Masjid tidak hanya sebagai tempat shalat

Masjid tidak hanya
sebagai tempat shalat,
tapi juga mendalami
ilmu Islam, musyawarah,
hingga pusat budaya dan
iptek kaum Muslim.
MASJID atau mesjid
adalah rumah ibadah umat
Islam. Fungsi utamanya
adalah sebagai tempat
shalat berjamaah, termasuk
shalat Jumat.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI)
mendefinisikan masjid
sebagai "rumah atau
bangunan tempat
bersembahyang orang
Islam".
Secara bahasa, masjid
berasal dari akar kata Arab,

sajada, yang artinya sujud.
Masjid artinya tempat
sujud, yakni shalat.
Dalam perspektif Islam,
setiap tempat yang
dijadikan tempat shalat
bisa disebut masjid.
Rasulullah Saw
menyatakan, bumi adalah
masjid bagi umat Islam.
Artinya, kaum Muslim
tidak selalu harus di masjid
jika hendak shalat, tapi
bisa di mana pun selama
tempatnya suci dan
kondusif untuk shalat.

perasaan takut yang
menimpa musuhku dengan
jarak sebulan perjalanan,

bumi dijadikan bagiku
sebagai mesjid dan suci,
siapa pun dari umatku
yang menjumpai waktu
shalat, maka shalatlah….”
(HR Bukhari)
Masjid di Zaman
Rasulullah Saw
Masjid adalah bangunan
pertama yang didirikan
Rasulullah Saw saat tiba di
Yatsrib (Madinah) dalam
peristiwa hijrah, yaitu
Masjid Quba, yang hingga
kini masih berdiri kukuh di
Kota Madinah, Arab Saudi.
Setelah Masjid Quba, Nabi
Muhammad Saw dan para
sahabat mendirikan Masjid
Nabawi pada 18 Rabiul

Awal tahun pertama
Hijriah. Masjid Nabawi
bisa dikatakan "menyatu"
dengan kediaman beliau
Saw.
Pada masa itu, bentuk
Masjid Nabawi sangat
sederhana, yakni
berdinding batu bata.
Bagian sebelah utara diberi
atap dan pada awalnya
bagian utara adalah kiblat,
yaitu Bayt Al-Maqdis.

"Aku diberi lima hal yang
tidak diberikan kepada
seorang pun sebelumku:
aku dimenangkan dengan

Di sebelah utara dibuat

serambi untuk tempat
shalat yang bertiang pohon
kurma, beratap datar dari
pelepah dan daun kurma,
bercampurkan tanah liat.

Berbagi Risalah Islam

Page 1

Di tengah-tengah ruang
terbuka dalam masjid yang
kemudian biasa disebut
sahn, terdapat sebuah
sumur tempat wudhu.
Kebersihan terjaga, cahaya
matahari dan udara dapat
masuk dengan leluasa.
Prof Harun Nasution
dalam Islam Rasional

menyebutkan, di sinilah
shalat dan ibadah pada
mulanya banyak
dilakukan. Ketika arah
kiblat diubah dari Baitul
Maqdis (Yerusalem) ke
Ka'bah di Mekkah, maka
sebagian sebelah selatan
diberi atap pula.
Tetapi, atap bagian utara
tidak dibuka karena di
bagian itu dijadikan tempat
berlindung dan menginap
Ahl Al-Shuffah atau kaum
muhajirin yang
meninggalkan harta
kekayaan mereka di
Makkah dan turut hijrah
dengan Nabi Muhammad
SAW ke Madinah. Di

tempat kediaman yang
baru ini mereka tidak
memiliki apa-apa.
Di bagian sebelah timur
dari masjid itu, pada
mulanya ada dua ruangan
kecil untuk untuk kedua
istri Nabi Muhammad
SAW, Saudah dan Aisyah.
Pintunya di sebelah barat
dan orang yang ke luar dari

ruangan tersebut langsung
terhubung ke dalam
ruangan masjid. Kemudian
didirikan lagi tujuh rumah
kecil yang serupa untuk
istri Nabi Muhammad
yang lainnya.
Dari gambaran di atas

dapat dipahami bahwa
masjid berfungsi tidak
hanya untuk melakukan
ibadah semata, tetapi juga
tempat berlindung dan
menginap bagi Ahl AlSuffah dan rumah tempat
tinggal bagi Rasulullah dan
keluarga.
Fungsi Masjid
Dengan berkembangnya
umat Islam di Madinah
dari masyarakat perdesaan
menjadi masyarakat kota
dan kemudian menjadi
negara, fungsi masjid
bertambah.
Di masjid itulah,
Rasulullah Saw
menyempaikan ajaran
Islam, nasihat, dan

pidatonya kepada umat
Islam. Di sinilah kemudia
beliau bertindak sebagai
hakim dan memutuskan
persengketaanpersengketaan di kalangan
umat.
Disinilah pula Rasulullah
Saw bermusyawarah
dengan para sahabat.
Beliau mengatur siasat
perang dan siasat
bernegara pun di masjid.
Berbagi Risalah Islam

Ringkasnya, Masjid
Nabawi menjadi pusat
pemerintahan militer dan
sipilnya.
Keadaan tidak banyak
berubah setelah Beliau

wafat. Masjid madinah
tetap merupakan pusat
kegiatan pemerintahan.
Di sanalah Abu Bakar
menerima bai'ah
(pengangkatan sebagai
khalifah) setelah disetujui
dalam pertemuan di
Saqifah Bani Saidah untuk
menjadi pemimpin umat
Islam setelah Nabi
Muhammad SAW.
Masjid-masjid yang
didirikan di daerah-daerah
yang tunduk pada
kekuasaan Islam tidak
lama setelah Nabi
Muhammad SAW wafat,
mempunyai fungsi yang
tidak banyak berbeda

dengan fungsi masjid di
Madinah.
Masjid-masjid itu tetap
sebagai pusat
pemerintahan dalam
bidang sipil dan militer.
Sewaktu kota Basrah
didirikan pada 635 M
sebagai markas militer,
sebuah masjid ikut
didirikan di tengahtengahnya dengan tempat
tinggal sang panglima
yang saling berhadaphadapan.
Page 2

Demikian pula di Kufah,
suatu tempat dekat Basrah.
Bentuk lanskapnya
didirikan serupa seperti di
Basrah atas permintaan

Khalifah Umar bin Khatab.
Tempat tinggal panglima,
kemudian disatukan
dengan masjid Kufah. Pola
yang dipakai Amir bin AlAsh dalam mendirikan
fustat di Mesir sama
dengan pola Basrah dan
Kufah. Rumah panglima,
seperti tempat tinggal
Rasulullah berada di
sebelah timur. Masjidmasjid tersebut tetap
sebagai tempat kegiatan
panglima, sebagai
penguasa sipil dan militer.
Dalam perkembangan
selanjutnya, tempat tinggal
amir atau gubernur tetap
berada di dekat masjid, dan
masjid tetap merupakan
tempat kegiatan
pemerintahan. Tempat
tinggal amir tidak bisa jauh
dari masjid.
Perubahan terjadi pada
masa pemerintahan Bani
Abbas. Ketika Bagdad
dibangun pada 762 M.,
didirikan istana sebagai
pusat kegiatan
pemerintahan. Masjid tidak
lagi merupakan pusat
kegiatan politik dan
militer.
Tetapi, masjid terus
merupakan tempat khalifah

atau amir menyampaikan
pengumumanpengumuman penting
kepada rakyat. Lambat
laun Masjid putus
hubunganya dengan
kegiatan politik, dan mulai
menjadi pusat peribadatan
dan ilmu pengetahuan saja.
Dalam perkembangan
selanjutnya, fungsi pokok
yang tinggal bagi masjid
ialah fungsi menampung
kegiatan sholat. Dan pada
masa sekarang fungsi
masjid menjadi semakin
terbatas, yakni sholat
Jumat dan sholat tarawih
pada bulan Ramadhan.
Lima Fungsi Masjid
Imam Masjid al-Istiqlal,
Ali Mustafa, mengatakan,
terdapat lima fungsi
Masjid pada zaman
Rasulullah SAW. Hal ini
berarti Masjid tidak hanya
sebagai tempat beribadah
saja seperti yang selama ini
dilakukan di Indonesia.
"Ada lima fungsi, kalau
tidak salah sudah pernah
saya tulis di buku saya,"
ungkap Ali Mustafa
kepada Republika.
Ali Mustafa menyebutkan
lima fungsi Masjid di
zaman Rasulullah SAW,
yakni:
1. Tempat ibadah
2. Pembelajaran.
Berbagi Risalah Islam

3. Tempat
musyawarah
4. Merawat orang
sakit
5. Asrama.
Pernyataan Imam Masjid
al-Istiqlal ini
dinyatakannya setelah
rektor Uhamka
mewacanakan agar fungsi
Masjid dikembalikan
seperti zaman Rasulullah
SAW. Pada zaman
Rasulullah SAW, Masjid
berfungsi sebagai pusat
budaya dan ilmu
pengetahuan.
Ali pun mengakui bahwa
fungsi Masjid memang
demikian di zaman rasul.
Dalam hal ini, lima fungsi
itu dapat membantu Masjid
menjadi pusat budaya dan
ilmu pengetahuan.
Menurut Ali, ada beberapa
fungsi yang dirasa kurang
tepat untuk diterapkan
zaman sekarang. Dia
menegaskan, fungsi Masjid
sebagai asrama tidak tepat
jika dilakukan saat ini.
Ali juga menerangkan,
pada zaman rasul, Masjid
memang berfungsi sebagai
asrama untuk para pelajar
suffah. Hal ini berarti
sekitar 300 hingga 400
Page 3

orang akan tinggal di
Masjid untuk belajar. Dia
menegaskan, jika kondisi
ini diterapkan pada zaman
sekarang dinilai kurang
cocok.
Menurut Ali, jika kondisi
tersebut terjadi di zaman
sekarang, Ali khawatir
Masjid akan menjadi
tempat yang kumuh.
Kecuali, dia
menambahkan, asrama itu
dibangun di sekitar atau di
luar bangunan Masjid.
"Intinya, kelima fungsi
atau aktivitas itu bisa
dijalankan apabila
dibangun di sekitar
bangunaan Masjid. Jadi
usahakan tidak menyatu
dengan bangunan Masjid,
"tambahnya.
Sebelumnya, rektor
Uhamka mewacanakan
agar fungsi Masjid
dikembalikan fungsinya
seperti di zaman
Rasulullah SAW, yakni
sebagai pusat budaya dan
ilmu pengetahuan. Dia
juga menyarankan agar
Masjid bisa dilengkapi
dengan perpustakaan dan
internet. Wallahu a'lam
bish-shawabi.
(http://www.masjidrayagca
.com).*