Pengalaman Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam Menerapkan Perilaku Caring pada Pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan

(1)

Pengalaman Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Dalam Menerapkan Perilaku Caring

Pada Pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan

SKRIPSI

oleh

Afina Muharani Syaftriani 111101110

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Pengalaman Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Dalam Menerapkan Perilaku Caring

Pada Pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan

SKRIPSI

oleh

Afina Muharani Syaftriani 111101110

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

(5)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengalaman Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam Menerapkan Perilaku Caring pada Pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan”.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, demikian juga kepada Erniyati, S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan I serta seluruh staf dan dosen pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan studi jenjang Sarjana Keperawatan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini, memberikan pengetahuan, bimbingan yang update, masukan dan arahan yang sangat inspiratif sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Nur Afi Darti, S.Kp., M.Kep dan Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes selaku dosen penguji yang juga banyak memberi saran dan masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih teristimewa kepada kedua orang tua, ayahanda Kolonel Ckm dr. H. Syafruddin Loebis, M.MKes dan ibunda Hj. Tri Kisnawati yang telah memberikan dukungannya secara moril, material dan doa yang tiada henti mereka panjatkan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada nenek Suastini tersayang di Bali yang selalu menanyakan bagaimana studi penulis sekarang, karena satu keinginan beliau adalah agar penulis dapat mengikuti jejak beliau sebagai perawat nantinya. Adik penulis, Ananda Hafiz Rahmatullah Loebis yang juga selalu menghibur dan memberi semangat penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(6)

Akhirnya tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2011 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara terkhusus untuk sahabat penulis Devi, Nurul, Puan, Ruri dan Tiwi yang telah banyak membantu dan memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini serta teman satu dosen pembimbing Tabita, Rita dan Putri Bungsu yang selalu berbagi informasi, tempat bertukar pikiran dan semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, Juli 2015 Penulis

Afina Muharani Syaftriani 1111 0 111 0


(7)

DAFTAR ISI

Halaman judul ... i

Halaman pernyataan orisinalitas ... ii

Halaman pengesahan ... iii

Prakata… ... iv

Daftar isi ... vi

Daftar tabel ... viii

Abstrak ... ix

Abstract ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Perumusan masalah ... 4

3. Tujuan penelitian ... 4

4. Manfaat penelitian ... 5

4.1 Pendidikan keperawatan... 5

4.2 Mahasiswa profesi ners ... 5

4.3 Pelayanan keperawatan ... 5

4.4 Penelitian keperawatan... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

1. Konsep Caring ... 6

1.1 Definisi Caring ... 6

1.2 Definisi Perilaku Caring ... 9

1.3 Teori Caring Watson ... 10

1.4 Teori Caring Lainnya ... 15

1.4.1 Teori Caring Menurut Simon Roach ... 15

1.4.2 Teori Caring Menurut K.M Swanson ... 17

1.5 Manfaat Perilaku Caring ... 18

1.6 Aplikasi Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan ... 19

2. Program Pendidikan Profesi Keperawatan di Indonesia ... 20

2.1 Tahap Program Pendidikan Profesi Keperawatan ... 20

2.2 Kompetensi Program Pendidikan Profesi Keperawatan .... 22

2.3 Penerapan Perilaku Caring Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Keperawatan ... 25

3. Studi Fenomenologi ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN ... 30

1. Desain penelitian ... 30

2. Partisipan ... 30

3. Tempat dan waktu penelitian ... 31

3.1 Tempat penelitian ... 31

3.2 Waktu penelitian ... 31

4. Pertimbangan etik ... 32


(8)

6. Pengumpulan data ... 33

7. Analisa data ... 35

8. Tingkat kepercayaan data ... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

1. Hasil penelitian ... 39

2. Karakteristik partisipan ... 39

3. Pengalaman Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam Menerapkan Perilaku Caring pada Pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan . 40 4. Pembahasan ... 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

1. Kesimpulan ... 106

2. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

LAMPIRAN ... 112

1. Informed consent ... 113

2. Lembar persetujuan menjadi partisipan... 115

3. Instrumen penelitian (Kuesioner Data Demografi) ... 116

4. Panduan wawancara ... 117

5. Surat uji validasi pertanyaan wawancara ... 118

6. Surat komite etik... 119

7. Surat izin penelitian ... 120

8. Surat selesai penelitian ... 121

9. Jadwal penelitian ... 122

10. Anggaran dana ... 123

11. Lembar bukti bimbingan ... 124

12. Lembar Pengesahan Terjemahan Abstrak ... 127


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik Partisipan ... 40 Tabel 4.1. Matriks Tema ... 80


(10)

ABSTRAK

Judul : Pengalaman Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam Menerapkan Perilaku Caring pada Pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan

Nama Mahasiswa : Afina Muharani Syaftriani

NIM : 1111 0 111 0

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan USU

Tahun : 2015

Perilaku caring adalah suatu tindakan yang didasari oleh kepedulian, kasih sayang, keterampilan, empati, tanggung jawab, sensitif dan dukungan. Perilaku caring tidak hanya dilakukan oleh perawat tetapi juga dilakukan oleh mahasiswa yang sedang menjalankan tahap pendidikan profesi ners di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah partisipan sebanyak sepuluh orang partisipan. Sebelum pengambilan data, peneliti mengajukan ethical clearance yang diperoleh melalui Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dari bulan Februari 2015 sampai dengan April 2015. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode Collaizi. Penelitian ini menemukan 4 tema pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan, yaitu 1) memperlihatkan rasa peduli yang tinggi dalam menerapkan caring, 2) menjalin komunikasi yang menciptakan trust dengan pasien, 3) melakukan tindakan keperawatan secara holistik kepada pasien, dan 4) menunjukkan sikap menghormati pasien. Selain tema diatas, penelitian ini juga mengungkapkan dampak perilaku caring (5 dampak) dan hambatan yang dialami mahasiswa profesi ners dalam menerapkan perilaku caring (3 hambatan). Mengingat pentingnya penerapan perilaku caring tersebut, maka direkomendasikan kepada mahasiswa pendidikan tahap profesi ners untuk terus meningkatkan perilaku caring kepada pasien. Selanjutnya, bagi institusi pendidikan keperawatan ataupun rumah sakit dapat membuat standar perilaku caring sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien.


(11)

ABSTRACT

Title of the Thesis : The Experience of Nurse Profession Students at The Faculty of Nursing, University of Sumatera Utara in Applying Caring Behavior to Patients at Education Hospital, Medan

Name of Student : Afina Muharani Syaftriani Std. ID Number : 1111 0 111 0

Department : S1 (Undergraduate) Nursing, USU Academic Year : 2015

Caring behavior is an action which is based on care, affection, skill, empathy, responsibility, sensitivity, and support. It is not only done by nurses but also by students who are studying nurse profession at a hospital. The objective of the research was to explore the experience of nurse profession students at the Faculty of Nursing, University of Sumatera Utara in applying caring behavior to patients at Education Hospital, Medan. The research used phenomenological design. The samples were ten respodents, using purposive sampling technique. Before the data were gathered, the researcher requested for ethical clearence from the Health Research Ethics Committee of the Faculty of Nursing University of Sumatera Utara. The researcher was conducted at the Faculty of Nursing from February to April, 2015. The data were analyzed by using Collaizi method. It was found that there were four themes of the respondents in applying caring behavior to patients at Education Hospital, Medan: 1) presenting high care in applying caring, 2) establishing communication which created trust in patients, 3) performing holistic nursing care to patients, and 4) showing respect toward patients. Besides the four themes above, it wal also found that there were five effects of caring behavior and three obstacles faced by the students in applying caring behavior. It is recommended that the students of nurse profession improve their caring behavior to patients. The management of nursing educational institution and the hospital make the standart of caring behavior in order to increase service quality for patients.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Swanson (1991, dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses untuk menjalin suatu hubungan yang berfokus pada perasaan klien yang merupakan suatu komitmen dan tanggung jawab perawat. Teori ini mendukung pernyataan bahwa caring merupakan inti dari fenomena keperawatan, tetapi tidak merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.

Perilaku caring menurut Watson (1979, dalam Tomey & Alligood, 2006) adalah proses yang dilakukan oleh perawat yang meliputi pengetahuan, tindakan dan dideskripsikan sebagai sepuluh faktor karatif yang digunakan dalam praktik keperawatan di beberapa setting klinik yang berbeda.

Perilaku caring sangat penting bagi perawat yang bertugas di rumah sakit. Perawat yang caring, cerdas dan terampil akan memberikan keamanan, kenyamanan dan kepuasan pada klien dan keluarga serta membawa dampak positif terhadap citra rumah sakit, citra profesi perawat di mata klien, keluarga bahkan masyarakat pada umumnya (Gaghiwu, Ismanto & Babakal, 2013). Perilaku caring perawat dapat memberikan pengaruh dalam pelayanan yang


(13)

berkualitas pada pasien (Prompahakul, Nilmanat & Kongsuwan, 2011). Perilaku caring perawat juga memberikan kontribusi besar terhadap kualitas pengalaman pasien selama dilakukan perawatan (Wolf, Miller & Devine, 2003). Perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan harus mengembangkan perilaku caring, karena perawat yang berperilaku caring berarti perawat tersebut mampu mengurangi stres ataupun trauma pasien ketika hospitalisasi (Gaghiwu, Ismanto & Babakal, 2013).

Caring mempunyai banyak manfaat untuk pasien, seperti ketenangan jiwa, membina rasa percaya dan mengurangi kecemasan pasien sehingga akan membantu kesembuhan dan menimbulkan kepuasan pasien (Setiadi, Siswadi & Florensa, 2013). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gurusinga, Sulistyaningsih dan Tarigan (2013) bahwa pasien merasa puas terhadap perilaku caring perawat yang baik di RS Grand Medistra Lubuk Pakam. Nurbiyati (2013) juga menjelaskan bahwa persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat adalah baik dengan contoh perawat memberi perhatian lebih pada pasien, pasien dianggap keluarga oleh perawat, perawat aktif bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan, responsif, terampil, menghargai dan menjelaskan tindakan pada pasien. Watson (1979, dalam Tomey & Alligood, 2006) menambahkan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif dapat mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu.

Perilaku caring tidak hanya dilakukan oleh perawat tetapi juga dilakukan oleh mahasiswa profesi ners. Mahasiswa profesi ners adalah mahasiswa yang sedang mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama tahap akademik.


(14)

Program profesi merupakan proses transformasi mahasiswa menjadi seorang perawat profesional. Dengan kata lain melalui pendidikan program profesi diharapkan dapat terbentuk kemampuan akademik dan profesional serta kemampuan mengembangkan keterampilan dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan profesional dan dapat bersosialisasi dengan peran profesionalnya. Tujuan dari pembelajaran profesi adalah mahasiswa mendapatkan pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien sehat dan sakit sesuai tujuan, mengaplikasikan bentuk asuhan keperawatan dengan critical thinking yang sesuai dengan sumber daya, sarana dan prasarana yang ada dilahan praktik sesuai dengan tujuan mata ajar serta mengaplikasikan tampilan sosok dan sikap perawat profesional (Nursalam, 2008).

Hasil penelitian Nasution (2012) pada mahasiswa tahap profesi ners di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada didapatkan hasil bahwa mahasiswa tahap profesi ners memiliki nilai persepsi caring yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa tahap akademik. Hasil berbeda didapat pada penelitian Layuk (2013) yang menunjukkan bahwa perilaku caring pada mahasiswa profesi ners PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada paling banyak pada kategori rendah (41%). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Tumanggor (2012) didapatkan hasil gambaran atribut dan perilaku caring mahasiswa program pendidikan profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan mahasiswa program sarjana keperawatan.


(15)

Perilaku caring pada mahasiswa dalam pendidikan keperawatan sangat penting karena ini adalah tempat pertama bagi mahasiswa untuk belajar tentang nilai-nilai dan esensi dari profesi mereka (Begum & Slavin, 2012). Hasil penelitian yang berbeda-beda dari penelitian sebelumnya membuat peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut terkait perilaku caring pada profesi ners dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Selain itu, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara memiliki visi menjadi institusi pendidikan terdepan yang menghasilkan ners kompetitif dan unggul dalam holistic caring sehingga penting untuk dieksplorasi lebih jauh bagaimana pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan.


(16)

4. Manfaat Penelitian

4.1.Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi tentang pelaksanaan perilaku caring oleh mahasiswa ketika menjalankan program pendidikan profesi ners sehingga dapat dijadikan sebagai acuan evaluasi program pengajaran mengenai perilaku caring oleh institusi pendidikan profesi ners.

4.2. Mahasiswa Profesi Ners

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi mahasiswa profesi ners mengenai perilaku caring bagi seorang perawat nantinya, sehingga dapat mengembangkan perilaku caring sejak dini yaitu dimulai dalam pendidikan profesi ners.

4.3.Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukan untuk meningkatkan praktik keperawatan khususnya pada penerapan perilaku caring pada pasien.

4.4.Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan evidence based tentang pengalaman mahasiswa profesi ners dalam menerapkan perilaku caring pada pasien serta dapat dijadikan pertimbangan sebagai referensi dan dasar bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perilaku caring.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Caring

1.1. Definisi Caring

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Mayeroff (1872, dalam Morrison & Burnard, 2008) menjelaskan bahwa caring adalah suatu proses yang memberikan kesempatan pada seseorang, baik pemberi asuhan maupun penerima asuhan untuk pertumbuhan pribadi. Aspek utama caring menurut Mayeroff meliputi pengetahuan, pengalaman, kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan dan keberanian. Benner (1984, dalam Potter & Perry, 2009) juga menggambarkan inti dari praktik yang baik adalah caring.

Caring merupakan sentral praktik keperawatan. Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenal klien, membuat perawat mengetahui masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya (Potter & Perry, 2009).

Beberapa teori dalam keperawatan telah dikembangkan dari berbagai sudut pandang untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tentang caring. Teori yang mendukung pernyataan bahwa caring merupakan sentral praktik keperawatan dan


(18)

bukan merupakan sesuatu yang unik dalam praktik keperawatan adalah teori yang dikemukakan oleh Swanson. Swanson (1991, dalam Potter & Perry, 2009) mendefinisikan bahwa caring adalah suatu cara pemeliharaan hubungan dengan menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab. Teori Swanson berguna dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang berguna dan efektif.

Leininger (1991, dalam Blais dkk, 2007) menyatakan bahwa caring penting untuk tumbuh kembang dan kelangsungan hidup manusia. Caring berfungsi untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi dan cara hidup manusia yang menekankan pada aktivitas yang sehat dan memampukan individu dan kelompok berdasarkan budaya. Perilaku caring mencakup memberi kenyamanan, kasih sayang, perhatian, memfasilitasi koping, empati, memandirikan, fasilitasi, minat, perilaku membantu, cinta, pengasuhan, perilaku protektif, perilaku restoratif, berbagi, perilaku menstimulasi, pertolongan, dukungan, pengawasan, kelembutan, tindakan konsultasi kesehatan, tindakan instruksi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan. Perilaku caring juga meliputi menghormati klien, memberikan sentuhan pada klien, kehadiran dan membina kedekatan dengan klien (Creasia & Parker, 2001).

Watson dengan teori Nursing: The Philosophy and Science of Caring mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi klien sebagai manusia. Bentuk hubungan perawat dan klien adalah hubungan yang wajib dipertanggungjawabkan secara profesional untuk meningkatkan dan


(19)

melindungi klien sebagai manusia sehingga mempengaruhi kesanggupan klien untuk sembuh (Tomey & Alligood, 2006). Caring melibatkan keterbukaan, komitmen dan hubungan perawat klien yang meliputi keinginan untuk merawat dengan tulus, tanggapan positif, dukungan atau intervensi fisik oleh perawat (Synder, 2011).

Griffin (1983, dalam Morrison & Burnard, 2008) membagi konsep caring ke dalam dua domain utama. Salah satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal essensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada pasien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh pengaruh antara perawat dan pasien.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pernyataan diatas adalah caring terdiri atas dua aspek yaitu berupa tindakan nyata perawat dalam melakukan peran dan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan aspek afektif perawat seperti perasaan cinta, altruisme, belas kasih, kehangatan serta perasaan lain yang mendasari perawat melakukan tindakan caring kepada klien.


(20)

1.2. Definisi Perilaku Caring

Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Perilaku caring sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku caring sangat penting dalam pelayanan keperawatan karena akan memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat akan lebih memahami konsep caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan keperawatan. Seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang (Dwidiyanti, 2007 dalam Nurbiyati, 2013).

Perilaku caring menurut Watson (1979, dalam Tomey & Alligood, 2006) adalah proses yang dilakukan perawat meliputi pengetahuan, tindakan dan dideskripsikan sebagai sepuluh faktor karatif yang digunakan dalam praktik keperawatan di beberapa setting klinik yang berbeda. Duffy (2005) menambahkan bahwa perilaku caring merupakan suatu harapan dari pasien maupun keluarga mengenai praktik keperawatan dan caring merupakan kata sifat yang biasa digunakan oleh perawat dan mahasiswa keperawatan untuk menggambarkan karakteristik praktik keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia (Blais dkk, 2007).


(21)

1.3. Teori Caring Watson

Watson (2001, dalam Fawcett, 2005) menjelaskan empat komponen dari Theory of Human Caring yaitu:

1. Transpersonal Caring Relationship

Transpersonal Caring Relationship dijelaskan lebih lanjut dalam hal hubungan atau proses intersubjektif antara perawat dan klien, dimana Watson (1985, dalam Fawcett, 2005) melihatnya baik sebagai ilmu dan seni. Komponen

Transpersonal Caring Relationship adalah Self, Phenomenal Field dan

Intersubjectivity. Caring yang ideal memerlukan suatu intersubjektivitas, dimana kedua orang yang terlibat memiliki potensi untuk memungkinkan pemberi perawatan dan menjadi penerima perawatan (Watson, 1989 dalam Fawcett, 2005).

2. Caring Moment/ Caring Occasion

Watson (1996, dalam Fawcett, 2005) menjelaskan Caring Moment adalah momen ketika perawat dan pasien bersatu dalam suatu cara dimana kesempatan untuk perawatan manusia tercipta. Keduanya dengan perbedaan dan keunikan masing-masing memiliki tanggung jawab untuk menyatukan hubungan satu sama lain.

3. Caring (Healing) Consciousness

Watson (2001, dalam Fawcett, 2005) mendefinisikan dan menggambarkan konsep Caring (Healing) Consciousness menggunakan istilah "caring-penyembuhan - kesadaran menyayangi". Konsep Caring (Healing) Consciousness menjelaskan caring menghubungkan kesadaran satu individu untuk caring dengan


(22)

individu lainnya. Selain itu, Caring (Healing) Consciousness dikomunikasikan perawat untuk pasien yang dirawatnya.

4. Clinical Caritas Processes

Clinical Caritas Processes merupakan kompotensi caring dalam

keperawatan yang lebih dikenal sebagai representasi nilai, sikap dan perilaku perawat yang menimbulkan perasaan dipedulikan yang dipersepsikan oleh klien. Clinical Caritas Processes merupakan komponen caring yang interaktif di semua proses dengan pendekatan holistik untuk pemahaman dan mempelajari asuhan keperawatan. Clinical Caritas Processes disini menyatukan tindakan fisik, interaksi, hubungan dan memahami antara perawat dan klien. Watson menggunakan istilah karatif sebagai kontras terhadap faktor kuratif dalam kedokteran konvensional (Watson, 2001 dalam Fawcett, 2005). Perilaku caring yang dilakukan oleh perawat meliputi pengetahuan, tindakan dan dideskripsikan sebagai sepuluh faktor karatif serta digunakan dalam praktik keperawatan di beberapa setting klinik yang berbeda. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006) :

1) Membentuk dan menghargai sistem nilai humanistic dan altruistic

Nilai-niai humanistic dan altruistic adalah sikap yang didasari pada nilai-nilai kemanusiaan yaitu menghormati otonomi dan kebebasan klien terhadap pilihan yang terbaik menurutnya serta mementingkan orang lain dari pada diri sendiri, dimanifestasikan dengan memanggil nama klien dengan nama sehari-hari, mengenal karakteristik klien (umur, pekerjaan, pendidikan, alamat),


(23)

mendahulukan kepentingan klien dari pada kepentingan pribadi, serta memberi waktu pada klien meskipun sedang sibuk.

2) Menanamkan sikap penuh pengharapan atau kepercayaan (Faith-Hope) Faktor ini sangat erat hubungannya dengan nilai altruistic dan humanistic. Perawat membantu klien untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan melalui hubungan yang efektif dengan klien dan memfasilitasi klien untuk menerapkan gaya hidup sehat. Perawat juga memotivasi penerimaan klien terhadap pengobatan yang dilakukan dan membantu klien memahami alternatif terapi yang diberikan, memberikan keyakinan akan adanya kekuatan penyembuhan/kekuatan spiritual dan penuh pengharapan.

3) Menumbuhkan sensisitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain

Perawat harus belajar untuk mengembangkan sifat sensitif dan peka terhadap perasaan klien sehingga dapat lebih ikhlas, otentik dan sensitif dalam memberikan asuhan keperawatan, ditandai dengan sikap empati dan mampu menempatkan diri pada posisi klien, ikut merasakan atau prihatin terhadap ungkapan penderitaan yang dikatakan klien serta siap membantu setiap saat, dapat mengendalikan perasaan ketika klien bersikap kasar terhadap perawat serta perawat menyetujui keinginan klien akan sesuatu yang dibutuhkan klien.

4) Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu

Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam hal ini, kejujuran, empati, kehangatan dan komunikasi efektif. Manifestasi


(24)

perilaku caring terkait faktor ini seperti mengucapkan salam ketika berinteraksi dengan klien, memperkenalkan diri kepada klien saat awal kontrak serta membuat kontrak hubungan dan waktu, meyakinkan klien bahwa ia siap menolong setiap saat dibutuhkan dengan tulus dan ikhlas, mengenali keluarga klien, bersikap hangat dan bersahabat, menyediakan waktu bagi klien untuk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya melalui komunikasi efektif serta menjelaskan prosedur setiap tindakan yang akan dilakukan kepada klien.

5) Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif

Perawat berbagi perasaan dengan klien merupakan hal yang riskan. Perawat harus mempersiapkan diri dalam menghadapi ekspresi perasaan positif dan negatif klien dengan cara memahami ekspresi klien secara emosional maupun intelektual dalam situasi yang berbeda. Manifestasi perilaku caring terkait faktor ini antara lain memotivasi klien untuk mengemukakan perasaan positif maupun negatif, mendengarkan keluhan klien dengan sabar walaupun waktunya lama, mendengarkan keinginan klien untuk sembuh dan apa yang akan dilakukan jika sembuh.

6) Menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan

Perawat menggunakan proses keperawatan yang sistematis dan terorganisir untuk menyelesaikan masalah kesehatan klien sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan. Perilaku caring perawat terkait faktor ini antara lain memeriksa dan mengkaji lebih lanjut tentang masalah yang dihadapi klien, bertanya tentang keinginan klien yang khusus untuk dipenuhi dan cara pemenuhan kebutuhan


(25)

tersebut, mengabulkan permintaan klien untuk mendapatkan sesuatu karena tahu bila tidak dipenuhi dapat menimbulkan kecemasan serta memenuhi keinginan klien yang berbeda-beda dengan sabar.

7) Meningkatkan proses pembelajaran dalam hubungan interpersonal

Faktor karatif ini merupakan konsep yang penting bagi keperawatan untuk membantu kesembuhan dengan bentuk kepedulian. Perawat memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar mengajar bertujuan untuk memandirikan klien dalam memenuhi kebutuhan diri dan memberikan pribadi klien kesempatan untuk berkembang. Pasien diharapkan untuk mendapat informasi tentang status kesehatannya.

8) Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif

Perawat harus menyadari bahwa lingkungan internal dan eksternal berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit individu. Lingkungan internal meliputi mental dan kesejahteraan spiritual serta keyakinan sosial budaya individu. Sedangkan lingkungan eksternal meliputi kenyamanan, privacy, keamanan dan kebersihan serta keindahan. Manifestasi perilakunya antara lain menyetujui keinginan klien untuk bertemu atau mendatangkan pemuka agamanya, mengijinkan dan mendorong klien untuk berdoa/beribadah sesuai dengan agamanya, bersedia menghubungi keluarga dan teman yang diharapkan untuk mengunjungi klien.


(26)

9) Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia

Perawat harus memahami kebutuhan biofisikal, psikososial dan interpersonal bagi dirinya sendiri dan juga klien. Klien harus terpenuhi kebutuhan tingkat dasar terlebih dahulu sebelum berusaha mencapai kebutuhan yang berada di atasnya. Perawat yang bersifat caring selalu berusaha memperlakukan klien sebagai individu dan mencoba mengidentifikasi kebutuhan pasien. Mereka juga mendahulukan kepentingan pasien, dapat dipercaya dan terampil.

10)Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic

Perawat harus memahami pertumbuhan dan kematangan jiwa klien (fenomenologis) tentang data serta situasi yang membantu pemahaman klien tentang fenomena. Yang dapat dilakukan perawat antara lain mengajarkan perubahan gaya hidup yang sehat kepada klien untuk meningkatkan kesehatan, menyediakan lingkungan yang mendukung, mengajarkan metode pemecahan masalah, mengenalkan pada klien keterampilan koping maupun adaptasi terhadap rasa kehilangan, mengijinkan klien menggunakan kekuatan spiritual untuk melakukan terapi alternatif sesuai pilihannya, memotivasi klien dan keluarga untuk berserah diri kepada Tuhan, menyiapkan klien dan keluarga saat menghadapi fase berduka.

1.4. Teori Caring Lainnya

1.4.1. Teori Caring MenurutSimon Roach

Menurut Roach (1995, dalam Blais dkk, 2007) ada lima komponen caring. Lima komponen tersebut adalah:


(27)

1. Compassion (kasih sayang)

Compassion adalah kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan orang lain dapat berupa membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan kesempatan untuk berbagi, dan memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, serta memberikan dukungan secara penuh.

2. Competence (kemampuan)

Competence adalah memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap profesi.

Compassion tanpa competence akan terjadi kelalaian klinis, sebaliknya

competence tanpa compassion menghasilkan suatu tindakan.

3. Confidence (kepercayaan diri)

Confidence adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar manusia dengan penuh percaya diri. Confidence dapat berupa ekpresi caring yang meningkatkan kepercayaan tanpa mengabaikan kemampuan orang lain untuk tumbuh dan menyampaikan kebenaran.

4. Concience (suara hati)

Perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai humanistik altruistik (peduli kesejahteraan orang lain) yang dianut dan direfleksikan pada tingkah lakunya.

5. Commitment

Melakukan tugas secara konsekuen dan berkualitas terhadap tugas, orang, karir yang dipilih.


(28)

1.4.2. Teori Caring Menurut K. M. Swanson

Swanson (1991, dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar mereka merasakan komitmen dan tanggung jawab terhadap dirinya sendirinya. Swanson dalam Middle Theory of Caring mendeskripsikan lima komponen proses caring yaitu:

1. Mengetahui (Knowing)

Knowing berarti berusaha untuk memahami arti suatu kejadian dalam kehidupan pasien, mencegah adanya asumsi, berfokus pada perawatan untuk pasien, mencari tanda-tanda, melakukan pengkajian secara cermat dan melibatkan diri dengan pasien. Perawat memahami peristiwa yang dialami pasien dan arti dari peristiwa tersebut bagi pasien serta mampu menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi pasien.

2. Kehadiran atau Keberadaan (Being With).

Kehadiran berarti menghadirkan emosi saat bersama pasien. Hal ini berarti hadir secara fisik, menyampaikan keberadaan dan berbagi perasaan dengan pasien tanpa membebani pasien.

3. Melakukan (Doing For)

Melakukan pelayanan keperawatan untuk membantu pasien dalam perawatan total atau mendukung pasien untuk melakukan perawatan mandiri. Sub kategori perilaku yang termasuk hal ini adalah mengantisipasi kebutuhan pasien, memberikan kenyamanan, memberikan pelayanan keperawatan secara kompeten dan terampil serta melindungi martabat pasien selama perawatan.


(29)

4. Memungkinkan (Enabling)

Enabling berarti membantu pasien dan memfasilitasi pasien agar dapat merawat dirinya sendiri. Enabling juga berarti membantu pasien untuk melalui masa transisi dalam kehidupan atau melalui peristiwa yang tidak biasa dengan cara berfokus pada kejadian tersebut, menginformasikan, menjelaskan, mendukung dan memberikan feedback.

5. Mempertahankan Kepercayaan (Maintaining Belief)

Proses ini merupakan fondasi caring dan ditunjukkan pada keyakinan terhadap kapasitas seseorang melalui bekerja bersama-sama dan mengenali arti suatu kejadian atau kondisi bagi pasien.

1.5. Manfaat Perilaku Caring

Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring yang diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai perilaku manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan memfasilitasi pemberian pelayanan kepada pasien. Watson (1979, dalam Tomey & Alligood, 2006) menambahkan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif dapat mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. Selain itu, perilaku caring perawat memberi pengaruh dalam pelayanan yang berkualitas pada pasien (Prompahakul, Nilmanat & Kongsuwan, 2011). Perilaku caring perawat juga memberikan kontribusi besar terhadap kualitas pengalaman pasien selama dilakukan perawatan (Wolf, Miller & Devine, 2003). Setiadi, Siswadi & Florensa


(30)

(2013) menjelaskan caring mempunyai banyak manfaat untuk pasien, seperti ketenangan jiwa, membina rasa percaya dan mengurangi kecemasan pasien sehingga akan membantu kesembuhan dan menimbulkan kepuasan pasien. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan klien.

1.6. Aplikasi Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Perilaku perawat yang ditunjukkan dalam asuhan keperawatan berhubungan dengan caring meliputi kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan dan mengenal klien. (a) kehadiran bukan berarti hanya hadir secara fisik melainkan juga komunikasi dan juga memahami klien; (b) sentuhan, sebagai satu bentuk komunikasi yang merupakan awal terjadinya hubungan antara perawat dan klien (Potter & Perry, 2009). Sentuhan terdiri atas sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak (Fredrikkson, 1999 dalam Potter & Perry, 2009). Sentuhan kontak berarti adanya persinggungan antara kulit dan kulit, sedangkan sentuhan non-kontak berarti adanya kontak mata antara perawat dan klien. (c) mendengarkan, caring bukan hanya merupakan suatu interaksi interpersonal dan berbicara satu sama lain, tetapi lebih dari itu, dalam hubungan caring perawat dan klien membangun hubungan saling percaya, membuka jalur komunikasi dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien. Mendengarkan klien berarti perawat dapat memahami dan mengintrepetasikan apa yang dikatakan klien serta memberikan umpan balik pada klien (Kembe,1992 dalam Potter & Perry, 2009); (d) mengenal dan memahami klien adalah inti dari proses pengambilan keputusan


(31)

oleh perawat. Hubungan caring yang terbentuk antara klien dan perawat membantu perawat untuk lebih mengenal klien secara individu yang unik sehingga perawat dapat menentukan tindakan keperawatan yang sesuai dan efektif bagi klien (Potter & Perry, 2009).

Aplikasi caring perawat seperti memperkenalkan diri serta membuat kontrak hubungan, memanggil klien dengan namanya, menggunakan sentuhan, mengkaji lebih lanjut keinginan klien, meyakinkan klien bahwa perawat akan membantu klien dalam memberikan asuhan keperawatan, memenuhi kebutuhan dasar klien dengan ikhlas, menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan (inform consent), mendengarkan dengan penuh perhatian, bersikap jujur, bersikap empati, dapat mengendalikan perasaan, selalu mendahulukan kepentingan klien, tidak menerima uang dari klien, memberi waktu dan perhatian, bekerja dengan terampil dan cermat berdasarkan ilmu, kompeten dalam melakukan tindakan keperawatan, berespon dengan cepat dan tanggap, mengidentifikasi secara dini perubahan status kesehatan klien, serta memberikan rasa aman dan nyaman (Kozier, 2007).

2. Program Pendidikan Profesi Ners di Indonesia 2.1. Tahap Program Pendidikan Profesi Ners

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit


(32)

maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Lokakarya Nasional, 1983 dalam Nurhidayah, 2011). Untuk menjadi perawat profesional, seorang perawat harus menempuh dua tahap pendidikan keperawatan yaitu tahap pendidikan akademik yang setelah lulus akan bergelar S.Kep dan tahap pendidikan profesi yang setelah lulus akan bergelar Ners (Ns) (Nurhidayah, 2011).

Mahasiswa keperawatan akan memulai program pendidikan profesi keperawatan setelah lulus dari program pendidikan akademik. Program pendidikan profesi keperawatan dilaksanakan selama satu tahun atau dua semester. Di Indonesia, proses program pendidikan profesi keperawatan terdiri dari pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan (PBL) (Nursalam, 2008).

Pada tahap pendidikan profesi mahasiswa akan mengaplikasikan seluruh pengetahuan dan teori yang telah didapat selama pendidikan akademik ke dalam masalah klinik yang nyata (Nurhidayah, 2011). Program pendidikan profesi keperawatan juga merupakan suatu proses yang akan mengantarkan mahasiswa menjadi seorang perawat profesional dimana mahasiswa akan diberi kesempatan untuk beradaptasi dengan perannya sebagai perawat profesional di situasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau komunitas dengan cara melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar, menerapkan pendekatan proses keperawatan, menampilkan sikap atau tingkah laku profesional, dan menerapkan keterampilan profesional (Nursalam, 2008). Menurut Reilly (2002, dalam Nurhidayah, 2011). Pembelajaran klinik merupakan tempat bagi mahasiswa untuk bereksperimen


(33)

dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan masalah, dan mengembangkan bentuk perawatan baru.

Setelah melalui tahap pendidikan profesi keperawatan diharapkan mahasiswa telah mempunyai sikap, pengetahuan dan keterampilan profesional. Untuk menghasilkan perawat yang profesional, maka program pendidikan profesi keperawatan disusun dengan mempertimbangkan lima aspek yaitu : (1) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan; (2) kemampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah; (3) sikap dan tingkah laku profesional; (4) belajar aktif dan mandiri; (5) pendidikan berada di masyarakat (Nurhidayah, 2011).

Dengan menjalani kelima aspek tersebut diharapkan mahasiswa lulusan program pendidikan profesi keperawatan memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan profesional baik sebagai pemberi asuhan (caregiver), pembela klien (client advocate), penilai kualitas asuhan (quality of evaluator), manajer (manager), peneliti (researcher), pendidik (educator), maupun konsultan (consultant) (Nurhidayah, 2011).

2.2. Kompetensi Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners

Nursalam (2008) menjelaskan penataan kompetensi harus mulai dilakukan, baik kompetensi akademik maupun profesional. Menurut International Council of Nursing (ICN), kompetensi bermakna pengetahuan, keterampilan, sikap dan pertimbangan yang terintegrasi dan harus dimiliki/dipersyaratkan untuk melakukan tindakan secara aman dalam lingkup praktik keperawatan individu.


(34)

Dalam kerangka kerja ICN, kompetensi untuk perawat generalis dikelompokkan menjadi tiga kompetensi utama, yaitu sebagai berikut:

1. Praktik profesional, etik dan legal serta peka budaya 2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan 3. Pengembangan profesional

Berdasarkan Buku Panduan Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi 2014 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kompetensi lulusan program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang kontinu harus dicapai dalam tahap baik akademik maupun profesi adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi Utama

a. Mampu berkomunikasi secara efektif

b. Mampu menerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan c. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan profesional di klinik dan komunitas

d. Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan e. Mampu menjalin hubungan interpersonal

f. Mampu melakukan penelitian sederhana

g. Mampu menjadi advokat bagi klien yang dirawatnya

h. Mampu mengembangkan profesionalisme secara terus-menerus/ belajar sepanjang hayat


(35)

2. Kompetensi Pendukung

a. Mampu berpikir kritis menggunakan metodologi keperawatan dan metodologi riset

b. Mampu melaksanakan peran sebagai pemimpin perubahan dalam kerja tim pelayanan keperawatan

c. Mampu mendeseminasikan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

3. Kompetensi Lainnya

Kompetensi lainnya yang dirumuskan untuk membantu meningkatkan daya saing dan menunjukkan ciri khas lulusan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, adalah:

a. Mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dalam situasi klinis

b. Mampu berperan serta dalam penerapan holistic caring

Kompetensi lulusan Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tersebut dijabarkan secara detail dalam pencapaian setiap mata ajar, yang mengikuti acuan sesuai Standar Kompetensi Perawat Indonesia (SKPI) 2011. SKPI adalah suatu standar kompetensi perawat vokasi dan standar kompetensi ners generalis Indonesia yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi bekerjasama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Keperawatan Indonesia (AIPDiKI) dengan menggunakan referensi dari berbagai negara dan International Council of Nursing


(36)

(ICN). SKPI dibuat untuk menjamin dilaksanakannya pelayanan atau asuhan keperawatan yang aman dan berkualitas bagi masyarakat oleh perawat Indonesia.

2.3. Penerapan Perilaku Caring Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners

Perilaku caring juga dilakukan oleh mahasiswa yang sedang melaksanakan program pendidikan profesi ners. Salah satu penerapan perilaku caring mereka adalah kehadiran (Schaefer, 2003). Kehadiran disini meliputi keberadaan mahasiswa profesi ners dalam memberikan waktunya untuk mendengarkan secara aktif dan sensitif terhadap pasien yang mereka rawat. Menjadi sensitif terhadap pasien adalah salah satu dari sepuluh kegiatan caring praktisi perawat (Brunton & Beaman, 2000 dalam Schaefer, 2003). Kehadiran berfungsi sebagai sarana untuk merawat dan sebagai intervensi caring. Perilaku caring mahasiswa program profesi ners tidak terjadi tanpa adanya kehadiran karena mereka tidak meluangkan

waktu untuk “mengetahui pasien”. Perilaku caring lainnya meliputi mendukung

dan memberikan perhatian ke pasien tanpa mengharapkan imbalan apa pun, menunjukkan rasa hormat terhadap pasien, berbicara dengan pasien dan bersikap jujur dengan pasien (Schaefer, 2003).

Penerapan perilaku caring mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara antara lain, kemampuan untuk mendengarkan, tersenyum, menyapa, menyentuh, menenangkan pasien, respek, kontak mata, tanggap, bicara dengan lembut dan tidak menghakimi pasien (Setiawan & Tumanggor, 2013).


(37)

3. Studi Fenomenologi

Riset fenomenologi didasarkan pada falsafah fenomenologi yang didukung oleh Edmen Husserl. Husserl menyatakan bahwa “makna” merupakan pengalaman pribadi yang dapat dibagikan atau disampaikan kepada orang lain secara objektif dan diambil intinya saja agar orang lain lebih dapat memahami. Seorang fenomenolog memiliki keyakinan bahwa kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup seseorang. Penelitian fenomenologi berusaha untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu hal atau sejumlah situasi (Polit & Beck, 2012).

Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena dalam bentuk pengalaman hidup. Penggunaan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi bertujuan untuk memperoleh data yang lebih komprehensif, mendalam, credible dan bermakna. Selain itu, pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa dan memberikan gambaran terhadap makna sebuah pengalaman yang dialami beberapa individu dalam situasi yang dialami. Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali definisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti. Fenomenologi berfokus pada apa yang dialami oleh manusia pada beberapa fenomena dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut. Penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Tujuan


(38)

penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Beck, 2012).

Didalam studi fenomenologi, sumber data utama berasal dari perbincangan yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa adanya suatu diskusi. Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012).

Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat tidaklah banyak. Jumlah partisipan dari penelitian ini adalah 10 orang atau lebih sedikit. Partisipan yang terlibat dalam penelitian akan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Polit & Beck, 2012).

Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses analisis data. Fenomenologist dalam proses analisis data yang terkenal adalah Collaizi, Giorgi dan Van Kaam. Ketiga tokoh tersebut berpedoman pada filosofi Husserl yang mana fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena (Polit & Beck, 2012).

Colaizzi (1978, dalam Polit & Beck, 2012) menyatakan bahwa ada tujuh langkah yang harus dilalui untuk menganalisa data. Proses analisa tersebut meliputi (a) membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka; (b) meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan; (c) menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan; (d) mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema; (e) mengintegrasikan


(39)

hasil kedalam bentuk deskripsi; (f) memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin; (g) memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir .

Menurut Lincoln & Guba (1985, dalam Polit & Beck, 2012) untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (trustworthiness) maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu:

1. Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan. Credibility termasuk validitas internal. Cara memperoleh tingkat kepercayaan yaitu perpanjangan kehadiran peneliti/pengamat (prolonged engagement), ketekunan pengamatan (persistent observation), triangulasi (triangulation), diskusi teman sejawat (peer debriefing), analisis kasus negatif (negative case analysis), pengecekan atas kecukupan referensial (referencial adequacy checks), dan pengecekan anggota (member checking).

2. Transferability adalah kriteria yang digunakan untuk memenuhi bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat ditransfer ke subyek lain yang memiliki topologi yang sama. Transferability termasuk dalam validitas eksternal. Maksudnya adalah dimana hasil suatu penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain.

3. Dependability mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan


(40)

untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Teknik terbaik adalah audit trail yaitu meminta dependen atau independen auditor untuk memeriksa aktifitas peneliti. Dependability menurut istilah konvensional disebut reliabilitas atau syarat bagi validitas.

4. Confirmability memfokuskan apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Confirmability merupakan kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi. Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Fokus utama dari studi fenomenologi adalah bagaimana orang mengalami suatu pengalaman hidup dan menginterpretasikan pengalamannya (Polit & Beck, 2012) sehingga dari pendekatan fenomenologi ini diharapkan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan.

2. Partisipan

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian (Polit & Beck, 2012). Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah (1) mahasiswa/i Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara semester 2 tahap profesi yang sedang menjalankan program pendidikan profesi ners di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan, (2) berasal dari program reguler (mahasiswa jalur


(42)

A), (3) komunikatif, dan (4) bersedia menjadi partisipan yang dinyatakan secara verbal atau dengan menandatangani surat perjanjian penelitian.

Jumlah partisipan pada penelitian ini berjumlah 10 orang. Pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan informasi sampai mencapai saturasi data (Polit & Beck, 2012). Pada penelitian ini sudah terjadi saturasi data saat partisipan kesepuluh.

3. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan sebagai berikut : (a) Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara merupakan institusi dari partisipan yang peneliti wawancara; (b) kemudahan akses terhadap partisipan; (c) sudah terjalinnya hubungan komunikasi yang relatif lama antara peneliti dengan partisipan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3.2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dimulai dari bulan Februari 2015 sampai dengan bulan April 2015, yaitu mulai pengumpulan data sampai dengan selesai pengumpulan data.


(43)

4. Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat ethical clearance oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (Lampiran 6). Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti mencari partisipan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon partisipan bersedia berpatisipasi dalam penelitian, maka partisipan dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.

Peneliti tidak memaksa jika partisipan menolak untuk diwawancarai dan menghormati hak-haknya sebagai partisipan dalam penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan maka peneliti tidak mencantumkan nama dari partisipan (anonymity). Nama partisipan dibuat dengan inisial. Selanjutnya identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality) dimana hanya informasi yang diperlukan saja yang akan dituliskan dan dicantumkan dalam penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua bagian. Pertama merupakan Kuesioner Data Demografi (KDD) yang berisi pernyataan mengenai data umum partisipan meliputi inisial, usia, jenis kelamin, agama dan suku (Lampiran 3).


(44)

Instrumen kedua merupakan panduan wawancara. Panduan wawancara ini berisi pertanyaan yang diajukan kepada partisipan, dimana pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Panduan wawancara ini berisi lima pertanyaan yang diajukan seputar pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan (Lampiran 4). Instrumen panduan wawancara ini telah divalidasi oleh salah satu dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang expert dalam bidang caring yaitu Achmad Fathi, S.Kep, Ns., MNS (Lampiran 5). Hasil dari validasi pertanyaan tersebut didapatkan lima pertanyaan yang dibuat peneliti telah clear, credible dan relevant dengan judul penelitian.

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya peneliti melakukan pilot study. Pilot study dilakukan dengan cara mewawancarai seorang mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara semester 2 tahap profesi jalur reguler (jalur A). Pilot study pada penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah peneliti sebagai instrumen sudah cukup baik dalam melakukan wawancara dan melakukan analisa data kualitatif. Setelah melakukan pilot study, hasil wawancara dari pilot study dibuat dalam bentuk transkrip. Selanjutnya dikonsultasikan dengan pembimbing. Setelah


(45)

mendapat persetujuan pembimbing, kemudian peneliti melanjutkan wawancara kepada partisipan berikutnya.

Setelah pilot study dilakukan, peneliti melakukan wawancara kepada partisipan. Proses wawancara dimulai dengan melakukan prolonged engagement yaitu dengan cara mengadakan hanya 1 kali pertemuan dengan partisipan dikarenakan peneliti sudah membina hubungan yang baik dengan partisipan selama empat tahun perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian, antara peneliti dan partisipan tumbuh hubungan saling percaya dan memiliki keterkaitan yang lama sehingga akan semakin akrab, semakin terbuka dalam memberikan informasi dan informasi yang diperoleh akan lebih lengkap. Pada tahap ini, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan dan pengumpulan data yang dilakukan terhadap partisipan.

Langkah selanjutnya, setelah partisipan bersedia untuk diwawancarai maka partisipan diminta membaca dan mengisi lembar persetujuan dan data demografi untuk mendapatkan data dasar kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam atau in-dept interview. In depth interview adalah salah satu cara pengumpulan data melalui percakapan dan proses tanya jawab antara peneliti dengan partisipan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektifitas yang dipahami oleh individu (Polit & Beck, 2012). Pada metode ini peneliti dan partisipan bertemu secara langsung untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(46)

Wawancara dilakukan sekitar 60 menit. Pada penelitian ini, 6 partisipan dilakukan wawancara dengan 1 kali pertemuan dan 4 partisipan lainnya dilakukan wawancara dengan 2 kali pertemuan dikarenakan masih ada hal-hal yang kurang jelas menurut peneliti yang perlu ditanyakan kembali kepada partisipan. Peneliti menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat untuk memandu peneliti dalam mengumpulkan informasi. Kemudian peneliti melanjutkan mengajukan berbagai pertanyaan dengan menggunakan teknik probing. Peneliti menggunakan alat perekam untuk merekam wawancara.

Langkah selanjutnya adalah peneliti membuat transkrip hasil wawancara setiap kali selesai wawancara. Peneliti mengelompokan data dan menguraikan data kedalam bentuk narasi kedalam bentuk tema, sub tema dan kategori yang utama. Kemudian peneliti membahas ulang hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang telah dilakukan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan kepada sepuluh partisipan.

7. Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Polit & Beck, 2012).


(47)

Proses analisa data dilakukan segera setelah selesai setiap satu proses wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip wawancara, kemudian transkrip tersebut dibaca berulang kali atau dilakukan seleksi data satu persatu (kata perkata). Peneliti menggunakan metode Colaizzi (1978, dalam Polit & Beck, 2012) dalam menganalisa data karena metode ini memberikan langkah-langkah yang jelas, sistematis, rinci dan sederhana. Ini adalah salah satu metode yang umum untuk analisa data yang direkomendasikan untuk studi fenomenologi. Proses analisa data dalam penelitian ini meliputi:

1. Membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan partisipan. Dalam hal ini, peneliti membaca semua transkrip dan juga mendengarkan alat perekam beberapa waktu untuk mendapatkan rasa keakraban terhadap makna ekspresi dan untuk kepekaan peneliti terhadap cara setiap partisipan berbicara.

2. Meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini, frase dan kalimat signifikan yang menyinggung tentang pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapakan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan.

3. Menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini pernyataan yang signifikan dipelajari untuk diambil pengertiannya.

4. Mengelompokkan makna-makna tersebut ke dalam kelompok-kelompok tema. Dalam langkah ini, peneliti mengidentifikasi tema dari makna yang diformulasikan kedalam kelompok sub tema dan kategori.


(48)

5. Mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi. Dalam analisis ini, deskripsi mendalam tentang pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan diperoleh, yaitu integrasi narasi dari semua tema, sub tema dan kategori.

6. Memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin.

7. Memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir. Dalam langkah ini peneliti memvalidasi hasil matriks tema yang didapat kepada perwakilan partisipan sebanyak 5 orang. Dari hasil validasi, partisipan menyatakan hasil yang didapat pada penelitian ini sudah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh partisipan.

8. Tingkat Kepercayaan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu credibility, transferability, dependability dan confirmability (Lincoln & Guba, 1985 dalam Polit & Beck, 2012).

Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Credibility pada penelitian ini dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement. Prolonged engagement pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan hanya 1 kali pertemuan dengan partisipan dikarenakan peneliti sudah membina hubungan yang baik dengan partisipan selama empat tahun perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas


(49)

Sumatera Utara. Dengan demikian, antara peneliti dan partisipan tumbuh hubungan saling percaya dan memiliki keterkaitan yang lama sehingga akan semakin akrab, semakin terbuka dalam memberikan informasi dan informasi yang diperoleh akan lebih lengkap.

Confirmability pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa seluruh transkrip wawancara dan tabel analisis tema kepada ahli di kualitatif. Dalam hal ini dilakukan oleh pembimbing yang merupakan pakar penelitian kualitatif. Kemudian peneliti menentukan tema dari hasil penelitian dalam bentuk matriks tema.

Dependability merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang peneliti lakukan. Dalam penelitian ini, beberapa catatan yang dapat digunakan untuk menilai kualitas dari proses penelitian adalah data mentah yang diperoleh melalui pengumpulan transkrip-transkrip wawancara, hasil analisa data, membuat koding-koding (pengkodean), dan draft hasil laporan penelitian untuk menunjukkan adanya kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian.

Transferability mengacu pada sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan dalam situasi atau kelompok yang lain. Kriteria ini digunakan untuk melihat bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks (setting) tertentu dapat ditransfer ke subjek lain yang memiliki karakteristik yang sama. Transferability pada penelitian ini dapat diterapkan jika kelompok lain dalam hal ini fakultas lain memiliki kesamaan visi yang sama mengenai holistic caring, terdapat mata kuliah yang dipelajari mengenai caring dan pada fakultas tersebut juga sudah memiliki dosen yang pakar di bidang caring.


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan. Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema hasil analisa data penelitian.

2. Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Kesepuluh partisipan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai. Para partisipan adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara semester 2 tahap profesi yang sedang menjalankan program pendidikan profesi ners di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan dan berasal dari jalur A (reguler). Karakteristik partisipan pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, agama dan suku. Dari kesepuluh partisipan mayoritas partisipan berusia antara 20-22 tahun (n=6, 60%), beragama Islam (n=6, 60%), berasal dari suku Batak (n=5, 50%) dan semua partisipan berjenis kelamin perempuan. Data demografi partisipan dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(51)

Tabel 4.1.

Karakteristik Partisipan

3. Pengalaman Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam Menerapkan Perilaku Caring pada Pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan

Hasil penelitian ini mendapatkan 4 tema terkait pengalaman mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menerapkan perilaku caring pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan meliputi (1) memperlihatkan rasa peduli yang tinggi dalam menerapkan caring, (2) menjalin komunikasi yang menciptakan trust dengan pasien, (3) melakukan tindakan keperawatan secara holistik kepada pasien, (4) menunjukkan sikap menghormati pasien. Matriks tema dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia

20 – 22 tahun 6 60

23 – 25 tahun 4 40

Jenis kelamin

Perempuan 10 100

Agama

Islam 6 60

Kristen Protestan 4 40

Suku

Batak 5 50

Minang 3 30

Aceh 1 10


(52)

3.1.Memperlihatkan Rasa Peduli yang Tinggi dalam Menerapkan Caring Berdasarkan analisa data didapatkan partisipan memperlihatkan rasa peduli yang tinggi dalam menerapkan caring seperti (1) peduli pada pasien, (2) peka terhadap pasien, (3) perhatian pada pasien.

1. Peduli pada pasien

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa salah satu bentuk mereka memperlihatkan rasa peduli yang tinggi dalam menerapkan caring adalah dengan peduli pada pasien. Peduli pada pasien tersebut dimaknai seperti membantu memenuhi kebutuhan pasien dan tulus merawat pasien.

a. Membantu memenuhi kebutuhan pasien

Partisipan pada penelitian ini menjelaskan bahwa caring dapat dicontohkan dengan siap sedia membantu memenuhi kebutuhan pasien. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan:

“Caring itu adalah suatu sikap seseorang yang peduli, dan ramah kepada seseorang, ketika pasien memerlukan bantuan kita, kita siap sedia memfasilitasi kebutuhannya”

(Partisipan 4) “Kalau yang peduli disini yang saya maksud, saya menerapkan contohnya ya ketika lakennya basah nih, saya inisiatif untuk menggantinya, terus cairannya habis tanpa dipanggil pun saya sudah menggantinya, atau ya seandainya kita melihat ibunya belum oral hygiene ya kita melakukan oral hygiene”

(Partisipan 9)

b. Tulus merawat pasien

Partisipan dalam penelitian ini mengatakan caring tidak hanya diterjemahkan sebagai peduli melainkan ketulusan mahasiswa profesi ners


(53)

merawat pasien. Ketulusan yang dijelaskan partisipan pada penelitian ini adalah dengan melakukan tindakan kepada pasien benar-benar dilakukan dari hati. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:

“Setiap tindakan yang kita lakukan itu benar-benar kita lakukan dari hati”

(Partisipan 2) “Caring tidak langsung diterjemahkan peduli kayak gitu kan tetapi bagaimana sikap, tindakan, komunikasi kita, ketulusan kita merawat pasien”

(Partisipan 10)

2. Peka terhadap pasien

Partisipan dalam penelitian ini juga mengatakan bahwa memperlihatkan rasa peduli yang tinggi kepada pasien salah satunya adalah dengan peka terhadap pasien. Sebagai mahasiswa profesi ners, partisipan dituntut untuk peka terhadap pasien yang dirawat di rumah sakit. Untuk bersikap peka terhadap pasien, partisipan menerapkan dengan cara empati dengan pasien dan ikhlas melakukan tindakan kepada pasien.

a. Empati dengan pasien

Satu dari sepuluh partisipan pada penelitian ini menjelaskan bahwa dia sebagai mahasiswa profesi ners berusaha untuk bersikap empati dengan pasien. Partisipan tersebut juga menegaskan bahwa sebagai mahasiswa profesi ners, dia harus bersikap empati bukan simpati. Berikut pernyataan partisipan:

“Intinya kalau kakak sih kakak suka berkomunikasi sama orang, peduli apa yang mereka rasakan, bersikap empati bukan simpati”


(54)

b. Ikhlas melakukan tindakan kepada pasien

Partisipan yang lain menjelaskan bahwa salah satu contoh sikap peka terhadap pasien adalah dengan ikhlas melakukan segala tindakan kepada pasien. Partisipan menjelaskan bahwa dalam melakukan tindakan kepada pasien, mereka ikhlas tidak meminta imbalan apa-apa ke pasien karena bagi partisipan itu adalah sudah tugas mereka sebagai mahasiswa profesi ners. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:

“Terus kan pernah sekali .. saya cuman masukan obat, mau dikasih uangnya saya.. tapi saya menolak”

(Partisipan 2) “Ikhlasnya itu maksudnya kita ga minta imbalan apa-apa kalau kita melakukan tindakan kepada pasien kita”

(Partisipan 4) “Kadang dikasih tip juga kan, “Ibu ga usah Bu, kami ga terima uang, ga boleh”, “Tolonglah suster, suster itu udah mandiin pasien”, waktu itu di ruang X , mandiin pasien kan, pasiennya HIV, ga ada yang mau megang termasuk keluarganya gitu kan. Kakak ga mungkin kan biarin dia bau dia di kelas 3 semua orang udah kebauan siapa lagi, dan kakak disitu dikasih sendiri, yaudalah..terus kan dikasih uang kan “Engga Bu, itu tugas saya, nanti biar Allah aja yang balas, udah nanti Bapak lebih butuh banyak uang lagi”, kakak bilang kayak gitu kan”

(Partisipan 5)

3. Perhatian pada pasien

Partisipan dalam penelitian ini juga memperlihatkan rasa peduli yang tinggi kepada pasien dicontohkan dengan perhatian kepada pasien. Perhatian yang diberikan partisipan seperti bertanya pada pasien terkait kondisinya, mengingatkan pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar, mendatangi pasien jika dibutuhkan dan meyakinkan pasien bahwa mahasiswa yang akan merawatnya.


(55)

a. Bertanya pada pasien terkait kondisinya

Delapan dari sepuluh partisipan memberi perhatian kepada pasien dengan cara bertanya pada pasien terkait kondisinya. Partisipan pada penelitian ini sering menanyakan kepada pasien bagaimana kondisi pasien saat ini, apa yang mereka rasakan dan perasaan pasien setelah diberikan tindakan keperawatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan:

“Perhatian juga bisa dicontohkan kayak kita tanya keadaan pasiennya “Gimana hari ini?” “Semalam gimana tidurnya? Enak? Ada gangguan?” Misalnya kalau ada gangguan, “Berapa jam tidurnya? Berapa kali terbangun? Apa yang membuat tidurnya ga nyenyak?”

(Partisipan 4) “Kalau misalnya mendengarkan keluhannya lah, misalnya kalau kita mau bawa pasiennya atau mau ngasi tindakan, kita tanya, “Bapaknya sakit apa? Kenapa dibawa kerumah sakit? Apa yang dirasakan?”, dan dari situ kita juga bisa lebih peduli sama dia benernya dia itu maunya gimana sih, mau diapain”

(Partisipan 7) “Misalnya ya kita anggap ya dia pasiennya ibu-ibu ya..”Selamat Pagi, Bu. Perkenalkan saya perawat Desnalia, saya disini yang akan merawat Ibu selama 1 minggu ke depan. Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”. Terus nanti di jawab sama si ibunya baik. “Ibu udah minum obat? Kalau misalnya belum ya kita tanyakan sama pegawainya”, kan terus kita tanya, “Bagaimana keadaan ibu sekarang?”. “Masih sakit”. Ya kita tanyakan lagi, “Dibagian mana yang sakitnya Bu?”, “Ini di bagian kaki”. Nanti diceritain jadinya semuanya, “Iya kaki saya rasanya seperti ini seperti ini seperti ini”, yaudah “Oh seperti itu Bu”


(56)

b. Mengingatkan pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar

Perhatian pada pasien juga dilakukan partisipan pada penelitian ini dengan cara selalu mengingatkan pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka misalnya, mengingatkan pasien untuk makan. Berikut pernyataan partisipan:

“Pada saat kita memberikan, kita wajib mengkomunikasikan. Udah jam..misalnya untuk makan siang “Ibu sudah waktunya untuk makan siang, jadi kita harus..Ibu harus makan ya Bu”, terus kita juga kasih tau berapa pemberian kita. Misalnya, “saya kasihnya sesuai dengan intruksi dokter, 250 ml ya Bu”, seperti itu”

(Partisipan 8) “Terus kalaupun mau makan, datang nih diet mau makan, yaudah “ibu, ini Bu makanannya”, nah kalau kita yang bagi kan, nah kita bilang “Jangan lupa doa ya Bu”

(Partisipan 9)

c. Mendatangi pasien jika dibutuhkan

Partisipan pada penelitian ini berusaha untuk memenuhi kebutuhan pasien bagaimanapun kondisi partisipan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini:

“Apalagi tantangan pada saat dinas malam kan, banyak sih mereka mengeluh, terutama keluarga pasien. Dan terkadang perutnya yang sakit atau terkadang dada pasien yang sesak, nah disitu kita langsung datang ke pasien tersebut apa yang bisa kita lakukan sesuai dengan asuhan keperawatan kita, ya kita

berikan”

(Partisipan 6)

d. Meyakinkan pasien bahwa mahasiswa yang akan merawatnya

Sebagai mahasiswa profesi ners, partisipan pada penelitian ini memberi perhatian pada pasien dengan cara meyakinkan pasien bahwa mereka yang akan merawat pasien tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan berikut:


(57)

“Kita yakinkan dia dengan cara kita, kita yakinkan dia kalau kita ini adalah perawat yang akan merawat dia, apapun nanti keluhan dia, kita yakinkan keluarga dan pasien, bahwa saya itu perawat yang mendukung dia”

(Partisipan 6)

3.2.Menjalin Komunikasi yang Menciptakan Trust dengan Pasien

Berdasarkan hasil analisa data didapatkan pengalaman mahasiswa profesi ners dalam menerapkan perilaku caring pada pasien adalah dengan menjalin komunikasi yang menciptakan trust dengan pasien. Menjalin komunikasi yang menciptakan trust dengan pasien dimaknai partisipan pada penelitian ini seperti (1) komunikasi terapeutik dengan pasien, (2) komunikasi untuk membuat pasien percaya dengan mahasiswa profesi ners, (3) komunikasi untuk memberikan informasi kepada pasien.

1. Komunikasi terapeutik dengan pasien

Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa menjalin komunikasi yang menciptakan trust dengan pasien dapat dilakukan dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik dengan pasien dicontohkan dengan melakukan komunikasi yang baik dengan pasien dan komunikasi tersebut dapat menyelesaikan keluhan yang dikatakan pasien.

a. Komunikasi yang dilakukan dengan baik kepada pasien

Tiga partisipan mengatakan bahwa komunikasi terapeutik sangat diperlukan dan wajib ditingkatkan. Partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah dengan melakukan komunikasi yang baik dengan pasien. Hal ini sesuai dengan penyataan berikut:


(58)

“Perilaku caring itu sebenarnya dilihat dari bagaimana kita komunikasi sama pasien. Nah yang sering kita pelajari bahwa komunikasi terapeutik itu sangat diperlukan” (Partisipan 1) “Kalau saya pribadi untuk meningkatkan awalnya perilaku

caring dari komunikasi aja dulu dari yang saya

tingkatkan..komunikasi terapeutik”

(Partisipan 6) “Apapun yang kita lakukan baik itu untuk pasien, baik itu untuk prosedur rumah sakit, kita melakukannya dengan komunikasi yang betul-betul gimana ya, komunikasinya itu betul-betul baik kita sampaikan, harus tepat, dan masuk sama pasien”

(Partisipan 8)

b. Komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan keluhan pasien Dua orang partisipan yang lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dapat menyelesaikan keluhan pasien. Berikut pernyataan partisipan:

“Jadi perilaku caring itu yang pertama komunikasinya dan keluhan dari pasien itu kita selesaikan”

(Partisipan 5) “Caring tersebut bagaimana cara kita berkomunikasi dengan baik, dan kita mendengarkan keluhan pasien, seperti itu”

(Partisipan 8)

2. Komunikasi untuk membuat pasien percaya dengan mahasiswa profesi ners

Mahasiswa profesi ners dalam menerapkan perilaku caring pertama kali pada pasien berusaha untuk menciptakan trust pada pasien. Menciptakan trust pada pasien dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi. Bentuk komunikasi yang dicontohkan partisipan pada penelitian ini seperti melakukan komunikasi


(59)

saat pertama kali dengan pasien, memperkenalkan diri kepada pasien dan sebelum melakukan tindakan kepada pasien.

a. Saat pertama kali bertemu dengan pasien

Partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa perilaku caring pertama kali yang mereka terapkan pada pasien adalah dengan membina trust kepada pasien. Membina trust dengan pasien dilakukan partisipan saat pertama kali bertemu dengan pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:

“Jadi ya benar-benar kita bina trust dulu, bina trust dulu ya kayak mana biar pasien ini percaya sama kita. Ya setiap dinas kita tanya gimana udah, apa obatnya sudah dimakan? Kita cek

apakah obatnya sudah dapat semua”

(Partisipan 3) “Kalau dari awal saya terapkan..saya mendatangi keluarga atau pasien, saya terapkan..saya buat mereka supaya mereka percaya kepada saya, supaya mereka terbuka kepada saya, disitu kita komunikasi”

(Partisipan 6) “Saya menerapkan caring itu dengan..awalnya saya bina trust walaupun dia tidak peduli terhadap saya, saya datang tapi lama-lama dia mau saya ajak ngobrol walaupun awal-awalnya sangat susah”

(Partisipan 8)

b. Memperkenalkan diri pada pasien

Cara lain yang dilakukan partisipan untuk melakukan bina trust pada pasien adalah dengan memperkenalkan diri mereka kepada pasien. Berikut pernyataan partisipan:


(60)

“Bina trust kami memperkenalkan terlebih dahulu diri kami. Lalu kami menjelaskan apa yang kami lakukan, dinas disini berapa lama, kami jelaskan”

(Partisipan 8) “Jadi ya kita identifikasi sih, setelah kita tanya nama dia baru ya kita juga perkenalkan diri namanya siapa, kita bertugas sampai kapan, shif apa” (Partisipan 10)

“Oh ya misalnya kalau pertama, kalau kakak ketemu pasien berusaha untuk mengakrabkan diri lagi, senyum, perkenalan, terus dijelasin mahasiswa lagi praktek disini”

(Partisipan 7)

c. Sebelum melakukan tindakan kepada pasien

Membina trust pada pasien juga dilakukan partisipan sebelum mereka melakukan tindakan kepada pasien. Partisipan pada penelitian ini mengatakan bahwa sebelum melakukan tindakan kepada pasien, bukan hanya melakukan tindakannya saja tetapi mereka terlebih dahulu harus membina trust kepada pasien kemudian memperkenalkan diri mereka kepada pasien. Hal ini sejalan dengan pernyataan berikut:

“Sebelum melakukan tindakan kita bina trust dengan pasiennya”

(Partisipan 3) “Terus itu sangat sulit kan untuk pemberian obat, malah

beberapa pemasangan tindakan yang akan kita lakukan,

tindakan-tindakan untuk pemasangan infus, jadi sebelumnya ya kita bina trust dulu”

(Partisipan 8) “Apalagi..contohnya ketika kita mau melakukan tindakan sama pasien kan ga boleh langsung kia kerjakan tindakan, kita harus perkenalkan diri dulu, terus bina trust, kita tanya namanya, terus kenalkan nama kita, bilang kita siapa, apa yang mau kita kerjakan, bilang”


(1)

Lampiran 10

ANGGARAN DANA

NO KEGIATAN BIAYA

1 Menyiapkan proposal sampai sidang proposal  Biaya internet dan pulsa modem  Kertas A4 80 gr 2 rim

 Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka  Memperbanyak proposal

 Sidang proposal

Rp. 50.000,00 Rp. 80.000,00 Rp. 30.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 150.000,00 2 Pengumpulan data dan analisa data

 Izin penelitian dan ethical clearence Fakultas Keperawatan USU

 Fotokopi KDD dan informed consent  Cinderamata

Rp. 150.000,00

Rp. 10.000,00 Rp. 200.000,00 3 Pengumpulan laporan skripsi

 Kertas A4 80 gr 2 rim  Penjilidan

 Fotokopi laporan penelitian  Sidang skripsi

Rp. 80.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 150.000,00

4 Biaya tak terduga Rp. 120.000,00


(2)

Lampiran 11


(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 13

Riwayat Hidup

Nama : Afina Muharani Syaftriani Tempat Tanggal Lahir : Singaraja, 22 Juni 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Abdul Hakim Perumahan Classic 1 Residence Blok E-18, Pasar 1 Tanjung Sari, Setia Budi-Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Mataram YPRU Tahun 1997 - 1999

2. SD Kartika IX-2 Denpasar Tahun 1999 - 2005

3. SMPN 3 Denpasar Tahun 2005 - 2008

4. SMAN 1 Banda Aceh Tahun 2008 - 2011

5. Fakultas Keperawatan USU Tahun 2011 - Sekarang