Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)(Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka
Monitoring
Monitoring
”memperingatkan”,

(pemantauan),
dipandang

yang

sebagai

berasal

teknik

dari


manajemen

kata

Latin

dengan

agen

penyuluhan yang mengumpulkan data sejalan dengan diterapkannya program
penyuluhan serta permasalahan yang dihadapi dalam upaya berada pada jalur
yang benar. Ini memungkinkan manajemen mengambil tindakan dengan cepat
untuk mengembalikan kepada rencana semula atau melakukan penyesuaian bila
ternyata tidak realistis (Van Den Ban dan Hawkins, 1999; 241).
Monitoring didefinisikan sebagai sistem pengawasan yang digunakan oleh
mereka yang bertanggung jawab atas suatu proyek, untuk memastikan bahwa
semuanya berjalan menurut rencana, dan bahwa sumber daya tidak terbuang. Ini
merupakan sistem umpan balik yang berkesinambungan, yang berlangsung
selama siklus program, dan meninjau setiap kegiatan pada setiap tingkat

pelaksanaannya. Monitoring partisipatoris melibatkan para calon pemakai suatu
proyek dalam pengukuran, pengumpulan, pengolahan dan penyampaian informasi
untuk membantu baik personel manajemen maupun para anggota kelompok
sendiri dalam pembuatan kesimpulan (Mikkelsen, 2003; 231).
Hasil monitoring dan evaluasi yang akan digunakan langsung untuk
penyesuaian program, atau akan digunakan untuk membuat rencana program yang
lebih baik di masa mendatang, pada umumnya hasil-hasil ini terlihat dalam

Universitas Sumatera Utara

laporan, tabel, grafik, dan peta merupakan informasi visual. Tetapi semua hasil,
terutama hasil evaluasi, tidak dapat disajikan sebagai informasi kuantitatif, artinya
tidak selalu dalam angka-angka (Mikkelsen, 2003; 237).

Evaluasi
Evaluasi program, adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji
kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu
dilaksanakan. Kegiatan evaluasi seperti ini selain bertujuan utuk mengkaji
kembali keterandalan program untuk mmencapai tujuan yang diinginkan sesuai
dengan pedoman/patokan-patokan yang diberikan. Juga dimaksudkan agar semua

pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut merasa ikut bertanggung
jawab terhadap keberhasilan program yang mereka rumuskan itu, jika program
tersebut kelak akan dilaksanakan. Karena itu, di dalam evaluasi program, selain
dievaluasi tentang bagaimana proses perumusan program juga dievaluasi tentang
semua unsur program, yang menyangkut: pengumpulan informasi, analisis
keadaan, perumusan masalah, tujuan, dan cara-cara mencapai tujuan yang
menyangkut: kegiatan yang akan dilaksanakan, metoda yang akan diterapkan,
sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat (lokasi) dan waktu pelaksanaan
kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang akan dipergunakan (Mardikanto,
1993; 325).
Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil
pelaksanaanya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik ( feedback) untuk memperbaiki atau merencanakan kembali. Masukan kembali dapat

dibentuk laporan-laporan resmi yaitu daftar-daftar isian atau formulir yang telah

Universitas Sumatera Utara

disusun sebelumnya, berita acara, memorandum dan sebagainya atau dapat
berbentuk cara-cara yang lebih santai (informal) melalui rapat-rapat staf berkala
dimana dibicarakan dan diadakan pertukaran fikiran mengenai apa yang gagal

atau tidak berhasil dicapai. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk
mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu
kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program.
Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa
atau sebabnya hal-hal positif maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat
dihubungkan dengan pengawasan (Reksopoetranto, 1992; 55).
Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi,
efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan
kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan
pengambilan keputusan di masa depan (Sinar Tani, 2001; 354).
Untuk mengevaluasi program, tahap pertama yang harus dilakukan adalah
mendesain kegiatan program yang bersangkutan. Evaluasi program yang baik,
diperlukan langkah yang sistematis, terarah, dan konsisten. Untuk itu perlu
ditentukan lebih dulu hal-hal sebagai berikut:
 Tujuan program
 Kegiatan yang menjadi pendukung program
 Bagaimana prosedur pelaksanaannya
 Hasil yang diharapkan dari masing-masing proyek
 Memperkirakan effect dan impact suatu program yang bersangkutan
(Kunarjo, 2002; 265).


Universitas Sumatera Utara

Ada dua macam evaluasi menurut dilaksanakannya evaluasi tersebut,
Yaitu:
1) Evaluasi Formatif, evaluasi ini dilaksanakan di setiap tahap dalam siklus
proyek/program. Tujuannya memberi tanda perlu tidaknya dilakukan tindakan
koreksi. Banyaknya atau frekuensi evaluasi tentunya sangat bergantung pada
kondisi yang dihadapi, tidak ada pedoman khusus. Yang pokok, dari kegiatan
ini bisa diperoleh informasi perlu tidaknya melakukan tindakan perbaikan.
2) Evaluasi ini dilakukan setelah program selesai. Ini sangat penting khususnya
sebagai masukan untuk pengelolaan program yang serupa di masa yang akan
datang. Kalau pun programnya tidak mirip orang-orang yang terlibat bisa
mendapatkan informasi mengenai bagian-bagian, kapan dari program yang
sering harus mendapatkan perhatian khusus
(Santosa, 2009; 151-152).

Program PUAP
Adapun tujuan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi
wilayah,
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, dan
penyuluh pendamping,
3. Memberdayakan kelembagaan

petani dan ekonomi perdesaan untuk

pengembangan kegiatan usaha agribisnis,

Universitas Sumatera Utara

4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra
lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan
(Anonimous b, 2010).
Adapun Indikator keberhasilan

output (hasil)


PUAP (Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan), yaitu: (1) Tersalurkannya dana Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin
anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian dan
(2) Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya
manusia pengelola Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani
(PMT) (Suprapto, 2010; 3).
Sedangkan indikator keberhasilan yang menjadi akibat ( outcome) PUAP
antara lain:
1. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola
bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap,
buruh tani maupun rumah tangga tani,
2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani, dan rumah tangga tani yang
mendapatkan bantuan modal usaha,
3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di
perdesaan,
4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik atau penggarap), buruh tani, dan
rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah
(Anonimous c, 2010).

Indikator manfaat atau benefit dan impact (pengaruh) PUAP antara lain:
berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi

Universitas Sumatera Utara

Desa PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), berfungsinya
Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan
dikelola oleh petani, dan berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di
perdesaan (Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 4).
Proses penetapan Desa PUAP berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No.16/Permentan/OT.140/2/2008 (Pedoman PUAP tahun 2008), ada 2 tahapa n
yang harus dilewati yaitu: tahapan penetapan kuota desa dan tahapan seleksi Desa
PUAP.
(1) Tahapan Penetapan Kuota Desa
Penentuan kuota desa dilaksanakan di Pusat oleh Kelompok Kerja (Pokja)
Identifikasi

PUAP.

Penetapan


kuota

desa

dilakukan

dengan

mempertimbangkan: data lokasi PNPM-Mandiri; data Potensi Desa (Podes);
data desa miskin dari BPS; data desa tertinggal dari Kementerian PDT; data
desa lokasi program lanjutan Departemen Pertanian antara lain : P4K, Prima
Tani, P4MI, Pidra, LKM-A serta desa rawan pangan. Kuota desa yang
menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha PUAP juga memperhatikan
dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Berdasarkan kuota desa pada
setiap kabupaten/kota, tim PUAP pusat menyusun daftar calon desa PUAP.
(2) Tahapan Seleksi Desa PUAP
Daftar calon desa PUAP dikirim oleh tim PUAP pusat ke gubernur dan
bupati/walikota. Berdasarkan daftar tersebut diatas, pemerintah kabupaten/Kota
mengusulkan calon desa PUAP kepada Departemen Pertanian melalui gubernur.

Tim PUAP pusat melakukan verifikasi atas usulan desa PUAP yang diajukan oleh
gubernur, bupati/walikota dan aspirasi masyarakat. Hasil verifikasi desa PUAP

Universitas Sumatera Utara

oleh tim PUAP pusat, selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai
“Desa PUAP” ((Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 7).
Menurut Pedoman PUAP tahun 2008 (Peraturan Menteri Pertanian
No.16/Permentan/OT.140/2/2008), Proses penetapan Gapoktan PUAP, adalah
sebagai berikut:
1. Tim teknis PUAP kabupaten/kota mengidentifikasi Gapoktan calon penerima
BLM-PUAP dari lokasi Desa PUAP yang telah ditetapkan oleh Menteri
Pertanian.
2. Gapoktan yang ada di Desa PUAP mengisi formulir 1 sebagai data dasar untuk
diajukan oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM-PUAP.
3. Bupati/walikota mengusulkan Gapoktan penerima BLM-PUAP kepada Tim
PUAP pusat melalui gubernur.
4. Tim PUAP pusat melakukan verifikasi terhadap Gapoktan yang diusulkan oleh
bupati/walikota
5. Hasil Verifikasi Tim PUAP Pusat terhadap Gapoktan, selanjutnya ditetapkan

oleh Menteri Pertanian sebagai Gapoktan Penerima BLM-PUAP.
(Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 8)

Landasan Teori
Konsep mengenai kemiskinan bukanlah hal yang mudah dipahami, sebab
kemiskinan sebagai gejala ekonomi berbeda dengan kemiskinan sebagai gejala
sosial-budaya. Hendra Esmara (1986 : 287) menyebutkan bahwa kemiskinan
dilihat dari aspek sosial-budaya lebih banyak melihat dalam diri penduduk miskin
itu sendiri seperti nampak pada cara hidup dan tingkah laku. Kemudian

Universitas Sumatera Utara

kemiskinan dilihat dari aspek ekonomi lebih menitikberatkan pada lingkungan
penduduk miskin yang nampak pada rendahnya pendapatan, gizi buruk, angka
kematian bayi dan morbiditas yang tinggi serta rendahnya pendidikan,
(Tukiran,1993; 145).
Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang
memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di
lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek
material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial. Aspek aspek tersebut bisa jadi
dikembangkan menjadi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, keamanan dan
lingkungan. Tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu
mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan
mengorganisir

diri

masyarakat.

Kemampuan

masyarakat

yang

dapat

dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha,
kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan,
kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat (Sayogyo, 1996; 67).
Partisipasi masyarakat didorong melalui proyek pembangunan bagi
masyarakat desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.
Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, peningkatan peranan masyarakat dalam
pembangunan. Jadi masih dibutuhkan wadah untuk berpartisipasi di tingkat
kelompok. Melalui wadah partisipasi tersebut anggota kelompok akan saling
belajar melalui pendekatan learning by doing yang berarti belajar dengan
melakukannya, menuju pada tujuan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Yang terjadi adalah adanya perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap
yang merupakan potensi untuk pembangunan (Ban dan Hawkins, 1999; 60).

Gapoktan merupakan kelembagaan ekonomi di perdesaan yang didalamnya
bergabung kelompok-kelompok tani. Gapoktan sebagai aset kelembagaan dari
Kementerian Pertanian diharapkan dapat dibina dan dikawal selamanya oleh
seluruh

komponen

masyarakat

pertanian

mulai

dari

pusat,

provinsi,

kabupaten/kota sampai kecamatan untuk dapat melayani seluruh kebutuhan petani
di perdesaan. Sebagai organisasi ekonomi milik petani di perdesaan, diharapkan
Gapoktan dapat melayani kebutuhan petani tentang pembiayaan. Peraturan
Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 273 / Kpts/OT.160 /4/ 2007, telah
memberikan arahan bahwa Gapoktan dapat melakukan fungsi-fungsi ekonomi
antara lain: unit usaha pengolahan, unit usaha saprodi, unit usaha pemasaran, unit
usaha keuangan mikro sesuai dengan kebutuhan dan harus disepakati oleh seluruh
anggota Gapoktan (Suprapto, 2010; 1).

Membicarakan modal dalam usaha pertanian tidak akan terlepas dari
pembicaraan kredit. Karena kredit merupakan suatu alat atau cara untuk
menciptakan modal. Diakui dan terjadi di lapangan bahwa ada petani yang dapat
memenuhi semua keperluan modalnya dari kekayaan yang dimilikinya. Bahkan
sebagian petani yang kaya malahan bisa membantu atau meminjamkan modal
kepada petani lainnya yang memerlukan. Tetapi secara ekonomis dapat dikatakan
bahwa modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri atau pinjaman dari pihak
lainnya. Modal berupa pinjaman dari pihak lain ini lazim disebut sebagai utang
atau kredit (Daniel, 2002; 77).

Universitas Sumatera Utara

Modal merupakan salah satu faktor produksi pertanian. Pemilik modal
menerima bunga modal yang biasanya diukur dalam persen dari modal pokok
untuk satu kesatuan waktu tertentu misalnya per bulan, per triwulan, atau per
tahun. Pemilik modal tidak perlu orang lain daripada petani sendiri. Hanya apabila
modal dipinjam dari pihak lain dengan janji pengembalian dengan bunga tertentu
maka terdapatlah kredit. Dengan demikian modal dapat dibagi dua yaitu modal
sendiri (equity capital) dan modal pinjaman (credit) (Mubyarto, 1989; 93).
Dalam penyelenggaraan program PUAP, Departemen Pertanian telah
mengalokasikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari APBN sebagai
dana stimulan sebesar Rp 100.000.000 untuk Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) kepada setiap desa PUAP. Dana tersebut digunakan untuk
membiayai kegiatan produktif budidaya (on farm) seperti tanaman pangan,
hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta kegiatan off farm (non budidaya)
yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian,
pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian.
Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan sasaran kelembagaan tani
pelaksana PUAP sebagai penyalur modal usaha agribisnis bagi petani.
Sedangkan kriteria Gapoktan penerima dana BLM-PUAP, adalah: (1)
Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis, (2) Mempunyai struktur
kepengurusan yang aktif, (3) Dimiliki dan dikelola oleh petani, (4) Dikukuhkan
oleh Bupati/Walikota. Program PUAP dilaksanakan

melalui pendekatan dan

strategi sebagai berikut: (1) Memberikan bantuan stimulus modal usaha kepada
petani untuk membiayai usaha ekonomi produktif dengan membuat usulan dalam
bentuk RUA (Rencana Usaha Anggota), RUK (Rencana Usaha Kelompok), RUB

Universitas Sumatera Utara

(Rencana Usaha Bersama) dan menggunakan dana PUAP sesuai dengan usulan
(tahun ke-I); (2) Petani penerima manfaat program PUAP tersebut harus
mengembalikan dana stimulasi modal usaha kepada Gapoktan sehingga dapat
digulirkan lebih lanjut oleh Gapoktan melalui kaidah-kaidah usaha simpan-pinjam
(tahun ke-II); (3) Dana stimulasi modal usaha yang sudah digulirkan melalui pola
simpan–pinjam selanjutnya melalui keputusan seluruh anggota Gapoktan
diharapkan dapat ditumbuhkan menjadi LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro
Agribisnis), dan pada akhirnya difasilitasi menjadi jejaring pembiayaan ( linkages)
dari lembaga keuangan lain (Peraturan Menteri Pertanian, 2010; 15).
Pemantauan program, diartikan sebagai proses pengumpulan informasi
(data, fakta) dan pengambilan keputusan-keputusan yang terjadi selama proses
pelaksanaan program, dengan maksud untuk menghindari terjadinya keadaankeadaan kritis yang akan mengganggu pelaksanaan program, sehingga program
tersebut tetap dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan demi tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan (Mardikanto, 1993; 326).
Evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau keberhasilan
dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapan-tahapan
sebagai berikut: merumuskan tujuan; mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk
mengukur keberhasilan dan menjelaskan tingkat keberhasilan. Dengan demikian
ciri utama dari evaluasi adalah proses menentukan nilai terhadap suatu tujuan dan
kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam meraih tujuan dengan nilai
tertentu (Sinar Tani, 2001; 358).
Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006; 148), penggolongan kualitas
kredit (pinjaman)

berdasarkan kegiatan pembayaran pokok

dan

bunga

Universitas Sumatera Utara

digolongkan menjadi 5 kelas, yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang
lancar, diragukan, dan macet.
1. Lancar, yaitu: kondisi pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik
dan tidak ada tunggakan serta sesuai persyaratan kredit (30 hari).
2. Dalam perhatian khusus, yaitu tunggakan pokok/bunga sampai 90 hari dan
jarang mengalami cerukan.
3. Kurang lancar, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga di atas 90 hari sampai
120 hari dan cerukan berulang kali khususnya untuk menutup rugi operasional
dan arus kas.
4. Diragukan, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga di atas 120 hari sampai 180
hari dan cerukan permanen khususnya untuk menutupi rugi dan kekurangan
arus kas.
5. Macet, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga lebih dari 180 hari.
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada objek tersebut
(Azwar, 1995; 5).
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan
seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu
dalam lingkungannya (Ban dan Hawkins, 1999; 106).
Jika individu bersikap positif terhadap objek tertentu, maka ia akan
cenderung membantu atau memuji, atau mendukung objek tersebut; jika ia
bersikap negatif, maka ia akan cenderung untuk mengganggu atau menghukum
atau merusak objek tersebut (Krech dkk, 1996; 9).

Universitas Sumatera Utara

Sistem kerja kelompok memungkinkan pertemuan antar anggota semakin
sering terjadi. Kegiatan ini membuka kesempatan berdiskusi, tukar-menukar
informasi dan pengalaman antar anggota semakin aktif, sehingga pengetahuan
anggota kelompok semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya, kendalakendala yang muncul pada kelompok dengan cepat ditemukan dan dipecahkan
secara bersama-sama. Di sisi lain rasa kebersamaan di antara anggota kelompok
semakin erat. Kerja kelompok juga mempermudah PPL (Penyuluh Pertanian
Lapangan) untuk mendatangi mereka untuk memberikan pengarahan-pengarahan
atau penyuluhan di lahan kerja mereka, cukup dengan melihat jadwal kerja
kelompok tersebut (Mubyarto, 2000; 25).
Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha transformasi pola pertanian
tradisional tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani
dalam meningkatkan produktivitasnya saja; akan tetapi yang lebih penting lagi
semua itu tergantung pada kondisi-kondisi sosial, kondisi komersial dan kondisi
kelembagaan yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi oleh
petani (Todaro, 1998; 386).
Kegiatan analisis kinerja merupakan kegiatan menginterpretasikan atau
pemahaman serta penggunaan data dan informasi yang berhasil dukumpulkan
guna membuat kesimpulan dan temuan evaluasi kinerja, namun untuk melakukan
hal tersebut digunakan alat-alat analisis ataupun intsrumen-instrumen yang
bervariasi baik metode maupun prosedurnya, antara lain penggunaan teknik
analisis kuantitatif untuk membandingkan antara biaya-biaya yang dikeluarkan
dengan manfaat yang dihasilkan sehingga penggunaan bisa menentukan metode

Universitas Sumatera Utara

kualitatif

yang

bersifat

subyektif

maupun

metode

eksperimental

(Moeheriono, 2009; 96-97)
Kerangka Pemikiran
Pada

umumnya

masalah

kemiskinan

berhubungan

erat

dengan

permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling mendasar bagi sebagian
besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para
petani. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, pemerintah
mengeluarkan kebijakan baru yaitu: program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP). Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat
kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu
penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan petani.
Pemerintah melalui Departemen Pertanian memberikan bantuan dana
PUAP sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) kepada Gapoktan yang ada di
Desa PUAP. Pelaksanaan program PUAP harus berpatokan pada Pedoman Umum
PUAP tahun 2008. Gapoktan penerima dana BLM-PUAP harus berada pada
lokasi desa PUAP dan memenuhi kriteria,

antara lain: memiliki SDM yang

mampu mengelola usaha agribisnis, mempunyai struktur kepengurusan yang aktif,
dimiliki dan dikelola oleh petani, dikukuhkan oleh bupati/walikota. Dana BLMPUAP disalurkan kepada petani melalui Gapoktan. Gapoktan (per desa) yang
merupakan kelembagaan ekonomi di perdesaan yang di dalamnya bergabung
kelompok-kelompok tani.
Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga tani pelaksana
PUAP yang bertanggung jawab dalam mengelola dan menyalurkan modal usaha

Universitas Sumatera Utara

agribisnis bagi petani. Penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani dilaksanakan
dengan sistem pinjaman, artinya dana BLM-PUAP harus dikembalikan kepada
Gapoktan untuk digulirkan kembali kepada petani lain. Kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan Program PUAP di daerah penelitian sangat dipengaruhi
oleh tingkat pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP dari petani kepada
Gapoktan. Tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dikelompokkan dalam
5 kategori yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan
macet.
Penerimaan bantuan dana BLM-PUAP dalam bentuk pinjaman tersebut
memunculkan sikap, tingkah laku yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari
dalam diri petani maupun kelompok dimana petani itu bernaung. Sikap petani
terhadap program PUAP merupakan bentuk reaksi ataupun respon terhadap
adanya stimulus, yakni memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan informasi dengan
menggunakan standar dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan
menyusun

pertimbangan.

Kegiatan

evaluasi

PUAP

bermanfaat

untuk

mengidentifikasi berbagai kelemahan dan permasalahan yang terjadi dalam
pelaksanaan PUAP baik peyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP serta
memberikan saran-saran perbaikan sebagai pertimbangan untuk pengambilan
kebijakan PUAP pada masa yang akan datang. Program PUAP (Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian yang telah berjalan sejak tahun
2008, perlu dilakukan evaluasi untuk

mengetahui tingkat keberhasilan

pelaksanaan program PUAP yang telah dicapai, dan dampaknya terhadap sosial
ekonomi (komunikasi antar petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani.

Universitas Sumatera Utara

Maka secara sederhana kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut:
Pemerintah

Desa PUAP
Gapoktan

Program PUAP

Kriteria
Gapoktan
Penerima BLM-PUAP:
1. Memiliki SDM
2. Mempunyai
struktur
kepengurusan yang aktif
3. Dimiliki dan dikelola
oleh petani
4. Dikukuhkan
oleh
bupati/walikota

Gapoktan/Poktan
Tingkat Penggolongan
Pengembalian Pinjaman
Dana BLM-PUAP
1. Lancar
2. Dalam perhatian khusus
3. Kurang lancar
4. Diragukan
5. Macet

Pinjaman

Petani

Evaluasi

Sikap Petani
Terhadap Program
PUAP

Positif

Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Petani:
1. Komunikasi antar petani
2. Kemudahan dalam memperoleh
pinjaman dana BLM-PUAP

Negatif

Keterangan:
= Menyatakan Pengaruh
= Menyatakan Hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara