BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar - Metode Pembelajaran klinik dan Hambatannya pada Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
Metode merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Menurut kamus Purwadarminta (1976), secara umum
metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai
suatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
metode
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu
Method artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu
(Widiatmoko, 2002) .
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi
adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah
satu usaha yang menjadi perhatian pembimbing klinik adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil
bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa faktor yang
mendasari pentingnya metode dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut
(Djamarah, 2006).
2.1.1
Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempatkan peranan
yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar
Universitas Sumatera Utara
mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman (1998: 90) adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsangan dari luar. Karena itu,
metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan
belajar
seseorang.
Dalam
mengajar,
pembimbing
klinik
jarang
sekali
menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada
kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan metode yang bervarisi akan dapat
dijadikan sebagai motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar (Djamarah,
2006).
2.1.2
Metode sebagai strategi pengajaran
Daya serap mahasiswa terhadap bahan yang diberikan juga bermacammacam, ada yang cepat, sedang dan lambat. Terhadap perbedaan daya serap
mahasiswa memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik penyajian yang biasa disebut
metode pembelajaran (Djamarah, 2006).
Atribut tertentu pada setiap metode
dapat dijadikan beberapa strategi yang lebih sesuai dari strategi lain untuk
mendorong beberapa jenis pembelajaran tertentu. Dalam kegiatan belajar
mengajar pembimbing klinik harus memiliki strategi agar mahasiswa dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. (Reilly
dan Obermann, 2002).
2.1.3
Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Pembimbing klinik tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar
menurut kehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama
komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen
metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan memanfaatkan metode yang akurat, pembimbing klinik akan mampu
mencapai tujuan pembelajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar mahasiswa
memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan. Pembimbing klinik sebaiknya menggunakan metode yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran (Djamarah, 2006).
2.2 Pemilihan dan Penentuan Metode
Metode pengajaran yang
digunakan pembimbing klinik dalam setiap
pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi dengan
perumusan tujuan intruksional khusus. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa
memperhatikan metode justru akan mempersulit dan menjadi hambatan bagi
pembimbing klinik dalam mencapai tujuan pengajaran. Metode pembelajaran
mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Karena itu, pembimbing klinik
sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum
kegiatan belajar dilaksanakan di kelas (Djamarah, 2006).
Metode tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Winarno Surakhmad (1990: 97) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan
metode dipengaruhi oleh banyak faktor. Pembimbing klinik harus mengenal,
memahami dan mempedomani faktor-faktor tersebut ketika akan melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
pemilihan dan penentuan metode, jika tidak maka faktor – faktor tersebut akan
menjadi hambatan dalam pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa
Mahasiswa merupakan masukan utama dalam proses pengajaran yang
bersistem. Setiap mahasiswa memiliki daya tangkap yang berbeda-beda.
Pemilihan serta penggunaan metode pengajaran harus mempertimbangkan
mahasiswa yaitu minat dan perhatian, motivasi, sikap,disiplin, cara belajar,
kebiasaan belajar, kesulitan belajar, hubungan sosial dengan teman sekelas,
menjalankan kewajiban seperti mengumpulkan tugas, keaktifan mengikuti
pelajaran, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa
dan keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah
(Sudjana, 2005). Metode pembelajaran dapat dijadikan cara memotivasi
mahasiswa agar mereka berada dalam kerangka psikologis yang benar untuk
belajar materi yang menjemukan, pendekatan reward and punishment yang
sederhana dalam penilaian (Zaini, 2002).
2. Tujuan
Tujuan dalam pendidikan berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Tujuan
pembelajaran dikenal dua yaitu TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK
(Tujuan Instruksional Khusus).
Tujuan pembelajaran secara keseluruhan
harus dikuasai oleh dosen/pembimbing klinik. Tujuan ini mempengaruhi
pembimbing klinik untuk menyeleksi metode yang harus digunakan di kelas.
Universitas Sumatera Utara
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam ruang lingkup tujuan yaitu
rumusan tujuan, metode pelaksanaan, tingkat kesulitan pencapaian tujuan,
kesesuaian dengan kemampuan mahasiswa, jumlah dan waktu untuk
mencapai tujuan, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, media yang
dipakai. Kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka
metode harus mendukung sepenuhnya (Sudjana, 2005).
3. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan pembimbing klinik
tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pembimbing klinik perlu
memperhatikan situasi pembelajaran untuk memilih dan menentukan metode
pembelajaran seperti keadaan jumlah mahasiswa sesuai dengan tempat untuk
belajar, waktu pelaksanaan pengajaran, kondisi mahasiswa yang memiliki
kesibukan tugas selain dari dosen, kondisi kelas yang membosankan, jumlah
mahasiswa yang mengikuti pelajaran, kerja sama dengan institusi lain, dll.
Situasi yang tidak sesuai akan menjadi hambatan untuk memilih metode yang
sesuai (Djamarah, 2006).
4. Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar mahasiswa di
sekolah.
Lengkap
tidaknya
fasilitas
akan
mempengaruhi
metode
pembelajaran (Djamarah, 2006). Fasilitas pengajaran mencakup sarana
pengajaran (contoh: alat peraga, alat tulis, dll) dan prasarana pengajaran
Universitas Sumatera Utara
(contoh: gedung perkuliahan, ruangan, transportasi, dll). Jika fasilitas yang
tersedia di sebuah institusi lengkap, siap pakai, mengikuti perkembangan
teknologi (Up date) maka kondisi ini mendorong pembimbing klinik untuk
menentukan berbagai metode yang memanfaatkan fasilitas yang ada dalam
rangka mengoptimalkan proses serta hasil balajar mahasiswa. Jika fasilitas
yang ada tidak memadai, maka dosen/pembimbing klinik harus bersifat
kreatif menentukan metode yang sesuai (Soetopo, 2005).
5. Dosen/pembimbing klinik
Setiap dosen/pembimbing klinik memiliki kepribadian yang berbeda.
Seorang dosen/pembimbing klinik misalnya suka berbicara, tetapi seorang
lagi tidak. Latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, keterampilan
mengajar, jadwal membimbing baik di institusi dan di lapangan/klinik,
kemauan mengembangkan profesinya melalui pelatihan, seminar atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, kemauan memberikan
bimbingan kepada mahasiswa, penampilan diri
adalah permasalahan
dosen/pembimbing klinik yang dapat mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode mengajar (Sudjana, 2005). Dosen/pembimbing klinik
merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran. Dosen/pembimbing
klinik harus mampu menentukan metode pembelajaran dalam situasi apapun.
Kecakapan metodologis seorang dosen/pembimbing klinik tergantung
penguasaan pengetahuan. Kecakapan metodologis merupakan salah satu
kompetensi dosen/pembimbing klinik (Soetopo, 2005).
Universitas Sumatera Utara
6. Materi
Materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis sesuai
tujuan pembelajaran agar mudah dipahami oleh mahasiswa. Materi
pengajaran merupakan objek yang didalami dalam proses pengajaran
(Soetopo, 2005). Materi yang sulit, tidak menarik, keterbatasan sumbersumber materi, manfaatnya bagi mahasiswa, cara penggunaannya dapat
menjadi hambatan dalam menentukan metode pembelajaran. Materi
pembelajaran akan terus berkembang dan memberikan topik – topik terbaru
yang mengikuti perkembangan zaman agar sesuai dengan kondisi yang ada.
Materi yang akan diajarkan harus disesuaikan dengan tujuan yang akan
dicapai dan metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
(Sudjana, 2005).
7. Penilaian
Interaksi
pengajaran
merupakan
tahap-tahap
pencapaian
tujuan
pengajaran. Keberhasilan belajar mahasiswa diukur serta dinilai dengan alat
penilaian tertentu yang dirancang selaras dengan tujuan pengajaran. Jenis
penilaian yang digunakan, isi dan rumusan pertanyaan, sistem penilaian,
bentuk penilaian, tindak lanjut penilaian, tingkat kesulitan soal, frekuensi,
perencanaan, validitas dan reliabilitas penilaian menjadi aspek penting yang
mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran (Sudjana, 2005 ).
Universitas Sumatera Utara
2.3
Pembelajaran Klinik Keperawatan
2.3.1 Pendidikan Profesi
Menurut Faye (1960) menjelaskan bahwa keperawatan adalah layanan yang
diberikan kepada individu, keluarga, dan mayarakat yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan yang mencakup sikap, kemampuan intelektual dan
keterampilan teknis klinis perawat yang ditujukan untuk membantu masyarakat
yang membutuhkan layanan kesehatan, baik dalam keadaan sehat maupun sakit
(Asmadi, 2008).
Dari pengertian tersebut diatas ada empat elemen utama (mayor elements)
yang menjadi perhatian yaitu (Suliman, 2011) :
1. Keperawatan adalah ilmu dan kiat (applied science)
2. Keperawatan adalah profesi yang berorientasi pada pelayanan (helping health
illness problem)
3. Keperawatan mempunyai empat tingkat klien : individu, keluarga, kelompok
dan komunitas
4. Pelayanan Keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan.
Menurut Winsley (1964), profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan
badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna
menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang
cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan. Ciriciri profesi menurut Winsley, (1964 ) :
Universitas Sumatera Utara
1.
Didukung oleh badan ilmu (body of knowledge) yang sesuai dengan
bidangnya, jelas wilayah kerja keilmuannya dan aplikasinya
2.
Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus
menerus dan bertahap
3.
Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal
melalui perundang-undangan
4.
Peraturan dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh
warga profesi (Hidayat, 2009).
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam
menentukan tindakannya didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Salah satu fokus kriteria profesi
keperawatan
adalah
seseorang
menyelesaikan
pendidikan
dan
mampu
memperlihatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam memenuhi standar praktik
keperawatan dan dikembangkan secara terus menerus (Asmadi, 2008).
Pendidikan tinggi keperawatan merupakan tingkatan pendidikan yang
bertujuan menghasilkan profesi perawat yang profesional. Proses pendidikan
dilaksanakan melalui dua tahap yaitu tahap akademik dan tahap Profesi Ners
(Nursalam, 2009). Tahap Profesi Ners merupakan lanjutan program akademik.
Proses pembelajaran klinik menuntut lulusannya memiliki karakteristik esensial
profesi meliputi lima aspek berikut (Erniyati, 2010):
Universitas Sumatera Utara
1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
Mahasiswa dan dosen pembimbing klinik harus memahami dan menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi keperawatan.
2. Kemampuan menyelesaikan masalah secara alamiah.
Pemecahan masalah secara keilmuan dapat ditumbuhkan secara langsung
berhubungan dengan pasien dan dalam membantu memenuhi kebutuhan
pasien melalui asuhan keperawatan.
3. Sikap dan tingkah laku profesional
Sikap dan tingkah laku profesional dituntut dari perawat dalam melaksankan
asuhan keperawatan dan profesinya.
4. Belajar aktif dan mandiri
Belajar aktif dan mandiri dapat tercapai dengan membuat laporan
pendahuluan, presentasi kasus, dll.
5. Pendidikan berada di masyarakat
Pendidikan dikembangkan di masyarakat untuk lebih membina keterampilan
mahasiswa.
Kurikulum tahap Program Profesi (Ners) disusun berdasarkan Kurikulum
Nasional dengan surat keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nomor:
129/U/1999 tanggal 11 Juni tahun 1999 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Ners
di Indonesia (KIPNI) (Nurhidayah, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Jumlah SKS yang harus ditempuh setiap institusi penyelenggara pendidikan
keperawatan akhirnya juga bertambah sehingga totalnya 34 SKS yaitu 6 SKS
Keperawatan Medikal bedah, 3 SKS Keperawatan Maternitas, 3 SKS
Keperawatan Anak dan 3 SKS Keperawatan Jiwa yang ditempatkan di semester
pertama. Sedangkan pada semester dua meliputi 3 SKS Manajemen Keperawatan,
3 SKS Keperawatan Gerontik, 3 SKS Keperawatan Gawat Darurat, 3 SKS
Keperawatan Keluarga dan 3 SKS Keperawatan Komunitas dan Praktik Belajar
Lapangan Komprehensif (PBLK) sebanyak 4 SKS sehingga totalnya 34 SKS
(Erniyati, 2010).
Manajemen pembelajaran klinik adalah suatu cara mengelola proses belajar
mengajar dengan menerapkan teori-teori manajemen untuk menunjang keberhasilan
kegiatan pembelajaran klinik. Menurut Arikunto (1993) untuk mencapai manajemen
pembelajaran yang berkualitas maka diperlukan unsur-unsur yang secara langsung
berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu dosen/pembimbing klinik, mahasiswa,
kurikulum dan sarana (Mestiana, 2011).
Metode
mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan oleh
dosen/pembimbing klinik berdasarkan perkembangan profesional tertentu. Masingmasing jenisnya bercorak khas dan semuanya berguna untuk mencapai tujuan
administrasi pendidikan. Pendekatan pembelajaran klinik berorientasi pada
kompetensi atau kemampuan yang sangat kompleks, karena difokuskan pada belajar
secara langsung menangani pasien untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi
pasien. Tujuan pembelajaran
klinik berorientasi pada kompetensi yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap ke dalam situasi yang nyata,
Universitas Sumatera Utara
sehingga mampu memberikan pelayanan asuhan sesuai dengan manajemen
pelayanan asuhan kesehatan (Mestiana, 2011).
2.3.2 Tempat Praktik
Program Pendidikan Profesi Ners adakalanya disebut juga sebagai proses
pembelajaran klinik karena lahan praktiknya di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik
Bersalin, Panti Wherda dan Keluarga serta masyarakat atau komunitas.
Pendidikan profesi hanya akan didapat di lingkungan klinik atau lahan praktik
karena lingkungan klinik merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai
tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik klinik di dalam
kurikulum
profesional (Nurhidayah, 2011). Komponen yang harus ada pada tatanan tempat
praktik adalah (Nursalam, 2009):
a. Kesempatan kontak dengan klien
b. Tujuan praktik
c. Bimbingan yang kompeten
d. Praktik keterampilan
e. Dorongan untuk berpikir kritis
f. Kesempatan mentransfer pengetahuan
g. Kesempatan dalam mengintegrasikan pengetahuan.
2.3.3 Metode Pembelajaran Klinik
Metode pembelajaran merupakan suatu metode untuk mendidik mahasiswa di
klinik yang memungkinkan dosen/pembimbing klinik untuk memilih dan
Universitas Sumatera Utara
menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual
mahasiswa berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2009).
Menurut Schweek ang Gebbie praktik klinik merupakan “the heart of the total
curriculum plan”. Pendapat ini menunjukkan bahwa unsur
penting dalam
pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses pembelajaran di klinik. Proses
pembelajaran dipengaruhi oleh mahasiswa dan dosen (Nurhidayah, 2011).
Dosen/pembimbing klinik bertanggung jawab
menentukan metode
pembelajaran di klinik untuk mendukung tujuan tersebut. Beberapa metode klinik
yang biasa digunakan adalah
metode experiental, pemecahan masalah,
konferensi, observasi, multimedia, self directed, preceptorship, demonstrasi, bed
side teaching, nursing clinic (Nurhidayah, 2011).
1. Metode Experiential
Metode ini merupakan metode yang memberikan penugasan untuk
membuat catatan dan laporan secara tertulis, dilahan praktek (Hidayat, 2002).
Metode pengajaran ini memberikan pengalaman langsung dari kejadian.
Metode ini didasarkan pada konsep pembelajaran fenomenologik. Metode ini
menyediakan interaksi di antara mahasiswa dengan lingkungan yang menjadi
tempat pembelajaaran (Reilly dan Obermann, 2002). Metode ini meliputi
penugasan klinik, penugasan tertulis, simulasi dan permainan. Contoh
penugasan tertulis: menulis rencana keperawatan, studi kasus, perencanaan
pendidikan kesehatan, proses pencatatan, membuat laporan kunjungan,
pembuatan makalah dan catatan kerja peserta didik tentang hasil observasi di
lapangan serta pengalaman prakteknya. Contoh simulasi dan permainan yaitu
Universitas Sumatera Utara
menggunakan model boneka dalam melakukan keterampilan misalnya
pemeriksaan payudara, kateterisasi urine, pemberian injeksi (Hidayat, 2002).
Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode
experiential adalah sebagai berikut (Nursalam, 2009).
a. Perawat terampil dalam tugas
b. Menungkinkan pencapaian proses keperawatan
c. Model praktik profesional yang dapat diterapkan
Beberapa kelemahan metode experiential adalah sebagai berikut.
a. Mahasiswa hanya melihat tugas asuhan keperawatan sebegai keterampilan
semata saja
b. Mahasiswa yang belum terampil memerlukan waktu yang banyak untuk
pembelajaran
c. Apabila pekerjaan selesai, mahasiswa akan meninggalkan klien dan
melakukan tugas yang lain.
2. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah membantu mahasiswa dalam menganalisa
situasi klinis yang bertujuan untuk menjelaskan masalah yang akan
diselesaikan,
memutuskan
tindakan
yang
akan
diambil,
menerapkan
pengetahuan untuk memecahkan suatu masalah klinis, memperjelas keyakinan
dan nilai seseorang. Metode pemecahan masalah mempunyai kelebihan dan
kelemahan.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kelebihan metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut
(Reilly dan Obermann, 2002).
a. Mahasiswa belajar untuk berpikir kritis untuk memecahkan masalah
b. Mahasiswa
dituntut
harus
menguasai
materi
pembelajaran
agar
mendapatkan solusi yang tepat untuk masalah klien
c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
Beberapa kelemahan metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Dosen/pembimbing klinik harus memberikan perhatian yang maksimal
kepada mahasiswa
b. Mahasiswa yang tidak menguasai materi akan mengalami kesulitan dalam
pengambilan keputusan.
3. Metode Konferensi
Metode konferensi merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai
beberapa aspek praktis klinis. Mahasiswa dapat berbicara saat proses
pemecahan masalah dan menerima umpan balik langsung dari rekannya dan
dosennya. Metode konferensi terdiri dari praklkinik (preconference) dan
pascaklinik (postconference) (Nursalam, 2009). Metode konferensi mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode konferensi adalah
sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).
a. Memberi kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk langsung
berinteaksi satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
b. Memberikan
kemampuan
kesempatan
merumuskan
kepada
mahasiswa
idenya,
untuk
meningkatkan
menunjukkan
keyakinan
diri
mahasiswa
c. Penilaian kepada mahasiswa yang lain memberikan kesempatan dan
pengalaman mengevaluasi praktik orang lain
Beberapa kelemahan metode konferensi adalah:
a. Dosen/pembimbing klinik yang sibuk akan sulit untuk mengatur waktu
melakukan metode ini
b. Waktu sangat singkat membuat
kepuasan mahasiswa belum tentu
tercapai
c. Mahasiswa mengalami kecemasan dan koping yang tidak efektif jika
tingkat kemampuannya tidak sama dengan teman yang lain.
4. Metode Observasi
Metode observasi merupakan bentuk pembelajaran yang memberikan
penugasan berupa observasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman
nyata dengan mengembangkan prilaku baru untuk pembelajaran masa
mendatang. Metode ini meliputi:
a.
Observasi lapangan: dilakukan untuk memperoleh pengalaman masa
mendatang dan persfektif tentang asuhan keperawatan, melihat perilaku
orang lain serta observasi situasi klinik.
b.
Field trip (karya wisata): dilakukan diluar tekanan praktek dengan
mengkaji pengalaman yang tidak terdapat dilahan utama
Universitas Sumatera Utara
c. Ronde keperawatan: merupakan metode observasi secara langsung
dengan mengkaji asuhan keperawatan dan informasi dari klien dan
berdiskusi dengan klien, hasil diskusi observasi terhadap klien dilakukan
diluar lingkungan klien (Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode observasi adalah
sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).
a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang apa yang
masalah yang sebenarnya di klinik
b. Memberikan perhatian kepada mahasiswa untuk lebih fokus kepada
objek observasinya
c. Mengobservasi klien secara langsung dengan interaksi yang optimal
akan memberikan hasil observasi yang memuaskan mahasiswa
Beberapa kelemahan metode observasi adalah sebagai berikut.
a. Klien dan keluarga merasa kurang nyaman jika privasinya terganggu
b. Komunikasi yang tidak efektif akan mempengaruhi informasi yang
didapatkan.
5. Metode Multimedia
Media memberikan pembelajaran yang multisensorik. Pada umumnya,
semakin banyak indera yang digunakan maka pesan yang disampaikan lebih
dikonseptualkan. Metode pembelajaran visual
memberikan peningkatan
pemahaman secara visual mahasiswa dalam pemecahan masalah, metode
secara auditori mengoptimalkan pendengaran mahasiswa untuk memusatkan
Universitas Sumatera Utara
perhatian, metode psikomotor meningkatkan keterampilan peragaan yang
dilakukan oleh mahasiswa. Metode multimedia mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Beberapa kelebihan metode multimedia adalah sebagai berikut
(Reilly dan Obermann, 2002).
a. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pemecahan masalah,
mengambil keputusan dan berpikir kritis
b. Mendorong mahasiswa untuk mengevaluasi tindakan sendiri
c. Membantu mahasiswa untuk menerapkan konsep keperawatan yang nyata
di klinik
Beberapa kelemahan metode multimedia adalah sebagai berikut.
a. Fasilitas yang tidak lengkap akan menghambat pengajaran
b. Dosen/pembimbing klinik yang kurang menggunakan variasi media akan
membuat mahasiswa kurang memahami pengajaran yang diberikan
c. Keterbatasan media akan menghambat mahasiswa untuk memaksimalkan
pelaksanaan konsep keperawatan.
6. Metode Self Directed
Metode pengajaran ini memberi keunikan dan kemampuan mahasiswa
untuk membuat pilihan dan keputusan sendiri mengenai pembelajaran. Metode
ini berusaha memperlihatkan perbedaan dan kebutuhan individual mahasiswa.
Ada beberapa metode pengajaran self directed yaitu kontrak pembelajaran,
belajar sendiri dan modul kecepatan diatur sendiri (Susilo, 2011). Metode ini
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk
Universitas Sumatera Utara
dapat menambah pengetahuannya dengan mencari pembelajaran dari sumber –
sumber yang dapat menunjang pembelajarannya misalnya majalah, internet,
film, video, jurnal penelitian, dll. Metode ini dapat membantu mahasiswa untuk
menghadapi kegaiatan praktik klinis, mencapai keterampilan yang maksimal.
Beberapa kelebihan metode self directed adalah sebagai berikut (Reilly dan
Obermann, 2002).
a. Memperlihatkan tanggung jawab mereka terhadap hasil yang didapatkan
b. Memberikan kebebasan untuk mengatur belajarnya sendiri tanpa prosedur
negosiasi kontrak pembelajaran
c. Memperbaharui keterampilan dan pengetahuan klinis
Beberapa kelemahan metode self directed adalah sebagai berikut.
a. Mahasiswa sering mengabaikan tugas belajarnya, belajar tambahan
b. Mahasiswa sering tidak mendapatkan tujuan belajar yang diharapkan
karena tidak bisa mengatur waktu belajar dengan baik.
7. Metode Preceptorship
Metode ini didasarkan pada konsep modeling. Mahasiswa memperoleh
atau memodifikasi perilaku dengan cara mengobservasi sendiri suatu model
yang memiliki perilaku yang dibutuhkan mahasiswa dan mereka juga
memperoleh
kesempatan
untuk
mempraktikkan
prilaku
tersebut.
Dosen/pembimbing klinik membimbing mahasiswa untuk mempermudah
transisi peran mahasiswa yang akan lulus dan mempermudah jalan masuk ke
lingkungan kerja. (Indraswati, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Kriteria preceptorship berpengalaman dalam bidangnya, profesional,
berjiwa pemimpin, memahami konsep dan asuhan keperawatan, mampu
mengadakan perubahan, mampu menjadi role model, berminat dalam bidang
keperawatan (Nursalam, 2009).
Dosen/pembimbing klinik berperan memberikan bimbingan mahasiswa
dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
perawatan klien dan mempelajari peran dan tanggung jawab perawat di lahan
praktik, memperbaiki kemampuan mahasiswa jika melakukan kesalahan untuk
mendukung perencanaan dan tindakan keperawatan, melakukan orientasi dan
sosialisasi terkait tentang prosedur-prosedur dan kebijakan di lahan klinik,
melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa selama
di lahan klinik, memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan selama tidak mendampingi mahasiswa selama pengajaran klinik
(Nurhidayah, 2011).
Metode preceptorship mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa
kelebihan metode preceptorship adalah sebagai berikut (Indraswati, 2011).
a. Mahasiswa dapat menunjukkan prilaku yang menjadi teladan
b. Dosen/pembimbing klinik memberikan pengaruh yang positif kepada
mahasiswa sehingga prilaku yang negatif dapat dibatasi
Beberapa kelemahan metode preceptorship adalah sebagai berikut.
a. Dosen/pembimbing klinik yang tidak menunjukkan perilaku teladan akan
menimbulkan konflik dalam diri mahasiswa
b. Mahasiswa sering melakukan metode ini secara subjektif bukan objektif.
Universitas Sumatera Utara
8. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara
memperagakan sesuatu prosedur dan mempergunakan alat disertai suatu
penjelasan, metode ini sering digunakan pada pendidikan keperawatan dalam
materi prosedur keperawatan. Dalam prakteknya, metode ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara tidak langsung yang dilakukan oleh tenaga
perawat yang disaksikan oleh peserta didik dalam tugas sehari-hari. Dan secara
langsung adalah apa yang dipersiapkan secara teliti dan disajikan oleh peserta
dengan keahliannya dibantu pembimbing tentang bagaimana melakukan suatu
prosedur kesehatan (Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Beberapa kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut
(Susilo, 2011).
a. Dapat mengetahui kecakapan atau keterampilan apa yang harus dimiliki
mahasiswa
b. Jumlah kelompok atau kelas dalam demonstrasi tidak terlalu besar,
sehingga setiap mahasiswa mendapatkan gambaran yang cukup dari apa
yang didemonstrasikan
c. Mahasiswa
harus diberi kesempatan untuk menangani paralatan atau
bahan yang akan digunakan demonstrasi dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil yang efektif
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut.
a. Dosen/pembimbing klinik yang tidak konsisten tentang apa yang akan
diucapkan terhadap apa yang didemonstrasikan akan membingungkan
mahasiswa
b. Alat penunjang demonstrasi
yang kurang memadai akan mengurangi
keefektifan pembelajaran.
9. Bed Side Teaching
Metode bed side teaching merupakan metode bimbingan diskusi yang
dilakukan disamping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap
asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Prinsipnya jumlah peserta
dibatasi (5-6 orang), diskusi awal dan pasca dilakukan didepan klien. Metode
ini merupakan lanjutkan metode demonstrasi. Sebelum melakukan metode ini
diperlu persiapan fisik, psikologi dari mahasiswa dan dosen (Nurhidayah,
2011). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan
metode bed side teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2009).
a. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan
interpersonal
b. Menumbuhkan sikap profesional
c. Mempelajari perkembangan biologis/fisik dan melakukan komunikasi
melalui pengamatan langsung
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kelemahan bed side teaching adalah sebagai berikut.
a. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik,
psikologis akan menimbulkan rasa tidak percaya dalam diri klien
b. Mahasiswa yang tidak memiliki menguasai bahan akan mengurangi
efektifitas pembelajaran.
10. Metode Nursing Clinic
Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan
menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi
kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam
pembahasan prinsip-prinsip dan prosedur perawatan dari pasien, metode ini
sering
digunakan
di
lahan
praktek
khususnya
dirumah
sakit.
Dosen/pembimbing klinik memberikan penjelasan mengenai prosedur untuk
membahas kondisi seorang pasien. Metode ini
mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Beberapa kelebihan metode nursing clinic adalah sebagai berikut
(Hidayat, 2002).
a. Mahasiswa dapat lebih meningkatkan keterampilan secara mandiri
b. Mahasiswa dapat belajar menggali perasaan klien
c. Mahasiswa dapat belajar menerapkan etika keperawatan dengan prinsip
menjaga kerahasiaan informasi klien
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kelemahan metode nursing clinic adalah sebagai berikut.
a. Mahasiswa yang kurang terampil akan sulit melaksankan konsep
keperawatan yang baik
b. Perilaku mahasiswa yang tidak profesional akan membuat klien tidak
nyaman.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
Metode merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Menurut kamus Purwadarminta (1976), secara umum
metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai
suatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
metode
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu
Method artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu
(Widiatmoko, 2002) .
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi
adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah
satu usaha yang menjadi perhatian pembimbing klinik adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil
bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa faktor yang
mendasari pentingnya metode dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut
(Djamarah, 2006).
2.1.1
Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempatkan peranan
yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar
Universitas Sumatera Utara
mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman (1998: 90) adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsangan dari luar. Karena itu,
metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan
belajar
seseorang.
Dalam
mengajar,
pembimbing
klinik
jarang
sekali
menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada
kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan metode yang bervarisi akan dapat
dijadikan sebagai motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar (Djamarah,
2006).
2.1.2
Metode sebagai strategi pengajaran
Daya serap mahasiswa terhadap bahan yang diberikan juga bermacammacam, ada yang cepat, sedang dan lambat. Terhadap perbedaan daya serap
mahasiswa memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik penyajian yang biasa disebut
metode pembelajaran (Djamarah, 2006).
Atribut tertentu pada setiap metode
dapat dijadikan beberapa strategi yang lebih sesuai dari strategi lain untuk
mendorong beberapa jenis pembelajaran tertentu. Dalam kegiatan belajar
mengajar pembimbing klinik harus memiliki strategi agar mahasiswa dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. (Reilly
dan Obermann, 2002).
2.1.3
Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Pembimbing klinik tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar
menurut kehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama
komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen
metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan memanfaatkan metode yang akurat, pembimbing klinik akan mampu
mencapai tujuan pembelajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar mahasiswa
memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan. Pembimbing klinik sebaiknya menggunakan metode yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran (Djamarah, 2006).
2.2 Pemilihan dan Penentuan Metode
Metode pengajaran yang
digunakan pembimbing klinik dalam setiap
pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi dengan
perumusan tujuan intruksional khusus. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa
memperhatikan metode justru akan mempersulit dan menjadi hambatan bagi
pembimbing klinik dalam mencapai tujuan pengajaran. Metode pembelajaran
mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Karena itu, pembimbing klinik
sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum
kegiatan belajar dilaksanakan di kelas (Djamarah, 2006).
Metode tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Winarno Surakhmad (1990: 97) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan
metode dipengaruhi oleh banyak faktor. Pembimbing klinik harus mengenal,
memahami dan mempedomani faktor-faktor tersebut ketika akan melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
pemilihan dan penentuan metode, jika tidak maka faktor – faktor tersebut akan
menjadi hambatan dalam pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa
Mahasiswa merupakan masukan utama dalam proses pengajaran yang
bersistem. Setiap mahasiswa memiliki daya tangkap yang berbeda-beda.
Pemilihan serta penggunaan metode pengajaran harus mempertimbangkan
mahasiswa yaitu minat dan perhatian, motivasi, sikap,disiplin, cara belajar,
kebiasaan belajar, kesulitan belajar, hubungan sosial dengan teman sekelas,
menjalankan kewajiban seperti mengumpulkan tugas, keaktifan mengikuti
pelajaran, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa
dan keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah
(Sudjana, 2005). Metode pembelajaran dapat dijadikan cara memotivasi
mahasiswa agar mereka berada dalam kerangka psikologis yang benar untuk
belajar materi yang menjemukan, pendekatan reward and punishment yang
sederhana dalam penilaian (Zaini, 2002).
2. Tujuan
Tujuan dalam pendidikan berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Tujuan
pembelajaran dikenal dua yaitu TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK
(Tujuan Instruksional Khusus).
Tujuan pembelajaran secara keseluruhan
harus dikuasai oleh dosen/pembimbing klinik. Tujuan ini mempengaruhi
pembimbing klinik untuk menyeleksi metode yang harus digunakan di kelas.
Universitas Sumatera Utara
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam ruang lingkup tujuan yaitu
rumusan tujuan, metode pelaksanaan, tingkat kesulitan pencapaian tujuan,
kesesuaian dengan kemampuan mahasiswa, jumlah dan waktu untuk
mencapai tujuan, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, media yang
dipakai. Kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka
metode harus mendukung sepenuhnya (Sudjana, 2005).
3. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan pembimbing klinik
tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pembimbing klinik perlu
memperhatikan situasi pembelajaran untuk memilih dan menentukan metode
pembelajaran seperti keadaan jumlah mahasiswa sesuai dengan tempat untuk
belajar, waktu pelaksanaan pengajaran, kondisi mahasiswa yang memiliki
kesibukan tugas selain dari dosen, kondisi kelas yang membosankan, jumlah
mahasiswa yang mengikuti pelajaran, kerja sama dengan institusi lain, dll.
Situasi yang tidak sesuai akan menjadi hambatan untuk memilih metode yang
sesuai (Djamarah, 2006).
4. Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar mahasiswa di
sekolah.
Lengkap
tidaknya
fasilitas
akan
mempengaruhi
metode
pembelajaran (Djamarah, 2006). Fasilitas pengajaran mencakup sarana
pengajaran (contoh: alat peraga, alat tulis, dll) dan prasarana pengajaran
Universitas Sumatera Utara
(contoh: gedung perkuliahan, ruangan, transportasi, dll). Jika fasilitas yang
tersedia di sebuah institusi lengkap, siap pakai, mengikuti perkembangan
teknologi (Up date) maka kondisi ini mendorong pembimbing klinik untuk
menentukan berbagai metode yang memanfaatkan fasilitas yang ada dalam
rangka mengoptimalkan proses serta hasil balajar mahasiswa. Jika fasilitas
yang ada tidak memadai, maka dosen/pembimbing klinik harus bersifat
kreatif menentukan metode yang sesuai (Soetopo, 2005).
5. Dosen/pembimbing klinik
Setiap dosen/pembimbing klinik memiliki kepribadian yang berbeda.
Seorang dosen/pembimbing klinik misalnya suka berbicara, tetapi seorang
lagi tidak. Latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, keterampilan
mengajar, jadwal membimbing baik di institusi dan di lapangan/klinik,
kemauan mengembangkan profesinya melalui pelatihan, seminar atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, kemauan memberikan
bimbingan kepada mahasiswa, penampilan diri
adalah permasalahan
dosen/pembimbing klinik yang dapat mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode mengajar (Sudjana, 2005). Dosen/pembimbing klinik
merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran. Dosen/pembimbing
klinik harus mampu menentukan metode pembelajaran dalam situasi apapun.
Kecakapan metodologis seorang dosen/pembimbing klinik tergantung
penguasaan pengetahuan. Kecakapan metodologis merupakan salah satu
kompetensi dosen/pembimbing klinik (Soetopo, 2005).
Universitas Sumatera Utara
6. Materi
Materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis sesuai
tujuan pembelajaran agar mudah dipahami oleh mahasiswa. Materi
pengajaran merupakan objek yang didalami dalam proses pengajaran
(Soetopo, 2005). Materi yang sulit, tidak menarik, keterbatasan sumbersumber materi, manfaatnya bagi mahasiswa, cara penggunaannya dapat
menjadi hambatan dalam menentukan metode pembelajaran. Materi
pembelajaran akan terus berkembang dan memberikan topik – topik terbaru
yang mengikuti perkembangan zaman agar sesuai dengan kondisi yang ada.
Materi yang akan diajarkan harus disesuaikan dengan tujuan yang akan
dicapai dan metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
(Sudjana, 2005).
7. Penilaian
Interaksi
pengajaran
merupakan
tahap-tahap
pencapaian
tujuan
pengajaran. Keberhasilan belajar mahasiswa diukur serta dinilai dengan alat
penilaian tertentu yang dirancang selaras dengan tujuan pengajaran. Jenis
penilaian yang digunakan, isi dan rumusan pertanyaan, sistem penilaian,
bentuk penilaian, tindak lanjut penilaian, tingkat kesulitan soal, frekuensi,
perencanaan, validitas dan reliabilitas penilaian menjadi aspek penting yang
mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran (Sudjana, 2005 ).
Universitas Sumatera Utara
2.3
Pembelajaran Klinik Keperawatan
2.3.1 Pendidikan Profesi
Menurut Faye (1960) menjelaskan bahwa keperawatan adalah layanan yang
diberikan kepada individu, keluarga, dan mayarakat yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan yang mencakup sikap, kemampuan intelektual dan
keterampilan teknis klinis perawat yang ditujukan untuk membantu masyarakat
yang membutuhkan layanan kesehatan, baik dalam keadaan sehat maupun sakit
(Asmadi, 2008).
Dari pengertian tersebut diatas ada empat elemen utama (mayor elements)
yang menjadi perhatian yaitu (Suliman, 2011) :
1. Keperawatan adalah ilmu dan kiat (applied science)
2. Keperawatan adalah profesi yang berorientasi pada pelayanan (helping health
illness problem)
3. Keperawatan mempunyai empat tingkat klien : individu, keluarga, kelompok
dan komunitas
4. Pelayanan Keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan.
Menurut Winsley (1964), profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan
badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna
menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang
cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan. Ciriciri profesi menurut Winsley, (1964 ) :
Universitas Sumatera Utara
1.
Didukung oleh badan ilmu (body of knowledge) yang sesuai dengan
bidangnya, jelas wilayah kerja keilmuannya dan aplikasinya
2.
Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus
menerus dan bertahap
3.
Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal
melalui perundang-undangan
4.
Peraturan dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh
warga profesi (Hidayat, 2009).
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam
menentukan tindakannya didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Salah satu fokus kriteria profesi
keperawatan
adalah
seseorang
menyelesaikan
pendidikan
dan
mampu
memperlihatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam memenuhi standar praktik
keperawatan dan dikembangkan secara terus menerus (Asmadi, 2008).
Pendidikan tinggi keperawatan merupakan tingkatan pendidikan yang
bertujuan menghasilkan profesi perawat yang profesional. Proses pendidikan
dilaksanakan melalui dua tahap yaitu tahap akademik dan tahap Profesi Ners
(Nursalam, 2009). Tahap Profesi Ners merupakan lanjutan program akademik.
Proses pembelajaran klinik menuntut lulusannya memiliki karakteristik esensial
profesi meliputi lima aspek berikut (Erniyati, 2010):
Universitas Sumatera Utara
1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
Mahasiswa dan dosen pembimbing klinik harus memahami dan menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi keperawatan.
2. Kemampuan menyelesaikan masalah secara alamiah.
Pemecahan masalah secara keilmuan dapat ditumbuhkan secara langsung
berhubungan dengan pasien dan dalam membantu memenuhi kebutuhan
pasien melalui asuhan keperawatan.
3. Sikap dan tingkah laku profesional
Sikap dan tingkah laku profesional dituntut dari perawat dalam melaksankan
asuhan keperawatan dan profesinya.
4. Belajar aktif dan mandiri
Belajar aktif dan mandiri dapat tercapai dengan membuat laporan
pendahuluan, presentasi kasus, dll.
5. Pendidikan berada di masyarakat
Pendidikan dikembangkan di masyarakat untuk lebih membina keterampilan
mahasiswa.
Kurikulum tahap Program Profesi (Ners) disusun berdasarkan Kurikulum
Nasional dengan surat keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nomor:
129/U/1999 tanggal 11 Juni tahun 1999 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Ners
di Indonesia (KIPNI) (Nurhidayah, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Jumlah SKS yang harus ditempuh setiap institusi penyelenggara pendidikan
keperawatan akhirnya juga bertambah sehingga totalnya 34 SKS yaitu 6 SKS
Keperawatan Medikal bedah, 3 SKS Keperawatan Maternitas, 3 SKS
Keperawatan Anak dan 3 SKS Keperawatan Jiwa yang ditempatkan di semester
pertama. Sedangkan pada semester dua meliputi 3 SKS Manajemen Keperawatan,
3 SKS Keperawatan Gerontik, 3 SKS Keperawatan Gawat Darurat, 3 SKS
Keperawatan Keluarga dan 3 SKS Keperawatan Komunitas dan Praktik Belajar
Lapangan Komprehensif (PBLK) sebanyak 4 SKS sehingga totalnya 34 SKS
(Erniyati, 2010).
Manajemen pembelajaran klinik adalah suatu cara mengelola proses belajar
mengajar dengan menerapkan teori-teori manajemen untuk menunjang keberhasilan
kegiatan pembelajaran klinik. Menurut Arikunto (1993) untuk mencapai manajemen
pembelajaran yang berkualitas maka diperlukan unsur-unsur yang secara langsung
berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu dosen/pembimbing klinik, mahasiswa,
kurikulum dan sarana (Mestiana, 2011).
Metode
mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan oleh
dosen/pembimbing klinik berdasarkan perkembangan profesional tertentu. Masingmasing jenisnya bercorak khas dan semuanya berguna untuk mencapai tujuan
administrasi pendidikan. Pendekatan pembelajaran klinik berorientasi pada
kompetensi atau kemampuan yang sangat kompleks, karena difokuskan pada belajar
secara langsung menangani pasien untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi
pasien. Tujuan pembelajaran
klinik berorientasi pada kompetensi yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap ke dalam situasi yang nyata,
Universitas Sumatera Utara
sehingga mampu memberikan pelayanan asuhan sesuai dengan manajemen
pelayanan asuhan kesehatan (Mestiana, 2011).
2.3.2 Tempat Praktik
Program Pendidikan Profesi Ners adakalanya disebut juga sebagai proses
pembelajaran klinik karena lahan praktiknya di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik
Bersalin, Panti Wherda dan Keluarga serta masyarakat atau komunitas.
Pendidikan profesi hanya akan didapat di lingkungan klinik atau lahan praktik
karena lingkungan klinik merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai
tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik klinik di dalam
kurikulum
profesional (Nurhidayah, 2011). Komponen yang harus ada pada tatanan tempat
praktik adalah (Nursalam, 2009):
a. Kesempatan kontak dengan klien
b. Tujuan praktik
c. Bimbingan yang kompeten
d. Praktik keterampilan
e. Dorongan untuk berpikir kritis
f. Kesempatan mentransfer pengetahuan
g. Kesempatan dalam mengintegrasikan pengetahuan.
2.3.3 Metode Pembelajaran Klinik
Metode pembelajaran merupakan suatu metode untuk mendidik mahasiswa di
klinik yang memungkinkan dosen/pembimbing klinik untuk memilih dan
Universitas Sumatera Utara
menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual
mahasiswa berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2009).
Menurut Schweek ang Gebbie praktik klinik merupakan “the heart of the total
curriculum plan”. Pendapat ini menunjukkan bahwa unsur
penting dalam
pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses pembelajaran di klinik. Proses
pembelajaran dipengaruhi oleh mahasiswa dan dosen (Nurhidayah, 2011).
Dosen/pembimbing klinik bertanggung jawab
menentukan metode
pembelajaran di klinik untuk mendukung tujuan tersebut. Beberapa metode klinik
yang biasa digunakan adalah
metode experiental, pemecahan masalah,
konferensi, observasi, multimedia, self directed, preceptorship, demonstrasi, bed
side teaching, nursing clinic (Nurhidayah, 2011).
1. Metode Experiential
Metode ini merupakan metode yang memberikan penugasan untuk
membuat catatan dan laporan secara tertulis, dilahan praktek (Hidayat, 2002).
Metode pengajaran ini memberikan pengalaman langsung dari kejadian.
Metode ini didasarkan pada konsep pembelajaran fenomenologik. Metode ini
menyediakan interaksi di antara mahasiswa dengan lingkungan yang menjadi
tempat pembelajaaran (Reilly dan Obermann, 2002). Metode ini meliputi
penugasan klinik, penugasan tertulis, simulasi dan permainan. Contoh
penugasan tertulis: menulis rencana keperawatan, studi kasus, perencanaan
pendidikan kesehatan, proses pencatatan, membuat laporan kunjungan,
pembuatan makalah dan catatan kerja peserta didik tentang hasil observasi di
lapangan serta pengalaman prakteknya. Contoh simulasi dan permainan yaitu
Universitas Sumatera Utara
menggunakan model boneka dalam melakukan keterampilan misalnya
pemeriksaan payudara, kateterisasi urine, pemberian injeksi (Hidayat, 2002).
Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode
experiential adalah sebagai berikut (Nursalam, 2009).
a. Perawat terampil dalam tugas
b. Menungkinkan pencapaian proses keperawatan
c. Model praktik profesional yang dapat diterapkan
Beberapa kelemahan metode experiential adalah sebagai berikut.
a. Mahasiswa hanya melihat tugas asuhan keperawatan sebegai keterampilan
semata saja
b. Mahasiswa yang belum terampil memerlukan waktu yang banyak untuk
pembelajaran
c. Apabila pekerjaan selesai, mahasiswa akan meninggalkan klien dan
melakukan tugas yang lain.
2. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah membantu mahasiswa dalam menganalisa
situasi klinis yang bertujuan untuk menjelaskan masalah yang akan
diselesaikan,
memutuskan
tindakan
yang
akan
diambil,
menerapkan
pengetahuan untuk memecahkan suatu masalah klinis, memperjelas keyakinan
dan nilai seseorang. Metode pemecahan masalah mempunyai kelebihan dan
kelemahan.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kelebihan metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut
(Reilly dan Obermann, 2002).
a. Mahasiswa belajar untuk berpikir kritis untuk memecahkan masalah
b. Mahasiswa
dituntut
harus
menguasai
materi
pembelajaran
agar
mendapatkan solusi yang tepat untuk masalah klien
c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
Beberapa kelemahan metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Dosen/pembimbing klinik harus memberikan perhatian yang maksimal
kepada mahasiswa
b. Mahasiswa yang tidak menguasai materi akan mengalami kesulitan dalam
pengambilan keputusan.
3. Metode Konferensi
Metode konferensi merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai
beberapa aspek praktis klinis. Mahasiswa dapat berbicara saat proses
pemecahan masalah dan menerima umpan balik langsung dari rekannya dan
dosennya. Metode konferensi terdiri dari praklkinik (preconference) dan
pascaklinik (postconference) (Nursalam, 2009). Metode konferensi mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode konferensi adalah
sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).
a. Memberi kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk langsung
berinteaksi satu sama lain
Universitas Sumatera Utara
b. Memberikan
kemampuan
kesempatan
merumuskan
kepada
mahasiswa
idenya,
untuk
meningkatkan
menunjukkan
keyakinan
diri
mahasiswa
c. Penilaian kepada mahasiswa yang lain memberikan kesempatan dan
pengalaman mengevaluasi praktik orang lain
Beberapa kelemahan metode konferensi adalah:
a. Dosen/pembimbing klinik yang sibuk akan sulit untuk mengatur waktu
melakukan metode ini
b. Waktu sangat singkat membuat
kepuasan mahasiswa belum tentu
tercapai
c. Mahasiswa mengalami kecemasan dan koping yang tidak efektif jika
tingkat kemampuannya tidak sama dengan teman yang lain.
4. Metode Observasi
Metode observasi merupakan bentuk pembelajaran yang memberikan
penugasan berupa observasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman
nyata dengan mengembangkan prilaku baru untuk pembelajaran masa
mendatang. Metode ini meliputi:
a.
Observasi lapangan: dilakukan untuk memperoleh pengalaman masa
mendatang dan persfektif tentang asuhan keperawatan, melihat perilaku
orang lain serta observasi situasi klinik.
b.
Field trip (karya wisata): dilakukan diluar tekanan praktek dengan
mengkaji pengalaman yang tidak terdapat dilahan utama
Universitas Sumatera Utara
c. Ronde keperawatan: merupakan metode observasi secara langsung
dengan mengkaji asuhan keperawatan dan informasi dari klien dan
berdiskusi dengan klien, hasil diskusi observasi terhadap klien dilakukan
diluar lingkungan klien (Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode observasi adalah
sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).
a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang apa yang
masalah yang sebenarnya di klinik
b. Memberikan perhatian kepada mahasiswa untuk lebih fokus kepada
objek observasinya
c. Mengobservasi klien secara langsung dengan interaksi yang optimal
akan memberikan hasil observasi yang memuaskan mahasiswa
Beberapa kelemahan metode observasi adalah sebagai berikut.
a. Klien dan keluarga merasa kurang nyaman jika privasinya terganggu
b. Komunikasi yang tidak efektif akan mempengaruhi informasi yang
didapatkan.
5. Metode Multimedia
Media memberikan pembelajaran yang multisensorik. Pada umumnya,
semakin banyak indera yang digunakan maka pesan yang disampaikan lebih
dikonseptualkan. Metode pembelajaran visual
memberikan peningkatan
pemahaman secara visual mahasiswa dalam pemecahan masalah, metode
secara auditori mengoptimalkan pendengaran mahasiswa untuk memusatkan
Universitas Sumatera Utara
perhatian, metode psikomotor meningkatkan keterampilan peragaan yang
dilakukan oleh mahasiswa. Metode multimedia mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Beberapa kelebihan metode multimedia adalah sebagai berikut
(Reilly dan Obermann, 2002).
a. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pemecahan masalah,
mengambil keputusan dan berpikir kritis
b. Mendorong mahasiswa untuk mengevaluasi tindakan sendiri
c. Membantu mahasiswa untuk menerapkan konsep keperawatan yang nyata
di klinik
Beberapa kelemahan metode multimedia adalah sebagai berikut.
a. Fasilitas yang tidak lengkap akan menghambat pengajaran
b. Dosen/pembimbing klinik yang kurang menggunakan variasi media akan
membuat mahasiswa kurang memahami pengajaran yang diberikan
c. Keterbatasan media akan menghambat mahasiswa untuk memaksimalkan
pelaksanaan konsep keperawatan.
6. Metode Self Directed
Metode pengajaran ini memberi keunikan dan kemampuan mahasiswa
untuk membuat pilihan dan keputusan sendiri mengenai pembelajaran. Metode
ini berusaha memperlihatkan perbedaan dan kebutuhan individual mahasiswa.
Ada beberapa metode pengajaran self directed yaitu kontrak pembelajaran,
belajar sendiri dan modul kecepatan diatur sendiri (Susilo, 2011). Metode ini
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk
Universitas Sumatera Utara
dapat menambah pengetahuannya dengan mencari pembelajaran dari sumber –
sumber yang dapat menunjang pembelajarannya misalnya majalah, internet,
film, video, jurnal penelitian, dll. Metode ini dapat membantu mahasiswa untuk
menghadapi kegaiatan praktik klinis, mencapai keterampilan yang maksimal.
Beberapa kelebihan metode self directed adalah sebagai berikut (Reilly dan
Obermann, 2002).
a. Memperlihatkan tanggung jawab mereka terhadap hasil yang didapatkan
b. Memberikan kebebasan untuk mengatur belajarnya sendiri tanpa prosedur
negosiasi kontrak pembelajaran
c. Memperbaharui keterampilan dan pengetahuan klinis
Beberapa kelemahan metode self directed adalah sebagai berikut.
a. Mahasiswa sering mengabaikan tugas belajarnya, belajar tambahan
b. Mahasiswa sering tidak mendapatkan tujuan belajar yang diharapkan
karena tidak bisa mengatur waktu belajar dengan baik.
7. Metode Preceptorship
Metode ini didasarkan pada konsep modeling. Mahasiswa memperoleh
atau memodifikasi perilaku dengan cara mengobservasi sendiri suatu model
yang memiliki perilaku yang dibutuhkan mahasiswa dan mereka juga
memperoleh
kesempatan
untuk
mempraktikkan
prilaku
tersebut.
Dosen/pembimbing klinik membimbing mahasiswa untuk mempermudah
transisi peran mahasiswa yang akan lulus dan mempermudah jalan masuk ke
lingkungan kerja. (Indraswati, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Kriteria preceptorship berpengalaman dalam bidangnya, profesional,
berjiwa pemimpin, memahami konsep dan asuhan keperawatan, mampu
mengadakan perubahan, mampu menjadi role model, berminat dalam bidang
keperawatan (Nursalam, 2009).
Dosen/pembimbing klinik berperan memberikan bimbingan mahasiswa
dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
perawatan klien dan mempelajari peran dan tanggung jawab perawat di lahan
praktik, memperbaiki kemampuan mahasiswa jika melakukan kesalahan untuk
mendukung perencanaan dan tindakan keperawatan, melakukan orientasi dan
sosialisasi terkait tentang prosedur-prosedur dan kebijakan di lahan klinik,
melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa selama
di lahan klinik, memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan selama tidak mendampingi mahasiswa selama pengajaran klinik
(Nurhidayah, 2011).
Metode preceptorship mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa
kelebihan metode preceptorship adalah sebagai berikut (Indraswati, 2011).
a. Mahasiswa dapat menunjukkan prilaku yang menjadi teladan
b. Dosen/pembimbing klinik memberikan pengaruh yang positif kepada
mahasiswa sehingga prilaku yang negatif dapat dibatasi
Beberapa kelemahan metode preceptorship adalah sebagai berikut.
a. Dosen/pembimbing klinik yang tidak menunjukkan perilaku teladan akan
menimbulkan konflik dalam diri mahasiswa
b. Mahasiswa sering melakukan metode ini secara subjektif bukan objektif.
Universitas Sumatera Utara
8. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara
memperagakan sesuatu prosedur dan mempergunakan alat disertai suatu
penjelasan, metode ini sering digunakan pada pendidikan keperawatan dalam
materi prosedur keperawatan. Dalam prakteknya, metode ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara tidak langsung yang dilakukan oleh tenaga
perawat yang disaksikan oleh peserta didik dalam tugas sehari-hari. Dan secara
langsung adalah apa yang dipersiapkan secara teliti dan disajikan oleh peserta
dengan keahliannya dibantu pembimbing tentang bagaimana melakukan suatu
prosedur kesehatan (Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Beberapa kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut
(Susilo, 2011).
a. Dapat mengetahui kecakapan atau keterampilan apa yang harus dimiliki
mahasiswa
b. Jumlah kelompok atau kelas dalam demonstrasi tidak terlalu besar,
sehingga setiap mahasiswa mendapatkan gambaran yang cukup dari apa
yang didemonstrasikan
c. Mahasiswa
harus diberi kesempatan untuk menangani paralatan atau
bahan yang akan digunakan demonstrasi dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil yang efektif
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut.
a. Dosen/pembimbing klinik yang tidak konsisten tentang apa yang akan
diucapkan terhadap apa yang didemonstrasikan akan membingungkan
mahasiswa
b. Alat penunjang demonstrasi
yang kurang memadai akan mengurangi
keefektifan pembelajaran.
9. Bed Side Teaching
Metode bed side teaching merupakan metode bimbingan diskusi yang
dilakukan disamping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap
asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Prinsipnya jumlah peserta
dibatasi (5-6 orang), diskusi awal dan pasca dilakukan didepan klien. Metode
ini merupakan lanjutkan metode demonstrasi. Sebelum melakukan metode ini
diperlu persiapan fisik, psikologi dari mahasiswa dan dosen (Nurhidayah,
2011). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan
metode bed side teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2009).
a. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan
interpersonal
b. Menumbuhkan sikap profesional
c. Mempelajari perkembangan biologis/fisik dan melakukan komunikasi
melalui pengamatan langsung
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kelemahan bed side teaching adalah sebagai berikut.
a. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik,
psikologis akan menimbulkan rasa tidak percaya dalam diri klien
b. Mahasiswa yang tidak memiliki menguasai bahan akan mengurangi
efektifitas pembelajaran.
10. Metode Nursing Clinic
Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan
menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi
kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam
pembahasan prinsip-prinsip dan prosedur perawatan dari pasien, metode ini
sering
digunakan
di
lahan
praktek
khususnya
dirumah
sakit.
Dosen/pembimbing klinik memberikan penjelasan mengenai prosedur untuk
membahas kondisi seorang pasien. Metode ini
mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Beberapa kelebihan metode nursing clinic adalah sebagai berikut
(Hidayat, 2002).
a. Mahasiswa dapat lebih meningkatkan keterampilan secara mandiri
b. Mahasiswa dapat belajar menggali perasaan klien
c. Mahasiswa dapat belajar menerapkan etika keperawatan dengan prinsip
menjaga kerahasiaan informasi klien
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kelemahan metode nursing clinic adalah sebagai berikut.
a. Mahasiswa yang kurang terampil akan sulit melaksankan konsep
keperawatan yang baik
b. Perilaku mahasiswa yang tidak profesional akan membuat klien tidak
nyaman.
Universitas Sumatera Utara