ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TAX AMNESTY DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK

  JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TAX AMNESTY

DALAM UPAYA MENINGKATKAN

KEPATUHAN WAJIB PAJAK

  

Oleh :

Ardita Nurul Inayah

Komputerisasi Akuntansi, Politeknik LP3I Jakarta

Gedung sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450

  

Telp. 021 – 31904598 Fax. 021 – 31904599

Email :

ABSTRAK

  Penerimaan negara dari sektor pajak masih rendah. Penerimaan pajak yang rendah menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang rendah juga. Untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah membuat sebuah kebijakan yaitu Tax Amnesty (pengampunan) pajak.

  

Tax Amnesty diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dan meningkatkan

  kepatuhan sukarela terhadap sistem administrasi perpajakan karena dengan menjadi bagian dari tax amnesty, maka wajib pajak tersebut tidak akan bisa menghindar dari kewajiban dalam pembayaran perpajakannya.Penelitian ini dimaksudkan untuk menlihat seberapa besar kebijakan Tax Amnesty dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif deskriftif, merupakan metode yang memberikan gambaran terhadap objek penelitian melalui data yang terkumpul. Data pada penelitian ini berasal dari data atau dokumen yang ada pada dirjen pajak. Hasil analisis data didapat bahwa: (1) Tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang menyampaikan SPT sebesar 64,263% untuk tahun 2016, meningkatkan 3,989 % dibandingkan dengan tahun 2015(60,274 %). Hal ini disebabkan karena adanya program Tax Amnesty. (2) Wajib Pajak yang memanfaatkan Tax Amnesty sampai akhir tahun 2016 sebesar 21,2626 % hal ini disebabkan masih kurangnya sosialisasi pemerintah kepada wajib pajak mengenai Tax

  

Amnesty . (3) Realisasi penerimaan pajak tahun 2016 sebesar 64,27 % mengalami

  penurunan jika dibandingkan tahun 2015 (67,76 %). Namun target ppajak tahun 2016 dinaikan dari tahun 2015 sebesar 1.294,258 trilyun menjadi 1.355,203 trilyun pada tahun 2016. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan Tax Amnesty memberikan peningkatan terhadap kepatuhan wajib pajak walaupun realisasi penerimaan pajaknya mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.

  Keyword : Kebijakan, Tax Amnesty.

  JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

ABSTRACT

  

State revenue from the tax sector is still low. Low tax revenues lead to low economic

growth as well. To increase government tax revenue make a policy that is Tax Amnesty

(forgiveness) tax. Tax Amnesty is expected to increase state revenue and increase

voluntary compliance to the tax administration system because by becoming part of the tax

amnesty, the taxpayer will not be able to avoid the obligation in the payment of taxation.

This research is intended to see how much Tax Amnesty policy in increasing compliance

taxpayer.

  

The research method used is descriptive qualitative method, is a method that provides an

overview of the object of research through the data collected. The data in this study comes

from the data or documents that exist in the tax director general. The result of data

analysis found that: (1) Taxpayer compliance level that submitted SPT of 64,263% for

year 2016, increasing 3,989% compared to 2015 (60,274%). This is due to the Tax

Amnesty program. (2) Taxpayers who utilize Tax Amnesty until the end of 2016 amounted

to 21.2626% this is due to the lack of government socialization to taxpayers regarding Tax

Amnesty. (3) Realization of tax revenue in 2016 amounted to 64.27% decreased compared

to 2015 (67.76%). However, the 2016 ppajak target is raised from 2015 by 1,294.258

trillion to 1,355.203 trillion by 2016. The results of this study indicate that Tax Amnesty

policy provides an increase to taxpayer compliance even though the realization of tax

revenue has decreased compared to last year.

  Keyword: Policy, Tax Amnesty PENDAHULUAN

  Penerimaan negara hampir 70% berasal dari sektor pajak. Sektor perpajakanmerupakan sektor penerimaan yang terbesar maka negara perlu mengtaur yang dituangkan dalam undang-undang. Penerimaan pajak yang terus menurun memaksa pemerintah untuk memberikannya kebijakan dalam pepajakan. Rendahnya kepatuhan wajib pajak atau masyarakat dalam membayar pajak merupakan salah satu penyebab program pengampunan pajak (tax

  amnesty) . Para pendukung program tax amnesty , berpendapat bahwa kepatuhan

  sukarela akan meningkat setelah program

  tax amnesty dilakukan. Hal ini didasari

  bahwa setelah pemberian program Tax

  Amnesty dilakukan wajib pajak yang

  sebelumnya belum menjadi bagian dari sistem administrasi perpajakan akan masuk menjadi bagian dari sistem administrasi perpajakan.

  Kebijakan perpajakan yang berupa pengampunan (tax amnesty) dengan harapan pajak yang dibayar si wajib pajak selama program tax amnesty kemudian akan meningkatkan penerimaan pajak. Tax Amnesty atau pengampunan pajak merupakan suatu kesempatan berbatas waktu pada kelompok wajib pajak tertentu untuk membayar pajak dengan jumlah tertentu sebagai pengampunan atas kewajiban membayar pajak (termasuk dihapuskannya bunga dan denda) yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya tanpa takut penuntutan pidana. Program

  Tax Amnesty merupakan program yang

  ditujukan untuk peningkatan kepatuhan pajak yang telah dilakukan oleh beberapa negara. Program tax amnesty diberikan ketika dalam suatu negara terjadi fenomena tingginya jumlah wajib pajak yang tidak taat pajak. Apalagi di Indonesia terdapat 30%-40% dari jumlah wajib pajak yang tidak taat pajak. Jadi

  JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

  Langkah yang diterapkan pemerintah untuk mencapai target penerimaan adalah kebijakan tax

  Menurut Ferinton Mahmud dalam buku Interest Single Digit (Target dua tahun Pemerintahan Jokowi-JK) (2012:4) Penarikan dan pengumpulan dana dari masyarakat (funding)dengan memberikan berbagai imbalan suku bunga simpanan secara maksimum telah memberikan

  Sedangkan Tax Amnesty menurut “PMK N0.118/PMK/03/2016 adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenal sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Pengampunan Pajak.

  menurut “UU No. 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan pajak “adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenal sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

  Tax Amnesty Tax Amnesty

  adalah untuk memberikan kesempatan kepada para Wajib Pajak yang mempunyai permasalahan menunggak hutang pajak.

  amnesty . Adanya kebijakan tax amnesty

  tax ratio dalam tahun 2016 sebesar 13,11%) (APBN, 2016).

  sanksi pajak baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana tidak mungkin dijatuhkan kepada wajib pajak yang tidak taat pajak tersebut karena jumlahnya terlalu besar. Program Tax Amnesty merupakan program yang ditujukan untuk peningkatan kepatuhan pajak yang telah dilakukan oleh beberapa negara. Kepatuhan sukarela akan meningkat setelah program pengampunan pajak dilakukan. Hal tersebut didasari pada harapan bahwa setelah program tax

  Data dari Kementrian Keuangan mengenai APBN tahun 2016, menyatakanbahwa target pendapatan Negara dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp1.822,5 triliun atau Rp25,6 triliun lebih rendah dari yang diusulkan dalam RAPBN Tahun Anggaran 2016. Target ini bersumber dari Penerimaan Perpajakan sebesar Rp1.546,7 triliun dan Penerimaan Negara Non-Pajak sebesar Rp273,8triliun (rasio penerimaan negara terhadap PDB atau

  Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh wakil Menteri Keuangan, Mardyasmo, bahwa setoran pajak dari wajib pajak orang pribadi saat ini rendah. Terutama, wajib pajak dari kalangan non-karyawan atau memiliki pekerjaan sendiri termasuk usaha profesi. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkatkepatuhan pajak orang pribadi seperti kalangan pengusaha, yang menjadi indikator rendahnya serapan pajak oleh pemerintah (Huslin, 2015).

  luput dari data perpajakan. Rencana penerapan dari kebijakan tax amnesty tersebut masih menghadapi berbagai tantangan. Banyak pihak menduga bahwa suatu penerapan tax amnesty lebih didasarkan kepada permasalahan pemenuhan target penerimaan perpajakan semata.

  underground economy yang selama ini

  Kebijakan Tax amnesty dapat meningkatkan penerimaan perpajakan dan kedepannya, kebijakan tersebut diharapkan dapat memperbaiki sebuah sistem administrasi perpajakan di Indonesia, sekaligus untuk mengurangi kebocoran pajak akibat dari meningkatnya suatu kegiatan

  sebelum itu menjadi bagian dari sistem administrasi perpajakan, maka Wajib Pajak itu tidak akan bisa mengelak ataupun menghindar dari kewajiban perpajakannya.

  amnesty dilakukan, Wajib Pajak yang

KAJIAN PUSTAKA

  JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

  dana secara maksimum dalam sistem perbankan. Namun demikian perbankan mengalami kekeringan likuiditas disebabkan sejumlah dana besar dicairkan untuk melunasi amnesti pajak (Tax Amnesty).

  Menurut Muttaqin dalam Huslin (2015) Tax Amnesty adalah pemberian fasilitas perpajakan berupa pembebasan dalam periode atau tenggang waktu tertentu dari pengenaan, pemeriksaan, pngusutan dan penuntutan atas harta kekayaan atau penghasilan yang sebelumnya atau belum sepenuhnya dikenakan pajak yang dilandasi oleh adanya pengakuan kesalahan dari wajib pajak dengan menyesali kesalahan tersebut dan janji tidak akan mengulangi kesalahan.

  Pendapat senada diungkapkan oleh Suharno dalam Pratama (2012) bahwa

  Tax Amnesty adalah penghapusan pajak

  yang seharusnya terutang, tidak dikenali sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkapkan Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Pengampunan Pajak.

  Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Tax Amnesty merupakan pengampunan atau penghapusan pajak dalam periode tertentu sesuai dengan Undang-undang Perpajakan.

  Kebijakan Tax Amnesty sangat membantu negara dalam meningkatkan pendapatan sekaligus sebagai alat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan Tax Amnensty dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan negara dalam jangka pendek dan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak sehingga dapat meningkatkan keadilan dan meningkatkan pendapatan negara.

  Menurut Suharno dalam Ganda (2017) subjek Tax Amnesty adalah wajib pajak yang mempunyai kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Dengan demikian subjek Tax Amnesty adalah wajib pajak orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan.

  Sedangkan Objek Tax Amnesty menurut Suharno dalam Ganda (2017) adalah nilai harta yang diungkapkan dalam surat pernyataan untuk Tax

  Amnesty yang meliputi : Nilai harta yang

  telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Terakhir, dan Nilai Harta tambahan yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT PPh terakhir. Nilai harta tambahan yang belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT terakhir yang menjadi objek Tax Amnesty yang wajib dibayarkan uang tebusannya. Harta yang termasuk dalam pengertian harta tambahan yang terdiri dari : (1) harta warisan, (2) harta hibahan yang diterima keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT tahunan Pajak Penghasilan, (3) harta warisan tersebut bukan merupakan objek

  Tax Amnesty apabila, (4) warisan

  diterima oleh ahli waris yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan di bawah penghasilan Tidak Kena Pajak, (5) harta warisan sudah dilaporkan dalam SPT tahunan pajak penghasilan pewaris, (6) Hibah juga bukan merupakan objem Tax Amnesty apabila ; (8) hibah diterima oleh orang pribadi penerima hibah yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), (9) harta hibah telah dilaorkan dalam SPT tahunan pajak Penghasilan pemberi hadiah.

  Implementasi Kebijakan

  Menurut Mulyadi (2015;22) Implementasi kebijakan adalah tindakan- tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan

  JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

  Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 bahwa seorang wajib pajak yang dikatakan memiliki kepatuhan pajak apabila memenuhi kriteria berikut :

  b.

  Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak baik Pajak Tahunan maupun Pajak Masa.

  Sedangkan menurut pasal 17 C KUP Jis KMK Nomor 544/KMK.04/2000 Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan kriteria Wajib Pajak Patuh. Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan atas kelebihan pembayaran pajak. Kriteria Wajib Pajak Patuh tersebut antara lain sebagai berikut: a.

  4. Tidak pernah mendapatkan pidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan sudah ditetapkan oleh putusan pengadilan serta memiliki kekuatan hukum tetap selama lima tahun terakhir.

  3. Laporan keuangan diaudit oleh auditor independen atau lembaga pemerintah yang berwenang melakukan .

  2. Tidak memiliki tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali apabila telah memperoleh izin untuk melakukan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

  1. Apabila tepat waktu dalam me- nyampaikan SPT.

  (3) tagihan pajak (STP/SKP) dibayar sebelum jatuh tempo.

  yang ditetapkan dalam suatu keputusan. Implementasikebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Implementasi kebijakan dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya; komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi.

  antara pajak yang sesugguhnya dilaporkan dengan pajak yang seharusnya dilaporkan. Dengan UU KUP, indikator kepatuhan Wajib Pajak dapat dilihat dari: (1) aspek ketepatan waktu pelaporan SPT, (2) aspek income yang dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

  level-VCL ). VCL adalah perbandingan

  Indikator kepatuhan pajak adalah Wajib Pajak bersedia melaporkan SPT dan melaporkan semua penghasilannya secara akurat. Dengan sistem itu pula diharapkan Wajib Pajak dapat patuh secara sukarela (voluntary compliance

  Ada dua macam kepatuhan pajak, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak dapat memenuhi kewajiban perpajakan secara formal dengan ketentuan yang ada di dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan material suatu keadaan di mana wajib pajak secara substantif (isi) sudah memenuhi ketentuan yang ada dalam undang-undang perpajakan.

  Kepatuhan pajak merupakan kepatuhan seseorang dalam hal ini adalah wajib pajak terhadap peraturan atau Undang-undang Perpajakan. Kepatuhan pajak menurut Huslin, (2015) adalah kondisi di mana wajib pajak memenuhi semua kewajiban pajaknya serta melaksanakan hak pajaknya.

  Kepatuhan Wajib Pajak

  Implemenatasi kebijakan Tax Amnesty diharapkan dalam jangka panjang dapat memperbaiki kepatuhan wajib pajak, sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak di masa datang.

  Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. Mengacu pada ketentuan yang mengatur tentang angsuran dan penundaan pembayaran pajak, tidak semua jenis pajak yang terutang dapat diangsur.

  Data pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data dari dirjen pajak yang akan dijadikan bahan analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumen dan wawancara serta pengamatan.

  Teknis analisis data menggunakan teknis analisis data kualitatif yaitu data sekunder yang didapat dari Dirjen Pajak dianalisa dengan menggunakan teknik presentase indeks. Adapun rumus persentase indeks sebagai berikut : Presentase Indeks =

  Pajak yang dapat diangsur pembayarannya adalah: pajak yang masih harus diabayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar tambah. Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan SPT yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak berakhir.

  c.

  Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana dibidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir yang mengakibatkan kerugian Negara.

  d.

  Apabila dilakukan pemeriksaan pajak, koreksi fiscal yang dilakukan oleh pemeriksa pajak untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih dari 10% (sepuluh persen) dilihat dari penghasilan bruto (PKP).

  Dengan demikian kepatuhan pajak adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi sesuai atran yang berlaku dan termuat dalam aturan Undang-undang perpajakan.

  100 % Qn = Jumlah Data ke n Qo = Jumlah data awal Persentase Realisasi :

  − 0

  Data yang ada dianalisis dengan maksud untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dn akurat menangani fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang di selidiki.

  JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

  Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan data sekunder adalah : 1.

  Analisis kepatuhan wajib pajak yang menyampaikan SPT

  2. Analisis wajib pajak yang memanfaatkan Tax Amnesty 3. Pencapaian penerimaan pajak

METODE PENELITIAN

  Metode peneitian deskriftif memusatkan perhatian kepada masalah

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiyah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

  Persentase

  = 100 % Persentase penyampaian SPT :

  Persentase = ℎ

  100%

  • – masalah yang penelitian lakukan, kemudian diolah dan dianalisis. Metode ini memiliki tujuan untuk memaparkan objek mengenai analisis perhitungan kepatuhan wajib pajak setelah adanya Tax Amnesty.

  JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil

  100 % = 64,263 %

  Tabel 2. Data Wajib Pajak Yang Memanfaatkan Tax Amnesty

  sebagai berikut :

  Tax Amnensty

  Data wajib pajak yang memanfaatkan

  Tax Amnesty

  2. Analisis Wajib Pajak memanfaatkan

  Berdasarkan data pada tabel 1 yang bersumber dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencatat jumlah wajib pajak yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) tahun pajak penghasilan (PPh) hingga 30 April 2016 sebanyak 11.670.000 dan wajib lapor sebanyak 18.159.840 SPT pada akhir April 2016. Sehingga didapat persentase wajib pajak yang lapor sebesar 64,263 %. Hal ini menunjukka bahwa masih ada wajib pajak yang tidak melaporkan SPT sebesar 35,737 %. Sedangkan presentase mengenai perubahan jumlah total wajib pajak yang menyampaikan SPT (orang) antara tahun 2016 dengan tahun 2015 adalah sebesar 724.424 SPT (orang) atau sebesar 6,63 %.

  100 % = 60,274 %

  10.945.576 18.159.840

  Persentase 2015 =

  11.670.000 18.159.840

  Hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan pencarian data dan wawancara maka didapat data mengenai wajib pajak yang menyampaikan SPT dan wajib pajak yang harus menyampaikan SPT untuk akhir tahun 2015 dan akhir tahun 2016. Data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan rumus persentase indek untuk menentukan jumlah wajib pajak yang patuh. Berdasarkan hasil observasi melalui dirjen pajak maka didapat data sebagai berikut :

  =

  2016

  100% = 3,989 % Persentase menyampaikan SPT (orang) tahun 2016 (setelah adanya Tax Amnesty) Persentase

  724.424 18.159.840

  100 % =

  11.670.000−10.945.576 18.159.840

  =

  Persentase Indeks

  Tabel 1. WP Wajib Menyampaikan SPT dan Total Menyampaikan SPT

  1. Hasil kepatuhan wajib pajak menyampaikan SPT Untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak yang menyampaikan SPT maka dilakukan observasi pada direjen pajak. Hasil observasi pada ditunjukkan oleh tabel 1.

  Berdasarkan data pada tabel 2 diatas masih sedikit wajib pajak memanfaatkan kebijakan Tax Amnesty.

  JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018

  Hal ini menunjukan bahwa wajib pajak masih banyak yang belum menggunakan haknya untuk menggunakan kebijakan

  Tax Amnesty sebagai salah satu fasilitas

  yang disediakan negara untuk membantu wajib pajak menjadi patuh.

  Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan yang diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela.

3. Pencapaian Penerimaan Pajak

  Data diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 mengalami kenaikan target pajak sebesar 60,945 trilyun namun baru terealisasi sebesar 870,954 trilyun.

  Hal ini menujukkan bahwa pencapaian target masih jauh dari harapan. Untuk itu perlu adanya usaha yang lebih maksimal lagi dalam mensosialisasikan menegnai kesadarn dan kepatuhan pajak.

  Pembahasan

  Tabel 3. Data Realisasi Penerimaan Pajak dengan Target Penerimaan Pajak

  Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi beberapa faktor. Kebijakan turut serta dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan perpajakan dapat sebagai suatu keadaan di mana Wajib

  Sedangkan data penerimaan pajak setelah adanya kebijakan Tax Amnesty dapat dilihat pada tabel 3.

  Kebijakan Tax Amnesty yang digulirkan pemerintah merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak. Penerimaan pajak yang ada saat ini masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Kebijakan

  Tax Amnesty

  (pengampunan pajak) yang diberikan tidak hanya penghapusan sanksi pidana, tetapi juga sanksi administrasi berupa denda. Namun peserta Tax Amnesty masih belum banyak hanya sebesar 21,262 %. Hal ini menandakan wajib pajak yang menggunakanTax Amnesty masihsedikit. Sedikitnya memanfaatkan

  Tax amnesty disebabkan oleh belum

  efektif dan kurang meluasnya sosialisasi langsung maupun tidak langsung mengenai kebijakan tersebut.Hasil analisis pada penelitian ini relevan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ganda (2017), yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Tax Amnesty terhadap kesadaran membayar pajak, wajib pajak mau membayar apabila jumlah pajak yang harus dibayar tidak memberatkan atau menyulitkan wajib pajak. Tax Amnesty diartikan sebagai pengampunan pajak terutama untuk sanksi administrasi karena wajib pajak tidak mengikuti aturan yang ditentukan. Dengan adanya Tax Amnesty, pemerintah berharap piutang pajak dapat berkurang karena kebijakan tersebut tidak menyulitkan wajib pajak yang ingin memenuhi kewajiban perpajakannya dengan benar. Selain itu

  Kepatuhan wajib pajak merupakan dorongan atau keinginan wajib pajak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.

  3. Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak agar wajib pajak menjadi terdorong dan dengan sukarela membayar pajak.

  JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018 Tax Amnesty juga membrikan

  kemudahan dan keringanan utang pajak, sehingga mampu membentuk paradigma baru mengenai perpajakan.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta analisis maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.

DAFTAR PUSTAKA

  Tingkat kepatuhan wajib pajak dapat diukur dengan wajib pajak yang menyampaikan kembali SPT (orang) . Hasil analisis yang menyampaikan SPT sebesar 64,263% untuk tahun 2016, meningkatkan 3,989 % dibandingkan dengan tahun 2015 (60,274 %). Hal ini disebabkan karena adanya program Tax

  Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis

  Penerapan e-Filing Terhadap Tingkat Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang pribadi Dengan Pelayanan Account Representative Sebagai Variabel Intervening Di Kota Palembang.

  Amalia, Rizki Fitri. 2016. Pengaruh

  • – Volume 15 Bulan Mei 2016. ISSN 20851375.

2. Wajib pajak yang memanfaatkan Tax

  Saran Tax Amnesty merupakan suatu terobosan

  : Untuk Apa dan Untuk Siapa? Ganda Ganda Hutasoit. 2017. Pengaruh

  Mahmud, Ferinton Artikel Jurnal Lentera Akuntansi Volume 2 No 1 dengan Judul Interest Single Digit (Target dua tahun Pemerintahan Jokowi- JK). Jakarta. Lentera (2012:4)

  74634-1-7 STMIK

  Desain 2017 ISBN: 978-602-

  Teknologi Informasi, Bisnis, dan

  Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kota Palembang.Akuntansi Politeknik PalComTech. Seminar Nasional

  Startegis, Tax Amnesty

  kebijakan di bidang perpajakan dalam upaya meningkatkan pendapatan negera dan kepatuhan wajib pajak untuk itu perlu adannya :

  Direktorat Jendral KEMENLU BEM REMA UPI. 2016. Kajian

  Amnesty .

  Amnesty sampai akhir tahun 2016

  sebesar 21,2626 % hal ini disebabkan masih kurangnya sosialisasi pemerintah kepada wajib pajak mengenai Tax Amnesty.

  3. Realisasi penerimaan pajak tahun 2016 sebesar 64,27 % mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2015 (67,76 %). Namun target ppajak tahun 2016 dinaikan dari tahun 2015 sebesar 1.294,258 trilyun menjadi 1.355,203 trilyun pada tahun 2016.

  • – Politeknik PalComTech, 12 Juli 2017.

  1. Perlu adanya sosialisai, penyuluhan langsung maupun tidak langsung kepada wajib pajak tentang peraturan perpajakan.

  2. Pelaksanaan kebijakan Tax Amnesty perlu diimbangi dengan dengan penegasan sanksi yanga dil bagi wajib pajak.

  JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 3 No. 1, Mei 2018 Ngadiman dan Huslin, Daniel. 2015.

  “Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty dan Sanksi Pajak (Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan)”.

  Jurnal Akuntansi, Vol. XIX, No. 2, Mei, hal. 225-241. Pratama, Margareth Ros. 2012.Analisis

  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Kewajiban Perpajakan di Kota Tangerang Selatan. Universitas Bina Nusantara. Jakarta.

  Ragimun. 2016. Analisis Implementasi

  Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Di Indonesia. Badan

  Kebijakan Fiskal Kemenkeu