Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)( Studi kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang )

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP)

(Studi Kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

DAVID PAKPAHAN

070309031

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP)

(Studi Kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

DAVID PAKPAHAN

070309031

PKP

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si) (Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) NIP:19630822 198803 2 003 NIP:19541111 198103 1 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

DAVID PAKPAHAN (070309031) dengan judul skripsi “Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)”. Studi kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang, yang dibimbing oleh ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si dan bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si.

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan kesenjangan antar wilayah. Permasalahan mendasar yang dihadapi oleh petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah. Melalui program PUAP yang merupakan program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, diperlukan partisipasi yang merupakan peran serta atau keikutsertaan seseorang dalam kegiatan atau program bersama orang lain untuk mencapai tujuannya.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penentuan sampel dilakukan secara cluster sampling dan jumlah sampel ditentukan secara proporsional dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman.

Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Tingkat partisipasi petani melalui program PUAP di daerah penelitian adalah tinggi.

2. Ada hubungan frekuensi mengikuti penyuluhan petani penerima PUAP dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian, dimana korelasi Rank Spearmannya sebesar 0,687.

3. Masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP adalah tingkat pendidikan yang masih rendah, petani masih sulit merubah kebiasaan, kekurangan modal atau akses permodalan yang terbatas, kurangnya sumber informasi, petani penerima PUAP tidak memahami tujuan dari suatu kelompok.

4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP adalah ikut serta dalam kegiatan penyuluhan, melakukan konsultasi kepada penyuluh, bergabung dalam Lembaga Keuangan Mikro (LKM), menghadirkan ketua Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), serta melakukan pendekatan terhadap kelompok petani penerima PUAP.

Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, Karakteristik Sosial Ekonomi, Program PUAP.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balige pada tanggal 30 Juli 1988 dari ayah R. R. Pakpahan dan ibu M. br. Manalu. Penulis merupakan anak ketujuh dari

delapan bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 173523 Balige, masuk tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Balige, masuk tahun 2001 dan lulus pada tahun 2004.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Soposurung Balige, masuk pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007.

4. Tahun 2007 masuk di Program Studi Agribisnis jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian FP USU, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama perkuliahan, Penulis aktif dalam organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian), POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia), dan IMK (Ikatan Mahasiswa Katolik). Pada tanggal 26-28 Februari 2009, Penulis menjadi panitia pelaksana POPMASEPI yang diadakan di Gedung Serbaguna Laboratorium Pariwisata USU dan panita MUKERWIL (Musyawarah Kerja Wilayah) VII yang diadakan di Aula Asrama Haji Medan, serta Penulis aktif mengikuti beberapa seminar nasional.

Pada bulan Januari 2011, Penulis melaksanakan penelitian di desa Pertampilen kecamatan Pancur Batu kabupaten Deli Serdang. Pada tanggal 27 Juni 2011 sampai dengan 27 Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Gambus Laut kecamatan Lima Puluh kabupaten Batubara.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Partisipasi Masyarakat Melalui Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) ”. Studi kasus: Desa

Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada Penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian / supervisi, sampai ujian akhir.

2. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada Penulis dari mulai menetapkan judul, sampai ujian akhir.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.Si selaku ketua Program Studi Agribisnis FP USU 4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program Studi

Agribisnis FP USU.

5. Kepada para dosen, staff pegawai Program Studi Agribisnis FP USU. 6. Bapak Samiranta Ketaren selaku kepala desa, desa Pertampilen.

7. Ibu Magdalena Situmorang, SP selaku Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di desa Pertampilen.

8. Ibu Erni boru Karo selaku bendahara PUAP di desa Pertampilen. 9. Para petani penerima PUAP di desa Pertampilen.

10.Seluruh instansi terkait dalam penelitian, yang telah membantu Penulis dalam memperoleh data selama penulisan skripsi ini.

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati serta hormat, Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua ayah R. Pakpahan dan ibu


(6)

M. Br. Manalu, atas kasih sayang, nasihat, motivasi serta dukungan moril dan materi yang diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada saudara-saudaraku kak Rumondang Pakpahan, bang Monang Lamhot Pakpahan, kak Erni Johan Pakpahan, kak Meliwati Pakpahan, kak Rumiris Pakpahan, bang Saut Tua Juli Pakpahan, serta adek Nasib Ganda Pakpahan yang telah memberi semangat, motivasi, doa dan harapan serta bantuannya selama ini.

Serta kepada rekan seperjuangan stambuk 2007 FP USU, terlebih anak Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) yang tetap semangat dan berani menjadi pemenang (Dare to be the Winner). Pada kesempatan ini Penulis ucapkan terima kasih, khusus kepada Ahmad Nurdin dan Marselia A. Hasibuan yang membantu penulis dalam memperoleh data ke lapangan, juga kepada bang Johanes Pandiangan`05, kak Mika Munthe`06, kak Dessy Sitompul`06, bang William Herman`06 juga kepada stambuk 2006 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Juga buat Melpa, Royanti, dan Dahlan sebagai teman seperjuangan yang selalu memberi motivasi, semangat dan bantuannya selama perkuliahan hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi tercapainya karya terbaru kedepannya.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak dan memaafkan dari hati yang tulus lebih berharga daripada sekotak emas. Semoga skripsi ini bermanfaat. Terima Kasih.

Medan, Agustus 2011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 7

Hipotesis Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

Pengembangan dan Partisipasi ... 8

Tujuan PUAP ... 12

Sasaran PUAP ... 13

Indikator Keberhasilan PUAP ... 13

Pola Dasar PUAP... 14

Strategi Dasar dan Operasional PUAP ... 15

Prosedur Penyaluran BLM PUAP ... 15

Landasan Teori ... 17

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP ... 20

1. Umur ... 20

2. Pendidikan ... 20

3. Lama Berusahatani ... 21

4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan ... 21

5. Jumlah Tanggungan ... 22

6. Luas Lahan ... 22

7. Produksi... 23

8. Produktivitas ... 23

Kerangka Pemikiran ... 25

METODE PENELITIAN ... 28

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28

Metode Penentuan Sampel ... 29

Metode Pengumpulan Data ... 30


(8)

Defenisi dan Batasan Operasional ... 34

Definisi ... 34

Batasan Operasional ... 37

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 38

Luas dan Letak Geografis ... 38

Keadaan Penduduk ... 38

a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga .... 38

b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

c. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur... 40

d. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

e. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama ... 42

f. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 42

g.Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 43

Sarana dan Prasarana ... 44

Karakteristik Sampel... 46

1. Umur ... 46

2. Pendidikan ... 46

3. Lama Berusahatani ... 47

4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan ... 47

5. Jumlah Tanggungan ... 47

6. Luas Lahan ... 48

7. Produksi... 48

8. Produktivitas ... 48

HASIL DAN PEMBAHASAN... 49

Tingkat Partisipasi Masyarakat Melalui Program PUAP ... 52

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP (Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Frekuensi Mengikuti Penyuluhan, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan, Produksi Dan Produktivitas) Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 58

1.Hubungan Umur Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 58

2.Hubungan Pendidikan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 60

3.Hubungan Lama Berusahatani Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 61

4.Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP... 62

5.Hubungan Jumlah Tanggungan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 64

6.Hubungan Luas Lahan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 65

7.Hubungan Produksi Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 66

8.Hubungan Produktivitas Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 68


(9)

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Menanggulangi Masalah Yang

Dihadapi Petani Penerima PUAP ... 70

KESIMPULAN DAN SARAN... 76

Kesimpulan ... 76

Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

1. Desa Penerima BLM PUAP Di Kecamatan Pancur Batu, 2008 ... 28 2. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 30 3. Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 31 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga Di Desa

Pertampilen, 2010 ... 38 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa

Pertampilen, 2010 ... 39 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa

Pertampilen, 2010 ... 40 7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa

Pertampilen, 2010 ... 41 8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama Di Desa

Pertampilen, 2010 ... 42 9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa

Pertampilen, 2010 ... 43 10.Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Di Desa Pertampilen,

2010 ... 44 11.Sarana dan Prasarana Di Desa Pertampilen, 2010 ... 45 12.Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen ... 46 13.Besar Dana BLM PUAP Yang Dipinjam Petani Penerima PUAP Di Desa

Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 53 14.Jumlah Sampel (%) Memilih Pernyataan A Dengan Skor 3, B Dengan Skor 2

Dan C Dengan Skor 3 Pada Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen ... 54 15.Tingkat Partisipasi Petani Melalui Program PUAP Di Desa Pertampilen ... 57 16.Hubungan Umur Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya

Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 59 17.Hubungan Pendidikan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 60 18.Hubungan Lama Berusahatani Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat


(11)

19.Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 63 20.Hubungan Jumlah Tanggungan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat

Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 64 21.Hubungan Luas Lahan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat

Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 65 22.Hubungan Produksi Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya

Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 67 23.Hubungan Produktivitas Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

1. Skema Kerangka Berpikir Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) ... 25 2. Peta Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 101 3. Kantor Kepala Desa, Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten

Deli Serdang ... 101 4. Dari Kiri: S.B Sinuraya (Ketua Balai Penyuluhan Pertanian / BPP Kecamatan

Pancur Batu), David Pakpahan (Peneliti), Magdalena Situmorang, SP (Penyuluh Pertanian Lapangan / Penyuluh Pendamping PUAP Desa Pertampilen); Ketika Melakukan Kegiatan Penyuluhan Membahas Dana PUAP Dengan Para Petani Penerima PUAP Yang Diadakan Di Kantor Kepala Desa Kamis, 10 Maret 2011; Dengan Para Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 102 5. Kegiatan Penyuluhan Dan Musyawarah Perguliran Dana PUAP. Yang

Dipimpin Oleh Bapak S.B Sinuraya (Ketua BPP Kecamatan Pancur Batu) dan Ibu Magdalena Situmorang, SP (Penyuluh Pertanian Lapangan Di Desa Pertampilen); Dengan Para Petani Penerima PUAP, Pada Hari Kamis, 10 Maret 2011 Di Kantor Kepala Desa, Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 102 6. Komoditi Kakao, Salah Satu Jenis Tanaman Perkebunan Yang

Dikembangkan Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 103 7. Petani Penerima PUAP Dengan Komoditi Jagung, Salah Satu Jenis Tanaman

Pangan Yang Dikembangkan Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 103


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal.

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 81

2. Range Dan Rata-Rata Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP Dengan Skor Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen ... 82

3. Skor Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP... 83

4. Hubungan Umur Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 84

5. Hubungan Pendidikan Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 86

6. Hubungan Lama Berusahatani Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 88

7. Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 90

8. Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 92

9. Hubungan Luas Lahan Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 94

10.Hubungan Produksi Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 96

11.Hubungan Produktivitas Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 98

12.Besar Dana PUAP Yang Diterima Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 100


(14)

ABSTRAK

DAVID PAKPAHAN (070309031) dengan judul skripsi “Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)”. Studi kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang, yang dibimbing oleh ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si dan bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si.

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan kesenjangan antar wilayah. Permasalahan mendasar yang dihadapi oleh petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah. Melalui program PUAP yang merupakan program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, diperlukan partisipasi yang merupakan peran serta atau keikutsertaan seseorang dalam kegiatan atau program bersama orang lain untuk mencapai tujuannya.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penentuan sampel dilakukan secara cluster sampling dan jumlah sampel ditentukan secara proporsional dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman.

Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Tingkat partisipasi petani melalui program PUAP di daerah penelitian adalah tinggi.

2. Ada hubungan frekuensi mengikuti penyuluhan petani penerima PUAP dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian, dimana korelasi Rank Spearmannya sebesar 0,687.

3. Masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP adalah tingkat pendidikan yang masih rendah, petani masih sulit merubah kebiasaan, kekurangan modal atau akses permodalan yang terbatas, kurangnya sumber informasi, petani penerima PUAP tidak memahami tujuan dari suatu kelompok.

4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP adalah ikut serta dalam kegiatan penyuluhan, melakukan konsultasi kepada penyuluh, bergabung dalam Lembaga Keuangan Mikro (LKM), menghadirkan ketua Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), serta melakukan pendekatan terhadap kelompok petani penerima PUAP.

Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, Karakteristik Sosial Ekonomi, Program PUAP.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan kesenjangan antar wilayah. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas dan pendayagunaan disemua bagian aspek yang terkait (Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, 2008).

Kemiskinan sebagai gejala ekonomi sering dikaitkan dengan ethos kerja yang rendah, malas dan sifat boros. Kemiskinan di perdesaan berpeluang besar bagi penduduk yang sedikit memiliki faktor produksi, misalnya lahan yang sempit dan modal rendah atau bahkan tidak ada. Indikator kemiskinan diantaranya dipengaruhi oleh adat atau kebiasaan, tingkat pembangunan, iklim, lingkungan atau daerah, umur, jenis kelamin, suku, dan status sosial (Tarigan dan Lily, 2006).

Berdasarkan data BPS tahun 2009 jumlah penduduk miskin tercatat 32,53 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sekitar 20,65 juta jiwa berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian. Pada umumnya petani di perdesaan berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak


(16)

langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk itu penanggulangan kemiskinan merupakan bagian dari pelaksanaan rencana pembangunan jangka panjang dan kesepakatan global untuk mencapai tujuan pembangunan millenium. Kementerian pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(PNPM Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk menyalurkan bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Melalui pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani. Untuk mencapai tujuan PUAP yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan kementerian pertanian maupun

kementerian atau lembaga lain di bawah naungan program PUAP (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara memberikan kontribusi yang tinggi. Juga penyerapan tenaga kerja yang tinggi di bidang pertanian. Peran dan kontribusi tanaman pangan nampaknya mulai


(17)

menurun sejak tahun 1983-1986, namun demikian peranannya masih tetap yang paling besar dibandingkan dengan peran subsektor lain, misalnya subsektor perikanan, peternakan, kehutanan, perkebunan rakyat (Tarigan dan Lily, 2006).

Sektor pertanian dengan produksi berbagai komoditas bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional telah menunjukkan kontribusi yang cukup signifikan. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah, keragaman dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi kualitas hidup masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, sekitar 204 juta dan terus bertambah 1,6 persen per tahun, membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumberdaya yang besar untuk memenuhinya (Suryana, 2003).

Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi perdesaan, strategi pembangunan perdesaan haruslah berbasiskan pertanian. Agar kesempatan berusaha, kesempatan kerja, dan penciptaan nilai tambah di perdesaan dapat ditingkatkan. Basis pembangunan perdesaan diperluas pada kegiatan kegiatan yang mempunyai keterkaitan yang erat dengan pertanian. Strategi pembangunan perdesaan ini disebut dengan pendekatan sistem agribisnis. Tampaknya pendekataan ini merupakan salah satu alternatif yang mendapat banyak dukungan, baik dari para akademis maupun para praktisi (Mubyarto, 1984).

Sebagai sebuah tujuan, partisipasi menghasilkan yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya. Partisipasi adalah suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan manfaat (Mikkelsen, 1999).


(18)

Sesungguhnya peran pemerintah dalam pembangunan masyarakat sangat luas. Berhasil tidaknya pembangunan pada umumnya bergantung pada beberapa faktor seperti tenaga terlatih, biaya, informasi peralatan, partisipasi, dan kewenangan yang syah. Namun seperti di negara-negara yang sedang berkembang faktor pemerintahlah yang terpenting, karena pemerintah yang berperan menggali, menggerakkan, dan mengkomunikasikan faktor-faktor tersebut. Yang dimaksud peranan disini adalah aspek dinamis suatu lembaga, peranan mewakili tata institusional suatu lembaga (Ife dan Frank, 2008).

Partisipasi masyarakat didorong melalui proyek pembangunan bagi masyarakat desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat, peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan. Jadi masih dibutuhkan wadah untuk berpartisipasi di tingkat kelompok. Melalui wadah partisipasi tersebut anggota kelompok akan saling belajar melalui pendekatan learning by doing yang berarti belajar dengan melakukannya, menuju pada tujuan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik. Sehingga yang terjadi adalah adanya perubahan pengetahuan, keterampilan

maupun sikap yang merupakan potensi untuk pembangunan (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya. Partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua buah konsep yang saling berkaitan. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya pemberdayaan. Dengan proses pemberdayaan ini diharapkan partisipasi masyarakat akan meningkat.


(19)

Partisipasi yang lemah dapat disebabkan oleh kekurangan kapasitas dalam masyarakat tersebut, sehingga peningkatan kapasitas perlu dilakukan (Midgley, 1986).

Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Kementerian Pertanian. Kriteria desa calon lokasi PUAP adalah desa miskin yang terjangkau, mempunyai potensi pertanian, memiliki Gapoktan, belum memperoleh dana BLM PUAP (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Sesuai dengan kriteria desa calon lokasi PUAP tersebut, nama Gapoktan di desa Pertampilen adalah Gapoktan Maju Bersama. Yang terdiri dari empat kelompok tani yaitu dua kelompok tani tanaman pangan, satu kelompok tani tanaman perkebunan, dan satu kelompok tani peternakan.

Suatu program tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Program PUAP yang ditujukan pada masyarakat perdesaan di Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin, meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan melalui pengelolaan dana bergulir. Dengan demikian penulis melakukan penelitian di desa Pertampilen kecamatan Pancur Batu kabupaten Deli Serdang karena desa ini merupakan desa yang terjangkau, memiliki potensi pertanian untuk dikembangkan, serta penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang partisipasi masyarakat melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).


(20)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat melalui program PUAP di daerah penelitian, apakah ada hubungan karakteristik sosial ekonomi petani penerima PUAP (umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian, apa saja masalah yang dihadapi petani penerima PUAP di daerah penelitian, bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi petani penerima PUAP di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat melalui program PUAP di daerah penelitian, untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi petani penerima PUAP (umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian, untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani penerima PUAP di daerah penelitian, untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi petani penerima PUAP di daerah penelitian.


(21)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dan informasi bagi pengambil keputusan di instansi terkait dan pihak-pihak yang ingin mengembangkan partisipasinya dalam masyarakat, serta sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis penelitian adalah tingkat partisipasi masyarakat melalui program PUAP di daerah penelitian adalah tinggi, terdapat hubungan karakteristik sosial ekonomi petani penerima PUAP (umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan dan Partisipasi

Pengembangan adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat mereka lakukan dengan apa yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain. Pengembangan harus diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan serta kemampuan untuk merealisasikannya. Dalam pengembangan masyarakat (community development) pada taraf awal disebarkan benih benih keinginan untuk mengubah nasib mereka, meningkatkan kualitas hidup (Muchdie, 2001).

Pengembangan masyarakat (community development) merupakan wawasan dasar bersistem tentang asumsi perubahan sosial terancang yang tepat dalam kurun waktu tertentu (Mikkelsen, 1999).

Pengembangan masyarakat desa adalah suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan masyarakat desa atau penduduk perdesaan menguasai lingkungan sosial disertai meningkatnya taraf hidup mereka sebagai akibat dari penguasaan tersebut. Implikasi pentingnya pengembangan perdesaan yaitu adanya penekanan pada kemampuan menyeluruh dari penduduk perdesaan dalam mempengaruhi lingkungan mereka dan hal ini hanya dapat dicapai kalau pembangunan perdesaan merupakan proses pengembangan kemampuan mereka. Peningkatan pendapatan sebagai akibat peningkatan kemampuan menguasai lingkungan tidak terbatas pada kelompok kuat di perdesaan melainkan harus merata di antara penduduk (Hagul, 1992).


(23)

Tujuan pengembangan masyarakat adalah membangun kembali masyarakat sebagai tempat pengalaman penting manusia, memenuhi kebutuhan manusia dan membangun kembali struktur negara kesejahteraan, ekonomi global, profesionalisme, dan sebagainya. Sifat pengalaman manusia dan interaksinya sangat kompleks. Banyak program pengembangan masyarakat yang berupaya membangun basis masyarakat yang lebih kuat (Ife dan Frank, 2008).

Tujuan yang ingin dicapai haruslah menjanjikan perbaikan kesejahteraan atau sasarannya yaitu kepuasan masyarakat. Jika tidak, program semacam ini tidak mungkin dapat menggerakkan motivasi masyarakat untuk berpartisipasi didalamnya. Dengan demikian masyarakat harus tahu betul tentang manfaat apa yang dapat mereka rasakan setelah tujuan program tersebut tercapai. Seringkali untuk keperluan ini, tujuan dinyatakan secara sederhana, tetapi didramatisir sehingga mampu menggerakkan partisipasi masyarakat bagi tercapainya tujuan (Hasyim, 2010).

Penetapan tujuan yaitu untuk tujuan kegiatan penyuluhan berupa keadaan perilaku sasaran yang diharapkan yang akan mampu mengatasi masalah khusus sehingga kebutuhan terpenuhi. Tujuan program menyangkut perbaikan usahatani dan kesejahteraan keluarga tani, sedangkan tujuan kegiatan penyuluhan menyangkut tujuan perbaikan perilaku petani dalam hal penerapan teknologi pertanian yang diperlukan (Hasyim, 2010).

Partisipasi adalah peran serta atau keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan atau program, bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan. Partisipasi bukanlah sekedar soal hasil. Partisipasi adalah suatu proses dengan meliputi banyak tingkat dan dimensi perubahan yaitu perubahan dalam kapasitas


(24)

organisasi, komunitas dan individu, perubahan dalam sikap dan perilaku, dan perubahan dalam akses kepada sumberdaya (Ife dan Frank, 2008).

Mikkelsen membagi partisipasi dalam enam pengertian, yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan,

2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan,

3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri,

4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu,

5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial,

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 1999).

Partisipasi dibagi menjadi 2 macam yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif diwujudkan dalam keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan dalam bentuk yang diharapkan (tenaga, uang, materi, pikiran dll) dari masyarakat. Sedangkan partisipasi pasif adalah bentuk keikutsertaan seseorang hanya dengan melibatkan dirinya sendiri tanpa memberikan sesuatu baik tenaga, pikiran, materi, dan sebagainya (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).


(25)

Syarat-syarat partisipasi adalah:

1. Diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak.

2. Biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan sebagainya. 3. Subjek partisipasi harus relevan dengan organisasi partisipasi sesuatu yang

akan menarik perhatian partisipan atau akan dianggapnya sebagai pekerjaan yang sibuk.

4. Partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan untuk berpartisipasi secara efektif.

5. Partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk saling menukar gagasan.

6. Tidak seorangpun akan merasakan bahwa posisinya diancam dengan partisipasi. Partisipasi untuk memutuskan arah tindakan pada sebuah

organisasi hanya dapat menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok (Tannenbaum, dkk. 1992).

Indikator-indikator kuantitatif dari partisipasi mencakup: 1. Perubahan-perubahan positif dalam layanan layanan lokal, 2. Jumlah pertemuan dan jumlah peserta,

3. Proporsi berbagai bagian dari kehadiran masyarakat, 4. Jumlah orang yang dipengaruhi oleh isu yang diurus, 5. Jumlah pemimpin lokal yang memegang peranan,

6. Jumlah warga lokal yang memegang peranan dalam proyek, dan

7. Jumlah warga lokal dalam berbagai aspek proyek dan pada waktu yang berbeda-beda (Ife dan Frank, 2008).

Indikator-indikator kualitatif dari partisipasi mencakup:


(26)

2. Dukungan yang tumbuh dalam masyarakat dan jaringan yang bertambah kuat, 3. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hal seperti keuangan dan

manajemen proyek,

4. Keinginan masyarakat untuk terlibat dalam pembuatan keputusan,

5. Peningkatan kemampuan dari mereka yang berpartisipasi dalam mengubah keputusan menjadi aksi,

6. Meningkatnya jangkauan partisipasi melebihi proyek untuk mewakilinya dalam organisasi organisasi lain,

7. Pemimpin-pemimpin yang muncul dari masyarakat,

8. Meningkatnya jaringan-jaringan dengan proyek-proyek, masyarakat dan organisasi (Ife dan Frank, 2008).

Tujuan PUAP

PUAP bertujuan untuk:

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah,

2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani,

3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis,

4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan


(27)

Sasaran PUAP

Sasaran PUAP yaitu:

1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin yang terjangkau sesuai dengan potensi pertanian desa.

2. Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani.

3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani, dan

4. Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai skala usaha harian, mingguan, maupun musiman (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Indikator Keberhasilan PUAP

Indikator keberhasilan yang diberikan (output) PUAP antara lain:

1. Tersalurkannya dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian.

2. Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Indikator keberhasilan yang menjadi hasil/akibat (outcome) PUAP adalah:

1. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani,

2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani, dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha,


(28)

3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di perdesaan,

4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani, dan rumah tangga tani dalam berusahatani sesuai dengan potensi daerah

(Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Indikator manfaat (benefit) dan pengaruh/keadaan yang seharusnya (impact) PUAP antara lain:

1. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan),

2. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani,

3. Berkurangya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Pola Dasar PUAP

Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktif petani skala kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin. Komponen utama dari pola dasar pengembangan PUAP adalah keberadaan Gapoktan, keberadaan penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani, pelatihan bagi petani, pengurus Gapoktan, dan penyaluran BLM kepada petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).


(29)

Strategi Dasar dan Operasional PUAP

Strategi Dasar dan Operasional PUAP adalah:

1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP, rekrutmen dan pelatihan bagi PMT, pelatihan bagi pengurus Gapoktan, dan pendampingan bagi petani oleh penyuluh pendamping.

2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal dilaksanakan melalui identifikasi potensi desa, penentuan usaha agribisnis (budidaya dan hilir) unggulan, dan penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis unggulan.

3. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui penyaluran BLM PUAP kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan, fasilitasi pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan lainnya.

4. Pandampingan Gapoktan dilaksanakan melalui penempatan dan penugasan Penyuluh Pendamping di setiap Gapoktan, dan penempatan dan penugasan PMT di setiap kabupaten/kota (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Prosedur Penyaluran BLM PUAP

Prosedur penyaluran BLM PUAP yaitu sebagai berikut:

1. Kuasa pengguna anggaran pusat pembiayaan pertanian melakukan proses penyaluran dana BLM PUAP kepada Gapoktan sesuai dengan persyaratan dan kelengkapan dokumen yang ditetapkan,

2. Penyaluran BLM PUAP dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung ke rekening Gapoktan,


(30)

3. Surat perintah membayar diajukan ke kantor pelayanan perbendaharaan negara (KPPN) Jakarta dengan lampiran:

a.Ringkasan keputusan Menteri Pertanian tentang penetapan desa dan Gapoktan,

b.Rekapitulasi dokumen dari tim pembina PUAP provinsi,

c.Kwitansi yang sudah ditandatangani ketua Gapoktan dan diketahui atau disetujui oleh tim teknis kabupaten atau kota dengan materai Rp 6.000. (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan, penyaluran dan pemanfaatan dana BLM PUAP diperlukan monitoring dan evaluasi serta pelaporan secara sistematis, berjenjang, terukur, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Lingkup masing-masing tahapan adalah:

a. Monitoring dan Evaluasi, dilakukan oleh tim PUAP pusat, tim pembina provinsi dan tim teknis kabupaten atau kota. Aspek yang dimonitoring dan dievaluasi adalah Gapoktan, jenis usaha, kinerja penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani serta perkembangan penyaluran dan pemanfaatan dana PUAP pada Gapoktan. Monitoring dan evaluasi oleh tim teknis kabupaten atau kota dilakukan setiap sebulan sekali oleh tim pembina provinsi dan tim PUAP pusat dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Tujuannya yaitu untuk melihat sejauh mana meningkatnya kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani.

b. Pelaporan, dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan oleh penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, tim teknis kabupaten atau kota, tim teknis pembina provinsi dan tim PUAP pusat. Tujuannya adalah menilai


(31)

sejauh mana kemampuan dan peningkatan dari kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, serta melakukan evaluasi sejauh mana meningkatnya fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan. Melakukan evaluasi sejauh mana berkurangnya kemiskinan dan

pengangguran dengan telah tersalurkannya BLM PUAP (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Landasan Teori

Pembangunan berarti meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya. Ndraha (1987) yang menyatakan masalah masalah yang dihadapi dalam pembangunan masyarakat di dalam prakteknya antara lain terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan. Sampai sejauh ini, pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya dalam usahanya mendorong perubahan sosial. Memang terdapat perubahan, sebuah asumsi untuk masalah ini adalah semakin tinggi kepentingan seseorang atau kelompok terhadap sesuatu kegiatan, maka semakin tinggi pula partisipasinya dan sebaliknya.

Menurut Menteri Pertanian Republik Indonesia (2010), dalam sistem penganggaran terpadu berbasis kinerja, perlu dilakukan penilaian terhadap pencapaian outputs dan outcomes dari setiap program dari kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi untuk memberikan keyakinan bahwa sasaran dan tujuan dari suatu program dari kegiatan dapat tercapai sesuai dengan prinsip efisien, ekonomis, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(32)

Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses dan kegiatan masyarakat serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat dan individu. Partisipasi merupakan suatu bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Semakin banyak orang yang menjadi peserta aktif dan semakin lengkap partisipasinya, semakin ideal kepemilikan dan proses masyarakat akan diwujudkan (Ife dan Frank, 2008).

Tujuan utama pembangunan pertanian di banyak negara adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang akan semakin meningkat dengan harga yang bersaing di pasar dunia. Untuk mengubah struktur sosial ekonomi di daerah perdesaan mungkin merupakan cara terbaik bilamana kita sepakat bersama petani mengenai perilaku optimal mereka, petani tidak seharusnya bersikap demikian, tetapi dihadapkan pada kendala struktur ekonomi dan sosial. Partisipasi pihak-pihak yang terlibat dalam program pembangunan sering dipandang sebagai jalan untuk meraih sukses, khususnya untuk memecahkan permasalahan kaum miskin. Partisipasi sering dianggap mempermudah jalan untuk meraih kelompok sasaran yang lebih miskin dan kurang berpendidikan. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan umumnya rendah. Hal ini dikarenakan lembaga-lembaga masyarakat belum banyak yang secara nyata memberdayakan masyarakat (Van Den Ban dan Hawkins 1999).

Menurut Slamet (2003), pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi dan meraih hasil pembangunan.


(33)

Masyarakat dengan demikian harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah yang dihadapi.

Penyebab kemiskinan sangat banyak, antara penyebab dan akibat sering berbalik misalnya miskin disebabkan pendidikan rendah, juga pendidikan rendah disebabkan miskin. Menurut Tarigan dan Lily (2006), penyebab dan jenis-jenis kemiskinan belum ada yang baku atau standar. Secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Kemiskinan alami (natural) yaitu kemiskinan yang disebakan keadaan alam suatu daerah yang miskin.

2. Kemiskinan budaya (cultural) yaitu kemiskinan yang disebabkan kondisi sosial budaya penduduk di daerah itu mendukung kemiskinan.

3. Kemiskinan struktural (structural) yaitu kemiskinan yang disebabkan keadaan struktur pemerintahan, struktur pendistribusian fasilitas yang membuat daerah penduduknya menjadi miskin.

Sehingga partisipasi melalui pengikutsertaan petani dapat menjadi cara yang lebih efisien untuk mencapai tujuan suatu program penyuluhan. Petani dianjurkan berpartisipasi dalam keputusan keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan karena mereka memiliki informasi yang penting untuk merencanakan program termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta pengalaman

mereka dengan teknologi dan penyuluhan serta struktur sosial masyarakat mereka (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).


(34)

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP

Partisipasi masyarakat terhadap suatu program tentu dipengaruhi karena adanya beberapa karakteristik. Adapun karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhi partisipasi petani penerima PUAP antara lain:

1. Umur

Rata-rata umur petani di Indonesia cenderung tua dan sangat berpengaruh terhadap produktivitas sektor pertanian atau usahataninya. Petani berusia tua cenderung sangat konservatif (memelihara), menyikapi perubahan terhadap inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda.

Menurut Kesuma (2006), makin muda umur petani biasanya akan mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan.

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

2. Pendidikan

Tingkat tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan sikap yang menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih moderen. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan anjuran penyuluh. Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi


(35)

sehingga sikap mental untuk manambah pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang (Kesuma, 2006).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994).

3. Lama Berusahatani

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih muda menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih muda menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula dengan penerapan teknologi.

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal baik untuk waktu berikutnya (Hasyim, 2006).

4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Menurut Soekartawi (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk


(36)

mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atas situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut.

Semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani dan usahataninya (Hasyim, 2003).

5. Jumlah Tanggungan

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).

Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.

6. Luas Lahan

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan penerapan adopsi inovasi dari pada yang memiliki lahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi (Kesuma, 2006).

Menurut Soekartawi (1999), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha. Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka lahan semakin tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan


(37)

mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula.

7. Produksi

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum (Soekartawi, 2001).

Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input. Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya (Soekartawi, 2001).

8. Produktivitas

Produktivitas merupakan hasil per satuan luas lahan. Orang luar cenderung mengukur produktivitas usahatani menurut hasil total biomassa, hasil komponen komponen tertentu (gabah, jerami, dan kandungan protein), hasil ekonomis atau keuntungan. Produktivitas merupakan tujuan utama usahatani, juga bagi rumahtangga tani, tetapi mereka mungkin tidak menilainya hanya berdasarkan nilai pasar belaka (Reijntjes, dkk. 1999).

Menurut Soekartawi (1986) produktivitas petani umumnya masih rendah. Pada umumnya pengetahuan petani kecil itu terbatas, sehingga mengusahakan


(38)

kebunnya secara tradisional, kemampuan permodalannya juga terbatas dan bekerja dengan alat sederhana. Dengan demikian produktivitas dan produksinya rendah.

Tiga alasan partisipasi masyarakat itu bersifat sangat penting yaitu:

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakatnya tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal,

2. Partisipasi masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut,

3. Mendorong adanya partisipasi umum, di banyak negara timbul anggapan bahwa suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri ( Mikkelsen, 1999).

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), yang menyatakan bahwa partisipasi memungkinkan perubahan perubahan yang lebih besar dalam cara berfikir manusia. Perubahan dalam pemikiran dan tindakan akan sedikit lebih sedikit terjadi dan perubahan perubahan ini tidak akan bertahan lama jika mereka menuruti saran-saran yang diberikan.


(39)

Kerangka Pemikiran

Sejak tahun 2008, program PUAP telah dilaksanakan di perdesaan per Gapoktan sebagai pusat pertumbuhan usaha agribisnis. Dalam hal ini petani berperan dan berpartisipasi sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pelaksanaan program PUAP. Petani sebagai subjek adalah petani sebagai pelaku penerima dana PUAP, dalam hal ini petani berpartisipasi dalam program PUAP yakni dalam penggunaan BLM PUAP untuk usaha produktif pertaniannya, yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan.

Peran lain petani adalah sebagai jurutani dan pengelola. Petani sebagai jurutani yaitu memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil yang bermanfaat. Petani sebagai pengelola yaitu petani yang berperan untuk mengelola usahataninya, termasuk di dalamnya pengambilan keputusan ataupun penetapan pilihan atas usahatani yang mereka lakukan. Sedangkan petani sebagai objek yaitu petani merupakan sasaran program yang berpartisipasi dalam menerima dan menggunakan BLM PUAP serta bertanggungjawab dalam usahataninya.

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan manusianya. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dari lembaga pendidikan baik formal maupun informal. Pemberdayaan masyarakat harus dimulai sejak dini, dengan harapan dapat memberikan suatu harapan agar nantinya akan memiliki kualitas sumber daya manusia yang siap bersaing, dan dengan demikian mereka memperoleh pendapatan yang tinggi dan kesejahteraan tercapai.

Dalam penyaluran dana PUAP, diperlukan adanya partisipasi dari lingkungan setempat terutama masyarakat atau petani yang diberdayakan sesuai


(40)

dengan kegiatan program yang akan dilaksanakan. Karakteristik yang mempengaruhi petani dalam berpartisipasi adalah karakteristik sosial ekonomi yaitu meliputi umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas.

Partisipasi tersebut akan mendorong beberapa aspek yang perlu ditingkatkan yaitu tingkat partisipasi melalui program PUAP serta hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan pelaksanaan program PUAP. Dalam pelaksanaan program tersebut, terdapat masalah yang dihadapi sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut dan dapat ditentukan tingkat partisipasi petani penerima PUAP di daerah penelitian, apakah partisipasinya tinggi, sedang dan rendah. Dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut:


(41)

Keterangan:

= Menyatakan Hubungan = Menyatakan Pengaruh

Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Masalah

Partisipasi Masyarakat

Tingkat Partisipasi

Program PUAP

• Tanaman pangan

• Hortikultura

• Peternakan

• Perkebunan Karakteristik sosial ekonomi

petani penerima PUAP: 1. Umur

2. Pendidikan

3. Lama berusahatani 4. Frekuensi mengikuti

penyuluhan

5. Jumlah tanggungan 6. Luas lahan

7. Produksi 8. Produktivitas

Tinggi Sedang Rendah Upaya PETANI


(42)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Pertampilen kecamatan Pancur Batu kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja. Daerah ini diangkat menjadi daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder yang diperoleh, desa ini merupakan salah satu desa di kecamatan Pancur Batu yang memperoleh dana PUAP, lokasinya yang dekat (berjarak 2 km dari ibukota kecamatan), serta memiliki kriteria desa penerima PUAP yaitu desa miskin yang terjangkau, mempunyai potensi pertanian, memiliki Gapoktan dan belum memperoleh dana Bantuan Langsung Mandiri (BLM) PUAP.

Tabel 1. Desa Penerima BLM PUAP Di Kecamatan Pancur Batu, 2008

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2010 No. Desa Nama

Gapoktan

Jumlah KK

Jumlah KK Miskin

Jumlah Penduduk

Jarak Desa Ke Ibukota Kecamatan 1 Pertampilen Maju Bersama 319 150 1146 2 km 2 Tiang Layar Arih Ersada 379 122 1485 6 km 3 Bintang Meriah Simulih Karaben 355 170 1390 10,5 km 4 Namorih Bunga Ncole 335 119 1661 2 km 5 Durian Jangak Tani Mandiri 463 185 1871 2 km 6 Sembahe Baru Keriahen Baru 541 92 1802 4 km 7 Salam Tani Usaha Bersama 319 93 1282 5 km


(43)

Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik berbentuk benda, barang dan manusia secara langsung turut menentukan tingkat kredibilitas penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi, yang dapat menggantikan karakteristik bagian dari populasi sehingga mampu menggambarkan secara umum dari populasi tesebut. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah para petani penerima PUAP di desa Pertampilen kecamatan Pancur Batu kabupaten Deli Serdang. Dimana jumlah populasi di daerah penelitian terdapat 79 KK yang terdapat pada 4 kelompok tani yang tersebar di 3 dusun.

Dalam hal ini penulis menggunakan metode penentuan sampel yaitu cluster sampling dimana penarikan sampel yang dilakukan secara proporsional. Dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 KK. Menurut Nazir (2005) bahwa ukuran sampel yang diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif korelasional minimal 30 sampel.

Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu:

Spl Js N

n × =

Dimana:

Spl = Sampel

n = Jumlah anggota kelompok tani di setiap dusun N = Total populasi

Js = Jumlah sampel (30 orang)

Spl I Js N n

× = 1

Spl II Js N n

× = 2

Spl III Js N n × = 3 30 79 38 ×

= 30

79 34

×

= 30 79

7

× =


(44)

Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Dusun Populasi Anggota Kelompok Tani (KK) Sampel I

II II

38 34 7

14 13 3

Jumlah 79 30

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner serta pengamatan dan diskusi di lapangan. Data sekunder yaitu data diperoleh dari buku atau yang dijadikan sebagai referensi, literatur, lembaga atau instansi atau dinas terkait dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah, bagaimana tingkat partisipasi masyarakat melalui program PUAP di daerah penelitian, dianalisis secara deskriptif dengan menjumlahkan dan menskor data yang diperoleh.


(45)

Tabel 3. Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP

No. Parameter Pernyataan Skor 1 Sumbangan Pemikiran 1.Selalu memberi ide atau gagasan dan

tanggapan. 3

2.Kadang-kadang memberi ide atau gagasan dan tanggapan. 2 3.Tidak pernah memberi ide atau

gagasan dan tanggapan. 1 2 Sumbangan Tenaga 1.Selalu membantu. 3 2.Kadang-kadang membantu. 2 3.Tidak penah membantu. 1 3 Sumbangan Uang 1.Selalu memberi sumbangan. 3 2.Kadang-kadang memberi sumbangan. 2 3.Tidak pernah memberi sumbangan. 1 4 Tujuan Mengikuti

Kegiatan PUAP

1.Kebutuhan. 3

2.Mengisi waktu luang. 2 3.Ikut-ikutan. 1 5 Sumbangan Waktu 1.Selalu hadir dalam periode kegiatan 3 2.Hadir setengah dari kegiatan 2 3.Sekali-kali kalau ada waktu 1

Jumlah 15

Menurut Irianto (2004), mengukur range dari dua variabel digunakan rumus:

Range

kriteria Jumlah

terkecil Data

terbesar

Data

=

Range

3 5 15−

=

= 3,33 = 3


(46)

Jumlah skor tingkat partisipasi masyarakat melalui program PUAP adalah antara 5 - 15 dengan range 3, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut:

5 – 8 : Tingkat partisipasi rendah. 9 – 11 : Tingkat partisipasi sedang. 12 – 15 : Tingkat partisipasi tinggi.

Untuk identifikasi masalah, apakah ada hubungan karakteristik sosial ekonomi petani penerima PUAP (umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian, dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (r ) s

dengan bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17. Metode korelasi Rank Spearman atau korelasi rangking, digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel dimana dua variabel itu tidak mempunyai distribusi normal dan variansnya tidak sama atau terdapat perbedaan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Supriana dan Riantri, 2010).

Rumus korelasi Rank Spearman (r ) adalah s

)

1

(

6

1

2

2 1

=

=

n

n

d

r

i

n i

s

Dimana:

s

r = Koefisien korelasi Rank Spearman.

i

d = Perbedaan atau selisih faktor sosial ekonomi petani penerima PUAP dengan tingkat partisipasinya melalui program PUAP.


(47)

Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel diuji dengan menggunakan uji t dengan rumus:

2 1

2 s s h

r n r t

−− =

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

• H0 diterima apabila -tα/2; n-2 ≤ t ≤ tα/2; n-2 ; nilai signifikansi ≥

α

• H1 diterima apabila t > tα/2; n-2 atau t < tα/2; n-2 ; nilai signifikansi <

α

Maka hipotesis yang diajukan adalah:

• Jika thtα(α = 5%), berarti H0 diterima; Tidak ada hubungan karakteristik sosial ekonomi petani penerima PUAP dengan dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP.

• Jika th >tα(α = 5%), berarti H1 diterima; Ada hubungan karakteristik sosial ekonomi petani penerima PUAP dengan dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP.

(Supriana dan Lily, 2010).

Untuk identifikasi masalah, apa saja masalah yang dihadapi petani penerima PUAP di daerah penelitian, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengamati masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah, bagaimana upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi petani penerima PUAP di daerah penelitian, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengamati masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP yang berpartisipasi dalam program PUAP, sehingga dapat diketahui upaya penanggulangan atas masalah yang dihadapi.


(48)

Definisi dan Batasan Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran dalam penelitian ini, maka digunakan definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Partisipasi adalah peran serta atau keikutsertaan petani (petani penerima PUAP) dalam program PUAP untuk mencapai tujuan.

2. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuh kembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi desa sasaran. 3. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri dari 4

subsistem yaitu subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian, subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu, subsistem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas pertanian, dan subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan dan teknologi.

4. Desa miskin terjangkau adalah desa yang memiliki infrastruktur transportasi dan komunikasi yang memungkinkan untuk dilakukan pembinaan berkelanjutan.

5. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan sumber daya alam dan kearifan lokal khususnya pertanian.

6. Akses adalah kemampuan petani secara individu maupun kelompok dalam mendapatkan fasilitas permodalan serta pelayanan keuangan dari perbankan atau lembaga keuangan.


(49)

7. Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya.

8. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa kelompok tani untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha pertaniannya.

9. Penyuluh pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh bupati atau walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani, kelompok tani, dan Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP.

10.Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang keuangan mikro yang direkrut oleh kementerian pertanian untuk melakukan supervisi dan kepada penyuluh dan pengelola Gapoktan dalam PUAP.

11.Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP adalah dana bantuan sosial untuk petani/kelompok tani guna pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang disalurkan melalui Gapoktan dalam bentuk modal usaha.

12.Rencana Usaha Bersama (RUB) adalah rencana usaha untuk pengembangan usaha agribisnis yang disusun oleh Gapoktan berdasarkan kelayakan usaha dan potensi desa.

13.Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang didirikan, dimiliki dan dikelola oleh masyarakat/petani di perdesaan guna memecahkan masalah/kendala akses untuk mendapatkan pelayanan keuangan untuk membiayai usaha agribisnis.


(50)

15.Efisien adalah tepat waktu dan tepat biaya dalam program PUAP.

16.Karakteristik sosial ekonomi petani penerima PUAP meliputi umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas.

17.Umur (X1) adalah usia petani penerima PUAP yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat dilakukan kuesioner (tahun).

18.Pendidikan (X2) adalah lama pendidikan yang ditempuh petani penerima PUAP di bangku sekolah (tahun).

19.Lama berusahatani (X3) adalah lama petani penerima PUAP telah bekerja dan bermata pencaharian sebagai petani (tahun).

20.Frekuensi mengikuti penyuluhan (X4) adalah banyaknya atau rutinitas petani penerima PUAP dalam mengikuti penyuluhan (kali).

21.Jumlah tanggungan (X5) adalah semua orang yang berada dalam keluarga atau rumah tangga dan ditanggung oleh kepala keluarga (jiwa).

22.Luas lahan (X6) adalah keseluruhan lahan yang dimiliki petani penerima PUAP dalam usaha pertanian (ha), kategori yang diberikan:

•Luas lahan > 1 ha = Luas

•Luas lahan ≤ 1 ha = Sempit

23.Produksi (X7) adalah hasil panen yang diperoleh petani penrima PUAP dari usahataninya (ton).


(51)

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di desa Pertampilen kecamatan Pancur Batu kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel penelitian adalah masyarakat atau petani yang memperoleh dana Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM PUAP) di desa Pertampilen kecamatan Pancur Batu kabupaten Deli Serdang.


(52)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Luas dan Letak Geografis

Penelitian ini dilakukan di desa Pertampilen kecamatan Pancur Batu kabupaten Deli Serdang. Desa ini terdiri atas tiga dusun yaitu dusun I dengan nama Pertampilen, dusun II dengan nama Pancur Batu Kuta dan dusun III dengan nama Namo Puli. Dan desa ini disebut dengan nama desa Pertampilen. Desa ini memiliki luas 293,10 ha, dengan batas batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Timur berbatasan dengan :desa Durin Tonggal Sebelah Barat berbatasan dengan :desa Salam Tani

Sebelah Selatan berbatasan dengan :desa Namoriam dan desa Durin Sebelang Sebelah Utara berbatasan dengan :desa Namo Bintang, desa Namo Simpur

dan desa Hulu.

Keadaan Penduduk

a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jumlah kepala keluarga dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga Di Desa Pertampilen, 2010

Nama Wilayah Jumlah Penduduk (jiwa)

Jumlah KK

Persentase (%) Dusun I (Pertampilen)

Dusun II (Pancur Batu Kuta) Dusun III (Namo Puli)

445 186 515

120 60 139

37,62 18,81 43,57

Jumlah 1.146 319 100,00


(53)

Dari Tabel 4 dapat dilihat jumlah penduduk di desa Pertampilen adalah 1.146 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan jumlah kepala keluarga yang terdapat di dusun I (Pertampilen) yaitu 445 jiwa yang terdiri dari 120 kepala keluarga dengan persentase sebesar 37,62 %, di dusun II (Pancur Batu Kuta) yaitu 186 jiwa yang terdiri dari 60 kepala keluarga dengan persentase sebesar 18,81 %, sedangkan di dusun III (Namo Puli) yaitu 515 jiwa yang terdiri dari 139 kepala keluarga dengan persentase sebesar 43,57 %. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar berdasarkan jumlah kepala keluarga terdapat di dusun III (Namo Puli).

b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa Pertampilen dapat dilihat dalam Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Pertampilen, 2010

Nama Wilayah Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

Persentase (%) Laki-laki Perempuan

Dusun I (Pertampilen) Dusun II (Pancur Batu Kuta) Dusun III (Namo Puli)

202 79 248

243 107 267

445 186 515

38,83 16,23 44,94 Jumlah 529 617 1.146 100,00 Sumber : Kantor Kepala Desa Pertampilen, 2011.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di desa Pertampilen di dusun I, laki-laki 202 jiwa dan perempuan 243 jiwa dimana jumlahnya adalah 445 jiwa (38,83 %). Di dusun II, laki-laki 79 jiwa dan perempuan 107 jiwa dimana jumlahnya adalah 186 jiwa (16,23 %). Sedangkan di dusun III, laki-laki 248 jiwa dan perempuan 267 jiwa dimana jumlahnya 515 jiwa (44,94 %). Hal ini


(54)

menunjukkan bahwa distribusi jumlah penduduk terbesar berdasarkan jenis kelamin di desa Pertampilen terdapat di dusun III.

c. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di desa Pertampilen dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Pertampilen, 2010

Kelompok Umur Nama Wilayah Jumlah (jiwa)

Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III

0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55 keatas 19 24 51 57 18 23 20 22 88 74 12 17 12 19 17 26 19 13 15 14 30 32 8 21 41 54 31 48 19 16 29 31 76 84 40 26 72 97 99 131 56 52 64 67 194 190 60 64 6,28 8,46 8,64 11,43 4,89 4,54 5,58 5,85 16,93 16,58 5,24 5,58 Jumlah 425 226 495 1.146 100,00 Sumber : Kantor Kepala Desa Pertampilen, 2011.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur yaitu jumlah usia non produktif yaitu balita, anak-anak dan remaja (kelompok umur 0-14 tahun) sebesar 268 jiwa (23,38 %), jumlah usia produktif (kelompok umur 15-54 tahun) sebesar 814 jiwa (71,04 %), dan jumlah penduduk manula atau tidak produktif (kelompok umur 55 tahun keatas) sebesar 64 jiwa


(55)

(5,58 %). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di desa Pertampilen adalah tergolong produktif yaitu usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, yang dapat menghasilkan barang dan jasa dengan tersedianya tenaga kerja yang produktif.

d.Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa Pertampilen dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Pertampilen, 2010

Tingkat Pendidikan Nama Wilayah Jumlah (jiwa)

Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III

Tidak tamat sekolah SD SLTP SMA Akademi Perguruan Tinggi 23 86 37 39 4 6 17 69 19 38 2 8 22 92 42 39 5 7 62 247 98 116 11 21 11,17 44,50 17,66 20,90 1,98 3,79 Jumlah 195 153 207 555 100,00 Sumber : Kantor Kepala Desa Pertampilen, 2011.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa Pertampilen yaitu tidak tamat sekolah berjumlah 62 jiwa (11,17 %), tingkat pendidikan SD berjumlah 247 jiwa (44,50 %), tingkat pendidikan SLTP berjumlah 98 jiwa (17,66 %), tingkat pendidikan SMA berjumlah 116 jiwa (20,90 %), tingkat pendidikan akademik berjumlah 11 jiwa (1,98 %), dan tingkat pendidikan perguruan tinggi berjumlah 21 jiwa (3,79 %). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan di desa Pertampilen rata-rata masih tergolong rendah.


(56)

e. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan penganut agama di desa Pertampilen dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama Di Desa Pertampilen, 2010

Agama Nama Wilayah Jumlah (jiwa)

Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III

Protestan Katolik Islam Hindu Buddha 268 33 123 - - 164 16 45 - - 378 9 87 6 17 810 58 255 6 17 70,68 5,06 22,25 0,53 1,48 Jumlah 424 225 497 1.146 100,00 Sumber : Kantor Kepala Desa Pertampilen, 2011.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa agama yang dianut oleh penduduk di desa Pertampilen adalah agama Protestan, Katolik, Islam, Hindu dan Buddha. Jumlah penduduk berdasarkan penganut agama yaitu penganut agama Protestan sebanyak 810 jiwa (70,68 %), penganut agama Katolik dengan jumlah 58 jiwa (5,06 %), penganut agama Islam dengan jumlah 255 jiwa (22,25 %), penganut agama Hindu dengan jumlah 6 jiwa (0,53 %), dan penganut agama Buddha dengan jumlah 17 jiwa (1,48 %). Berdasarkan persentase tersebut, hal ini menunjukkan penduduk desa Pertampilen mayoritas menganut agama Protestan.

f. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa Pertampilen dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:


(57)

Tabel 9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Pertampilen, 2010

Mata Pencaharian Nama Wilayah Jumlah (jiwa)

Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III

PNS TNI Polri Pegawai Swasta Wiraswasta Karyawan Buruh Pensiunan Pedagang Petani Supir 10 2 1 8 38 13 26 6 25 101 6 11 1 - 2 24 3 10 5 8 71 - 11 3 - 7 43 14 28 8 16 102 3 32 6 1 17 105 30 64 19 49 274 9 5,28 0,99 0,17 2,80 17,33 4,95 10,56 8,09 3,14 45,21 1,48 Jumlah 236 135 235 606 100,00 Sumber : Kantor Kepala Pertampilen, 2011

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk bermata pencaharian sebagai PNS sebanyak 32 jiwa (5,28 %), sebagai TNI sebanyak 6 jiwa (0,99 %), sebagai Polri sebanyak 1 jiwa (5,28 %), sebagai Pegawai Swasta 17 jiwa (2,80 %), sebagai Wiraswasta 105 jiwa (17,33 %), sebagai Karyawan 30 jiwa (4,95 %), sebagai Buruh 64 jiwa (10,56 %), sebagai Pensiunan 19 jiwa (8,90 %), sebagai Pedagang 49 jiwa (3,14 %), sebagai petani 274 jiwa (45,21 %), dan sebagai supir 9 jiwa (1,48 %). Berdasarkan persentase tersebut, penduduk di desa Pertampilen adalah sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

g. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa di desa Pertampilen dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut:


(58)

Tabel 10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Di Desa Pertampilen, 2010

Suku Nama Wilayah Jumlah (jiwa)

Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III

Karo Jawa Toba Mandailing Nias Aceh 383 22 14 5 21 - 165 16 1 - - 4 454 14 18 - 14 15 1.002 52 33 5 35 19 87,43 4,54 2,88 0,44 3,05 1,66 Jumlah 445 186 515 1.146 100,00 Sumber : Kantor Kepala Desa Pertampilen, 2011.

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa suku di desa Pertampilen adalah suku Karo, Jawa, Toba, Mandailing, Nias dan Aceh. Suku Karo berjumlah 1.002 jiwa (87,43 %), suku Jawa berjumlah 52 jiwa (4,54 %), suku Toba berjumlah 33 jiwa (2,88 %), suku Mandailing berjumlah 5 jiwa (0,44 %), suku Nias berjumlah 35 jiwa (3,05 %), dan suku Aceh berjumlah 19 jiwa (1,66 %). Berdasarkan persentase tersebut, menunjukkan bahwa penduduk desa Pertampilen adalah

mayoritas suku Karo.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Sarana yang merupakan segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana yang merupakan barang atau benda yang tidak bergerak yang dapat menunjang pelaksanaan pembangunan. Sarana dan prasarana di desa Pertampilen dapat dilihat pada Tabel 11, dimana sarana dan prasarana yang terdapat di desa


(59)

angkutan, perumahan dan transportasi. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di desa Pertampilen sangat minim, sementara peranan sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat dalam melakukan kegiatannya.

Tabel 11. Sarana dan Prasarana Di Desa Pertampilen, 2010

Sarana dan Prasarana

Nama Wilayah

Jumlah Dusun I Dusun II Dusun III

1. Komunikasi

• Televisi (TV) 64 34 82 180

• Radio 67 39 86 192

• Koran 4 - 2 6

• Majalah 1 1 1 3

• Parabola - - 1 1

2. Kesehatan

• Posyandu 1 - 1 2

3. Peribadatan

• Mesjid 1 - - 1

• Gereja 4 - - 4

4. Angkutan

• Mobil 1 1 2 4

• Truk 1 1 - 2

• Mini 2 1 2 5

• Sepeda motor 50 40 46 136

• Betor 11 9 12 32

5. Perumahan

• Permanen tingkat 1 - - 1

• Permanen tidak tingkat 49 20 40 109

• Semi permanen 36 25 60 121

• Tidak layak huni 10 9 21 40

6. Transportasi

• Aspal/km 2,5 1,2 0,8 4,5

• Diperkeras/km 0,5 1,0 2,5 4,0

• Jalan tanah/km 0,4 1,8 0,8 3,0

• Jembatan/unit 7 8 3 18

• Gang/unit - - 2 2


(1)

Lampiran 11. Hubungan Produktivitas Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP

Nomor Sampel

Produktivitas

(ton/ha) Rangking

Skor

Partisipasi Rangking di

di 2

1 3.75 12 13 22 -10 100

2 4.33 18 11 6 12 144

3 5.50 21 13 22 -1 1

4 6.10 24 14 27.5 -3.5 12.25

5 3.87 13 12 13 0 0

6 7.50 28.5 14 27.5 1 1

7 3.50 10 12 13 -3 9

8 4.40 19 12 13 6 36

9 4.00 14 12 13 1 1

10 3.13 4.5 12 13 -8.5 72.25

11 6.72 25 8 2 23 529

12 3.50 10 11 6 4 16

13 3.30 7 13 22 -15 225

14 3.33 8 12 13 -5 25

15 3.50 10 11 6 4 16

16 3.10 3 11 6 -3 9

17 7.50 28.5 12 13 15.5 240.25

18 4.80 20 13 22 -2 4

19 5.83 22 12 13 9 81

20 7.00 26.5 11 6 20.5 420.25

21 4.30 17 13 22 -5 25

22 3.25 6 8 2 4 16

23 6.00 23 13 22 1 1

24 3.13 4.5 13 22 -17.5 306.25

25 7.90 30 13 22 8 64

26 4.14 15 15 29.5 -14.5 210.25

27 7.00 26.5 8 2 24.5 600.25

28 1.90 1 12 13 -12 144

29 2.50 2 15 29.5 -27.5 756.25

30 4.25 16 13 22 -6 36

Jumlah 139.03 465 362 465 0 4101.00

Korelasi Rank Spearman (rs) adalah:

)

1

(

6

1

2 2 1

=

=

n

n

d

r

i n i

s th = rs

2 1 2 s r n − − =1- ) 1 30 ( 30 ) 4101 ( 6

2 − = 0,09 2

) 09 , 0 ( 1 2 30 − −

= 0,09 = 0,48

thitung = 0,48


(2)

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17:

Correlations

Produktivitas

Tingkat Partisipasi Petani

Penerima PUAP

Spearman's rho Produktivitas Correlation Coefficient 1.000 .059

Sig. (2-tailed) . .756

N 30 30

Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP

Correlation Coefficient .059 1.000

Sig. (2-tailed) .756 .

N 30 30

Kriteria pengambilan keputusan adalah: H0 diterima jika nilai signifikansi ≥

α


(3)

Lampiran 12. Besar Dana PUAP Yang Diterima Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Nomor Sampel Umur (tahun) Besar Pinjaman (Rp) Skor Tingkat Partisipasi Kode Usaha Produktif

1 62 1.000.000 13 1.1

2 32 1.000.000 11 1.4

3 36 1.000.000 13 1.4

4 68 1.000.000 14 1.1

5 36 1.000.000 12 1.4

6 40 1.000.000 14 1.1

7 52 2.000.000 12 1.3

8 47 1.000.000 12 1.1

9 57 2.000.000 12 1.1

10 56 1.000.000 12 1.4

11 35 1.000.000 8 1.4

12 67 1.000.000 11 1.3

13 48 1.000.000 13 1.4

14 45 1.000.000 12 1.4

15 55 1.000.000 11 1.4

16 59 1.000.000 11 1.4

17 24 1.000.000 12 1.4

18 36 1.000.000 13 1.3

19 28 1.000.000 12 1.2

20 31 1.000.000 11 1.4

21 37 1.000.000 13 1.3

22 35 500.000 8 1.3

23 31 500.000 13 1.2

24 55 1.000.000 13 1.1

25 38 1.000.000 13 1.1

26 35 1.000.000 15 1.4

27 26 1.000.000 8 1.2

28 52 1.000.000 12 1.2

29 54 2.000.000 15 1.4

30 37 1.000.000 13 1.4

Jumlah 1314 32.000.000 362

Rata rata 43,80 1.066.666,67 12,067

Keterangan:

Kode Usaha Produktif PUAP: Budidaya (On farm)

1.1 Tanaman pangan 1.2 Hortikultura 1.3 Peternakan 1.4 Perkebunan


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2: Peta Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Gambar 3: Kantor Kepala Desa, Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.


(5)

Gambar 4: Dari Kiri: S.B Sinuraya (Ketua Balai Penyuluhan Pertanian / BPP Kecamatan Pancur Batu), David Pakpahan (Peneliti), Magdalena Situmorang, SP (Penyuluh Pertanian Lapangan / Penyuluh Pendamping PUAP Desa Pertampilen); Ketika Melakukan Kegiatan Penyuluhan Membahas Dana PUAP Dengan Para Petani Penerima PUAP Yang Diadakan Di Kantor Kepala Desa Kamis, 10 Maret 2011; Dengan Para Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

Gambar 5: Kegiatan Penyuluhan Dan Musyawarah Perguliran Dana PUAP. Yang Dipimpin Oleh Bapak S.B Sinuraya (Ketua BPP Kecamatan Pancur Batu) Dan Ibu Magdalena Situmorang, SP (Penyuluh Pertanian Lapangan Di Desa Pertampilen); Dengan Para Petani Penerima PUAP, Pada Hari Kamis, 10 Maret 2011 Di Kantor Kepala Desa, Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.


(6)

Gambar 6: Komoditi Kakao, Salah Satu Jenis Tanaman Perkebunan Yang Dikembangkan Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

Gambar 7: Petani Penerima PUAP Dengan Komoditi Jagung, Salah Satu Jenis Tanaman Pangan Yang Dikembangkan Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.