KEDUDUKAN AKTA OTENTIK YANG DIBUAT OLEH NOTARIS PADA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
KEDUDUKAN AKTA OTENTIK YANG DIBUAT OLEH NOTARIS PADA
PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA
Faranissa Yona Ramadhani1, Muhammad Fakih2, Dita Febrianto3.
ABSTRAK
Perjanjian jaminan fidusia adalah perjanjian hutang piutang kreditur
kepada debitur yang melibatkan penjaminan, jaminan tersebut kedudukannya
masih dalam penguasaan pemilik jaminan. Untuk menjamin kepastian hukum
dalam perjanjian jaminan fidusia haruslah dibuat dengan akta otentik yang dibuat
oleh notaris. Penelitian ini mengkaji mengenai mekanisme pembuatan akta
jaminan fidusia oleh notaris, akibat hukum yang timbul apabila notaris tidak
melakukan kewajiban hukum terhadap pembuatan akta otentik pada pembuatan
akta jaminan fidusia, serta bentuk pengawasan terhadap kedudukan pembuatan
akta jaminan fidusia oleh notaris berdasarkan ketentuan undang-undang yang
berlaku.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian
yuridis-empiris, dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang
digunakan adalah pendekatan yuridis teoritis. Data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara langsung
sebagai data pendukung. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan
data dan sistematika data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pembuatan akta jaminan
fidusia dilakukan melalui dua tahapan sesuai dengan Undang-undang Nomor 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia yaitu melalui tahapan pembebanan dan
pendaftaran. Akibat hukum yang akan diterima oleh notaris jika tidak
melaksanakan kewajibannya dalam membuat akta otentik pada pembuatan akta
jaminan fidusia akan diberlakukan sanksi sesuai pelangaran yang dilakukan oleh
notaris, berupa sanksi secara perdata, administratif, dan kode etik. Ada beberapa
lembaga yang bertugas untuk mengawasi notaris, pertama adalah Majelis
Kehormatan Notaris, Kedua yang melakukan pengawasan terhadap notaris adalah
Majelis Pengawas Notaris (MPN), dan ketiga yang melakukan pengawasan
terhadap notaris adalah organisasi notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI)
yang secara langsung mengontrol anggotanya yang melakukan kesalahan terhadap
kode etik oleh dewan kehormatan dan untuk menerapkan sanksi yang akan
diberikan jika notaris lalai dalam menjalankan tugasnya.
Kata Kunci : Akta Otentik, Notaris, Jaminan Fidusia
1
Mahasiswa Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung
Dosen Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung
3
Dosen Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung
2
1
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
I. PENDAHULUAN
Tulisan yang dibuat secara khusus yang dibuat sedemikian rupa agar
menjadi suatu alat bukti yang sah dan akurat disebut sebagai akta (acte). Akta
adalah tulisan khusus yang dibuat agar menjadi suatu alat bukti tertulis.4 Akta
sebagai alat bukti tertulis dalam hal-hal tertentu dapat digunakan menjadi suatu
alat bukti yang kuat bagi pihak-pihak yang terikat di dalamnya. Salah satu akta
yang dibuat sebagai alat bukti yang sah adalah Akta Otentik. Akta yang dibuat
dihadapan notaris disebut akta notaril, authentik, atau akta otentik. Pasal 1869
kemudian menyatakan bahwa akta tidak dapat diberlakukan sebagai akta otentik
apabila pejabat umum yang berwenang atau tidk cakap sebagai pejabat umum atau
akta tersebut tidak memenuhi persyaratan yang dinyatakan oleh Undangundang.Akta otentik mengandung konsep kebenaran dimana akta otentik tersebut
tidak hanya membuktikan bahwa para pihak sudah menerangkan apa yang
dituliskan didalam akta tersebut, tetapi juga bahwa apa yang diterangkan dalam
akta tersebut adalah benar. Kemudian, akta otentik dapat dikatakan memiliki
kekuatan pembuktian yang sempurna karena memiliki tiga kekuatan pembuktian,
yaitu kekuatan pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian formil, dan kekuatan
pembuktian material.5
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 Tentang Jabatan Notarsi menjelaskan bahwa yang berwenang dalam hal
membuat akta otentik adalah Notaris. Sebagai seorang pejabat umum, notaris
harus dan wajib memahami dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Hal ini merupakan suatu hal yang mutlak mengingat
jabatan notaris merupakan jabatan kepercayaan dalam proses penegakan hukum.
Notaris sebagai profesi tidak mutlak tunduk pada ketentuan Undang-undang tetapi
juga tunduk pada kode etik profesi yang berlaku Notaris memiliki peran penting
dalam pembuatan akta otentik yang merupakan perbuatan hukum yang diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Jabatan Notaris (UUJN) memberikan kewenangan terhadap notaris dalam
membuat akta otentik untuk menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan
hukum. Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik
dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya sehubungannya dengan
pekerjaannya dalam membuat akta tersebut.
Akta Jaminan Fidusia sebagai Akta Notaris harus memenuhi unsur-unsur
yang sudah ditentukan oleh Undang-undang didalam proses pembuatannya
sehingga memenuhi kriteria untuk disebut sebagai Akta Otentik, diantaranya
adanya unsur pembacaan akta, penandatanganan akta pada saat itu dan hal
tersebut dinyatakan secara tegas dalam akta tersebut.6 Perjanjian Jaminan Fidusia
adalah perjanjian hutang piutang kreditur kepada debitur yang melibatkan
penjaminan. Jaminan tersebut kedudukannya masih dalam penguasaan pemilik
jaminan. Praktek fidusia telah lama dikenal sebagai salah satu instrument jaminan
4
Komar Andasasmita, 1981. Notaris I, Bandung: Sumur Bandung, hlm. 47.
https://bh4kt1.wordpress.com/2010/12/30/otentisitas-suatu-akta-otentik/
6
Hikmah D. Hayatdian, 2013. Kajian Hukum Surat Kuasa Dibawah Tangan Sebagai Dasar
Pembuatan Akta Jaminan Fidusia,Jurnal Repertorium Universitas Sam Ratulangi, Vol.I Nomor I
April-Juni 2013, hlm.1.
5
2
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
kebendaan bergerak yang bersifat non-possessory.7 Berbeda dengan jaminan
kebendaan bergerak yang bersifat possessory,8 seperti gadai, jaminan fidusia
memungkinkan debitur sebagai pemberi jaminan untuk tetap menguasai dan
mengambil manfaat atas benda bergerak yang telah dijaminkan tersebut.9
Perjanjian fidusia merupakan perjanjian pengalihan hak penguasaan suatu
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan barang yang dijaminkan tetap
dalam pengelolaan si pemilik (debitur), akan tetapi hak kepemilikannya diberikan
kepada kreditur.10 Jaminan Fidusia bersifat accessoir, dimana bahwasannya
Jaminan Fidusia ini sendiri merupakan perjanjian ikutan dari Perjanjian pokoknya.
Hal tersebut tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia, yaitu “Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan
dari suatu perjanjian pokok bukan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi
suatu prestasi”, maka untuk menjaga kepastian hukumnya jaminan fidusia
dituangkan dalam sebuah akta otentik. Tanpa dibuat oleh Notaris maka perjanjian
fidusia tidak memiliki kepastian hukum karena akta yang dibuat tidak otentik.
Pembebanan kebendaan dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris dalam
bahasa Indonesia yang merupakan akta Jaminan Fidusia. Pengaturan mengenai
pembebanan jaminan fidusia yang dituangkan dalam akta otentik tersebut
tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia yaitu,”Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan
akta Notaris dalam Bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia”. Selain
mencantumkan hari dan tanggal, dalam akta jaminan fidusia juga dicantumkan
mengenai waktu pembuatan akta tersebut.
Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Pasal 11
ayat (1) menyatakan “Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib
didaftarkan”. Pendaftaran tersebut adalah pendaftaran ikatan jaminan fidusia, di
dalamnya meliputi rincian benda yang dibebani dengan jaminan fidusia.
Pendaftaran benda yang dibebani jaminan fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran
Fidusia yang menjadi bagian dari Departemen Hukum dan HAM Republik
Indonesia, yang berada di tempat kedudukan pemberi fidusia. Pembuatan Akta
Jaminan Fidusia oleh Notaris harus dibuat sesuai dengan aturan Perundangundangan yang ada. Dalam praktiknya notaris seringkali melakukan kesalahan
dengan membuat akta jaminan fidusia melebihi jumlah yang dibatasi pada
pembuatan akta sebagaimana mestinya dan kemudian notaris juga seringkali
membuat akta Jaminan Fidusia diluar wilayah hukum notaris, sedangkan apabila
Notaris bertindak diluar kewenangan wilayahnya, maka akta tersebut dapat
diajukan pembatalan oleh pihak yang berkepentingan kepada pengadilan umum
(negri) dan telah ada putusan pengadilan umum yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap atau akta notaris tersebut mempunyai kedudukan pembuktian sebagai
akta dibawah tangan atau akta Notaris batal demi hukum.11
7
Non-Prossessory , dilakukan dengan notarial deed dan kemudian diregistrasi.
Prossessory, dilakukan dengan penyerahan barang atau surat berharga pada kekuasaan pledge.
9
Gladys Octavinadya Melati, 2015. Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pendaftaran Fidusia
Online Terhadap Penerima Fidusia, Surakarta : Pascasarjana Prodi. Magister Kenotariatan,
Jurnal Repertorium 3 Januari-Juni 2015, hlm. 63.
10
Supianto, 2015. Hukum Jaminan Fidusia, Jember: Garudhawacana, hlm. 35.
11
https://www.academia.edu/28755997/Kekuatan_Hukum_Akta_Yang_Dibuat_Oleh_Notaris_Dil
uar_Kewenangannya, diakses pada tanggal 30 Maret 2016, pukul 07:46 WIB.
8
3
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan serta dari judul
yang diambil, maka dapat ditarik beberapa permasalahan pokok yaitu sebagai
berikut :
a. Bagaimana mekanisme pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh Notaris ?
b. Apa akibat hukum yang timbul apabila Notaris tidak melakukan kewajiban
Hukum terhadap pembuatan akta otentik pada pembuatan Akta Jaminan
Fidusia ?
c. Bagaimana bentuk pengawasan terhadap pembuatan Akta Jaminan Fidusia
oleh Notaris berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014
dan Kode Etik Notaris ?
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian
yuridis-empiris, dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang
digunakan adalah pendekatan yuridis teoritis. Data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara langsung
sebagai data pendukung. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan
data dan sistematika data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara
kualitatif.
II. PEMBAHASAN
1. Mekanisme Pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh Notaris
Jaminan Fidusia adalah jaminan kebendaan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun tidak berwujud sehubungan dengan hutang-piutang antara
debitur dan kreditur. Jaminan fidusia diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk
menjamin pelunasan hutangnya. Jaminan Fidusia diatur dalam Undang-undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia memberikan
kedudukan yang diutamakan privilege kepada penerima fidusia terhadap kreditor
lainnya. Jadi, Jaminan Fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk
fidusia.
Jaminan Fidusia merupakan hubungan hukum antara debitur (pemberi
fidusia) dan kreditur (penerima fidusia) yang berdasarkan kepercayaan. Dimana
pemberi fidusia percaya bahwa penerima fidusia mau mengembalikan hak milik
barang yang telah diserahkan, setelah lunas hutangnya. Sebaliknya juga penerima
fidusia percaya bahwa pemberi fidusia tidak akan menyalahgunakan barang
jaminan yang berada dalam kekuasaannya.
Jaminan fidusia bersifat accessoir artinya jaminan fidusia tidak berdiri
sendiri tetapi keberadaannya atau hapusnya tergantung dari perjanjian pokoknya.
Maksud dari perjanjian pokok itu adalah dimana perjanjian tersebut menimbulkan
kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.12
Perjanjian jaminan fidusia berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia dilaksanakan melalui dua tahapan proses, yaitu
tahap pembebanan dan tahap pendaftaran jaminan fidusia.
12
Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan S.H, M.H Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum
di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Bandar Lampung, Hari Rabu, 5 April 2017.
4
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
a. Pembebanan dan Biaya Pembebanan Jaminan Fidusia
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUF dinyatakan: Pembebanan benda dengan
jaminan fidusia dibuat dengan Akta Notaris dalam Bahasa Indonesia dan
merupakan akta jaminan fidusia. Akta Notaris merupakan salah satu wujud
akta otentik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata bahwa
suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh
Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang
berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya.
Proses dan tahapan pembebanan fidusia dilakukan melalui beberapa hal
sebagai berikut :
1) Proses pertama, yaitu dengan membuat beberapa perjanjian pokok berupa
perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris;
2) Proses kedua, yaitu pembebanan benda dengan jaminan fidusia yang
ditandai dengan pembuatan Akta Jaminan Fidusia (AJF), yang didalamnya
memuat hari, tanggal, waktu pembuatan, identitas para pihak, data
perjanjian pokok fidusia, uraian objek fidusia, nilai penjaminan serta nilai
objek jaminan fidusia;
3) Proses ketiga, yaitu pendaftaran Akta Jaminan Fidusia (AJF) di kantor
pendaftaran fidusia, yang kemudian akan diterbitkan Sertifikat Jaminan
Fidusia kepada kreditur sebagai penerima fidusia;
Setelah pembebanan jaminan fidusia sudah diselesaikan notaris dalam bentuk
akta jaminan fidusia, akta jaminan fidusia tersebut dibawa oleh penerima
fidusia (kuasa atau wakilnya) ke Kantor Pendafatran Fidusia di Kantor
Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk
dimohonkan pendaftaran dengan melampirkan semua ketentuan-ketentuan
tentang bagaimana tata cara pendaftaran fidusia. Namun sekarang pendaftaran
untuk jaminan fidusia sudah dilakukan secara online untuk meningkatkan
PNBP dan penghematan pengeluaran anggaran biaya negara dan juga
mempermudah pelaku bisnis yang membutuhkan keamanan dalam
menjalankan usahanya.13
b. Pendaftaran Jaminan Fidusia
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia mengatur bahwa
untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran jaminan fidusia dengan mudah,
cepat, dan biaya rendah, perlu dilakukan pelayanan pendaftaran jaminan
fidusia secara elektronik. Diberlakukannya pendaftaran fidusia secara
elektronik yaitu agar terciptanya pelayanan one day service dan meminimalisir
lonjakan pendaftaran yang melampaui batas setiap harinya.14
13
Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan S.H, M.H Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum
di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Bandar Lampung, Hari Rabu, 5 April 2017.
14
http://irmadevita.com/2016/pembahasan-pp-no-21-tahun-2015-tentang-tata-cara-pendaftaranjaminan-fidusia-dan-biaya-ajf-serta-dampaknya-bagi-notaris/
5
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
Pendaftaran jaminan fidusia harus dibuat akta notariil, jika pendaftaran
jaminan fidusia tidak dibuat dengan akta notariil maka jaminan fidusia
tersebut tidak dapat didaftarkan. Fungsi dari suatu akta adalah untuk
mendapatkan pembuktian sempurna di mata hukum. Karna jika sebuah akta
dibuat melalui akta bawah tangan maka akta tersebut tidak mempunyai
kekuatan pembuktian yang kuat, karna tanda tangan pada akta dibawah tangan
masih bisa untuk dihindari. Pendaftaran jaminan fidusia dapat dilakukan
setelah akta jaminan fidusia telah ditandatangani oleh para pihak pada Kantor
Pendaftaran Fidusia di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM
ditempat kedudukan pemberi fidusia.15
Setelah akta pembebanan jaminan fidusia sudah ditandatangani oleh para
pihak yang berkepentingan, setalah itu barulah dilakukan pendaftaran akta
pembebanan jaminan fidusia pada kantor Pendaftaran fidusia. Hal ini sesuai
dengan Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia yang mengatur
bahwa; benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib untuk didaftarkan.
Maksud pendaftaran jaminan fidusia, yaitu dengan memperhitungkan asas
publisitas yang biasanya dianut dalam pelaksanaan pendaftaran, adalah agar
pihak ketiga mempunyai kesempatan untuk tahu mengenai pendaftaran benda,
ciri benda yang didaftar dan benda-benda tententu terikat sebagai jaminan
untuk keuntungan kreditor tertentu, untuk suatu jumlah tertentu, dengan janjijanji tertentu. Sudah bisa diduga, bahwa pendaftaran dimaksudkan agar
mempunyai akibat terhadap pihak ketiga. Dengan pendaftaran, maka pihak
ketiga dianggap tahu ciri-ciri yang melekat pada benda yang bersangkutan dan
adanya ikatan jaminan dengan ciri-ciri yang disebutkan di sana, dan dalam hal
pihak ketiga lalai untuk memperhatikan/mengontrol register/daftar, maka
pihak ketiga tidak bisa mengharapkan adanya perlindungan berdasarkan itikad
baik dengan harus memikul risiko kerugian, tetapi sehubungan dengan adanya
Kantor Pendaftaran Fidusia yang terbatas yang hanya ada di kota-kota besar
saja, hal itu membawa konsekuensi pada biaya yang harus dikeluarkan untuk
pendaftaran akta jaminan fidusia.
Berdasarkan pemaparan uraian tersebut jaminan fidusia merupakan jaminan
yang harus mendapatkan kepastian hukum, untuk mendapatkan kepastian
hukum dalam jaminan fidusia haruslah dibuat akta otentik dalam pembuatan
akta jaminan fidusia. akta otentik dalam pembuatan akta jaminan fidusia
dibuat oleh notaris, notaris adalah pejabat umum yang berwenang dalam
membuat akta otentik termasuk dalam pembuatan akta jaminan fidusia karna
akta yang dibuat oleh notaris memiliki pembuktian kuat di hadapan hukum.
Notaris diwajibkan untuk membuat akta otentik sesuai dengan aturan Undangundang yang berlaku termasuk dalam membuat akta jaminan fidusia notaris
harus memperhatikan tata cara pembuatan akta jaminan fidusia yang baik dan
benar sesuai prosedur yang sudah ditentukan yaitu melakukan tahapantahapan mekanisme pembuatan yang baik sperti harus membuat perjanjian
15
Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan, Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum di Kantor
Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Bandar Lampung, Hari Rabu, 5 April 2017.
6
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
kredit yg dibuat oleh notaris, yaitu membebankan benda dengan jaminan
fidusia ditandai dengan pembuatan akta jaminan fidusia, yang memuat hari,
tanggal, waktu pembuatan, identitas para pihak, perjanjian pokok
fidusia,uraian objek fidusia, nilai penjaminan serta nilai objek jaminan fidusia.
kemudian harus mendaftarkan jaminan fidusia tersebut di Kementrian Hukum
dan HAM dengan akta notariil, jika tidak dibuat dengan akta notariil makan
jaminan fidusia tidak dapat didaftarkan. Maka dari itu jika notaris tidak
memperhatikan prosedur jaminan fidusia secara cermat maka akan merugikan
pihak yang sudah memberikan kepercayaan membuat akta jaminan fidusia
kepada notaris.
2. Akibat Hukum Yang Timbul Apabila Notaris Tidak Melakukan
Kewajiban Hukum Terhadap Pembuatan Akta Otentik Pada Pembuatan
Akta Jaminan Fidusia
Kode Etik Notaris yang berlaku saat ini adalah Perubahan Kode Etik
Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tanggal 29 Mei-30
Mei 2015, Dalam Pasal 1 angka 2 Kode Etik Notaris disebutkan bahwa : kode etik
notaris dan untuk selanjutnya akan disebut kode etik adalah kaidah moral yang
ditentukan oleh perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan
disebut “perkumpulan” berdasarkan keputusan kongres perkumpulan dan/atau
yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan
semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan
sebagai notaris, termasuk didalamnya para pejabat sementara notaris, notaris
pengganti pada saat menjalankan jabatan.
Pelanggaran terkait dengan kode etik Notaris dalah perbuatan atau
tindakan yang dilakukan oleh anggota perkumpulan organisasi Ikatan Notaris
Indonesia maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris
yang melanggar ketentuan kode etik dan/atau disiplin organisasi. Terkait dengan
sanksi sebagai bentuk upaya penegakan kode etik Notaris atas pelanggaran kode
etik didefinisikan sebagai suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana,
upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin Notaris.16
Pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris seperti yang
dicontohkan di atas, sudah mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat atau
pengguna jasa Notaris, masyarakat dapat mengajukan kepada Majelis Pengawas
Daerah. Yang kemudian mekanismenya disesuaikan dengan Undang-Undang
Jabatan Notaris. 17
Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris ditentukan sanksi-sanksi dalam
Pasal 84 dan 85 bagi pelanggaran jabatan Notaris. Kode etik Notaris yang diatur
oleh organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) merupakan salah
satu organisasi profesi jabatan Notaris yang sudah diakui dan telah mempunyai
cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur dalam
Pasal1 angka (9) bahwa : Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang
16
Hasil Wawancara dengan Bapak Meinazir Zein Selaku Sekretaris Ikatan Notaris Indonesia
(I.N.I) di Bandar Lampung, 11 April 2016.
17
Hasil Wawancara dengan Bapak Meinazir Zein Selaku Sekretaris Ikatan Notaris Indonesia
(I.N.I) di Bandar Lampung, 11 April 2016.
7
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
dilakukan oleh Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan
menjalankan jabatan notaris yang melanggar ketentuan Kode Etik dan/atau
disiplin organisasi.
Menurut Meinazir Zein, penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di
atas terhadap anggota yang melanggar kode etik disesuaikan dengan kualitas
pelanggaran yang dilakukan oleh anggota. Yang dimaksud sebagai sanksi adalah
suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa
ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku
dan menjalankan jabatan Notaris dalam menegakkan kode etik dan disiplin
organisasi. Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran
terhadap kode etik Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan
alat perlengkapan perkumpulan yang berwenang melakukan pemeriksaan atas
pelanggaran kode etik termasuk didalamnya juga menjatuhkan sanksi kepada
pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing.18
Dari penjabaran di atas akibat hukum jika notaris tidak melaksanakan
kewajibannya dalam membuat akta otentik pada pembuatan akta jaminan fidusia
maka akan diberlakukan sanksi tegas yang akan diberlakukan terhadap notaris
dengan apa yang telah diperbuatnya yang menimbulkan kerugian bagi orang lain
sesuai dengan peraturan Undang-Undang yang berlaku tentang Jabatan Notaris
maupun kode etik profesi.
Berdasarkan pemaparan uraian tersebut notaris adalah pejabat yang
berwenang dalam membuat akta otentik sesuai dengan ketentuan Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2014. Jika Notaris dalam membuat akta jaminan fidusia tidak
mengikuti ketentuan undang-undang yang berlaku maka perlu diberlakukannya
sanksi yang tegas sesuai dengan apa kesalahan yang dibuat oleh notaris dalam
membuat akta jaminan fidusia, baik berupa sanksi perdata, sanksi administratif
maupun sanksi kode etik. terkadang beberapa notaris dianggap lalai dalam
menjalankan tugasnya seperti membuat akta jaminan fidusia diluar wilayahnya,
membuat akta jaminan fidusia melebihi yang diwajibkan setiap bulannya, akta
yang dibuat termasuk akta jaminan fidusa yang tidak di tandatangani dihadapan
notaris, akta yang tidak dibacakan dan hal-hal lain yang dapat menurukan kinerja
notaris. perlu diperhatikannya kinerja notaris oleh aparat penegak hukum maupun
pihak-pihak yang menaungi notaris seperti Ikatan Notaris Indonesia atau INI agar
tercapainya tanggung jawab notaris terhadap tugas yang sudah diberikan kepada
notaris agar kesalahan yang dibuat oleh notaris dalam membuat akta otentik pada
pembuatan akta jaminan fidusia tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.
3. Bentuk Pengawasan Terhadap Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Oleh
Notaris Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris
Notaris adalalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik
termasuk akta jaminan fidusia. Notaris untuk dapat menjalankan tugasnya dengan
baik, maka perlu adanya pengawasan dan pembinaan terhadap notaris dalam
menjalankan tugasnya agar tidak merugikan masyarakat. Ada beberapa bentuk
pengawasan dan pembinaan terhadap pekerjaan notaris, yaitu sebagai berikut :
18
Hasil Wawancara dengan Bapak Meinazir Zein Selaku Sekretaris Ikatan Notaris Indonesia
(I.N.I) di Bandar Lampung, 11 April 2016.
8
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
a. Majelis Kehormatan Notaris
Majelis Kehormatan Notaris terdiri dari 7 orang yang terdiri dari 1 Ketua, 1
Wakil Ketua, dan 5 anggota. Majelis Kehormatan Notaris dipilih untuk masa
jabatan 3 (tiga) tahun, dan dapat diangkat kembali. Unsur Majelis Kehormatan
Notaris terdiri dari pemerintah, Notaris, dan ahli atau akademisi.
Majelis Kehormatan Notaris memiliki kewenangan pembinaan apabila telah
terdapat pengaduan dari masyarakat yang menerima pelayanan hukum dari
Notaris. Majelis Kehormatan Notaris Wilayah berwenang bertindak apabila
telah terjadi masalah hukum dan/atau sengketa yang melibatkan para pihak,
sehingga diperlukan adanya alat bukti atas perbuatan hukum yang telah
dilakukan para pihak dan/atau adanya dugaan kesalahan/tindak pidana yang
dilakukan oleh Notaris. Pembinaan dalam hal ini bisa dipahami sebagai
pengayoman dan perlindungan hukum terhadap Notaris yang telah
melaksanakan tugas jabatannya berdasarkan asas, prinsip, dan ilmu
kenotariatan yang benar.
Majelis Kehormatan Notaris melaksanakan kewenangan yang bersifat reaktif
dan kuratif. Reaktif, karena Majelis Kehormatan Notaris baru bertindak
apabila terdapat permohonan dari penyidik, penuntut umum dan hakim,
sebagai akibat timbulnya permasalahan hukum terkait Notaris dan/atau produk
hukum yang dihasilkan Notaris. Kuratif, karena Majelis Kehormatan Notaris
Wilayah (berdasarkan hasil eksaminasi Majelis Pemeriksa) memiliki
kewenangan untuk memeriksa dan mendudukan permasalahan hukum yang
sebenarnya terjadi, apabila timbul sengketa dan/atau tindak pidana yang
melibatkan Notaris atau produk hukum yang dibuat oleh Notaris. Majelis
Kehormatan Notaris Wilayah memiliki diskresi untuk menolak atau
menyetujui permohonan yang diajukan oleh penyidik, penuntut umum dan
hakim berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Pemeriksa.
b. Majelis Pengawas Notaris
Menurut Gunawan, wewenang pengawasan atas notaris ada di tangan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tetapi, dalam praktek Menteri melimpahkan
wewenang itu kepada Majelis Pengawas Notaris (MPN) yang dia bentuk.
Undang-Undang Jabatan Notaris menegaskan bahwa Menteri melakukan
pengawasan terhadap notaris dan kewenangan Menteri untuk melakukan
pengawasan ini oleh Undang-Undang Jabatan Notaris diberikan dalam bentuk
pendelegasian delegatif kepada Menteri untuk membentuk wewenang itu
kepada Majelis Pengawas Notaris (MPN), bukan untuk menjalankan fungsifungsi wewenang itu kepada Majelis Pengawas Notaris (MPN) yang telah
ditetapkan secara eksplisit menjadi kewenangan Majelis Pengawas Notaris
(MPN).19
Majelis Pengawas Notaris melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif
terhadap kegiatan kenotariatan yang dilakukan oleh seorang Notaris.
Pengawasan seharusnya bersifat berkala, regular dan teratur, seperti
19
Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan, Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum di Kantor
Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Bandar Lampung, Hari Rabu, 5 April 2017.
9
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
pemeriksaan repertorium yang dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Hal ini
bertujuan untuk mencegah timbulnya kesalahan dan kealpaan dalam praktek
yang dilakukan oleh Notaris. Pengawasan dilakukan meskipun tidak ada
pengaduan dari masyarakat yang menerima pelayanan hukum dari Notaris.
Kalaupun terdapat kesalahan atau ketidakmengertian dalam praktek
kenotariatan, maka Majelis Pengawas berwenang untuk memberitahu dan
mengingatkan sesuai asas, prinsip dan ilmu kenotariatan yang benar. Fungsi
pengawasan dilakukan untuk mencegah timbulnya permasalahan hukum.
Kemudian Majelis Pengawas Notaris melaksanakan kewenangan yang
sifatnya preventif, yaitu menjaga dan mencegah agar Notaris tidak terlibat
dalam suatu permasalahan hukum.
c. Organisasi Notaris
Pengawasan terhadap notaris dilakukan berdasarkan kode etik dan UndangUndang Jabatan Notaris. Pengawasan dalam kode etik dilakukan oleh Dewan
Kehormatan, dan pengawasan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris
dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris. Kode etik profesi merupakan
produk etika terapan karena dihasilkan berdasar penerapan pemikiran etis atas
suatu profesi. Kode etik merupakan bagian dari hukum positif tertulis tetapi
tidak mempunyai sanksi yang keras, berlakunya kode etik semata-mata
berdasarkan kesadaran moral anggota profesi.
Berdasarkan pemaparan uraian tersebut Bentuk pengawasan yang dilakukan
terhadap notaris adalah supaya notaris sebanyak mungkin memenuhi
persyaratan-persyaratan yang dituntut kepadanya. Persyaratan-persyaratan
yang dituntut itu tidak hanya oleh hukum atau undang-undang saja, akan tetapi
juga berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh klien terhadap notaris
tersebut. Tujuan dari pengawasan itupun tidak hanya ditujukan bagi penataan
kode etik notaris akan tetapi juga untuk tujuan yang lebih luas, yaitu agar para
notaris dalam menjalankan tugas jabatannya memenuhi persyaratanpersyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang demi pengamanan atas
kepentingan masyarakat yang dilayani. Kurangnya pengawasan terhadap
notaris akan banyak menimbulkan resiko bagi orang lain akibat kelalaian
notaris yang tidak melakukan tugasnya sesuai dengan apa yang sudah diatur di
dalam Undang-undang. Perlunya pengawasan terhadap notaris adalah agar
tercapainya pelaksanaan tugas yang telah ditentukan dalam membuat akta
jaminan fidusia berjalan dengan sungguh-sungguh, tidak melakukan hal yang
menyimpang dalam membuat akta jaminan fidusia, dan agar tidak terjadi
penyelewengan penggunan kedudukan, kekuasaan, maupun keuntungan dalam
membuat sebuah akta. Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Kehormatan
Notaris, Majelis Pengawas Notaris (MPN), Ikatan Notaris Indonesia, maupun
Dewan kehormatan harus benar-benar diperhatikan karna tanpa adanya
pengawasan yang ketat dari pihak yang berwenang memberikan sanksi
terhadap notaris maka akan semakin banyak notaris yang melalaikan tanggung
jawabnya karna dianggap pengawasan yang diberikan kepada notaris tidak
efisien dan harus lebih ditingkatkan untuk kepentingan orang banyak.
10
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
III. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Mekanisme pembuatan akta jaminan fidusia dilakukan melalui dua tahapan
sesuai dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
fidusia yaitu melalui tahapan pembebanan dan pendaftaran. Pembebanan
dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris, notaris diwajibkan untuk
membuat akta jaminan fidusia dengan memperhatikan tata cara pembebanan,
biaya pembebanan dan jangka waktu pembebanan. Setelah akta pembebanan
jaminan fidusia sudah ditandatangani oleh para pihak yang berkepentingan,
setalah itu barulah dilakukan pendaftaran akta pembebanan jaminan fidusia
pada kantor Pendaftaran fidusia.
2. Tanggung jawab notaris sebagai profesi lahir dari adanya kewajiban dan
kewenangan yang diberikan kepadanya, kewajiban dan kewenangan tersebut
secara sah dan terikat mulai berlaku sejak notaris mengucapkan sumpah
jabatannya sebagai notaris. Sumpah yang telah diucapkan tersebutlah yang
seharusnya mengontrol segala tindakan notaris dalam menjalankan
jabatannya. Akibat hukum yang akan diterima apabila notaris dalam
melaksanakan tugasnya menimbulkan kelalaian bagi kliennya maka akan
mendapatkan sanksi sesuai dengan kelalaian apa yang dilakukan oleh notaris
baik itu lalai tanggung jawab secara perdata, administrasi maupun kode etik
yang berlaku.
3. Notaris dalam melaksanakan tugasnya diawasi oleh beberapa lembaga, yakni
pertama adalah Majelis Kehormatan Notaris yang mempunyai kewenangan
untuk melakukan pembinaan Notaris dan kewajiban memberikan persetujuan
atau penolakan untuk kepentingan penyidikan dan proses peradilan, atas
pengambilan fotokopi minuta akta dan pemanggilan Notaris untuk hadir
dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta atau protokol notaris yang
berada dalam penyimpanan Notaris. Kedua adalah Majelis Pengawas Notaris
yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan
dan pengawasan terhadap Notaris. Ketiga yang melakukan pengawasan
terhadap notaris adalah Ikatan Notaris Indonesia (INI) yang secara langsung
mengontrol anggotanya yang melakukan kesalahan terhadap kode etik oleh
dewan kehormatan dan untuk menerapkan sanksi yang akan diberikan jika
notaris lalai dalam menjalankan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andasasmita Komar, 1981, Notaris I, Bandung: Sumur Bandung.
Harahap M. Yahya, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni.
Kansil C.S.T, 1982, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
Bandung: Balai Pustaka.
11
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
M.Situmorang Victor & Sitanggang Cormentyna, 1993, Gross Akta dalam
pembuktian dan Eksekusi, Jakarta: Rinika Cipta.
Mertokusumo Sudikno, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta:
Liberty.
Soegondo R, 1991, Hukum Pembuktian, Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Subekti, 2005. Hukum Pembuktian, Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.
Supianto, 2015, Hukum Jaminan Fidusia, Jember: Garudhawacana.
Tobing G.H.S Lumban, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta: Erlangga.
Jurnal
Hikmah D. Hayatdian, Kajian Hukum Surat Kuasa Dibawah Tangan Sebagai
Dasar Pembuatan Akta Jaminan Fidusia,Jurnal Repertorium Universitas
Sam Ratulangi, Vol.I Nomor I April-Juni 2013.
Gladys Octavinadya Melati, Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pendaftaran
Fidusia Online Terhadap Penerima Fidusia, Surakarta : Pascasarjana Prodi.
Magister Kenotariatan, Jurnal Repertorium 3 Januari-Juni 2015.
Sumber lain
http://irmadevita.com/2016/pembahasan-pp-no-21-tahun-2015-tentang-tata-carapendaftaran-jaminan-fidusia-dan-biaya-ajf-serta-dampaknya-bagi-notaris/
https://bh4kt1.wordpress.com/2010/12/30/otentisitas-suatu-akta-otentik/
https://www.academia.edu/28755997/Kekuatan_Hukum_Akta_Yang_Dibuat_Ole
h_Notaris_Diluar_Kewenangannya
12
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
KEDUDUKAN AKTA OTENTIK YANG DIBUAT OLEH NOTARIS PADA
PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA
Faranissa Yona Ramadhani1, Muhammad Fakih2, Dita Febrianto3.
ABSTRAK
Perjanjian jaminan fidusia adalah perjanjian hutang piutang kreditur
kepada debitur yang melibatkan penjaminan, jaminan tersebut kedudukannya
masih dalam penguasaan pemilik jaminan. Untuk menjamin kepastian hukum
dalam perjanjian jaminan fidusia haruslah dibuat dengan akta otentik yang dibuat
oleh notaris. Penelitian ini mengkaji mengenai mekanisme pembuatan akta
jaminan fidusia oleh notaris, akibat hukum yang timbul apabila notaris tidak
melakukan kewajiban hukum terhadap pembuatan akta otentik pada pembuatan
akta jaminan fidusia, serta bentuk pengawasan terhadap kedudukan pembuatan
akta jaminan fidusia oleh notaris berdasarkan ketentuan undang-undang yang
berlaku.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian
yuridis-empiris, dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang
digunakan adalah pendekatan yuridis teoritis. Data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara langsung
sebagai data pendukung. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan
data dan sistematika data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pembuatan akta jaminan
fidusia dilakukan melalui dua tahapan sesuai dengan Undang-undang Nomor 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia yaitu melalui tahapan pembebanan dan
pendaftaran. Akibat hukum yang akan diterima oleh notaris jika tidak
melaksanakan kewajibannya dalam membuat akta otentik pada pembuatan akta
jaminan fidusia akan diberlakukan sanksi sesuai pelangaran yang dilakukan oleh
notaris, berupa sanksi secara perdata, administratif, dan kode etik. Ada beberapa
lembaga yang bertugas untuk mengawasi notaris, pertama adalah Majelis
Kehormatan Notaris, Kedua yang melakukan pengawasan terhadap notaris adalah
Majelis Pengawas Notaris (MPN), dan ketiga yang melakukan pengawasan
terhadap notaris adalah organisasi notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI)
yang secara langsung mengontrol anggotanya yang melakukan kesalahan terhadap
kode etik oleh dewan kehormatan dan untuk menerapkan sanksi yang akan
diberikan jika notaris lalai dalam menjalankan tugasnya.
Kata Kunci : Akta Otentik, Notaris, Jaminan Fidusia
1
Mahasiswa Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung
Dosen Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung
3
Dosen Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung
2
1
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
I. PENDAHULUAN
Tulisan yang dibuat secara khusus yang dibuat sedemikian rupa agar
menjadi suatu alat bukti yang sah dan akurat disebut sebagai akta (acte). Akta
adalah tulisan khusus yang dibuat agar menjadi suatu alat bukti tertulis.4 Akta
sebagai alat bukti tertulis dalam hal-hal tertentu dapat digunakan menjadi suatu
alat bukti yang kuat bagi pihak-pihak yang terikat di dalamnya. Salah satu akta
yang dibuat sebagai alat bukti yang sah adalah Akta Otentik. Akta yang dibuat
dihadapan notaris disebut akta notaril, authentik, atau akta otentik. Pasal 1869
kemudian menyatakan bahwa akta tidak dapat diberlakukan sebagai akta otentik
apabila pejabat umum yang berwenang atau tidk cakap sebagai pejabat umum atau
akta tersebut tidak memenuhi persyaratan yang dinyatakan oleh Undangundang.Akta otentik mengandung konsep kebenaran dimana akta otentik tersebut
tidak hanya membuktikan bahwa para pihak sudah menerangkan apa yang
dituliskan didalam akta tersebut, tetapi juga bahwa apa yang diterangkan dalam
akta tersebut adalah benar. Kemudian, akta otentik dapat dikatakan memiliki
kekuatan pembuktian yang sempurna karena memiliki tiga kekuatan pembuktian,
yaitu kekuatan pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian formil, dan kekuatan
pembuktian material.5
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 Tentang Jabatan Notarsi menjelaskan bahwa yang berwenang dalam hal
membuat akta otentik adalah Notaris. Sebagai seorang pejabat umum, notaris
harus dan wajib memahami dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Hal ini merupakan suatu hal yang mutlak mengingat
jabatan notaris merupakan jabatan kepercayaan dalam proses penegakan hukum.
Notaris sebagai profesi tidak mutlak tunduk pada ketentuan Undang-undang tetapi
juga tunduk pada kode etik profesi yang berlaku Notaris memiliki peran penting
dalam pembuatan akta otentik yang merupakan perbuatan hukum yang diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Jabatan Notaris (UUJN) memberikan kewenangan terhadap notaris dalam
membuat akta otentik untuk menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan
hukum. Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik
dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya sehubungannya dengan
pekerjaannya dalam membuat akta tersebut.
Akta Jaminan Fidusia sebagai Akta Notaris harus memenuhi unsur-unsur
yang sudah ditentukan oleh Undang-undang didalam proses pembuatannya
sehingga memenuhi kriteria untuk disebut sebagai Akta Otentik, diantaranya
adanya unsur pembacaan akta, penandatanganan akta pada saat itu dan hal
tersebut dinyatakan secara tegas dalam akta tersebut.6 Perjanjian Jaminan Fidusia
adalah perjanjian hutang piutang kreditur kepada debitur yang melibatkan
penjaminan. Jaminan tersebut kedudukannya masih dalam penguasaan pemilik
jaminan. Praktek fidusia telah lama dikenal sebagai salah satu instrument jaminan
4
Komar Andasasmita, 1981. Notaris I, Bandung: Sumur Bandung, hlm. 47.
https://bh4kt1.wordpress.com/2010/12/30/otentisitas-suatu-akta-otentik/
6
Hikmah D. Hayatdian, 2013. Kajian Hukum Surat Kuasa Dibawah Tangan Sebagai Dasar
Pembuatan Akta Jaminan Fidusia,Jurnal Repertorium Universitas Sam Ratulangi, Vol.I Nomor I
April-Juni 2013, hlm.1.
5
2
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
kebendaan bergerak yang bersifat non-possessory.7 Berbeda dengan jaminan
kebendaan bergerak yang bersifat possessory,8 seperti gadai, jaminan fidusia
memungkinkan debitur sebagai pemberi jaminan untuk tetap menguasai dan
mengambil manfaat atas benda bergerak yang telah dijaminkan tersebut.9
Perjanjian fidusia merupakan perjanjian pengalihan hak penguasaan suatu
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan barang yang dijaminkan tetap
dalam pengelolaan si pemilik (debitur), akan tetapi hak kepemilikannya diberikan
kepada kreditur.10 Jaminan Fidusia bersifat accessoir, dimana bahwasannya
Jaminan Fidusia ini sendiri merupakan perjanjian ikutan dari Perjanjian pokoknya.
Hal tersebut tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia, yaitu “Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan
dari suatu perjanjian pokok bukan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi
suatu prestasi”, maka untuk menjaga kepastian hukumnya jaminan fidusia
dituangkan dalam sebuah akta otentik. Tanpa dibuat oleh Notaris maka perjanjian
fidusia tidak memiliki kepastian hukum karena akta yang dibuat tidak otentik.
Pembebanan kebendaan dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris dalam
bahasa Indonesia yang merupakan akta Jaminan Fidusia. Pengaturan mengenai
pembebanan jaminan fidusia yang dituangkan dalam akta otentik tersebut
tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia yaitu,”Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan
akta Notaris dalam Bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia”. Selain
mencantumkan hari dan tanggal, dalam akta jaminan fidusia juga dicantumkan
mengenai waktu pembuatan akta tersebut.
Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Pasal 11
ayat (1) menyatakan “Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib
didaftarkan”. Pendaftaran tersebut adalah pendaftaran ikatan jaminan fidusia, di
dalamnya meliputi rincian benda yang dibebani dengan jaminan fidusia.
Pendaftaran benda yang dibebani jaminan fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran
Fidusia yang menjadi bagian dari Departemen Hukum dan HAM Republik
Indonesia, yang berada di tempat kedudukan pemberi fidusia. Pembuatan Akta
Jaminan Fidusia oleh Notaris harus dibuat sesuai dengan aturan Perundangundangan yang ada. Dalam praktiknya notaris seringkali melakukan kesalahan
dengan membuat akta jaminan fidusia melebihi jumlah yang dibatasi pada
pembuatan akta sebagaimana mestinya dan kemudian notaris juga seringkali
membuat akta Jaminan Fidusia diluar wilayah hukum notaris, sedangkan apabila
Notaris bertindak diluar kewenangan wilayahnya, maka akta tersebut dapat
diajukan pembatalan oleh pihak yang berkepentingan kepada pengadilan umum
(negri) dan telah ada putusan pengadilan umum yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap atau akta notaris tersebut mempunyai kedudukan pembuktian sebagai
akta dibawah tangan atau akta Notaris batal demi hukum.11
7
Non-Prossessory , dilakukan dengan notarial deed dan kemudian diregistrasi.
Prossessory, dilakukan dengan penyerahan barang atau surat berharga pada kekuasaan pledge.
9
Gladys Octavinadya Melati, 2015. Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pendaftaran Fidusia
Online Terhadap Penerima Fidusia, Surakarta : Pascasarjana Prodi. Magister Kenotariatan,
Jurnal Repertorium 3 Januari-Juni 2015, hlm. 63.
10
Supianto, 2015. Hukum Jaminan Fidusia, Jember: Garudhawacana, hlm. 35.
11
https://www.academia.edu/28755997/Kekuatan_Hukum_Akta_Yang_Dibuat_Oleh_Notaris_Dil
uar_Kewenangannya, diakses pada tanggal 30 Maret 2016, pukul 07:46 WIB.
8
3
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan serta dari judul
yang diambil, maka dapat ditarik beberapa permasalahan pokok yaitu sebagai
berikut :
a. Bagaimana mekanisme pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh Notaris ?
b. Apa akibat hukum yang timbul apabila Notaris tidak melakukan kewajiban
Hukum terhadap pembuatan akta otentik pada pembuatan Akta Jaminan
Fidusia ?
c. Bagaimana bentuk pengawasan terhadap pembuatan Akta Jaminan Fidusia
oleh Notaris berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014
dan Kode Etik Notaris ?
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian
yuridis-empiris, dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang
digunakan adalah pendekatan yuridis teoritis. Data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara langsung
sebagai data pendukung. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan
data dan sistematika data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara
kualitatif.
II. PEMBAHASAN
1. Mekanisme Pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh Notaris
Jaminan Fidusia adalah jaminan kebendaan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun tidak berwujud sehubungan dengan hutang-piutang antara
debitur dan kreditur. Jaminan fidusia diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk
menjamin pelunasan hutangnya. Jaminan Fidusia diatur dalam Undang-undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia memberikan
kedudukan yang diutamakan privilege kepada penerima fidusia terhadap kreditor
lainnya. Jadi, Jaminan Fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk
fidusia.
Jaminan Fidusia merupakan hubungan hukum antara debitur (pemberi
fidusia) dan kreditur (penerima fidusia) yang berdasarkan kepercayaan. Dimana
pemberi fidusia percaya bahwa penerima fidusia mau mengembalikan hak milik
barang yang telah diserahkan, setelah lunas hutangnya. Sebaliknya juga penerima
fidusia percaya bahwa pemberi fidusia tidak akan menyalahgunakan barang
jaminan yang berada dalam kekuasaannya.
Jaminan fidusia bersifat accessoir artinya jaminan fidusia tidak berdiri
sendiri tetapi keberadaannya atau hapusnya tergantung dari perjanjian pokoknya.
Maksud dari perjanjian pokok itu adalah dimana perjanjian tersebut menimbulkan
kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.12
Perjanjian jaminan fidusia berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia dilaksanakan melalui dua tahapan proses, yaitu
tahap pembebanan dan tahap pendaftaran jaminan fidusia.
12
Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan S.H, M.H Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum
di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Bandar Lampung, Hari Rabu, 5 April 2017.
4
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
a. Pembebanan dan Biaya Pembebanan Jaminan Fidusia
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUF dinyatakan: Pembebanan benda dengan
jaminan fidusia dibuat dengan Akta Notaris dalam Bahasa Indonesia dan
merupakan akta jaminan fidusia. Akta Notaris merupakan salah satu wujud
akta otentik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata bahwa
suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh
Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang
berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya.
Proses dan tahapan pembebanan fidusia dilakukan melalui beberapa hal
sebagai berikut :
1) Proses pertama, yaitu dengan membuat beberapa perjanjian pokok berupa
perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris;
2) Proses kedua, yaitu pembebanan benda dengan jaminan fidusia yang
ditandai dengan pembuatan Akta Jaminan Fidusia (AJF), yang didalamnya
memuat hari, tanggal, waktu pembuatan, identitas para pihak, data
perjanjian pokok fidusia, uraian objek fidusia, nilai penjaminan serta nilai
objek jaminan fidusia;
3) Proses ketiga, yaitu pendaftaran Akta Jaminan Fidusia (AJF) di kantor
pendaftaran fidusia, yang kemudian akan diterbitkan Sertifikat Jaminan
Fidusia kepada kreditur sebagai penerima fidusia;
Setelah pembebanan jaminan fidusia sudah diselesaikan notaris dalam bentuk
akta jaminan fidusia, akta jaminan fidusia tersebut dibawa oleh penerima
fidusia (kuasa atau wakilnya) ke Kantor Pendafatran Fidusia di Kantor
Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk
dimohonkan pendaftaran dengan melampirkan semua ketentuan-ketentuan
tentang bagaimana tata cara pendaftaran fidusia. Namun sekarang pendaftaran
untuk jaminan fidusia sudah dilakukan secara online untuk meningkatkan
PNBP dan penghematan pengeluaran anggaran biaya negara dan juga
mempermudah pelaku bisnis yang membutuhkan keamanan dalam
menjalankan usahanya.13
b. Pendaftaran Jaminan Fidusia
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia mengatur bahwa
untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran jaminan fidusia dengan mudah,
cepat, dan biaya rendah, perlu dilakukan pelayanan pendaftaran jaminan
fidusia secara elektronik. Diberlakukannya pendaftaran fidusia secara
elektronik yaitu agar terciptanya pelayanan one day service dan meminimalisir
lonjakan pendaftaran yang melampaui batas setiap harinya.14
13
Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan S.H, M.H Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum
di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Bandar Lampung, Hari Rabu, 5 April 2017.
14
http://irmadevita.com/2016/pembahasan-pp-no-21-tahun-2015-tentang-tata-cara-pendaftaranjaminan-fidusia-dan-biaya-ajf-serta-dampaknya-bagi-notaris/
5
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
Pendaftaran jaminan fidusia harus dibuat akta notariil, jika pendaftaran
jaminan fidusia tidak dibuat dengan akta notariil maka jaminan fidusia
tersebut tidak dapat didaftarkan. Fungsi dari suatu akta adalah untuk
mendapatkan pembuktian sempurna di mata hukum. Karna jika sebuah akta
dibuat melalui akta bawah tangan maka akta tersebut tidak mempunyai
kekuatan pembuktian yang kuat, karna tanda tangan pada akta dibawah tangan
masih bisa untuk dihindari. Pendaftaran jaminan fidusia dapat dilakukan
setelah akta jaminan fidusia telah ditandatangani oleh para pihak pada Kantor
Pendaftaran Fidusia di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM
ditempat kedudukan pemberi fidusia.15
Setelah akta pembebanan jaminan fidusia sudah ditandatangani oleh para
pihak yang berkepentingan, setalah itu barulah dilakukan pendaftaran akta
pembebanan jaminan fidusia pada kantor Pendaftaran fidusia. Hal ini sesuai
dengan Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia yang mengatur
bahwa; benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib untuk didaftarkan.
Maksud pendaftaran jaminan fidusia, yaitu dengan memperhitungkan asas
publisitas yang biasanya dianut dalam pelaksanaan pendaftaran, adalah agar
pihak ketiga mempunyai kesempatan untuk tahu mengenai pendaftaran benda,
ciri benda yang didaftar dan benda-benda tententu terikat sebagai jaminan
untuk keuntungan kreditor tertentu, untuk suatu jumlah tertentu, dengan janjijanji tertentu. Sudah bisa diduga, bahwa pendaftaran dimaksudkan agar
mempunyai akibat terhadap pihak ketiga. Dengan pendaftaran, maka pihak
ketiga dianggap tahu ciri-ciri yang melekat pada benda yang bersangkutan dan
adanya ikatan jaminan dengan ciri-ciri yang disebutkan di sana, dan dalam hal
pihak ketiga lalai untuk memperhatikan/mengontrol register/daftar, maka
pihak ketiga tidak bisa mengharapkan adanya perlindungan berdasarkan itikad
baik dengan harus memikul risiko kerugian, tetapi sehubungan dengan adanya
Kantor Pendaftaran Fidusia yang terbatas yang hanya ada di kota-kota besar
saja, hal itu membawa konsekuensi pada biaya yang harus dikeluarkan untuk
pendaftaran akta jaminan fidusia.
Berdasarkan pemaparan uraian tersebut jaminan fidusia merupakan jaminan
yang harus mendapatkan kepastian hukum, untuk mendapatkan kepastian
hukum dalam jaminan fidusia haruslah dibuat akta otentik dalam pembuatan
akta jaminan fidusia. akta otentik dalam pembuatan akta jaminan fidusia
dibuat oleh notaris, notaris adalah pejabat umum yang berwenang dalam
membuat akta otentik termasuk dalam pembuatan akta jaminan fidusia karna
akta yang dibuat oleh notaris memiliki pembuktian kuat di hadapan hukum.
Notaris diwajibkan untuk membuat akta otentik sesuai dengan aturan Undangundang yang berlaku termasuk dalam membuat akta jaminan fidusia notaris
harus memperhatikan tata cara pembuatan akta jaminan fidusia yang baik dan
benar sesuai prosedur yang sudah ditentukan yaitu melakukan tahapantahapan mekanisme pembuatan yang baik sperti harus membuat perjanjian
15
Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan, Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum di Kantor
Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Bandar Lampung, Hari Rabu, 5 April 2017.
6
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
kredit yg dibuat oleh notaris, yaitu membebankan benda dengan jaminan
fidusia ditandai dengan pembuatan akta jaminan fidusia, yang memuat hari,
tanggal, waktu pembuatan, identitas para pihak, perjanjian pokok
fidusia,uraian objek fidusia, nilai penjaminan serta nilai objek jaminan fidusia.
kemudian harus mendaftarkan jaminan fidusia tersebut di Kementrian Hukum
dan HAM dengan akta notariil, jika tidak dibuat dengan akta notariil makan
jaminan fidusia tidak dapat didaftarkan. Maka dari itu jika notaris tidak
memperhatikan prosedur jaminan fidusia secara cermat maka akan merugikan
pihak yang sudah memberikan kepercayaan membuat akta jaminan fidusia
kepada notaris.
2. Akibat Hukum Yang Timbul Apabila Notaris Tidak Melakukan
Kewajiban Hukum Terhadap Pembuatan Akta Otentik Pada Pembuatan
Akta Jaminan Fidusia
Kode Etik Notaris yang berlaku saat ini adalah Perubahan Kode Etik
Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tanggal 29 Mei-30
Mei 2015, Dalam Pasal 1 angka 2 Kode Etik Notaris disebutkan bahwa : kode etik
notaris dan untuk selanjutnya akan disebut kode etik adalah kaidah moral yang
ditentukan oleh perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan
disebut “perkumpulan” berdasarkan keputusan kongres perkumpulan dan/atau
yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan
semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan
sebagai notaris, termasuk didalamnya para pejabat sementara notaris, notaris
pengganti pada saat menjalankan jabatan.
Pelanggaran terkait dengan kode etik Notaris dalah perbuatan atau
tindakan yang dilakukan oleh anggota perkumpulan organisasi Ikatan Notaris
Indonesia maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris
yang melanggar ketentuan kode etik dan/atau disiplin organisasi. Terkait dengan
sanksi sebagai bentuk upaya penegakan kode etik Notaris atas pelanggaran kode
etik didefinisikan sebagai suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana,
upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin Notaris.16
Pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris seperti yang
dicontohkan di atas, sudah mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat atau
pengguna jasa Notaris, masyarakat dapat mengajukan kepada Majelis Pengawas
Daerah. Yang kemudian mekanismenya disesuaikan dengan Undang-Undang
Jabatan Notaris. 17
Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris ditentukan sanksi-sanksi dalam
Pasal 84 dan 85 bagi pelanggaran jabatan Notaris. Kode etik Notaris yang diatur
oleh organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) merupakan salah
satu organisasi profesi jabatan Notaris yang sudah diakui dan telah mempunyai
cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur dalam
Pasal1 angka (9) bahwa : Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang
16
Hasil Wawancara dengan Bapak Meinazir Zein Selaku Sekretaris Ikatan Notaris Indonesia
(I.N.I) di Bandar Lampung, 11 April 2016.
17
Hasil Wawancara dengan Bapak Meinazir Zein Selaku Sekretaris Ikatan Notaris Indonesia
(I.N.I) di Bandar Lampung, 11 April 2016.
7
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
dilakukan oleh Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan
menjalankan jabatan notaris yang melanggar ketentuan Kode Etik dan/atau
disiplin organisasi.
Menurut Meinazir Zein, penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di
atas terhadap anggota yang melanggar kode etik disesuaikan dengan kualitas
pelanggaran yang dilakukan oleh anggota. Yang dimaksud sebagai sanksi adalah
suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa
ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku
dan menjalankan jabatan Notaris dalam menegakkan kode etik dan disiplin
organisasi. Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran
terhadap kode etik Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan
alat perlengkapan perkumpulan yang berwenang melakukan pemeriksaan atas
pelanggaran kode etik termasuk didalamnya juga menjatuhkan sanksi kepada
pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing.18
Dari penjabaran di atas akibat hukum jika notaris tidak melaksanakan
kewajibannya dalam membuat akta otentik pada pembuatan akta jaminan fidusia
maka akan diberlakukan sanksi tegas yang akan diberlakukan terhadap notaris
dengan apa yang telah diperbuatnya yang menimbulkan kerugian bagi orang lain
sesuai dengan peraturan Undang-Undang yang berlaku tentang Jabatan Notaris
maupun kode etik profesi.
Berdasarkan pemaparan uraian tersebut notaris adalah pejabat yang
berwenang dalam membuat akta otentik sesuai dengan ketentuan Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2014. Jika Notaris dalam membuat akta jaminan fidusia tidak
mengikuti ketentuan undang-undang yang berlaku maka perlu diberlakukannya
sanksi yang tegas sesuai dengan apa kesalahan yang dibuat oleh notaris dalam
membuat akta jaminan fidusia, baik berupa sanksi perdata, sanksi administratif
maupun sanksi kode etik. terkadang beberapa notaris dianggap lalai dalam
menjalankan tugasnya seperti membuat akta jaminan fidusia diluar wilayahnya,
membuat akta jaminan fidusia melebihi yang diwajibkan setiap bulannya, akta
yang dibuat termasuk akta jaminan fidusa yang tidak di tandatangani dihadapan
notaris, akta yang tidak dibacakan dan hal-hal lain yang dapat menurukan kinerja
notaris. perlu diperhatikannya kinerja notaris oleh aparat penegak hukum maupun
pihak-pihak yang menaungi notaris seperti Ikatan Notaris Indonesia atau INI agar
tercapainya tanggung jawab notaris terhadap tugas yang sudah diberikan kepada
notaris agar kesalahan yang dibuat oleh notaris dalam membuat akta otentik pada
pembuatan akta jaminan fidusia tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.
3. Bentuk Pengawasan Terhadap Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Oleh
Notaris Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris
Notaris adalalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik
termasuk akta jaminan fidusia. Notaris untuk dapat menjalankan tugasnya dengan
baik, maka perlu adanya pengawasan dan pembinaan terhadap notaris dalam
menjalankan tugasnya agar tidak merugikan masyarakat. Ada beberapa bentuk
pengawasan dan pembinaan terhadap pekerjaan notaris, yaitu sebagai berikut :
18
Hasil Wawancara dengan Bapak Meinazir Zein Selaku Sekretaris Ikatan Notaris Indonesia
(I.N.I) di Bandar Lampung, 11 April 2016.
8
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
a. Majelis Kehormatan Notaris
Majelis Kehormatan Notaris terdiri dari 7 orang yang terdiri dari 1 Ketua, 1
Wakil Ketua, dan 5 anggota. Majelis Kehormatan Notaris dipilih untuk masa
jabatan 3 (tiga) tahun, dan dapat diangkat kembali. Unsur Majelis Kehormatan
Notaris terdiri dari pemerintah, Notaris, dan ahli atau akademisi.
Majelis Kehormatan Notaris memiliki kewenangan pembinaan apabila telah
terdapat pengaduan dari masyarakat yang menerima pelayanan hukum dari
Notaris. Majelis Kehormatan Notaris Wilayah berwenang bertindak apabila
telah terjadi masalah hukum dan/atau sengketa yang melibatkan para pihak,
sehingga diperlukan adanya alat bukti atas perbuatan hukum yang telah
dilakukan para pihak dan/atau adanya dugaan kesalahan/tindak pidana yang
dilakukan oleh Notaris. Pembinaan dalam hal ini bisa dipahami sebagai
pengayoman dan perlindungan hukum terhadap Notaris yang telah
melaksanakan tugas jabatannya berdasarkan asas, prinsip, dan ilmu
kenotariatan yang benar.
Majelis Kehormatan Notaris melaksanakan kewenangan yang bersifat reaktif
dan kuratif. Reaktif, karena Majelis Kehormatan Notaris baru bertindak
apabila terdapat permohonan dari penyidik, penuntut umum dan hakim,
sebagai akibat timbulnya permasalahan hukum terkait Notaris dan/atau produk
hukum yang dihasilkan Notaris. Kuratif, karena Majelis Kehormatan Notaris
Wilayah (berdasarkan hasil eksaminasi Majelis Pemeriksa) memiliki
kewenangan untuk memeriksa dan mendudukan permasalahan hukum yang
sebenarnya terjadi, apabila timbul sengketa dan/atau tindak pidana yang
melibatkan Notaris atau produk hukum yang dibuat oleh Notaris. Majelis
Kehormatan Notaris Wilayah memiliki diskresi untuk menolak atau
menyetujui permohonan yang diajukan oleh penyidik, penuntut umum dan
hakim berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Pemeriksa.
b. Majelis Pengawas Notaris
Menurut Gunawan, wewenang pengawasan atas notaris ada di tangan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tetapi, dalam praktek Menteri melimpahkan
wewenang itu kepada Majelis Pengawas Notaris (MPN) yang dia bentuk.
Undang-Undang Jabatan Notaris menegaskan bahwa Menteri melakukan
pengawasan terhadap notaris dan kewenangan Menteri untuk melakukan
pengawasan ini oleh Undang-Undang Jabatan Notaris diberikan dalam bentuk
pendelegasian delegatif kepada Menteri untuk membentuk wewenang itu
kepada Majelis Pengawas Notaris (MPN), bukan untuk menjalankan fungsifungsi wewenang itu kepada Majelis Pengawas Notaris (MPN) yang telah
ditetapkan secara eksplisit menjadi kewenangan Majelis Pengawas Notaris
(MPN).19
Majelis Pengawas Notaris melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif
terhadap kegiatan kenotariatan yang dilakukan oleh seorang Notaris.
Pengawasan seharusnya bersifat berkala, regular dan teratur, seperti
19
Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan, Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum di Kantor
Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Bandar Lampung, Hari Rabu, 5 April 2017.
9
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
pemeriksaan repertorium yang dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Hal ini
bertujuan untuk mencegah timbulnya kesalahan dan kealpaan dalam praktek
yang dilakukan oleh Notaris. Pengawasan dilakukan meskipun tidak ada
pengaduan dari masyarakat yang menerima pelayanan hukum dari Notaris.
Kalaupun terdapat kesalahan atau ketidakmengertian dalam praktek
kenotariatan, maka Majelis Pengawas berwenang untuk memberitahu dan
mengingatkan sesuai asas, prinsip dan ilmu kenotariatan yang benar. Fungsi
pengawasan dilakukan untuk mencegah timbulnya permasalahan hukum.
Kemudian Majelis Pengawas Notaris melaksanakan kewenangan yang
sifatnya preventif, yaitu menjaga dan mencegah agar Notaris tidak terlibat
dalam suatu permasalahan hukum.
c. Organisasi Notaris
Pengawasan terhadap notaris dilakukan berdasarkan kode etik dan UndangUndang Jabatan Notaris. Pengawasan dalam kode etik dilakukan oleh Dewan
Kehormatan, dan pengawasan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris
dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris. Kode etik profesi merupakan
produk etika terapan karena dihasilkan berdasar penerapan pemikiran etis atas
suatu profesi. Kode etik merupakan bagian dari hukum positif tertulis tetapi
tidak mempunyai sanksi yang keras, berlakunya kode etik semata-mata
berdasarkan kesadaran moral anggota profesi.
Berdasarkan pemaparan uraian tersebut Bentuk pengawasan yang dilakukan
terhadap notaris adalah supaya notaris sebanyak mungkin memenuhi
persyaratan-persyaratan yang dituntut kepadanya. Persyaratan-persyaratan
yang dituntut itu tidak hanya oleh hukum atau undang-undang saja, akan tetapi
juga berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh klien terhadap notaris
tersebut. Tujuan dari pengawasan itupun tidak hanya ditujukan bagi penataan
kode etik notaris akan tetapi juga untuk tujuan yang lebih luas, yaitu agar para
notaris dalam menjalankan tugas jabatannya memenuhi persyaratanpersyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang demi pengamanan atas
kepentingan masyarakat yang dilayani. Kurangnya pengawasan terhadap
notaris akan banyak menimbulkan resiko bagi orang lain akibat kelalaian
notaris yang tidak melakukan tugasnya sesuai dengan apa yang sudah diatur di
dalam Undang-undang. Perlunya pengawasan terhadap notaris adalah agar
tercapainya pelaksanaan tugas yang telah ditentukan dalam membuat akta
jaminan fidusia berjalan dengan sungguh-sungguh, tidak melakukan hal yang
menyimpang dalam membuat akta jaminan fidusia, dan agar tidak terjadi
penyelewengan penggunan kedudukan, kekuasaan, maupun keuntungan dalam
membuat sebuah akta. Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Kehormatan
Notaris, Majelis Pengawas Notaris (MPN), Ikatan Notaris Indonesia, maupun
Dewan kehormatan harus benar-benar diperhatikan karna tanpa adanya
pengawasan yang ketat dari pihak yang berwenang memberikan sanksi
terhadap notaris maka akan semakin banyak notaris yang melalaikan tanggung
jawabnya karna dianggap pengawasan yang diberikan kepada notaris tidak
efisien dan harus lebih ditingkatkan untuk kepentingan orang banyak.
10
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
III. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Mekanisme pembuatan akta jaminan fidusia dilakukan melalui dua tahapan
sesuai dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
fidusia yaitu melalui tahapan pembebanan dan pendaftaran. Pembebanan
dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris, notaris diwajibkan untuk
membuat akta jaminan fidusia dengan memperhatikan tata cara pembebanan,
biaya pembebanan dan jangka waktu pembebanan. Setelah akta pembebanan
jaminan fidusia sudah ditandatangani oleh para pihak yang berkepentingan,
setalah itu barulah dilakukan pendaftaran akta pembebanan jaminan fidusia
pada kantor Pendaftaran fidusia.
2. Tanggung jawab notaris sebagai profesi lahir dari adanya kewajiban dan
kewenangan yang diberikan kepadanya, kewajiban dan kewenangan tersebut
secara sah dan terikat mulai berlaku sejak notaris mengucapkan sumpah
jabatannya sebagai notaris. Sumpah yang telah diucapkan tersebutlah yang
seharusnya mengontrol segala tindakan notaris dalam menjalankan
jabatannya. Akibat hukum yang akan diterima apabila notaris dalam
melaksanakan tugasnya menimbulkan kelalaian bagi kliennya maka akan
mendapatkan sanksi sesuai dengan kelalaian apa yang dilakukan oleh notaris
baik itu lalai tanggung jawab secara perdata, administrasi maupun kode etik
yang berlaku.
3. Notaris dalam melaksanakan tugasnya diawasi oleh beberapa lembaga, yakni
pertama adalah Majelis Kehormatan Notaris yang mempunyai kewenangan
untuk melakukan pembinaan Notaris dan kewajiban memberikan persetujuan
atau penolakan untuk kepentingan penyidikan dan proses peradilan, atas
pengambilan fotokopi minuta akta dan pemanggilan Notaris untuk hadir
dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta atau protokol notaris yang
berada dalam penyimpanan Notaris. Kedua adalah Majelis Pengawas Notaris
yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan
dan pengawasan terhadap Notaris. Ketiga yang melakukan pengawasan
terhadap notaris adalah Ikatan Notaris Indonesia (INI) yang secara langsung
mengontrol anggotanya yang melakukan kesalahan terhadap kode etik oleh
dewan kehormatan dan untuk menerapkan sanksi yang akan diberikan jika
notaris lalai dalam menjalankan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andasasmita Komar, 1981, Notaris I, Bandung: Sumur Bandung.
Harahap M. Yahya, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni.
Kansil C.S.T, 1982, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
Bandung: Balai Pustaka.
11
Vol 1 No. 1 ,2017
©2017 Hukum Perdata all right reserve
Pactum Law Journal
M.Situmorang Victor & Sitanggang Cormentyna, 1993, Gross Akta dalam
pembuktian dan Eksekusi, Jakarta: Rinika Cipta.
Mertokusumo Sudikno, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta:
Liberty.
Soegondo R, 1991, Hukum Pembuktian, Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Subekti, 2005. Hukum Pembuktian, Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.
Supianto, 2015, Hukum Jaminan Fidusia, Jember: Garudhawacana.
Tobing G.H.S Lumban, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta: Erlangga.
Jurnal
Hikmah D. Hayatdian, Kajian Hukum Surat Kuasa Dibawah Tangan Sebagai
Dasar Pembuatan Akta Jaminan Fidusia,Jurnal Repertorium Universitas
Sam Ratulangi, Vol.I Nomor I April-Juni 2013.
Gladys Octavinadya Melati, Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pendaftaran
Fidusia Online Terhadap Penerima Fidusia, Surakarta : Pascasarjana Prodi.
Magister Kenotariatan, Jurnal Repertorium 3 Januari-Juni 2015.
Sumber lain
http://irmadevita.com/2016/pembahasan-pp-no-21-tahun-2015-tentang-tata-carapendaftaran-jaminan-fidusia-dan-biaya-ajf-serta-dampaknya-bagi-notaris/
https://bh4kt1.wordpress.com/2010/12/30/otentisitas-suatu-akta-otentik/
https://www.academia.edu/28755997/Kekuatan_Hukum_Akta_Yang_Dibuat_Ole
h_Notaris_Diluar_Kewenangannya
12