BAURAN PEMASARAN JASA PENDIDIKAN doc

BAURAN PEMASARAN JASA PENDIDIKAN DALAM
MENINGKATKAN DAYA SAING LEMBAGA PENDIDIKAN
(Studi Kasus di MI Nihayaturroghibin dan SDN Rogomulyo 01 Kayen Pati,
Tahun 2015/2016)
Faiq Nurul Izzah
Pascasarjana STAIN Kudus
Email: faiqnurulizzah@gmail.com
Abstrak
Penelitian dilakukan untuk mengetahui: (1). Bauran pemasaran jasa pendidikan di
MI Nihayaturroghibin dan SDN Rogomulyo 01 (2). daya saing lembaga
pendidikan di MI Nihayaturroghibin dan SDN Rogomulyo 01 (3) Bauran
pemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkan daya saing lembaga pendidikan
di MI Nihayaturroghibin dan SDN Rogomulyo 01. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan sumber data berupa dokumen dan hasil wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Unsur Bauran pemasaran yang di
analisis yaitu 7p (product, price, place, promotion, physical evidence, people,
process). (2).Daya saing di MI Nihayaturroghibin berupa product, price, place
dan promotion sedangkan di SDN Rogomulyo 01 berupa product, place dan
people. (3). Analisis bauran pemasaran bisa meningkatkan daya saing pendidikan
karena kesesuaian unsur 7p dengan standar nasional pendidikan sebagai kriteria
minimal pendidikan bermutu.

Kata kunci : Bauran Pemasaran, Daya saing, MI Nihayaturroghibin, SDN
Rogomulyo 01
Abstract
This study aimed to know (1). The marketing mix of education service in MI
Nihayaturroghibin and SDN Rogomulyo 01 (2). The competitiveness of
educational institutions in MI Nihayaturroghibin and SDN Rogomulyo 01, (3) The

1

marketing mix of education service to improve the competitiveness of educational
institutions in MI Nihayaturroghibin and SDN Rogomulyo 01. This study was a
qualitative research with the documents and interview result as source of data. The
results of research showed that: (1). Marketing mix elements analyzed was 7p
(product, price, place, promotion, physical evidence, people, process) (2).The
competitiveness of MI Nihayaturroghibin is product, price, place and promotion,
but the competitiveness of SDN Rogomulyo 01 is product, place and people. (3).
The marketing mix analysis can improve the competitiveness because the
compatibility of 7p unsure with the national standard of education as a minimum
criteria for a quality education.
Keywords : Marketing Mix, Competitiveness, MI Nihayaturroghibin, SDN

Rogomulyo 01
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang berfungsi mencerdaskan
kehidupan bangsa. Ada banyak sekolah yang tersebar di seluruh daerah baik
yang swasta maupun negeri. (Komariah dan Cepi Triatna, 2006:5) Banyaknya
sekolah yang tersebar tersebut, memacu sebuah persaingan dari segi kualitas
dan kuantitas. Untuk bisa bersaing dengan sekolah lain, terutama sekolah yang
ada disekitarnya dalam satu daerah, ia harus mampu menunjukkan yang
terbaik. Pada prinsipnya sekolah perlu memberikan ciri khas tersendiri agar
sekolah tidak lagi ditinggal oleh masyarakat. Tidak lagi memandang tentang
sekolah negeri, swasta, umum maupun sekolah berbasis agama. Masyarakat
sekarang ini mulai mampu menilai dan menyesuaikan keinginan mereka dalam
menyekolahkan anaknya.(Cahyono,2014:kompasiana.com).
Kecamatan kayen, mempunyai 53 lembaga pendidikan tingkat dasar
dengan 14 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan 39 Sekolah Dasar (SD). Di desa
sundoluhur, terdapat 2 MI dan 2 SD yang saling berdekatan. Di desa Kayen
terdapat 6 SD yang saling berdekatan. Sasaran penelitian terfokus hanya pada
dua sekolah, yakni MI Nihayatur Roghibin dan SDN Rogomulyo 01 karena
2


kedua sekolah tersebut terlihat menonjol meskipun terletak berdekatan dengan
sekolah lain tetapi kedua sekolah ini tetap mampu menarik perhatian
masyarakat sehingga mempunyai banyak siswa.
MI Nihayatur Roghibin adalah MI dari sebuah yayasan pendidikan
Islam di bawah naungan Kementerian Agama. MI ini terletak di pinggir jalan
raya Kayen-Pati, desa sundoluhur. Sebagai sekolah

MI yang mempunyai

banyak saingan, yakni MI Miftahul Muhtadin, SDN Rogomulyo 01 dan 02,
sekolah ini mampu menarik minat banyak masyarakat dibanding sekolah lain.
Bahkan Salah satu SD tersebut ada yang hampir gulung tikar karena siswa
yang tidak mencukupi standar minimal. Jumlah siswa yang mereka miliki pada
tahun 2015/2016 adalah 258 dalam enam kelas 10 rombel. Pergerakan siswa
yang didapatkan setiap tahunnya selalu naik dan bisa dikatakan sekolah favorit
di desa sundoluhur. (Interview Kepala MI Nihayaturroghibin sundoluhur)
SDN Rogomulyo 01 adalah SD yang terletak dipinggir jalan raya
kayen-Pati, satu komplek (berdampingan) dengan SDN Rogomulyo 02 serta
tidak jauh juga dengan MI Rogomulyo. Sebagai sekolah inti, dan perwakilan

SD bagian utara, SDN Rogomulyo 01 memiliki daya saing yang bagus
terhadap sekolah lainnya di Rogomulyo. Terbukti dengan jumlah siswa yang
dimiliki pada tahun 2015/2016 ini sebanyak 124 siswa. Jumlah ini sudah
terbilang banyak mengingat letaknya yang bersebelahan dengan SD lain dan
terus bersaing dalam mendapatkan siswa disetiap tahunnya. Tetapi pihak
sekolah mempunyai strategi sendiri agar Pergerakan siswa yang didapatkan
setiap tahunnya selalu naik.(Interview kepala SDN Rogomulyo 01).
Banyaknya siswa yang dimiliki oleh MI Nihayaturroghibin dan SDN
Rogomulyo 01 sampai tahun ini, menjadikan penulis ingin meneliti bauran
pemasaran jasa pendidikan yang dilakukan oleh kedua sekolah tersebut sebagai
strategi dalam melakukan pemasaran lembaga pendidikan serta efeknya
terhadap daya saing lembaga pendidikan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat dirumuskan permasalahan
bagaimana bauran pemasaran jasa pendidikan di MI Nihayaturroghibin dan

3

SDN Rogomulyo 01 kayen, bagaimana daya saing lembaga pendidikan di MI
Nihayaturroghibin dan SDN Rogomulyo 01 kayen, serta bagaimana bauran

pemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkan daya saing lembaga
pendidikan di MI Nihayaturroghibin dan SDN Rogomulyo 01 kayen.
B. Landasan Teori
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus
berbekal teori. Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh
peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan
penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah
peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial.(Sugiyono, 2008:29)
1. Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan
Pemasaran dalam bidang pendidikan menghasilkan kepuasan peserta
didik serta kesejahteraan stake holder lembaga pendidikan dalam jangka
panjang sebagai kunci utnuk memperoleh profit. (Alma, 2008:153)
Bauran pemasaran (marketing mix) jasa pedidikan adalah elemenelemen organisasi pendidikan yang dapat dikontrol oleh organisasi dalam
melakukan komunikasi dengan peserta didik dan akan dipakai untuk
memuaskan peserta didik. Marketing mix merupakan unsur-unsur pemasaran
yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat,
sehingga lembaga pendidikan dapat mencapai tujuan pemasaran dengan
efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.(Alma,
2008:154). Unsur-unsur pemasaran menurut Philip Kotler adalah sebagai
berikut.

a. Product (produk jasa)
Produk dalam konteks jasa pendidikan madrasah adalah jasa yang
ditawarkan kepada pelanggan berupa reputasi, prospek dan variasi
pilihan. Lembaga pendidikan yang mampu bertahan dan mempu
memenangkan persaingan jasa pendidikan adalah lembaga yang dapat
menawarkan reputasi, prospek, mutu pendidikan yang baik, prospek dan
peluang yang cerah bagi siswa untuk menentukan pilihan-pilihan yang
diinginkannya.(Hidayat, dan Imam Machali, 2012:239).
4

Reputasi dan prospek lembaga madrasah menjadi daya tarik dan
minat siswa. selama ini madrasah menawarkan produk sesuai dengan
misinyayitu sebagai proses “character building” yaitu siswa berakhlaq
mulia, agamis, religius, dan penuh nilai, termasuk di dalamnya adalah
terpenuhinya standar kompetensi lulusan.(Hidayat, dan Imam Machali,
2012:239)
Untuk merencanakan penawaran atau produk, pemasar perlu
memahami tingkatan produk, yaitu produk utama/inti, produk generik,
produk harapan, produk pelengkap dan produk potensial. (Alma,
2008:156)

Jadi, produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal yang
dimiliki sekolah kemudian ditawarkan kepada masyarakat seperti fasilitas
sekolah, kurikulum dan model pembelajaran, serta bukti lulusannya. Jika
semua hal tersebut selalu di jaga dan diperbaiki, maka secara otomatis
masyarakat akan memilih sekolah tersebut karena sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya.
b. Price (harga)
Elemen ini berjalan sejajar dengan mutu produk. Apabila mutu
pruduk baik, maka calon siswa berani membayar lebih tinggi. Tetapi ada
lembaga yang menetapkan SPP dengan biaya tinggi, peminatnya tetap
banyak. Ini disebabkan karena situasi kelangkaan penyedia jasa
pendidikan

yang

bermutu

(sekurang-kurangnya

menurut


persepsi

konsumen), melihat siapa dibelakang pengelola jasa pendidikan tersebut.
Hal ini merupakan taktit “skimming price” yang terkenal dalam marketing,
diimbangi dengan bayangan mutu meyakinkan.(Alma, 2013:283)
Harga dalam konteks jasa pendidikan adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan. Elemen
harga pendidikan dipertimbangkan mengenai penetapan harga seperti SPP,
investasi bangunan, biaya laboratorium, dan lain-lain.(Hidayat, dan Imam
machali, 2012:239)
Jadi, yang dimaksud harga (price) dalam penelitian ini adalah biaya
yang ditetapkan suatu sekolah dan harus dibayar oleh siswa. Tetapi untuk
saat ini sekolah tingkat dasar sudah dibebaskan dari biaya SPP disetiap

5

bulannya karena adanya BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Sehingga
jika memang ada biaya maka biaya itu dipergunakan untuk membeli
seragam, buku paket, buku lembar kerja, kegiatan-kegiatan sekolah yang

tidak bisa didanai oleh BOS. Tetapi banyak juga sekolah yang tidak
memungut biaya apapun. Meskipun sekolah memungut biaya atau tidak
sama sekali, masyarakat tetap melihat kualitasnya. Jika memang kualitas
proses dan keluarannya bagus, meskipun harus mengeluarkan biaya
tambahanpun masyarakat tetap akan memilihnya, begitu juga sebaliknya
jika sekolah gratis tetapi kualitas tidak bisa diandalkan masyarakat juga
akan mempertimbangkannya kembali.
c. Place (tempat/ lokasi pelayanan)
Pada umumnya para pimpinan lembaga pendidikan sependapat
bahwa lokasi letak lembaga yang mudah dicapai kendaraan umum, cukup
berperan sebagai pertimbangan calon siswa untuk memasuki lembaga
tersebut. Demikian pula para siswa atau konsumen menyatakan bahwa
lokasi turut menentukan pilihan mereka, mereka menyenangi lokasi dikota
dan yang mudah dicapai kendaraan umum, atau ada fasilitas alat
transportasi dari lembaga atau bis umum yang disediakan oleh pemerintah
daerah.(Alma, 2003:116)
Keamanan tempat atau lokasi yang dituju, dalam hal ini perlu
dipertimbangkan faktor-faktor seperti: akses (kemudahan mencapai
lokasi), vasibilitas (lembaga tersebut dapat terlihat dengan jelas
keberadaan fisiknya), lalu lintas, tempat parkir, ekspansi (ketersediaan

lahan untuk kemungkinan

perluasan usaha), persaingan

(dengan

memperhitungkan lokasi pesaing).( Irianto dan Eka Prihati , 2009:344).
d. Promotion (promosi)
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu
program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila
konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk
tersebut akan berguna bagi mereka maka mereka tidak akan pernah
membelinya.(Alma, 2008:162).
6

Promosi bertujuan untuk memberikan informasi dan meyakinkan
konsumen akan manfaat produk yang dihasilkan. (Hidayat, dan Imam
Machali 2012:239). Promosi yang berlebihan mempunyai hubungan
korelatif yang negatif terhadap daya tarik peminat. (Tim Dosen
UPI,2011:343).

Promosi yang biasa dilakukan oleh sekolah tingkat dasar adalah
dengan mengundang semua wali siswa dalam kegiatan pengambilan rapot
dan kegiatan akhir tahun, pemasangan spanduk, mengadakan kegiatan
seperti jalan santai, kirab siswa, lomba antar TK, lomba antar MI dan SD,
pembuatan kalender sekolah, serta promosi dari satu orang ke orang lain.
e. People (SDM)
Sumber daya manusia adalah semua orang yang dimiliki oleh suatu
perusahaan atau lembaga yang terlibat dalam proses penyampaian produk
atau jasa kepada konsumen. Sumberdaya dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu administrator, guru, dan karyawan. Ketiganya perlu memiliki
kompetensi yang tinggi. Karena pada pelaksanaannya merekalah yang
secara langsung menyampaikan jasa kepada para siswa dan orang tua
siswa sehingga tingkat puas atau tidaknya tergantung dengan cara
penyampaian jasa yang dilakukan oleh para sumberdaya tersebut. Untuk
itu pemilihan sumber daya manusia yang akan bekerja dalam suatu
lembaga pendidikan harus dilakukan dengan secermat mungkin, karena
merekalah yang akan menjadi ujung tombak dalam penyampaina jasa
pendiidkan kepada publik.(Tim Dosen UPI,2011:166)
Sumberdaya yang dimiliki sekolah harus benar-benar berkompeten,
karena orang tua tetap memantau belajar anak. Jika guru kurang
berkompeten maka siswa yang menjadi korbannya dan orang tua bisa
mengetahuinya melalui pelajaran dan PR yang diberikannya. Seperti pada
peraturan pemerintah nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan
kompetensi guru, bahwa kompetensi guru itu ada empat yakni kompetensi
profesional, pedagogik, sosial dan kepribadian.
Kesuksesan pemasaran jasa sangat bergantung pada SDM yang
dimiliki. Apalgi untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan keterlibatan
langsung penyedia jasa dengan konsumennya. Perusahaan juga harus
7

mengantisipasi segala kemungkinan terjadinya permasalahan dalam
manajemen sumber daya manusia (MSDM) dari tahap seleksi hingga
proses (MSDM) yang lebih komplek. (Lupiyoadi dan A. Hamdani,
2014:194)
f. Physical evidence (sarana fisik)
Menurut pendapat Kotler, Physical Evidence adalah sarana fisik
dan lingkungan terjadinya penyampaian jasa, antara produsen dan
konsumen berinteraksi dan setiap komponen lainnya yang memfasilitasi
penampilan jasa yang ditawarkan. (Kotler, 1989:53).
Bangunan fisik merupakan lingkungan fisik perusahaan tempat jasa
diciptakan dan tempat penyedia jasa dan konsumen berinteraksi, ditambah
unsur tangible apa saja yang digunakan untuk mengomunikasikan atau
mendukung peranan jasa itu. Dalam bisnis jasa, pemasar perlu
menyediakan petunjuk fisik untuk dimensi intangible jasa yang ditawarkan
perusahaan, agar mendukung positioning dan citra serta meningkatkan
lingkup produk (product surround). (Swastha dan Hani Handoko, 200087)
Pada sebuah lembaga pendidikan tentu yang merupakan Physical
Evidence adalah gedung atau bangunan dan segala sarana dan fasilitas
yang terdapat didalamnya. Termasuk pula bentuk-bentuk desain interior
dan eksterior dari gedung-gedung yang terdapat di dalam lembaga
tersebut. (Alma,2003;118). Apalagi sekolah tingkat dasar, gedung harus
didesain semenarik mungkin. Anak usia sekolah dasar akan lebih tertarik
pada bangunan sekolahnya tanpa mengetahui kuantitas dan kualitas
sekolah.
g. Process (proses)
Konteks jasa pendidikan mengartikan proses adalah proses
pendidikan

yang

meliputi

segala

kegiatan

yang

mendukung

terselenggaranya proses kegiatan belajar mengajar guna terbentuknya
produk/ lulusan (output) yang diinginkan. Dalam standar Nasional
Pendidikan proses mencakup standar isi, standar proses, standar
pengelolaan (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) dan standar
penilaian pendidikan. (Hidayat, dan Imam Machali 2012:241)
8

Seluruh aktifitas kerja adalah proses, proses melibatkan prosedurprosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme-mekanisme, aktifitasaktifitas, dan rutinitas-rutinitas dengan apa produk (barang atau jasa)
disalurkan ke pelanggan. Identifikasi manajemen proses sebagai aktifitas
terpisah adalah prasyarat bagi perbaikan jasa. Pentingnya elemen proses
ini

khususnya

dalam

bisnis

jasa

yang

tidak

dapat

disimpan.

(Alma,2008:167).
2. Daya Saing
Kaitannya dengan daya saing, seperti diketahui bahwa sekolah
merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional.
Peningkatan mutu, kualitas, dan kinerja layanan pendiidkan adalah tuntutan
bagi lembaga pendidikan. dalam konteks pendidikan dasar dan menengah
untuk mengacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar dapat
meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang
bermutu maka ditetapkan Standar nasional pendidikan. Standar Nasional
Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaa, dan
pengawasan pendiidkan dalm rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. (Hidayat, dan Imam Machali, 2012:236)
Standar Nasional Pendidikan diatur dalam PP Nomor 19 tahun 2005
tetapi sudah diperbarui dan diubah dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan . ada
delapan standar yang diatur dalam Standar Nasional pendidikan, yaitu standar
Isi, standar kelulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian.
Kedelapan standar nasional pendidikan tersebut merupakan kriteria
minimal mutu pendidikan dalam sistem pendidikan diseluruh wikayah hukum
Negara Kesatuan republik Indonesia, oleh karena itu sebuah lembaga
pendidikan harus terus berusaha meningkatkan dan memenuhi standar
nasional tersebut. (Hidayat, dan Imam Machali, 2012:237).

9

C. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan

penelusuran

terhadap

beberapa

karya

penelitian

sebelumnya, penulis telah menemukan tema yang relevan dengan tema yang
peneliti angkat, yakni (1).Tesis karya Dedik Fatkul Anwar, Jurusan Pendikan
Islam, pascasarjana UIN sunan kalijaga Yogyakarta tahun 2014 dengan judul
Pemasaran jasa Pendidikan dalam meningkatkan peminat layanan pendidikan di
Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. (2).Tesis karya cahaya
Khaeroni, dengan judul strategi pemasaran pendidikan (studi komparasi di SD
Masjid Syuhada dan MI Sultan Agung, Yogyakarta), tahun 2012. (3).Tesis karya
Qiyadah Rabbaniyah, dengan judul Manajemen Pemasaran perguruan Tinggi di
STIKes madani, tahun 2014.
D. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif dengan
Sumber data dalam penelitian ini adalah MI Nihayatur Roghibin, Sundoluhur dan
SDN Rogomulyo 01. Dalam penelitian ini, penulis menggali informasi secara
mendalam kepada kepala sekolah,. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara
kepada kepala TU (tata usaha) terkait dengan dokumentasi-dokumentasi sekolah.
Pengumpulan data penulis lakukan dengan menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Observasi penulis menggunakan observasi yang
tersamar . Wawancara atau interview dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan
tatap muka secara individual. Dokumentasi yang dijadikan sumber penelitian
adalah data-data profil sekolah, data guru, data siswa, data sarana prasarana, dan
draft Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Metode analisis data yang penulis gunakan adalah dengan menggunakan
analisis data deskriptif-induktif dengan metode kualitatif, yaitu dengan
menguraikan apa adanya kemudian dianalisa dengan bertitik tolak pada data-data
tersebut sambil mencari jalan keluar. Dalam penelitian ini , penulis menggunakan
analisa data dengan teorinya Miles dan Huberman. Adapun metode yang
digunakan adalah tiga alur kegiatan yaitu Reduksi data, display data dan
conclusion .(Sugiyono, 2008:339).

10

E. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1.

Analisis Bauran Pemasaran di MI Nihayaturroghibin dan SDN
Rogomulyo 01.
a. Bauran pemasaran 7p
Bauran pemasaran jasa pendidikan adalah elemen-elemen organisasi
pendidikan yang dapat dikontrol oleh organisasi dalam melakukan
komunikasi dengan peserta didik dan akan digunakan untuk memuaskan
peserta didik.
1) Produk
a) Core benefit (produk inti).
Produk inti di MI Nihayaturroghibin berupa mata pelajaran inti yakni
pelajaran al-Quran hadis, aqidah akhlaq, fikih, sejarah kebudayaan
Islam, Pendidikan kewarganegaraan, IPA,IPS, dan Seni Budaya
Keterampilan.
b) Generic Product (produk generik)
Produk generik di MI Nihayaturroghibin berupa mata pelajaran
muatan lokal yakni bahasa jawa, bahasa Inggris, dan bahasa Arab.
c) Expected product (produk harapan)
Produk harapan yaitu produk formal yang ditawarkan dengan
berbagai atribut dan kondisinya secara normal diharapkan dan
disepakati untuk dibeli. (Alma, 2008:156). Produk ini ada dalam
bentuk program baru yaitu program tahfidzul quran, yang juga
sebagai program unggulan.
d) Augmented Product (Produk Pelengkap)
Produk pelengkap yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi
atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat
memberikan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan
produk pesaing.(Alma, 2008:156). Produk ini brupa kurikulum
pengembangan diri dan pendidikan kecakapan hidup.
e) Produk potensial
Produk potensial ini bisa dilihat pada kurikulum Keunggulan lokal
dan global, yakni berupa tilawatil quran, kaligrafi, Olahraga catur,
tenis meja dan bulu tangkis, Hari bahasa jawa.

11

Komponen produk yang ditawarkan oleh SDN Rogomulyo 01
adalah sebagai berikut:
a) Core benefit (produk inti).
Produk inti di SDN Rogomulyo 01 bisa dilihat pada kurikulum inti
berupa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, Seni
Budaya dan Keterampilan, serta penjaskes.
b) Produk generik, (generic product)
Produk generik di SDN Rogomulyo 01 ini ada pada kurikulum
muatan lokal yakni Bahasa Jawa, Seni Suara daerah dan bahasa
Inggris.
c) Produk harapan (expected product)
Produk harapan bisa dilihat pada Pendidikan pengembangan diri
yakni berupa pelajaran komputer, Baca Tulis al-Quran dan pramuka
d) Produk pelengkap (augmented product)
Produk ini berupa pengembangan pendidikan budaya. Pendidikan
budaya pada SDN Rogomulyo 01 menyesuaikan budaya yang ada di
desa kayen dan budaya daerah jawa tengah. Kegiatan ini antara lain
adalah Seni tari, karawitan, tembang, budaya islami, budaya
membaca, budaya kreatif.
e) Produk potensial
Produk potensial yang dimiliki oleh SDN Rogomulyo 01 ini adalah
Rebana, Olahraga, Seni, Ilmiah, Kegiatan pembiasaan rutin,
keteladanan,

Kegiatan

nasionalisme

dan

patriotisme,

Pekan

kreatifitas siswa, Pembinaan dan bimbingan lomba atau olimpiade,
serta Outdoor learning dan training
2) Price (Harga)
Salah satu perbedaan yang dimiliki SDN Rogomulyo 01 dan tidak
dimiki oleh MI Nihayatur Roghibin ini adalah perihal harga (price). di SD
tidak pernah memungut biaya apapun mulai SPP, seragam, LKS dan
kegiatan-kegiatan sekolah. Tetapi meskipun sama-sama mendapatkan dana
BOS, di MI Nihayatur Roghibin tidak bisa menetapkan harga “gratis”
seperti pada SD tersebut. Karena di MI ini harus membeli seragam dan

12

LKS sendiri, serta untuk kegiatan perpisahan (kelas VI) dan juga infaq
untuk pengembangan yayasan yang juga dibayarkan hanya sekali selama
menjadi siswa MI. Sedangkan pada SDN Rogomulyo 01, SPP dibebaskan
karena adanya BOS, seragam sekolah dibeli siswa secara mandiri dan
tidak di handel oleh sekolah, sedangkan LKS diberikan kepada siswa
secara gratis karena SD selain mendapat dana dari BOS, juga mendapatkan
dana dari APBN dan APBD.

3) Place (tempat)
Keamanan tempat atau lokasi yang dituju, dalam hal ini perlu
dipertimbangkan faktor-faktor seperti: akses , visibilitas, lalu lintas, tempat
parkir, ekspansi, dan persaingan.(Irianto dan Eka Prihanti, 2009:344)
Akses MI Nihayaturroghibin dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, dari segi akses keberadaan lokasi MI Nihayaturroghibin dan
SDN Rogomulo 01 sangat strategis. Kedua, dari segi visibilitas,
keberadaan MI Nihayaturroghibin yang berada di pinggir jalan raya
menjorok ke dalam, sekaligus satu komplek dengan Masjid Sundoluhur
dan Mts Nihayaturroghibin, membuat MI Nihayaturroghibin mudah dilihat
oleh masyarakat umum. Sedangkan SDN Rogomulyo 01 ini berada di
pinggir jalan raya dan ditengah desa. Letak SD 01 ini yang berdampingan
dengan SD 02 dan dekat dengan pasar tradisional juga menjadikan
masyarakat mudah melihatnya.
Ketiga, dari segi lalu lintas MI Nihayaturroghibin dan SDN
Rogomulyo 01 sama-sama berada dikawasan yang padat penduduk.
Keempat, dari segi tempat parkir MI Nihayaturroghibin dan SDN
Rogomulyo 01 sama-sama mempunyai halaman yang luas. Kelima, dari
segi ekspansi MI Nihayaturroghibin bisa memperluas sasaran pasar ke
desa-desa yang belum ada MI nya. Seperti desa karaban, boloagung, dan
lain sebagainya. Keenam, dari segi persaingan MI Nihayaturroghibin
bersaing dengan SDN Sundoluhur 01 dan SDN sundoluhur 02. Sedangkan
ekspansi SDN Rogomulyo 01 bisa memperluas sasaran pasar ke selatan,

13

utara, timur dan barat karena adanya sekolah lagi masih jauh. Jadi ini
merupakan peluang yang bagus, contohnya adalah desa tungklur, pucang,
rogomulyo barat.
4) Promosi
Promosi dilakukan oleh MI Nihayaturroghibin secara sederhana
yakni dengan konsisten terhadap programnya, Menjuarai lomba, pawai,
outbond, sosialisasi ke TK/RA, sosialisasi ke wali murid serta melalui
media brosur dan spanduk. Untuk meciptakan citra baik di mata
masyarakat MI ini memunculkan program baru yang disebut program
uggulan berupa Tahfidzul Quran agar lebih identik dan berbeda dengan MI
yang di kecamatan kayen.
Promosi yang dilakukan SDN Rogomulyo 01 ini juga sederhana,
yakni dengan cara sosialisai, rapat wali murid, memperbaiki sekolah, jalan
santai dan selalu berusaha menjuarai setiap perlombaan. Bersaing secara
sehat tanpa ada iming-iming suatu hal dan tidak door to door menjadi
prinsip yang tetap dipegang oleh SD ini. pada intinya kedua sekolah ini
berusaha untuk selalu konsisten dengan program-programnya dan selalu
memperbaiki diri agar tetap dipercaya oleh masyarakat.
5) People (Sumber daya Manusia)
MI Nihayaturroghibin mempunyai 16 tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan yang berstatus Non-PNS atau guru tetap yayasan, dan hanya
satu guru saja yang berstatus PNS. Tetapi meskipun demikian, justru
karena banyak yang berstatus Non-PNS, maka mereka lebih solid dan etos
kerja tetap tinggi. Andaikan saja sebagian gurunya PNS dan sebagian lagi
Non-PNS, maka kemungkinan akan terjadi pengelompokan lebih besar
dan guru yang Non-PNS akan merasa bahwa mereka tidak perlu bersusah
payah dan memilih untuk tetap santai karena mereka hanya guru swasta
saja. Sedangkan SDN Rogomulyo 01 mempunyai 13 tenaga pendidik dan
tenaga kependiikan yang sebagian besar adalah guru PNS dan sebagian
6)

kecil lainnya merupakan guru wiyata bhakti.
Physical Evidence (sarana fisik)
Mengenai bukti fisik yang berupa bangunan, sarana yang dimiliki
oleh kedua sekolah ini dirasa sudah memadai untuk ukuran sekolah tingkat

14

dasar. Perbedaan yang menonjol dari segi bangunan yang terlihat adalah
tentang desain eksterior gedung yang mana desain di SDN Rogomulyo 01
lebih indah dan lebih menarik dibanding dengan di MI Nihayaturroghibin
yang nampak monoton dengan cat lamanya serta dengan hiasan-hiasan
atau taman di halamannya. Terkait perbaikan gedung, penambahan kelas,
dan renovasi gedung, di SD hanya bisa mengandalkan dana dari
pemerintah dan tidak berani menarik uang dari wali murid, tetapi untuk di
MI karena berupa yayasan maka jika ingin melakukan renovasi sekolah
mereka bisa menarik uang infaq dari wali murid atau bahkan dari para
donatur.
Selain bukti fisik berupa bangunan, MI Nihayaturroghibin dan
SDN rogomulyo 01 juga sama-sama mempunyai bukti pendukung yaang
keberadaannya sangat penting. Bukti pendukung ini adalah berupa raport
siswa per semester, absensi siswa, jurnal kelas, buku induk siswa, buku
data lulusan siswa, draft Program Tahunan (prota), draft Program
semester (promes), draft Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP),
dan draft Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah (RKAM) yang
masing-masing selalu diperbarui setiap semester atau setiap tahun.
Sedikit perbedaan tentang bukti fisik yakni adanya laporan bulanan pada
SD dan tidak untuk di MI, karena pemerintah yang menaunginya berbeda
sehingga persyaratan adminstratif guru yang diminta terkadang juga
berbeda.
7) Proses
Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran
pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan sering merasakan sistem
penyerahan jasa sebagai bagian dari jasa itu sendiri.(Alma, 2008:167).
Dilihat dari segi input, baik MI Nihayaturroghibin dan SDN Rogomulyo
01 sama-sama tidak menetapkan tes seleksi terlebih dahulu, hanya
mempertimbangkan umur saja dan tanpa memungut biaya pendaftaran.
Sedangkan dari segi lulusan, kedua sekolah ini juga telah melakukan
semua program dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar agar

15

siswanya berhasil dalam ujian dan menjadi lulusan yang mempunyai
karakteristik baik khas sekolahnya sendiri.
Tetapi dalam prosesnya, ada beberapa hal yang berbeda. Kembali
lagi dilihat pada produk yang ditawarkan masing-masing sekolah ini. Jika
pada MI Nihayaturroghibin mempunyai program tahfidzul quran sehingga
ciri khas yang nampak pada sekolah ini adalah budaya islami. Ini sudah
jelas karena memang basicnya saja sudah Madrasah Ibtidaiyyah.
Sedangkan pada SDN Rogomulyo tidak mempunyai program unggulan
apapun tetapi pada produk yang ditawarkannya terdapat pembelajaran seni
tari, tembang dan karawitan yang tujuannya adalah melestarikan budaya
jawa, dan hal ini tidak ada di MI. Seharusnya, semua sekolah baik MI
ataupun SD tetap menerapkan program tambahan kesian-kesenian jawa
tersebut, meski telah mempunyai program unggulan yang berbasis budaya
Islami ataupun belum. Karena melestarikan budaya jawa ini bukanlah
tugas sekolah umum (SD) saja tetapi semua lapisan masyarakat jawa
termasuk di Madrasah.
2.

Analisis daya saing lembaga pendidikan di MI Nihayaturroghibin dan
SDN Rogomulyo 01
Terkait dengan daya saing, mereka yang tampil dengan pola yang
baik, ada yang memperkokoh sumber daya manusia (SDM), ada yang
memperkuat bidang fasilitas termasuk gedung dan sarana lainnya, ada pula
yang memperkuat dibidang dana, tetapi ada pula yang lebih memperhatikan
dan memperkuat jaringan daripada yang lainnya. Menurut penulis, apa yang
unik dan menjadi daya tarik masing-masing sekolah merupakan nilai dari
daya saing sekolah

itu sendiri.

Karena dalam penelitian ini penulis

membahas tentang bauran pemasaran, maka keunikan atau sesuatu yang
menjadi daya tarik masyarakat itu penulis lihat dari unsur-unsur

bauran

pemasaran.
Di MI Nihayaturroghibin, nilai yang menjadi daya tarik bisa dilihat
pada produk unggulan yakni program tahfidzul quran,

price, place dan

proses yang merupakan ke empat hal yang menjadi daya tarik bagi

16

masyarakat sehingga keempat hal itulah yang menjadi daya saing MI
Nihayaturroghibin. Di SDN Rogomulyo 01, yang menjadi daya tarik bisa
dilihat pada keunggulan produk yaitu kesenian jawa, place dan people yang
merupakan ke tiga hal yang menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga
ketiga hal itulah yang menjadi daya saing
3. Analisis bauran pemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkan daya
saing MI Nihayaturroghibin dan SDN Rogomulyo 01.
Teori yang telah tertuang menyebutkan bahwa, jika sekolah telah
memenuhi delapan standar nasional pendidikan, yakni standar isi, standar
proses, standar penilaian, standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar pembiayaan, standar sarana prasarana, dan standar
kompetensi lulusan, maka sekolah bisa disebut bermutu. Jika sekolah sudah
bermutu maka sekolah tersebut berdaya saing bagus. Karena kedelapan
standar nasional pendidikan tersebut merupakan kriterian minimal mutu
pendidikan dalam sistem pendidikan nasional di seluruh wilayah hukum
negara Kesatauan Republik Indonesia. Tujuh unsur bauran pemasaran yang
meliputi produk, harga, tempat, promosi, sumber daya manusia, sarana
prasarana dan proses merupakan unsur-unsur saling berkaitan yang bisa
digunakan untuk memenuhi kedelapan standar nasional pendidikan tersebut.
Pada kedua sekolah tersebut, Unsur produk telah memenuhi standar
isi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Unsur Price dalam
bauran pemasaran sudah sesuai dengan standar pembiayaan yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan. Unsur place sudah sesuai dengan standar
sarana prasarana yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Unsur
promosi ini sesuai dengan standar pengelolaan yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan. Selain itu, unsur proses ini sudah memenuhi standar isi,
standar proses, standar pengelolaan, dan standar penilaian dan standar
kompetensi lulusan.
Mengenai Sumber daya manusia (SDM), seharusnya SDM yang
ada di tingkat pendidikan dasar adalah yang memiliki kualifikasi akademik
pendidikan umum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), yang berlatar

17

belakang pendidikan tinggi dibidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain,
atau psikologi, dan memiliki sertifikat profesi guru untuk SD/MI. Tetapi di
MI Nihayaturroghibin dari 18 pendidik / tenaga kependidikan, masih ada
empat yang pendidikan terakhirnya masih tingkat SMA, dan di SDN
Rogomulyo 01 dari ke tiga belas pendidik/ tenaga kependidikan, masih ada
empat yang pendidikan terakhirnya msih setingkat SMA. Dengan demikian
Unsur SDM di MI Nihayaturroghibin dan SDN Rogomulyo 01 belum
sepenuhnya sesuai dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan yang
ditetapkan dalam Standar nasional Pendidikan.
Unsur lain dalam bauran pemasaran yaitu sarana fisik (physical
evidence) yang berupa bangunan atau gedung dan segala sarana dan fasilitas
yang ada di dalamnya. Sarana prasarana yang dimiliki oleh kedua sekolah ini
kurang memadai karena fasilitas yang ada masih berada di posisi standar
minimal. Tetapi meskipun demikian, setidaknya kebutuhan guru dan siswa
terpenuhi 75% oleh sarana prasarana yang ada. Yakni adanya lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium, tempat olahraga, tempat ibadah, dan tempat bermain
siswa. dengan demikian, unsur sarana fisik ini belum memenuhi standar
sarana prasarana yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.
Penjabaran singkat tentang analisis unsur-unsur bauran pemasaran
di atas beserta hubungannya dengan masing-masing standar nasional
pendidikan, maka penulis simpulkan bahwa kedua sekolah ini memenuhi
enam dari standar nasional pendidikan, yakni pada bagian standar isi, proses,
penilaian, keompetensi lulusan, pengelolaan, dan pembiayaan. sedangkan dua
standar lainnya yakni standar pendidik dan tenaga kependidikan dan standar
sarana prasarana belum terpenuhi seratus persen. Jadi, kedua sekolah ini baru
memenuhi 75% standar yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Tetapi meskipun demikian, dengan keterbatasan
pendidik dan tenaga kependidikan serta keterbatasan sarana prasarana, tidak
mengurangi etos kerja civitas akademika MI Nihayaturroghibin dan SDN
Rogomulyo 01 dalam

meningkatkan dan

memenuhi standar nasional

18

tersebut . Jadi, penulis simpulkan, kedua sekolah ini sudah memenuhi 75%
kriteria sekolah bermutu, dan meskipun belum sepenuhnya, kedua sekolah
ini tetap mempunyai daya saing.

F. Kesimpulan
Dari kajian yang sudah penulis lakukan tentang strategi marketing dalam
meningkatkan daya saing di MI Nihayaturroghibin dan SDN Rogomulyo 01 ini,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Unsur Bauran pemasaran yang di analisis yaitu produk yang berupa program
tahfdzul quran sebagai produk unggulan di MI Nihayaturroghibin dan
kesenian jawa di SDN Rogomulyo 01. Penetapan harga gratis , tempat yang
strategis

dan

mudah

di

akses,

promosi

yang

dilakukan

di

MI

Nihayaturroghibin melalui sosialisasi ke RA/TK sedangkan di SDN
Rogomulyo 01 berupa perbaikan fisik. SDM sudah memenuhi standar
kualifikasi akademik, guru di MI Nihayaturroghibin merupakan guru swasta
sedangkan di SDN Rogomulyo 01 merupakan guru PNS. Serta Sarana fisik
yang sudah memadai, dan proses (input-proses-output) yang dilakukan sesuai
Standar Nasional PendidikanDaya saing MI nihayaturroghibin ditemukan
pada bauran pemasaran unsur product, price, place dan promotion.
Sedangkan di SDN Rogomulyo 01 ditemukan pada bauran pemasaran unsur
2.

product, place dan people.
Daya saing MI nihayaturroghibin ditemukan pada bauran pemasaran unsur
product, price, place dan promotion. Sedangkan di SDN Rogomulyo 01

3.

ditemukan pada bauran pemasaran unsur product, place dan people.
Bauran pemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkan daya saing MI
Nihayatur Roghibin Sundoluhur dan SDN Rogomulyo 01, kayen. Strategi
yang dilakukan melalui analisis bauran pemasaran yang meliputi unsur 7p
(Product, price, place, promotion, people, physical evidence, and process),
hasil yang didapatkan dari analisis ini bisa dijadikan ukuran untuk sekolah
dalam rangka memenuhi delapan standar nasional pendidikan yakni standar
isi, proses, penilaian, kompetensi lulusan, pengelolaan, pembiayaan, sarana
prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan. Kedua sekolah tersebut telah

19

memenuhi enam dari standar nasional pendidikan, dan dua standar yang
belum terpenuhi seratus persen adalah standar pendidik dan tenaga
kependidikan dan standar sarana prasarana. Kedua sekolah tersebut baru
memenuhi 75% kriteria minimum pendidikan bermutu. Jadi strategi
marketing melalui analisis bauran pemasaran ini bisa digunakan untuk
meningkatkan daya saing sekolah.
G. Daftar Pustaka
Alma, Buchori & Ratih Hurriyati. 2008. Manajemen Corporate & strategi
pemasaran jasa Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Alma, Buchari. 2013. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:
Alfabeta
Anwar, Dedik Fatkul. 2014. Tesis. Pemasaran jasa Pendidikan dalam
meningkatkan peminat layanan pendidikan di Madrasah Muallimin
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta: Pascasarjana UIN sunan kalijaga.
Cahyono,
Guntur.
2014.
Fenomena
Sekolah
Bubar.
Dalam
edukasiana.Kompasiana.com. Downloaded at 15/10/2014; 23.10.
Hidayat, Ara & Imam Machali. Pengelolaan Pendidikan (konsep, prinsip, dan
aplikasi dalam mengelola sekolah dan madrasah). Yogyakarta:Kaukaba.
Khaerani, Cahaya.2012. Strategi Pemasaran Pendidikan (studi komparasi di SD
Masjid Syuhada dan MI Sultan Agung, Yogyakarta). Yogyakarta: Program
Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. Alih Bahasa, Alexander Sindoro. 1997.
Dasar-Dasar Pemasaran.. Jakarta: Prenhallindo.
Lupiyoadi,

Rambat dan A. Hamdani. 2006.

Manajemen Pemasaran Jasa.

Jakarta: Salemba Empat
Machali, Imam. 2012. Strategi Bauran Pemasaran (Mix Marketing) untuk
peningkatan Mutu di SD Muhammadiyah sapen Yogyakarta. Laporan
Penelitian Kompetitif fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Mulyasana, Dedi. 2012. Pendidikan bermutu dan Berdaya saing. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah Republik Indoesia nomor 74 tahun 2009 tentang guru.

20

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 13 Tahun 2015 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Rabbaniyah, Qiyadah. 2014. Tesis. Manajemen Pemasaran Perguruan Tinggi Di
Stikes Madani. Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2008.
Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dam R&D. Bandung: Alfabeta.
Swastha, Basu dan Hani Handoko, Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku
Konsumen, (Yogyakarta : BPFE, 2000).
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2014.
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tim Pustaka Merah putih. 2007. Undang-undang Sistem pendidikan Nasional,
Yogyakarta: Pustaka Merah Putih.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003.
Irianto, Yoyon Bahtiar. Tt. Modul Pemasaran Pendidikan . Universitas
Pendidikan Indonesia, hlm. 202.
Draft kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) MI Nihayaturroghibin
sundoluhur
Draft kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) SDN Rogomulyo 01
Hasil wawancara dengan kepala MI Nihayaturroghibin Sundoluhur
Hasil wawancara dengan kepala SDN Rogomulyo 01.
Hasil wawancara dengan wali murid MI Nihayaturroghibin
Hasil wawancara dengan wali murid SDN Rogomulyo 01

21