No.003 ttg Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan.pdf

LABORATORIUM FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP
“WUJUD ZAT DAN SIFAT FISIKA BAHAN OBAT”

OLEH:
PERANGKAT GOLONGAN
GOLONGAN SABTU SIANG

MAKASSAR
2018

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Ada tiga macam wujud zat yang dikenal yaitu gas, cair, dan

padatan kristal. Dari ketiga wujud zat tersebut memiliki sifat yang berbeda

dari partikel penyusunnya. Sifat fisika suatu obat berperan dalam
menentukan metode yang tepat untuk formulasi suatu obat dengan
menguji kemurnian bahan obat, sehingga akan didapatkan suatu sediaan
yang efektif, stabil dan aman.
Dalam pembentukan ketiga wujud zat ini disusun oleh molekulmolekul dan atom yang saling terkait atau tersusun dengan ciri-ciri wujud
zat masing-masing. Dari gerak atau gaya antara molekul inilah yang
menentukan wujud dari suatu zat, misalnya dalam wujud padatan molekulmolekul atau ion-ion dan atom-atom terikat oleh gaya antar molekul, antar
atom ataupun antar ion yang saling berdekatan. Namun, zat-zat ini dapat
mengalami perubahan ketika partikel-partikel penyusun dari zat tersebut
menerima atau melepas energi.
Perubahan wujud zat dalam hal kefarmasiaan, erat kaitannya
dalam proses pembuatan sediaan obat yang terkait dengan bentuk
sediaan obat. Titik lebur dan densitas suatu zat sangat berpengaruh
dalam proses arbsorbsi suatu zat di dalam tubuh manusia. Bukan hanya
karena bagaimana proses obat itu sendiri sehingga kita harus mengenal
dan mempelajari dari wujud-wujud zat namun, mengenal dan mengetahui

wujud dari suatu zat membuat kita paham bagaimana seharunya kita
bertindak jika menangani suatu sampel ataupun senyawa kimia yang
digunakan.

Wujud zat dan sifat fisika bahan obat merupakan pengeahuan yang
paling mendasar yang perlu diketahui sebelum memformulasikan suatu
bahan obat yang satu dengan yang lain sehingga mendapatkan hasil yang
diinginkan dan dapat bekerja ke area tubuh yang diinginkan. Oleh sebab
itu, dilakukan praktikum wujud zat dan sifat fisika obat guna memberikan
pengetahuan dan pengalaman dalam hal penanganan suatu senyawa
kimia.
I.2

Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:

a.

Mengetahui sifat fisika bahan obat yaitu densitas dan titik lebur.

b.

Mengetahui cara penentuan titik lebur dengan metode pipa kapiler.


c.

Mengetahui cara penentuan densitas dengan menggunakan
piknometer dan hidrometer.

I.3

Prinsip Percobaan

a.

Penentuan titik lebur dan jarak lebur dari sampel ketoprofen,
ibuprofen, guafenesin, paracetamol, atropin Sulfat, dextromertofan,
resovsinol, piracetam, dan asam askorbat menggunakan pipa
kapiler yang diikatkan pada termometer yang dicelupkan ke dalam
beaker berisi media yang dipanaskan.

b.

Penentuan densitas dari sampel gliserin, parafin cair, oleum recoris

aselli, oleum sesami, oleum ricini, isopropyl miristat, metil salisilat,
oleum cajuputi, dan propilen glikol menggunakan piknometer
dengan menghitung selisih antara bobot piknometer berisi sampel
dan piknometer kosong dengan menggunakan hidrometer yang
dimasukkan ke dalam gelas ukur berisi sampel.

c.

Penentuan bobot jenis dari sampel gliserin, paraffin cair, oleum
recoris aselli, oleum sesami, oleum ricini, isopropyl miristat, metil
salisilat,

oleum

cajuputi,

dan

propilen


glikol

membandingkan densitas sampel dengan densitas air.

dengan

BAB II
LANDASAN TEORI
II. 1

Tinjauan Pustaka

II. 1. 1 Sifat Fisika Wujud Obat
Gas, cair dan padatan Kristal adalah tiga macam wujud zat. Wujud
gas disebabkan karena gerakan yang kuat dan cepat, molekul gas
bergerak dalam arah yang tidak beraturan, seringkali bertumbukan satu
sama lain dan bertumbukan dengan dinding wadah di mana gas itu
ditempatkan (1).
Ketiga wujud zat tersebut ada bersama-sama membentuk suatu
sistem yang stabil (setimbang). Stabilitas dalam arti luas dapat

didefinisikan sebagai ketahanan suatu produk sesuai dengan batas-batas
tertentu selama penyimpanan dan penggunaannya atau umur simpan
suatu produk dimana produk tersebut masih mempunyai siifat dan
karakteristik yang sama seperti pada waktu pembuatan. Banyak faktor
yang mempengaruhi stabilitas dari sediaan farmasi, antara lain stabilitas
bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dengan bahan tambahan, proses
pembuatan bentuk sediaan, kemasan, cara pengemasan dan kondisi
lingkungan yang dialami selama pengiriman, penyimpanan, penanganan
dan jarak waktu antara pembuatan dan penggunaan. Faktor lingkungan
seperti temperatur, radiasi cahaya dan udara (khususnya oksigen, karbon
dioksida dan uap air) juga mempengaruhi stabilitas (2).

Materi dapat mengalami perubahan. Air akan berubah menjadi uap
air bila didihkan dan akan berubah menjadi es bila dibekukan. Uap air bila
didinginkan akan berubah menjadi air dan es bila dipanaskan akan
berubah kembali menjadi air. Perubahan wujud yang terjadi pada air
termasuk ke dalam perubahan fisika, yaitu perubahan materi yang tidak
menghasilkan zat baru. Pada perubahan fisika, susunan komponen zat
tidak berubah (3).
II. 1. 2 Jenis-Jenis Sifat Fsika Wujud Obat

a. Cair
Cairan sendiri terbentuk saat gas didinginkan, gas tersebut
kehilangan sebagian energy kinetiknya dalam bentuk panas, dan
kecepatan molekulpun turun, sehingga jika ditambahkan tekanan pada
gas, molekul masuk ke dalam lingkungan gaya interaksi van der Walls dan
menjadi bentuk cairan (1)
b. Padatan Kristal
Padatan Kristal ini sendiri memiliki bangun seperti es dimana
natrium klorida dan menthol tersusun dalam pola geometris atau kisi-kisi.
Tidak seperti cairan dan gas, padatan Kristal mempunyai bentuk tertentu
dan susunan yang rapi. Padatan Kristal memiliki titik leleh tertentu, yaitu
perubahan tajam dari padatan ke cairan (1).
c. Gas
Gas berbeda dengan bentuk lainnya yaitu sifat pada zat padat dan
zat cair. Uap air di udara, air dalam danau, dan air yang membeku di

gunung es, semua terbentuk dari zat kimia yang sama. Membuat
bentuknya berbeda adalah sifat-sifat fisiknya, sifat-sifat fisik zat sangat
dipengaruhi oleh gaya tarik menarik molekulnya. Pada zat yang terbentuk
gas, gaya tarik-menarik molekulnya sangat lemah. Gaya yang lemah ini

menyebabkan molekul-molekul dapat bergerak dengan cepat dan bebas.
Hal inilah yang menyebabkan gas tidak dapat dibuat kecuali yang
berwarna (1).
II. 1. 3 Metode Penentuan Sifat Fisika Bahan Obat
Fenomena wujud zat dan sifat fisika obat yang sering kita jumpai
yaitu perubahan titik lebur ataupun titik leleh yang dipengaruhi akibat
tekanan yang dihasilkan dari zat tersebut.
a. Titik leleh
Titik leleh merupakan temperatur di mana padatan berubah menjadi
cairan dan titik didih merupakan kondisi di mana jika cairan ditempatkan
pada wadah terbuka dan dipanaskan sampai tekanan uap sama dengan
tekanan atmosfer, uap cairan sama dengan tekanan luar atau tekanan
atmosfer (1).
b. Titik lebur
Titik lebur adalah zat padat berubah menjadi cair dalam keadaan
yang seimbang. Adapun suhu lebur adalah suhu pada suatu zat tepat
melebur seluruhnya yang ditunjukan pada fase padat tepat hilang (1).

c. Densitas
Densitas


merupakan

suatu

besaran

turunan

karena

mengombinasikan suatu massa dan volume. Densitas didefenisikan
sebagai massa per satuan volume pada suhu tertentu. Berbeda dengan
densitas, bobot jenis adalah suatu bilangan murni tanpa dimensi, namun
dapat dikonversikan menjadi densitas dengan menggunakan berbagai
jenis alat seperti piknometer, neraca Mohr-Werphal, hidrometer, dan alatalat lain (4).
Metode penentuan densitas, yaitu : (5)
1. Menggunakan Piknometer
Piknometer kosong ditimbang beratnya, lalu piknometer diisi
dengan sampel yang akan dihitung densitasnya. Densitas akan diperoleh

dari selisih antara bobot piknometer kosong dan bobot pinometer berisi
sampel dalam satuan umum yaitu gram per mililiter.
Prinsip metode piknometer didasarkan atas ketentuan massa
cairan dan penetuan ruang yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan
wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode
piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu
dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada
sekitar isi ruang 30 ml.
Piknometer mempunyai kelebihan yaitu larutan uji yang digunakan
dalam

pengukuran

jumlahnya

hanya

sedikit,

selain


itu

wadah

pengukurannya kecil. Metode ini lebih sederhana dan tidak rumit.

Kekurangan dari metode ini karena dilakukan penimbangan zat atau
larutan uji berulang kali, dan alatnya cenderung sulit untuk dibersihkan
dan memerlukan waktu yang lama.
2. Menggunakan Hidrometer
Hidrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur
massa jenis suatu zat ceir. hidrometer sering juga disebut aerometer. Nilai
massa jenis suatu zat cair dapat diketahui dengan membaca skala pada
hidrometer yang ditempatkan mengapung pada zat cair. Hidrometer
mempunyai skala yang dapat langsung menunjukkan berat jenis zat cair
yang disebut densitas.
Prinsip metode hidrometer didasari oleh hukum Achimedes yaitu
suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan hilang massa sebesar
berat volume cairan yang terdesak.
Kelebihan dari penggunaan metode hidrometer yaitu merupakan
metode yang sederhana dengan pengukuran yang cepat namun metode
hidrometer sangat rentang pengukuran sangat kecil (membutuhkan
beberapa hidrometer untuk mencakup rentang yang lebih luas, umumnya
20 unit) dan membutuhkan sampel dalam volume besar.

II.2

Uraian Sampel

II.2.1 Ketoprofen (7:487)
Titik leleh

: 93 ° C

sampai 96 ° C

Titik didih

: 431,316 ° C

Titik beku

:-

Jarak lebur

: 93-96 ° C

Densitas

: 1,198 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: 1,198 g/ml

II.2.2 Gliserin (6:271)
Titik leleh

: 17,8 ° C

Titik didih

: 290 C °

Tititk beku

: 18 ° C

Jarak lebur

:-

Densitas

: ≥

1,249 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: ≥

1,249

- 18,17 C °

g 3
cm

II.2.3 Paraffin Cair (7:474)
Titik lelh

:-

Titik didih

: 300 ° C

Tititk beku

: -24 ° C

Jarak lebur

:-

Densitas

: 0,870 – 0890 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: 0,870 g/ml sampai 0,890 g/ml

II.2.4 Ibuprofen (7:449)
Titik leleh

: 75 ° C

- 78 ° C

Titik didih

:-

Titik beku

:-

Jarak lebur

: 172 – 174

Densitas

:-

Bobot jenis

:-

II.2.5 Oleum Iecoris Aselli (7:628)
Titik leleh

: 21,8 ° C

– 31,0 ° C

Titik didih

:-

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

: antara 0,918 dan 0,917 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: antara 0,918 dan 0,917 g/ml

II.2.6 Guafenisin Guaiklat (6:421)
Titik leleh

: 79 ° C

Titik didih

:-

Titik beku

:-

Jarak lebu

: 78 ° C

Densitas

:-

Bobot jenis

:-

dan 82 ° C

dan 82 ° C

II.2.7 Oleum Sesami (7:298)
Titik leleh

:-

Titik didih

: > 350 C °

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

: 0,916 – 0,921pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: 0,916 – 0,921 g/ml

II.2.8 Parasetamol (7 :649)
Titik leleh

: 168 ° C dan 172° C

Titik didih

: 420 ° C

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

: 271,4 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: 271,4 g/ml

II.2.9 Oleum Cajuputi (6:453)
Titik leleh

:-

Titik didih

:-

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

:-

Bobot jenis

: 0,910-0,923 g/ml

II.2.10 Atropin sulfat (7: 115)
Titik leleh

: 187 ° C

Titik didih

:-

Titikk beku

:-

Jarak lebur

: antara 191 ° C

Densitas

: 1, 54 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: 1,54 g/ml

dan 195 ° C

II.2.11 Isopropil miristat (8: 1744)
Titik leleh

:-

Titik didih

:-

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

: antara 0,846 dan 0,854 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: antara 0,846 dan 0,854 g/ml

II.2.12 Dextrometorfan (7:299)
Titik leleh

: 129 C °

Titik didih

:-

Titik beku

:-

Jarak beku

:-

Densitas

: 271 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: 271 g/ml

II.2.13 Metil salisilat (8: 850)
Titik leleh

:-

Titik didih

:-

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

: 1,180 dan 1,185pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: 1,180 dan 1,185 g/ml

II.2.14 Resorcinol (7:740)
Titik leleh

: antara 109 ° C

Titik didih

: 277 ° C

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

:-

Bobot jenis

:-

dan 111 ° C

II.2.15 Oleum ricini (7:631)
Titik leleh

: -12 ° C

Titik didih

: >350 C °

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

: 0,954 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

:-

II.2.16 Piracetam (8:1023)
Titik leleh

: 156 C °

Titik didih

: 408.3 ° C

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

: 1,239 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: 1,239 g/ml

II.2.17 Propilen glikol (8:1070)
Titik leleh

:-

Titik didih

: 185 ° C

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

: antara 1,035 dan 1,037 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis

: antara 1,035 dan 1,037 g/ml

- 189 ° C

II.2.18 Asam askorbat (7:39)

II. 3

Titik leleh

: 190 C °

- 194 ° C

Titik didih

:-

Titik beku

:-

Jarak lebur

:-

Densitas

: 1,65 pada suhu 25 ℃

Bobot jenis:

1,65

g 3
cm

Uraian Bahan

II.3.1 Alkohol (6:65)
Nama resmi : Aethanolium
Sinonim

: Etanol

RM/BM

: C2H6O/86,18

Pemerian

: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
mudah bergerak, bau khas dan rasa panas.

Kelarutan

: Hampir larut dalam larutan. Sangat mudah larut
dalam air, kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Ditempat yang kering, tidak terkena matahari dan
tidak di dekat benda berbau tajam.
II.3.2 Paraffin cair (7:474)
Nama resmi : Paraffium Liquidum
Sinonim

: Mineral oil

RM/BM

: C3H8O3/92,09

Pemerian

: Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak
berwarna hampir tidak berbau, hampir tidak
mempunyai rasa.

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)
larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya
II.3.3 Aquadest (6: 96)
Nama resmi : Aqua Destillata
Sinonim

: Air suling

RM/BM

: H2O/18,02

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

BAB III
METODE KERJA
III. 1

Alat dan Bahan

III.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum wujud zat dan sifat-sifat fisika
obat adalah beaker , buret, hidrometer, kompor listrik, klem, piknometer ,
pipa kapiler, statif, tangas air, dan termometer.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol,
aquadest, asam askorbat, atropin sulfat, isopropil miristat, ketoprofen,
metil salsilat, oleum cajuputi, oleum ierocis aselli, oleum ricini, oleum
Iecoris aselli, paracetamol, paraffin cair, piracetam, propil glikol, dan
resolsinol.
III.2

Cara Kerja

III. 2.1 Penentuan Titik Leleh & Jarak Lebur
Sampel digerus sekitar 1 gram dalam lumpang alu. Setelah halus,
sampel diayak menggunakan ayakan dengan nomor

mesh 100.

Kemudian, sampel ditotolkan pada salah satu lubang pipa dan diketukketuk hingga sampel berada di ujung pipa kapiler yang tertutup sekitar 1
cm. Kemudian pipa kapiler diikat pada termometer. Media dipanaskan baik
itu parafin cair maupun aquades menggunakan gelas beaker 1000 ml.
Pasang pipa kapiler yang sudah diikatkan pada termometer dan amati titik
leleh sampel tersebut.

III.2.2 Penentuan densitas, bobot jenis dengan piknometer
Piknometer disterilkan di oven pada suhu 100 ° C selama satu
jam. Setelah itu, piknometer didinginkan dan ditimbang menggunakan
timbangan analitik. Setelah ditimbang, piknometer diisi sampel hingga
penuh secara perlahan. Kemudian, piknometer yang telah diisikan sampel
ditimbang menggunakan timbangan analitik dan catat hasilnya. Setelah
data sudah lengkap, hitung densitas dan bobot jenis sampel tersebut.
III.2.3 Penentuan densitas, bobot jenis dengan hidrometer
Sampel dituangkan ke dalam gelas ukur 500 ml. Setelah itu,
hidrometer dimasukkan pada gelas ukur berisi sampel. Jika hidrometer
tenggelam, ganti hidrometer dengan hidrometer yang memiliki angka lebih
kecil. Jika hidrometer mengapung maka ganti hidrometer menggunakan
hidrometer yang memiliki angka lebih besar. Jika hidrometer melayang
cacat angka pada hidrometer kemudian tentukan densitas serta bobot
jenis dari sampel tersebut.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1

Tabel Penggamatan

IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Titik lebur.
KLP

NAMA SAMPEL

1

Ketoprofen

2

Ibuprofen

3

Glafenesin

4

Paracetamol

5

Atropine Sulfat

6

Dekstrometorfan

7

Resolsinol

8

Piracetam

9

Asam Askorbat

TITIK
LEBUR
93OC
95OC
95OC
75OC
74OC
75OC
67OC
66OC
68OC
169OC
170OC
170OC
160 OC
140 OC
140 OC
111OC
124OC
120OC
105OC
105OC
150OC
152OC
152OC
190OC

183OC
184OC

RATARATA

REFERENSI

KETERANGAN

94,5OC

93OC-96OC

Sesuai Pustaka

74.6OC

75OC

Sesuai Pustaka

67OC

79-82OC

Tidak Sesuai
Pustaka

169OC

1680C

Sesuai Pustaka

146,60C

1870C

Tidak Sesuai
Pustaka

119,6OC

109,5OC112,5OC

Tidak Sesuai
Pustaka

105OC

109OC-111OC

Tidak Sesuai
Pustaka

151,3OC

151,5-152,5OC

Sesuai Pustaka

185,6OC

190OC

Tidak Sesuai
Pustaka

IV.1.2 Tabel Pengamatan Hasil Jarak Lebur.

KLP

NAMA SAMPEL

1

Ketoprofen

AWAL
MELEBU
R
91OC

AKHIR
MELEBU
R
93OC

JARAK
LEBUR

REFERENS
I

KET

2OC

93-96OC

Sesuai

2

Ibuprofen

3

Guafenesin

4

Paracetamol

5

Atropine Sulfat

6

Dekstrometorfen

7

Resolsinol

8

Piracetam

9

Asam Askorbat

92OC
91OC
75OC
74OC
75OC
67OC
66OC
68OC
169OC
170OC
170OC
160 OC
140 OC
140 OC
115OC
124OC
120OC
105OC
105OC
146OC
145OC
144OC
168OC

95OC
95OC
89OC
78OC
78OC
70OC
71,9OC
72OC
172OC
176OC
174OC
163 OC
146 OC
160 OC
125OC
130OC
125OC
113OC
109OC
150OC
152OC
152OC
190OC

3OC
2OC
14OC
4OC
3OC
3OC
5,9OC
4OC
3OC
6OC
4OC
3 OC
6 OC
9 OC
10OC
6OC
5OC
8OC
4OC
4OC
7OC
8OC
22OC

170OC
171OC

183OC
184OC

18OC
13OC

Pustaka
75-78OC

Sesuai
Pustaka

79-82OC

Tidak Sesuai
Pustaka

172OC

Sesuai
Pustaka

187 OC

Tidak Sesuai
Pustaka

109,5OC112,5OC

Tidak Sesuai
Pustaka

1090C1110C

Tidak Sesuai
Pustaka

151,5152,5OC

Sesuai
Pustaka

190OC

Tidak Sesuai
Pustaka

IV.1.3 TABEL PENGUKURAN DENSITAS DENGAN PIKNOMETER
KL
P

NAMA
SAMPEL

V
PINO

1

Gliserin

50

A

B

P

28,24
-

90
-

1,23
-

RATARATA

REFERE
NSI

1,23

1,23

KET
Sesuai
Pustaka

2

Paraffin Cair

25

3

Oleum
Iecoris

50

4

Oleum
Sesami

50

5

Oleum
Eucalyptus

25

6

Isopropil
Meristat

50

7

Metil Salsilat

50

8

Oleum Ricini

25

9

Propilen
Glikol

50

20,44
17,05
20,46
32,36
22,84
22,85
-

40,95
37,50
40,93
36,71
68,03
68,00
-

0,82
0,81
0,81
1,48
0,90
0,90
-

21,57
21,56
21,61
22,76
31,92
31,96
27,52
27,54
27,52
15,61
15,61
15,61
32,26
32,26
32,26

44,05
42,18
44,23
85,02
73,97
74,02
86,39
86,27
86,79
39,96
39,92
39,98
83,82
83,79
83,78

0,89
0,82
0,90
1,24
0,84
0,84
1,17
1,17
1,16
0,97
0,97
0,97
1,03
1,03
1,03

0,81

0,87

Tidak
Sesuai
Pustaka

0,88

0,92

Sesuai
Pustaka

0,90

0,91-0,92

Tidak
Sesuai
Pustaka

0,87

0,88-0,92

Sesuai
Pustaka

0,97

0,55

1,17

1,18

0,97

0,95

Sesuai
Pustaka

1,03

1,03

Sesuai
Pustaka

Tidak
Sesuai
Pustaka
Tidak
Sesuai
Pustaka

IV.1.4 Tabel Hasil Pengukuran Densitas Dengan Hydrometer
KLP

NAMA
SAMPEL

RANGE
HDROMETE
R

1

Gliserin

1,200-1,400

2

Paraffin
cair

0,828

3

Oleum
Iecoris

0,800-1,00

4

Oleum
Sesami

0,800-0,100

5

Oleum
Eucalyptus

0.800-1,000

6

Isopropil
Meristat

0,820-0,880

7

Metil
Salsilat

1,120-1,180

HASIL
PEMBACAA
N
1,254
1,254
1,254
0,891
0,891
0,891
0,94
0,94
0,94
0,920
0,920
0,920
0,847
0,8465
0,847
1,175
1,175

RATARATA

REFERENS
I

KET

1,254

1,26

Sesuai
Pustaka

-

0,875

-

0,891

0,92

Sesuai
Pustaka

0,94

0,94

Sesuai
Pustaka

0,920

0,88500,9280

Sesuai
Pustaka

0,8468

0,55

Tidak Sesuai
Pustaka

1,175

1,180

Tidak Sesuai
Pustaka

8

Oleum
Ricini

0,940-1,00

9

Propilen
Glikol

1,000-1,060

1,175
0,967
0,98
0,958
1,033

1,033
1,033

0,968

0,959

Sesuai
Pustaka

1,033

1,038

Sesuai
Pustaka

IV.1.5 Tabel Hasil Penentuan BJ
DENSITAS
P
H

BOBOT JENIS
P
H

REFERENSI
DENSITAS
BJ

KLP

SAMPEL

1

GLISERIN

1,23

1,25

1,24

1,32

1,26

1,249

2

PARAFFIN
CAIR

0,818

0,822

0,826

0,867

0,87

0,874

3

OLEUM
IECORIS

0,887

0,891

0,896

0,938

0,91

0,9180,927

0,933

0,94

0,942

0,0,989
4

0,8761

0,920

0,99

0,95

0,88500,9280

OLEUM
SESAMI
OLEUM
EUCALYPTUS

4
5

0,9160,921
0,9060,925

6

ISOPROPIL
MERISTART

0,9757

0,846

0,97

0,88

0,55

0,8460,854

7

METIL
SALISILAT

1,175

1,175

1,86

1,236

1,535

1,180

0,9736

0,968

0,975
5

0,9699

0,959

0,9570,961

1,031

1,033

1,041

1,038

1,038

1,048

OLEUM
RICINI
PROPILEN
GLIKOL

8
9

IV.2

Perhitungan

A. Perhitungan Jarak Lebur
a) Ketoprofen
1. 930C - 910C = 20C
2. 950C - 920C = 30C
3. 950C - 910C = 40C
b) Ibuprofen
1. 890C - 750C = 140C

KET
SESUAI
PUSTAKA
SESUAI
PUSTAKA
TIDAK
SESUAI
PUSTAKA
SESUAI
PUSTAKA
TIDAK
SESUAI
PUSTAKA
TIDAK
SESUAI
PUSTAKA
SESUAI
PUSTAKA
SESUAI
PUSTAKA

2. 780C - 740C = 40C
3. 780C - 750C = 30C
c) Guafenesin
1. 700C - 670C = 30C
2. 71,90C - 660C = 5,90C
3. 720C - 680C = 40C
d) Paracetamol
1. 1720C - 1690C = 30C
2. 1760C - 1700C = 60C
3. 1740C - 1700C = 40C
e) Atropine Sulfat
1. 1630C - 1600C = 30C
2. 1460C - 1400C = 60C
3. 1600C - 1400C = 100C
f) Dekstrometorfat
1. 1250C- 1150C = 100C
2. 1300C - 1240C = 60C
3. 1250C - 1200C = 50C
g) Resorsinol
1. 1130C - 1050C = 80C
2. 1090C - 1050C = 40C
h) Piracetam
1. 1500C - 1460C = 40C

2. 1520C - 1450C = 70C
3. 1520C - 1440C = 80C
i) Asam Askorbat
1. 1900C - 1680C = 220C
2. 1830C - 1700C = 180C
3. 1840C - 1710C = 130C
B. Perhitungan Densitas Piknometer
ρ

=

B−A
V

a) Gliserin
ρ =
b)

90−28,24
50

Paraffin Cair

ρ 1=

40,9571−20,4469
25

ρ 2=

37,5039−17,0539
= 0,818
25

ρ 3=

40,9347−20,4687
= 0,818
25

c)

Oleum Iecoris

d)

Oleum Sesami

e)

= 1, 23

= 0,820

ρ 1=

68,031−22, 8409
50

ρ 2=

68,00−22,8560
= 0,9028
50

= 0,9038

Oleum Eucalyptus

ρ 1=

44,0528−21,5701
25

= 0,899308

f)

g)

ρ 2=

42,1808−21,5664
= 0,824576
25

ρ 3=

44,2332−21, 6175
= 0,904628
25

Isopropil Meristat

ρ 1=

85,025−22,7634
50

ρ 2=

73,9774−31,9252
= 0,841
50

ρ 3=

74,0204−31,9675
= 0,841
50

= 1,245

Metil Salisilat
ρ 1=

86,3982−27,5256
50

ρ 2=

86,2776−27,5463
= 1,1746
50

ρ 3=

86,7998−27,5233
= 1,1655
50

= 1,1714

h) Oleum Ricini

i)

ρ 1=

39,9608−15,6153
25

ρ 2=

39,9245−15,6154
= 0,9723
25

ρ 3=

39,9882−15,6173
= 0,9748
25

= 0,9738

Propilen Glikol
ρ 1=

83,823−32,265
50

ρ 2=

83,797−32,261
= 1,03072
50

= 1,03116

ρ 3=

IV.3

83,782−32,260
= 1,03044
50

Pembahasan
Telah dilakukan percobaan engamatan wujud zat dan sifat fisika

kimia bahan obat, dimana terdapat beberapa paremeter yang diamati,
antara lain titik lebur, jarak lebur, pengukuran densitas menggunakan
piknometer,

pengukuran

densitas

menggunakan

hidrometer,

serta

penentuan bobot jenis suatu bahan obat. Adapun beberapa sampel yang
diukur titik lebur dan jarak leburnya antara lain Ketoprofen, Ibuprofen,
Guafenisin, Paracetamol, Atropine Sulfate, Dekstrometorfan, Resorsinol,
Piracetam, dan asam askorbat. Sedangkan sampel yang diukur densitas
serta bobot jenisnya antara lain Gliserin, Parafin cair, Oleum licoris, Oleum
sesami, Oleum eucalyptus, Isopropil miristat, Metil salisilat, oleum ricini,
dan Propilen glikol.
Pengukuran

titik

lebur

dan

jarak

lebur

dilakukan

dengan

menggunakan metode pipa kapiler, dimana pipa kapiler yang telah diisi
dengan sampel diletakkan diatas uap panas yang akan melebur apabila
telah sampai pada titik leburnya, pengukuran ini dilakukan secara triplo
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Untuk pengukuran titik lebur dan
jarak lebur dari sampel ketoprofen, diperoleh titik lebur yaitu 94,5 OC
dengan jarak lebur yaitu 2OC dimana referensi yang digunakan yaitu 93 OC
- 96OC sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengujian telah sesuai
dengan literatur yan digunakan. Selanjutnya untuk sampel ibuprofen,

diperoleh titik lebur yaitu 74,6OC dengan jarak lebur yaitu 4OC dimana
referensi yang digunakan yaitu 75 OC - 78OC, meskipun terdapat sedikit
perbedaan dengan literatur yang digunakan, tetapi dapat dikatakan bahwa
hasil pengujian telah sesuai dengan literatur yan digunakan. Untuk sampel
Guafenisin di peroleh titik lebur 66 OC dengan jarak lebur 4,3OC, dimana
referensi yang digunakan menyatakan bahwa titik lebur dari sampel
Guafenisin yaitu 79OC dan terdapat perbedaan dengan hasil yang
diperoleh, sehingga dikatakan bahwa hasil yang diperoleh tidak memenuhi
literatur yang digunakan. Untuk sampel Paracetamol titik lebur yang
diperoleh adalah 169OC dengan jarak lebur 4OC, literatur yang digunakan
adalah 172OC sehingga sampel yang diujikan memenuhi kriteria dari
literatur yang digunakan. Pada pengukuran titik lebur dan jarak lebur dari
sampel atropin sulfat, hasil yang diperoleh adalah titik lebur 146,6 0C
dengan jarak lebur 6 OC, literatur yang digunakan yaitu 187 0C sehingga
sampel yang diujikan tidak memenuhi literatur yang digunakan. Untuk
sampel Dekstromethorphan di peroleh titik lebur 120 OC dengan jarak lebur
7OC, dimana referensi yang digunakan menyatakan bahwa titik lebur dari
sampel

Dekstromethorphan

yaitu

109,5OC-112,5OC

dan

terdapat

perbedaan dengan hasil yang diperoleh, sehingga dikatakan bahwa hasil
yang

diperoleh

tidak

memenuhi

literatur

yang

digunakan.

Pada

pengukuran titik lebur dan jarak lebur dari sampel Resorsinol, hasil yang
diperoleh adalah titik lebur 105 OC dengan jarak lebur 6 OC, literatur yang
digunakan yaitu 1090C-1110C sehingga sampel yang diujikan tidak

memenuhi literatur yang digunakan. pada pengukuran sampel piracetam
diperoleh titik lebur 145OC dengan jarak lebur 6OC, dimana hasil ini sesuai
dengan literatur yang digunakan yaitu 151,5-152,5 OC. Yang terakhir
dilakukan pengukuran pada sampel Asam askorbat diperoleh titik lebur
yaitu 170OC dengan jarak lebur 18OC dimana hasil ini tidak memenuhi
literatur yang digunakan yaitu 190 OC. Adanya perbedaan dari literature
yang digunakan dengan hasil pengamatan yang diperoleh dapat
diakibatkan oleh beberapa hal seperti sampel yang telah terkontaminasi
dengan bahan lain, menyebabkan titik lebur sampel yang diukur
meningkat atau menurun,

atau dapat juga diakibatkan karena

pengamatan yang kurang teliti.
Untuk pengukuran densitas bahan obat menggunakan piknometer
juga dilakkan secara triplo, dimana hasil yang diperoleh kemudian
dmasukkan kedalam rumus yang berlaku sehingga diperoleh densitas dari
sampel yang diukur, Pada penentuan densitas dari gliserin, hasil yang
diperoleh memenuhi literatur yang digunakan, yaitu densitas sebesar 1,23.
begitupula dengan pengukuran densitas sampel Oleum lecoris dimana
hasil yang diperoleh memenuhi literatur yang digunakan yaitu 0,92. Untuk
pengukuran densitas dari Parafin cair diperoleh densitas 0,88 dimana
hasil ini tidak sesuai dengan oliteratur yang digunakan yaitu 0,92.
Begitupula dengan pengukuan densitas dari Oleum sesami, dimana
densitas yang diperoleh yaitu 0,90 sedangkan range literatur yang
digunakan yaitu 0,91 - 0,92. Pada pengukuran densitas Oleum Eucalyptus

hasil yang diperoleh sesuai dengan range yang tertera pada literatur yaitu
0,88-0,92. Pada pengukuran densitas metil salisilat dan oleum ricini juga
hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang digunakan dimana
densitas yang tertera di literatur untuk sampel metil salisilat dan oleum
ricini bertuut turut adalah 0,55 dan 1,18. Untuk pengukuran densitas dari
Oleum ricini dan Propilen glicol hasil yang diperoleh sesuai dengan
literatur yang digunakan yaitu densitas dari oleum ricini dan propilen glikol
berturut turut adalah 0,95 dan 1,03. Adanya perbedaan yang diperoleh
dari sampel yang diujikan dengan literature yang digunakan dapat
dipengaruhi pleh beberapa hal, seperti terdapatnya gelombang udara di
dalam piknometer atau terdapat sampel yang melekat pada piknometer
yang digunakan sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.
Untuk pengukuran densitas bahan obat menggunakan hidrometer
juga dilakkan secara triplo, pengukuran menggunakan hidrometer
dilakukan dengan membaca skala dimana hidrometer brada dalam posisi
melayang dalam gelas ukur berisikan sampel cair yang akan ditentukan
densitasnya. Pada penentuan densitas dari gliserin, hasil yang diperoleh
memenuhi literatur yang digunakan, yaitu densitas sebesar 1,254 dengan
literatur 1,26. Begitupula dengan pengukuran densitas sampel Oleum
lecoris dimana hasil yang diperoleh 0,891 dengan literatur yang digunakan
yaitu 0,92. Untuk pengukuan densitas dari Oleum sesami, dimana
densitas yang diperoleh yaitu 0,94 dan hasil ini memenuhi densitas oleum
sesami pada literatur yang digunakan. Pada pengukuran densitas Oleum

Eucalyptus hasil yang diperoleh yaitu 0,920 dan hasil ini sesuai dengan
range yang tertera pada literatur yaitu 0,88-0,92. Pada pengukuran
densitas isopropil miristat dan metil salisilat juga hasil yang diperoleh (0,84
dan 1,17) tidak sesuai dengan literatur yang digunakan dimana densitas
yang tertera di literatur untuk sampel isopropil miristat dan metil salisilat
dan berturut turut adalah 0,55 dan 1,18. Untuk pengukuran densitas dari
Oleum ricini dan Propilen glicol hasil yang diperoleh berturut turut yaitu
0,968 dan 1,033 dan hasil ini sesuai dengan literatur yang digunakan yaitu
densitas dari oleum ricini dan propilen glikol berturut turut adalah 0,95 dan
1,03. Perbedaan hasil yang diperleh engan literature yang diunakan dapat
disebabkan oleh beberapa factor kesalahan, seperti pengamatan yang
kurang teliti serta posisi dari hydrometer yang tidak lurus sehingga
mempengaruhi skala yang terbaca.
Dilakukan

pula

pengukran

bobot

jenis

dari

sampel

yang

sebelumnya telah diukur densitasnya. adapun hasil pengukuran bobot
jenis yang diperoleh yaitu bobot jenis gliserin yaitu 1,24 (ref : 1,249),
parafin cair dengan bobot jenis 0,867 (ref : 0,874), Oleum eucalyptus
dengan bobot jenis 0,95 (ref : 0,906-0,925), bobot jenis oleum ricini yaitu
0,975 (ref : 0,957-0,961) dan bobot jenis propilen glycol 1,041 (ref : 1,048).
Bobot jenis yang diperoleh untuk sampel gliserin, parafin cair, oleum
eucalyptus, oleum ricini, dan propilen glycol telah sesuai dengan literatur
yang digunakan, sedangkan untuk pengukuran bobot jenis oleum iecoris
yang diperoleh yaitu 0,938 (ref : 0,918-0,927), isopropil miristat 0,95

(0,846-0,854), dan metil salisilat 1,86 (ref : 1,180). hasil pengukuran untuk
sampel oleumiecoris, isopropil miristat, dan metil salisilat tidak memenuhi
literatur yang digunakan, dimana hal ini dapat di pengaruhi oleh beberapa
hal seperti pengukuran densitas yang sebelumya dilakukan tidak
memenuhi literatur yang digunakan.

BAB V
PENUTUP
V.1

Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

pengukuran

yang

telah

dilakukan

dapat

disimpulkan dapat disimpulkan bahwa pada pengukuran titik lebur dan
jarak lebur dengan metode pipa kapiler untuk sampel ketoprofen,
ibuprofen, paracetamol, dan piracetam sesuai dengan literatur yang
digunakan. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk sampel guafenisin,
atropin sulfat, dekstromethorphan, resorsinol, dan asam askorbat tidak
memenuhi literatur yang digunakan.

Untuk pengukuran densitas dengan piknometer, hasil pengukuran
dari sampel Gliserin, Oleum Iecoris, Oleum Eucalyptus, Oleum Ricini, dan
Propilen glycol telah sesuai dengan literatur yang digunakan, sedangkan
untk hasil pengukuran dari paraffin cair, oleum sesami, isopropil miristat,
dan metil salisilat tidak sesuai dengan literatur yang digunakan.
Untuk pengukuran densitas menggunakan

hydrometer hasil

pengukuran untuk gliserin, Oleum lecoris, Oleum sesami, Oleum
eucaliptus, Oleum ricini, dan propilen glicol telah sesuai dengan literatur
yang digunakan, sedangkan untuk pengukuran isopropil miristat dan metil
salisilat hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang digunakan.
Untuk penentuan bobot jenis, hasil yang diperoleh untuk gliserin,
paraffin cair, oleumeucaliptus, oleum ricini, dan propilen gllycol telah
sesuai dengan lteratur yang digunakan, sedangkan untuk sampel oleum
iecoris, isopropil miristat, dan metil salisilat tidak sesuai dengan literatur
yang digunakan.
Adapun terbedaan hasil yang diperoleh dengan literatur yang
digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor kesalahan yang telah
dijelaskan sebelumya.

V.2

Saran
Saran untuk percobaan sifat fisika kimia bahan obat selanjutnya

adalah agar alat praktikum lebih dilengkapi sehingga menunjang
praktikum berjalan maksimal serta ketelitian dan kebersihan saat

praktikum lebih dijaga sehingga dapat mengurangi factor kesalahan yang
dapat mempengaruhi hasil pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Martin, Alfred, dkk. 1990. Farmasi Fisika Dasar- Dasar Kimia Fisik
Dalam Ilmu Farmasetik. Edisi ketiga. Vo. 1. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI. Press)
2. Deviarny, Chris, dkk. 2012. Uji Stabilitas Kimia Natrium Askorbil Fosfat
Dalam Mikroemulsi Dan Analisisnya Dengan HPLC. Padang:
Universitas Andalas
3. Afnidar. Materi dan Sifatnya, serta Kegunaan Bahan Kimia dalam
Kehidupan. Pustaka Ut
4. Sinko, Patrick J. 2011. Farmasi Fisik dan Ilmu farmasetika. Edisi tiga.
Jakarta: EGC
5. Yulien Ariansyah dan Novita Eka Mustikasari. 2017. Sifat-Sifat Fisik
Dari Zat. Yogyakarta: KUPDF
6. DITJEN POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen
Kesehatan Rrepublik Indonesia. Jakarta
7. DITJEN POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Skema Kerja
A. Penentuam Titik Leleh & Jarak Lebur
Sampel digerus

Ayak dengan ayakan 100

Pipa kapiler kaca (salah satu ujungnya ditutup) diisi dengan sampel
cm dan dimampatkan pada permukaan padat

± 1

Ikat pipa kapiler pada termometer

Panaskan media dalam gelas beaker ± 30 ° C di bawah titik leleh
yang diperlukan

Pasang termometer dan pipa kapiler pada statif dan celupkan pada media
hingga semua sampel terendam.

Perhatikan suhu pada termometer saat menunjukkan 3 ° C - 5 ° C di
bawah titik leleh yang diperkirakan, kurangi pemanasan

Amati titik leleh

B. Penentuan Densitas, Bobot Jenis dengan Piknometer
Bersihkan piknometer
Panaskan pada suhu 100 °

selama 1 jam, dinginkan dan timbang pikno
kosong.

Masukkan sampel (yang telah diukur suhu) hingga penuh, tutup dan
timbang.

Hitung densitas

Ulangi untuk air

Hitung bobot jenis

C. Penentuan Densitas, Bobot Jenis dengan Hidrometer
Gelas ukur 500 ml

Masukkan sampel (yang telah diukur suhunya).

Masukkan hydrometer pada gelas ukur berisi sampel

Catat angka pada hydrometer

Ulangi untuk air

Hitung densitas dan bobot jenis.