ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DAN MODEL IMPLEMENTASI COMPETITIVE ADVANTAGE BAGI SUSTAINABILITY INDUSTRI PANDE BESI KECAMATAN KARANGLEWAS

  

Tema: 5 (Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM)

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DAN MODEL

  

IMPLEMENTASI COMPETITIVE ADVANTAGE BAGI

SUSTAINABILITY

INDUSTRI PANDE BESI

  

Oleh

Drs. I Wayan Mustika MSi AK; Drs. Sukirman MSiAK;

Drs. Saras Supeno, AK MSi.

  

"[Alamat Institusi]"

"[Alamat Email]"

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk memahami harga pokok produksi dan sustainability industri Pande Besi di desa Pasir Wetan dalam menghadapi pasar bebas Asia. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai adalah: 1) Untuk mengetahui harga pokok produksi industri pande besi 2). Untuk mengetahui competitive Advadtage bagi sustainability Pande Besi. 3) Untuk mengetahui implementasi Competitive Advantage bagi sustainability Pande Besi di kecamatan Karang Lewas.

  Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan model Luder (1992) pada pelaku bisnis industri Pande Besi. Pendekatan deskriptif kualitatif dilakukan dengan menjelaskan permasalahan yang ada pada objek penelitian dengan cara berpikir deduktif. Pengumpulan data dengan cara in-dept interview dan informannya sebagai sampel adalah pemilik dan / atau karyawan perajin pande besi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan hasil : 1) Perhitungan Harga Pokok Produksi sudah diperhitungkan secara layak. 2). Produk Pande Besi desa Pasir Wetan memiliki keunggulan komparatif. 3) Model Implementasi Competitive Advantage bagi

  

sustainability Pande Besi, adalah meningkatkan kemampuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

  jaringan informasi. Pada saat ini industri Pande Besi di desa Pasir Wetan masih memiliki daerah pemasaran lokal yaitu kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Nampaknya belum begitu siap untuk bersaing menghadapi pasar bebas Asia. Persaingan produk dengan produk yang berasal dari Kabupaten sekitarnya cukup ketat karena banyaknya pesaing yang sudah memiliki nama besar seperti produk yang sama dari Gumelem Banjarnegara. Masalah yang dihadapi usaha Pande Besi ini tidak bisa diatasi hanya oleh pengusaha sendiri. Diperlukan bantuan dari para ilmuwan dan pemerintah untuk melatih, mendampingi, dan memberikan berbagai fasilitas yang diperlukan.

  Kata Kunci: Harga pokok, Competitive Advantage, Sustainability Industri Pande Besi.

  ABSTRACT

  This study aims to understand the cost of production and sustainability of Pande Besi industry in Pasir Wetan village in the face of Asian free market. The specific objectives to be achieved are: 1) To know the cost of production of iron pande industry 2). To know competitive Advadtage for Pande Iron sustainability. 3) To know the implementation of Competitive Advantage for sustainability of Pande Besi in Pasir Wetan Village. This research uses Luder (1992) model on Pande Besi industrial business which is analyzed descriptively qualitative. Qualitative descriptive approach is done by describing and explaining the problems that exist in the object of research with deductive thinking. Data collection by way of in-dept interview and informant as sample is owner and / or employee of iron pande craftsman. Based on the results of research and discussion obtained results: 1) Calculation of Cost of Production has been calculated properly. 2). The Iron Pande product of Pasir Wetan village has a comparative advantage. 3) Competitive Advantage Implementation Model for sustainability of Iron Pande, is to improve the ability of science, technology, and information network. At this time Pande Besi industry in Pasir Wetan village still has local marketing area that is Banyumas district and its surroundings. It seems not yet ready to compete against the Asian free market. Competition of products with products from the surrounding regency is quite tight because of the many competitors who already have a big name like the same product from Gumelem Banjarnegara. The problems faced by Pande Besi business can not be solved only by the entrepreneurs themselves. It takes help from scientists and government to train, assist, and provide the necessary facilities.

  Keywords: Cost of goods, Competitive Advantage, Sustainability of Pande Iron Industry.

  PENDAHULUAN

  Peningkatan jumlah pendapatan dan perkembangan penduduk yang tinggi mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap produk baik berupa barang ataupun jasa. Kebutuhan baran dan jasa tersebut tidak dapat dipenuhi hanya oleh produksi di dalam negeri. Sebagian harus didatangkan dari negara lain. Sistem perdagangan dunia dewasa ini menganut sistem pasar bebas yang mengakibatkan tiap

  • – tiap negara harus membuka diri untuk melakukan perdagangan dengan negara lainnya.

  Meningkatnya teknologi informasi ikut mendukung dan memudahkan perdagangan antar negara. Kemudahan tersebut hampir dalam semua aspek pedagangan seperti pelaksanaan promosi penjualan, negosiasi jual beli, pembayaran dan pengiriman barang. Semua dapat dilakukan dengan lebih mudah dan juga lebih murah.

  Secara teoritis perdagangan bebas diyakini akan dapat menciptakan kemakmuran bagi negara-negara yang mengikutinya. Setidaknya ada tiga keuntungan dari perdagangan antar negara yaitu : (1). Perdagangan meningkatkan spesialisai. (2) Perdagangan bebas meningkatkan efficiency karena meningkatnya kompetisi. (3). Perdagangan bebas membuka investasi asing atau impor teknologi sehingga proses produksi dan proses pemenuhan kebutuhan masyarakat menjadi lebih efesien.

  Perdagangan bebas dapat diterapkan suatu negara melalui suatu perjanjian yang isi perjanjiannya telah disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian tersebut, dan salah satu bentuk perjanjian internasional terkait perdagangan bebas yang dilakukan Indonesia adalah ACFTA. ACFTA atau ASEAN-CHINA Free Trade Agreement adalah sebuah perjanjian perdagangan bebas di antara negara-negara anggota ASEAN dan Cina.

  Kerangka kerjasama ini disepakati dan ditandatangani di Phnom Penh, Cambodia, pada 4 November 2002. Berdasar perjanjian tersebut, negara-negara anggota ASEAN dan Cina terbebas dari pajak atas 7.000 kategori komoditi mulai 1 Juli 2005 dan memberikan status bebas bea bagi semua komoditi tersebut dalam perdagangan bilateral pada 2010.

  ACFTA akan membuat biaya transaksi perdagangan menjadi lebih murah karena hambatan-hambatan tarif perdagangan antar negara dibebaskan. Sementara itu efisiensi ekonomi semakin meningkat karena meningkatnya permintaan dari negara lain. Dengan demikian dapat menjadikan kawasan ASEAN dan China memiliki daya tarik yang tinggi sebagai tujuan investasi dan perdagangan. Bagi ASEAN, ACFTA berguna untuk mengurangi ancaman pertumbuhan perekonomian China yang sangat pesat dan agresif. Banyak perusahaan-perusahan internasional begitu khawatir dengan China karena kemampuan meniru teknologi yang tinggi dengan biaya yang jauh lebih murah, sehingga mereka akhirnya bekerja sama dan mau mendirikan perusahaannya di China.

  Perajin pande besi di Karang Lewas mampu membuat berbagai ragam produk dengan bentuk dan model apa pun sesuai dengan pesanan. Selama ini, para perajin tidak biasa menampilkan sebagai barang ''made in Pasir'', meski secara kualitas sebenarnya mampu bersaing di pasaran internasional. Untuk bisa mengarah menjadi industri besar modalnya tentu harus besar. Saat ini belum ada yang mampu. Yang penting barang yang sudah memiliki kualitas yang tinggi. Industri kerajinan logam yang ada di daerah Karang Lewas sering mendapat order dari daerah lain,

  Walaupun belum ada marketing secara modern, hanya dari promosi mulut ke mulut, pemasarannya sudah sampai keluar Pulau Jawa. Antara lain ke Kalimantan, Jambi, dan Riau. Untuk di daerah Purwokerto sendiri, pemasarannya biasanya dilakukan pada hari Sabtu melalui tengkulak di Sokaraja. Harganya berfariasi tergantung lama prosesnya dan besar-kecilnya barang yang diproduksinya. . Ada juga permintaan dari perusahaan di Indramayu yang dipoles lebih lanjut untuk ekspor ke Eropa. Perajin di sini tetap merasa diuntungkan, karena selalu ada order. Barang dibuat setengah jadi, kemudian oleh pemesan dipoles menjadi barang jadi untuk diekspor.

  Penelitian ini memiliki berbagai tujuan sebagai berikut: (1). Untuk mengetahui apakah perhitungan harga pokok produksi industri sudah memadai secara akuntansi keuangan. (2). Untuk mengetahui pemahaman Competitive Advantage bagi sustainability Industri Pande Besi di di desa Pasir Wetan Kecamatan Karang Lewas pemetaan UMKM. (3). Untuk mengetahui implementasi Competitive Advantage bagi sustainability Industri Pande Besi di desa Pasir Wetan Kecamatan Karang Lewas.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilakukan pada industry Pande besi di Kecamatan Karang Lewas. Pemilihan lokasi tersebut dengan alasan bahwa daerah tersebut mempunyai jumlah usaha pande besi yang sangat besar, bahkan mungkin yang terbesar di kabupaten banyumas. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif yang dilakukan secara obyektif. Pendekatan deskriptif kualitatif dilakukan dengan menggambarkan dan menjelaskan secara jelas permasalahan yang ada pada obyek penelitian dengan cara berfikir deduktif pada akhir dilakukan perbandingan dengan teori- teori yang berhubungan. Penelitian ini meringkas kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian. Penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara yang mendalam. Metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi yang sifatnya lebih mendalam.

  Obyek penelitian ini adalah analisis harga pokok produksi dan aspek pemahaman dan implementasi Competitive Advantage dalam pemberlakuan ACFTA bagi sustainability Usaha pande besi di desa Pasir Wetan Kecamatan Karang Lewas. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan pengumpulan data primer yang secara langsung dikumpulkan sendiri oleh peneliti dilapangan dengan in-dept interview pemilik usaha dan karyawan ysng bekerja pada usaha pande besi tersebut.

  Metode analisis data dengan menggunakan reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi, dengan teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan metode triangulasi. Metode analisis data yang digunakan yaitu Metode analisis deskriptif dan Matriks Analisis Kebijakan. Metode analisis Policy Analysis Matrix (PAM) yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu PAM Single Period.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Produk pande besi sangat dibutuhkan masyarakat. Di setiap rumah pasti ditemukan berbagai produk pande besi. Produk tersebut bermacam-macam mulai dari pisau dapur, golok daging, golok untuk kerja di kebun, sabit, cangkul, dan lain-lain peralatan rumah tangga. Hingga sampai produk cindra mata atau berbagai jenis pusaka yang bernilai seni tinggi sebagai peninggalan budaya adiluhung nenek moyang.

  Jika di masa lalu berbagai senjata tersebut diduganakan untuk peralatan perang ataupun bela diri, maka di jaman damai seperti sekarang ini senjata – sejata tersebut dimanfaatkan untuk bekerja di hutan, ladang, sawah, pertukangan atau untuk peralatan rumah tangga. Namun ada pula yang dimanfaatkan menjadi cindra mata atau produk seni yang bernilai tinggi.Dimana saat ini produk tersebut banyak diminati wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

  Keberadaan pande besi di kecamatan Karang Lewas, sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Banyumas. Konon keberadaanya itu tidak lepas dari sejarah leluhurnya yang dimulai pada masa perjuangan. Pada masa itu Pasir Wetan menjadi pusatnya para empu dan pande besi, yang memasok senjata saat perang Diponegoro. Kyai Nurhakim adalah seorang pejuang dan ulama dari Surakarta Hadiningrat yang diutus oleh Pangeran Diponegoro untuk menggalang kekuatan di daerah Astana Pasir. Demikian menurut ceritra turun temurun di Desa Pasir Wetan.

  Keahlian para empu itulah yang secara turun-temurun diwariskan oleh generasi penerusnya sampai saat ini.Pande besi yang awalnya untuk memenuhi kebutuhan senjata, kini menjadi sumber penghidupan para perajinnya. Produk yang dihasilkanpun beragam sesuai pesanannya, dengan proses pembuatan yang dimulai dari pemilihan bahan besi baja. Kemudian besi dibakar ditungku menggunakan arang hingga besi membara, selanjutnya dibentuk sesuai pesanan dengan cara ditempa menggunakan palu. Hingga proses akhir dimana produk siap untuk diberi merek dan dikemas. Tabel 1 : Harga Pokok Produksi dan Laba

  Golok Sabit Cangkul Pisau Lading Harga jual 50000 65000 85000 25000 Harga pokok produksi 29200 37720 47800 14325 Laba (rp) 20800 27280 37200 10675 Lapa (%) 41,60 41,97 43,76 42,70

  Walaupun perajin pande besi tidak melaksanakan akuntansi, namun ternyata di dalam menghitung harga pokok sudah dilakukan dengan cukup memadai yaitu : (1) unsur-unsur biaya sudah dipahami hanya penyusutan peralatan yang belum dihitung dengan baik, (2) pengakuan masing masing unsur biaya telah dilakukan secara layak, dan (3). Rata-rata laba yang diperoleh adalah lebih dari 40 %. Margin laba yang tergolong tinggi ini adalah wajar mengingat skala usaha pande besi rata-rata relatif kecil. Sehingga laba yang diperoleh cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kebanyakan anak-anak perajin pande besi sekarang tidak mau meneruskan usaha ayahnya sekarang dan berpindah ke bidang lainnya.

  Walaupun perajin pande besi tidak melaksanakan akuntansi, namun ternyata di dalam menghitung harga pokok sudah dilakukan dengan baik antara lain : (1) Identifikasi biaya sudah memadai, (2) pengakuan telah dilakukan secara layak, dan (3). Tidak ada komponen biaya yang tidak dihitung.

  Melihat sejarah panjang dari industri Pande Besi di Indonesia, besar kemungkinannya negara indonesia memiliki comparative advantage dalam industri Pande Besi dibandingkan dengan negara lainnya. Banyaknya tenaga-tenaga yang telah memiliki warisan keakhlian yang bersfat turun

  • – temurun baik dalam bidang pemilihan bahan, membuat disain, keakhlian penyepuhan dan pemasarannya. Kompetensi yang tinggi dalam industri ini banyak dimiliki oleh tenaga-tenaga asli indonesia.

  Kekhasan produk pande besi desa di daerah jawa tengah pada dasarnya adalah penyepuhannya. Penyepuhan sesuai istilahnya (sepuh = tua) adalah proses meningkatkan kualitas baja dengan teknik tertentu sehingga menjadi lebih tua (berlipat kekerasannya), sehingga senjata menjadi sangat tajam dan ketajamannya bertahan sangat lama. Hal ini yang belum bisa disamai oleh produk senjata tajam modern buatan pabrik dengan bahan stainless still. Beberapa produk pande besi seperti pisau lading, golok, bendo, sabit, kapak dan lain-lain belum bisa digantikan oelh produk modern.

  Mengingat kekhasan produk pande besi seperti tersebut di atas, memungkinkan Indonesia memiliki keunggulan kompatratif dalam bidang ini. Metode analisis Policy Analysis Matrix (PAM) yang digunakan untuk mengukur comparative advantage dalam industri Pande Besi, memperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 2 : Policy Analysis Matrix (PAM) untuk mengukur Comparative Advantage industri Pande Besi di Desa Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas.

  Biaya Uraian Penerimaan Biaya input Biaya Faktor Profit domestik

Tradable

  Harga Pripat 19,647,266 11,567,492 1,534,516 8,079,773 Harga social 16,460,938 11,567,492 1,534,516 3,358,930 Sumber data : Data primer diolah.

  PCR = 0,1899 DRCR = 0,3136 Profit Harga Sosial (PHS) menunjukkan keuntungan sosial yang dimiliki suatu produk.

  Diperoleh dengan mengurangkan pendapatan dengan biaya yang terdiri dari dua jenis yaitu biaya yang diperdagangan dan biaya faktor domestik yang nontradable. Dengan demikian PHS menunjukkan keuantungan secara sosial suatu produk tertentu. Sehingga apabila bernilai positif maka produk tersebut memiliki keunggulan komparatif, sebaliknya jika bernialai negatif berarti produk tersebut tidak meiliki keunggulan komparatif. Dalam tabel 2 di atas Profit Harga Sosial bernilai Rp. 3,358,930,- lebih besar dari nol sehingga berarti industri Pande Besi memiliki keunggulan komparatif.

  Private Cost Ratio (PCR) menunjukkan keuntungan sosial yang dimiliki suatu produk

  dilihat dari manfaat sosial produk tersebut dibanding dengan pengorbanan biaya aktual yang diperdagangkan. Skala nilai PCR adalah dari -1 sampai dengan 1. Apabila manfaat ini bernilai positif maka maka produk tersebut memiliki keunggulan komparatif, sebaliknya jika bernialai negatif berarti produk tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif. Private Cost Ratio (PCR) bernilai : 0,1899, karena lebih besar dari nol (positif) maka berarti ada keunggulan komparatif.

  Analisis efisiensi ekonomik atau keunggulan komparatif dengan indikator Domestik Resource Cost Ratio ( DRCR). Apabila nilai DRCR < 1 menunjukan usaha Pande Besi efisien atau menguntungkan secara ekonomis dalam pemanfaatan sumberdaya domestik. Namun apabila DRCR > 1 menunjukan kegiatan tersebut tidak efisien. Hasil perhitungan mendapatkan DRCR memperoleh hasil : 0,3136. Ini berarti ada keunggulan komparatif.

  Ketiga indikator keunggulan kompatratif yang digunakan PHS, PCR, dan DRCR menghasilkan bahwa produk Pande Besi memiliki keunggulan komperatif. Hal ini tidak serta merta berarti bahwa kita paling unggul dalam industri Pande Besi dibandingkan negara atau daerah lainnya. Harus dipahami dengan baik substansi dari comparative advantage.

  3 12 Inovasi dalam disain produk.

  2

  2

  9 Memanfaatkan jejaring sosial untuk perluasan pasar

  1.88

  2

  2

  10 Promosi melalui iklan

  1.81

  2

  2

  11 Promosi Penjualan pada event-event social

  2.44

  2

  2.63

  8 Membangun Jaringan wilayah pemasaran

  2

  2

  13 Inovasi dalam disain model terbaru

  2.38

  2

  2 14 Inovasi dalam manajemen biaya.

  2.06

  2

  2 15 Inovasi dalam pemasaran produk.

  2.75

  2

  2 RR Rata-rata

  2.27

  2.00

  1.88

  2

  Dalam rangka mempertahankan mempertahankan keunggulan bersaing dan eberlangsungan usaha pada penelitian ini dilihat dari 15 item seperti tampak dalam tabel 3. Berdasarkan survei yang dilakukan ternyata persepsi responden untuk item-items tersebut dirasakan masih kurang dan belum maksimal.

  2

  Tabel 3. Ukuran Gejala Pusat (Mean, Median, Mode) Sustainable Industri Pande Besi di Desa Pasir Kecamatan Karanglewas.

  Sumber data : Data primer diolah.

  Ukuran gejala pusat adalah gejala memusatnya data yang merupakan kecendrungan umum dari persepsi responden atas permasalahan sustainable industri Pande Besi yang dihadapi yang diukur dalam 15 items tersebut. Gejala pusat dapat dilihat dari Mean, Median dan Mode. Pada berbagai kasus ketiga ukuran ini bisa sangat berbeda, terutama apabila data berdistribusi tidak

  

Notasi Keterangan Mean Median Modus

  1 Disain produk

  1.94

  2

  2

  2 Standardisasi produk

  2.75

  2

  1

  3 Pengembangan disain produk

  2.06

  2

  2

  4 Keberanian bersaing dengan produk luar

  2.19

  2

  3

  5 Mendapatkan dukungan dan fasilitas dari pemerintah

  2.81

  2

  2

  6 Strategi Harga

  2.25

  2

  2

  7 Strategi Segmen Pasar

  2.25

  2.07 normal. Dalam kasus industri Pande Besi ketiga ukuran gejala pusat relatif tidak berbeda sehingga dapat dikatakan salah satu dari ukuran tersebut dapat sebagai indikator gejala pusat.

  Mean pada masing-masing item berkisar pada angka dua pada skala likert (1,2,3,4,5) ini berarti rata-rata responden memiliki persepsi bahwa dalam rangka sustainable produk Pande Besi, dirasakan bahwa strategi usaha yang dilakukan belum begitu baik atau bahkan masih kurang. Ini menunjukkan kondisi yang tidak siap dalam rangka menghadapi pasar bebas Asia.

  6 Strategi Harga 0,00 0,00 25,00 66,67 8,33

  Agar usaha Pande Besi sangup untuk bersaing dipasar bebas. Maka perlu dilakukan strategi implementasi yang mengarah kepada mempertahankan comparative Advantage, serta terus mempertahankannya di masa depan secara berkelanjutan (sustainable). Untuk keperluan tersebut maka item-item yang belum mencapai setidaknya skor 4 (tindakan yang memadai) harus diupayakan untuk ditingkatkan mecapai kondisi memadai tersebut.

  15 Inovasi dalam pemasaran produk. 0,00 25,00 41,67 33,33 0,00 Sumber data : Data primer diolah.

  14 Inovasi dalam manajemen biaya. 0,00 0,00 50,00 50,00 0,00

  13 Inovasi dalam disain model terbaru 0,00 25,00 41,67 33,33 0,00

  12 Inovasi dalam disain produk. 0,00 25,00 33,33 41,67 0,00

  11 Promosi Penjualan pada event-event social 8,33 25,00 41,67 25,00 0,00

  10 Promosi melalui iklan 0,00 0,00 33,33 66,67 0,00

  9 Memanfaatkan jejaring sosial utk pemasaran 0,00 0,00 33,33 50,00 16,67

  8 Membangun Jaringan wilayah pemasaran 0,00 33,33 25,00 41,67 0,00

  7 Strategi Segmen Pasar 0,00 0,00 58,33 33,33 8,33

  5 Dukungan dan fasilitas dari pemerintah 0,00 0,00 33,33 50,00 16,67

  Tabel 4 Proporsi Frekuensi Jawaban Responden tentang Sustainable Industri Pande Besi di Desa Pasir Kecamatan Karanglewas dalam skala Likert (1,2,3,4,5)

  4 Keberanian bersaing dengan produk luar 0,00 25,00 41,67 33,33 0,00

  3 Pengembangan disain produk 0,00 25,00 41,67 33,33 0,00

  2 Standardisasi produk 0,00 25,00 33,33 41,67 0,00

  1 Disain produk 8,33 8,33 41,67 41,67 0,00

  1

  2

  3

  4

  5

  Skor

  No Keterangan

  Dalam suatu industri disamping adanya persaingan antar pengusaha, biasanya ada pula tindakan saling meniru diantara mereka. Kalau para pesaing utama biasanya berusaha dengan segala upaya untuk melampaui pemimpin pasar, maka para pengikut pasar biasanya berusaha meniru pemimpin pasar. Oleh karena itu pada kondisi usaha Pande Besi diasumsikan proporsi frekuensi 25% pada skor 4 dan / atau 5 sudah dapat dianggap memadai sehingga tidak terlalu mendesak untuk dilakukan, karena adanya perilaku melampaui dan perilaku meniru tindakan pemimpin pasar, Sehubungan dengan hal itu maka tindakan yang masih sangat mendesak untuk ditingkatkan ada 7 item antara lain :

1. Disain produk 2.

  Mendapatkan dukungan dan fasilitas dari pemerintah 3. Strategi Harga 4. Strategi Segmen Pasar 5. Memanfaatkan jejaring sosial untuk perluasan pasar 6. Promosi melalui iklan 7. Inovasi dalam manajemen biaya.

  Dalam rangka mencapai hal tersebut kesadaran dan kemampuan dari para pengusaha Pande Besi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemampuan mendapatkan informasi, serta perubahan tata nilai budaya yang memotivasi pengusaha untuk selalu maju dan berkembang.

  Pengusaha tidak dapat melakukan hal tersebut sendiri. Perlu bantuan dari para ilmuwan, peneliti dan pemerintah untuk memberikan bantuan pendidikan, pelatihan, sosialisasi dan pendampingan dari para ilmuwan dan peneliti, serta bantuan permodalan, teknologi, fasilitas, dari pemerintah.

  KESIMPULAN 1.

  Perhitungan harga pokok produksi sudah dilakukan dengan cukup memadai. Walaupun belum melaksanakan akuntansi namun perajin pande besi telah mampu menetapkan harga barang dan jasa dengan harga yang layak sehingga mendapatkan keuntungan yang memadai.

  2. Pada saat ini usaha Pande Besi di Desa Pasir Kecamatan Karanglewas masih memiliki

  Competitive Advantage terhadap produk luar. Tradisi yang telah berlangsung demikian lama

  bertahan sampai saat ini menyisakan keakhlian yang tinggi dan tradisi yang kuat sebagai komunitas yang tetap mencintai produk dan jasa yang disediakan Pande Besi.

  

3. Model Implementasi Competitive Advantage bagi sustainability UMKM Pande Besi di

  Wilayah Kecamatan Karanglewas yang sangat mendesak untuk dilakukan adalah meningkatkan kemampuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan jaringan informasi bagi para pengusaha Pande Besi agar mereka memiliki kemampuan kewirausahaan, pengelolaan organisasi dan pengelolaan usaha yang memiliki kinerja tinggi yang mampu bersaing di pasar Asia.

DAFTAR PUSTAKA

  Ball, Donald. et al. 2009. International Business: The Challenge of Global Competition. New York: McGraw-Hill. Chapter 3: Theories of International Trade and Investment.

  Chirathvat, S. 2002. ASEAN-China Free Trade Area: background, implications and future

  development . Journal of Asian Economics

  Daniels, John D. Lee H. Radebaugh & Daniel P. Sullivan. 2007. International Business:

  Environment and Operations . New Jersey: Pearson Prentice Hall. Chapter 6: International

  Trade and Factor Mobility Theory Ibrahim, Permata, M.I., Wibowo, W.A. 2010. Dampak Pelaksanaan ACFTA terhadap

  

Perdagangan Internasional Indonesia . Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 13

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

  R Ajami, K Cool, GJ Goodrad, D Khambata. 2006. International Busniess: Theories and Practice,

  2nd edition . New York: M.E. Sharpe Inc. Chapter 3: Theories of Trade and Economic

  Development Widarjono, Agus. 2005. Ekonometrika : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta

  : Ekonisia Fakultas Ekonomi UII diakses 6 oktober 2014 akses 6 oktober 2014 akses 6 oktober 2014 diakses 6 oktober 2014,