Kedudukan Jaminan Fidusia Dalam Suatu Perjanjian Kredit Dan Kaitannya Dengan Peran Notaris Dalam Pembuatan Akta Pemberian Jaminan Fidusia. (Studi Notaris Di Medan)

ABSTRAK
Jaka Juris Hasintongan Lumbanraja*
Syamsul Rizal **
Syaiful Azam ***
Kedudukan Jaminan Fidusia dalam suatu perjanjian kredit dan kaitannya
dengan peran notaris dalam pembuatan Akta Pemberian Jaminan Fidusia,
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dimana hal ini saling
terkait antara satu dengan yang lainnya. Sebagaimana kita ketahui sifat dari
pemberian Jaminan Fidusia ini adalah bersifat accessoir, dalam arti bahwa
timbulnya Jaminan Fidusia adalah disebabkan adanya perjanjian pokok, yaitu
perjanjian kredit atau perjanjian hutang piutang antara kreditur dengan debitur.
Metode penelitian yang dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu penelitian
yang bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan atas permasalahan yang berkaitan
dengan obyek penelitian . Deskriptif analitis akan dikaji peraturan-peraturan yang
berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaannya yang
menyangkut permasalahan yang telah diidentifikasi dan Metode Pendekatan yang
dalam penelitian ini dilakukan secara yuridis normatif, yaitu menekankan pada
ilmu hokum dengan menitik beratkan pada data sekunder, yang berupa bahan
hokum primer, sekunder dan tertier.
Dan sebagai hasil dari pengamatan dan penelitian mengenai kedudukan
Jaminan Fidusia dan kaitannya dengan peran notaris dalam suatu perjanjian

kredit atau perjanjian hutang piutang yang menunjukkan bahwa, Pertama peran
notaris dalam proses perjanjian kredit atau perjanjian hutang piutang antara pihak
kreditur sebagai penerima fidusia dengan pihak debitur sebagai pemberi fidusia.
Kedua, bahwa dalam prakteknya yang biasa dijadikan jaminan fidusia dalam
fasilitas pengambilan kredit antara kreditur sebagai penerima fidusia dengan
debitur sebagai pemberi fidusia adalah benda-bendar bergerak, sedangkan bendabenda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani Hak
Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan adalah jarang terjadi. Ketiga dalam proses atau tahapan
pembebanan Jaminan Fidusia terdiri dari penandatanganan Perjanjian Kredit
sebagai perjanjian pokok, kemudian pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh
notaries dan yang terakhir adalah proses pendaftaran Jaminan Fidusia pada Kantor
Departemen Kehakiman (sekarang Kantor Kementerian Hukum Dan Hak Azasi
Manusia dimana obyek Jaminan Fidusia berada.
Kata Kunci : Jaminan Fidusia, PerananNotaris

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen pembimbing I
***)
Dosen Pembimbing II
*)


**)