Determinan Perilaku Merokok Anak Sekolah Dasar Di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2015 Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan jenis eksplanatory
research yang bertujuan untuk menganalisis determinan yang berpengaruh terhadap
prilaku merokok pada anak sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan melakukan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Desa Lokasi ini dipilih berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan ditemukan masih banyak ditemukan anak sekolah dasar
yang memiliki perilaku merokok di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan perilaku merokok ini juga dilakukan oleh
teman-teman sepermainan mereka di sekolah dasar baik dengan sembunyi-sembunyi
maupun dengan terang-terangan.
Waktu penelitian direncanakan mulai bulan Januari 2015 sampai dengan
Agustus 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini yaitu seluruh anak sekolah dasar yang merokok di
Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Keseluruhan populasi berdasarkan data registrasi tahun ajaran 2013/2014 sebanyak
90 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian anak sekolah dasar di Desa
Simatahari Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Besar sampel
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus hipotesis untuk dua sisi (Sastroadmojo,
2011). Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
 Z
Po (1 − Po ) + Z (1− β ) p a (1 − Pa ) 
(1−α )
2


n≥
2
( Pa − Po )
Keterangan:

n
: Besar sampel minimal ‘

2

α

: Taraf kemaknaan 5%.

Z1-α/2

: Deviat baku alpha untuk α = 5% sebesar 1,960.

Z1-β

: Deviat baku betha untuk β = 10% sebesar 1,28 .

Po

: Proporsi perilaku merokok anak sekolah dasar .

( penelitian sebelumnya) sebesar 0,32 ( Khasanah, 2013)

Pa

: Perkiraan proporsi perokok anak sekolah dasar di Desa Simatahari tidak
diketahui sehingga dianggap 0,5

(1,96
n≥

Pa – Po

n ≥ 62

)

: Selisih proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,18.
0,35(1 − 0,32) + 1,28 0,5(1 − 0,5
(0,5 − 0,32) 2


2

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diketahui
jumlah sampel dari penelitian ini sebanyak 62 orang responden. Untuk menetukan
jumlah sampel setiap kelas dilakukan secara purposive non random sampling .
Kriteria responden yang akan menjadi sampel :
1. Memilik tempat tinggal di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
2. Telah merokok lebih dari 1 kali
3. Menetap di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu
Selatan selama 1 tahun terakhir.

3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dalam penelitian melalui wawancara
langsung dengan menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara kepada
anak sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Kabupaten
Labuhanbatu Selatan .
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor kepala Desa Simatahari,

sekolah dasar di Desa Simatahari dan sumber lainnya.
3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai
yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis
reliability dengan nilai corrected item-total correlation sebagai rhitung, dikatakan valid
apabila nilai rhitung > rtabel dan sebaliknya. Nilai rtabel dalam penelitian ini
menggunakan taraf signifikan 95%, maka untuk sampel 30 orang yang di uji nilai
rtabel nya adalah sebesar 0,361.
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat
pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan
metode Cronbach’ Alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran dengan ketentuan jika rhitung > rtabel maka dinyatakan reliabel.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 anak sekolah dasar yang
berada di Desa Mampang Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan,
karena dianggap lokasi yang karakteristik anak sekolah dasar tang tidak jauh berbeda
dengan Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan Pengetahuan dan
Sikap
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
p1
p2
p3
p4
p5
p6
p7
p8
p9
p10
s1
s2
s3
s4
s5

s6
s7
s8
s9
s10

36.53
36.80
36.93
37.00
36.93
36.90
36.90
36.70
36.83
36.67
34.07
34.10
34.27
34.07

34.03
34.23
34.27
34.23
34.27
34.23

Scale Variance Corrected Itemif Item Deleted Total Correlation
17.154
15.200
16.616
16.483
15.926
17.472
16.024
16.355
16.006
15.471
16.754
15.886

16.961
17.168
16.861
17.633
16.892
17.289
16.754
17.289

.400
.709
.833
.781
.512
.7120
.482
.427
.487
.696
.633

.600
.472
.621
.292
.680
.500
.890
.558
.890

Cronbach's Alpha if
Item Deleted
.826
.804
.826
.823
.816
.837
.818
.821

.817
.806
.825
.812
.820
.831
.828
.831
.820
.827
.818
.827

Berdadasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji validitas dan
reliabilitas data menunjukan bahwa semua item pertanyaan tentang Sikap valid
karena nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,361. Dan Item pertanyaan sikap
reliabel karena nilainya Cronbach's Alpha lebih besar dari 0,361

3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent
variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah determinan yang berpengaruh terhadap prilaku merokok pada anak sekolah
dasar yaitu sikap tentang rokok, norma subjektif tentang rokok, persepsi kontrol
tentang rokok, niat mereokok sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
prilaku merokok pada anak sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinan
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
3.5.2. Definisi Operasional
1.

Perilaku keluarga adalah tindakan merokok yang dilakukan ayah dan ibu dalam
merokok pada kehidupan sehari-hari

2.

Perilaku merokok teman adalah tindakan merokok yang dilakukan oleh orang –
orang yang bermain bersama-sama dengan anak sekolah dasar sebagai responden
dalam beraktifitas.

3.

Perilaku merokok guru adalah tindakan merokok yang dilakukan oleh pengajar
professional di sekolah dasar.

4.

Ketersediaan rokok adalah rokok yang sudah ada dan siap dihisap oleh anak
sekolah dasar.

5.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui anak sekolah dasar sebagai
responden tentang perilaku merokok .

6.

Sikap tentang perilaku merokok adalah pendapat atau pandangan anak sekolah
dasar sebagai responden tentang perilaku merokok .

7.

Prilaku merokok adalah tindakan merokok yang dilakukan oleh anak sekolah
dasar yang dapat dilihat dari banyaknya jumlah rokok pada setiap harinya

3.6 Aspek Pengukuran
1.Perilaku merokok keluarga merupakan tindakan yang dilakukan ayah, ibu dan
abang dalam merokok pada kehidupan sehari-hari. .
a) Perilaku merokok ayah yaitu tindakan merokok yang dilakukan ayah dalam
kehidupan sehari-hari
b) Perilaku merokok ibu yaitu tindakan merokok yang dilakukan ibu dalam
kehidupan sehari-hari
c) Perilaku merokok abang yaitu tindakan merokok yang dilakukan abang dalam
kehidupan sehari-hari
d) Perilaku merokok kakak yaitu tindakan merokok yang dilakukan kakak dalam
kehidupan sehari-hari
2.Perilaku merokok guru merupakan tindakan merokok yang dilakukan pendidik
profesional yang terdaftar untuk mendidik responden di sekolah dasar
3.Perilaku merokok teman merupakan tindakan merokok yang dilakukan oleh orang
yang bersama-sama dengan anak sekolah dasar sebagai responden dalam beraktifitas
bermain.

4. Ketersediaan rokok merupakan kemudahan akses dan adanya rokok yang sudah
siap dihisap oleh anak sekolah dasar.
5.Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui anak sekolah dasar sebagai
responden tentang perilaku merokok. Pengetahuan dapat diukur dengan skoring
terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10
dimana setiap jawaban memiliki nilai tertinggi = 2 dan terendah = 0 untuk pertanyaan
no . Total skor tertinggi adalah 20. Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi :
a) Buruk

: jika total nilai yang diperoleh 0-49% (skor 0-9)

b) Sedang

: jika total nilai yang diperoleh ≥ 50-74% (skor 10-14)

c) Baik

: jika total nilai yang diperoleh ≥ 75% (skor 15-20)

6. Sikap tentang perilaku merokok merupakan pendapat atau pandangan anak sekolah
dasar sebagai responden tentang perilaku merokok. Sikap dapat diukur dengan 10
pernyataan dengan menggunakan skala likert yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju ( S),
Tidak Setuju ( TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Jawaban tertinggi mendapat nilai = 4
dan terendah = 1. Total skor tertinggi = 40 . Untuk pernyataan no 1, 2, 3, 4, 5 maka
pernyataan Setuju (SS) bernilai 1, Setuju ( S) bernilai 2, Tidak Setuju ( TS) bernilai 3,
Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 4. Untuk pernyataan no 6,7,8,9,10 maka
pernyataan Setuju (SS) bernilai 4, Setuju ( S) bernilai 3, Tidak Setuju ( TS) bernilai 2,
Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1 selanjutnya sikap dapat dikategorikan menjadi :
a) Sikap mendukung perilaku merokok : jika total nilai yang diperoleh
≥ 50%
(skor 25-40)

b) Sikap menolak perilaku merokok: jika total nilai yang diperoleh < 50% (skor
10-24)
7. Prilaku Merokok merokok merupakan kegiatan merokok yang dilakukan oleh anak
sekolah dasar. Perilaku merokok akan dapat dikategorikan menjadi :
a) Perilaku merokok berat jika anak sekolah dasar merokok >6 batang dalam sehari
b) Perilaku merokok ringan jika anak sekolah dasar merokok 0-5 batang dalam
sehari

3.7 Metode Analisis Data
1) Untuk data kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan :
a) Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabelvariabel penelitian baik variabel bebas maupun veriabel terikat dalam bentuk
distribusi frekuansi dan hitung persentasenya.
b) Analisis bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya
hubungan karakteristik variabel bebas dan veriabel terikat dengan menggunakan
uji chi square, dengan pertimbangan skala data yang merupakan skala ordinal.
c) Analisis multivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang
berpengaruh dan paling dominan dari varibel bebas terhadap variabel terikat
dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada tingkat
kepercayaan 95%. Variabel bebas yang diujikan adalah variabel bebas yang
memiliki nilai p < 0,25. (Sugiyono, 2006).

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1

Keadaan Geografis
Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang yang memiliki keadaan topografi

yang berbukit dengan jumlah penduduk sebanyak 3518 jiwa yang tergabung didalam
874 KK. Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang memiliki keadaan tanah yang
relatif subur sehingga pada umumnya masyarakat memiliki mata pencaharian di
sektor pertanian dan perkebunan dan beberapa lagi dibidang perdagangan. Desa
Simatahari Kecamatan Kota Pinang memiliki luas wilayah 4.790 Ha
4.1.2 Analisi Situasi Lingkungan
Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang yang berbukit dan infrastruktur
yang masih kurang sering menjadi hambatan bagi petugas kesehatan yang turun ke
desa.ini sehingga tidak mudah bagi petugas jika sedang turun hujan, karena medan
yang dilalui aakan menjadi lebih sulit. Sulitnya medan hanya dapat dilalui dengan
berjalan kaki yang harus dilalui dengan jarak tempuh yang cukup jauh yang di
tambah lagi dengan pemukiman penduduk yang sulit duijangkau. Oleh karena itu,
terkadang program Puskesmas Kota Pinang tidak berjalan dengan baik. Kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga sering menjadi kendala bagi petugas
dalam memberikan pelayanan hal ini dikarenakan Puskesmas Kota Pinang hanya

dipandang sebagai tempat pengobatan semata dan bukan sebagai tempat untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Profil Puskemas Kota Pinang, 2013) .
4.1.3.Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskemas Kota Pinang
Puskemas Kota Pinang mempunyai tenaga kesehatan sebanyak 14 orang
Pegawai Negeri Sipil ( PNS), sebanyak 3 orang bidan PTT dan sebanyak 8 orang
tenaga kesehatan honorer. Untuk menunjang kelancaran program Puskemas Kota
Pinang maka masih dibutuhkannya tenaga kesehatan untuk profesi dokter gigi, tenaga
analis, tenaga gizi.

4.2. Analisis Univariat
4.2.1. Karakteristik Keluarga Responden
Responden dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas IV, kelas V
dan kelasVI di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang. Hasil dari penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa SD Perokok di Desa
Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Karakteristik Siswa SD Perokok
Umur (Tahun)
10 tahun
11 tahun
12 tahun
13 tahun
Umur Pertama Sekali Merokok
Umur 7-10 tahun
Umur 11 tahun
Umur 12 tahun
Umur 13 tahun
Jumlah

Jumlah

%

2
4
27
29
Jumlah
19
23
9
11
62

3,2
6,5
43,5
46,8
%
31
37
14
18
100,0

Berdasarkan tabel 4.1. di atas diketahui bahwa perokok pada anak usia dasar
dengan usia 13 tahun sebanyak 29 orang (46,8%), perokok pada anak usia dasar
dengan usia 12 tahun sebanyak 27 orang (43,5%) sedangkan sebagian kecil perokok
pada siswa sekolah dasar dengan usia 10 tahun sebanyak 2 orang (3,2%) dan perokok
pada siswa sekolah dasar dengan usia 11 tahun sebanyak 4 orang (6,5%) .
Berdasarkan tingkat kelas diketahui mayoritas responden berada pada tingkat
kelas VI sebanyak 29 orang (46,8%), tingkat kelas V sebanyak 27 orang (43,5%) dan
sebanyak 6 orang (6,7%) pada tingkat kelas IV. Perilaku perokok pertama sekali pada
anak usia dasar dengan usia 11 tahun sebanyak 23 orang (37%), perokok pertama
sekali pada anak usia dasar dengan usia 7-10 tahun sebanyak 19 orang (31%)
sedangkan sebagian kecil perokok pertama sekali pada siswa sekolah dasar dengan
usia 13 tahun sebanyak 9 orang (14%) dan perokok pada siswa sekolah dasar dengan
usia 12 tahun sebanyak 11 orang (18%) .
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Keluarga, Teman dan Guru
Siswa SD Perokok di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Perilaku Merokok Keluarga
Perilaku Merokok Ayah
Ya
Tidak
Jumlah
Perilaku Merokok Ibu
Ya
Tidak
Jumlah

Jumlah

%

56
6
62
Jumlah
21
41
62

90,3
9,7
100,0
%
33,9
66,1
100,0

Tabel 4.2. (Lanjutan )
Perilaku Merokok Abang
Ya
Tidak
Jumlah
Perilaku Merokok Kakak
Ya
Tidak
Jumlah
Perilaku Merokok Teman
Mendukung Perilaku Merokok
Tidak Mendukung Perilaku Merokok
Total
Perilaku Merokok Guru
Guru Mendukung Perilaku Merokok
Guru Tidak Mendukung Perilaku Merokok
Jumlah

Jumlah
51
11
62

%
82,3
17,7
100,0

34
28
62
Jumlah
47
15
62

54,8
45,2
100,0
%
75,8
24,2
100,0

36
26
62

58,1
41,9
100,0

Berdasarkan Tabel 4.2. di atas diketahui bahwa siswa sekolah dasar perokok
yang memiliki ayah merokok sebanyak 56 orang (90,3%) dan siswa sekolah dasar
perokok yang memiliki ayah tidak merokok sebanyak 6 orang (9,7%). Berdasarkan
tabel di atas diketahui bahwa siswa sekolah dasar perokok yang memiliki ibu tidak
merokok sebanyak 41 orang (66,1%) dan siswa sekolah dasar perokok yang memiliki
ibu merokok sebanyak 21 orang (33,9%).
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa siswa sekolah dasar perokok yang
memiliki abang merokok sebanyak 51 orang (82,3%) dan siswa sekolah dasar
perokok yang memiliki abang tidak merokok sebanyak 11 orang (17,7%).
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa siswa sekolah dasar perokok yang

memiliki kakak merokok sebanyak 34 orang (54,8%) dan siswa sekolah dasar
perokok yang memiliki kakak merokok sebanyak 28 orang (45,2%).
Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa responden yang memiliki teman
mendukung perilaku merokok sebanyak 47 orang (75,8%) dan responden yang
memiliki teman tidak mendukung perilaku merokok sebanyak 15 orang (24,2%).
Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa responden yang memiliki guru
mendukung perilaku merokok di sekolah sebanyak 36 orang (58,1%) dan yang
memiliki guru mendukung perilaku merokok di sekolah sebanyak 26 orang (41,9%).
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Ketersediaan
Rokok di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Ketersediaan Rokok
Teman anda membawa rokok ketika
sekolah
Teman anda membawa rokok ketika
bermain-main
Warung di tempat anda
membolehkan anak-anak merokok
Di rumah anda selalu tersedia rokok

Ya
Jumlah
%
59
95,2

Tidak
Jumlah
%
3
4,8

58

93,5

4

6,5

35

56,5

27

43,5

56

90,3

6

9,7

Berdasarkan tabel 4.3. di atas diketahui bahwa responden yang memiliki
teman merokok sebanyak 59 orang (95,2%), responden yang sering mendampingi
teman anda dalam merokok sebanyak 58 orang (93,5%), teman menyarankan anda
agar merokok sebanyak 35 orang (56,5%) dan teman menawarkan rokok kepada
responden sebanyak 56 orang (90,3%).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Tingkat
Ketersediaan Rokok di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Tingkat Ketersediaan Rokok
Ketersediaan Rokok Baik
Ketersediaan Rokok Kurang Baik
Jumlah

Jumlah
27
35
62

%
43,5
56,5
100,0

Berdasarkan tabel 4.4. di atas diketahui bahwa responden yang memiliki
ketersediaan rokok kurang baik sebanyak 35 orang (56,5%) dan responden yang
memiliki ketersediaan rokok baik sebanyak 27 orang (43,5%).
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Tingkat
Pengetahuan Tentang Perilaku Merokok di Desa Simatahari
Kecamatan Kota Pinang
Tingkat Pengetahuan Perilaku Merokok
Pengetahuan Buruk
Pengetahuan Sedang
Pengetahuan Baik
Jumlah

Jumlah
8
40
14
62

%
12,9
64,5
22,6
100,0

Berdasarkan tabel 4.5. di atas diketahui bahwa responden yang memiliki
pengetahuan tentang perilaku merokok dalam kategori sedang sebanyak 40 orang
(64,5%) sedangkan responden yang memiliki pengetahuan tentang perilaku merokok
dalam kategori baik sebanyak 14 orang (22,6%) dan responden yang memiliki
pengetahuan tentang perilaku merokok dalam kategori buruk sebanyak 8 orang
(12,9%) .

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Tingkat Sikap
Tentang Perilaku Merokok di Desa Simatahari Kecamatan Kota
Pinang
Tingkat Sikap Perilaku Merokok
Jumlah
%
Sikap Mendukung Perilaku Merokok
26
41,9
Sikap Tidak Mendukung Perilaku Merokok
36
58,1
Jumlah
62
100,0
Berdasarkan tabel 4.6. di atas diketahui bahwa responden yang memiliki sikap
tidak mendukung perilaku merokok sebanyak 36 orang (58,1%) sedangkan responden
yang memiliki sikap mendukung perilaku merokok sebanyak 26 orang (41,9%).
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kategori Tingkat Perilaku
Merokok Siswa Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota
Pinang
Perilaku Merokok Siswa Sekolah Dasar
Tinggi (>6 batang per hari)
Rendah (0-5 batang per hari)
Jumlah

Jumlah
29
33
62

%
46,8
53,2
100,0

Berdasarkan tabel 4.15. di atas diketahui bahwa Perilaku Merokok Siswa
sekolah dasar dalam kategori rendah dengan jumlah konsumsi rokok 0-5 batang per
hari sebanyak 33 orang (53,2%) sedangkan Perilaku Merokok siswa sekolah dasar
dalam kategori tinggi dengan jumlah konsumsi rokok >6 batang per hari sebanyak 29
orang (46,8%).

4.3. Analisis Bivariat
4.3.1. Hubungan Perilaku Merokok Ayah dengan Perilaku Merokok Siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun 2015
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara perilaku merokok ayah dengan
perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan di peroleh data bahwa dari 56 responden memiliki
ayah yang merokok sebanyak 25 responden (40,3%) merokok kategori tinggi yaitu
>6 batang per hari dan 31 responden (50,0%) memiliki Perilaku Merokok rendah
yaitu 0-5 batang per hari. Terdapat 6 responden memiliki ayah tidak merokok dengan
rincian sebanyak 2 responden (3,2%) yang memiliki Perilaku Merokok rendah (0-5
batang per hari) dan 4 responden (6,5%) merokok kategori tinggi >6 batang per hari.
Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0, 304, artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara perilaku merokok ayah dengan Perilaku Merokok siswa sekolah
dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan,
dan variabel ini tidak berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji Regresi Logistik
Ganda (p < 0,25). Seperti pada tabel 4.8 berikut ini
Tabel 4.8. Hubungan Perilaku MerokokAyah dengan Perilaku Merokok Siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Perilaku
Merokok
Ayah
Ya
Tidak
Jumlah

Perilaku Merokok Anak
Sekolah Dasar
Tinggi
Rendah
n
%
n
%
25
40,3
31
50
4
6,5
2
3,2
29
46,8
33
53,2

Total

n
56
6
62

%
90,3
9,7
100

p

PR

0,304

-

4.3.2. Hubungan Perilaku Merokok Ibu dengan Perilaku Merokok siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun 2015
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara perilaku merokok ibu dengan perilaku
merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten
Labuhanbatu Selatan di peroleh data bahwa dari 21 responden memiliki ibu yang
merokok sebanyak 17 responden (27,4%) merokok kategori tinggi yaitu >6 batang
per hari dan 4 responden (6,5%) memiliki perilaku merokok rendah yaitu 0-5 batang
per hari. Terdapat sebanyak 41 responden memiliki ibu tidak merokok dengan rincian
sebanyak 29 responden (46,8%) yang memiliki perilaku merokok rendah (0-5 batang
per hari) dan 12 responden (19,4%) merokok kategori tinggi >6 batang per hari.
Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p < 0,001, artinya ada hubungan
yang signifikan antara perilaku merokok ibu dengan perilaku merokok siswa sekolah
dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu yang memiliki perilaku merokok
akan meningkatkan resiko siswa sekolah dasar memiliki perilaku merokok tinggi
(perilaku merokok > 6 batang / hari) sebesar 2,766 kali dibandingkan siswa sekolah
dasar yang memiliki ibu yang tidak memiliki perilaku merokok, dan variabel ini
berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji regresi logistik ganda (p < 0,25). Seperti
pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9. Hubungan Perilaku Merokok Ibu dengan Perilaku Merokok Siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun
Perilaku
Merokok
Ibu
Ya
Tidak
Jumlah

Perilaku Merokok Anak
Sekolah Dasar
Tinggi
Rendah
n
%
n
%
17
27,4
4
6,5
12
19,4
29
46,8
29
46,8
33
53,2

Total
p
n
21
41
62

%
33,9
66,1
100

6 batang per hari dan sebanyak 26 responden
(41,9%) yang memiliki perilaku merokok rendah (0-5 batang per hari). Terdapat
sebanyak 11

responden memiliki abang yang tidak merokok dengan rincian

sebanyak 22 responden (35,5%) merokok kategori tinggi yaitu >6 batang per hari dan
31 responden (50,0%) memiliki perilaku merokok rendah yaitu 0-5 batang per hari.
Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0, 445, artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara perilaku merokok abang dengan perilaku merokok siswa sekolah
dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan,
dan variabel ini tidak berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji Regresi Logistik
Ganda (p < 0,25). Seperti pada tabel 4.10 berikut ini

Tabel 4.10. Hubungan Perilaku Merokok Abang dengan Perilaku Merokok
Siswa Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Perilaku
Merokok
Abang
Ya
Tidak
Jumlah

Perilaku Merokok Anak
Sekolah Dasar
Tinggi
Rendah
n
%
n
%
25
40,3
26
41,9
4
6,5
7
11,3
29
46,8
33
53,2

Total

n
51
11
62

%
82,3
17,7
100

p

PR

0, 445

-

4.3.4. Hubungan Perilaku Merokok Kakak dengan Perilaku Merokok Siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun 2015
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara perilaku merokok kakak dengan
Perilaku Merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan di peroleh data bahwa dari 34 responden memiliki
kakak yang merokok sebanyak 17 responden (27,4%) memiliki perilaku merokok
kategori tinggi yaitu >6 batang per hari dan 17 responden (27,4%) memiliki Perilaku
Merokok rendah yaitu 0-5 batang per hari. Terdapat sebanyak 28 responden memiliki
kakak tidak merokok dengan rincian sebanyak 16 responden (25,8%) yang memiliki
perilaku merokok rendah (0-5 batang per hari) dan 12 responden (19,4%) merokok
kategori tinggi >6 batang per hari. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p =
0,575, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok kakak
dengan perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan
Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dan variabel ini tidak berkandidat untuk
diikutsertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda (p < 0,25). Seperti pada tabel 4.11
berikut ini.

Tabel 4.11. Hubungan Perilaku Merokok Kakak dengan Perilaku Merokok
Siswa Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Perilaku
Merokok
Kakak
Ya
Tidak
Jumlah

Perilaku Merokok Anak
Sekolah Dasar
Tinggi
Rendah
n
%
n
%
17
27,4
17
27,4
12
19,4
16
25,8
29
46,8
33
53,2

Total

n
34
28
62

%
54,8
45,2
100

p

PR

0,575

-

4.3.5. Hubungan Perilaku Merokok Guru dengan Perilaku Merokok Siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun 2015
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara perilaku merokok guru dengan
perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan di peroleh data bahwa dari 36 responden memiliki
guru dengan perilaku merokok rincian sebanyak 16 responden (25,8%) yang
memiliki perilaku merokok rendah (0-5 batang per hari) dan 20 responden (32,3%)
merokok kategori tinggi >6 batang per hari. Terdapat sebanyak 26 responden
memiliki guru yang tidak merokok dengan rincian sebanyak 9 responden (14,5%)
merokok kategori tinggi yaitu >6 batang per hari dan 17 responden (27,4%) memiliki
perilaku merokok rendah yaitu 0-5 batang per hari. Hasil uji statistik chi-square
didapat nilai p = 0, 103, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku
merokok ibu dengan Perilaku Merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari
Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan, variabel ini berkandidat
untuk diikutsertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda (p < 0,25). Seperti pada tabel
4.13 berikut ini:

Tabel 4.13. Hubungan Perilaku Merokok Guru dengan Perilaku Merokok Siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Perilaku
Merokok Guru

Guru
Merokok
Guru Tidak
Merokok
Jumlah

Perilaku Merokok Anak
Sekolah Dasar
Tinggi
Rendah
n
%
n
%
20
32,3
16
25,8

Total

n
36

%
58,1

9

14,5

17

27,4

26

41,9

29

46,8

33

53,2

62

100

p

PR

0, 103
-

4. 3.6. Hubungan Perilaku Merokok Teman dengan Perilaku Merokok siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun 2015
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara perilaku merokok teman dengan
perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan di peroleh data bahwa dari 47 responden memiliki
teman merokok dengan rincian sebanyak 20 responden (32,3%) yang memiliki
perilaku merokok rendah (0-5 batang per hari) dan 27 responden (43,5%) merokok
kategori tinggi >6 batang per hari. Dari 15 responden memiliki teman yang tidak
merokok sebanyak 2 responden (3,2%) memiliki perilaku merokok kategori tinggi
yaitu >6 batang per hari dan 13 responden (21%) memiliki perilaku merokok rendah
yaitu 0-5 batang per hari.
Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,003, artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara perilaku merokok teman dengan perilaku merokok
siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten

Labuhanbatu Selatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa sekolah
dasar yang memili teman yang merokok meningkatkan resiko siswa sekolah dasar
memiliki perilaku merokok tinggi (perilaku merokok > 6 batang / hari) sebesar 4,309
kali dibandingkan siswa sekolah dasar yang tidak memiliki teman merokok, dan
variabel ini berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda (p <
0,25). Seperti pada tabel 4.13 berikut ini.
Tabel 4.13. Hubungan Perilaku Merokok Teman dengan Perilaku Merokok
Siswa Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Perilaku
Merokok
Teman
Ya
Tidak
Jumlah

Perilaku Merokok Anak
Sekolah Dasar
Tinggi
Rendah
n
%
n
%
27
43,5
20
32,3
2
3,2
13
21
29
46,8
33
53,2

Total

n
47
15
62

%
75,8
24,2
100

p

PR

0,003

4,309

4.3.7. Hubungan Ketersediaan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa Sekolah
Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun 2015
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara ketersediaan rokok dengan perilaku
merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten
Labuhanbatu Selatan di peroleh data bahwa dari 27 responden memiliki ketersediaan
rokok setiap hari dengan rincian sebanyak 20 responden (32,3%) yang memiliki
perilaku merokok rendah (0-5 batang per hari) dan 7 responden (11,3%) merokok
kategori tinggi >6 batang per hari. Dari 35 responden tidak memiliki ketersediaan
rokok setiap hari sebanyak 22 responden (35%) memiliki perilaku merokok kategori
tinggi yaitu >6 batang per hari dan 13 responden (21%) memiliki perilaku merokok

rendah yaitu 0-5 batang per hari. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,004,
artinya ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan rokok dengan perilaku
merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten
Labuhanbatu Selatan, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ketersediaan
rokok yang baik akan meningkatkan resiko siswa sekolah dasar memiliki perilaku
merokok tinggi (perilaku merokok > 6 batang / hari) sebesar 2,766 kali dibandingkan
siswa sekolah dasar yang tidak memiliki ketersediaan rokok, dan variabel ini
berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda (p < 0,25).
Seperti pada tabel 4.14 berikut ini.

Tabel 4.14. Hubungan Ketersediaan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Ketersediaan
Rokok

Ya
Tidak
Jumlah

Perilaku Merokok Anak
Sekolah Dasar
Tinggi
Rendah
n
%
n
%
7
11,3
20
32,3
22
35,5
13
21
29
46,8
33
53,2

Total

n
27
35
62

%
43,5
56,5
100

p

PR

0,004

0,412

4.3.8. Hubungan Pengetahuan Tentang Perilaku Merokok dengan Perilaku
Merokok Siswa Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota
Pinang Tahun 2015
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan tentang perilaku
merokok dengan perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari
Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan di peroleh data bahwa dari
40 responden memiliki pengetahuan kategori sedang dengan rincian sebanyak 23

responden (37,1%) yang memiliki perilaku merokok rendah (0-5 batang per hari) dan
17 responden (27,5%) merokok kategori tinggi >6 batang per hari. Dari 14 responden
memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 7 responden (11,3%) memiliki perilaku
merokok kategori tinggi yaitu >6 batang per hari dan memiliki perilaku merokok
rendah yaitu 0-5 batang per hari.. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,564,
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang rokok dengan
perilaku merokok siswa sekolah dasar, dan variabel ini tidak berkandidat untuk
diikutsertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda (p < 0,25). Seperti pada tabel 4.15
berikut ini.
Tabel 4.15. Hubungan Pengetahuan Tentang Perilaku Merokok dengan
Perilaku Merokok Siswa Sekolah Dasar Di Desa Simatahari
Kecamatan Kota Pinang
Pengetahuan
Tentang Perilaku
Merokok
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah

Perilaku Merokok Anak
Sekolah Dasar
Tinggi
Rendah
n
%
n
%
5
8,1
3
4,8
17
27,4
23
37,1
7
11,3
7
11,3
29
46,8
33
53,2

Total

n
8
40
14
62

%
12,9
64,5
22,6
100

p

PR

0,564

-

4.3.9. Hubungan Sikap Tentang Perilaku Merokok dengan Perilaku Merokok
Siswa Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara sikap tentang perilaku merokok
dengan perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan
Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan di peroleh data bahwa dari 26 responden
memiliki sikap mendukung perilaku merokok dengan rincian sebanyak 9 responden

(14,5%) yang memiliki perilaku merokok rendah (0-5 batang per hari) dan 17
responden (27,5%) merokok kategori tinggi >6 batang per hari. Dari 36 responden
memiliki sikap tidak mendukung perilaku merokok sebanyak 12 responden (19,4%)
memiliki perilaku merokok kategori tinggi yaitu >6 batang per hari dan terdapat
sebanyak 24 responden (38,7%) memiliki perilaku merokok rendah yaitu 0-5 batang
per hari.. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,013, artinya ada hubungan
yang signifikan antara sikap tentang rokok dengan perilaku merokok siswa sekolah
dasar.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sikap mendukung perilaku
merokok akan meningkatkan resiko siswa sekolah dasar memiliki perilaku merokok
tinggi (perilaku merokok > 6 batang / hari) sebesar 1,962 kali dibandingkan siswa
sekolah dasar yang tidak memiliki sikap mendukung perilaku merokok dan variabel
ini berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda (p < 0,25).
Seperti pada tabel 4.16 berikut ini.
Tabel 4.16. Hubungan Sikap Tentang Perilaku Merokok dengan Perilaku
Merokok Siswa Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota
Pinang
Sikap Tentang
Perilaku Merokok

Sikap Mendukung
Sikap Tidak
Mendukung
Jumlah

Perilaku Merokok Anak
Sekolah Dasar
Tinggi
Rendah
n
%
n
%
17
27,4
9
14,5
12
19,4
24
38,7

n
26
36

%
41,9
58,1

29

62

100

46,8

33

53,2

Total
p

PR

0,013

1,962

4.4. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Merokok Siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun 2015
Pada penelitian ini, variabel bebas yang memenuhi kriteria kemaknaan
statistik (p < 0,25) dimasukkan ke dalam analisis multivariat dengan menggunakan
uji regresi logistik berganda, yaitu variabel perilaku merokok ibu, perilaku merokok
guru, perilaku merokok teman, ketersediaan rokok dan sikap tentang perilaku
merokok. Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam
menentukan determinan tingkat perilaku merokok siswa sekolah dasar . Hasil analisis
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut ini :
Tabel 4.17. Pengaruh Perilaku Merokok Ibu, Perilaku Merokok Guru, Perilaku
Merokok Teman, Ketersediaan Rokok dan Sikap Tentang Perilaku
Merokok Terhadap Perilaku Merokok Siswa Sekolah Dasar di Desa
Simatahari Kecamatan Kota Pinang
Variabel

B

P

Exp (β)

Perilaku Merokok Ibu
Perilaku Merokok Guru
Perilaku Merokok Teman
Ketersediaan Rokok
Sikap Tentang Perilaku
Merokok
Constant

2,488
-1,837
2,812
1,391
1,014

0,003
0,045
0,006
0,067
0,17

12,035
0,159
16,645
4,020
2,755

-6,708

0,002

0,001

95% CI for Exp (B)
Lower
Upper
2,311
62,665
0,026
0,959
2,219
124,854
0,905
17,847
0,647
11,731
-

-

Dalam tabel 4.25 di atas hasil uji regresi logistik diatas menunjukkan bahwa
variabel perilaku merokok teman (nilai p=0,006), perilaku merokok ibu (nilai
p=0,003), perilaku merokok guru (nilai p=0,045), berpengaruh terhadap perilaku
merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang. Variabel
yang paling dominan terhadap perilaku merokok siswa sekolah dasar adalah variabel

perilaku merokok teman karena memiliki nilai Koefisien regresi paling besar yaitu
2,818.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel perilaku teman diperoleh
nilai Exp (β) sebesar 16,645 sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar
yang memiliki teman dengan berperilaku merokok mempunyai kemungkinan 16 kali
lebih besar memiliki perilaku merokok dalam kategori tinggi (merokok >6 batang per
hari) dibandingkan siswa sekolah dasar yang tidak memiliki teman merokok
.Variabel perilaku merokok ibu diperoleh nilai Exp (β) sebesar 12,035 sehingga dapat
disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar yang memiliki ibu merokok akan memiliki
kemungkinan 12 kali lebih besar memiliki perilaku merokok dalam kategori tinggi
(merokok>6 batang per hari) dibandingkan siswa sekolah dasar yang memiliki ibu
tidak merokok . Variabel perilaku merokok guru diperoleh nilai Exp (β) sebesar
0,159 sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar yang memiliki guru
merokok akan memiliki kemungkinan 1 kali lebih besar memiliki perilaku merokok
dalam kategori tinggi (merokok>6 batang per hari) dibandingkan siswa sekolah dasar
yang tidak memiliki guru merokok.

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1.

Pengaruh Perilaku Merokok Keluarga terhadap Perilaku Merokok Siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun 2015.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya

dengan seseorang. Didalam keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal,
berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan
kebiasaannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 56 orang responden (90,3%)
memiliki ayah yang merokok, sebanyak 21 orang responden (33,9%) ibu merokok,
responden dengan abang yang merokok sebanyak 51 orang responden (82,3%),
responden dengan kakak yang merokok sebanyak 34 orang responden (54,8%).
Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk homeostatis
akan dapat meningkatkan kesehatan para anggota keluarganya, dan kemungkinan
dapat meningkatkan ketahanan para anggota keluarganya dari adanya permasalahan
kesehatan yang didapatkan para setiap anggotanya namun jika keluarganya memiliki
perilaku yang kurang baik maka akan membuat anak akan mengikuti perilaku yang
tidak baik tersebut karena keluarga menjadi contoh dan teladan bagi seorang anak dan
anak akan cenderung mengikuti dan meniru perilaku dari anggota keluarga yang
lainnya.
Berdasarkan hasil tabulasi silang dengan uji statistik chi-square diketahui
bahwa perilaku merokok ibu (p=0,000) berhubungan dengan perilaku merokok siswa

sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang sedangkan perilaku
merokok ayah(p=0,304), kakak (0,575) dan abang (0,445) tidak berhubungan dengan
perilaku merokok siswa sekolah dasar.
Hal sejalan diungkapkan dalam penelitian Astanti (2005) menunjukkan bahwa
orang tua menjadi salah satu faktor yang membuat remaja merokok. Hasil penelitian
Amaliani (2012) menunjukkan bahwa terdapat 85,7% siswa menjadi perokok berat,
hal ini tidak terlepas perokok tersebut memiliki keluarga perokok sebanyak 82,9%.
Megatsari (2013) menyatakan bahwa anak-anak dan remaja merupakan
kelompok yang mencari jati diri, dimana setiap perilaku yang dilihatnya
kemungkinan besar sebagai percontohan perilakunya kelak. Keluarga merupakan
salah satu percontohan bagi anak dalam berperilaku termasuk dalam hal merokok.
Orang tua menjadi figur contoh didalam keluarga dimana setiap anggota keluarga
akan menjadikan orang tua menjadi model yang akan membentuk perilaku anggota
keluarga kedepannya.
Menurut Komalasari (2000) bahwa keluarga perokok sangat berperan
terhadap perilaku merokok anak-anaknya dibandingkan keluarga non –perokok.
Dalam hal ini menurut Bandura dalam teori social cognitive learning, merokok bukan
semata-mata proses belajar pengamatan anak terhadap orang tua atau saudaranya
tetapi adanya pengukuh positif dari orang tua dan konsekuensi-konsekuensi merokok
dirasakan menyenangkan remaja.

Untuk perilaku merokok abang dan kakak di Desa Simatahari diketahui
mayoritas memiliki perilaku merokok namun tidak berhubungan dengan perilaku
merokok siswa sekolah dasar, hal ini tidak terlepas dari siswa sekolah dasar yang
memiliki abang dan kakak yang merokok tetapi kakak dan abang sangat jarang
merokok didalam rumah karena mereka masih segan untuk merokok bersama dengan
ibu dan bapak mereka. Kakak dan abang yang merokok juga selalu melarang dan
memarahi adik mereka jika ketahuan merokok, hal ini disebabkan menurut mereka
anak-anak belum boleh merokok terutama jika belum bekerja tidak seperti mereka
yang sudah bekerja sehingga sudah dapat membeli rokok dengan uang sendiri.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik diketahui bahwa perilaku merokok
ibu berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa sekolah dasar, perilaku merokok
ibu diperoleh nilai Exp (β) sebesar 12,035 sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
sekolah dasar yang memiliki ibu merokok akan memiliki kemungkinan 12 kali lebih
besar memiliki perilaku merokok dalam kategori tinggi (merokok>6 batang per hari)
dibandingkan siswa sekolah dasar yang memiliki ibu tidak merokok
Hasil penelitian Alamsyah (2010) menunjukkan bahwa analisis rasio
prevalensi pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,38, hal
ini menunjukkan bahwa responden yang orang tuanya merokok mempunyai
kebiasaan merokok 1,38 kali dibandingkan orang tuanya yang tidak merokok. Suatu
studi di Amerika Serikat ditemukan sekitar 14% anak-anak yang merokok memiliki

orang tua yang juga perokok. Individu berperilaku merokok apabila ibu mereka
merokok dibandingkan ayah mereka yang merokok.
Bandura menyatakan dalam teori social cognitive learning bahwa perilaku
model adalah sumber informasi bagi pihak pengamat. Dimana perilaku merupakan
hasil dari interaksi terus menerus antara variable individu dan lingkungannya. Artinya
proses imitasi dapat terjadi dikarenakan individu pengamat mengalami interaksi yang
terus menerus dengan model yang dalam hal ini adalah orang tua/saudara yang
merupakan perokok. Peneliti berasumsi bahwa kurangnya kesadaran orangtua
mengenai bahaya perilaku merokok menyebabkan nilai nilai mengenai bahaya
merokok kurang di perhatikan dan disampaikan sehingga anak menjadi sering meniru
perilaku merokok.
Kebiasaan merokok diperoleh dari proses imitasi atau peniruan dari yang
dilakukan oleh keluarga, dalam hal ini yang menjadi model yang perilakunya akan
lebih tinggi adalah ibu. Ibu menjadi anggota keluarga yang dominan memberikan
pengaruh kepada anak-anaknya untuk dilakukan peniruan,hal ini tidak terlepas dari
intensitas dan kedekatan ibu kepada anak-anaknya sehingga ketika ibu merokok akan
meningkatkan kemungkinan anak untuk memiliki perilaku merokok.
Perilaku merokok ibu menjadi faktor yang dominan dalam mendukung
perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari, hal ini tidak terlepas dari
ibu yang lebih memiliki waktu yang lebih banyak berinteraksi dengan siswa sekolah
dasar. Ibu-ibu di Desa Simatahari mayoritas bekerja sebagai penderes karet

(pengambil getah karet) yang bekerja dari jam 04.00 hingga jam 11.00 sedangkan
ayah bekerja sebagai pendodos (pengambil) buah sawit yang bekerja mulai ja 08.00
hingga jam 18.00, hal ini yang membuat ibu memiliki waktu yang lebih banyak
berinteraksi dengan siswa sekolah dasar sehingga siswa sekolah dasar juga akan lebih
banyak meniru perilaku ibu termasuk juga perilaku merokok ibu.
Ibu-ibu di Desa Simatahari tidak segan dan tidak malu untuk merokok
didepan anak maupun anggota keluarga lainnya, hal ini tidak terlepas mereka juga
memiliki orang tua yang memiliki perilaku merokok didalam rumah. Hal berbeda jika
terdapat ibu yang tidak berasal asli dari Desa Simatahari yang cenderung tidak
merokok, hal ini kemungkinan karena mereka memang tidak mengadopsi perilaku
merokok pada wanita sehingga masih merasa tabu untuk merokok namun mereka
juga tidak berani melarang anggota keluarga wanita lainnya (mertua, nenek, bibi)
yang mengadopsi perilaku merokok dirumah mereka.

5.2. Pengaruh Perilaku Guru terhadap Perilaku Merokok Siswa Sekolah Dasar
di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun 2015
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara perilaku merokok guru dengan
perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan di peroleh data bahwa dari 36 responden memiliki
guru merokok dengan rincian sebanyak 16 responden (25,8%) yang memiliki
perilaku merokok rendah (0-5 batang per hari) dan 20 responden (32,3%) merokok
kategori tinggi >6 batang per hari. Terdapat sebanyak 26 responden memiliki guru

yang tidak merokok dengan rincian sebanyak 9 responden (14,5%) merokok kategori
tinggi yaitu >6 batang per hari dan 17 responden (27,4%) memiliki perilaku merokok
rendah yaitu 0-5 batang per hari. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0, 103,
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok guru dengan
perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Menurut Akbar (2014) bahwa lingkungan yang buruk salah satunya
lingkungan yang berasal dari sekolah seperti perilaku merokok guru akan
meningkatkan resiko anak-anak menjadi perokok aktif. Hal sejalan dinyatakan
Damayanti (2013) bahwa masih terdapat guru yang merokok di lingkungan sekolah
akan membuat siswa akan meniru perilaku merokok guru tersebut.
Guru merupakan seorang pengajar suatu ilmu. Guru umumnya merujuk
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Siswa sekolah dasar
merupakan anak peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba
berbagai hal yang tinggi sehingga segala yang dilakukan oleh guru akan menjadi
model tiruan yang akan di ikuti oleh peserta didik.
Mubarak (2014) menyatakan bahwa perilaku guru akan menjadi model tiruan
yang akan dilakukan oleh siswa, perilaku guru tentang rokok akan memberikan
sebuah arti penting terhadap pandangan siswa tentang perilaku merokok karena
merekalah model perilaku yang akan ditiru pada umumnya. Menurut Nasyruddin

(2013) bahwa komitmen guru untuk tetap melarang perilaku merokok di sekolah akan
berdampak kepada implementasi penurunan perilaku merokok sehingga penerapan
kawasan tanpa rokok akan maksimal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku merokok guru tidak
berhubungan dengan perilaku merokok siswa dasar, hal ini dapat terjadi karena
mayoritas guru memiliki perilaku merokok dan mereka juga sering menampakkan
perilaku merokok didepan siswa sekolah dasar seperti merokok didepan siswa saat
istirahat sekolah, menyuruh siswa membeli rokok di warung namun mereka tetap
melarang dan menghukum jika terdapat siswa sekolah dasar yang ketahuan merokok
di sekolah dengan alasan perilaku merokok dapat menganggu kesehatan pada anakanak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku merokok guru berpengaruh
terhadap perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan
Kotapinang. Variabel perilaku merokok guru diperoleh nilai Exp (β) sebesar 0, 159
sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar yang memiliki guru merokok
akan memiliki kemungkinan 1 kali lebih besar memiliki perilaku merokok dalam
kategori tinggi (merokok>6 batang per hari) dibandingkan siswa sekolah dasar yang
tidak memiliki guru merokok.
Menurut teori Ajzen (2005) faktor determinan intensi seseorang dapat dilihat
dalam berbagai faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi intensi merokok yaitu
sikap guru mengenai rokok. Sikap guru yang melarang seorang anak untuk merokok

akan berdampak kepada pandangan anak kepada perilaku merokok yang semakin
negatif sedangkan jika guru memiliki sikap yang mendukung perilaku merokok akan
berdampak semakin positifnya pandangan anak kepada perilaku merokok.
Seharusnya norma yang diberikan guru terhadap perilaku merokok adalah benda yang
berbahaya bagi kesehatan dan tidak layak dikonsumsi namun dikarenakan masih
terdapat guru yang memiliki perilaku merokok sehingga anak-anak akan memiliki
pandangan berbeda terhadap perilaku merokok. Anak akan memiliki pandangan
bahwa rokok hanya akan dilarang bagi anak-anak sedangkan untuk orang dewasa
tetap diperbolehkan merokok.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 yang
menyebutan bahwa rokok termasuk zat yang berbahaya bagi kesehatan sehinga untuk
melindungi bahaya rokok bagi kesehatan orang disekitarnya maka dibuatlah kawasan
tanpa rokok yang salah satunya adalah tempat proses belajar dan mengajar dan
tempat anak bermain. Perilaku merokok guru di kawasan sekolah merupakan
tindakan yang melanggar UU No 36 tahun 2009, hal ini dapat terjadi karena guru
tidak mengetahui tentang kawasan tanpa rokok yang berlaku. Hal ini yang membuat
guru memiliki perilaku merokok di sekolah bahkan tidak jarang terdapat beberapa
guru yang menyuruh siswa sekolah dasar untuk membeli rokok di warung terdekat,
hal ini yang akan membuat siswa sekolah dasar akan berfikir perilaku merokok
menjadi perilaku yang wajat dan tidak berbahaya.

5.3. Pengaruh Perilaku Merokok Teman terhadap Tindakan Merokok Siswa
Sekolah Dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kota Pinang Tahun 2015
Teman merupakan orang yang akan sering berinteraksi dengan siswa sekolah
dasar. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara perilaku merokok teman dengan
perilaku merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan di peroleh data bahwa dari 47 responden memiliki
teman merokok dengan rincian sebanyak 20 responden (32,3%) yang memiliki
perilaku merokok rendah (0-5 batang per hari) dan 27 responden (43,5%) merokok
kategori tinggi >6 batang per hari. Dari 15 responden memiliki teman yang tidak
merokok sebanyak 2 responden (3,2%) memiliki perilaku merokok kategori tinggi
yaitu >6 batang per hari dan 13 responden (21%) memiliki perilaku merokok rendah
yaitu 0-5 batang per hari. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,003, artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok teman dengan perilaku
merokok siswa sekolah dasar di Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
Hasil penelitian Akbar (2014) menunjukkan bahwa lingkungan yang kurang
baik akan meningkatkan perilaku merokok pada anak SMK 1 Negeri Bungoro Kab
Pangkep. Hal sejalan terdapat dalam penelitian Firdaus (2014) menunjukkan bahwa
pergaulan pertemanan memiliki hubungan yang signifikan antara pengetahuan
tentang roko dengan tindakan merokok siswa SDN Kecamatan Panjang Kota Bandar
Lampung (p=0,001).

Perilaku merokok teman memiliki hubungan d