta pengetahuan yang rendah tentang budidaya tanaman
perkebunan dan pertanian sawah serta budidaya hewan ternak
menyebabkan potensi kepemilikan lahan yang luas tidak dapat
mendorong masyarakat menjadi sejahtera, karena rendahnya
pendapatan yang mereka miliki.
Berdasarkan keterangan dari Bapak Junari, Kepala Dusun
Indrakila yang menyatakan :2
2

Wawancara tanggal 8 April 2015

55

Analisis dan Pembahasan

“Sebelum ada pengembangan kebun dan peternakan sapi,
sebagian besar warga dusun hidup miskin, banyak yang
pendapatannya maksimal Rp 1.000.000 per bulan, bahkan ada
yang hanya Rp 500.000 per bulan, saja. Kemiskinan penduduk
membuat banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan
sekolah menengah apalagi sampai kuliah dan karena
kemiskinan banyak warga yang tingkat kesehatannya rendah,
sering sakit serta susah untuk berobat ke rumah sakit apabila
mengalami sakit yang cukup berat”.

Gambar 4.4
Tingkat Pendapatan Masyarakat Dusun Indrakila Sebelum Tahun 2006
(Sumber : Arsip Kependudukan Desa Lerep, 2006)

Dampak dari rendahnya tingkat pendapatan masyarakat di
Dusun Indrakila secara otomatis akan mempengaruhi kemampuan
masyarakat untuk membiayai kebutuhan pendidikan anak-anaknya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebelum Tahun 2006
kemampuan masyarakat Dusun Indrakila untuk membiayai
pendidikan anak hingga jenjang pendidikan menengah sangat rendah.
Prioritas pemenuhan kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan dan
papan yang telah menghabiskan ketersediaan dana yang dimilikinya
membuat biaya pendidikan menjadi tidak terjangkau.
Dampak lain dari perekonomian yang lemah dari masyarakat
Dusun Indrakila adalah rendahnya akses masyarakat terhadap jaminan
kesehatan, baik pada upaya pencegahan maupun pengobatan. Dampak
56

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

pada upaya pencegahan terlihat pada kemampuan masyarakat untuk
menyediakan tempat tinggal layak huni, dimana sebelum Tahun 2006
lebih dari 63% masyarakat Dusun Indrakila bertempat tinggal pada
rumah kurang layak huni dan hanya 14% yang memiliki rumah layak
huni.

Gambar 4.5
Kategori Rumah Masyarakat Dusun Indrakila Sebelum Tahun 2006
(Sumber : Arsip Kependudukan Desa Lerep, 2006)

Berbagai kondisi baik dari segi sosial, perekonomian, pendidikan
hingga kesehatan masyarakat Dusun Indrakila sebelum dimulainya
program pembangunan pada Tahun 2006 seperti sudah digambarkan di
atas memperlihatkan rendahnya kualitas hidup masyarakat yang
mencerminkan tingkat kesejahteraan yang rendah. Rendahnya tingkat
kesejahteraan masyarakat serta biaya kebutuhan hidup yang terus
meningkat akan memaksa masyarakat untuk melakukan berbagai cara
yang dapat mereka lakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya, dimana pada kasus masyarakat Dusun Indrakila
menyebabkan peralihan aktivitas perekonomian masyarakat yang
menyebabkan kerusakan alam seperti aktivitas perambahan hutan dan
penambangan bahan tambang/batuan gunung. Kondisi ini akan
memicu penurunan daya dukung sumber daya alam di Dusun
57

Analisis dan Pembahasan

Indrakila yang pada akhirnya akan memperburuk kondisi
perekonomian masyarakat yang tidak dapat lagi mengolah hasil
kekayaan alam yang sudah tidak dapat lagi dibudidayakan.

Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Dusun Indrakila
Tingginya biaya hidup yang tidak diimbangi tingkat pendapatan
yang memadai membuat masyarakat melakukan berbagai aktivitas
tambahan dalam rangka menyediakan dana yang dibutuhkan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Selain sebagian dari
masyarakat yang berternak sapi, ada juga masyarakat yang melakukan
aktivitas tambahan dengan mengeksploitasi kekayaan alam Dusun
Indrakila antara lain dengan melakukan perambahan hutan dan
penambangan bahan tambang (batuan gunung). Kedua aktivitas
tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan alam yang
pada akhirnya akan menghabiskan sumber daya alam yang dimiliki
Dusun Indrakila.
Keterangan dari Ketua Kelompok Tani (Wanatani) Dusun
Indrakila Bapak Risman menjelaskan :3
“Banyak masyarakat dusun sebelum ada pengembangan pertanian
yang menjadi perambah hutan dan penambang batuan gunung
tanpa izin. Penggalian batu dilakukan di lereng gunung di
kawasan hutan yang sudah digunduli karena penebangan liar, jadi
kedua aktivitas saling berhubungan dan membuat lingkungan
menjadi rusak. Dampak yang paling terasa yaitu tanah yang rusak
dan membuat tanah mudah longsor”.

Perambahan hutan akan menimbulkan dua dampak besar, yang
pertama terjadinya penggundulan lahan yang menyebabkan
berkurangnya unsur hara dan juga erosi yang berpotensi longsor,
sedangkan yang kedua menyebabkan tangkapan air hujan kedalam
tanah akan berkurang drastis, sehingga membuat persediaan air untuk
kebutuhan hidup dan irigasi lahan pertanian dan/ atau perkebunan
menjadi habis. Kedua dampak tersebut sangat merugikan dan
menyebabkan daya dukung alam dalam menyediakan sumber daya
3

Wawancara tanggal 8 April 2015

58

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

bagi aktivitas perekonomian rakyat menjadi rendah. Kegiatan
penambangan batuan gunung (tanpa izin) akan sangat merusak kondisi
tanah di Dusun Indrakila, dimana dampak yang terjadi akan
menyebabkan penurunan tingkat kesuburan tanah untuk pertanian
dan erosi yang berpotensi menyebabkan longsor serta tercemarnya
aliran air yang digunakan untuk pertanian dan kebutuhan hidup dari
masyarakat lainnya.
Gambaran aktivitas perekonomian di atas memperlihatkan
bahwa sebelum dilaksanakannya program pembangunan berasaskan
kearifan lokal melalui pemberdayaan masyarakat dengan aktivitas
perekonomian berwawasan lingkungan di Dusun Indrakila pada
Tahun 2006, hampir semua aspek perekonomian masyarakat Dusun
Indrakila berada pada level perkembangan yang sangat rendah, atau
dapat dikatakan tidak dapat menunjang peningkatan perekonomian
masyarakatnya dan bahkan cenderung menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas daya dukung sumber daya alam di Dusun Indrakila
dalam menunjang aktivitas perekonomian masyarakat.

Pengembangan
Aktivitas
Budidaya
Perkebunan
Berwawasan Pelestarian Sumber Daya Alam (SDA)
Dasar Pelaksanaan Pengembangan Aktivitas Budidaya Perkebunan
Berwawasan Pelestarian SDA
Aktivitas
budidaya
perkebunan
merupakan
aktivitas
perekonomian utama di Dusun Indrakila, dimana seluruh warga
masyarakatnya memiliki hak pengelolaan hutan rakyat dan oleh
karenanya setiap keluarga di Dusun Indrakila melakukan aktivitas
perkebunan. Ragam tanaman perkebunan yang dibudidayakan oleh
masyarakat Dusun Indrakila antara lain tanaman kopi, karet, singkong,
tebu, tanaman buah seperti durian, nangka dan rambutan.
Pengembangan aktivitas pertanian perkebunan dirasa perlu
dioptimalkan karena beberapa alasan berikut :
59

Analisis dan Pembahasan

1.

Hasil aktivitas perkebunan tidak optimal, sehingga masyarakat
memperoleh pendapatan yang rendah.

2.

Tidak optimalnya pendapatan dari aktivitas perkebunan membuat
banyak warga Dusun Indrakila yang mencari tambahan
penghasilan dengan melakukan eksploitasi kekayaan alam seperti
penebangan pohon kayu di hutan rakyat dan penambangan
batuan gunung (tanpa izin) yang berpotensi pada kerusakan alam.

3.

Tidak optimalnya usaha budidaya perkebunan masyarakat
disebabkan pengetahuan yang minim tentang tata cara
pengolahan tanaman perkebunan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, program pemberdayaan
masyarakat dalam aktivitas budidaya perkebunan direncanakan secara
bertahap. Tujuan utama dari pemberdayaan masyarakat dengan
budidaya perkebunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat petani di Dusun Indrakila sekaligus mengurangi jumlah
masyarakat yang melakukan eksploitasi kekayaan alam, sehingga
disamping meningkatkan kesejahteraan masyarakat program tersebut
juga dapat meningkatkan kelestarian alam di Dusun Indrakila.
Tahapan Proses Pelaksanaan Pengembangan Aktivitas Budidaya
Perkebunan Berwawasan Pelestarian SDA
Proses pelaksanaan pengembangan aktivitas budidaya
perkebunan di Dusun Indrakila berlangsung secara bertahap, namun
secara perlahan menunjukkan perkembangan yang signifikan. Salah
satu anggota LSM Bintari yang secara aktif turut membina masyarakat
petani perkebunan Dusun Indrakila dari awal hingga saat ini Bapak
Nuryanto menjelaskan secara singkat tahapan tersebut :4
“Dari awal, pengembangan perkebunan di Indrakila
dilaksanakan seluruhnya secara mandiri oleh masyarakat.
Berangkat dari kesadaran akan perlunya peningkatan
kesejahteraan serta kenyataan satu-satunya pengetahuan yang
dimiliki adalah bertani kebun, maka konsep pengembangan
4

Wawancara tanggal 11 April 2015

60

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

budidaya perkebunan langsung disambut baik oleh masyarakat.
Periode awal ditargetkan sebagai pilot project yang diharapkan
dapat merangsang keinginan masyarakat untuk turut aktif
dalam program ini. Diskusi aktif dengan masyarakat sering
dilakukan dalam rangka berbagi pengetahuan, disamping itu
sosialisasi aktif terus dilakukan oleh mereka yang sudah
tergabung terlebih dahulu mengikuti program ini, hingga pada
akhirnya banyak anggota masyarakat yang mau ikut aktif dan
mengikuti arahan pengembangan budidaya perkebunan yang
disepakati seluruh anggota kelompok tani Dusun Indrakila”.

Tahap Pertama: Sosialisasi Program Pemberdayaan Petani Perkebunan
Tahap awal pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani
perkebunan di Dusun Indrakila dilaksanakan dengan melakukan
kegiatan sosialisasi antara Pemerintah Desa Lerep yang mengikut
sertakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bintari dengan
masyarakat Dusun Indrakila.

Gambar 4.6
Diskusi bersama warga masyarakat Dusun Indrakila saat membahas
permasalahan dan potensi pengembangan aktivitas
perekonomian masyarakat
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

61

Analisis dan Pembahasan

Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat ini
melibatkan tiga pihak yaitu pemerintah desa sebagai fasilitator, LSM
Bintari sebagai pendamping kegiatan dan masyarakat Dusun Indrakila
sebagai pelaku aktif pemberdayaan masyarakat. Sebagai fasilitator,
Pemerintah Desa Lerep memiliki kewenangan dalam mengeluarkan
kebijakan yang dapat mendukung program pemberdayaan budidaya
perkebunan di Dusun Indrakila. Disamping itu sebagai lokomotif
pembangunan kawasan pedesaan, Pemerintah Desa Lerep memiliki
akses yang sangat besar terhadap ketersediaan segala sarana prasarana
penunjang kegiatan budidaya perkebunan.
LSM Bintari ditunjuk sebagai pendamping pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat dengan tujuan memberikan bekal
pengetahuan yang memadai mengenai berbagai teknik pengelolaan
budidaya perkebunan yang dapat memberikan hasil yang optimal bagi
masyarakat. Dengan berbagai pengalaman yang dimiliki dalam
melakukan pendampingan masyarakat, LSM Bintari diharapkan dapat
menularkan semangat berinovasi dan mengimplementasikan
pengalaman yang terkait dengan usaha optimalisasi budidaya
perkebunan kepada masyarakat Dusun Indrakila. Sementara itu,
masyarakat Dusun Indrakila sendiri diharapkan akan menjadi pelaku
utama yang memiliki inisiatif untuk melakukan usaha pengembangan
budidaya perkebunan secara optimal, proaktif dalam mengajak anggota
masyarakat yang lainnya, agar mau mengikuti jejak dalam
membudidayakan perkebunan dan meninggalkan kegiatan eksploitasi
sumber daya alam serta memiliki keinginan yang besar untuk selalu
menambah pengetahuannya tentang berbagai metode pengembangan
budidaya perkebunan yang baik.

Tahap Kedua : Pembentukan Kelompok Tani dan Identifikasi
Permasalahan Budidaya Perkebunan Dusun Indrakila
Tahap kedua setelah sosialisasi kegiatan pemberdayaan
masyarakat dengan mengoptimalkan budidaya perkebunan adalah
pembentukan kelompok-kelompok tani kecil yang dikelompokkan
berdasarkan jenis tanaman perkebunan yang dibudidayakan.
62

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

Pengelompokan tersebut dilakukan untuk dapat lebih mengorganisir
aktivitas para petani sekaligus menemukenali segala permasalahan dan
potensi pengembangan budidaya perkebunan secara lebih mendalam.

Gambar 4.7
Peneliti mengikuti diskusi bersama warga masyarakat Dusun Indrakila
dengan salah satu anggota LSM Bintari
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Kegiatan ini melibatkan LSM Bintari sebagai pendamping
kegiatan dan masyarakat petani sebagai pelaku aktif. Pendampingan
dilakukan dalam rangka mengajarkan masyarakat untuk dapat
mengorganisasi kegiatan yang mereka lakukan secara lebih teratur
yang akan berguna dalam melakukan berbagai macam kegiatan dan
mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan budidaya perkebunan
sesuai dengan jenis tanaman perkebunan yang mereka budidayakan.
Pada tahap kedua ini juga dilakukan proses identifikasi permasalahan
yang menyebabkan tidak optimalnya budidaya perkebunan yang
dilakukan oleh masyarakat. Sebagai pendamping,
LSM Bintari membagikan berbagai macam pengalaman yang
terkait dengan budidaya tanaman perkebunan yang memiliki
63

Analisis dan Pembahasan

kesamaan dengan budidaya perkebunan yang selama ini diusahakan
oleh masyarakat Dusun Indrakila. Bapak Nuryanto selaku pembina
aktif dari LSM Bintari menjelaskan peranan LSM dalam pelaksanaan
program tersebut :5
“Fungsi pendampingan yang dilakukan oleh LSM Bintari
hanya sekedar memberikan masukan, gambaran, pengalaman
serta bekal pengetahuan yang kami harapkan dapat
bermanfaat dan dimanfaatkan oleh masyarakat pada proses
pengembangan budidaya perkebunan yang sedang berlangsung. LSM Bintari mempercayai bahwa ketiadaan
pengalaman budidaya perkebunan yang dikelola secara baik
dan benar bukan berarti masyarakat tidak memiliki
kemampuan untuk melaksanakan budidaya perkebunan yang
baik, mereka hanya membutuhkan contoh pengalaman,
bimbingan dalam memperluas pengetahuan dan meningkatkan kemampuan, serta berbagai wawasan lain yang dapat
mereka terapkan dan berguna bagi pengembangan aktivitas
perekonomian masyarakat. Hal-hal tersebut dapat dikatakan
sebagai pendorong atau perangsang atau pemicu atas
tumbuhnya keinginan masyarakat untuk berkembang lebih
baik, karena dengan meningkatnya pengetahuan, masyarakat
akan sadar dengan sendirinya bahwa mereka memiliki
kemampuan untuk menjadi lebih baik, dan oleh karenanya
akan mewujudkan kesadaran tersebut dalam berbagai upaya
untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang”

Dengan adanya berbagi pengalaman yang dilakukan oleh
pendamping, selanjutnya masyarakat diajak untuk mengenali
permasalahan yang mereka alami secara mandiri. Hasil dari
identifikasi permasalahan budidaya perkebunan yang dilakukan secara
mandiri oleh masyarakat dengan pendampingan dari LSM Bintari
adalah ditemukannya permasalahan-permasalahan seperti :
1.

Metode bercocok tanam tanaman perkebunan yang tidak sesuai
dengan karakter morfologi Dusun Indrakila
Berdasarkan hasil bagi pengalaman bersama pendamping,
masyarakat Dusun Indrakila kemudian mencoba mengenali
permasalahan yang mereka alami selama mengolah tanaman

5

Wawancara tanggal 11 April 2015

64

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

perkebunan di wilayahnya. Setelah melakukan saling silang
pengalaman dengan pengetahuan yang didapat dari pendamping,
diidentifikasi berbagai permasalahan terkait dengan metode
bercocok tanam yang tidak sesuai dengan karakteristik morfologis
wilayah Dusun Indrakila, antara lain :
a. Jenis tanaman kopi arabica yang kurang cocok untuk ditanam
di Dusun Indrakila, dimana dengan karakter kesuburan tanah
dan ketersediaan sumber daya air yang melimpah serta
intensitas sinar matahari sepanjang tahun maka jenis tanaman
kopi yang paling cocok adalah jenis kopi robusta.
b. Usia tanaman kopi yang sudah waktunya diregenerasi namun
dibiarkan menjadi tua, yang berakibat pada hasil produksi kopi
yang tidak optimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
c. Tidak dilakukannya pembibitan tanaman kopi untuk
menjamin ketersediaan bibit kopi bagi proses regenerasi
tanaman dalam rangka menjaga kualitas produk kopi hasil
perkebunan masyarakat Dusun Indrakila
d. Tidak dilakukannya sistem tumpang sari antara tanaman kopi
dengan tanaman perkebunan lainnya, sehingga penyediaan
produk perkebunan siap jual tidak dapat dilakukan setiap hari.
Kondisi tersebut berakibat pada tidak adanya pemasukan
harian bagi masyarakat petani perkebunan yang membutuhkan
adanya ketersediaan dana bagi pemenuhan kebutuhan hidup
harian.
2.

Penanaman berbagai macam tanaman yang kurang ekonomis
Selain berhasil mengenali permasalahan yang terkait dengan
metode bercocok tanam, saling silang antara pengalaman yang
dibagikan pendamping dengan pengalaman menghadapi
permasalahan yang pernah dihadapi para petani juga
mengidentifikasi kekurang cocokan jenis tanaman yang
dibudidayakan oleh para petani di Dusun Indrakila. Pada
umumnya masalah tersebut bermuara pada kurang ekonomisnya
65

Analisis dan Pembahasan

tanaman tersebut untuk dibudidayakan dikarenakan hasilnya
yang tidak dapat dipanen setiap saat ataupun kebiasaan menanam
jenis tanaman tertentu secara turun temurun tanpa ada inisiatif
untuk merubah penanaman jenis tanaman baru yang lebih
bermanfaat secara ekonomis bagi masyarakat. Berbagai jenis
tanaman yang sudah turun temurun dibudidayakan oleh
masyarakat dan kurang memberikan manfaat ekonomis bagi
petani antara lain :
a. Berbagai jenis pohon kayu seperti cendana, sengon dan
sebagainya. Penanaman pohon-pohon tersebut memang dimaksudkan untuk diambil kayunya dan kemudian dijual agar
mendapatkan hasil jual dalam jumlah yang cukup besar.
Meskipun menjanjikan hasil penjualan yang besar, budidaya
pohon kayu memiliki beberapa masalah antara lain :
 Waktu panen yang sangat lama, sementara keterbatasan
dana membuat jumlah pohon yang mampu ditanam tidak
terlalu banyak dan pada umumnya memiliki usia tanam
yang sama. Lamanya waktu panen berkisar lima hingga
delapan tahun dari penanaman bibit pohon, membuat
rentang waktu yang panjang tersebut memaksa para petani
harus mencukupi kebutuhannya baik dengan melakukan
penebangan kayu ilegal, penambangan batuan gunung
secara tradisional dan liar atau bahkan berhutang;
 Penebangan pohon kayu pada waktu panen akan membuat
kondisi hutan menjadi gundul dan berpotensi terhadap
kerusakan alam. Penebangan kayu ilegal yang dilakukan
sebagai dampak waktu tunggu panen yang lama juga
mengakibatkan kerusakan alam demikian juga dengan
penambangan bahan tambang secara liar. Kerusakan alam
yang ditimbulkan dari budidaya pohon kayu justru
membawa dampak kerugian yang sangat besar bagi
kelangsungan aktivitas perekonomian di Dusun Indrakila
baik berupa berkurangnya tingkat kesuburan tanah,
66

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

berkurangnya pasokan sumber daya air serta kemungkinan
terjadinya bahaya longsor akibat erosi;
 Adanya sebagian masyarakat yang berhutang dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup akan membawa dampak yang
sangat besar bagi kemampuan mereka untuk mengembangkan aktivitas perekonomiannya. Tingkat pendapatan
yang kecil yang masih dibebani dengan hutang yang harus
dibayarkan
membawa
konsekuensi
berkurangnya
kemampuan masyarakat untuk memberikan pendidikan
yang tinggi bagi anak-anaknya serta menurunnya kemampuan untuk menjamin kesehatan anggota keluarganya.
b. Penanaman tanaman umbi-umbian seperti jagung, ketela
rambat dan sebagainya tanpa diselingi penanaman tanaman
jenis lain dan tanpa disertai teknik bercocok tanam yang baik
membuat kualitas dan kuantitas hasil produksi perkebunan
masyarakat cukup rendah, sehingga tidak bisa untuk
mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Jenis-jenis tanaman
tersebut merupakan jenis tanaman yang secara turun temurun
telah ditanam oleh masyarakat Dusun Indrakila, sehingga para
generasi penerus dalam melakukan budidaya perkebunan
hanya bersifat meneruskan budidaya yang sudah dilakukan,
karena tanaman-tanaman tersebut dianggap sebagai tanaman
yang cocok ditanam di Dusun Indrakila.
Berhasil diidentifikasinya permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dalam budidaya perkebunan oleh masyarakat petani Dusun
Indrakila secara mandiri, menimbulkan kesadaran dalam diri
masyarakat untuk dapat menemukan solusi permasalahan tersebut dan
melakukan berbagai upaya agar budidaya perkebunan yang telah
dilakukan selama bertahun–tahun dan secara turun temurun dapat
menghasilkan keuntungan ekonomis yang optimal.

67

Analisis dan Pembahasan

Bapak Samto, Ketua Kelompok Tani Dusun Indrakila yang
khusus mengkoordinir pengembangan budidaya pertanian dan
perkebunan menyatakan :6

“Adanya LSM Bintari membuat kami menjadi lebih mengerti
tentang teknik bertani kebun yang lebih baik. Bintari
mengajarkan kepada kami tentang tata cara perencanaan
pengembangan aktivitas mulai dari menemukan masalah,
menyusun solusi, hingga melaksanakan berbagai hal yang
merupakan solusi dari permasalahan yang sudah berhasil kami
kenali.”

Gambar 4.8
Wawancara peneliti dengan Ketua Kelompok Tani Dusun Indrakila
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Pembentukan kelompok tani merupakan inisiatif dari
masyarakat Dusun Indrakila yang muncul sebagai hasil dari bagi hasil
pengalaman yang dilakukan oleh pendamping dari LSM Bintari.
Pembentukan kelompok-kelompok tani dalam jumlah anggota yang
lebih sedikit ini bertujuan :
1. Mengorganisir berbagai kegiatan yang terkait dengan budidaya
perkebunan di Dusun Indrakila
6

Wawancara tanggal 12 April 2015

68

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

Budidaya perkebunan membutuhkan berbagai macam sarana dan
prasarana pendukung yang sangat penting dalam rangka menjamin
ketersediaan berbagai macam kebutuhan dalam kegiatan bercocok
tanam seperti ketersediaan air, pupuk, peralatan bercocok tanam,
dan berbagai macam keperluan air lainnya.
Pembentukan kelompok tani dalam skala yang kecil dimaksudkan
untuk dapat membagi tugas dan kerja penyediaan berbagai macam
keperluan tersebut. Beberapa model pembagian tugas kerja
kelompok-kelompok tani tersebut antara lain :
a. Memantau kondisi saluran irigasi, termasuk didalamnya
pengecekan kondisi saluran irigasi, perawatan dan gotong
royong perbaikan saluran irigasi yang mengalami kerusakan
secara bersama-sama.
b. Pendelegasian satu orang anggota kelompok tani untuk menjadi
anggota koperasi usaha tani Dusun Indrakila yang memiliki
tugas dan tanggung jawab antara lain :
 Menjamin ketersediaan pupuk, termasuk didalamnya
pembelian, pendistribusian serta pencatatan kebutuhan pupuk
dari setiap kelompok tani
 Menjamin ketersediaan kelengkapan alat-alat pertanian
2. Menemukenali berbagai permasalahan yang akan timbul dalam
proses pemberdayaan masyarakat petani perkebunan di Dusun
Indrakila secara lebih cepat dan tepat.
Diskusi yang terjadi pada rapat pertemuan kelompok tani dalam
jumlah kecil dengan jenis tanaman budidaya yang serupa akan
dapat membahas berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh
masing-masing anggota kelompok. Adanya kemungkinan
munculnya masalah yang berbeda-beda dan membagikan
pengalaman tentang permasalahan tersebut dalam setiap diskusi
akan memperkaya pengetahuan setiap anggota kelompok dalam
membudidayakan tanaman perkebunannya.
69

Analisis dan Pembahasan

Intensitas pertemuan yang cukup sering dengan tingkat kedekatan
personal yang hangat akan membuat keinginan untuk membahas
permasalahan dan menemukan solusi terhadap permasalahan dapat
muncul dengan sendirinya pada setiap anggota kelompok tani
tersebut. Dengan adanya kesadaran untuk saling membantu
anggota kelompok, maka perumusan solusi permasalahan akan
semakin cepat bisa disusun dan dilaksanakan, kemudian secara
bersama-sama dievaluasi hasilnya.
3. Memberikan dorongan sekaligus memberikan pengaruh positif
kepada anggota masyarakat lainnya
Setiap anggota kelompok tani kecil memiliki tanggung jawab moral
untuk memberikan pengaruh positif kepada anggota masyarakat
lainnya di Dusun Indrakila, terutama masyarakat yang masih
melakukan eksploitasi sumber daya alam agar berkeinginan
mengikuti jejak anggota kelompok tani. Obrolan santai dalam
kehidupan sehari-hari dirasa jauh lebih efektif dalam menularkan
semangat dan menumbuhkan keinginan dari anggota masyarakat
non-anggota kelompok tani untuk ikut menjadi bagian dari
program pemberdayaan masyarakat petani perkebunan tersebut.
Pada akhirnya, hasil ekonomi yang lebih baik yang diperoleh para
anggota kelompok tani akan dapat diketahui secara langsung oleh
masyarakat Dusun Indrakila lainnya, kemudian karena faktor
kedekatan emosional, maka tidak akan ada rasa canggung dan malu
dari anggota masyarakat lainnya untuk mengikuti jejak para
anggota kelompok tani membudidayakan perkebunan secara
profesional dan teroganisir.

Tahap Ketiga : Penyusunan dan Pelaksanaan Rencana Program
Budidaya Pertanian Perkebunan di Dusun Indrakila
Terbentuknya kelompok tani sebagai wadah organisasi
masyarakat petani perkebunan Dusun Indrakila merupakan modal
dasar yang sangat penting dalam melaksanakan program
pemberdayaan secara bertahap dan teroganisir. Berbagai macam
70

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

diskusi yang membahas tentang tata cara pengelolaan budidaya
perkebunan, pembentukan kelompok-kelompok tani kecil sekaligus
pembagian tugas kerja dari masing-masing kelompok tani tersebut
memperlihatkan kesiapan program budidaya pertanian perkebunan di
Dusun Indrakila siap untuk dilaksanakan.
Berdasarkan hasil pengidentifikasian masalah dan potensi
budidaya pertanian perkebunan yang dilakukan secara mandiri oleh
masyarakat menjadi informasi berharga untuk menemukenali jenis
tanaman perkebunan yang layak untuk dibudidayakan di wilayah
tersebut. Secara bersama-sama, masyarakat Dusun Indrakila
menetapkan dan melakukan langkah–langkah budida pertanian
perkebunan sebagai berikut :
1. Meminimalisasi penanaman pohon kayu untuk ditebang
Penanaman pohon kayu masih sangat penting untuk menunjang
kestabilan tanah di lereng Dusun Indrakila, disebabkan struktur
akar dari tanaman untuk menahan beban tanah di atasnya serta
mampu menahan air hujan, agar tidak langsung mengalir ke bawah
dusun. Berdasarkan pengalaman masa lalu yang memperlihatkan
adanya penggundulan kawasan hutan rakyat dengan penebangan
pohon, maka akhirnya jumlah pohon yang boleh ditebang dibatasi
dengan beberapa persyaratan anatra lain harus ada regenerasi
terhadap pohon yang akan ditebang.
Waktu panen yang cukup lama juga menjadi pertimbangan oleh
masyarakat Dusun Indrakila, sehingga masyarakat bersepakat untuk
memfokuskan budidaya pertanian perkebunan dengan tanaman
yang dapat dipanen secara periodik dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama.
2. Mengusahakan penanaman tanaman jangka panjang
Jenis tanaman jangka panjang terdiri atas dua jenis yaitu tanaman
musiman dan tanaman non-musiman, dimana kedua jenis tanaman
tersebut memiliki kesamaan waktu panen yang cukup lama sekitar
dua hingga empat bulan. Budidaya tanaman ini dimaksudkan untuk
71

Analisis dan Pembahasan

mendorong tingkat pendapatan masyarakat petani, dikarenakan
hasil jual dari tanaman jangka panjang jauh lebih besar daripada
tanaman dengan waktu panen yang pendek.
Tanaman musiman yang diusahakan umumnya terdiri dari tanaman
buah-buahan seperti Durian, Nangka dan Rambutan yang dapat
tumbuh subur di wilayah Dusun Indrakila. Hasil panen buahbuahan tersebut memberikan tambahan pendapatan yang cukup
besar yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dapat
mengembangkan aktivitas perekonomiannya, meningkatkan
kesejahteraan hidup keluarganya, sehingga mampu memberikan
akses pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.
Sedangkan tanaman non-Musiman yang dapat dibudidayakan di
wilayah penelitian antara lain tanaman kopi dengan waktu panen
sekitar 2,5 tahun dari penanaman bibit. Tambahan pengetahuan
mengenai jenis kopi yang cocok untuk wilayah Dusun Indrakila
berupa kopi robusta, teknik budidaya perkebunan kopi yang lebih
baik, penyediaan bibit kopi secara mandiri untuk menjamin
regenerasi tanaman kopi merupakan praktek budidaya perkebunan
kopi yang diimplementasikan oleh anggota kelompok tani dan pada
akhirnya memberikan manfaat ekonomis yang lebih baik dari
sebelumnya.
Berbagi pengalaman yang dilakukan oleh LSM Bintari sebagai
pendamping dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat
mengenai teknik penanaman secara berkala atau periodik yang
bertujuan agar tanaman jangka panjang tersebut dapat dipanen
dalam jangka waktu yang berselang-seling dikarenakan waktu
penanaman yang tidak sama.
3. Mengusahakan penanaman tanaman jangka pendek
Tanaman jangka pendek memiliki waktu panen antara 8 sampai
dengan 9 minggu dari penanaman bibit, dan jarak antar panen
sekitar 5 hari dengan waktu panen sebelumnya. Meskipun memiliki
nilai jual yang rendah dibandingkan tanaman jangka panjang,
72

Tunggu Gunung Kudu Wareg
Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

namun ketersediaan produk perkebunan siap jual yang dapat
tersedia setiap hari dapat memberikan penghasilan yang dapat
dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
masyarakat Indrakila.
Penggunaan teknik “tumpang sari” pada budidaya tanaman
perkebunan jangka pendek memberikan banyak manfaat bagi
anggota kelompok tani. Pertama adalah pemanfaatan lahan secara
optimal untuk membudidayakan tanaman dalam jumlah yang lebih
banyak. Kedua memberikan kesempatan kepada para anggota
kelompok tani untuk menyediakan produk siap jual setiap hari
yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan
hidup harian.
4. Memberikan kesempatan kepada masyarakat
kelompok tani untuk mendapat manfaat

non-anggota

Manfaat besar dari penjualan produk hasil perkebunan dirasa sudah
memberikan keuntungan yang sangat besar bagi para anggota
kelompok tani dan oleh karenanya para anggota tersebut
berinisiatif untuk memberikan kesempatan masyarakat nonanggota yang selama ini berpenghasilan rendah untuk
memanfaatkan keberadaan perkebunan tersebut. Salah satu peluang
yang diberikan oleh para anggota kelompok tani yaitu membiarkan
masyarakat non-anggota kelompok tani untuk mencari rumput
yang tumbuh di sekitar tanaman perkebunan, kemudian rumput
tersebut dijual sebagai bahan pakan ternak. Lahan perkebunan yang
sangat luas serta pertumbuhan tanaman rumput yang sangat cepat
memberikan peluang yang sangat besar untuk usaha penyediaan
pakan ternak, terutama ternak sapi yang pada saat bersamaan juga
dikembangkan di Dusun Indrakila.
Berbagai macam program dan tahapan pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat petani perkebunan di Dusun Indrakila
dilaksanakan bersama-sama oleh warga masyarakat dengan
mendapatkan pendampingan dari LSM Bintari serta memperoleh
dukungan penuh dari Pemerintah Desa Lerep.
73

Analisis dan Pembahasan

Permasalahan-Permasalahan dalam Proses Pelaksanaan
Selama proses pelaksanaan pengembangan budidaya perkebunan
di Dusun Indrakila beberapa permasalahanpun juga muncul.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diidentifikasi dari
pernyataan narasumber LSM Bintari sebagai berikut :7

“Permasalahan pada pengembangan budidaya perkebunan di
Dusun Indrakila dapat disimpulkan dalam satu sudut pandang
yaitu dari segi waktu atau tahap proses pelaksanaan. Pada tahap
awal pelaksanaan, kesulitan terbesar adalah memperoleh
kepercayaan penuh dari masyarakat bahwa budidaya
perkebunan di Dusun Indrakila dapat dikembangkan
sedemikian rupa, hingga dapat menjadi aktivitas perekonomian
utama yang menjamin kesejahteraan perekonomian masyarakat.
Pada tahap awal ini kesulitan juga dirasakan karena rendahnya
kemampuan masyarakat baik dari segi teknik bertani maupun
pengalaman dalam melakukan pembudidayaan perkebunan
dengan baik.
Pada tahap kedua permasalahan lebi

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konservasi Berbasis Kearifan Lokal: studi kasus Sasi di Kabupaten Raja Ampat T2 422012103 BAB IV

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kearifan Lokal Terhadap Sikap Etnis Nias dalam Menghadapi Para Pendatang di Kota Gunung T2 752011039 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kearifan Lokal Terhadap Sikap Etnis Nias dalam Menghadapi Para Pendatang di Kota Gunung T2 752011039 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kearifan Lokal Terhadap Sikap Etnis Nias dalam Menghadapi Para Pendatang di Kota Gunung T2 752011039 BAB IV

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mitos Gunung Suci: Studi Historis Kultur Gunung Mutis dalam Imajinasi Masyarakat Mollo T2 752015020 BAB IV

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunggu Gunung Kudu Wareg : Studi Dinamika Masyarakat Desa dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal T2 092013008 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunggu Gunung Kudu Wareg : Studi Dinamika Masyarakat Desa dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal T2 092013008 BAB II

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunggu Gunung Kudu Wareg : Studi Dinamika Masyarakat Desa dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal T2 092013008 BAB V

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunggu Gunung Kudu Wareg : Studi Dinamika Masyarakat Desa dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

0 0 21

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Transmigrasi Lokal Pemerintah Provinsi Papua T2 BAB IV

0 1 4