BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pentingnya Makanan Bagi Kesehatan - Analisis Cacing Hati (Fasciola Hepatica) Pada Hati Dan Feses Sapi Yang Di Ambil Dari Rumah Potong Hewan Di Mabar Medan Tahun 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pentingnya Makanan Bagi Kesehatan

  Makanan adalah segala sesuatu yang dipakai atau yang dipergunakan oleh manusia supaya dapat hidup. Zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia dapat meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Protein, lemak, dan karbohidrat disebut zat makanan pokok karena banyak memberikan kalori. Menurut Irianto (2007), zat-zat makanan yang baik harus memenuhi syarat :

  1. Harus cukup memenuhi kalori.

  2. Harus ada perbandingan yang baik antara zat makanan pokok.

  3. Protein yang masuk cukup dan mengandung asam amino.

  4. Harus cukup mengandung vitamin.

  5. Harus cukup mengandung garam mineral.

  6. Harus mudah dicernakan oleh alat pencerna.

  7. Harus bersifat hygienis.

2.2.Sapi

  Menurut Murtidjo (1990), pada umumnya bangsa sapi yang terbesar di seluruh penjuru dunia berasal dari bangsa sapi primitif yang telah mengalami dosmetikasi (penjinakan). Pada garis besarnya sapi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Bos indicus (zebu/sapi berponok)

  9

  9

  Bos indicus berkembang di India dan akhirnya menyebar ke berbagai Negara, terlebih daerah tropis seperti Asia tenggara (termasuk Indonesia), Afrika, Amerika, dan Australia.

  2. Bos Taurus Bos Taurus adalah bangsa sapi yang menurunkan bangsa-bangsa sapi potong dan perah di Eropa. Golongan ini akhirnya menyebar keseluruh penjuru dunia, terlebih Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Belakangan ini keturunan Bos Taurus telah banyak diternakkan dan dikembangkan di Indonesia.

  3. Bos Sondaicu ( Bos bibos) Golongan sapi ini merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi di Indonesia.

  Sapi yang kini ada merupakan keturunan banteng (Bos Bibos), dewasa ini kita kenal dengan nama sapi Bali, sapi Madura, sapi jawa, sapi Sumatera, dan sapi lokal lainnya.

2.3. Karakteristik Sapi 1.

  Umur Sapi Menafsir umur sapi merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dikuasai oleh peternak. Umur sapi dapat dideskripsikan dari : a.

  Catatan tanggal lahir Hasil catatan tanggal lahir yang dilakukan oleh peternak. Akan tetapi hal ini hanya dilakukan oleh peternak tradisional.

  b.

  Keadaan gigi serinya.

  Pada prinsipnya, taksiran dengan metode gigi sapi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian, dan kehausan gigi sapi.

  10

  1. Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar kurang dari 1,5 tahun.

  2. Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 2 tahun.

  3. Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 3 tahun.

  4. Sapi yang memiliki gigi tetap tiga pasang rahang bawah, mempunyai umur sekitar 3,5 tahun.

  5. Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 4 tahun.

  6. Sapi yang memiliki gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 25% bagian telah aus, mempunyai umur sekitar 6 tahun.

  7. Sapi yang memiliki gigi lengkap empat pasang, tapi 75% bagian telah aus, mempunyai umur diatas 8 tahun.

  8. Sapi yang memiliki gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 75% bagian telah aus, mempunyai umur diatas 8 tahun.

  c.

  Keadaan tanduk, khususnya dengan memperhatikan gelang-gelang pada tanduk. Sapi jantan akan menimbulkan gelang yang pertama setahun lebih lambat dari sapi yang betina.

2. Jenis Sapi

  Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber

  11

  daging adalah sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole), sapi Aceh, sapi Brahman, sapi Bali, dll.

  a.

  Sapi Ongole Bangsa sapi ini berasal dari India (Madras) yang beriklim tropis dan bercurah hujan rendah. Sapi ongole ini di Eropa disebut zebu, sedangkan di jawa sangat populer dengan sebutan sapi benggala. Ukuran tubuh besar dan panjang sehingga merupakan jenis sapi yang paling banyak dipelihara untuk dijadikan sapi potong.

  b.

  Sapi Bali Sapi bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng yang telah mengalami proses penjinakan beradab-adab lamanya. Sapi Bali termasuk tipe sapi pedaging dan pekerja. Bentuk tubuh menyerupai banteng, tinggi badan sapi dewasa mempunyai 130 cm dan berat badan sapi jantan mencapai 450 kg sedangkan betina 300 – 400 kg.

  c.

  Sapi Aceh Sapi ini merupakan sapi asli Indonesia karena sudah ada sejak zaman Kerajaan Sultan Iskandar Muda. Sapi ini adalah hasil persilangan antara bos

  

indicus dengan banteng, dengan beberapa keunggulan sehingga banyak

disiplin untuk sapi pembibitan.

  d.

  Sapi Brahman Bangsa sapi ini semula berkembang di Amerika Serikat kemudian tersebar luas baik di daerah tropis maupun subtropis, yakni Australia dan juga di Indonesia sapi ini termasuk tipe sapi potong yang baik di daerah tropis.

  12

  Walaupun di daerah kurang subur, tetapi sapi Brahman tumbuh cepat karena pakannya sedarhana.

3. Berat Sapi

  Memberikan taksiran berat sapi, merupakan salah satu cakupan ketrampilan yang menjadi tututan bagi peternak. Secara sederhana berat sapi dapat dihitung dengan rumus terapan sebagai berikut :

  Berat sapi = Pt x Ld x 70 Ld = Lingkar dada sapi 4. Jenis Kelamin Sapi

  Peternakan sapi potong biasanya memelihara keduanya, baik sapi jantan maupun betina. Tetapi untuk sapi potong biasanya peternak memilih sapi jantan karena pertumbuhannya lebih cepat dari sapi betina.

2.3.1. Tujuan Pemeliharaan Sapi

  Menurut Murtidjo (1990), dalam sebuah usaha peternakan sapi potong, bibit ternak yang di beli mempunyai arti penting dalam mendukung keberhasilan usaha. Sehingga pemeliharaan bibit ternak harus disesuaikan dengan tujuan ternak sapi potong tersebut sehingga mendapatkan hasil yang maksimal seperti tujuan yang diinginkan. Adapun tujuan pemeliharaan : a.

  Usaha pemeliharaan sapi potong bibit.

  Usaha ini bertujuan mengembangbiakkan sapi potong sehingga diharapkan keuntungan yang di dapat adalah hasil keturunannya.

  13

  b.

  Usaha pemeliharaan sapi potong untuk penggemukan.

  Usaha ini bertujuan untuk mendapat hasil dari penggemukan sapi menjadi gemuk. Sebagian besar peternak memilih untuk melakukan penggemukan sapi potong atau disebut juga fattening.

2.3.2. Cara Pemeliharaan Sapi

  Menurut Murtidjo (1990), adapun cara pemeliharaan sapi potong biasa diterapkan adalah : a.

  Pasture Fattening Sapi biasanya dilepaskan di padang penggembalaan. Jadi, sapi merumput sendiri sampai kenyang, kemudian menjelang petang hari dikandangkan dan esoknya di lepas lagi. Sapi yang dipilih yang berumur 2,5 tahun dan lama penggemukan berlangsung 6

  • – 8 bulan. Sapi tidak diberi makan penguat, sapi menjadi gemuk hanya merumput.

  b.

  Dry lot Fattening Pada sistem penggemukan seperti ini, sapi yang digemukkan tinggal di dalam kandang terus-menerus. Sapi-sapi itu tidak digembalakan ataupun dipekerjakan. Pemeliharaan sapi dengan cara ini, sapi hanya diberi pakan penguat saja, seperti bahan baku biji-bijian jagung, bungkil kepala dan gandum. Pemeliharaan seperti ini pada prakteknya memerlukan biaya yang cukup tinggi dan lamanya penggemukan sekitar 4

  • – 6 bulan.

  c.

  Kombinasi Pasture – Dry Lot Fattening Penggemukan dengan cara ini sangat cocok dilakukan di lingkungan tropis yang memiliki dua musim. Pada musim penghujan, ketika rumput tumbuh

  14

  sangat subur di padang penggembalaan, sapi-sapi dilepas untuk merumput sendiri. Tetapi di musim kemarau, pada saat rumput sangat terbatas jumlahnya, sapi-sapi dikandangkan dan diberi makan biji-bijian dan pakan hijauan kering lainnya seperti jerami.

2.3.3. Pakan Sapi

2.3.3.1. Jenis Pakan

  Menurut Sugeng (2000), sapi yang sehat memerlukan jumlah pakan yang cukup dan berkualitas, baik dari segi kondisi pakan maupun imbangan nutrisi yang dikandungnya. Jenis pakan yang biasa diberikan untuk sapi: 1.

  Pakan Hijauan Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman atupun tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting, dan bunga. Pada umumnya pakan hijauan adalah rumput seperti rumput gajah dan rumput benggala dan jerami.

2. Pakan Penguat (Konsentrat)

  Bahan pangan penguat ini meliputi bahan makanan yang bersal dari biji- bijian seperti jagung giling, menir, dedak, bungkil kelapa, dan berbagai umbi. Pakan penguat berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah. Sehingga sapi yang sedang tumbuh ataupun yang sedang dalam masa penggemukan harus diberikan pakan penguat yang cukup.

  15

3. Pakan Tambahan Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea.

  Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada di dalam kandang terus-menerus. Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A dan vitamin D, sedangkan mineral yang dibutuhkan terutama Ca dan P. Pada umumnya pakan tambahan vitamin dan mineral berupa feed-supplement.

2.3.3.2. Nutrisi Pakan

  Menurut Andoko (2012), makanan ternak sapi potong dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Makanan sangat esensial bagi ternak sapi. Makanan yang baik akan menjadikan ternak sanggup menjalankan fungsi proses dalam tubuh secara normal.

  Bahan baku makanan yang diperlukan dalam menyusun bahan makanan sapi, terutama tersusun atas kadar air, protein, lemak, serat kasar, sumber mineral, dan karbohidrat.

1. Air

  Air merupakan bahan pakan utama yang terkadang terlukapan mendapat perhatian dari para peternak. Oleh karena itu tubuh hewan terdiri dari 70% air, maka air benar-benar termasuk kebutuhan utama yang tidak bisa diabaikan. Bila sampai terjadi pengurangan air hingga 20%, hewan bersangkutan akan mati.

  Kebutuhan air bagi hewan ternak tergantung pada berbagai faktor: kondisi iklim, jenis sapi, umur, dan jenis pakan yang disediakan. Kebutuhan air bagi sapi yang

  16

  lebih muda lebih banyak, apalagi jika kondisi lingkungan atau suhu meningkat. Kebutuhan air tersebut dapat terpenuhi melalui air minum, air yang terkandung di dalam pakan, dan air yang berasal dari proses metabolisme zat pakan dalam tubuh. Sapi memerlukan 3 – 6 liter air per 1 kg pakan kering.

  2. Protein Protein berfungsi untuk mengganti dan membangun sel tubuh yang rusak.

  Karena protein tidak dapat di bentuk dalam tubuh, tetapi mutlak diperlukan, maka pakan sapi harus mengandung protein. Protein bisa diperoleh dari bahan- bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang berupa hijauan leguminosa seperti daun turi, daun lamtoro, ataupun dari biji-bijian seperti bungkil kedelai, ataupun bungkil kacang tanah. Sumber protein juga bisa berasal dari hewan, misalnya tepung darah, tepung ikan, dan tepung daging.

  3. Lemak Sebagai sumber energi, lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K. Di dalam tubuh sapi, lemak yang terkandung dalam bahan pakan diubah menjadi patih dan gula. Sumber lemak utama terdapat pada pakan berbutir seperti bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, dan bungkil kedelai.

  4. Serat Kasar Serat kasar diperoleh dari pakan hijauan jenis lenguminose seperti daun turi dan petai cina. Kandungan serat kasar yang diperlukan ternak sapi paling sedikit

  13% dari bahan kering di dalam ransum. Serat kasar berfungsi menjaga alat pencernaan agar bekerja baik, membuat kenyang dan mendorong keluarnya kelenjar pencernaan.

  17

  5. Mineral untuk Sapi potong Beberapa unsur penting mineral yang diperlukan ialah natrium (Na), klor (Cl), kalsium (Ca), forsor (P), sulfur (S), ferum (Fe), Kalium (K), magnesium (Mg), iodium (I), kuprum (Cu), kobalt (Co), seng (Zn), dan selenium (Se). Pada umumnya unsur-unsur ini banyak terdapat di dalam ransum pakan. Namun sering kali, perlu ditambahkan unsur mineral, terutama garam (NaCl), Kalium (Ca), dan Fosfor (P).

  6. Karbohidrat Karbohidrat adalah senyawa yang terbentuk dari senyawa molekul karbon, hidrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Proses pembakaran karbohidrat akan digunakan oleh sapi untuk berbagai fungsi penting seperti bernafas, kontraksi jantung, dan aktivitas lainnya. Bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat untuk pakan sapi adalah biji-bijian, seperti jagung, gandum, dan jewawut.

2.3.3.2. Kendala dalam Ketersediaan Pakan

  Menurut Sugeng (2000), terbatasnya pakan ternak sapi, terutama pakan hijauan yang tersedia sepanjang tahun merupakan kendala besar dalam proses penggemukan sapi potong. Adapun kendala dalam keterediaan pakan adalah: 1.

  Pada umumnya produksi hijauan pakan ternak adalah musiman sehingga kontinuitas yang diperlukan sepanjang tahun sering kurang terjamin. Pakan hijauan berbeda dengan pakan penguat atau pakan berbiji yang bisa di datangkan dari mana dan kapan saja.

  2. Pengadaan pakan hijauan umumnya di hasilkan atau dibeli di lingkungan sekitar. Terkadang jumlahnya sangat berlimpah dan berlebihan bila musim panen lokal namun terkadang juga sangat terbatas dan penyediaannya pun dalam waktu singkat. Volume, kualitas, dan kontinoitas penyediaan hijuan masih belum memadai sebab para peternak masih menggunakan sistem pemanfaatan sisa-sisa atau hasil ikutan tanaman berupa jerami ataupun sisa hasil panen lainnya.

2.3.4. Tindakan Hygienis/ Sanitasi

  Tindakan hygienis ialah usaha penjagaan kesehatan melalui kebersihan agar ternak bebas dari suatu infeksi penyakit, baik virus, maupun parasit.

  Tindakan hygienis berikut biasa dilakukan oleh para peternak guna membebaskan infeksi penyakit tersebut.

1. Kebersihan Peralatan

  Menjaga kebersihan dengan cara menyucihamakan peralatan, segala peralatan yang pernah dipakai harus disucihamakan dengan cara: a.

  Disemprot, disiram, atau direndam dengan cairan desinfektan: Creolin, Lysol, ataupun bahan paten lain.

  b.

  Dijemur langsung pada cahaya matahari.

  c.

  Disiram atau direndam dengan air mendidih, dan d.

  Dikapur dinding kandangnya dengan cairan kapur kental atau cat bagian- bagian tertentu dengan teer.

  2. Kebersihan Kandang Sangat penting untuk menjaga kebersihan kandang baik dalam maupun di luar kandang.

  Adapun hal-halyang perlu diperhatikan adalah: a. Kelembaban udara dan lantai harus dihindarkan dengan cara ventilasi kandang diatur secara sempurna dan sinar matahari pagi diusahakan bisa masuk ke dalam kandang. Usahakan populasi ternak sapi di dalam kandang tidak terlalu padat.

  b.

  Kotoran di tampung di tempat penampungan khusus yang letaknya agak jauh dari kandang sehingga mengurangi lalat.

  c.

  Sisa-sisa pakan yang mungkin berserakan dan juga semak-semak yang tumbuh di sekitar kandang harus dibersihkan.

  d.

  Pakan dan air minum harus bersih dan tidak terkontaminasi.

  e.

  Kandang dan lingkungan agar tidak lembab, basah atau banyak kubangan air.

  f.

  Bersihkan rumput- rumput liar yang ada di sekitar kandang.

  g.

  Berantas perantara perkembangan yaitu siput, sebaiknya secara biologi, misalnya dengan pemeliharaan itik/bebek.

  h.

  Hindari penumpukan sisa pakan.

  3. Sistem Pengembalaan Jika menggunakan sistem pengembalaan, hindari lahan pengembalaan becek. Selanjutnya usahakan pengembalaan di lokasi yang bergilir, jangan menggunkan padang pengembalaan yang sama secara terus menerus. Hindari pengembalaan di padang rumput yang diberi pupuk kandang yang tidak jelas asal usulnya. Untuk mencegah perkembangan cacing hati, dapat dilakukan dengan cara menebar copper sulphate di lapangan pengembalaan.

  4. Kebersihan Kulit Ternak yang Dipelihara Kulit yang sehat dan bersih saja yang bisa berfungsi dengan baik, sedangkan kulit yang kotor tak bisa berfungsi dengan baik. Kulit menjadi kotor akibat kotoran seperti kulit ari yang mengelupas, serta tebu dan lumpur yang melekat bersama keringat dan lemak kulit. Sedangkan sapi yang selalu berada di dalam kandang biasanya menjadi kotor akibat debu dan kotorannya sendiri. Sapi yang kulitnya kotor bisa menimbulkan radang kulit. Oleh karena itu, untuk menjaga kebersihan kulit ini, ternak sapi perlu dimandikan dan disikat.

  5. Kebersihan Petugas Petugas harus mencuci hamakan diri dengan cara mencuci anggota badan denga air hangat dan sabun, kemudian menggosok dengan obat-obatan penyuci hama atau desinfektan.

  6. Kebersihan Bahan Pakan dan Kandungann Racun Bahan pakan yang kotor dan beracun akan menggagu kesehatan ternak misalnya: a.

  Pakan yang kotor akibat keadaan air dan tanah, seperti rumput yang bercampur lumpur karena terkena banjir, pakan yang tercemar akibat hama ulat ataupun tercemar cendawa, serta pakan yang sudah busuk.

  b.

  Hijauan yang beracun akibat racun terjadi secara alamiah di dalam tumbuhan itu sendiri sepeti daun koro, faun singkong racun, turi bunga

  21

  merah, ataupun yang terkena racun kimia akan sangat berbahaya bagi kesehatan ternak.

2.4. Daging

  Daging merupakan bahan makanan utama yang dikonsumsi manusia baik diperoleh dari hewan-hewan piaraan atau hewan buruan daging juga didefenisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Organ- organ misalnya hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limpa, pankreas, dan jaringan otot. (Sueparno, 1994).

  2.4.1. Karakteristik kimia daging

  Komposisi daging segar tergantung pada jenis hewan, kondisi hewan, jenis daging dan cara penanganannya. Daging berlemak mengandung kadar air dan protein yang rendah. Kadar air daging dari hewan mudah lebih banyak dari hewan tua. (Anonimous, 2013).

  2.4.2. Karakteristik Fisik Daging

  Secara fisik daging tersusun atas serabut-serabut otot yang sejajar dan terikat bersama-sama oleh suatu jaringan ikat. Bagian luar otot terbungkus membran transparan yang disebut epimisium. Lapisan epimesium ini terdiri dari jaringan ikat yang berupa serabut kolagen dan elastin.

  Pada bagian otot terdapat jaringan iakt yang membentuk sekat-sekat yang menyelubungi sekelompok jaringan otot. Sekat-sekat ini disebut perimisium yang banyak urat darah dan urat saraf. Masing-masing serabut otot dilindungi oleh sebuah membran jaringan ikat yang tipis (endomisium).

  Untuk mengetahui keadaan fisik daging masih dalam keadaan baik atau tidak, ada 3 hal yang perlu diperhatikan: a.

  Warna daging Warna daging tergantung dari hewannya. Daging yang baik mempunyai warna yang sama antara bagian dalam serta bagian luar daging sebab jika warna bagian luar saja yang tampak segar mungkin telah terjadi pemalsuan, misalnya dengan menambah zat warna pada daging.

  b.

  Bau Daging Bau daging adalah khas, sesuai dengan bau hewannya. Jika telah terjadi proses pembusukan, maka bau daging akan berubah. Untuk mengetahui apakah daging telah membusuk atau tidak dapat diketahui dari bau yang keluar dari sendi-sendi tulang, selain itu daging digemari serangga (lalat) yang jumlahnya makin banyak jika daging telah membusuk terutama pada daging yang tidak dilindungi atau ditutup. Permukaan daging yang lendir serta tampak mengkilat adalah tanda lain dari daging yang telah membusuk.

  c.

  Konsistensi Daging Daging yang baik adalah yang mempunyai konsistensi “mastis” bila ditekan dan agak berdenyut, mempunyai turgor dan bila dipegang terasa basah kering, artinya sekalipun radasanya basah, tetapi tidak sampai membasahi tangan sipemegang.(Anonimous, 2013).

  23

  2.5. Metode Pemeriksaan Cacing Hati dengan Mikroskop.

  Metode periksaan sampel di lakukan dengan menggunakan mikroskop dilaboratorium Balai Tehnik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Menular (BTKL & PPM) Medan bagian Instalasi Entomologi.

  2.6. Cacing hati (Fasciola hepatica)

  Cacing dewasa bentuknya seperti daun dan mempunyai bahu, panjangnya 30 mm lebar 13 mm, batil isap mulut dan batil isap perut hampir sama besarnya dan letakknya berdekatan. Tracustus digestifus mempunyai caecum yang bercabanga-cabang. Cacing ini hermafrodit, telur mempunyai operkulum, ukuran 140 x 80 mikron (Rosdiana,S. 2009).

2.6.1. Morfologi Cacing Hati (Fasciola hepatica)

  Cacing dewasa dalam saluran empedu menghasilkan telur-telur yang terbawa oleh cairan empedu masuk ke dalam lumen usus dan keluar ke alam bebas bersama tinja, telur-telur tidak berembrio, mempunyai operkulum, besar, ovoid, kuning kecoklatan, dan berukuran 130-150 µm x 63-90 µm. Mirasidium berkembang dalam waktu 1 sampai 2 minggu dan keluar dari telur untuk menginfeksi hospes perantara keong. Serkaria keluar dari keong setelah terbentuknya sporokista dan dua atau tiga generasi redia. Serkaria mengadakan enkistasi pada tanaman air, seperti, seledri air. (Garcia, 1996).

  24

2.6.2. Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Sapi

  Gambar

  1. Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Hewan (http://.dpd.cdc.gov/dpdx) 1.

  Telur keluar ke alam bebas bersama feses sapi. Bila menemukan habitat basah. telur menetas dan menjadi larva bersilia, yang disebut Mirasidium.

  2. Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea akan tumbuh menghasilkan Sporokista.

  3. Sporokista seara partenogenesis akan menghasilkan Redia 4.

  Redia secara paedogenesis akan membentuk serkaria. Serkaria meninggalkan tubuh siput menempel pada rumput dan berubah menjadi metaserkaria.

  25

  5. Metaserkasria termakan oleh hewan ternak berkembang menjadi cacing muda

yang selanjutnya bermigrasi ke saluran empedu pada hati inang yang baru

untuk memulai daur hidupnya (Boray, 2007).

2.6.3. Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Manusia

  Gambar

  2. Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Manusia (http://www.dpd.cdc.gov/dpdx)

  Manusia terinfeksi umumnya karena memakan hati sapi yang pengelolaannya kurang sempurna dimana hati sapi mengandung cacing hati, cacing mudah memulai penyebarannya dalam usus manusia. Cacing menembus dinding usus dan masuk melewati rongga perut sampai ke hati. Setelah cacing menembus lapisan hati, sampailah cacing ke saluran empedu dan kantung empedu.

  Dalam saluran empedu, cacing mudah menjadi cacing dewasa dalam jangka waktu

  1

  • – 2 bulan. Cacing yang dewasa akan bertelur. Bersama cairan empedu, telur berhasil masuk ke dalam saluran usus dan dapat di temukan dalam tinja (fases). ( Entjang, 2001).

  Manusia terinfeksi karena memakan tanaman air yang tidak dimasak di mana metaserkaria mengadakan enkistasi. Larva masuk kedalam hati dengan menembus kapsul (kapsul Clissoni) dan mengembara ke selurus parenkin hati selama 9 minggu. Larva akhirnya masuk ke dalam saluran empedu, di mana larva menjadi dewasa dan menghasilkan telur. Cacing dewasa dapat manjadi panjang > 1 inci dan lebar > 0,5 inci (Garcia, 1996).

2.6.4. Morfologi Telur dan Larva Fasciola hepatica

  Telur larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput (Lymnea Sporokista) berkembang menjadi larva (II): Redia Larva (III): serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong Kista yang menempel pada tetumbuhan air terutama selada air (Nasturqium officinale), kemudian termakan hewan ternak, apabila memakan selada air yang mengandung cacing maka cacing akan masuk ke dalam tubuh dan menjadi cacing dewasa dan akan menyebabkan Fascioliasis. (Budi, 2006).

  Cara hidup dari tiap-tiap jenis keong tersebut dapat berbeda-beda (berair, setengah berair). Telur cacing hati ini akan ditemukan pada pemeriksaan tinja dan

  27

  cairan usus. Pada stadium permulaan penyakit ini tidak ditemukan telur. Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan metode serologis (CFT) dan tes kulit (antigen didapat dari cacing dewasa). Dianjurkan pemakaian test Immunofluorescent tidak langsung dengan mempergunakan mirasidium Fasciola sebagai antigen. ( Irianto Kus, 2009).

  2.6.5. Penyakit Fasciola hepatica Pada Manusia

  Menurut Entjang (2001) penderita Fasciola hepatica bisa mengalami: a.

  Gejala- gejala yang akan timbul seperti: demam, nyeri lambung, pembesaran hati, nyeri perut pada ulu hati, dan muntah.

  b.

  Penderita akan mengalami diare dan icterus c.

  

Fasciola hepatica yang hidup di dalam saluran empedu dan parenchym liver

menimbulkan peradangan berupa hyperplasia, necrosa dab fibrosa.

  2.6.6. Pencegahan Fasciola hepatica

  Agar masyarakat terhindar dari makanan dan minuman yang dapat membahayakan kesehatan, pemerintah menetapkan standar dan persyaratan agar makanan dan minuman layak dan aman dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam Undang-Undang No. 23 ayat 1 yaitu : Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar dan persyaratan kesehatan (Fardiaz, 1992).

  Pencegahan yang efektif sulit dilakukan karena sulit untuk menghindarkan sapi dari sawah atau daerah basah yang merupakan habitat siput,

  28

  mungkin dapat digunakan bebek yang digembalakan sehabis panen untuk memberantas siput (Brotowidoyo 1987).

  Pencegahan jangka panjang tergantung eradikasi penyakit pada hewan hebivora, pengobatan untuk hewan peliharaan mungkin dapat diberikan, tetapi untuk binatang air tidak memungkinkan. Infeksi pada manusia di daerah endemi dapat dicegah dengan tidak makan sayur mentah (Brown 1997).

  Menurut Suweta (1982) upaya pengendalian penyebarluasan penyakit dapat dilaksanakan dengan memutuskan siklus hidup cacing, yaitu dengan membrantas siput yang hidup di air persawahan dan lainnya dengan cara: a.

  Pencegahan dilakukan dengan membrantas siput air, tanaman air (sayuran dari daerah endemis jangan dimakan atau di jual di pasaran.

  b.

  Hati sapi harus di masak terlebih dahulu sampai matang sebelum dimakan.

  c.

  Usaha pencegahan dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan masyarakat dengan menekankan bahaya dari tumbuhan air yang banyak terdapat binatang atau keong.

  d.

  Pengobatan terhadap hewan yang terkena infeksi cacing hati.

  e.

  Hindari konsumsi sayuran air yang mentah atau meminum air yang tercemar metacerkaria.

  f.

  Mengeringkan tempat-tempat berair yang tidak diperlukan sehingga siput-siput mati kekeringan.

  29

  g.

  Dengan menggalakkan pemeliharaan itik (bebek) di lahan sawah, karena bebek akan memakan siput-siput yang menjadi tempat berkembang biak larva cacing hati. Menurut Lubis (1983) pencegahan infeksi cacing dapat dilakukan dengan memberikan ransum yang baik sangat perlu diperhatikan untuk menambah daya tahan ternak.

  30

2.7. Kerangka Konsep

  Ditemukan cacing dewasa Hati Sapi

  Sapi (f

  Pemeriksaan laboratorium

  Tidak ditemukan cacing dewasa Feses Sapi

  Mikroskop

Kk

Menteri Kesehatan no: 424/ Menkes/ SK/ VI. 2006

  Ditemukan telur cacing Tidak ada ditemukan telur cacing