BAB II STRUKTUR MODAL DAN SAHAM DI PERSEROAN TERBATAS A. Pengaturan Perseroan Terbatas dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas - Akuntabilitas Pembatasan Pembagian Dividen Dalam Rangka Perlindungan Modal di Perseroan Terbatas

BAB II
STRUKTUR MODAL DAN SAHAM DI PERSEROAN TERBATAS

A. Pengaturan Perseroan Terbatas dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas
Pasal 7 ayat (4) UUPT secara jelas menyatakan bahwa badan hukum dapat
terjadi atau lahir karena amanat undang-undang. Namun badan hukum itu diakui atau
diukur melalui ciri-ciri badan hukum sebagaimana diajarkan oleh doktrin atau ajaran
umum (de heersende leer) tentang badan hukum, maka unsur-unsur badan hukum
sesuai dengan de heersende leer ada pada PT, seperti:12
1. Adanya kekayaan terpisah
Terdapat kekayaan terpisah di dalam PT antara lain didapat dari modal dasar
(stood kapitaal), modal yang ditempatkan (geplaat kapitaal) dan modal yang disetor
penuh (gestoort kapitaal). Harta kekayaan terpisah ini dibentuk dengan tujuan jika di
kemudian hari timbul tanggung jawab hukum yang harus dipenuhi oleh PT sebagai
badan hukum, maka pertanggungjawaban yang timbul tersebut semata-mata
dibebankan kepada harta kekayaan yang terhimpun dari PT tersebut.
Akibat lebih lanjut dari terpisahnya harta kekayaan PT sebagai badan hukum
dengan harta kekayaan pribadi para persero, yakni :
a. kreditur pribadi para persero dan /atau alat perlengkapan PT secara pribati
tidak mempunyai hak untuk menuntut harta kekayaan PT;

b. para persero pribadi, juga alat perlengkapan PT secara pribadi tidak
mempunyai hak menagih piutang dari badan hukum terhadap pihak
ketiga;
12

.Nindyo Pramono , Hukum PT GO Public dan Pasar Modal (Yogyakarta: Andi, 2013),

hlm.33.

Universitas Sumatera Utara

c. kompensasi antara hutang pribadi dan hutang PT tidak diperbolehkan;
d. hubungan hukum, baik perikatan maupun proses-proses yang lain antara
para persero dan/atau alat perlengkapan PT dengan PT sebagai badan
hukum, dapat saja terjadi seperti halnya hubungan hukum maupun
perikatan antara badan hukum dengan pihak ketiga;
e. dalam hal terjadi kepailitan, maka para kreditur PT hanya dapat menuntut
harta kekayaan terpisah itu.
2. Adanya tujuan tertentu
Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dijalankan oleh perseroan dalam

rangka mencapai maksud dan tujuannya, yang harus dirinci secara jelas dalam
anggaran dasar, dan rincian tersebut tidak boleh bertentangan dengan angaran
dasar. 13 Maksud dan tujuan perseroan yang dicantumkan dalam anggaran dasar
memiliki dua aspek. Pertama, maksud dan tujuan ini menjadi pembatasan dari ruang
lingkup kewenangan bertindak bagi perseroan. Kedua, menjadi pembatasan dari
ruang lingkup kewenangan bertindak perseroan yang bersangkutan selain dibatasin
oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.14
Sebelum keluarnya Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 dan UUPT
2007 ditentukan bahwa pemakaian nama PT harus mencerminkan pokok atau tujuan
darai perusahaannya, misalnya PT Jaya Abadi Motor, jadi dapat dilihat dari nama PT
tersebut ada tercermin tujuan PT yaitu bergerak dalam kegiatan usaha jual beli
motor. Setelah keluarnya UUPT

pemakaian nama PT sudah tidak diharuskan

mencerminkan tujuan dari PT tersebut. Menurut ketentuan pasal 16 UUPT 2007
disebutkan bahwa:

13
14


Jamin Ginting, Hukum Perseroan terbatas (Jakarta:Citra Aditya Bakti,2007),hlm.16.
Ibid,.hlm.17.

Universitas Sumatera Utara

a. Perseroan tidak boleh memakai nama yang:
1) telah dipakai secara sah oleh perseroan lain atau sama pada pokoknya
dengan nama perseroan lain;
2) bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
3) sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau
lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan;
4) tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau
menunjukkan maksud dan tujuan perseroan saja tanpa nama diri;
5) terdiri atas angka dan rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang
tidak membentuk kata; atau
6) mempunyai arti sebagai perseroan, badan hukum, atau persekutuan
perdata.
b. Nama perseroan harus didahului dengan frasa “Perseroan Terbatas” atau
disingkat “PT”.

c. Dalam hal perseroan terbuka selain berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), pada akhir nama perseroan ditambah kata singkatan “Tbk”.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemakaian nama perseroan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Jelas bahwa PT sebagai badan hukum telah memenuhi kriteria mempunyai tujuan
tertentu. Perjuangan meraih tujuan itu dilakukan oleh suatu organ yang disebut
direksi.
3. Mempunyai kepentingan sendiri
Kepentingan adalah hak-hak subjektif sebagai akibat dari peristiwa-peristiwa
hukum. Kepentingan disini tentunya kepentingan yang dilindungi oleh hukum.
Kepentingan dapat berarti suatu keperluan atau sesuatu yang penting, yang utama. Di

Universitas Sumatera Utara

dalam PT, kepentingan itu tercermin di dalam hak-haknya untuk dapat menuntut dan
mempertahankan kepentingannya terhadap pihak ketiga dalam pergaulan hukumnya.
Kepentingan PT akan berbeda dengan kepentingan para pemegang saham secara
individu atau secara pribadi. Kepentingan PT adalah sesuatu yang utama bagi PT
yaitu tujuan PT, tujuan untuk memperoleh keuntungan bagi PT yang secara tidak
langsung juga bagi kepentingan para pemegang saham. Kepentingan PT bisa saja

berbeda dengan kepentingan para pemegang saham PT. Misalnya : jika kepentingan
para pemegang saham adalah Dividen atau capital gain, maka kepentingan PT
barangkali bukan itu, melainkan lebih memilih pada dana cadangan dan bukan
dividen atau capital gain.
4. Adanya organisasi yang teratur
Badan hukum itu adalah suatu konstruksi hukum, yaitu personifikasi
makhluk yuridis sebagai subjek hukum. Dalam lalu lintas hukum, badan hukum
diterima sebagai subjek hukum di samping orang. Orang adalah terminologi subjek
hukum yang disebut manusia. Dari sudut yuridis orang dibedakan dengan manusia.
Manusia dipahamkan sebagai pengertian biologis sedangkan orang dipahamkan
sebagai pengertian yuridis. Badan hukum hanya dapat bertindak dengan perantaraan
organnya. Sampai di mana dan bagaimana ia harus bertindak atau melakukan
perbuatan hukum dan sebagainya, semuanya ada aturannya. Aturan itu pada
umumnya tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga atau peraturanperaturan dan keputusan-keputusan yang diambil dalam suatu rapat anggota dari
badan hukum tersebut. Singkatnya badan hukum mempunyai organisasi yang teratur.
Perseroan Terbatas sebagai badan hukum, ia mempunyai anggaran dasar.
Akta pendirian PT biasanya berisi anggaran dasar PT, yang berisi ketentuanketentuan tata tertib organisasi PT dalam segala aktivitasnya. Jadi sekiranya di dalam

Universitas Sumatera Utara


anggaran dasar PT masih ada hal-haql yang belum tertampung, dimungkinkan diatur
dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS)
dan/atau keputusan direksi. Jadi PT jelas memenuhi syarat sebagai badan hukum
untuk mempunyai organisasi yang teratur.
Dapat diketahui dari penjelasan diatas bahwa badan hukum hanya dapat
bertindak melalui organ-organnya. Pasal 1 angka 2 UUPT menyatakan bahwa organ
perseroan antara lain adalah:
1. Direksi
Pasal 1 angka 5 UUPT menyatakan bahwa direksi adalah organ perseroan
yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. Dari definisi diatas tampak bahwa istilah tugas, wewenang, dan
tanggung jawab direksi hampir memiliki arah dan maksud yang sama, yakni
melakukan pengurusan perseroan (sesuai dengan maksud dan tujuan dalam anggaran
dasar perseroan) dan mewakili perseroan (baik di dalam maupun diluar
pengadilan).15 Dalam pengertian pengurusan yang dipercayakan kepada direksi itu,
dapat dibedakan atas perbuatan beheren dan perbuatan beschiking atau kadang kala
disebut pula sebagai perbuatan pengurusan (dalam arti sempit). Sedang perbuatan
beschikking atau eigendom lazim diterjamahkan sebagai perbuatan kepemilikan

(dalam arti luas).16
Sebenarnya perbuatan pengurusan (beheren) itulah yang merupakan wewenang
murni dari direksi, yaitu yang ditandai sebagai perbuatan yang biasa dilakukan

15

Mulhadi,, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Usaha di Indonesia (Medan: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 102.
16
Rudhi Prasetya, Teori dan Praktek Perseroan Terbatas (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),
hlm. 19.

Universitas Sumatera Utara

sehari-hari. Sepanjang perbuatan itu merupakan perbuatan pengurusan, maka
berwenang diselenggarakan sendiri oleh direksi. Sebaliknya perbuatan kepemilikan
(daden van beschicking/eigendom) sudah bukan lagi perbuatan sehari-hari melainkan
merupakan perbuatan khusus/istimewa, dan bukan lagi murni wewenang Direksi.
Untuk Direksi dapat melakukan perbuatan ini harus terlebih dahulu Direksi
memperoleh persetujuan dari organ lainnya, yang mungkin lebih dahulu harus

mendapatkan persetujuan dari dewan komisaris atau mungkin pula dari RUPS
tergantung menurut ketentuan undang-undang dan atau anggaran dasar perseroan.17
Direksi perseroan terdiri atas satu orang direksi atau lebih. Tetapi untuk
perseroan tertentu, wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota direksi.
Perseroan tertentu tersebut adalah sebagai berikut:18
a. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan
mengelola dana masyarakat.
b. Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang.
c. Perseroan terbuka.
Direksi sebagai organ Perseroan juga memiliki tanggung jawab, yang diatur
dalam Pasal 97 UUPT, yaitu sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan dengan itikad baik.
b. Bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila
yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
c. Bertanggung jawab secara renteng dalam hal Direksi terdiri atas dua orang
atau lebih atas kerugian yang sama seperti pada poin 2 di atas.
Terhadap kerugian-kerugian tertentu, anggota Direksi tidak bisa dimintai
pertanggung jawaban apabila dapat membuktikan berikut ini:
17
18


Ibid, 20.
Op.cit., hlm. 102.

Universitas Sumatera Utara

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.
b. Telah melakukan tanggung jawab untuk kepentingan serta sesuai dengan
maksud dan tyujuan perseroan.
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian.
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.
Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit atau
persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan
gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi bila terdapat indikasi
anggota direksi melakukan kesalahan atau lalai dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya, sehingga menimbulkan kerugian pada perseroan,
Undang-Undang Perseroan Terbatas


juga menetapkan beberapa kewajiban

yang melekat pada Direksi, antara lain sebagai berikut:
a. Direksi wajib membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS
dan risalah rapat direksi, Direksi wajib membuat laporan tahunan dan
dokumen keuangan perseroan, Direksi wajib memelihara seluruh daftar,
risalah dan dokumen keuangan perseroan.
b. Anggota Direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang
dimiliki anggota.
2. Dewan komisaris
Landasan hukum eksistensi dan kedudukan dewan komisaris, diatur dalam
beberapa pasal. Pertama pasal 1 angka 2 UUPT, yang berbunyi:
“organ perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan
Komisaris”.

Universitas Sumatera Utara

Eksistensi dan kedudukan dewan komisaris sebagai organ perseroan lebih
spesifik ditegaskan pada pasal 1 angka 6 UUPT yang berbunyi:
“Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan

secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat
kepada direksi”.
Dewan komisaris sebagai salah satu organ dalam perseroan memiliki tugas atau
fungsi yang diatur dalam pasal 108 ayat (1) dan ayat (2), yaitu:
a. Melakukan pengawasan
Tugas utama dewan komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap
kebijaksanaan pengurusan perseroan yang dilakukan direksi, dan jalannya
pengurusan pada umumnya. Jadi, tugas atau fungsi pengawasan dewan
komisaris, sasarannya ditujukan terhadap kebijaksanaan pengurusan dan
jalannya pengurusan perseroan maupun perusahaan perseroan yang dilakukan
direksi.19
Tugas pengawasan tersebut, dapat juga dilakukan dewan komisaris
terhadap sasaran atau objek tertentu, antara lain sebagai berikut: 20
1) Melakukan audit keuangan
Pengawasan dibidang keuangan dianggap sangat relevan dan urgen,
karena masalah keuangan merupakan urat nadi yang sangat sentral
bagi perseroan. Keadaan keuangan perseroan merupakan refleksi dari
gambaran kondisi perseroan. Oleh karena itu, pengawasan dengan
cara melakukan audit atas keluar masuknya (cash flow) keuangan
perseroan, harus dilakukan dengan cermat.

19
20

M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm 439.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

2) Pengawasan atas organisasi perseroan
Pengawasan atas organisasi perseroan, dilakukan dengan cara
mengaudit

strukturnya,

apakah

kebesaran

atau

terlalu

kecil

organisasinya, hubungan dan jenjang pimpinan apakah ada benturan
yang menghambat kelancaran komunikasi atau informasi. Tujuan
utama melakukan audit organisasi, agar strukturnya selalu dapat di-up
date, sesuai dengan keadaan dan perkembangan perseroan.
3) Pengawasan terhadap personalia
Caranya dapat dilakukan dengan mengaudit personalia agar dapat
diketahui kekurangan atau kelebihan personalia yang mungkin terjadi.
Juga untuk menegakkan prinsip the right man in the right place serta
untuk mengetahui apakah cara rekruit dan seleksi yang berjalan sudah
tepat atau tidak.
b. Memberi nasihat
Tugas umum yang kedua, “memberi nasihat” kepada Direksi. Akan
tetapi undang-undang ini tidak menjelaskan rincian tugas tersebut, tidak
dijelaskan nasihat apa saja yang dapat diberikan. . Dalam Juridisch Lexicon,
advies bisa berarti opinion atau recommendation. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, nasehat atau nasihat dapat berarti ajaran atau pelajaran
yang baik. Bisa juga anjuraan (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. 21
Bertitik tolak dari pengertian nasihat yang dikemukakan diatas dihubungkan
dengan tugas dewan komisaris memberikan nasihat, cakupan atau
spektrumnya sangat luas. Dewan komisaris bisa menyampaikan pendapat
atau memberi pertimbangan yang layak dan tepat kepada direksi. Bahkan

21

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

dapat menyampaikan ajaran yang baik maupun petunjuk, peringatan, atau
teguran baik.
Akan tetapi, semua bentuk-bentuk nasihat yang telah dikemukakan
tersebut, dari saga yuridis bersifat rekomendasi. Oleh karena itu, tidak
mengikat kepada direksi. Dapat diterima untuk kemudian dijadikan dasar
pertimbangan, sebaliknya dapat juga diabaikan.
3. Rapat umum pemegang saham (RUPS)
Organ ketiga adalah RUPS, menjadi pertanyaan mengapa dan apa perlunya
diadakan organ ketiga ini. Setiap pemegang saham mempunyai hak menghadiri
RUPS, undang-undang perseroan pada masa modern mengatur ketentuan yang
menegaskan hak tersebut. Begitu juga anggaran dasar perseroan, mengatur ketentuan
perseroan harus mengadakan RUPS paling tidak satu kali satu tahun. Pada dasarnya,
dalam RUPS pemegang saham melakukan kontrol atas jalnnya kepengurusan
perseroan yang dilakukan direksi.22
Kepengurusan perusahaan sehari-hari dilakukan oleh direksi, untuk menduduki
jabatan direksi ini dalam prinsipnya bukanlah karena ia atau mereka pemegang
saham. Bahkan secara konsepsional menurut hukum perseroan, cenderung diarahkan
kepada kemampuan manager profesional, oleh karena itu dirasakan perlu adanya
organ untuk mengawasi tindak-tanduk direksi, organ inilah yang disebut komisaris.
Sebagaimana pada organ direksi, untuk menduduki jabatan komisaris dalam
konsepnya bukan karena ia atau mereka pemegang saham, melainkan cenderung
disediakan kepada mereka yang profesional. Lalu jika keadaannya demikian,
bagaimana dengan pemegang saham, bukanlah pemegang saham yang paling
berkepentingan dengan berhasil atau ketidak berhasilan perseroan. Mereka akan

22

Ibid., hlm 305.

Universitas Sumatera Utara

merugi jika perseroan ternyata tidak berhasil mendatangkan keuntungan, hingga
akibatnya pemegang saham tidak akan memperoleh pembagian keuntungan yang
dinamakan dividen. Bahkan kemungkinan perseroan rugi. Dalam hubungan inilah,
maka dalam filosofisnya dirasakan perlu diciptakan adanya wadah di mana para
pemegang saham dapat menyalurkan kepentingannya. Wadah inilah yang disebut
RUPS.23
Secara umum, menurut Pasal 1 angka 4 UU PT, RUPS sebagai organ perseroan
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris,
namun dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran
dasar perseroan. Jika dideskripsi, kewenangan RUPS yang paling utama sesuai
dengan UUPT, antara lain sebagai berikut:24
a. Menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang
timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan pendiri atau kuasanya.
b.

Menyetujui perbuatan hukum atas nama perseroan yang dilakukan semua
anggota Direksi, semua anggota Dewan Komisaris bersama-sama pendiri
dengan syarat semua pemegang saham hadir dalam RUPS tersebut.

c. Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS.
d. Memberi persetujuan atas pembelian kembali atau pengalihan lebih lanjut
saham yang dikeluarkan perseroan.
e. Menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris guna menyetujui
pelaksanaan keputusan RUPS atas pembelian kembali atau pengalihan lanjut
saham yang dikeluarkan perseroan.
f. Menyetujui penambahan modal perseroan, menyetujui pengurangan modal
perseroan.
23

Rudhi prasteya, Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, (Jakarta; Sinar Grafika, 2014), hal

24

Op.cit., hal 307

40.

Universitas Sumatera Utara

g. Menyetujui rencanan kerja tahunan apabila anggaran dasar menentukan
demikian.
h. Memberi persetujuan laporan tahunan dan pengesahan laporan keuangan
serta laporan tugas pengawasan dewan komisaris.
i. Memutuskan penggunaan laba bersih, termasuk penentuan jumlah penyisihan
untuk cadangan wajib dan cadangan lain.
j. Menetapkan pembagiann tugas dan pengurusan perseroan antara anggota
direksi.
k. Mengangkat anggota direksi.
l. Menetapkan tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota Direksi.
m. Menunjuk pihak lain untuk mewakili perseroan apabila seluruh anggota
direksi atau dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan
perseroan.
n. Memberi persetujuan kepada Direksi untuk:
1) Mengalihkan kekayaan perseroan, atau
2) Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan
Persetujan itu diperlukan apabila lebih dari 50% (lima puluh persen)
jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih baik
yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
o. Memberi persetujan kepada direksi untuk mengajukan permohonan pailit atas
perseroan sendiri kepada pengadilan niaga.
p. Memberhentikan anggota direksi.
q. Menguatkan keputusan pemberhentian sementara yang dilakukan dewan
komisaris terhadap anggota direksi.
r. Mengangkat anggota dewan komisaris.

Universitas Sumatera Utara

s. Menetapkan tentang besarnya gaji atau honorarium dan tunjangan anggota
dewan komisaris.
t. Mengangkat komisaris independen.
u. Memberi persetujuan mengenai penggabungan, peleburan, pengambilalihan
atau pemisahan.
v. Memberi keputusan atas pembubaran perseroan
w. Menerima pertanggung jawaban likuidator atas penyelesaian likuidasi.
Dari penjelasan ini dapat diketahui di samping kewenangan umum yang
dirumuskan pada Pasal 1 angka 4 dan Pasal 75 ayat (1), terdapat lagi kewenangan
yang bersifat spesifik berupa pemberian persetujuan atas tindakan direksi atau dewan
komisaris atau mengeluarkan penetapan atas perbuatan hukum tertentu seperti yang
dijelaskan pada deskripsi tersebut.

B. Kedudukan Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasar perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksananya.25
Berdasarkan dari ketentuan Pasal 1 angka 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007
diatas, maka dapat dipahami bahwa untuk melahirkan suatu perseroan sebagai
badan hukum ( rechtpersoon, legal person, legal entity ) harus terpenuhi beberapa
syarat :26

25
26

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.40 Tahun 2007
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm.33.

Universitas Sumatera Utara

1. Merupakan persekutuan modal
Perseroan sebagai badan hukum memiliki modal dasar yang disebut juga
authorized capital, yakni jumlah modal yang disebutkan atau dinyatakan dalam Akta
Pendirian atau Anggaran Dasar (selanjutnya disebut AD) perseroan.
Modal dasar tersebut, terdiri dan terbagi dalam saham atau sero (aandelen,
share, stock). Modal yang terdiri dan dibagi atas saham itu, dimasukkan para
pemegang saham dalam status mereka sebagai anggota perseroan dengan jalan
membayar saham tersebut kepada perseroan. Jadi ada beberapa orang pemegang
saham yang bersekutu mengumpulkan modal untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan yang dikelola perseroan. Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai
nominal saham27.
2. Didirikan berdasar perjanjian
Perseroan sebagai badan hukum, didirikan berdasar “perjanjian”. Demikian
penegasan bunyi Pasal 1 angka 1 UUPT. Kalau begitu, pendirian perseroan sebagai
persekutuan modal diantara pendiri/atau pemegang saham, harus memenuhi
ketentuan hukum perjanjian yang diatur dalam Buku Ketiga Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, khususnya Bab kedua, Bagian kesatu tentang ketentuan umum
perjanjian (Pasal 1313-1319) dan Bagian kedua tentang syarat-syarat sahnya
perjanjian (Pasal 1320-1337), serta Bagian ketiga tentang akibat perjanjian (Pasal
1338-1341).
Ditinjau dari segi hukum perjanjian, pendirian perseroan sebagai badan hukum,
bersifat “kontraktual”, yakni berdirinya perseroan merupakan akibat yang lahir dari
perjanjian. Selain itu perseroan sebagai badan hukum bersifat “konsensual” yaitu
berupa adanya kesepakatan untuk mengikat perseroan.

27

Pasal 31 angka 1 undang-undang nomor 40 Tahun 2007

Universitas Sumatera Utara

Menurut pasal 1320 KUHPerdata, agar suatu perjanjian pendirian perseroan itu
sah, harus memenuhi syarat adanya kesepakatan (overeenkomst, agreement),
kecakapan (bevoegheid, competence), untuk membuat suatu perikatan, mengenai
suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal.28bila perjanjian tersebut sah, maka
berdasarkan ketentuan pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian pendirian perseroan
tersebut mengikat sebagai undang-undang kepada mereka.
3. Melakukan kegiatan usaha
Suatu perseroan dikatakan hidup apabila memiliki maksud dan tujuan
didirikannya perseroan tersebut serta memiliki kegiatan usaha. Pasal 18 UUPT
menjelaskan bahwa maksud dan tujuan serta kegiatan usaha itu harus dimuat dalam
AD perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kegiatan
usaha harus dirinci secara jelas dalam AD, dan rincian tersebut tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang.
Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk dikatakan hidup suatu perseroan harus
menjalankan kegiatan usaha, walaupun dalam AD perseroan dicantumkan secara
rinci kegiatan usahanya tetapi tidak ada aktivitasnya, pada dasarnya perseroan
semacam itu tidak eksis lagi sebagai badan hukum.

4. Lahirnya perseroan melalui proses hukum dalam bentuk pengesahan pemerintah
Perkataan orang (persoon) dalam dunia hukum berarti pembawa hak, yaitu
sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan disebut subjek hukum. Subjek
hukum terdiri dari manusia (natuurlijke persoon) dan badan hukum (recht
persoon) 29 . Berbeda dengan manusia sebagai subjek hukum yang terlahir secara
alamiah (natural birth process) kelahiran perseroan sebagai badan hukum
28

Ibid.,Hlm.34.
C.S.T.Kansil dan Christine.S.T.Kansil,Pengantar Ilmu Hukum Indonesia(Jakarta: Rineka
Cipta, 2011),hlm.99.
29

Universitas Sumatera Utara

(rechtpersoon, legal entity) karena dicitpta dan melalui serangkaian proses hukum
(created by legal process) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Itu
sebabnya perseroan disebut makhluk badan hukum yang berwujud artifisial
(kumstmatig, artificial) yang dicipta negara melalui proses hukum :
a. Untuk proses kelahirannya, harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
peraturan perundang-undangan.
b. Apabila persyaratan tidak terpenuhi, kepada perseroan yang bersangkutan
tidak diberikan keputusan pengesahan untuk berstatus sebagai badan hukum
oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Sehingga dapat dikatakan proses kelahiran suatu perseroan sebagai badan hukum,
sepenuhnya tergantung kepada keputusan pengesahan oleh menteri. Hal tersebut
secara jelas dimuat dalam ketentuan Pasal 7 ayat (2) UUPT yang berbunyi:
“Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan
Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan”.
Status badan hukum ini penting karena akan berpengaruh kepada keterbatasan
tanggung jawab para pendiri PT. Berdasarkan pasal 13 UUPT setelah PT berstatus
sebagai badan hukum, ada dua kemungkinan yang akan terjadi terhadap perbuatan
hukum yang dilakukan para pendiri PT pada masa sebelum PT disahkan sebagai
badan hukum. Pertama, perbuatan hukum tersebut mengikat PT setelah PT menjadi
badan hukum, dengan persyaratan:
a. PT secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh
pendiri;
b. PT secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan keewajiban yang
timbul dari perjanjian yang dibuat pendiri walaupun perjanjian tidak
dilakukan atas nama PT; atau

Universitas Sumatera Utara

c. PT mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum yang dilakukan atas
nama PT.
Kedua, perbuatan hukum tersebut tidak diterima, tidak diambil alih atau tidak
dikukuhkan oleh PT. 30 Setelah Perseroan memperoleh status badan hukumnya
melalui pengesahan oleh Mentri Hukum dan HAM maka kedudukan perseroan telah
sebagai subyek hukum. Sebagaimana subyek hukum maka perseroan dapat
melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan melalui organ-organnya, dan
perbuatannya akan mengikat secara hukum.

C. Struktur Permodalan Perseroan Terbatas
Modal atau kapital sering diartikan sebagai kekayaan total seseorang atau suatu
badan atau nilai total dari usaha ekonomi, kekayaan usaha yang segera dapat diubah
ke dalam bentuk kontan, bagian pokok dari pinjaman sebagai yang dibedakan dari
bunga, bahkan sering diartikan sejumlah uang saja. Dalam perseroan ada dikenal
beberapa modal, antara lain:
1. Modal dasar
Pasal 32 ayat (1) UUPT 2007 mengatur bahwa modal dasar perseroan paling
sedikit Rp.50.000.000.00,00. Ini adalah syarat modal minimum pendirian perseroan.
Pemenuhan syarat modal minimum bertujuan agar pada waktu perseroan didirikan
setidak-tidaknya

sudah

mempunyai

(maatschappelijk

kapitaal;

statutarie

modal,
kapitaal;

yaitu

sebesar

modal

dasar

authorized capital),

modal

ditempatkan (geplaats kapitaal; issued capital) dan modal disetor (gestort kapitaal;
paid capital) yang akan menjadi jaminan bagi pihak ketiga terhadap perseroan. 31

30

Adrian Sutedi, Buku Pintar Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Niaga
Swadaya,2015),.hlm.22.
31
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia (Medan: Ghalia
Indonesia,2010).,hlm.96.

Universitas Sumatera Utara

Tetapi mengenai jumlah modal minimum ini ternyata bukan ketentuan yang pasti,
karena Undang-Undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan
jumlah minimum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar
sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat (1). 32 Kegiatan usaha tertentu yang
dimaksud antara lain usaha perbankan, asuransi, atau freight forwarding. Modal
dasar perseroan pada prinsipnya merupakan total saham yang dapat diterbitkan oleh
Perseroan. Anggaran dasar sendiri yang menentukan berapa banyak jumlah saham
yang dijadikan modal dasar. Jumlah yang ditentukan dalam anggaran dasar
merupakan nilai nominal yang murni, dengan demikian setiap lembar saham
mempunyai nilai nominal yang akan menjadi jumlah nilai nominal modal dasar
perseroan, yang nilainya sama dengan nilai nominal seluruh saham.33
Perubahan atas besar kecilnya modal dasar dapat dilakukan. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 21 ayat (2) huruf d UUPT, perubahan anggaran dasar mengenai
besarnya modal dasar, termasuk perubahan anggaran dasar tertentu yang
memerlukan persetujuan Menteri. Dari penjelasan pasal tersebut dapat diketahui
bahwa boleh memperbesar atau memperkecil jumlah modal yang ditetapkan dalam
anggaran dasar. Perubahan tersebut harus sesuai dengan tata cara yang ditentukan
Pasal 21 dan Pasal 22 serta harus diminta persetujuan Menteri.34
2. Modal ditempatkan
Modal ditempatkan adalah hasil perkalian antara jumlah saham yang
diterbitkan dikalikan dengan nilai nominalnya. 35 Paling sedikit 25 % (dua puluh lima
persen) dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh.36 Modal ditempatkan

32

Ibid.
Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 234.
34
Ibid., 235
35
Nindyo Op.Cit.,hlm. 85.
36
Pasal 33 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas Tahun 2007
33

Universitas Sumatera Utara

dan disetor penuh dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah. 37 Bukti penyetoran
yang sah antara lain: bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas
nama perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan atau
neraca perseroan yang ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris. Pengeluaran
saham lebih lanjut untuk menambah modal ditempatkan harus disetor penuh.38
3. Modal disetor
Struktur atau bentuk modal perseroan yang ketiga, disebut modal disetor
(gestort kapital, paid-up capital) yakni saham yang telah dibayar penuh oleh
pemegang atau pemiliknya, jadi modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan
pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai
modal yang ditempatkan dari modal dasar perseroan.
Struktur modal ditempatkan dan modal disetor yang diatur dalam Pasal 33
UUPT 2007 berbeda dengan Pasal 25 UUPT 1995. Pada UUPT 1995, memang
ditentukan paling sedikit 25% dari modal dasar harus telah ditempatkan, akan tetapi
yang harus disetor tidak penuh 25%. Boleh paling sedikit 50% dari modal
ditempatkan, jadi 50% dari 25%. Sedangkan dalam Pasal 33 ayat (1) UUPT 2007
menyatakan paling sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal
32 harus ditempatkan dan disetor penuh.

D. Jenis-jenis Saham di dalam Perseroan Terbatas
Saham merupakan sejumlah uang yang diinvestasikan oleh investor dalam
suatu perseroan. Atas invenstasi itu pada umumnya pemegang saham (shareholder)

37
38

Ibid.,ayat (2).
Ibid., ayat (3).

Universitas Sumatera Utara

mendapat keuntungan dari perseroan dalam bentuk dividen sebanding dengan
besarnya uang yang diinvestasikan.39
Saham adalah kekayaan pribadi (personal property) pemegang saham yang
bersifat benda bergerak (moveable property) yang tidak dapat diraba (intangeble).
Tetapi saham ini dapat dialihkan (fronsferable) sehingga pemegang saham dapat
menjual sahamnya atau mengagunkannya dalam bentuk gadai maupun fidusia.
Bahkan dapat mengalihkannya kepada orang lain, akibatnya segala hak yang melekat
pada saham itu akan beralih kepada penerima saham.
Pemegang saham sebagai anggota perseroan, pada dasarnya tidak mempunyai
kepentingan atas pengurusan harta kekayaan Perseroan. Kepemilikannya atas saham
Perseroan dalam kedudukannya sebagai pemegang saham, hanya mempunyai
keterlibatan yang terbatas:40
1. Mempunyai pertisipasi dalam RUPS yang diselenggarakan perseroan serta
berhak atas dividen, sepanjang perseroan masih berlangsung,
2. Berpartisipasi atas sisa aset hasil likuidasi perseroan, apabila perseroan
dibubarkan.
Pemegang saham tidak bertanggung jawab terhadap kontrak dan transaksi yang
dilakukan Perseroan. Juga tidak bertanggung jawab atas utang Perseroan melebihi
saham yang dimilikinya dalam Perseroan.
Ketentuan mengenai saham dapat dilihat dalam Pasal 511 ayat 3 juncto ayat 4
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, saham dianggap sebagai benda bergerak tak
bertubuh,

sedangkan

dalam

Undang-Undang

Perseroan

Terbatas

tidak

mendefinisikan secara lengkap tentang saham, namun demikian pada pasal 48

39
40

M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: sinar Grafika, 2009), hlm.257.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut mensyaratkan kondisi dan ketentuan
yang seharusnya terdapat dalam suatu saham, yaitu:
a. Dikeluarkan atas nama pemiliknya.
b. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar
dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dimana
apabila persyaratan kepemilikan saham tersebut tidak terpenuhi, pihak yang
memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku
pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum
yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perseroan
Terbatas dan/atau anggaran dasar.
Jika ditinjau dari cara mengeluarkan saham, menurut pasal 40 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD) dahulu atau menurut
pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 terdapat 2 (dua) jenis
saham, yaitu:
1. Saham atas nama (op naam: Belanda, Register stock atau register share: Inggris)
2. Saham atas tunjuk (aan toonder: Belanda, to bearer stock atau to bearer share :
Inggris).
Yang dimaksud dengan saham atas nama adalah saham yang nama pemiliknya
sudah tertera didalamnya. Saham ini biasanya dipergunakan untuk pengamanan agar
tidak jatuh ketangan orang yang tidak berkepentingan atau tidak diinginkan. 41 Yang
dimaksud dengan saham atas tunjuk adalah saham yang tidak menyebut nama
pemiliknya. Oleh karena nama pemilik tidak disebut dalam saham tersebut, maka

41

Nindyo Pramono., .hlm 111.

Universitas Sumatera Utara

saham jenis ini juga sering disebut saham blanko. Saham atas tunjuk ini hanya
melegitimasi pemegangnya sebagai pemilik, kecuali bila ada bukti sebaliknya. 42
Undang-Undang Perseroan Terbatas dalam penerapannya memberikan
kewenangan

kepada

perseroan

untuk

mengklasifikasikan

saham

yang

dikeluarkannya tersebut kedalam beberapa klasifikasi, antara lain:43
1. Saham Biasa
Klasifikasi atau jenis saham yang pertama disebut “saham biasa” (gewoonte
aandeel), disebut juga ordinary share (common share, equity share). Menurut pasal
53 ayat (3), apabila anggaran dasar menetapkan lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham,
harus ditetapkan salah satu diantaranya sebagai “saham biasa”. Yang dimaksud
dengan saham biasa menurut penjelasan pasal ini adalah:
a. saham yang “mempunyai hak suara” untuk mengambil keputusan dalam
RUPS mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurusan perseroan;
b. mempunyai “hak untuk menerima dividen” yang dibagikan;
c. mempunyai hak menerima sisa kekayaan hasil likuidasi.
Saham biasa diberikan kepada setiap orang yang memberikan
pemasukan sejumlah uang kepada Perseroan. Kepada orang itu diberikan
beberapa lembar saham sesuai dengan uang pemasukannya. Pada setiap
saham biasa secara imperatif melekat hak-hak yang disebut diatas. Hak-hak
itu dicantumkan dalam anggaran dasar. Pengaturannya dalam anggaran
dasar boleh melebihi hak-hak yang disebut diatas.
2. Saham dengan tanpa hak suara
Pasal 53 ayat (4) huruf a membolehkan pengeluaran saham “tanpa hak suara”
(aandelen zonderstemrecht, non voting share) bagi pemiliknya. Dengan demikian,
42
43

Ibid.
Nindyo Pramono, Op.cit,. hlm.264.

Universitas Sumatera Utara

pemilik saham jenis ini tidak berhak mengikuti RUPS Perseroan, karena tidak
mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan pengurusan
Perseroan.
3. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota direksi dan/atau anggota
komisaris
Pemilik saham jenis ini mempunyai “hak bicara khusus” (bijzondere
zeggenschaprechten). Dalam hal ini menurut Pasal 50 ayat (4) huruf b, kepada
pemilik saham diberi hak khusus untuk mencalonkan anggota direksi dan/atau
anggota dewan komisaris. Berarti kepada pemilik saham ini, diberi hak prioritas hak
khusus untuk “mencalonkan” anggota direksi dan/atau angota dewan komisaris, dan
hak ini tidak diberikan kepada pemilik klasifikasi saham yang lain. Oleh karena itu,
pemilik saham klasifikasi ini memiliki klausul “oligarki” (oligarchische clausule,
oligarchic clause) mengenai pencalonan anggota direksi dan/atau dewan komisaris
secara mutlak.
4. Saham yang Dapat Ditarik Kembali
Merupakan saham yang setelah jangka waktu tertentu:
a. Ditarik kembali, atau
b. Ditukar dengan klasifikasi lain (converteerbaar aandelen, convertible share).

5. Saham yang memberikan hak dividen lebih dahulu
Klasifikasi saham berikutnya adalah saham yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk “menerima dividen lebih dahulu” (preferent aandelen,
preference share). Saham klasifikasi ini disebut juga “saham utama”, saham ini
memberi atau mempunyai hak lebih dahulu dari “saham biasa” dalam memperoleh

Universitas Sumatera Utara

keuntungan dan/atau saldo. Oleh karena itu, saham yang mempunyai hak utama atau
hak preferen, dapat lagi dipecah dalam subklasifikasi sebagai berikut:
a. Saham preferen atau saham utama (prefente aandelen, preference share)
memperoleh dividen.
Saham ini mempunyai hak lebih dahulu memperoleh pembagian dividen
dari pemegang saham klasifikasi lain. Misalnya, kalau pemegang saham
biasa menerima dividen 20%, maka saham utama lebih dahulu menerima
dividen 20% ditambah 5% sehingga menjadi 25%.
b. Saham utama kumulatif (cumulatief preferent aandiel, cumulative preference
share).
Saham ini mempunyai hak lebih dahulu daripada saham utama atau
saham preferen untuk memperoleh hak atas “dividen tunggakan”.
Umpamanya kalau pada satu tahun pemegang saham utama kumulatif karena
keadaan tertentu hanya menerima dividen, maka pada tahun berikutnya
apabila keadaan telah memungkinkan, pemegang saham dapat menerima
dividen yang tertunggak pada tahun yang lalu.
6. Saham utama menerima lebih dahulu pembagian sisa kekayaan perseroan dalam
likuidasi.
Klasifikasi saham berikutnya, menurut Pasal 53 ayat (4) huruf e adalah saham
yang memberikan kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari
pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam
likuidasi. Saham jenis ini disebut juga liquidation preference. Hak utama
memperoleh pembagian sisa kekayaan likuidasi dapat diberikan kepada satu
klasifikasi saja atau lebih. Diluar saham utama likuidasi dapat juga ditetapkan
klasifikasi saham yang tidak berpartisipasi atas hasil aset likuidasi. Dengan

Universitas Sumatera Utara

demikian, ada klasifikasi saham yang berpartisipasi (participating) dan ada juga
yang tidak berpartisipasi (nonparticipating) terhadap pembagian hasil kekayaan
Perseroan dalam likuidasi.
Pada ketentuan Pasal 53 UUPT, tidak diatur klasifikasi “saham pendiri”
(oprichters aandel), yakni saham yang diberikan sebagai balas jasa kepada pendiri
dalam usaha mereka mendirikan dan mengembangkan Perseroan. Setoran mereka
tidak berupa uang, tetapi tenaga fisik dan pikiran. Saham pendiri tidak berbeda
dengan saham biasa. Oleh karena itu, memberi hak suara dan hak dividen kepada
pemegangnya. Juga tidak diatur “saham bonus” (bonusaandel), jenis saham ini sama
dengan saham biasa, yang diberikan kepada yang sudah menjadi pemegang saham
tanpa setoran uang tunai atau benda lain kepada Perseroan. Pemberian saham bonus
merupakan ganti atas hak tagihan kepada Perseroan atas dana cadangan atau dana
kelebihan dari modal yang ditempatkan.

Universitas Sumatera Utara