PERAN MEDIA MASSA DALAM MENDORONG PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT Oleh: Rini Staf Pengajar Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya ABSTRACT - Rini_PERAN MEDIA MASSA DALAM MENDORONG

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

PERAN MEDIA MASSA DALAM MENDORONG
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT
Oleh: Rini
Staf Pengajar Jurusan Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Sriwijaya

ABSTRACT
Social change is a concept of development. The mass media is one of the
factors that affect social change. The mass media are agents of change
that institutions have a role as change the mindset, attitudes and cultural
patterns in the material aspects of social change. Changes in society are
always related to the diffusion of innovation, where the changes spurred
by the spread of new knowledge in the community. There are four
elements that are always present in the diffusion of innovations, namely:
1) innovation, 2) communication channels, 3) time and 4) social
systems. Diffusion of innovation is thought to see that the mass media
contribute to the whole reform and innovation that developed in
society. The role of mass media in education to make a change in the

mindset and mentality of the nation. The role of mass media in shaping
attitudes informsi deployment of community. The role of mass media in
the entertainment community produces cultural material. In performing
all these roles the mass media have a positive impact or negative
according to the readiness of people to accept something new and policy
masssa media owners to carry out its role in society.
Keywords: Mass Media, The Role of Mass Media, and Social Change

PENDAHULUAN
Perubahan sosial merupakan salah salah konsep pembangunan.
Perubahan sosial diarikan sebagai perubahan yang mempengaruhi sistem
sosial, termasuk nilai sosial, sikap dan pola prilaku kelompok
(Selosumarjan dikutip Sriati, 2005:4). Perubahan sosial terjadi karena
adanya kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur
budaya dan sistem sosial yang lama dan mulai beralih menggunakan
unsur-unsur budaya dan system sosial yang baru.
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat di dorong oleh
empat faktor yaitu: 1) Urbanisasi, 2) Kemampuan membaca dan menulis,
3) Empati, kemampuan untuk melihat diri-sendiri di dalam situasi orang
lain, 4) Partisipasi media dalam perubahan sosial (Daniel Lerner dikutip

Sriati, 2005:4). Keempat faktor ini sekaligus sebagai indikator
modernitas masyarakat yang bersangkutan. Dari empat faktor ini, tiga
faktor (urbanisasi, kemampuan membaca dan menulis dan empati)
46

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

berasal dari dalam diri masyarakat itu sendiri. Sedangkan faktor yang
keempat yaitu partisipasi media berasal dari luar diri masyarakat sebagai
lembaga dan butuh peran serta media secara nyata.
Eksistensi atau keberadaan media di tengah-tengah masyarakat
mempunyai peran yang penting. Hal ini dilaksanakan atau
dimanifestasikan melalui tulisan atau berita yang berasal dari wartawan,
reporter, redaktur, kolumnis, pengamat, kritikus, sastrawan dan penulis
lainnya. Karya-karya dalam media menyoroti berbagai masalah yang
menghiasi halaman demi halaman surat kabar, majalah, atau tabloid
dalam setiap edisi atau yang disiarkan radio dan televisi untuk
menyampaikan informasi kepada masyarakat. Ataupun media
komunikasi yang dapat di akses langsung oleh individu melalui teknologi

internet sebagai informasi online.
Media massa sebagai sarana komunikasi dan informasi dapat
melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat di akses oleh
semua masyarakat secara massal pula. Informasi yang diberikan oleh
media akan secara langsung akan mempengaruhi perubahan pola pikir
dan prilaku masyarakat dalam menterjemahkan sistem sosial dalam
masyarakat. Hal ini terjadi karena media adalah institusi pelopor
perubahan dalam penyebaran informasi. Informasi yang salah dapat
menyebabkan perubahan sosial yang tidak baik dalam masyarakat begitu
juga sebaliknya. Melalui tulisan ini saya akan membahas mengenai
peran-peran media dalam mendorong perubahan sosial dalam masyarakat
itu sendiri.
Adapun permasalahan dalam tulisan ini adalah:
1. Bagaimana peran media massa dalam mendorong perubahan
sosial masyarakat?
2. Apa dampak dari peran media massa dalam mendorong
perubahan sosial masyarakat.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran-peran media massa dalam
mendorong perubahan sosial masyarakat.

2. Untuk mengetahui dampak dari peran media massa dalam
mendorong perubahan sosial.

Peran Media Massa
Media massa adalah institusi atau lembaga yang berperan sebagai
agen of change yaitu sebagai lembaga pelopor perubahan. Ini adalah
paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media
massa berperan sebagai:
1. Institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media
edukasi. Media menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat
supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang
maju.
47

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

2. Media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan
informasi kepada masyarakat. Informasi yang banyak dimiliki oleh
masyarakat menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang

dapat berpatisipasi dengan berbagai kemampuannya.
3. Media hiburan. Sebagai pelopor perubahan media juga menjadi
institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong
kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Agar perkembangan
budaya bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah
sehingga media berperan untuk mencegah berkembangnya budayabudaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya
(Bungin, 2009:85-86).
Dampak Media Massa
Dampak
penyalahgunaan
kebebasan
berbicara
dan
menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui media dapat
dampak luas dalam kehidupan masyarakat bangsa dan negara.
 Bagi Kepentingan Pribadi, Media dapat meningkatkan citra positif
seseorang atau malah bisa juga sebaliknya menghancurkan reputasi
seseorang. Jadi nama baik seseorang dapat dirugikan apabila terjadi
penyalahgunaan kebebasan berpendapat dan penyampaian informasi.
 Bagi Kepentingan Masyarakat, Media dapat membantu masyarakat

untuk menjelaskan fakta yang ada tanpa harus ditutup-tutupi.
Masyarakat dapat tertipu karena mendapatkan informasi yang tidak
benar. Pemberitaan media dapat menggerakkan masyarakat dalam
menggalang dana kemanusiaan.
 Bagi Kepentingan Negara, Penyalahgunaan kebebasan berbicara dan
penyampaian informasi akan memberikan dampak terhadap
kepentingan negara yaitu: 1) tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah berkurang karena tidak perrcaya pada
pemerintah. Masyarakat bersikap acuh tak acuh pada program
pemerintah, 2) kepercayaan luar negeri luntur, dampaknya adalah
tingkat kepercayaan luar negeri pada Indonesia berkurang
(Simorangkir dikutip Suprapto dkk, 2003:79-80).

Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota
masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial.
Perubahan sosial menyangkut pada 3 (tiga) aspek menurut Bungin
(2009:91-92) yaitu:
1. Perubahan pola pikir masyarakat, perubahan pola pikir dan sikap
masyarakat menyangkut sikap masyarakat terhadap berbagai

persoalan sosial dan budaya di sekitarnya yang berakibat terhadap
pemerataan pola-pola pikir baru masyarakat sebagai sebuah sikap
yang modern. Contohnya sikap terhadap pekerjaan. Konsep pola pikir
lama bekerja itu hanya pada sektor formal yaitu menjadi Pegawai
48

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

Negeri Sipil. Konsep lama ini telah berubah bekerja tidak harus di
sektor formal akan tetapi dimana saja yang penting menghasilan uang
yang maksimal.
2. Perubahan perilaku masyarakat, menyangkut persoalan-persoalan
sistem-sistem sosial, di mana masyarakat meninggalkan sistem sosial
lama dan menjalankan sistem sosial baru. Adanya peurbahan dalam
pengukuran kinerja suatu lembaga atau instansi dengan tidak hanya
menggunakan pengukuran output saja, tapi dimana output dan proses
yang dicapai melalui standar sertifikasi seperti BAN-PT pada
perguruan tinggi.
3. Perubahan budaya materi, menyangkut perubahan artefak budaya

yang digunakan oleh masyarakat seperti model pakaian, karya
fotografi, karya film tekonologi dan sebagainya yang terus berubah
dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Presfektif Perubahan Sosial
Pengelompokkan teori perubahan sosial telah dilakukan oleh
Strasser dan Randall. Perubahan sosial dapat dilihat dari empat teori,
yaitu teori kemunculan diktator dan demokrasi, teori perilaku kolektif,
teori inkonsistensi status dan analisis organisasi sebagai subsistem sosial.

Perspektif

Tabel, Perspektif perubahan sosial
Penjelasan Tentang Perubahan

Barrington Moore, teori
kemunculan diktator dan
demokrasi
Teori perilaku kolektif


Teori inkonsistensi status

Teori ini didasarkan pada pengamatan panjang tentang
sejarah pada beberapa negara yang telah mengalami
transformasi dari basis ekonomi agraria menuju basis
ekonomi industri.
Teori dilandasi pemikiran Moore namun lebih
menekankan pada proses perubahan daripada sumber
perubahan sosial. Teori perilaku kolektif mencoba
menjelaskan tentang kemunculan aksi sosial. Aksi
sosial merupakan sebuah gejala aksi bersama yang
ditujukan untuk merubah norma dan nilai dalam
jangka waktu yang panjang. Pada sistem sosial
seringkali dijumpai ketegangan baik dari dalam sistem
atau luar sistem. Ketegangan ini dapat berwujud
konflik status sebagai hasil dari diferensiasi struktur
sosial yang ada. Teori ini melihat ketegangan sebagai
variabel antara yang menghubungkan antara hubungan
antar individu seperti peran dan struktur organisasi
dengan perubahan sosial. Perubahan pola hubungan

antar individu menyebabkan adanya ketegangan sosial
yang dapat berupa kompetisi atau konflik bahkan
konflik terbuka atau kekerasan. Kompetisi atau
konflik inilah yang mengakibatkan adanya perubahan
melalui aksi sosial bersama untuk merubah norma dan
nilai.
Teori ini merupakan representasi dari teori psikologi
sosial. Pada teori ini, individu dipandang sebagai

49

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

suatu bentuk ketidakkonsistenan antara status individu
dan grop dengan aktivitas atau sikap yang didasarkan
pada perubahan.
Analisis organisasi
Alasan kemunculan teori ini adalah anggapan bahwa
sebagai subsistem sosial

organisasi terutama birokrasi dan organisasi tingkat
lanjut yang kompleks dipandang sebagai hasil
transformasi sosial yang muncul pada masyarakat
modern. Pada sisi lain, organisasi meningkatkan
hambatan antara sistem sosial dan sistem interaksi.
Sumber:
(http://learning-of.slametwidodo.com/2008/02/01/proses-proses-perubahansosial-perubahan-stratifikasi-dan-struktur-sosial/ diakses 15 Oktober 2010).

Media dan Perubahan Sosial
Perubahan-perubahan sosial selalu dipengaruhi oleh hal-hal baru
di masyarakat yang menciptakan suatu keadaan yang berbeda dengan
keadaaan sebelumnya dalam sistem sosial. Suatu yang baru
menyebabkan perubahan dalam masyarakat selalu berhubungan dengan
difusi inovasi, dimana perubahan dipacu oleh penyebaran ilmu
pengetahuan baru di masyarakat. Menurut Rogers yang dikutip Bungin
(2009:152) mengatakan bahwa ada 4 unsur yang selalu ada dalam difusi
inovasi yaitu:
1. Inovasi
2. Saluran komunikasi
3. Waktu dan
4. Sistem sosial.
Keeempat unsur ini berlangsung dalam sistem yang simultan, di
mana masing-masing sistem itu berhubungan satu dengan yang lainnya
selama proses difusi inovasi berlangsung.
Difusi inovasi adalah pemikiran yang melihat bahwa media massa
berkontribusi atas seluruh pembaharuan dan inovasi yang berkembang
dalam masyarakat. Difusi inovasi akan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan masyarakat memahami dan menyadari masalah kemajuan
dalam masyarakat itu sendiri. Inovasi berkaitan dengan gagasan,
tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang dan
masyarakat. Konsep baru ini terbentang dalam konsep pengenalan,
persuasi dan keputusan menggunakan (adopsi).
Jadi, inovasi berkaitan dengan teknologi komunikasi yang
digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu yang baru di masyarakat.
Teknologi komunikasi ini berkaitan dengan medianya dan juga
pendekatan komunikasi yang digunakan. Media merupakan perangkat
keras untuk mengkomunikasikan inovasi tersebut kepada masyarakat.
Media menyampaikan inovasi dengan pendekatan komunikasi dimana
dalam tayangannya ada tokoh masyarakat.
Difusi Inovasi ini berlangsung pada sistem sosial sudah mulai
terbuka terhadap ide-ide baru paling tidak ditandai dengan perubahan
wawasan, pandangan, sikap, dan baru masuk pada perubahan prilaku.
50

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

Difusi inovasi melalui media amat dekat dengan perubahan sosial,
sedangkan perubahan sosial berkaitan dengan sistem sosial
masyarakatnya.

PEMBAHASAN
Media massa memiliki peran yang signifikan dalam berbagai
aspek kehidupan sudah tidak diragukan lagi baik yang berdampak positif
maupun negatif, walau kerap dipandang secara berbeda namun tidak ada
yang menyangkal atas perannya yang signifikan dalam perubahan yang
terjadi di masyarakat. Media massa memiliki peran dalam terjadinya
perubahan sosial pada tiga aspek perubahan sosial 1) Perubahan pola
pikir masyarakat, 2) Perubahan sikap masyarakat dan 3) Perubahan
budaya materi. Berikut tulisan mengenai peran media massa:
Peran Media Massa dalam Mendorong
Perubahan Pola Pikir Masyarakat
Peran media sebagai pencerah masyarakat atau sebagai media
pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan sosial dari
aspek perubahan pola pikir masyarakat. Perubahan sosial dari aspek
perubahan pola pikir ditandai dengan adanya pola pikir baru dari
masyarakat tersebut. Perubahan sikap diawali dari perubahan pola pikir
masyarakat. Media sebagai pendidik dalam penyampaian informasinya
menyesuaikan dengan khalayak yang heterogen dan berbagai sosio
ekonomi, kultural dan lainnya agar penyampaian informasi tersebut dapat
diterima oleh masyarakat. Perubahan pola pikir ini sebagai proses
pembangunan bangsa dan karakter bangsa Indonesia yang diharapkan
pada masa depan.
Para profesional dan guru-guru besar Institut Teknologi Bandung
memberikan pandangan-pandangan baru mengenai peran media dalam
pendidikan bangsa. Peran media ini adalah acara awal untuk mengusung
sebuah proses pembaharuan media. Proses untuk mengubah media yang
selalu mengacu pada profit menjadi media yang edukatif dan entertaining
dalam mendidik masyaraka. Pengaruh media massa terutama televisi di
Indonesia saat ini sangat besar. Media merupakan sarana informasi dan
pembentuk mental bangsa. Menurut Peter F. Gontha, dalam sebuah
penelitian menemukan bahwa penduduk Indonesia menonton televisi 50
jam per minggu, anak-anak Indonesia menonton televisi selama 20 (dua
puluh) jam per minggu (http://www.itb.ac.id/news/1001.xhtml diakses 15
Oktober 2010). Bisa dibayangkan bagaimana tayangan televisi
berpengaruh pada pemikiran dan mentalitas masyarakat Indonesia.
Padahal tayangan televisi Indonesia saat ini bisa dibilang hampur 70 %
hanya berupa drama, bukan tayangan yang mendidik. Tayangan drama
yang ditampilkan sepuluh televisi nasional juga hanya melulu pada tema
kekerasan, kejahatan, mistik, materialistis dan pelecehan (seksual
51

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

maupun profesi). Jika tayangan televisi Indonesia terus minim kualitas
pendidikan seperti saat ini, akal dan mental bangsa pun ikut minim. Oleh
karena itu, media perlu “pagar” atau frame yang mengatur kebebasan
media yang seringkali kebablasan tanpa batasan yang jelas.
Bangsa Indonesia saat ini butuh pencerahan untuk bangkit dan
maju. Salah satu cara yang efektif untuk pencerahan ialah kontribusi
media dalam pendidikan dan pencerdasan bangsa. Pihak media terdiri
atas dua yaitu pihak yang memiliki idealisme dan pihak bisnis yang
selalu memikirkan keuntungan (profit). Keseimbangan antara dua pihak
ini dapat menjadi kunci bagi kemajuan bangsa. Selain itu pihak
akademisi dan media harus berada dalam satu langkah bersama
mencerdaskan anak bangsa demi masa depan bangsa yang lebih baik.
Akan tetapi langkah ini harus didukung bersama, karena pembangunan
bangsa tidak semata tanggung jawab media
(http://www.itb.ac.id/news/1001.xhtml diakses 15 Oktober 2010).

Peran Media Massa dalam Mendorong
Perubahan Sikap Masyarakat
Peran media dalam sebagai pemberi informasi berkaitan dengan
adanya perubahan sikap masyarakat. Media dapat menciptakan
perubahan sikap yang diinginkan dari penyebarluasan informasi. Media
menghasilkan opini masyarakat yang terimbas melalui sikap masyarakat
itu sendiri. Perubahan sikap yang lebih baik atau lebih tidak baik
ditentukan oleh media sendiri. Media dapat menghapus kekerasan dan
diskriminasi atau malah menumbuhsuburkan sikap tersebut dalam
masyarakat.
Peran media sebagai pendorong perubahan masyarakat ini
menjadi sangat penting sejak Thomas Jefferson mengatakan "Saya
memilih memiliki pers tanpa negara daripada negara tanpa pers"
Napoleon juga pernah mengatakan, "Saya lebih takut pada sebuah pena
daripada seratus meriam" Dan Churchill mengatakan, "Pena lebih tajam
daripada pedang" Sesungguhnya, media bisa menjadi pedang pembunuh
dan meriam pembantai, atau di lain pihak, menjadi merpati yang
menyampaikan pesan perdamaian. Media bisa memilih. Namun, para
pengelola media senantiasa berkilah bahwa media massa hanya
memotret, melaporkan apa adanya, menyampaikan fakta. Padahal, ada
begitu banyak fakta, begitu banyak sisi atau sudut pandang, maka media
pasti memilih. Media pasti memilih: melaporkan pembantaian ratusan
orang Madura oleh suku Dayak di Kalimantan, atau memberitakan
upaya-upaya pertolongan antar kedua suku (menurut saya "big news",
bila dalam pertempuran hebat Dayak Madura, masih ada suku Dayak
Madura yang saling menolong). Beberapa peristiwa dapat menjadi
contoh bahwa media memiliki peran dalam memicu sikap konflik,
kekerasan, dan diskriminasi; atau sebaliknya, menjadi merpati

52

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

perdamaian,
menyuarakan
keadilan,
mendorong
demokrasi,
menghapuskan kekerasan dan diskriminasi.
Berikut adalah perubahan yang terjadi karena informasi media
yang mendorong perubahan sikap masyarakat di Indonesia.
 Informasi yang dimuat media Time mengenai foto penyembelihan
seorang preman di kampung Ketapang, Jakarta, oleh pemuda
kampung, adalah titik awal terjadinya konflik Maluku yang tak
berkesudahan. Ini adalah peristiwa kerusuhan antara pemuda kampung
dan para preman penjaga kompleks hiburan malam. Foto sadistis ini
dimuat Time, Desember 1998, secara vulgar. Tak ketinggalan,
penyebutan korban sebagai Ambon Kristen dan pelaku pembunuhan
yang Muslim. Dua bulan kemudian, pada awal Februari 1999, umat
Muslim yang sedang Sholat ld di Ambon dibantai oleh umat Kristen.
Perjalanan kekerasan ini dimulai dari Jakarta (1998), Ambon (19992000), Maluku Utara dan Poso (2000-2001), belum berakhir hingga
sekarang. Bagaimana peran Time dalam hal ini? Belum terbukti
kaitannya. Seandainya majalah Time ini dibaca oleh orang-orang
Ambon di Belanda dan tempat-tempat lain di seluruh dunia ..." Tahun
2000-an, muncul dalam pemberitaan, ada bantuan persenjataan
melalui kapal asing yang masuk perairan Maluku kepada umat
Kristen, dan gencarnya dukungan memerdekakan Maluku Selatan.
 Media di Indonesia lebih santun. Kekerasan di Indonesia yang terbesar
sejak 1966 adalah Konflik Maluku (Utara dan Selatan), Kalimantan
(Dayak, Madura, Melayu), Poso, Ti-mor Timur, Aceh. Bagaimana
media melaporkan konflik-konflik tersebut? Dalam pengamatan
lembaga Konsumen Media (Media Watch), khususnya hasil riset
tentang berita konflik tahun 2000, tampak media massa di Indonesia
cukup berhati-hati. Tidak ada gambar mayat tanpa kepala, atau kepala
tanpa badan, di media Indonesia, meskipun fakta secara magnitude
(salah satu kriteria berita) luar biasa besar. Justru di media asing fakta
itu terlihat, rakyat Indonesia menontonnya melalui parabola atau
internet.
Peran media sebagai perubah sikap masyarakat tidak hanya terjadi di
Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Berikut adalah contohnya:
1. Pada tahun 2003, dua ratus orang tewas dan puluhan rumah dan
bangunan hancur di Nigeria, karena media yang tidak sensitif.
Mayoritas penduduk Nigeria yang beragama Islam telah menolak
rencana penyelenggaraan Miss World, yang di antara kegiatannya
adalah parade perempuan cantik dalam pakaian renang. Toh
pemerintah setuju,
demi tujuan pariwisata.
Sebetulnya
ketidaksetujuan umat Islam telah dikalahkan oleh keputusan
pemerintah dengan tetap diselenggarakannya Miss World di Nigeria.
Namun seorang penulis menulis artikel di Harian Today yang isinya
mengkritik protes umat Islam itu. Antara lain dituliskan: Seandainya
Muhammad masih hidup, mungkin dia akan memilih salah satu atau
53

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

beberapa kontestan untuk dijadikan istrinya" Umat Islam marah,
terjadilah aksi kekerasan, puluhan bangunan hancur dan ratusan
orang tewas.
2. Sepuluh tahun sebelumnya, tahun 1993, Los Angeles dibumi
hanguskan oleh penduduk kulit hitam. Kekacauan ini disebabkan
tindak kekerasan yang dilakukan oleh polisi LA terhadap Rodney
King (berkulit hitam), dan adegan kekerasan ini ditayangkan oleh
televisi lokal terus menerus sepanjang minggu. Ini memicu kekerasan
yang berujung pada penghancuran kota LA. Siaran adegan kekerasan
ini memupuk rasa kebencian dan sentimen rasial.
3. Tahun 1994 di Rwanda, seorang penyiar radio memprovokasi rakyat
dan memicu kebencian antar ras. Pada tahun itu, lebih dari sejuta
orang tewas karena perang antar suku Huttu dan Tutsi. Penyiar radio
itu baru saja divonis bersalah dan dihukum oleh Mahkamah
Internasional tahun 2004 lalu.
Media massa juga memiliki peran positif dalam merubah sikap
masyarakat. Media mempromosikan demokrasi dan anti diskriminasi.
Peristiwa Tianamen di China tak akan diketahui dunia tanpa kehadiran
kamera televisi. Pemberontakan mahasiswa dan kaum intelektual China
ini tersebar di seluruh dunia, ditonton juga oleh rakyat China melalui
layar televisi, sehingga menumbuhkan gerakan keterbukaan dan iklim
demokrasi hingga sekarang. Demikian juga praktik Apartheid
(diskriminasi rasial) di Afrika Selatan mungkin tak akan berakhir tanpa
desakan internasional, yang memperoleh informasinya dari media massa.
Bagaimana peran media menghapuskan atau mengurangi
kekerasan? Di antaranya melalui penggunaan bahasa yang tepat,
menghindari labelling, stereotyping, kata sifat. Ketika bangsa Palestina
dijuluki "two-legged beast" atau "lice", mereka membunuh menteri Israel
yang mengatakan hal itu. Seorang perempuan yang membunuh calon
pemerkosanya, tidak boleh ditulis sebagai "pembunuh sadis". Seringkali
insan pers tidak memahami arti kata "sadis" dan menggunakannya secara
tidak tepat. Demikian pula pilihan kata "pembunuhan" atau
"pembantaian" Dua orang sopir angkot bertengkar di terminal Ambon
dan salah seorang terbunuh, diberi judul "pembantaian Kristen oleh
Islam". Bahkan ada yang menyebut "pemusnahan" (ethnic cleansing). Di
media internasional, kasus Ambon terbaca sebagai "pemusnahan
minoritas Kristen oleh mayoritas Islam di Indonesia", dan ini
menimbulkan sentimen besar.
Salah satu cara yang dapat dilakukan media untuk menghapus
kekerasan adalah diterapkannya prinsip-prinsip Peace Journalism dalam
mengcover konflik, kekerasan, dan diskriminasi. Di antaranya, media
harus memberikan kesempatan berbicara pada rakyat kecil yang terlibat
langsung (tak perlu wawancara tokoh politik atau Kyai terkenal di
Jakarta untuk sebuah pertengkaran di sebuah kampung di Ambon). Halhal kecil misalnya seorang biarawati yang menjadi sukarelawan di
54

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

masjid-masjid Ambon yang dipenuhi pengungsi mesti mendapat tempat.
Kabarkan berita baik. Laporkan proses dan latar belakang, bukan hanya
angka dan skala kerusakan. Liputan mesti dilakukan dari berbagai sudut
pandang. Cover both sides hanya akan menciptakan polarisasi: dua kubu
yang berseberangan, yang memperuncing pertikaian. Rasa keadilan mesti
lebih dihargai daripada sekadar obyektivitas.
(http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/125/
articleType/ArticleView/articleId/71/Default.asp diakses 15 Oktober
2010).
Peran Media Massa dalam Mendorong
Perubahan Budaya Materi Masyarakat
Media massa mendorong kebudayaan. Peran media media sebagai
hiburan yang memberikan perubahan budaya materi. Budaya materi akan
berubah wujudnya. Ada tiga wujud budaya yang akan berubah dengan
adanya media. Ada tiga wujud dari budaya yaitu:
 Wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tidak dapat diraba,
dan lokasinya berada dalam alam pikiran warga masyarakat,
tempat kebudayaan itu hidup. Wujud ideal kebudayaan, disebut
juga adat atau adat istiadat.
 Wujud sistem sosial, mengenai tindakan berpola dari manusia itu
sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusiamanusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu
dengan lainnya dari hari ke hari menurut pola-pola tertentu
berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas
manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial ini bersifat
konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dapat diobservasi,
difoto dan didokumentasi.
 Wujud kebudayaan fisik berupa benda-benda yang dapat diraba,
dilihat dan di foto media massa juga menerapkan segmentasi
hiburan
yang
khusus
untuk
masyarakat
menurut
koentjoroninggrat di kutip Nuriyati Samatan (http:education
center1.blogspot.com diakses 16 Oktober 2010).
Ketiga wujud budaya ini akan bergeser mengikuti perkembangan
zaman melalui peran media sebagai pelopor perubahan yang didalamnya
ada pola pikir, sikap dan menjadi kebiasaan yang dianggap wajar oleh
masyarakat. Peran media massa dalam perubahan budaya, dikemukakan
oleh Lull dikutip oleh Nuriyati Samatan, (http:education
center1.blogspot.com diakses 16 Oktober 2010) sebagai peran
transkulturasi, hibridasi dan pribumisasi.
1. Transkulturasi, mengacu pada sebuah proses ketika bentuk-bentuk
budaya secara harfiah bergerak melalui ruang dan waktu untuk
berinteraksi dengan kebudayaan lain, saling mempengaruhi dan
menghasilkan bentuk-bentuk budaya baru. Proses transkulturasi
dihasilkan oleh proses perpindaham fisik orang-orang dari satu lokasi
55

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

geografis ke lokasi geografis lainya. Tetapi kini, pelintasan budaya
lebih banyak dimungkinkan oleh media massa dan industri
kebudayaan. Teknologi modern membangun kembali pemotong jarak
budaya yang esensial, yakni ruang dan waktu. Dengan teknologi
informasi, transmisi, penerimaan informasi dan hiburan dari satu
bagian dunia ke bagian dunia lain menghasilkan sintetis-sintetis
budaya baru. Peredaran media hiburan yang bersifat pornografi.
Meskipun Undang-undang Pornografi dan Pornoaksi sudah disahkan
beberapa waktu yang lalu, namun sampai sekarang masih saja kita
temukan tayangan media hiburan seperti televisi dan film yang
berbau pornografi dan pornoaksi, termasuk di dalam media internet,
di mana sejumlah artis ibukota terjerat.
2. Transkulturasi menghasilkan hibrida budaya, yakni penyatuan (fusi)
bentuk-bentuk budaya. Bentuk-bentuk dan genre-genre hibrida
menurut definisi dapat dikatakan Budaya Populer. Budaya Populer
adalah budaya yang dengannya kita berpedoman terhadap busana,
mode, dan seluruh kegiatan yang kita lakukan.
3. Pribumisasi, merupakan bagian dari hibridasi. Pribumisasi berarti
bahwa bentuk-bentuk budaya impor menerima unsur-unsur lokal
yang menonjol. Ini dapat terlihat misalnya pada jenis musik tertentu
yang masuk ke Indonesia dan tampil sebagai musik jenis baru.
Misalnya musik rap, yang liriknya sudah mengacu pada kepribadian,
kondisi dan situasi lokal Indonesia.

Dampak Peran Media Massa dalam Mendorong
Perubahan Sosial Masyarakat
Media massa berperan aktif dan efektif di dalam
menyebarluaskan informasi dari suatu kelompok ke kelompok lain,
apapun alasan dan kepentingannya. Oleh sebab itu, peranan media massa
dalam membawa arah bagi perubahan masyarakat tidak bisa diabaikan.
Apakah perubahan sosial masyarakat itu diharapkan atau tidak, cepat
atau lambatkah perubahan tersebut, bergantung pada spirit yang dipegang
oleh masyarakatnya, leader (pimpinan) yang hadir ditengah-tengah
masyarakat tersebut, serta sarana yang digunakan di dalam prosesnya.
Dampak yang terjadi akibat dari peran media ini adalah:
1. Peranan media massa saat ini mengalami perkembangan yang sangat
cepat melampaui perkembangan mentalitas sebagian masyarakat,
sehingga tidaklah mengherankan bila ada suatu komunitas
masyarakat yang kurang siap meghadapi hadapi perkembangan
tersebut dan mengakibatkan terjadinya krisis nilai dan norma di
dalam masyarakat tersebut. Dan masyarakat menganggap
perkembangan itu adalah modernisasi yang harus diikuti.
2. Efektifitas media massa dalam proses perubahan sosial, meskipun
perubahan tersebut tidak diinginkan suatu kelompok masyarakat,
mampu menembus ruang dan sekat-sekat yang dibangun oleh
56

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

masyarakat tadi terutama di era globalisasi ini. Media massa bagaikan
mahluk ghaib yang tidak bisa dikerangkeng oleh ruang dan waktu,
sehingga bisa bergerak leluasa untuk menginformasikan berbagai hal
yang pada akhirnya mampu membuat mentalitas (idea) dan perilaku
masyarakat terpengaruh, dan ujung-ujungnya perubahan sosial tidak
bisa dielakkan lagi. Semoga saja mahluk yang namanya media massa
ini berada ditangan-tangan orang-orang suci yang akan mampu
membawa perubahan ke arah lebih baik sesuai dengan ajaran agama.
(http://adzelgar.wordpress.com/2009/03/08/pengaruh-media-massaterhadap-perubahan-sosial di akses 16 Oktober 2010)
Kedua akibat ini akan berdampak negatif apabila masyarakat tidak siap
terhadap perkembangan media massa yang bisa memberikan opini
kepada setiap orang untuk menilai orang lain sehingga ada yang namanya
pembunuhan karakter seseorang. Perubahan sikap yang dapat
menggalang persatuan dan kemanusiaan tertapi juga perubahan sikap
sebaliknya. Perubahan budaya materi juga akan kearah melupakan adat
istiadat ataupun lebih menghargai budaya populer yang ada dari pada
budaya masyarakat itu sendiri. Dan yang lebih global lagi menurunnya
tingkat kepercayaan kepada negara dan pemerintah sendiri.
Namun apapun dampak dari peran media massa, keberadaan
media komunikasi ini menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa
dilepaskan dari manusia. Media massa merupakan salah satu bentuk
sarana komunikasi yang paling efektif dewasa ini di dalam
mensosialisasikan dan mendesiminasikan berbagai informasi ke
masyarakat luas. Media massa cetak dan elektronik menjadi salah satu
ujung tombak bagi percepatan penyebaran informasi bagi masyarakat,
apalagi pada era globalisasi sekarang ini, ketika batasan-batasan dan
hambatan-hambatan geografis, iklim/cuaca, dan lain-lain tidak menjadi
penghalang berarti bagi tersebarnya informasi ke khalayak ramai
(masyarakat). Efektifitas serta peranannya yang begitu hebat menjadikan
media massa menjadi salah satu komponen penting bagi pembentukan
kepribadian masyarakat, serta perilaku dan pengalaman kesadaran
masyarakat. Oleh karena itu pulalah banyak kelompok masyarakat yang
berupaya menjadikan media massa sebagai sarana propaganda ide, citacita, nilai dan norma yang mereka ingin bentuk/ciptakan. Tinggal
bagaimana pemilik media massa untuk lebih bijaksana dalam
menjalankan peran media massa secara nyata.

PENUTUP
Media massa memiliki 3 (tiga) peran sebagai pelopor perubahan.
Peran media dalam mendorong perubahan sosial masyarakat sebagai
perubah pola pikir masyarakat, sebagai perubah sikap masyarakat dan
sebagai perubah budaya materi masyarakat. Ketiga aspek perubahan
57

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

sosial ini akan kearah yang baik apabila masyarakat sudah siap mental
dan menerima perubahan tersebut sebagai pencerahan pengetahuan dan
kemajuan hidup tanpa kehilangan norma dan moral. Apabila tidak maka
akan menimbulkan krisis moral dalam masyarakat.
Namun apapun peran dan dampaknya, media massa merupakan
ujung tombak adanya perubahan khususnya perubahan sosial dalam
masyarakat. Peran media massa sangat berpengaruh dalam pembentukan
pertumbuhan kepribadian manusia akan juga berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian masyarakat itu sendiri. Perilaku dan
pengalaman kesadaran manusia sebagai individu-individu yang dibangun
di atas pondasi komunikasi, tentunya juga akan serta merta
mempengaruhi perilaku dan kesadaran manusia sebagai warga
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma dan
Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat). Jakarta.
Kencana Prenada Media Group.
Berita Institut Teknologi Bandung. 2006. Seminar Peran Media dalam
Proses Pembangunan Bangsa dan KarakterBangsa Sebuah
Pencerahan Bangsa, (Online), ( www.itb.ac.id, diakses 15
Oktober 2010).
Kurniawan, Hadi. 2006. Peran Media dalam Mengahapus Kekerasan
(Disampaikan di Seminar HUT Dasawarsa Pusham Ubaya, (Online),
(http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/1
25/articleType/ArticleView/articleId/71/Default.asp,
diakses
15
Oktober 2010).

Samatan, Nuriyati. Media Massa dan Perubahan Budaya, (Online),
(http:education center1.blogspot. com diakses 16 Oktober 2010).
Suprapto, dkk. 2003. Kewarganegaraan 1 untuk SMU Kelas 1. Jakarta.
Bumi Aksara.
Sosial Politik. 2009. Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan
Sosial, (Online), (http://adzelgar.wordpress.com, diakses 10
Oktober 2010).
Sriati. 2005. Modul Kuliah Konsep dan Isu Pembangunan. Magister
Administrasi
PublikProgram
Pasca
Sarjana
(Tidak
Dipublikasikan).
Widodo, Slamet. 2008. Perubahan Sosial dan Struktur Sosial, (Online),
(www. Learning of Slamet Widodo.com diakses 15 Oktober
2010).

58