KAJIAN TINGKAT KOMPETENSI MAHASISWA DALAM MENERAPKAN MODEL TECHNOPRENUERSHIP AGROBISNIS

  

Tema: 5 (Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM)

KAJIAN TINGKAT KOMPETENSI MAHASISWA

DALAM MENERAPKAN MODEL TECHNOPRENUERSHIP

AGROBISNIS

  

Oleh

Sri Widarni, Agus Sutanto

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, UNSOED

sriwidarni@yahoo.co.id

ABSTRAK

  Agrobisnis merupakan pilihan strategis sebagai sumber produk primer pertanian yang dapat mendukung serta menguatkan ketahanan pangan nasional. Sumberdaya manusia sektor pertanian bisa ditingkatkan kualitasnya melalui kontribusi program studi yang mendukung sektor pertanian. Implementasi technopreneurship bidang agrobisnis sangat diperlukan untuk mencapai kompetensi lulusan seperti yang diharapkan dari visi program studi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model dan tingkat kompetensi mahasiswa dalam mengimplementasikan teknoprenership bidang agrobisnis. Metode penelitian yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Metode action research dengan melakukan demplot dan 2) Metode deep interview ke kelompok sasaran, dengan sasaran penelitian mahasiswa Program Studi DIII Agrobisnis angkatan 2015/2016. Sistem pengambilan sampel dengan menggunakan Simple Random Sampling. Variabel yang diamati meliputi variabel kualitatif dan variabel kuantitatif, yaitu kapabilitas atau kemampuan mahasiswa dalam implementasi teknologi technopreneurship, motivasi, hasil fisik penerapan teknologi, serta kompetensinya. Analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis finansial. Model implementasi technoprenuership agrobisnis yang dilakukan mahasiswa adalah menerapkan usahatani sayuran ramah lingkungan dengan aplikasi penggunaan pupuk hayati mikorisa serta biopestisida Bio P60. Tingkat kemampuan mahasiswa dalam aplikasi kedua jenis teknologi sebesar 23,41% dengan capaian kompetensi masing-masing untuk aplikasi pupuk hayati mikorisa 28,51 % dan Bio P60 20,00 %.

  Kata kunci: Technopreneurship, agrobisnis, kompetensi mahasiswa ABSTRACT

Agribusinesses are potential choices as primary sources of agricultural products supporting

national food savety. The quality of human resources in agricultural sector might be improved

through the contribution of study programs supporting agricultural sectors. Implementation of

technopreneurship in the field of agribusinesses is necessary to achieve the graduate competency

as expected in the the study program vision. This research aims to understand the model and

student competence levels in implementing technopreneurship in the field of agribusinesses. The

methods used are 1) action researches by experiment plot and 2) deep interview to the target

group. The research target is the thirth year students of Agribusiness study program of Unsoed.

The observed variables contain qualitative and quantitative variable, i.e., student capabilities in

implementing technopreneurship, motivation, products of technological applications, and student

competencies. Data are analyzed using descriptive and financial analysis. The model of

implementation of agribusiness technoprenuership conducted by the students is to apply

environmentally friendly vegetable farming with the use of bioretic mycorrhizal as well as

biopesticide Bio P60. The level of students' ability in the application of both types is 23.41% with

  

the competence of using microorganisms bio-fertilizer is 28.51% while the use of Bio P60 is

20.00%. Keywords: technopreneurship, agribusiness, students' competency PENDAHULUAN

  Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang diprioritaskan dalam pembangunan nasional Indonesia. Hal ini sangat disadari oleh pemerintah bahwa sebagi an besar masyarakatnya beraktivitas serta bermatapencaharian di sektor ini.

  Potensi dan peluang yang mendukung kemajuan pertanian Indonesia cukup besar, terutama sumberdaya alam, sumberdaya manusia serta keberagamannya. Menurut Subejo, dkk., (2014), sumberdaya lahan dan air merupakan pilar kedua di dalam mencapai kedaulatan pangan nasional, pengelolaan dan pemanfaatan lahan belum secara keseluruhan mencapai optimalisasinya. Lahan potensial terdiri dari lahan kering dan lahan basah yang membentang dari pantai sampai pegunungan. Lahan-lahan tersebut memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan produk-produk primer pertanian. Banyak produk-produk yang bernilai strategis dihasilkan pada sektor ini, terutama produk pangan. Agrobisnis merupakan pilihan strategis sebagai sumber produk primer pertanian yang dapat mendukung, menguatkan serta terciptanya ketahanan pangan nasional. Di samping itu agrobisnis juga mampu menyerap tenaga kerja cukup besar. Namun sampai saat ini Indonesia belum mampu sepenuhnya untuk mencapai ketahanan pangan dan kemandirian pangan. Banyak kendala yang dihadapi serta permasalahan yang krusial di tingkat usahatani yaitu ; 1) sempitnya lahan usaha, 2) profil petani cenderung masih tradisional dengan umur yang relatif tua,tingkat pendidikan rendah, kurang inovatif dan sulit menerima teknologi baru, 3) belum terintegrasinya antara lembaga pendidikan tinggi sebagai pencetak kaum muda intelektual dengan dunia kerja serta 4) profesionalisme dan kompetensi lulusan pertanian masih rendah.

  Sumberdaya Manusia sektor pertanian selayaknya diperbaiki kualitasnya sehingga kontribusinya bisa meningkat dalam rangka mencapai kemandirian pangan. Oleh karena itu peran program studi sangat menentukan terhadap kompetensi lulusan.

  Penelitian ini merupakan penelitian Riset Peningkatan Kompetensi, tindak lanjut dari riset Institusional tahap 1, 2 dan 3. Berdasarkan road map penelitian yang sudah disusun, penelitian ini merupakan rangkaian penelitian dari yang sudah dilakukan yaitu tahap I tahun ke-1, tahun ke-2 dan tahun ke-3. Pada penelitian yang lalu sasaran penelitian adalah pihak eksternal program studi yaitu pengenalan dan penguatan kelompok tani dalam melakukan usahatani berbasis pangan organik. Sedangkan penelitian ini sasaran utamanya adalah penguatan kompetensi mahasiswa bidang agrobisnis dalam menerapkan teknologi tepat guna yang telah diciptakan oleh para peneliti fakultas pertanian melalui action research.

  Berikut ini merupakan hal-hal yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini:

  1. Bagaimana model implementasi technoprenuership agrobisnis yang dilakukan mahasiswa Prodi D3 Agrobisnis.

  2. Bagaimana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan technoprenuership agrobisnis.

  3. Bagaimana capaikan kompetensi mahasiswa Prodi D3 Agrobisnis dalam mengimplementasikan 2 jenis teknologi yaitu pupuk hayati mikorisa dan biopestisida Bio P60 pada model technoprenuership agrobisnis

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) model implementasi technoprenuership agrobisnis yang dilakukan mahasiswa Prodi D3 Agrobisnis, 2) tingkat kemampuan mahasiswa dalam menerapkan technoprenuership agrobisnis, dan 3) capaikan kompetensi mahasiswa Prodi D3 Agrobisnis dalam mengimplementasikan 2 jenis teknologi yaitu pupuk hayati mikorisa dan biopestisida Bio P60 pada model technoprenuership agrobisnis

METODE PENELITIAN

  Ada dua metode penelitian yang digunakan yaitu 1) Metode action research dengan melakukan demplot dan 2) Metode deep interview ke kelompok sasaran.

  Variabel dan Pengukuran

  Variabel penelitian yang diamati yaitu yang terkait dengan model aplikasi technoprenuership adalah : jenis dan standar input faktor dalam demplot yang terdiri dari bibit, pupuk, pestida, sistem budidaya serta hasil, baik fisik maupun ekonomis. Sedangkan variabel yang terkait dengan kompetensi mahasiswa di bidang agrobisnis yaitu dengan melakukan pre-test, pembekalan materi serta post-test, mengenai sikap, motivasi serta ketertarikan. Strandar kompetensi diukur dari aspek teknis, aspek sosial dan aspek ekonomis.

  Komponen pembentuk kompetensi mahasiswa yang terkait dengan implementasi technopreneurship di bidang agribisnis adalah kemampuan mengaplikasikan teknologi yang sesuai dengan standar, yaitu kemampuan membuat pembibitan atau pembenihan, kemampuan menanam dan memelihara, panen dan pasca panen. Sedangkan kemampuan social yang terkait dengan kompetensi yaitu tingkat kerjasama, komunikasi dan diskusi. Kemampuan ekonomis indikatornya yaitu mampu membuat data akuntansi, analisis biaya pendapatan serta analisis pasar.

  Analisis Data

  Data dan variabel yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis tabuler, diskripsi, serta uji beda. Uji validitas dan reabilitas digunakan untuk mengukur kuisioner sebagai instrument pengukuran untuk data kualitatif. Menurut Singarimbun dan Efendi, 1995, Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Untuk menghitung validitas dari sebuah instrument dapat menggunakan rumus korelasi produk moment atau disebut juga dengan korelasi pearson.

  Analisis deskriptif merupakan analisis yang menggunakan statistik deskriptif, menurut Sugiono (2014), Statistik deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau member gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Hasil penelitian yang terkait dengan tujuan satu yaitu tentang model implementasi technopreneurship bidang agrobisnis yang dilakukan mahasiswa yaitu demplot melalui usahatani tanaman sayuran yang ramah lingkungan dengan mengaplikasikan teknologi pupuk hayati mikoriza dan penggunaan biopestisida BIO-P60. Adapun tahapan pelaksanaan model ini yaitu:

  1. Rekruitmen mahasiswa

  2. Pre-test

  3. Pembekalan dan pelatihan pembuatan pupuk hayati mikoriza dan pengenalan biopestisida BIO-P60

  4. Implementasi pupuk mikoriza dan biopestisida BIO-P60 pada tanaman sayuran hortikultura

  5. Panen

  6. Pasca panen

  7. Post-test Hasil penelitian yang terkait dengan aplikasi penggunaan pupuk hayati mikoriza dan pestisida nabati Bio P 60 pada usahatani tanaman sayuran ramah lingkungan yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa program studi D3 Agrobisnis selengkapnya tersaji pada gambar 1.

  Gambar 1. Diagram perbandingan hasil jawaban mengenai pemahaman aplikasi pupuk hayati mikoriza dan biopestisida BIO-P60 sesudah dan sebelum implementasi terhadap 10 poin pertaanyaan yang terkait dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza dan Bio P 60. Adapun 10 poin pertanyaan itu terkait dengan pemahaman tentang pupuk mikoriza dan biopestisida BIO-P60, fungsi dan kegunaannya, aplikasi penggunaannya, cara pembuatannya, aplikasinya, serta kombinasi kedua teknologi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi pengingkatan fungsi dan kegunaan, aplikasi penggunaan, cara pembuatan, serta kombinasi kedua teknologi sebesar 23,41% pada saat sebelum dan sesudah aplikasi. Sebaliknya telah terjadi penurunan terhadap jawaban yang salah tentang fungsi dan kegunaan, aplikasi penggunaan, cara pembuatan, serta kombinasi kedua teknologi sebesar 23,41%. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang kedua.

  Berdasarkan diagram pada gambar 1 menunjukkan bahwa tingkat kompetensi mahasiswa terhadap implementasi aplikasi teknologi pupuk hayati mikorisa dan Bio P60 sebelum dan setelah aplikasi meningkat 23,41 %. Berdasarkan diagram pada gambar 1 seperti di atas sebelum aplikasi tingkat kompetensinya 56,59 % dan setelah aplikasi menjadi 80,00 %. Sebaliknya berdasarkan diagram tersebut juga menunjukkan adanya penurunan inkompetensi sebesar 23,41 %, artinya telah terjadi perubahan pemahaman mahasiswa terkait dengan fungsi dan kegunaan pupuk hayati mikorisa dan Bio P60. Hasil ini sesuai dengan tujuan dan visi program studi D3 Agrobisnis serta dukungan dari dokumen akademik program studi khususnya penyusunan kurikulum yang berbasis kompetensi. Sebelum aplikasi kedua teknologi pupuk dan pestisida nabati, tingkat pemahaman mahasiswa sudah mencapai 56,59 %.

  Gambar 2. Diagram perbandingan hasil jawaban mengenai pemahaman aplikasi pupuk hayati mikoriza sesudah dan sebelum implementasi terhadap 5 poin pertaanyaan yang terkait dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza. Adapun 5 poin pertanyaan itu terkait dengan pemahaman tentang pupuk mikoriza, fungsi dan kegunaannya, aplikasi penggunaannya, cara pembuatannya, aplikasinya, serta kombinasi kedua teknologi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi pengingkatan kompetensi sebesar 28,51% pada saat sebelum dan sesudah aplikasi. Sebaliknya telah terjadi penurunan terhadap jawaban yang salah tentang kompetensi sebesar 28,51%.

  Tingkat kompetensi mahasiswa terhadap implementasi aplikasi teknologi pupuk hayati mikorisa sebelum dan setelah aplikasi meningkat 28,51 %. Berdasarkan diagram pada gambar 2 seperti di atas sebelum aplikasi tingkat kompetensinya 60,43 % dan setelah aplikasi menjadi 88,94 %. Sebaliknya berdasarkan diagram tersebut juga menunjukkan adanya penurunan inkompetensi sebesar 28,51 %, artinya telah terjadi perubahan pemahaman mahasiswa terkait dengan fungsi dan kegunaan pupuk hayati mikorisa. Berdasarkan hasil ini, memberi gambaran bahwa proses pelatihan dan pembuatan pupuk hayati yang telah dilakukan oleh mahasiswa berfungsi secara efektif.

  Gambar 3. Diagram perbandingan hasil jawaban tiap komponen 5 pertanyaan yang terkait dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza sesudah dan sebelum implementasi menunjukkan bahwa:

  1. Pemahaman tentang pupuk hayati mikoriza naik sebesar 55,32%

  2. Pemahaman tentang fungsi pupuk mikoriza naik sebesar 8,51%

  3. Pemahaman tentang cara pembuatan pupuk mikoriza naik sebesar 6,53%

  4. Pemahaman tentang aplikasi pupuk hayati mikoriza naik sebesar 61,7%

  5. Pemahaman tentang penggunaan pupuk mikoriza dengan biopestisida naik sebesar 10,4%

  6. Berdasarkan kenaikan ini terjadi penurunan jawaban yang salah terhadap masing- masing komponen pertanyaan ini Tingkat kompetensi mahasiswa terhadap implementasi aplikasi teknologi pupuk hayati mikorisa tiap komponen pertanyaan mengenai pemahaman aplikasi pupuk hayati mikorisa sebelum dan setelah aplikasi menunjukkan peningkatan yaitu ; untuk pertanyaan 1 meningkat sebesar 55,32 %, pertanyaan 2 meningkat sebesar 8,51 %, pertanyaan 3 meningkat sebesar 6,38 %, pertanyaan 4 meningkat sebesar 61,70 % serta pertanyaan 5 meningkat sebesar 10,64 %. Berdasarkan diagram pada gambar 3 seperti di atas juga menunjukkan adanya menurunan inkompetensinya, artinya telah terjadi perubahan pemahaman mahasiswa terkait dengan fungsi dan kegunaan pupuk hayati mikorisa berdasarkan item dan nomor pertanyaannya pada form pre-test dan post-tesnya.

  Gambar 4. Diagram perbandingan hasil jawaban mengenai pemahaman aplikasi biopestisida BIO- P60 sesudah dan sebelum implementasi terhadap 5 poin pertaanyaan yang terkait dengan aplikasi biopestisida BIO-P60.

  Adapun 5 poin pertanyaan itu terkait dengan pemahaman tentang BIO-P60, fungsi dan kegunaannya, aplikasi penggunaannya, cara pembuatannya, aplikasinya, serta kombinasi kedua teknologi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi pengingkatan kompetensi sebesar 20% pada saat sebelum dan sesudah aplikasi. Sebaliknya telah terjadi penurunan terhadap jawaban yang salah tentang kompetensi sebesar 20%. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang kedua.

  Tingkat kompetensi mahasiswa terhadap implementasi aplikasi teknologi pestisida nabati Bio P60 sebelum dan setelah aplikasi meningkat 20,00 %. Berdasarkan diagram pada gambar 4 seperti di atas sebelum aplikasi tingkat kompetensinya 51,06 % dan setelah aplikasi menjadi 71,06 %. Sebaliknya berdasarkan diagram tersebut juga menunjukkan adanya penurunan inkompetensi sebesar 20,00 %, artinya telah terjadi perubahan pemahaman mahasiswa terkait dengan fungsi dan kegunaan pestisida nabati Bio P60. Hasil penelitian tentang tingkat pemahaman mahasiswa terkait fungsi dan kegunaan pestisida nabati Bio P60 ternyata lebih rendah dari tingkat pemahaman tentang fungsi dan kegunaan pupuk hayati mikorisa, hal ini dapat dipahami karena pada semester lima mahasiswa sudah mengambil mata kuliah budidaya tanaman hortikultura yang berkonten pengenalan tentang pupuk hayati mikorisa, sedangkan untuk pestisida nabati Bio P60 belum diperkenalkan. Gambar 5. Diagram perbandingan hasil jawaban tiap komponen 5 pertanyaan yang terkait dengan aplikasi biopestisida BIO-P60 sesudah dan sebelum implementasi menunjukkan bahwa:

  1. Pemahaman tentang biopestisida BIO-P60 naik sebesar10,64%

  2. Pemahaman tentang fungsi biopestisida BIO-P60 naik sebesar 12,77%

  3. Pemahaman tentang cara pembuatan biopestisida BIO-P60 naik sebesar 10,61%

  4. Pemahaman tentang aplikasi biopestisida BIO-P60 naik sebesar 38,3%

  5. Pemahamantentang penggunaan pupuk mikoriza dengan biopestisida naik menjadi 48,94%

  6. Berdasarkan kenaikan ini terjadi penurunan jawaban yang salah terhadap masing- masing komponen pertanyaan ini Tingkat kompetensi mahasiswa terhadap implementasi aplikasi teknologi pestisida nabati

  Bio P60 tiap komponen pertanyaan mengenai pemahaman aplikasi pestisida nabati Bio P60 sebelum dan setelah aplikasi menunjukkan peningkatan yaitu ; untuk pertanyaan 1 meningkat sebesar 10,64 %, pertanyaan 2 meningkat sebesar 12,77 %, pertanyaan 3 meningkat sebesar 10,61 %, pertanyaan 4 meningkat sebesar 38,30 % serta pertanyaan 5 meningkat sebesar 48,94 %. Berdasarkan diagram pada gambar 5 seperti di atas juga menunjukkan adanya menurunan inkompetensinya, artinya telah terjadi perubahan pemahaman mahasiswa terkait dengan fungsi dan kegunaan pestisida nabati Bio P60 berdasarkan item dan nomor pertanyaannya.

  KESIMPULAN

  1. Model implementasi technoprenuership agrobisnis yang diaplikasikan terhadap mahasiswa D3 Agrobisnis Fakultas Pertanian Unsoed adalah model usahatani tanaman sayuran ramah lingkungan, dengan cara mengaplikasikan teknologi budidaya dengan pupuk hayati mikorisa dan penggunaan pestisida nabati Bio P60.

  2. Tingkat kemampuan mahasiswa dalam menerapkan technoprenuership agrobisnis secara umum meningkat

  3. Tingkat capaian kompetensi mahasiswa terhadap aplikasi teknologi pupuk hayati mikorisa dan pestisida nabati Bio P60 pada usahatani tanaman sayuran meningkat.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendanai, menyetujui, mendorong serta membantu sehingga proses pelaksanaan penelitian ini berjalan lancar, terutama kepada LPPM Unsoed, Fakultas,Jurusan, Program studi d3 agrobisnis, mahasiswa

DAFTAR PUSTAKA

  Akhmad Rizqul Karim, Sri Widarni, Pudji Hastuti, 2015. Sistem Pemasaran Eccomers Padi Organik. Prosiding Seminar Nasional. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Hamid. 2011. Pengembangan “Technopreneurship” Di Perguruan Tinggi dan Implikasi Kebijakannya. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol.13 (1): 43-48 Mopangga, H. 2015. Studi Kasus Pengembangan Wirausaha Berbasis Teknologi

  (Technopreneurship) di Provinsi Gorontalo. Jurnal Trikonomika Vol. 14(1): 13-24 Pudji Hastuti, Sri Widarni, A. Rizqul Karim. 2016. Strategi Pengembangan Usahatani Padi Organik. Prosiding Seminar Nasional. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

  Setiani, R. dan Prabawati, S. 2015. Mewujudkan Technopreneurship Melalui Penerapan Program Kawasan Agribisnis Krisan Berbasis Inovasi di Kabupaten Sukabumi. Prosiding Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Pusat Inovasi-LIPI: 14-24

  Soekartawi. 2007. e-Agribisnis: Teori Dan Aplikasinya. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007 (SNATI 2007) Tanggal 16 Juni 2007: M-19 – M-25

  Sri Widarni, Pudji Hastuti, A. Rizqul Karim, 2014. Kajian Ekonomis Usahatani Padi Inpago Unsoed Secara Organik. Prosiding Seminar Nasional. Prosiding Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

  Subejo, Nur Saudah Al Arifa, M. Hidayatul Mustofa, 2014. Lima Pilar Kedaulatan Pangan Nusantara. Gadjahmada University Press. Jogjakarta. Sugiono, 2014. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta Bandung.

  Supari, DH. 2001. Manajemen Produksi dan Operasi Agribisnis Hortikultura. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.