SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI M
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN AKAN KEGAGALAN KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB PIL DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG KARYA TULIS ILMIAH
Oleh : RIZZATUL KHUMAIROH NIM. 1214315401100 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2015
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN AKAN KEGAGALAN KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB PIL DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG KARYA TULIS ILMIAH
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar
Ahli Madya Kebidanan
Oleh : RIZZATUL KHUMAIROH NIM. 1214315401100 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2015
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan KB Pil Di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang ”oleh Rizzatul Khumairoh ini Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Malang, 28 Mei 2015 Pembimbing I
Sih Ageng Lumadi, S.Kep., M.Kep NIDN. 0729018101
Malang, 28 Mei 2015 Pembimbing II
Ariana Listuhayu, S.Si., M.Si NIDN. 07314314075
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan KB Pil Di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang ” oleh Rizzatul Khumairoh ini telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 8 Juni 2015
Penguji I
Dra. Susilaningsih, M.Kes NIDN. 4028085001
Penguji II Penguji III
Sih Ageng Lumadi, S.Kep., M.Kep Ariana Listuhayu, S.Si., M.Si NIDN. 0729018101
NIDN. 07314314075
Mengetahui, Ketua STIKes Maharani Malang
dr. Aman Ardjito Endarso, S.KM NIK. 07314307004
ABSTRAK
Khumairoh, Rizzatul. (2015). Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil Di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi DIII Kebidanan STIKes Maharani Malang. Pembimbing: (1) Sih Ageng Lumadi, S.Kep., M.Kep (2) Ariana Listuhayu, S.Si., M.Si
Kecemasan merupakan kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan terhadap apa yang mungkin dapat terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Kegagalan kontrasepsi adalah hal yang sangat dicemaskan bagi setiap akseptor KB pil yang tidak menginginkan kehamilan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan KB pil salah satu adalah, kealpaan meminum pil KB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada akseptor KB pil di Desa Petungsewu, Dau, Malang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan responden sebanyak 26 responden dengan total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diolah dalam bentuk distribusi presentase. Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik ibu umur (25-35 tahun 58%), pendidikan (SD 50%), pekerjaan (swasta 34%), lama pemakaian (1-5 tahun 42%), usia anak terakhir (5-20 tahun 46%), dan tingkat kecemasan (cemas ringan 62%). Semua karakteristik yang diamati diduga mempunyai pengaruh dalam menghadapi kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada akseptor KB pil. Petugas kesehatan diharapkan dapat mengoptimalkan pemberian informasi tentang penggunaan KB pil kepada akseptor baru maupun lama, sehingga kecemasan ibu akan kegagalan kontrasepsi pil dapat diatasi. Hasil penelitian ini dapat menjadi data awal untuk dilakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan akseptor KB pil akan kegagalan kontrasepsi.
Kata kunci : Kecemasan, Kontrasepsi Pil
ABSTRACT
Khumairoh, Rizzatul. (2015). Description Anxiety Level Of Contraception failure Birth Control Pill Acceptors In Petungsewu Village, Dau Subdistrict, Malang Regency. Scientific Writing. Midwivery Diploma III Study Program Of STIKes
Maharani Malang. The Advisor : Sih Ageng Lumadi, S.Kep., M.Kep, The � Advisor: Ariana Listuhayu, S.Si., M.Si
Anxiety is a physical condition with anxious and fear symptom caused by usual and unusual problems. Contraception failure also a common problem among the birth control pill. One of the failure cause is irregular time consuming or forgot to consume birth control pill . The purpose of this study was to determine anxiety level towards contraception failure KB pil acceptors in Petungsewu village, Dau, Malang. This research uses descriptive design 26 responden. Data were collected using questionnaires processed using the percentage distribution. The conclusion of the research are based on maternal characteristic age (25-35 years old 58%), education (elementary school 50 %), work (private 34%), long usage (1-5 years 42%), age of last child (5-20 years old 46%), and anxiety level (mild anxiety 62%). The result showed that all characteristics have influence in to anxiety towards contraception failure KB pill acceptors. Health workers are expected to optimize the provision of information on the use pill KB for new and old acceptors. Contraception failure can be overcome and may be come preliminary data for further research in the future about factors affected the level of anxiety acceptors KB contrasepstive pill failure.
Key words : Anxiety, Pil Contraception
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil Di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang ”.
Karya Tulis Ilmiah ini bukan hanya atas usaha dan kerja keras peneliti, tetapi juga atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Aman Ardjito Endarso, S.KM; selaku Ketua STIKes Maharani Malang.
2. Diana Noor Fatmawati, S.ST; selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKes Maharani Malang.
3. BPM Dwi Astutik, A.Md.Keb; selaku Bidan POLINDES Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
4. Sih Ageng Lumadi, S.Kep, M.Kep; selaku pembimbing I yang telah membimbing dan memberi masukan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. Ariana Listuhayu, S.Si, M.Si; selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberi masukan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
6. Ratna Diana, S.ST; selaku pembimbing pendamping II yang telah membimbing dan memberi masukan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Dra. Susilaningsih, M.Kes; selaku penguji Karya Tulis Ilmiah.
8. Ibu Isnah Nur Khayati S.Pd.I tercinta, Alm Bapak Sudirman BA tersayang, kakak tersayang M.Ainul Fikri Kholili S.H.I, yang senantiasa selalu memberi dukungan dan mendampingi disetiap langkah
9. Sanak saudara dan keluarga yang telah memberikan do’a, dukungan, dan semangat.
10. Teman-teman program studi DIII Kebidanan STIKes Maharani Malang yang telah memberikan semangat dan dukungan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dan mendukung terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
Peneliti menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan. Akhirnya, harapan peneliti semoga dapat bermanfaat, Amin.
Malang, 25 Mei 2015
Peneliti
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 47
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 47
5.2 Saran ................................................................................................ 47 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Ujian Akhir Program Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Lampiran 3. Surat Balasan Tempat Penelitian Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 5. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 6. Lembar Persetujuan Bersedia Menjadi Responden ( Informed
Consent ) Lampiran 7 Lembar Kuisioner Lampiran 8. Master Sheet Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh kekhawatiran dan ketakutan dengan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Emosi seperti sedih dan sakit umumnya akan hilang dengan hilangnya penyebab kemunculannya, namun tidak pada kecemasan. Kecemasan umumnya bersifat akut, dimana awalnya hanyalah bisikan dan kekhawatiran yang semakin menguat, sehingga dapat menimbulkan penyakit kejiwaan maupun penyakit tubuh (Az-zahrani, 2005). Salah satu kecemasan pada pasangan usia subur dengan multi paritas adalah terjadinya kehamilan. Sehingga dilakukan usaha-usaha untuk menghindari kehamilan digunakan sterilisasi, sedangkan untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi (El-Manan, 2011).
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Yang dapat dilakukan dengan beberapa cara atau alternatif, termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati, 2013). Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nina Siti, 2013). Metode atau cara kontrasepsi dibagi dalam dua kategori, yaitu cara tradisional dan metode kontrasepsi modern. Cara tradisional meliputi pantang berkala (kalender), sanggama terputus, jamu dan metode kontrasepsi modern meliputi sterilisasi wanita, sterilisasi pria, pil KB,
IUD, suntik KB, susuk, kondom pria. Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi yang paling dikenal responden (SDKI, 2012).
Kontrasepsi dengan menggunakan pil KB seringkali menjadi pilihan bagi ibu-ibu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan SDKI 2012 provinsi Jawa Timur, dimana hasilnya menunjukkan presentase penggunaan kontrasepsi, sterilisasi wanita 74,5%, sterilisasi pria 34,7%, pil 97,9%, IUD 77,6%, suntik 98,6%, susuk 90,2%, kondom 79,4% (SDKI,2012). Mengingat jumlah akseptor kontrasepsi pil cukup besar penggunaannya, maka perlu diwaspadai dan diantisipasi kemungkinan resiko efek samping yang dapat terjadi karena kontrasepsi hormonal (Prawirohardjo, 2007).
Pada dasarnya, ada beberapa keuntungan dan efek samping dari pemakaian KB pil. Keuntungan pemakaian KB pil salah satunya adalah tidak menggangu hubungan seksual karena KB pil merupakan kontrasepsi per oral, namun efek samping dari KB pil adalah tidak mencegah penyakit menular seksual dan membosankan karena harus menggunakan setiap hari (BKKBN, 2011), selain itu kelompok kerja ahli mempertimbangkan bahwa penggunaan pil yang tidak teratur atau tidak tepat waktu juga menjadi penyebab utama terjadi kehamilan yang tidak diinginkan (WHO, 2008).
Kontrasepsi pil dipakai lebih dari 100 juta wanita di dunia. Pengukuran efektifitasnya menunjukkan bahwa dari 99% penggunaan, terdapat kegagalan sekitar 2-8%. Di Indonesia pada tahun 2013, kegagalan mencapai 20-40% untuk Kontrasepsi pil dipakai lebih dari 100 juta wanita di dunia. Pengukuran efektifitasnya menunjukkan bahwa dari 99% penggunaan, terdapat kegagalan sekitar 2-8%. Di Indonesia pada tahun 2013, kegagalan mencapai 20-40% untuk
Latar belakang dari dilakukannya penelitian ini karena ketika penulis menjalani praktek klinik kebidanan ditemukan beberapa akseptor pil KB yang lupa meminum pil KB dan timbul kecemasan akan terjadinya kehamilan. Hal ini diperkuat dari data studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 9-10 Februari 2015 di BPM “D” didapatkan jumlah akseptor KB 3 bulan terakhir pada bulan November 2014-Februari 2015 sebanyak 158 akseptor, terdiri dari akseptor AKDR sebanyak 34 orang (21%), akseptor KB MOW sebanyak 6 orang (4%), akseptor KB implan sebanyak 30 orang (19%), akseptor KB suntik sebanyak 46 orang (29%), akseptor KB pil 36 orang (23%), akseptor KB kondom sebanyak 6 orang (4%). Dari data tersebut prosentase akseptor KB pil mencapai 23% yaitu berada pada urutan kedua. Dari wawancara yang dilakukan peneliti kepada 9 akseptor KB pil, diperoleh hasil 5 akseptor KB pil mengalami kecemasan akan kegagalan kontrasepsi ketika lupa meminum pil KB.
Berawal dari fenomena dan fakta di atas peneliti bermaksud ingin mengetahui “ Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah yaitu : “Bagaimanakah tingkat kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada akseptor KB pil di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang?”
1.3 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi tingkat kecemasan akseptor KB pil terhadap kegagalan kontrasepsi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran sekaligus dasar pengembangan penelitian selanjutnya.
1.4.2 Praktisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan karena dapat memberikan informasi tentang kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada akseptor KB.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kecemasan
2.1.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya (Stuart, 2007). Sedangkan Az-zahrani (2005) menerangkan bahwa kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan dengan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Atau sebuah respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari, dan subyektif dari individu tidak dapat di observasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik (Suliswati, dkk, 2005).
2.1.2 Teori Kecemasan
a. Teori Psikoanalitis Kecemasan adalah Konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan implusprimitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan implusprimitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
b. Teori Interpersonal Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidak
mampuan untuk berhubungan Interpersonal dan sebagai akibat penolakan. Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau kehilangan dapat menyebabkan kecemasan pada individu. Kecemasan yang timbul pada masa berikutnya muncul saat individu mempersepsikan bahwa ia akan kehilangan orang yang dicintainya. Harga diri seseorang merupakan factor penting yang berhubungan dengan kecemasan. Orang yang mempunyai predisposisi mengalami kecemasan adalah orang yang mudah terancam, mempunyai opini negative terhadap dirinya atau meragukan kemampuannya (Suliswati, dkk, 2005).
c. Teori perilaku Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi
akibat berbagai hal yang memengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang dinginkan misalnya memperoleh pekerjaan, berkeluarga, kesuksesan dalam sekolah. Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu harus memilih salah satu. Konflik menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap konflik dengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan.Teori Keluarga
Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen (Suliswati, dkk, 2005) Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen (Suliswati, dkk, 2005)
berfungsi membentuk regulasi tersebut berhubungan dengan aktifitas neurotransmitter gamma amino acid (GABA) yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. Teori ini menjelaskan bahwa individu yang sering mengalami kecemasan mempunyai maslah dengan proses neurotransmitter ini. Mekanisme koping juga dapat terganggu karena pengaruh tosik. Defisiansi nutrisi, menurutnya suplai darah, perubahan hormone dan sebab fisik lainnya. Kelelahan dapat meningkatkan iritabilitasi dan perasaan cemas (Suliswati, dkk, 2005).
2.1.3 Cara menilai kecemasan
Menurut Halminton Anxiety Rating Scale (HARS) dalam (Nursalam, 2008) penilaian kecemasan ada 14 item meliputi :
a. Peranan cemas Firasat buruk, takut akan fikiran sendiri, mudah tersinggung.
b. Ketegangan Merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat istirahat denga tenang, mudah menangis, gemetar, gelisah.
c. Ketakutan Pada gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, pada kerumunan banyak orang.
d. Gangguan tidur Sulit memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan Daya ingat buruk, sulit konsentrasi, sering bingung.
f. Perasaan depresi Kehilangan minat, sedih, bangun pada dini hari, berkurangnya kesukaan pada hobi, perasaan berubah rubah sepanjang hari.
g. Gejala somatik ( otot-otot) Sakit dan nyeri otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemeretak, suara tidak stabil.
h. Gejala sensorik Telinga berdengung, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk tusuk.
i. Gejala kardiovaskular Denyut nadi cepat, berdebar debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernafasan Rasa tertekan di dada, perasaaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang.
k. Gejala gastrointestinal Sulit menelan, mual, muntah, berat badan menurun, sulit buang air besar, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, rasa panas diperut, perut terasa kembung atau penuh.
l. Gejala urogenetalia Sering buang air kecil, tidak dapat menahan kencing, menstruasi tidak teratur, suhu kulit menjadi dingin.
m. Gejala vegetativ/otonom Mulut kering, tidak tenang, muka merah, mudah berkeringat, pusing atau sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-bulu berdiri.
n. Perasaan ibu Gelisah, tidak tenang, mengerutkan dahi/otot tegang, nafas pendek dan cepat, muka merah. Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut
skala HARS ( Hamilton Anxiety Rating Scale), skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya gejala pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 gejala yang nampak pada individu yang mengalamai kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 ( nol present ) sampai dengan 4 (severe) . Sesuai ketentuan itu maka penelitian dikategorikan sebagai berikut :
0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1 : Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2 : Sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 : Berat (lebih dari separuh gejala yang ada)
4 : Sangat berat (semua gejala yang ada) Selanjutnya penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan nilai skor dari item 1-14 dengan hasil : Skore < 6
: tidak ada kecemasan
Skore 7-14
: kecemasan ringan
Skore 15-27 : kecemasan sedang Skore > 27
: kecemasan berat.
2.1.4 Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik menurut Stuart (2007)
a. Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi meningkat lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas.
b. Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapangan persepsi individu, dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
d. Panik Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yag rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan, panik mencangkup d. Panik Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yag rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan, panik mencangkup
2.1.5 Rentang Respon Kecemasan
Respon kecemasan dapat dikonseptuasikan dalam sebuah rentang respon dari respon adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan dekstruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk belajar memahami terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup. Sedangkan reaksi dekstruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan tingkah laku maladaptif serta disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik (Suliswati, 2005).
Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan (Suliswati, 2005)
2.1.6 Factor-faktor penyebab kecemasan
Factor-faktor yang menyebabkan kecemasan, menurut Stuart (2007) adalah ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari, dan ancaman terhadap system diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
2.2 Konsep Keluarga Berencana
2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak kelahiran anak. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi, sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap dilakukan sterilisasi (El-Manan, 2011), sedangkan UU No 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera mendefinisikan KB sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Noviawati, 2011).
2.2.2 Tujuan Keluarga Berencana
Secara umum tujuan 5 tahun ke depan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB di muka adalah “membangun kembali dan
melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai”. Sedangkan tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Noviawati, 2011).
2.2.3 Manfaat Keluarga Berencana
Menurut Sudayasa (2010), manfaat KB, yaitu : Menurut Sudayasa (2010), manfaat KB, yaitu :
1) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
2) Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu
3) Menjaga kesehatan ibu
4) Mengatur jarak kehamilan.
b. Manfaat untuk anak
1) Mengurangi resiko kematian bayi
2) Meningkatkan kesehatan bayi
3) Mencegah bayi kekurangan gizi
4) Tumbuh kembang bayi lebih terjamin
5) Kebutuhan ASI eklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi
6) Mendapatkan kualitas kasih sayang.
c. Manfaat untuk keluarga
1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga
2) Harmonisasi keluarga lebih terjaga.
2.2.4 Visi dan Misi Keluarga Berencana
Visi : Terwujudnya “Keluarga Berkualitas 2015”, yang hakekatnya mewujudkan keluarga indonesia yang mempunyai anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan, dan terpenuhi hak-hak reproduksinya (Program KB nasional RPJM 2005-2009).
Misi : Mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, agar terwujud.
a. Keluarga Dengan Anak Ideal Keluarga dengan anak ideal adalah keluarga yang dapat merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik dan penuh tanggung jawab.
b. Keluarga Sehat Keluarga sehat adalah keluarga yang tidak saja sehat secara jasmani, tetapi juga sehat secara rohani dan sosial. Kondisi ini terutama berkaitan dengan kesehatan ibu, bayi, anak dan reproduksi (remaja) sehingga mereka terhindar dari penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.
c. Keluarga Berpendidikan Keluarga berpendidikan adalah keluarga yang mempunyai pengetahuan luas, termasuk pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan KB, menjaga kehamilan dan persalinan yang aman, pengasuhan dan tumbuh kembang anak, peningkatan kualitas lingkungan keluarga, anggota keluarga terbebas dari buta huruf, menyekolahkan anak minimal hingga (wajib belajar) 9 tahun, serta memberi kesempatan belajar yang sama kepada semua anak tanpa membedakan jenis kelamin.
d. Keluarga Sejahtera Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggotanya dan antara keluarga, masyarakat serta lingkungan.
e. Keluarga Berketahanan Keluarga berketahanan adalah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan, baik secara fisik materil maupun psikis mental spiritual, agar hidup mandiri serta mampu mengembangkan diri dan anggota keluarganya untuk hidup harmonis, sejahtera lahir dan batin.
f. Keluarga Yang terpenuhi Hak-Hak Reproduksinya Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya adalah keluarga yang dapat mengakses dan memahami informasi tentang seluk beluk kesehatan reproduksi secara jujur dan lengkap serta mampu memperoleh layanan KB dan kesehatan reproduksi sesuai dengan kebutuhannya (Titik Kurniawati, 2011).
2.2.5 Sasaran Keluarga Berencana
Sasaran progam KB nasional lima tahun kedepan yang sudah tercantum dalam RPJM 2004-2009 adalah sebagai berikut:
a. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi satu, 1,14% per-tahun.
b. Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2 setiap wanita.
c. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5%.
d. Menurunkan pasangan usia subur (PUS) yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahirannya, tetapi tidak memakai alat kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.
e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien.
f. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
g. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
h. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan KB dan KR (Titik Kurniawati, 2011).
2.2.6 Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana
Berikut ini merupakan komponen ruang lingkup pelayanan KB yang dapat diberikan kepada masyarakat.
a. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE).
b. Konseling.
c. Pelayanan kontrasepsi.
d. Pelayanan infertilitas.
e. Pendidikan seksual.
f. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.
g. Konsultasi genetik.
h. Tes keganasan.
i. Adopsi (Titik Kurniawati, 2011).
2.2.7 Pengetahuan Tentang Alat/Cara Kontrasepsi
Pengetahuan mengenai pembatasan kelahiran dan keluarga berencana (KB) merupakan salah satu aspek penting ke arah pemahaman tentang berbagai alat/cara kontrasepsi yang tersedia, mengenai yang berpengaruh kepada pemakaian alat/cara kontrasepsi yang tepat dan efektif. Pengetahuan responden mengenai metode kontrasepsi diperoleh dengan cara menanyakan semua jenis alat atau cara kontrasepsi yang pernah didengar untuk menunda atau menghindari terjadinya kehamilan dan kelahiran.
Kontrasepsi sangat penting untuk mengukur keberhasilan program KB. Dapat diperoleh melalui wawancara kepada responden atau pasangannya bagaimana cara menggunakan suatu jenis alat atau cara kontrasepsi.
Metode atau cara kontrasepsi dibagi dalam dua kategori, yaitu metode kontrasepsi modern dan cara tradisional. Metode kontrasepsi modern meliputi sterilisasi wanita, sterilisai pria, pil KB, IUD, suntik KB, susuk, kondom pria, intravagina, diafragma, kontrasepsi darurat, dan metode amenorrhea laktasi (MAL). Cara tradisional meliputi pantang berkala (kalender), sanggama terputus, dan jamu (SDKI, 2012).
2.3 Konsep Akseptor KB
Akseptor KB adalah pasangan usia subur dimana salah seorang menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program (Depkes Dalam Retnowati, 2010). Atau orang yang menjalani kontrasepsi (Manuaba, 2010).
2.4 Konsep Kontrasepsi Pil
2.4.1 Pengertian
Kontrasepsi hormonal oral adalah kontrasepsi berupa pil atau obat yang berbentuk tablet berisi hormon estrogen atau progesteron (Anggraeni & Martini, 2012). Pil kontrasepsi ini merupakan hormon steroid yang dipakai untuk keperluan kontrasepsi dalam bentuk pil dimasukkan melalui mulut (diminum), dan bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan mekanisme menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya (Agnesa, 2010).
2.4.2 Jenis Pil Kontrasepsi
a. Pil Kombinasi
Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormon estrogen dan progesterone, sangat efektif (bila diminum setiap hari). Pil harus diminum setiap hari pada jam yang sama (Siti, 2013).
1) Jenis pil kombinasi yaitu :
a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesterone (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesterone (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
2) Cara Kerja Pil Kombinasi
a) Menekan ovulasi.
b) Mencegah implantasi.
c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
d) Pergeseran tuba tergantung sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula.
3) Manfaat Pil Kombinasi
a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia). Tidak terjadi nyeri haid.
e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakan untuk mencegah kehamilan.
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopouse.
g) Mudah dihentikan setiap saat.
h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat (Noviawati, 2011).
4) Keterbatasan Pil Kombinasi Pil kombinasi mempunyai keterbatasan antara lain:
a) Tidak mencegah penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B maupun HIV/AIDS.
b) Pengguna harus minum pil setiap hari.
c) Tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.
d) Mahal.
e) Repot (Atikah, 2010).
5) Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
a) Usia reproduksi.
b) Tidak memiliki anak atau belum.
c) Gemuk dan kurus.
d) Menginginkan metode dengan efektifitas tinggi.
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f) Pasca keguguran.
g) Nyeri haid hebat.
h) Siklus haid teratur.
i) Menderita TBC. j) Anemia akibat haid yang berlebihan.
6) Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
a) Hamil atau dicurigai hamil.
b) Menyusui eklusif.
c) Perokok dengan usia 35 tahun.
d) Penyakit hati akut.
e) Kanker payudara atau dicurigai.
f) Tidak dapat teratur menggunakan setiap hari.
g) Riwayat DM.
h) Riwayat Hypertensi (Siti, 2013).
7) Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi Menurut Noviawati (2011), waktu untuk memulai menggunakan pil kombinasi yaitu :
a) Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.
b) Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c) Boleh menggunakan pada hari ke-8 tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai anda telah menghabiskan paket pil tersebut.
d) Setelah melahirkan : (1) Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
(2) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui (3) Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari).
e) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.
b. Mini Pil
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah. Mini pil atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,03-0,05 mg per tablet (Siti, 2013).
1) Jenis mini pil Menurut Nina Siti (2013), mini pil terbagi dalam 2 jenis yaitu:
a) Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil: mengandung 75 mikro gram desogestrel.
b) Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil: mengandung 300 mikro gram levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron.
2) Efektifitas mini pil Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5%) untuk digunakan pada ibu menyusui bila penggunaan yang benar dan konsisten sangat mempengaruhi tingkat efektifitasnya. Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang pada saat mengkonsumsi obat anti konvulsan (fenitoin), carbenzemide, barbiturat, dan obat anti tuberkulosis (rifampisin) (Siti, 2013).
3) Cara kerja mini pil
a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid ses di ovarium (tidak begitu kuat).
b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implamantasi lebih sulit.
c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu (Noviawati, 2011).
4) Kerugian mini pil Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai kerugian, antara lain:
a) Memerlukan biaya.
b) Harus selalu tersedia.
c) Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.
d) Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau
epilepsi akan mengakibatkan efektifitas menjadi rendah.
e) Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama.
f) Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan konsisten.
g) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.
h) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik (Siti, 2013).
5) Keuntungan kontrasepsi Menurut Siti (2013), adapun keuntungan dari penggunaan kontrasepsi mini pil yaitu:
a) Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang sedang menyusui.
b) Sangat efektif untuk masa laktasi.
c) Dosis gestagen rendah.
d) Tidak menurunkan produksi ASI.
e) Tidak mengganggu hubungan seksual.
f) Kesuburan cepat kembali.
g) Tidak memberikan efek samping estrogen.
h) Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler, risiko tromboemboli vena dan resiko hipertensi.
i) Cocok untuk perempuan yang tidak biasa mengkonsumsi estrogen. j) Dapat mengurangi disminorhea.
6) Indikasi penggunaan mini pil Kriteria yang boleh menggunakan pil progestin atau mini pil antara lain:
a) Wanita usia reproduksi (20-35 tahun).
b) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum mempunyai anak.
c) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
d) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui.
e) Perokok segala usia.
f) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110) atau dengan masalah pembekuan darah (Noviawati, 2011).
7) Waktu mulai menggunakan mini pil
a) Mulai hari pertama sampai hari kelima siklus haid.
b) Tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain.
c) Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan.
d) Setelah menggunakannya hari kelima siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selama dua hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk dua hari saja.
e) Bila pasien tidak haid ( Anemorhea ), mini piil dapat digunakan setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama dua hari atau menggunaklan metode kontrasepsi lain untuk dua hari saja.
f) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid, mini piil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan.
g) Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan klien telah mendapatkan haid, mini piil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid.
h) Mini piil dapat diberikan segera pasca keguguran.
i) Bila pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantinya dengan mini piil, mini piil dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut tidak sedang hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
j) Bila kontrasepsi sebelunya adalah kontrasepsi suntikan, mini piil dapat diberikan pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan metode kontrasepsi lain.
k) Bila kontrasepsi sebelunya adalah kontrasepsi AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormon), mini piil dapat diberikan pada
1 –5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR (BKKBN, 2011).
2.4.3 Hal-Hal Yang Menyebabkan Kegagalan KB Pil
Pil Kontrasepsi kombinasi di pakai lebih dari 100 juta wanita didunia. Pil ini mengandung estrogen dan progesteron, efektifitasnya 99 %. Ada kegagalan yang timbul sekitar 2-8 %. Angka kegagalan ini biasanya akibat penggunaan yang salah (misuse) dari pemakainya.
Berikut ini 5 hal yang membuat efek pil menurun bahkan menghilang:
a. Tidak memakan pil pada jam yang sama tiap harinya. Karena alasan kesehatan dosis estrogen pada pil telah diturunkan jauh sejak pertama di perkenalkan tahun 1960. Pil modern hanya mengandung 20 mikrogram estrogen (yang jadul 50 mikrogram). Oleh karena dosisnya yg rendah maka pil ini harus dimakan setiap hari pada waktu yang sama.
b. Lupa makan pil. Jika tidak memakan pil satu kali, maka dosis berikutnya harus didobelkan.
c. Alkohol. Alkohol dapat menurunkan efektifitas pil. Karena alkohol dimetabolisme di hati dan setiap obat/bahan yang mempengaruhi hati juga akan mempengaruhi penyerapan pil oleh tubuh. Terutama pada peminum berat.
d. Antibiotik dan Obat anti kejang. Obat-obatan untuk penyakit saraf terutama obat kejang seperti Dilantin dan Carbamazepine, dapat mengurangi efektivitas pil. Antibiotik juga dikatakan bisa mempengaruhi efektifitas pil.
e. Makan pil yang generik. Pil generik memang bisa menghemat uang tetapi biasanya kadar zat yang terkandung didalamnya tidak sama dengan yang merk dagang (Kusmarjadi, 2008).
2.5 Kerangka Konsep
Kerangka konsep gambaran tingkat kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada akseptor KB pil.
Pengetahuan
Kecemasan
Akseptor KB
tentang KB pil
kegagalan
KB pil Hal-hal yang menyebabkan
kegagalan KB pil :
Faktor-faktor yang
- Tidak memakan pil
mempengaruhi :
pada jam yang sama
Skore HARS
a. Faktor internal
- Lupa
Skore < 6 : tidak
1. Umur
mengkonsumsi pil
ada kecemasan
2. Paritas
- Alkohol
Skore 7-14 :
3. Motivasi
- Antibiotik dan obat
kecemasan ringan
4. Persepsi
anti kejang
5. IQ Skore 15-27 :
- Mengkonsumsi pil
kecemasan sedang
b. Faktor eksternal
generik
Skore > 27 :
1. Pendidikan kecemasan berat.
4. Sosial budaya
mempengaruhi :
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2 Bagan Skematik Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Akan Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, kerangka operasional, populasi, sampel dan teknik sampling, variabel penelitian, kriteria inklusi dan eksklusi, tempat dan waktu penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analisis data dan etika penelitian.
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan tujuan mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
3.2 Kerangka Operasional
Populasi :
Semua akseptor yang telah memenuhi kriteria inklusi di Desa Petungsewu
Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang berjumlah 26 akseptor
Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling
Sampel
Semua akseptor KB pil dengan paritas lebih dari 2 di Desa Petungsewu
Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang berjumlah 26 akseptor
Pengumpulan Data Kuisioner memakai skala Hars
Pengolahan Data:
Editing, Coding, Skoring, Transvering, Tabulating
Analisa Data
kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Operasional Penelitian Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Semua akseptor yang telah memenuhi kriteria inklusi di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang berjumlah 26 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Semua akseptor KB pil dengan paritas lebih dari 2 di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang berjumlah 26 orang.
3.3.3 Teknik Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total Sampling sehingga seluruh populasi dalam penelitian ini menjadi sampel penelitian. Jadi total sampling yang digunakan sebanyak 26 orang.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada akseptor KB pil.
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1 Kriteria Inklusi
Pada penelitian ini subyek penelitian yang diambil adalah akseptor KB pil dengan kriteria Inklusi :
a. Bersedia menjadi responden
b. Semua akseptor KB pil yang tinggal di wilayah Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
c. Akseptor KB pil dengan multipara.
d. Usia akseptor KB pil antara 18-45 tahun.
3.5.2 Kriteria Eksklusi
Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Responden yang pindah domisili atau berada di luar kota dalam waktu yang lama ketika dilakukan penelitian.
b. Akseptor KB pil dengan primipara.
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Dilaksanakan di Desa Petungsewu Kecamatan Dau
Kabupaten Malang Waktu : Bulan Maret-April 2015
3.7 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil.
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Kategori
Ukur
Kecemasan Perasaan tidak pasti Kuesioner Ordinal - Skor < 6 : akan
tidak ada kecemasan kegagalan
atau tidak menentu
terpakai
- Skor 7-14 : kontrasepsi
yang dialami
skala
kecemasan ringan pil
akseptor KB pil
HARS
akan ketidak - Skor 15-27 : berhasilan
kecemasan sedang penggunaan pil KB
- Skor > 27 : kecemasan berat.
3.8 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.8.1 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tentang tingkat tingkat kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pil digunakan kuesioner. Adapun prosedur pengumpulan data sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian terdiri dari:
1) Peneliti menemukan masalah ketika melakukan praktek klinik kebidanan tentang kecemasan akan kegagalan kontrasepsi KB pil dan mengambil untuk dijadikan judul karya tulis ilmiah kemudian mencari literatur sebagai pendukung teori dari judul.
2) Peneliti mengurus surat studi pendahuluan dari institusi STIKes Maharani Malang untuk diserahkan ke Desa Petungsewu. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
3) Setelah peneliti melakukan seminar proposal peneliti mengurus surat penelitian dari institusi untuk melakukan penelitian di Desa Petungsewu dan menyerahkan surat ijin serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada petugas kesehatan POLINDES Petungsewu. Kemudian peneliti mendapat surat balasan untuk penelitian di Desa Petungsewu.
4) Setelah mendapat ijin penelitian, peneliti mendata seluruh akseptor KB pil di Desa Petungsewu.
b. Tahap pelaksanaan
Setelah melakukan pendataan pada buku register KB, peneliti mulai melakukan proses pelaksanaan penelitian. Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini adalah:
1) Lembar ijin penelitian dan lembar informed consent dimasukkan kedalam satu amplop untuk menjelaskan maksud dan tujuan pada responden. Kemudian memberi pertanyaan dengan lembar kuisioner terpakai skala HARS.
2) Mengumpulkan data dari lembar informed consent dan lembar kuisioner. Setelah seluruh data terkumpul, peneliti melakukan penelitian.
3) Peneliti melakukan penilaian tentang kecemasan akseptor dengan menggunakan lembar kuesioner.
4) Setelah seluruh data terkumpul, peneliti melakukan editing, cooding, scoring, transfering, tabulating dan analisa data pada akseptor KB pil. Dari hasil data yang didapat, peneliti menjaga kerahasiaan seluruh data.
3.8.2 Teknik Pengolahan Data
a. Editing Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul. Setelah pengumpulan data atau data terkumpul, peneliti melakukan editing atau dengan memeriksa kembali hasil wawancara dengan ibu responden dan melengkapi apabila ada data yang masih kurang.
b. Coding Dalam penelitian ini, proses coding yang dilakukan bertujuan untuk
merahasiakan identitas responden dengan menggunakan kode berupa angka. Di merahasiakan identitas responden dengan menggunakan kode berupa angka. Di
Kode dalam peneltian ini meliputi:
a. Data responden Responden 1
b. Umur : < 25 tahun
25-35 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SD
Perguruan Tinggi : 4
Tidak Sekolah :5
e. Pekerjaan
Tidak Sekolah :5
f. Lama pemakaian : < 1 tahun
1-5 tahun
5-10 tahun
g. Usia anak terakhir : < 5 tahun
5-20 tahun
h. Konseling
c. Scoring
Menurut skala HARS terdapat 14 gejala yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present ) sampai dengan 4 (severe) . Sesuai ketentuan itu maka penelitian dikategorikan sebagai berikut :
0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1 : Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2 : Sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 : Berat (lebih dari separuh gejala yang ada)
4 : Sangat berat (semua gejala yang ada) Selanjutnya penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan nilai skor dari item 1-14 dengan hasil : Skore < 6
: tidak ada kecemasan
Skore 7-14
: kecemasan ringan
Skore 15-27
: kecemasan sedang
Skore > 27
: kecemasan berat.
d. Transfering Transfering dalam penelitian ini adalah proses ditransfernya data setelah
proses editing kemudian ditransfer untuk diberi kode ( coding ), lalu ditransfer pada proses tabulating atau dimasukkan pada master sheet yang sudah dibuat oleh peneliti.
e. Tabulating Tabulating ini teknik analisa data dimana semua data yang ada dimasukkan
dalam tabel-tabel yang ada di master sheet yang dipakai oleh peneliti.
3.9 Alat dan Bahan Instrumen
Alat dan bahan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar kuesioner.
b. Alat tulis.
3.10 Teknik Analisis Data