Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)(Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

(1)

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP)

(Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

MARTIANA LAIA

070309004

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP)

(Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

( Ir. H. Butar-Butar, M.Si) (Ir. M. Jufri, M.Si) NIP:19611115 198603 100 2 NIP:19601110 198803 100 3

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

MARTIANA LAIA (070309004) dengan judul skripsi ”Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Butar-Butar, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. M. Jufri, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilakukan bulan oktober 2011di Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer, serta di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara, BPP Kecamatan Pancur Batu, Camat Pancur Batu, Kepala Desa 3 desa PUAP yakni Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer yang diperlukan untuk penelitian ini.

Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan Pancur Batu yang ditentukan secara purposive. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik

cluster sampling yaitu proses penarikan sampel yang dilakukan secara

proporsional yakni populasi terlebih dahulu dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan area/cluster, teknik memilih sebuah sampel dari kelompok unit yang kecil. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.

Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis deskriptif dan teknik penskalaan Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penetapan dan kriteria Gapoktan penerima BLM-PUAP sesuai dengan Pedoman PUAP Tahun 2008 (Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008), sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani sesuai dengan Ketetapan Menteri Pertanian. Kualitas pengembalian semua pinjaman dana BLM-PUAP yang tergolong dalam pinjaman lancar 0%, pinjaman dalam perhatian khusus 0%, pinjaman diragukan 0%, pinjaman macet 100%. Sikap petani responden penerima pinjaman dana BLM-PUAP terhadap Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) adalah negatif. Petani yang menunjukkan sikap positif terhadap program PUAP sebanyak 13 orang (43.33%) dan yang menunjukkan sikap negatif sebanyak 17 orang (56.67%).

Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) berdampak terhadap sosial ekonomi petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP, yaitu dari sisi sosial meliputi pelatihan tentang simpan-pinjam di Gapoktan dan tujuan program PUAP, meningkatnya interaksi antar petani karena adanya pertemuan setiap bulan dan petani terlibat langsung dalam pelaksaan program PUAP. Sedangkan dari sisi ekonomi yang ditimbulkan oleh program PUAP adalah petani memperoleh kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal usaha tani karena syarat untuk memperoleh pinjaman tidak menyulitkan petani, dan petani tidak lagi terikat dengan tengkulak.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadiran Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ir. H. Butar-Butar, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis dalam penulisan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini, masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Skripsi ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Skripsi bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 7

Tujuan Penelitian . 7

Kegunaan Penelitian... 8

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 9

Monitoring ... 9

Evaluasi ... 10

Program PUAP ... 12

Landasan Teori ... 15

Kerangka Pemikiran ... 22

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian………. ... 25

Metode Penentuan Sampel……….. ... 27

Metode Pengumpulan Data………. ... 29

Metode Analisis Data……….. ... 29

Defenisi dan Batasan Operasional………. ... 31

Defenisi……… . 31

Batasan Operasional……….. ... 33

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Deskripsi Daerah Penelitian……… ... 34

Luas dan Letak Geografi……… .... 35

Penggunaan Lahan……….. 37

Pembagian Wilayah……… .... 38

Keadaan Penduduk………. 41

Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu Berdasarkan Kelompok Umur ... 39

Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu Berdasarkan Mata Pencaharian ... 40

Sarana dan Prasarana……… ... 41


(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Penetapan dan Kriteria Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP ... 44

Proses Penetapan Desa PUAP Tahun 2008 ... 44

Proses Penetapan Gapoktan Penerima BLM-PUAP ... 48

Kriteria Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP ... 51

1.1 Gapoktan Penerima BLM-PUAP Memiliki SDM untuk Mengelola Usaha Agribisnis dan Dikelola Oleh Petani ... 53

1.2 Gapoktan Penerima BLM-PUAP Mempunyai Struktur Kepengurusan yang Aktif dan Dikukuhkan Oleh Bupati ... 53

Tata Cara Dan Prosedur Penyaluran BLM-PUAP ... 56

1. Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB) Gapoktan ... 56

2. Pengesahan Rencana Usaha Bersama (RUB) ... 57

3. Verifikasi Dokumen dan Pengajuan RUB ... 58

4. Prosedur Penyaluran BLM PUAP Kepada Gapoktan ... 59

5. Penyaluran Dana BLM PUAP ke Poktan ... 60

6. Prosedur Penarikan Dana ... 60

Sistem Penyaluran Dana BLM-PUAP Kepada Petani ... 61

Syarat-Syarat Memperoleh Pinjaman Dana BLM-PUAP ... 69

Bunga Pinjaman dan Jangka Waktu Pinjaman... 72

Tingkat Pengembalian Pinjaman Dana BLM-PUAP ... 73

Sikap Petani Terhadap Program PUAP (Program Usaha Agribisnis Perdesaan) ... 79

Dampak Program Puap (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Komunikasi Antar Petani dan Kemudahan Dalam Memperoleh Pinjaman) ... 82

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 84

Saran………. ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

Tabel 1. Desa Penerima BLM-PUAP di Kabupaten Deli Serdang,

2008... 5

Tabel 2. Persentase Jumlah Dana BLM-PUAP dan Jumlah Rumah

Tangga Sasaran (RTS) di Kecamatan Penerima Bantuan

Langsung Masyarakat – Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (BLM-PUAP) di Kabupaten Deli Serdang, 2008... 26

Tabel 3. Jumlah Petani Anggota Gapoktan yang menerima Pinjaman

Dana BLM-PUAP di Desa PUAP Kecamatan Pancur Batu, 2009... 26 Tabel 4. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di 3 Desa Penerima

Dana BLM-PUAP di Kecamatan Pancur Batu, 2008 ... 28 Tabel 5. Luas Desa, Lahan Sawah, Tanah Kering dan Luas Lahan

Lainnya di Kecamatan Pancur Batu, 2010 ... 37

Tabel 6. Banyaknya Dusun/Lingkungan dan Rukun Tetangga di

Kecamatan Pancur Batu, 2010 ... 38 Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu

Berdasarkan Umur, 2010 ... 39 Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu

Berdasarkan Mata Pencaharian, 2010 ... 40 Tabel 9. Sarana dan Prasarana Yang Tersedia di Kecamatan Pancur

Batu, 2010……….. ... 41 Tabel 10. Karakteristik Sampel Petani Anggota Gabungan Kelompok

Tani Penerima Pinjaman Dana BLM-PUAP di Kecamatan

Pancur Batu……… . 42

Tabel 11. Perbandingan Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama, dan Arih Ersada dengan Kriteria Gapoktan Calon Penerima BLM-PUAP Dalam Pedoman BLM-PUAP (Peraturan Menteri Pertanian no. 16/Permentan/OT.140/2/2008 ... 52 Tabel 12. Tanggal Pembentukan Gapoktan Desa Pertampilen, Salam tani

dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu ... 54 Tabel 13. Daftar Nama Pengurus Gapoktan Maju Bersama, Usaha

Bersama, dan Gapoktan Arih Ersada, 2008... 55 Tabel 14. Tahap Penyaluran dan Besar Dana BLM-PUAP yang

Disalurkan Kepada Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama, dan Arih Ersada ... 62 Tabel 15. Sistem Penyaluran Dana BLM-PUAP di Desa Pertampilen,

Salam Tani dan Tiang Layar ... 64 Tabel 16. Jenis Simpanan Petani Responden di Gapoktan Maju Bersama,


(8)

Tabel 17. Syarat-Syarat untuk Memperoleh Pinjaman Dana BLM-PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu ... 70 Tabel 18. Besar Bunga, Jenis Bunga dan Jangka Waktu Pinjaman yang

Diberikan Kepada Anggota yang Meminjam Dana BLM-PUAP di Desa PUA ... 72 Tabel 19. Penggolongan Kualitas Pinjaman di Desa Pertampilen, Salam

Tani dan Tiang Layar ... 74 Tabel 20. Distribusi Jumlah Petani yang Menyerahkan Jaminan

Pinjaman Kepada Pengurus Gapoktan di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar ... 78 Tabel 21. Sikap Responden Terhadap Program PUAP di Desa

Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu ... 80


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 24 Gambar 2. Skema Proses Penetapan Desa Pertampilen, Salam Tani dan

Tiang Layar Sebagai Desa PUAP ... 47 Gambar 3. Skema Proses Penetapan Gapoktan Maju Bersama, Usaha

Bersama, dan Arih Ersada Sebagai Gapoktan Penerima


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran 1. Karateristik Sampel Petani Anggota Gabungan Kelompok Tani Penerima Pinjaman Dana BLM-PUAP di Kecamatan Pancur Lampiran 2. Persentase Rumah Tangga Sasaran (RTS) Terhadap Rumah

Tangga Seluruhnya Menurut Desa di Kecamatan Pancur Batu, 2008

Lampiran 3a. Besar Pinjaman dan Usaha Produktif Petani Responden

Lampiran 3b. Penggolongan Besar Pinjaman Petani Responden di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu

Lampiran 4. Contoh Rencana Usaha Anggota (RUA) Petani Responden di Desa Tiang Layar

Lampiran 5. Contoh Akad Qirad (Kredit) Petani Responden di Desa Tiang Layar

Lampiran 6. Contoh Surat Pernyataan Petani Responden di Desa Tiang Layar

Lampiran 7. Jangka Waktu Pinjaman Dana BLM-PUAP

Lampiran 8. Jumlah Pinjaman yang Harus Dikembalikan Petani Setelah

Jatuh Tempo Pinjaman

Lampiran 9 Jumlah Pokok dan Bunga Pinjaman Dana BLM-PUAP yang

Telah Diterima Responden Sampai Jatuh Tempo Pinjaman Lampiran 10. Jumlah Pokok dan Bunga Pinjaman yang Telah Dikembalikan

Sejak Pinjaman Diterima Responden Sampai dengan Bulan Oktober 2011

Lampiran 11. Persentase Jumlah Pengembalian Pokok Pinjaman Dana

BLM-PUAP

Lampiran 12. Tingkat Penggolongan Kualitas Pengembalian Pinjaman Dana

BLM-PUAP

Lampiran 13. Daftar Penyerahan Jaminan Pinjaman Kepada Gapoktan di Desa

Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar

Lampiran 14.1 Pernyataan Positif Sikap Petani Responden Terhadap Program PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu

Lampiran 14.1 Pernyataan Negatif Sikap Petani Responden Terhadap Program PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu

Lampiran 15. Jawaban Sampel Terhadap Pernyataan Pengukuran Sikap

Lampiran 16. Skor Jawaban Sampel Terhadap Pernyataan Pengukuran Sikap

Lampiran 17. Nilai Skala Sikap Jawaban Petani Responden Terhadap Program

PUAP

Lampiran 18. Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008


(11)

ABSTRAK

MARTIANA LAIA (070309004) dengan judul skripsi ”Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Butar-Butar, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. M. Jufri, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilakukan bulan oktober 2011di Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer, serta di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara, BPP Kecamatan Pancur Batu, Camat Pancur Batu, Kepala Desa 3 desa PUAP yakni Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer yang diperlukan untuk penelitian ini.

Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan Pancur Batu yang ditentukan secara purposive. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik

cluster sampling yaitu proses penarikan sampel yang dilakukan secara

proporsional yakni populasi terlebih dahulu dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan area/cluster, teknik memilih sebuah sampel dari kelompok unit yang kecil. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.

Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis deskriptif dan teknik penskalaan Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penetapan dan kriteria Gapoktan penerima BLM-PUAP sesuai dengan Pedoman PUAP Tahun 2008 (Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008), sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani sesuai dengan Ketetapan Menteri Pertanian. Kualitas pengembalian semua pinjaman dana BLM-PUAP yang tergolong dalam pinjaman lancar 0%, pinjaman dalam perhatian khusus 0%, pinjaman diragukan 0%, pinjaman macet 100%. Sikap petani responden penerima pinjaman dana BLM-PUAP terhadap Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) adalah negatif. Petani yang menunjukkan sikap positif terhadap program PUAP sebanyak 13 orang (43.33%) dan yang menunjukkan sikap negatif sebanyak 17 orang (56.67%).

Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) berdampak terhadap sosial ekonomi petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP, yaitu dari sisi sosial meliputi pelatihan tentang simpan-pinjam di Gapoktan dan tujuan program PUAP, meningkatnya interaksi antar petani karena adanya pertemuan setiap bulan dan petani terlibat langsung dalam pelaksaan program PUAP. Sedangkan dari sisi ekonomi yang ditimbulkan oleh program PUAP adalah petani memperoleh kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal usaha tani karena syarat untuk memperoleh pinjaman tidak menyulitkan petani, dan petani tidak lagi terikat dengan tengkulak.


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pentingnya sektor pertanian dalam konteks ekonomi Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Walaupun kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun secara relatif, Namun nilai absolutnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pentingnya sektor pertanian bukan saja karena kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja. Hingga tahun 1991 yang lalu, sektor pertanian masih mampu menyediakan lapangan tenaga kerja 50% dari angkatan kerja yang ada. Disamping peranan sektor pertanian terhadap PDB dan penyediaan lapangan kerja; sektor ini juga berperan sangat sentral terhadap penyediaan bahan pangan; penganekaragaman menu makanan dan penerimaan devisa. Lebih dari itu pengurangan orang-orang miskin di perdesaan berkurang relatif lebih besar dibandingkan di perkotaan yang salah satu sebabnya adalah mampunya sektor ini terhadap pemberian tambahan pendapatan masyarakat perdesaan (Soekartawi, dkk. 1993; 1).

Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan tanaman, ternak, ataupun ikan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen (pengelolaan). Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor terdahulu, seperti tanah, modal dan tenaga kerja. Bila hanya tersedia tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usaha tani tidak


(13)

akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal. Kalau tanah tersedia, tenaga kerja ada, tetapi tidak ada modal, apa yang akan ditanam atau dipelihara. Bagaimana cara membeli bibit, pupuk, dan lain-lainnya. Begitu juga kalau hanya ada modal dan tenaga kerja tanpa tanah, jelas usaha tani tidak bisa dilakukan, di

mana usaha akan dilakukan atau di mana tanaman akan ditanam (Daniel, 2002; 50).

Di negara yang sedang berkembang, petani yang sering dijumpai adalah petani “kecil”, petani “miskin”, petani ”tidak cukupan”, petani “tidak komersial” atau petani yang sejenisnya. Biasanya, golongan petani yang demikian diklasifikasikan sebagai petani yang tidak bermodal kuat. Karena itulah mereka memerlukan kredit usaha tani agar mereka mampu mengelola usaha taninya dengan baik. Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka mereka sering menjual harta bendanya atau pinjaman kepada pihak lain untuk membiayai usaha taninya itu. Bila dalam keadaan yang mendesak, pinjaman ini dapat berjumlah relatif besar dan kalau mereka pinjam pada swasta, maka bunga pinjamannya akan tinggi (Soekartawi, 1989; 23).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2009 jumlah penduduk miskin tercatat 32,53 juta jiwa di Indonesia. Dari jumlah tersebut sekitar 20,65 juta jiwa berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian. Pada umumnya petani di perdesaan berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan


(14)

kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada pengurangan penduduk miskin (Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 1).

Sampai saat ini pembicaraan mengenai masalah perdesaan akan sangat menarik. Tidak saja penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di daerah perdesaan, tetapi yang lebih penting lagi adalah karena evaluasi keberhasilan pembangunan nasional akan sangat dipengaruhi oleh berhasil tidaknya menyingkirkan atau mengurangi permasalahan-permasalahan penting yang berkembang di perdesaan, baik yang menyangkut aspek ekonomi, sosial maupun politik. Karena itu bisa dipahami kalau dalam setiap perencanaan pembangunan, perdesaan menjadi salah satu prioritas utama garapannya (Suharso, 2002; 1).

Masalah paling mendasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Masalah modal tersebut diantaranya adalah sebagian besar petani mengalami kekurangan modal untuk berusaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya, belum adanya asuransi pertanian, masih adanya sistem ijonk dan sistem perbankan yang kurang peduli kepada petani. Jika ditelusuri lebih lanjut, permasalahan yang dihadapi dalam permodalan pertanian berkaitan langsung dengan kelembagaan selama ini yaitu lemahnya organisasi tani, sistem dan prosedur penyaluran kredit yang rumit, birokrasi dan kurang memperhatikan kondisi lingkungan sosial budaya petani perdesaan (Anonimous a, 2004).

Mulai tahun 2008 Departemen Pertanian memberikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp.100.000.000 (seratus juta) per desa melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program


(15)

ini adalah program terobosan Departemen Pertanian untuk menanggulangi kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan khususnya desa miskin dan tertinggal. Tahun 2008 pemerintah telah menyalurkan dana BLM-PUAP sebesar Rp 1 Triliun kepada 10.000 Gapoktan/desa yang tersebar di 3.003 kecamatan, 389 kabupaten/kota 33 provinsi. Untuk tahun 2009, PUAP dilaksanakan di 988 Gapoktan/desa yang tersebar 3410 kecamatan, 417 kabupaten/kota di 33 provinsi. (Anonimous b, 2010).

Pada tahun 2008, Kabupaten Deli Serdang Menerima dana BLM-PUAP sebesar Rp 3.500.000.000 dan dibagikan kepada 35 Gapoktan/desa PUAP yang tersebar di 7 kecamatan yaitu Kecamatan Bangun Purba, STM Hulu, Pantai Labu, Labuhan Deli, Hamparan Perak, Pancur Batu dan STM Hilir. Masing-masing Gapoktan/desa PUAP menerima dana BLM-PUAP sebesar Rp 100.000.000.


(16)

Tabel 1. Desa Penerima BLM-PUAP di Kabupaten Deli Serdang, 2008.

No Kecamatan Gapoktan Desa PUAP Dana PUAP (Rp)

1 BANGUN

PURBA

Marombun Barat Jaya

Sepakat

Mekar Jaya

Tani Makmur

Tani Jaya

Karya tani

Bersatu maju

Marombun Barat

Damak Maliho

Parguroan

Bah Perak

Rumah Deleng

Ujung Rambe

Bandar Gugung

 100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000

2 STM. HULU

 Arih Ersada

 Desa Besar

 Karya Bersama

 Begint Ras

G. Manunpak B

Kuta Mbelin

Tanjung Muda

Tanjung Bampu

 100.000.000

 100.000.000

 100.000.000

 100.000.000

3 PANTAI

LABU

 Serasi

 Pertadela

 Durian

 Karya

 Wira Usaha

 Tunas Baru

 Makmur

 Maju Bersama

 Tani Jaya

 Mekar Jaya

 Satahi Saoloan

Denai Kuala

Denai Lama

Durian

Kubah Sentang

P. Labu Pekan

Pematang Biara

Denai S. Burung

Rugemuk

Rantau Panjang

Pantai Labu Baru

Sei Tuan

 100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000

4 HAMPARAN

PERAK

 Jaya Bersama

 Hikmah Tani

 Sialang

 Rahmat Tani

Paluh Manan

Selemak

Sialang Muda

Sei Baharu

 100.000.000

 100.000.000

 100.000.000

 100.000.000

5 LABUHAN

DELI  Makmur Jaya  Talaga Tujuh  100.000.000

6 PANCUR

BATU

 Maju Bersama

 Arih Ersada

 Simulih Karaben

 Bungan Ncole

 Tani Mandiri

 Keriahen Baru

 Usaha Bersama

Pertampilan

Tiang Layar

Bintang Meriah

Namorih

Durin Jangak

Sembahe Baru

Salam Tani

 100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000  100.000.000

7 STM. HILIR  Jaya Bersama  Talun Kenas  100.000.000

Total 3.500.000.000


(17)

Dari tabel 1, dapat diketahui bahwa Kecamatan Pantai Labu mendapatkan dana BLM-PUAP sebesar Rp 1.100.000.000. berarti 31,42% dari total dana BLM PUAP Kabupaten Deli Serdang tahun 2008. Dana BLM PUAP yang diterima Kecamatan Pancur Batu sebesar Rp 700.000.000 (20%), Kecamatan Bangun Purba sebesar Rp 700.000.000 (20%), Kecamatan Hamparan Perak sebesar Rp 400.000.000 (11,43%), Kecamatan STM Hulu Rp 400.000.000 (11,43%), Kecamatan Labuhan Deli sebesar Rp 100.000.000 (2,86%) dan Kecamatan STM Hilir sebesar Rp 100.000.000 (2,86%).

Kecamatan Pancur Batu menerima dana BLM-PUAP sebesar Rp 700.000.000 dengan 7 desa PUAP. Berarti Kecamatan Pancur Batu menempati no. urut dua (2) terbesar penerima dana BLM-PUAP selain Kecamatan Bangun Purba dan setelah Kecamatan Pantai Labu se Kabupaten Deli Serdang tahun 2008. Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang menerima dana BLM-PUAP pada tahun 2008 sebesar Rp 700.000.000. Penulis ingin mengetahui proses penetapan dan kriteria Gapoktan penerima dana BLM-PUAP, bagaimana pelaksanaan program PUAP yang telah berjalan, apakah telah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, peneliti ingin mengetahui sistem penyaluran dana BLM-PUAP (Bantuan Langsung Masyarakat-Pengemangan Usaha Agribisnis Perdesaan), tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP, sikap petani terhadap program PUAP dan dampak program PUAP terhadap sosial ekonomi petani di daerah penelitian.


(18)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penetapan dan kriteria Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) penerima BLM-PUAP (Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian?

2. Bagaimana sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani di daerah

penelitian?

3. Bagaimana tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP di

daerah penelitian?

4. Bagaimana Sikap petani terhadap program PUAP di daerah penelitian?

5. Apa saja dampak program PUAP terhadap sosial ekonomi (komunikasi antar petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah

1. Untuk mengetahui proses penetapan dan kriteria Gapoktan (Gabungan

Kelompok Tani) penerima BLM-PUAP (Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani di

daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP di daerah penelitian


(19)

4. Untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap program PUAP di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui dampak program PUAP terhadap sosial ekonomi (pertemuan petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah

1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan untuk menyusun program pertanian di masa mendatang. 3. Sebagai bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang ingin

mengetahui bagaimana Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).


(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Monitoring

Monitoring (pemantauan), yang berasal dari kata Latin

”memperingatkan”, dipandang sebagai teknik manajemen dengan agen penyuluhan yang mengumpulkan data sejalan dengan diterapkannya program penyuluhan serta permasalahan yang dihadapi dalam upaya berada pada jalur yang benar. Ini memungkinkan manajemen mengambil tindakan dengan cepat untuk mengembalikan kepada rencana semula atau melakukan penyesuaian bila ternyata tidak realistis (Van Den Ban dan Hawkins, 1999; 241).

Monitoring didefinisikan sebagai sistem pengawasan yang digunakan oleh mereka yang bertanggung jawab atas suatu proyek, untuk memastikan bahwa semuanya berjalan menurut rencana, dan bahwa sumber daya tidak terbuang. Ini merupakan sistem umpan balik yang berkesinambungan, yang berlangsung selama siklus program, dan meninjau setiap kegiatan pada setiap tingkat pelaksanaannya. Monitoring partisipatoris melibatkan para calon pemakai suatu proyek dalam pengukuran, pengumpulan, pengolahan dan penyampaian informasi untuk membantu baik personel manajemen maupun para anggota kelompok sendiri dalam pembuatan kesimpulan (Mikkelsen, 2003; 231).

Hasil monitoring dan evaluasi yang akan digunakan langsung untuk penyesuaian program, atau akan digunakan untuk membuat rencana program yang lebih baik di masa mendatang, pada umumnya hasil-hasil ini terlihat dalam


(21)

laporan, tabel, grafik, dan peta merupakan informasi visual. Tetapi semua hasil, terutama hasil evaluasi, tidak dapat disajikan sebagai informasi kuantitatif, artinya tidak selalu dalam angka-angka (Mikkelsen, 2003; 237).

Evaluasi

Evaluasi program, adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan. Kegiatan evaluasi seperti ini selain bertujuan utuk mengkaji kembali keterandalan program untuk mmencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan pedoman/patokan-patokan yang diberikan. Juga dimaksudkan agar semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut merasa ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan program yang mereka rumuskan itu, jika program tersebut kelak akan dilaksanakan. Karena itu, di dalam evaluasi program, selain dievaluasi tentang bagaimana proses perumusan program juga dievaluasi tentang semua unsur program, yang menyangkut: pengumpulan informasi, analisis keadaan, perumusan masalah, tujuan, dan cara-cara mencapai tujuan yang menyangkut: kegiatan yang akan dilaksanakan, metoda yang akan diterapkan, sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat (lokasi) dan waktu pelaksanaan kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang akan dipergunakan (Mardikanto, 1993; 325).

Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil pelaksanaanya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik (feed-back) untuk memperbaiki atau merencanakan kembali. Masukan kembali dapat dibentuk laporan-laporan resmi yaitu daftar-daftar isian atau formulir yang telah


(22)

disusun sebelumnya, berita acara, memorandum dan sebagainya atau dapat berbentuk cara-cara yang lebih santai (informal) melalui rapat-rapat staf berkala dimana dibicarakan dan diadakan pertukaran fikiran mengenai apa yang gagal atau tidak berhasil dicapai. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program. Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal-hal positif maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat dihubungkan dengan pengawasan (Reksopoetranto, 1992; 55).

Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan pengambilan keputusan di masa depan (Sinar Tani, 2001; 354).

Untuk mengevaluasi program, tahap pertama yang harus dilakukan adalah mendesain kegiatan program yang bersangkutan. Evaluasi program yang baik, diperlukan langkah yang sistematis, terarah, dan konsisten. Untuk itu perlu ditentukan lebih dulu hal-hal sebagai berikut:

 Tujuan program

 Kegiatan yang menjadi pendukung program

 Bagaimana prosedur pelaksanaannya

 Hasil yang diharapkan dari masing-masing proyek

 Memperkirakan effect dan impact suatu program yang bersangkutan


(23)

Ada dua macam evaluasi menurut dilaksanakannya evaluasi tersebut, Yaitu:

1) Evaluasi Formatif, evaluasi ini dilaksanakan di setiap tahap dalam siklus proyek/program. Tujuannya memberi tanda perlu tidaknya dilakukan tindakan koreksi. Banyaknya atau frekuensi evaluasi tentunya sangat bergantung pada kondisi yang dihadapi, tidak ada pedoman khusus. Yang pokok, dari kegiatan ini bisa diperoleh informasi perlu tidaknya melakukan tindakan perbaikan. 2) Evaluasi ini dilakukan setelah program selesai. Ini sangat penting khususnya

sebagai masukan untuk pengelolaan program yang serupa di masa yang akan datang. Kalau pun programnya tidak mirip orang-orang yang terlibat bisa mendapatkan informasi mengenai bagian-bagian, kapan dari program yang sering harus mendapatkan perhatian khusus

(Santosa, 2009; 151-152).

Program PUAP

Adapun tujuan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan

pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah,

2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, dan penyuluh pendamping,

3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk


(24)

4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan (Anonimous b, 2010).

Adapun Indikator keberhasilan output (hasil) PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), yaitu: (1) Tersalurkannya dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian dan (2) Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) (Suprapto, 2010; 3).

Sedangkan indikator keberhasilan yang menjadi akibat (outcome) PUAP antara lain:

1. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola

bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani,

2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani, dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha,

3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di perdesaan,

4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik atau penggarap), buruh tani, dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah

(Anonimous c, 2010).

Indikator manfaat atau benefit dan impact (pengaruh) PUAP antara lain: berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi


(25)

Desa PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, dan berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 4).

Proses penetapan Desa PUAP berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008 (Pedoman PUAP tahun 2008), ada 2 tahapa n yang harus dilewati yaitu: tahapan penetapan kuota desa dan tahapan seleksi Desa PUAP.

(1) Tahapan Penetapan Kuota Desa

Penentuan kuota desa dilaksanakan di Pusat oleh Kelompok Kerja (Pokja)

Identifikasi PUAP. Penetapan kuota desa dilakukan dengan

mempertimbangkan: data lokasi PNPM-Mandiri; data Potensi Desa (Podes); data desa miskin dari BPS; data desa tertinggal dari Kementerian PDT; data desa lokasi program lanjutan Departemen Pertanian antara lain : P4K, Prima Tani, P4MI, Pidra, LKM-A serta desa rawan pangan. Kuota desa yang menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha PUAP juga memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Berdasarkan kuota desa pada setiap kabupaten/kota, tim PUAP pusat menyusun daftar calon desa PUAP. (2) Tahapan Seleksi Desa PUAP

Daftar calon desa PUAP dikirim oleh tim PUAP pusat ke gubernur dan bupati/walikota. Berdasarkan daftar tersebut diatas, pemerintah kabupaten/Kota mengusulkan calon desa PUAP kepada Departemen Pertanian melalui gubernur. Tim PUAP pusat melakukan verifikasi atas usulan desa PUAP yang diajukan oleh gubernur, bupati/walikota dan aspirasi masyarakat. Hasil verifikasi desa PUAP


(26)

oleh tim PUAP pusat, selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai “Desa PUAP” ((Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 7).

Menurut Pedoman PUAP tahun 2008 (Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008), Proses penetapan Gapoktan PUAP, adalah sebagai berikut:

1. Tim teknis PUAP kabupaten/kota mengidentifikasi Gapoktan calon penerima BLM-PUAP dari lokasi Desa PUAP yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

2. Gapoktan yang ada di Desa PUAP mengisi formulir 1 sebagai data dasar untuk diajukan oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM-PUAP.

3. Bupati/walikota mengusulkan Gapoktan penerima BLM-PUAP kepada Tim

PUAP pusat melalui gubernur.

4. Tim PUAP pusat melakukan verifikasi terhadap Gapoktan yang diusulkan oleh

bupati/walikota

5. Hasil Verifikasi Tim PUAP Pusat terhadap Gapoktan, selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai Gapoktan Penerima BLM-PUAP.

(Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 8)

Landasan Teori

Konsep mengenai kemiskinan bukanlah hal yang mudah dipahami, sebab kemiskinan sebagai gejala ekonomi berbeda dengan kemiskinan sebagai gejala sosial-budaya. Hendra Esmara (1986 : 287) menyebutkan bahwa kemiskinan dilihat dari aspek sosial-budaya lebih banyak melihat dalam diri penduduk miskin itu sendiri seperti nampak pada cara hidup dan tingkah laku. Kemudian


(27)

kemiskinan dilihat dari aspek ekonomi lebih menitikberatkan pada lingkungan penduduk miskin yang nampak pada rendahnya pendapatan, gizi buruk, angka kematian bayi dan morbiditas yang tinggi serta rendahnya pendidikan, (Tukiran,1993; 145).

Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial. Aspek aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, keamanan dan lingkungan. Tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan

mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat

dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat (Sayogyo, 1996; 67).

Partisipasi masyarakat didorong melalui proyek pembangunan bagi masyarakat desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat, peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan. Jadi masih dibutuhkan wadah untuk berpartisipasi di tingkat kelompok. Melalui wadah partisipasi tersebut anggota kelompok akan saling belajar melalui pendekatan learning by doing yang berarti belajar dengan melakukannya, menuju pada tujuan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.


(28)

Yang terjadi adalah adanya perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang merupakan potensi untuk pembangunan (Ban dan Hawkins, 1999; 60).

Gapoktan merupakan kelembagaan ekonomi di perdesaan yang didalamnya bergabung kelompok-kelompok tani. Gapoktan sebagai aset kelembagaan dari Kementerian Pertanian diharapkan dapat dibina dan dikawal selamanya oleh

seluruh komponen masyarakat pertanian mulai dari pusat, provinsi,

kabupaten/kota sampai kecamatan untuk dapat melayani seluruh kebutuhan petani di perdesaan. Sebagai organisasi ekonomi milik petani di perdesaan, diharapkan Gapoktan dapat melayani kebutuhan petani tentang pembiayaan. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 273 / Kpts/OT.160 /4/ 2007, telah memberikan arahan bahwa Gapoktan dapat melakukan fungsi-fungsi ekonomi antara lain: unit usaha pengolahan, unit usaha saprodi, unit usaha pemasaran, unit usaha keuangan mikro sesuai dengan kebutuhan dan harus disepakati oleh seluruh anggota Gapoktan (Suprapto, 2010; 1).

Membicarakan modal dalam usaha pertanian tidak akan terlepas dari pembicaraan kredit. Karena kredit merupakan suatu alat atau cara untuk menciptakan modal. Diakui dan terjadi di lapangan bahwa ada petani yang dapat memenuhi semua keperluan modalnya dari kekayaan yang dimilikinya. Bahkan sebagian petani yang kaya malahan bisa membantu atau meminjamkan modal kepada petani lainnya yang memerlukan. Tetapi secara ekonomis dapat dikatakan bahwa modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri atau pinjaman dari pihak lainnya. Modal berupa pinjaman dari pihak lain ini lazim disebut sebagai utang atau kredit (Daniel, 2002; 77).


(29)

Modal merupakan salah satu faktor produksi pertanian. Pemilik modal menerima bunga modal yang biasanya diukur dalam persen dari modal pokok untuk satu kesatuan waktu tertentu misalnya per bulan, per triwulan, atau per tahun. Pemilik modal tidak perlu orang lain daripada petani sendiri. Hanya apabila modal dipinjam dari pihak lain dengan janji pengembalian dengan bunga tertentu maka terdapatlah kredit. Dengan demikian modal dapat dibagi dua yaitu modal sendiri (equity capital) dan modal pinjaman (credit) (Mubyarto, 1989; 93).

Dalam penyelenggaraan program PUAP, Departemen Pertanian telah mengalokasikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari APBN sebagai dana stimulan sebesar Rp 100.000.000 untuk Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) kepada setiap desa PUAP. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif budidaya (on farm) seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta kegiatan off farm (non budidaya) yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan sasaran kelembagaan tani pelaksana PUAP sebagai penyalur modal usaha agribisnis bagi petani.

Sedangkan kriteria Gapoktan penerima dana BLM-PUAP, adalah: (1) Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis, (2) Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif, (3) Dimiliki dan dikelola oleh petani, (4) Dikukuhkan oleh Bupati/Walikota. Program PUAP dilaksanakan melalui pendekatan dan strategi sebagai berikut: (1) Memberikan bantuan stimulus modal usaha kepada petani untuk membiayai usaha ekonomi produktif dengan membuat usulan dalam bentuk RUA (Rencana Usaha Anggota), RUK (Rencana Usaha Kelompok), RUB


(30)

(Rencana Usaha Bersama) dan menggunakan dana PUAP sesuai dengan usulan (tahun ke-I); (2) Petani penerima manfaat program PUAP tersebut harus mengembalikan dana stimulasi modal usaha kepada Gapoktan sehingga dapat digulirkan lebih lanjut oleh Gapoktan melalui kaidah-kaidah usaha simpan-pinjam (tahun ke-II); (3) Dana stimulasi modal usaha yang sudah digulirkan melalui pola

simpan–pinjam selanjutnya melalui keputusan seluruh anggota Gapoktan

diharapkan dapat ditumbuhkan menjadi LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis), dan pada akhirnya difasilitasi menjadi jejaring pembiayaan (linkages) dari lembaga keuangan lain (Peraturan Menteri Pertanian, 2010; 15).

Pemantauan program, diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data, fakta) dan pengambilan keputusan-keputusan yang terjadi selama proses pelaksanaan program, dengan maksud untuk menghindari terjadinya keadaan-keadaan kritis yang akan mengganggu pelaksanaan program, sehingga program tersebut tetap dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Mardikanto, 1993; 326).

Evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: merumuskan tujuan; mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk mengukur keberhasilan dan menjelaskan tingkat keberhasilan. Dengan demikian ciri utama dari evaluasi adalah proses menentukan nilai terhadap suatu tujuan dan kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam meraih tujuan dengan nilai tertentu (Sinar Tani, 2001; 358).

Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006; 148), penggolongan kualitas kredit (pinjaman) berdasarkan kegiatan pembayaran pokok dan bunga


(31)

digolongkan menjadi 5 kelas, yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.

1. Lancar, yaitu: kondisi pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai persyaratan kredit (30 hari).

2. Dalam perhatian khusus, yaitu tunggakan pokok/bunga sampai 90 hari dan jarang mengalami cerukan.

3. Kurang lancar, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga di atas 90 hari sampai 120 hari dan cerukan berulang kali khususnya untuk menutup rugi operasional dan arus kas.

4. Diragukan, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga di atas 120 hari sampai 180 hari dan cerukan permanen khususnya untuk menutupi rugi dan kekurangan arus kas.

5. Macet, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga lebih dari 180 hari.

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada objek tersebut (Azwar, 1995; 5).

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Ban dan Hawkins, 1999; 106).

Jika individu bersikap positif terhadap objek tertentu, maka ia akan cenderung membantu atau memuji, atau mendukung objek tersebut; jika ia bersikap negatif, maka ia akan cenderung untuk mengganggu atau menghukum atau merusak objek tersebut (Krech dkk, 1996; 9).


(32)

Sistem kerja kelompok memungkinkan pertemuan antar anggota semakin sering terjadi. Kegiatan ini membuka kesempatan berdiskusi, tukar-menukar informasi dan pengalaman antar anggota semakin aktif, sehingga pengetahuan anggota kelompok semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya, kendala-kendala yang muncul pada kelompok dengan cepat ditemukan dan dipecahkan secara bersama-sama. Di sisi lain rasa kebersamaan di antara anggota kelompok semakin erat. Kerja kelompok juga mempermudah PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) untuk mendatangi mereka untuk memberikan pengarahan-pengarahan atau penyuluhan di lahan kerja mereka, cukup dengan melihat jadwal kerja kelompok tersebut (Mubyarto, 2000; 25).

Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha transformasi pola pertanian tradisional tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani dalam meningkatkan produktivitasnya saja; akan tetapi yang lebih penting lagi semua itu tergantung pada kondisi-kondisi sosial, kondisi komersial dan kondisi kelembagaan yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi oleh petani (Todaro, 1998; 386).

Kegiatan analisis kinerja merupakan kegiatan menginterpretasikan atau pemahaman serta penggunaan data dan informasi yang berhasil dukumpulkan guna membuat kesimpulan dan temuan evaluasi kinerja, namun untuk melakukan hal tersebut digunakan alat-alat analisis ataupun intsrumen-instrumen yang bervariasi baik metode maupun prosedurnya, antara lain penggunaan teknik analisis kuantitatif untuk membandingkan antara biaya-biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang dihasilkan sehingga penggunaan bisa menentukan metode


(33)

kualitatif yang bersifat subyektif maupun metode eksperimental (Moeheriono, 2009; 96-97)

Kerangka Pemikiran

Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan

permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling mendasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu: program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Pemerintah melalui Departemen Pertanian memberikan bantuan dana PUAP sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) kepada Gapoktan yang ada di Desa PUAP. Pelaksanaan program PUAP harus berpatokan pada Pedoman Umum PUAP tahun 2008. Gapoktan penerima dana BLM-PUAP harus berada pada lokasi desa PUAP dan memenuhi kriteria, antara lain: memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis, mempunyai struktur kepengurusan yang aktif, dimiliki dan dikelola oleh petani, dikukuhkan oleh bupati/walikota. Dana BLM-PUAP disalurkan kepada petani melalui Gapoktan. Gapoktan (per desa) yang merupakan kelembagaan ekonomi di perdesaan yang di dalamnya bergabung kelompok-kelompok tani.

Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga tani pelaksana PUAP yang bertanggung jawab dalam mengelola dan menyalurkan modal usaha


(34)

agribisnis bagi petani. Penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani dilaksanakan dengan sistem pinjaman, artinya dana BLM-PUAP harus dikembalikan kepada Gapoktan untuk digulirkan kembali kepada petani lain. Kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan Program PUAP di daerah penelitian sangat dipengaruhi oleh tingkat pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP dari petani kepada Gapoktan. Tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.

Penerimaan bantuan dana BLM-PUAP dalam bentuk pinjaman tersebut memunculkan sikap, tingkah laku yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam diri petani maupun kelompok dimana petani itu bernaung. Sikap petani terhadap program PUAP merupakan bentuk reaksi ataupun respon terhadap adanya stimulus, yakni memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan standar dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan

menyusun pertimbangan. Kegiatan evaluasi PUAP bermanfaat untuk

mengidentifikasi berbagai kelemahan dan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan PUAP baik peyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP serta memberikan saran-saran perbaikan sebagai pertimbangan untuk pengambilan kebijakan PUAP pada masa yang akan datang. Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian yang telah berjalan sejak tahun 2008, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program PUAP yang telah dicapai, dan dampaknya terhadap sosial ekonomi (komunikasi antar petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani.


(35)

Desa PUAP Gapoktan

Program PUAP

Sikap Petani Terhadap Program

PUAP

Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Petani:

1. Komunikasi antar petani

2. Kemudahan dalam memperoleh pinjaman dana BLM-PUAP Positif

Pemerintah

Negatif

Maka secara sederhana kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

= Menyatakan Pengaruh

= Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Gapoktan/Poktan

Evaluasi

Pinjaman Pengembalian Pinjaman Tingkat Penggolongan

Dana BLM-PUAP 1. Lancar

2. Dalam perhatian khusus 3. Kurang lancar

4. Diragukan 5. Macet Petani

Kriteria Gapoktan

Penerima BLM-PUAP:

1. Memiliki SDM

2. Mempunyai struktur

kepengurusan yang aktif 3. Dimiliki dan dikelola

oleh petani

4. Dikukuhkan oleh


(36)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu penentuan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Lokasi penelitian ditetapkan di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu kecamatan penerima dana BLM-PUAP terbesar kedua di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008, salah satu kecamatan yang disetujui pemerintah untuk menjalankan program PUAP, dan telah menjalankan program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) sejak tahun 2009 yang merupakan tahun pertama dijalankannya program PUAP.

Dan jika dilihat dari jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) per kecamatan penerima dana BLM-PUAP di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008 pada tabel 2 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Pancur Batu memiliki jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebanyak 3.374 RTS dan lebih besar dari Kecamatan Bangun Purba (2.182 RTS) dan Kecamatan STM Hulu (1.238 RTS).


(37)

Tabel 2. Persentase Jumlah Dana BLM-PUAP dan Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) di Kecamatan Penerima Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM-PUAP) di Kabupaten Deli Serdang, 2008

No. Nama Kecamatan Jumlah Desa PUAP Besar Dana BLM-PUAP (Rp) Persentase (%) Jumlah RTS Persentase (%)

1 Pantai Labu 11 Desa 100.000.000 31,42 4.562 17,31

2 Pancur Batu 7 Desa 700.000.000 20,00 3.374 12,80

3 Bangun Purba 7 Desa 700.000.000 20,00 2.182 8,28

4 STM Hulu 4 Desa 400.000.000 11,43 1.238 4,70

5 Hamparan Perak 4 Desa 400.000.000 11,43 8.901 33,78

6 Labuhan Deli 1 Desa 100.000.000 2,86 3.444 13,07

7 STM Hilir 1 Desa 100.000.000 2,86 2.652 10,06

Total 35 Desa 3.500.000.000 100,00 26.353 100,00 Sumber: Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang,

2011

Kecamatan Pancur Batu terdiri dari 25 desa, hanya 7 desa yang menerima dana BLM-PUAP pada tahun 2008, yaitu Desa Pertampilen, Tiang Layar, Bintang Meriah, Namorih, Durian Jangak, Sembahe Baru, dan Salam Tani. Masing-masing Desa PUAP menerima dana BLM-PUAP sebesar Rp 100.000.000.

Tabel 3. Jumlah Petani Anggota Gapoktan yang menerima Pinjaman Dana BLM-PUAP di Desa PUAP Kecamatan Pancur Batu, 2009

Sumber: Kantor Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pancur Batu, 2011 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa 7 Desa PUAP di Kecamatan Pancur Batu memiliki jumlah anggota Gapoktan penerima dana BLM-PUAP yang berbeda antara satu Desa BLM-PUAP dengan Desa BLM-PUAP lainnya. Ke-7

No Desa PUAP Nama Gapoktan Jumlah Petani Penerima Pinjaman

Dana BLM-PUAP (KK) 1 Pertampilen Maju Bersama 88

2 Namorih Bunga Ncole 66

3 Bintang Meriah Simulih Karaben 69

4 Tiang Layar Arih Ersada 54

5 Durin Jangak Tani Mandiri 60

6 Salam Tani Usaha Bersama 71

7 Sembahe Baru Keriahen Baru 56


(38)

sebagai daerah penelitian, yaitu: Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani. Hal ini dikarenakan ke 3 desa PUAP tersebut dinilai cukup mewakili desa PUAP lainnya yang ada di Kecamatan Pancur Batu. Karena pada tahun pertama pelaksanaan program PUAP, jumlah petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP di 3 desa PUAP ini dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan Desa PUAP lainnya. Jumlah penerima pinjaman dana BLM-PUAP di Desa Pertampilan sebanyak 88 KK, Salam Tani 71 KK, Tiang Layar 54 KK, Bintang Meriah 69 KK, Namorih 66 KK, Durin Jangak 60 KK, dan Sembahe Baru 56. Kecuali Desa Tiang Layar, meskipun hanya 54 KK penerima pinjaman tetapi pengembalian pinjaman sebagian petani dan pertemuan per bulan berjalan cukup lancar bila dibandingkan dengan desa lainnya sejak Bulan Februari 2009 sampai dengan bulan Maret 2011. Penentuan jumlah sampel penelitian ini didasarkan pada pendapat Gay yang menyatakan bahwa ukuran mínimum sampel yang diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan untuk populasi yang relatif kecil yaitu mínimum 20% populasi (Hasan 2002; 60).

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Gapoktan Maju Bersama (Pertampilen), Arih Ersada (Tiang Layar), dan Gapoktan Usaha Bersama (Salam Tani) yang menerima pinjaman dana BLM-PUAP (Program PUAP tahun 2008), yaitu 213 KK.

Pengambilan sampel secara cluster sampling, dimana penarikan sampel yang dilakukan secara proporsional yakni populasi terlebih dahulu dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan area/cluster, teknik memilih sebuah sampel dari


(39)

kelompok unit yang kecil. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total populasi dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 sampel karena menurut pendapat Bailey (Hasan, 2002; 60), ukuran sampel paling minimum adalah 30 sampel dari suatu populasi.

Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997), yaitu:

Spl

Js

N

n

Keterangan: Spl = Sampel

n = Jumlah anggota Gapoktan penerima

pinjaman dana BLM-PUAP N = Total populasi

Js = Besar sampel (30 orang)

Tabel 4. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Empat Desa Penerima Dana BLM-PUAP di Kecamatan Pancur Batu, 2008.

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011

Selain 30 sampel di atas, sumber informasi/data diperoleh juga dari pengurus Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama dan Arih Ersada (Ketua, sekretaris dan bendahara), 3 orang PPL yang bertugas di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar, dan 1 pegawai dinas BPTP Sumatera Utara, kepala BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Pancur Batu, 2 orang pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang.

No. Desa Nama Gapoktan Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 Pertampilen Maju Bersama 88 12

2 Tiang Layar Arih Ersada 54 8

3 Salam Tani Usaha Bersama 71 10


(40)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari PPL, pengurus Gapoktan dan angggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima pinjaman dana BLM-PUAP di 3 desa PUAP Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan, kebutuhan penelitian dan pengamatan langsung di lapangan.

Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu kantor Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara, BPP Kecamatan Pancur Batu, Kepala Desa 3 desa PUAP yakni Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani Kecamatan Pancur Batu serta instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan kemudian diolah secara manual, lalu dijabarkan secara deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud membuat pencatatan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian yang terjadi. Dalam arti ini, penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata dan tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, uji hipotesis atau mendapatkan makna dan implikasi dari penelitian tersebut (Wirartha 2006; 155).


(41)

Untuk mengetahui bagaimana proses dan kriteria penetapan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) penerima BLM-PUAP (Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian, dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan Pedoman PUAP tahun 2008 (Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/2/2008).

Untuk mengetahui apakah sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani di daerah penelitian dianalisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani dan syarat-syarat pemberian pinjaman dana BLM-PUAP kepada petani sesuai dengan yang telah disepakati bersama.

Untuk mengetahui kualitas pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP di daerah penelitian dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menggunakan tabulasi sederhana antara jumlah pinjaman petani anggota Gapoktan, jumlah pinjaman yang dikembalikan dan jumlah bulan pengembalian serta bentuk persentasenya untuk melihat tingkat penggolongan pengembalian pinjaman.

Untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap program PUAP di daerah penelitian, dianalisis dengan teknik penskalaan Likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban. Untuk pernyataan positif: Sangat Setuju (SS) bernilai 5, Setuju (S) bernilai 4, Ragu-ragu (R) bernilai 3, Tidak Setuju (TS) benilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Untuk pernyataan negatif: Sangat Setuju (SS) benilai 1, Setuju (S) benilai 2, Ragu -ragu (R) benilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 4, Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 5, (Nazir, 1983; 397).


(42)

Rumus skala Likert: T = 50 + 10

Keterangan: X = Skor responden pada skala yang hendak diubah

menjadi skor T

X = Mean skor kelompok

s = Deviasi standar skor kelompok

Kriteria Uji, apabila: T > 50 = Sikap positif T < 50 = Sikap negatif

Untuk mengetahui dampak program PUAP terhadap sosial ekonomi (komunikasi antar petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani di daerah penelitian, dianalisis secara deskriptif.

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari munculnya kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Monitoring adalah suatu kegiatan untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

2. Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan

standar dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan menyusun pertimbangan.

3. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuh kembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi desa sasaran.

X – X s s


(43)

4. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri dari 4 subsistem yaitu subsistem distribusi dan penyediaan input produksi, subsistem usaha tani (on farm), subsistem pengolahan hasil pertanian, subsistem pemasaran hasil pertanian dan subsistem lembaga penunjang. 5. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan

sumber daya alam dan kearifan lokal khususnya pertanian.

6. Desa miskin terjangkau adalah desa yang memiliki infrastruktur transportasi dan komunikasi yang memungkinkan untuk dilakukan pembinaan berkelanjutan.

7. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa

kelompok tani untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha pertaniannya.

8. Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,

ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan

mengembangkan usahanya.

9. Tingkat penggolongan kualitas pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP

dari anggota Gapoktan penerima pinjaman dana BLM-PUAP kepada Gapoktan sebagai lembaga pengelola program PUAP

1. Lancar: pembayaran tepat waktu, tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit (pinjaman)

2. Dalam perhatian khusus: terdapat tunggakan pokok/bunga ≤ 90 hari 3. Kurang lancar: terdapat tunggakan pokok/bunga > 90 hari – 180 hari 4. Diragukan: terdapat tunggakan pokok/bunga > 180 – 270 hari


(44)

5. Macet: terdapat tunggakan pokok/bunga ≥ 270 hari

10. Sikap adalah pencerminan dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri dan reaksi terhadap stimulus yang menghasilkan pengaruh atau penolakan, penilaian suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek.

11. Sikap positif adalah sikap yang cenderung menyukai, mendekati, menerima bahkan mengharapkan kejadian objek tertentu

12. Sikap negatif adalah sikap yang cenderung menjauhi, membenci, menghindar ataupun tidak menyukai keberadaan objek tertentu.

13. Dampak program PUAP adalah dampak sosial dan ekonomi yang dialami petani di daerah penelitian setelah berjalannya program PUAP

14. Komunikasi antar petani (dampak sosial program PUAP) adalah perubahan intensitas komunikasi antar petani setelah berjalannya program PUAP 15. Kemudahan memperoleh pinjaman (dampak ekonomi program PUAP)

adalah kemudahan yang dirasakan oleh petani dalam memperoleh pinjaman dana BLM-PUAP

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel penelitian adalah petani yang meminjam dana BLM-PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

3. Waktu penelitian adalah bulan Agustus sampai dengan bulan Okober tahun 2011.


(45)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Pada masa pemerintah Belanda, Pancur Batu ini disebut dengan Sinuan Bunga dengan ibu kota Arhnemia. Pada tahun 1952, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara yaitu: Abdul Hakim, mengadakan perubahan Pamong Sipil kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang secara administratif dibagi atas 6 (enam) kewedanaan yang terdiri dari 30 (tiga puluh) kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Pancur Batu dengan Kewedanaan Deli Hulu.

Pada tahun 1974, sejalan dengan perluasan Kotamadya Medan, bahwa Desa Lau Cih, Desa Namo Gajah, Desa Simalingakar B, Desa Kemenangan Tani, Desa Simpang Selayang, dan sebagian Desa baru telah menjadi Daerah Kotamadya Medan sampai sekarang. Kemudian Pada tahun 1990, terjadi pula penggabungan desa yang pada tahun sebelumnya Kecamatan Pancur Batu terdiri dari 59 desa digabung menjadi 25 desa, luas arealnya 122,53 km2 atau sekitar 12.253 Ha. Kecamatan ini terdiri dari 25 desa dan 108 dusun, dengan ibu kota Kecamatan terletak di Desa Tengah.

Daerah ini dipilih karena Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu Kecamatan yang mendapat dana stimulan BLM-PUAP pada tahun 2008. Dari 25 desa yang tergabung dalam Kecamatan Pancur Batu, 7 desa yang terpilih menjadi desa penerima PUAP. Tiap Desa PUAP mendapat dana BLM-PUAP sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah), sehingga total dana BLM-PUAP yang diterima


(46)

Kecamatan Pancur Batu pada tahun 2008 sebesar Rp 700.000.000 (tujuh ratus juta rupiah). Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan evaluasi program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) di Kecamatan Pancur Batu. Ke-7 Desa PUAP yang ada di Kecamatan Pancur Batu, 3 desa sampel yang dipilih sebagai daerah penelitian, yaitu: Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani. Hal ini dikarenakan ke 3 desa PUAP tersebut dinilai cukup mewakili Desa PUAP lainnya yang ada di Kecamatan Pancur Batu. Karena Jumlah petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP di 3 desa PUAP ini dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan Desa PUAP lainnya. Jumlah penerima pinjaman dana BLM-PUAP di Desa Pertampilan sebanyak 88 KK, Salam Tani 71 KK, Tiang Layar 54 KK, Bintang Meriah 69 KK, Namorih 66 KK, Durin Jangak 60 KK, dan Sembahe Baru 56. Kecuali Desa Tiang Layar, meskipun hanya 54 KK penerima pinjaman tetapi pengembalian pinjaman dan pertemuan per bulan berjalan cukup lancar bila dibandingkan dengan desa lainnya sejak Bulan Februari 2009 – Maret 2011. Penentuan jumlah sampel penelitian ini didasarkan pada pendapat Gay yang menyatakan bahwa ukuran mínimum sampel yang diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan untuk populasi yang relatif kecil yaitu mínimum 20% populasi (Hasan 2002; 60).

Luas dan Letak Geografi

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang merupakan daerah penelitian, secara administratif mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sunggal dan Kota Medan

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit


(47)

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kutalimbaru

Kecamatan Pancur Batu memiliki luas 122,53 km2 atau sekitar 12.253 ha. Dan Kecamatan Pancur Batu ini pada umumnya mempunyai dua iklim musim yaitu musim yaitu musim kemarau dan musim hujan yang mana kedua musim tersebut dipengaruhi oleh angin laut dan angin pegunungan.


(48)

Penggunaan Lahan

Tabel 5. Luas Desa, Lahan Sawah, Tanah Kering dan Luas Lahan Lainnya di Kecamatan Pancur Batu, 2010.

No Desa Luas Desa (Ha) Luas Lahan Sawah (Ha) Luas Lahan Kering (Ha) Luas Lahan Lainnya (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Baru Bintang Meriah D. Simbelang A Durin Jangak Durin Tonggal Gunung Tinggi Hulu Lama Namo Simpur Namo Riam Namo Rih Namo Bintang Pertampilen Salam Tani Simalingkar A Sembahe Baru Sei Glugur Sugau Sukaraya Tanjung Anom Tuntungan I Tuntungan II Tiang Layar Tengah P. Simalingkar 171,80 599,60 389,42 391,14 911,82 509,06 114,77 68,15 218,99 515,41 309,25 499,49 335,70 973,56 1.545,00 241,10 357,35 2.040,00 418,51 292,07 518,85 200,44 467,76 114,54 49,23 15,00 47,00 130,00 135,00 90,40 57,90 2,00 13,20 18,00 180,00 120,00 65,10 62,50 183,50 104,00 21,00 33,50 82,50 108,70 46,00 29,00 4,00 87,60 1,00 0,00 134,00 524,40 140,00 180,00 468,00 358,30 35,00 35,20 170,10 230,00 129,90 319,80 150,00 664,00 36,00 175,00 222,50 1901,00 251,70 200,00 323,00 148,00 293,90 79,00 43,00 22,80 28,20 119,42 76,14 353,42 92,86 77,77 19,75 30,89 105,41 59,35 114,59 123,20 126,06 1.405,00 45,10 101,35 56,50 58,11 46,07 166,85 48,44 86,26 34,54 6,23 Total 12.253,00 1,636,90 7.211,80 3.404,30 Sumber: Kantor Camat, 2011

Dari tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa lahan kering lebih luas dibanding dengan lahan sawah dan lahan lainnya yaitu sebesar 7.211,80 ha atau sekitar 58,86%. Selebihnya 13,36% digunakan untuk lahan sawah, 27,78% untuk


(49)

lahan lainnya seperti pemukiman/perumahan, bangunan umum, kuburan, jalan, dan lain-lain.

Pembagian Wilayah

Tabel 6. Banyaknya Dusun/Lingkungan dan Rukun Tetangga di Kecamatan Pancur Batu, 2010

No Desa Dusun/Lingkungan Rukun Tetangga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Baru Bintang Meriah D. Simbelang A Durin Jangak Durin Tonggal Gunung Tinggi Hulu Lama Namo Simpur Namo Riam Namo Rih Namo Bintang Pertampilen Salam Tani Simalingkar A Sembahe Baru Sei Glugur Sugau Sukaraya Tanjung Anom Tuntungan I Tuntungan II Tiang Layar Tengah P. Simalingkar 5 4 3 3 5 5 5 7 4 5 3 5 3 4 5 2 6 5 5 6 4 4 3 4 7 10 5 6 3 7 5 9 13 3 5 3 8 3 3 7 4 13 5 9 15 7 10 3 6 23

Total 112 185


(50)

Dari tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Pancur Batu terdiri dari 25 desa dengan jumlah dusun/lingkungan sebanyak 111 dan rukun tetangga sebanyak 185.

Keadaan Penduduk

Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu Berdasarkan Kelompok Umur

Jumlah penduduk Kecamatan Pancur Batu menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu Menurut Umur, 2010

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-14 27.201 31,17

2 15-49 44.482 50,97

3 >50 15.584 17,86

Total 87.267 100,00 Sumber: Kantor Camat, 2011

Dari tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur 15-49 tahun yakni sebanyak 44.482 jiwa dengan persentase 50.97% dan yang terkecil adalah kelompok umur >50 tahun yakni sebanyak 15.584 jiwa dengan persentase 17.86%. Dan dari data yang ada dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Pancur Batu berada pada usia produktif. Artinya penduduk di Kecamatan Pancur Batu tersebut memiliki tenaga kerja yang cukup.


(1)

13. Setelah dana pinjaman diberikan kepada petani, jumlah petani yang ada pertemuan semakin menurun

14. Program PUAP tidak berpengaruh sama sekali dengan penurunan tingkat kemiskinan di desa ini

15. Program PUAP tidak berpengaruh terhadap penurunan tingkat pengangguran di desa ini

Keterangan Skor Jawaban

Pernyataan Positif: Pernyataan Negatif: 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2 = Tidak Setuju (TS) 3 = Ragu-Ragu (R) 4 = Setuju (S)

5 = Sangat Setuju (SS)

1 = Sangat Setuju (SS) 2 = Setuju (S)

3 = Ragu-Ragu (R) 4 = Tidak Setuju (TS)


(2)

Lampiran 14. Jawaban Sampel Terhadap Pernyataan Pengukuran Sikap

No. Sampel

Pernyataan

Positif Negatif

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 S TS SS TS R R STS TS TS R TS TS STS STS TS TS S TS S S S S R SS S S SS SS SS SS

2 STS R S STS TS TS TS TS S R S TS TS TS TS SS TS R S R S S R TS S S S S SS SS

3 SS S R R TS SS TS R TS TS TS TS SS TS STS TS TS R S S R S S SS S S S SS S S

4 R S SS TS R TS TS TS TS R R R STS STS STS R TS TS R S S S R SS S S S S S SS

5 S STS S R S SS TS TS TS R R TS R R TS TS SS TS TS R S S R S R S S SS SS SS

6 S S S S STS TS TS S TS R R TS STS STS STS R TS R S S S R TS SS TS R S R SS SS

7 TS STS S SS TS TS R TS S TS TS R R TS R SS SS TS R S S S R STS R R S SS SS SS

8 S S S STS TS TS STS TS TS S TS TS SS TS STS R TS R S S S S TS SS R R R SS S S

9 SS S STS R R R R TS S R TS R TS TS STS TS TS R R S SS R R TS R R R SS SS SS

10 S R SS TS R TS TS SS SS R S TS TS STS STS TS R TS R S S R R TS R R S SS S SS

11 S S SS TS TS R TS S R R S TS TS STS STS TS STS R S S S S S TS R R S S SS SS

12 SS S S TS S S TS S S TS R TS STS STS STS STS TS TS S S R R SS TS R S S SS SS SS

13 S R S TS TS TS R TS S TS S TS S R STS TS R TS R S S S R TS SS S S S SS S

14 S S S R S TS TS SS TS R R TS STS STS TS R TS TS R R S S S S TS S R SS SS SS

15 R S TS R TS STS R R S TS TS R SS TS TS R TS R R S S S TS TS R R R S S S

16 R S SS TS TS TS TS S STS R R TS R TS STS R TS TS R S S R R SS R R S S S S

17 S R TS S R S R TS R S R TS STS TS TS TS R S S S SS R R TS R R SS SS S S

18 R R S TS TS TS TS S R TS S TS S TS TS R R R S SS S R TS R S S SS SS SS S

19 S S SS R TS STS TS S TS R S TS STS TS STS STS STS TS R SS S S R STS R R R SS SS S

20 S S S STS S S R S S R R TS TS R STS TS TS TS S SS TS R S TS R R S S S S

21 S S S R R S R R SS R TS R TS TS TS TS TS R S TS STS R TS TS R R SS SS SS SS

22 R R S R R R R R S R S R TS STS TS R R TS R S S S R TS TS R R S SS S

23 S S SS R STS STS TS TS TS TS R S TS TS TS TS TS S S S S S TS TS SS R TS S S S

24 S TS S TS TS TS R STS STS R R R STS STS TS TS S TS S S S S TS SS R R R R SS SS

25 SS R S TS S TS R TS STS S R R TS TS TS STS S S R S SS S R SS S R S SS SS SS

26 S S TS TS S TS R S STS TS S TS TS TS TS TS TS S S TS S R TS S R R S SS SS SS

27 S S TS TS R R S TS S TS S R STS STS TS TS R TS S S S S R TS R S S SS SS SS

28 S S S TS STS R TS R STS S R TS SS TS TS TS TS TS R S S S R SS R R R SS S S

29 S R TS R R TS R R S TS S R R TS TS TS S TS S S S S S TS R R R SS SS SS


(3)

Lampiran 15. Skor Jawaban Sampel Terhadap Pernyataan Pengukuran Sikap

No. Sampel

Pernyataan Total

Skor Jawaban

Positif Negatif

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15

1 4 2 5 2 3 3 2 4 4 3 2 2 2 2 2 4 4 4 2 2 2 2 3 4 2 2 2 1 1 1 78 2 4 3 4 2 2 2 2 4 4 3 4 2 2 2 1 4 4 2 2 3 2 2 3 4 2 2 2 2 1 1 77 3 5 4 4 3 2 4 2 3 4 4 2 2 5 2 1 4 4 2 2 2 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 81 4 4 4 5 2 3 4 2 4 3 3 3 3 1 1 1 4 4 3 3 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 1 81 5 4 3 4 3 4 4 2 2 3 3 3 2 2 2 1 5 4 4 4 2 2 2 3 4 3 2 2 1 1 1 82 6 4 4 4 2 2 4 2 4 4 3 3 2 1 1 1 4 2 2 2 2 2 3 4 4 4 3 2 3 1 1 80 7 5 4 4 4 2 4 3 2 4 4 2 3 2 2 2 5 4 4 3 2 2 2 4 5 3 3 2 1 1 1 89 8 4 4 4 2 2 2 1 2 5 4 2 2 5 1 1 5 4 2 2 2 2 2 3 5 3 3 3 1 2 2 82 9 5 4 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 2 1 1 4 4 3 3 2 1 3 3 4 3 3 3 1 1 1 84 10 4 3 5 2 3 2 2 4 5 3 4 2 2 1 1 4 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 2 1 2 1 84 11 4 4 5 2 2 3 2 4 4 3 4 2 2 1 1 4 5 2 2 2 2 2 2 4 3 3 2 2 1 1 80 12 5 4 4 2 3 4 2 4 4 4 3 2 1 1 1 4 4 4 2 2 3 3 3 4 3 2 2 1 1 1 83 13 4 3 4 2 2 2 2 3 4 3 4 2 3 1 1 4 2 4 3 2 2 2 3 4 3 2 2 2 1 2 78 14 4 4 4 3 4 4 2 5 4 3 3 2 1 1 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 3 1 1 1 79 15 4 4 4 3 2 2 3 3 4 4 2 3 5 2 2 5 4 4 3 2 2 2 4 4 3 3 3 2 2 2 92 16 4 4 5 2 2 2 2 4 5 3 3 2 2 2 1 4 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 2 2 2 2 86 17 4 3 3 4 3 4 2 2 3 4 3 2 1 2 2 4 4 2 2 2 1 3 3 4 3 3 1 1 2 2 79 18 4 3 4 2 2 2 2 4 3 3 4 2 4 2 2 4 3 3 2 4 2 3 4 3 2 2 1 1 1 2 80 19 4 4 5 3 2 2 2 4 4 3 4 2 1 2 1 5 2 4 3 2 2 2 3 5 3 3 3 1 1 2 84 20 4 4 4 1 4 4 3 4 4 3 3 2 1 2 1 4 4 4 2 2 1 3 2 4 3 3 2 2 2 2 84 21 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 2 2 2 4 4 3 2 4 1 3 4 4 3 3 1 1 1 1 85 22 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 2 1 2 5 3 4 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 1 2 87


(4)

Lampiran 16. Nilai Skala Sikap Jawaban Responden Terhadap Program PUAP No Nama Responden Skor

(Xi) X (Xi-X) (Xi-X)

Nilai (T)

Interpretasi

1 Samiranta 78 82,53 -4,53 20,5209 38,4439 Negatif 2 Rosdiana br. Bukit 77 82,53 -5,53 30,5809 35,8929 Negatif 3 Karben Tarigan 81 82,53 -1,53 2,3409 46,0969 Negatif 4 Tongat G. Ketaren 81 82,53 -1,53 2,3409 46,0969 Negatif 5 Damenta 82 82,53 -0,53 0,2809 48,6480 Negatif 6 Majek Keliat 80 82,53 -2,53 6,4009 43,5459 Negatif 7 Mariati br. Sembiring 89 82,53 6,47 41,8609 66,5051 Positif 8 Lasmini 82 82,53 -0,53 0,2809 48,6480 Negatif 9 Jusuf Ginting 84 82,53 1,47 2,1609 53,7500 Positif 10 Riah br. Karo 84 82,53 1,47 2,1609 53,7500 Positif 11 Makmur Ginting 80 82,53 -2,53 6,4009 43,5459 Negatif 12 Daud Sinulingga 83 82,53 0,47 0,2209 51,1990 Positif 13 Getum Surbakti 78 82,53 -4,53 20,5209 38,4439 Negatif 14 Kristian Bangun 79 82,53 -3,53 12,4609 40,9949 Negatif 15 Sentosa Guru Singa 92 82,53 9,47 89,6809 74,1582 Positif 16 Daniel Bangun 86 82,53 3,47 12,0409 58,8520 Positif 17 Riduanto Guru Singa 79 82,53 -3,53 12,4609 40,9949 Negatif 18 Yanti br. Ginting 80 82,53 -2,53 6,4009 43,5459 Negatif 19 Ngaku Ginting 84 82,53 1,47 2,1609 53,7500 Positif

23 4 4 5 3 1 4 2 2 2 4 3 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 4 4 2 3 4 2 2 2 83 24 4 4 4 2 2 4 3 2 3 3 3 3 1 1 2 4 2 4 2 2 2 2 4 4 3 3 3 3 1 1 81 25 5 3 4 2 4 4 3 2 2 4 3 3 2 2 2 5 2 2 3 2 1 2 3 4 2 3 2 1 1 1 79 26 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 2 2 2 2 4 4 2 2 4 2 3 4 5 3 3 2 1 1 1 89 27 4 4 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 1 1 2 4 2 4 2 2 2 2 3 4 3 2 2 1 1 1 79 28 4 4 4 2 2 3 2 3 5 4 3 2 5 2 2 4 4 4 3 2 2 2 3 5 3 3 3 1 2 2 90 29 4 3 4 3 3 4 3 3 4 2 4 3 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 4 3 3 3 1 1 1 82 30 5 3 5 1 4 2 2 2 4 3 4 2 2 2 2 4 2 4 2 2 1 2 3 4 3 3 2 1 1 1 78

Keterangan:

Deviasi Standar Kelompok + 3,92 T>50 = Sikap Positif


(5)

20 Hendra Ginting 84 82,53 1,47 2,1609 53,7500 Positif 21 Cinta Sembiring 85 82,53 2,47 6,1009 56,3010 Positif 22 Ngapul Ginting 87 82,53 4,47 19,9809 61,4031 Positif 23 Maju Purba 83 82,53 0,47 0,2209 51,1990 Positif 24 Effendi Guru Singa 81 82,53 -1,53 2,3409 46,0969 Negatif 25 Rezeki Sembiring 79 82,53 -3,53 12,4609 40,9949 Negatif 26 Johanes Y. Barus 89 82,53 6,47 41,8609 66,5051 Positif 27 Inganta Ginting 79 82,53 -3,53 12,4609 40,9949 Negatif 28 Ramlan Ginting 90 82,53 7,47 55,8009 69,0561 Positif 29 Murni br Tarigan 82 82,53 -0,53 0,2809 48,6480 Negatif 30 Karina Sembiring 78 82,53 -4,53 20,5209 38,4439 Negatif


(6)

Lampiran 17. Peraturan Menteri Pertanian Tentang Pedoman Program PUAP

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 16/Permentan/OT.140/2/2008

TENTANG

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui percepatan pertumbuhan dan perkembangan usaha agribisnis di perdesaan telah ditetapkan Program Nasional Pemberdayaan Masayarakat mandiri (PNPM-mandiri);

b. bahwa untuk maksud butir a di atas, Departemen Pertanian melakukan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP);

c. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan Pedoman Umum Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, tambahan Lembaran Negara Nomor 2824);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lemabaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

3. Udang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lemabaran Negara Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);