DINAMIKA GERAKAN KEAGAMAAN Studi Kasus P
1
DINAMIKA GERAKAN KEAGAMAAN
(Studi Kasus Pasca Konflik Sunni-Syi’ah di Kecamatan Puger kabupaten
Jember 2012)
Didin Chonyta (14750010)1
Abstract
Conflict of Syi’i-Sunni is the conflict that has long history. The seed of this
conflict began since the death of Prophet Muhamad SAW. In the beginning,
this conflict is the political conflict, it related about who would be the
successor of Muhammad’s leadership after his death. However, this conflict
was brought to the religious (aqidah) conflict among the followers of Ali and
the followers od Abu Bakar, Umar and Ustman. This conflict has big impact
in colouring the history of the Islamic world civilization which is so difficult
to be compromised. In Indonesia, this Conflict to be continued both of Sunni
and Syi’i. Different thinkers the example conflict Syi’I-Sunni in Puger. In
reporting a particular event or issue, media often cannot break away from
the ideological background or vision of their own umbrella institution, so
that the construction of reality just follows the interest each has. The ulama’s
role in managing and handling the differences of religious views is a power
of harmony; a holly idea in creating a peaceful and tolerant life.
Keywords: Conflict, Dynamics, Religious movement, Sunni-Syi’i.
A. Konteks Penelitian
Masih belum hilang dari ingatan publik bentrok fisik antara aliran
Sunni-Shi’ah
di
Dusun
Nanggernang,
Desa
Karang
Gayam,
Kecamatan
Omben, Kabupaten Sampang, pada Kamis, 29 Desember 2013 pukul 09.15.
Akibatnya
dua
korban tewas,
empat
korban kritis, puluhan lainnya luka-
luka dan banyak bangunan rusak. Pasalnya, warga geram terhadap komunitas
1
Didin chonyta mahasiswi pascasarjana UIN MALIKI Malang, progam Jurusan
Islamic Studies.
2
Shi’ah
yang
mendakwahkan
ajarannya
secara
diperingatkan, tetapi tidak juga menghentikan dakwahnya.
door
to
door.
Sudah
2
Berselang satu tahun, bentrok berdarah antara aliran Sunni-Shi’ah
terjadi di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember pada Rabu, 11 September
2013. Seorang korban tewas, dan beberapa luka-luka. Hal tersebut terjadi
karena salah satu dari kedua belah pihak melanggar kesepakatan, akibatnya,
pihak yang lain marah.3
Terlepas dari dugaan siapa pelakunya dan siapa korbannya, faktanya
mereka
adalah
orang-orang
yang
notabenya
sama-sama
beragama
Islam.
Memang fakta ini tidak dapat dijadikan dasar untuk membuat generalisasi
bahwa umat Islam ialah umat yang sering bentrok satu sama lain, namun hal
ini merupakan salah satu gejala sosial yang pasti dialami oleh umat-umat
agama lain di wilayah dan negeri lain. Perbedaan pendapat, perbedaan
ideologi, bahkan perbedaan akidah dan keyakinan, seringkali menjadi faktor
dominan sebagai sebab timbulnya pertikaian.
Kekerasan
berbasis
agama
sudah
menjadi
fenomena
yang
tak
terelakan di Indonesia. Media menyuguhkan berita-berita penyerangan satu
kelompok
terhadap
kelompok
lain.
Gejala
demikian
mulai
bermunculan
dalam masyarakat. Jika hal ini dibiarkan, maka ritus kekerasan berbasis
agama akan menjadi sesuatu yang sangat menghawatirkan. Ketidaktahuan
jelas menimbulkan ketakutan dan kebencian dalam hubungan antar-manusia
maupun antar agama seperti yang terbukti dalam sejarah. Maka, kerap
Achmad Faizal, “Pemerintah Tak Serius Atasi Konflik di Sampang”, Kompas (27
Agustus 2012); dan Hadi Suprapto, “Konflik Sunni-Syiah di Madura, Mengapa?”,
VIVAnews.com (29 Desember 2013).
3
Radar Jatim, “Persaingan Kelompok Lembaga Pendidikan Puger”, Jawa Pos (14
September 2013); dan Nurul Arifin, “Bentrok Sunni-Syi’ah di Jember 1 Tewas”,
Sindonews.com (11 September 2013).
2
3
tercipta
gambaran
keliru
mengenai
suatu
alergi intelektual yang menyangkut soal agama.
Kekerasan
masyarakat
bernuasa
yang
agama
permisif
juga
terhadap
kebudayaan
yang
menimbulkan
4
dilihat
sebagai
kekerasan.
kekerasan, sebagian pemuka agama baik
akibat
Alih-alih
sikap
mengencam
secara langsung maupun tidak
langsung menjadi corong bagi siar kebencian terhadap mereka yang diangap
sesat/berbeda. Melulai forum dan media dakwah yang mereka miliki repruksi
benih kekerasan terus dilakukan tanpa ada suara tandingan yang seimbang.
Agama memiliki dua dimensi, normatif dan historis. Secara normatif,
agama
sesungguhnya
kekerasan,
namun
mengangankan
interpetasi
kerukunan,
terhadap
perdamaian
normativitas
agama
dan
nir-
seringkali
menjadi justifikasi bagi tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama.5
Dalam
penelitian
perbedaan
aliran
ini
penulis
ingin
mengangkat
kepercayaan
yang
terjadi
di
kasus
kekerasan
akibat
daerah
kecamatan
puger
kabupaten Jember. Konflik antara dua sekte Sunni dan Syiah terjadi dari
beberapa tahun lalu menandakan bahwa konflik agama masih banyak terjadi
di masyarakat.
B. Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kronologis serta akar konflik sunni-syi’ah di kecamatan puger
kabupaten Jember?
2. Bagaimana
resolusi
konflik
yang
diajukan
oleh
lembaga
pemerintah
maupun LSM dalam menangani konflik sunni-syi’ah di kecamatan Puger
kabupaten Jember?
4
Murad w hofmann, Islam The alternative, (Maryland USA: Amana Publication,
1999) terj. Rahmani astute, menengok kembali Islam Kita, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2002), hal, i
5
“Agama dan kekerasan (menelisik akar kekerasan dalam tradisi Islam)”, Umi
sumbullah, di akses tanggal 29-3-2015 Blog Sivitas Akedemik fakultas syari’ah,
http://syariah.uin-malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-fakultas/entry/agama-dan
kekerasan-menelisik-akar-kekerasan-dalam-tradisi-islam.
4
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memetakan :
1. Akar konflik Sunni-Syi’ah di kecamatan Puger kabupaten Jember.
2. Resolusi Konflik oleh pemerintah dan LSM dalam menangani konflik
sunni-syi’ah di kecamatan Puger kabupaten Jember
D. Signifikasi Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki signifikansi sebagai berikut:
1. Dapat memperkaya informasi kajian dinamika keagamaan yang beraliran dua
sekte yakni Sunni dan syi’ah khususnya di Indonesia, yang selama ini banyak
menuai konflik dan perdebatan keyakinan dalam agama Islam.
2. Sebagai salah satu bahan penelitian lebih lanjut, khususnya kajian atas literatur
yang dianggap sebagai referensi para peneliti sekte keagamaan yang berhubungan
dengan teologi inklusif-multikulturalis.
3. Dapat dijadikan sebagai informasi penting dalam memahami dan menilai secara
arif dan bijaksana dalam menanggapi perbedaan pendapat dan keyakinan yang
disebutkan dalam HAM (Hak Asasi Manusia).
E. Riset terdahulu
Kajian secara teoretik maupun empirik tentang kebebasan beragama
telah banyak dilakukan para peneliti. Di antaranya Cornelis Lay6 yang
menulis
Kekerasan
atas
Nama
Agama
Prespektif
Politik,
tulisan
ini
menjelaskan pola hubungan konfliktual, yang melibatkan kekerasan antar
kelompok agama disebabkan karena terjebak pada ”politik angka” dan watak
missionaris
dari
agama.
Mengerasnya
konflik
di
antara
agama
samawi,
terutama yang melibatkan kekerasan merupakan akibat logis dari habisnya
ruang
ekspansi
6
masing-masing
dalam
memperbesar
”angka”
pengikut
Cornelis Lay, Kekerasan atas nama agama prespektif Politik, Diskusi Panel
“kekerasan atas nama Agama di Indonesia; Proyeksi Depan” (Yogyakarta; Universitas
Kristen, Fakultas Teologi, 26 Agustus 2006). Dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Vol. 13, Nomor 1, Juli 2009
5
menyusul ditaklukkannya secara hampir totalnya agama-agama suku yang
pernah bersemai di nusantara.
Selanjutnya Alie Humaedi yang membahas Strategi Budaya Taqiyah:
Dilema
Penyembunyian
Identitas
dalam
empiris yang dibahas Ali Miftakhuddin
7
Perkembangan
Syiah,
penelitian
tentang Toleransi Beragama antara
Minoritas Syiah dan Mayoritas Nahdhiyin di Desa Margolinduk Bonang
Demak, kemudian Bahrul Ulum8 Analisis Kritis Metodologi
Hadits
Syiah
Studi
Komparatif
Syiah-Sunni,
serta
Periwayatan
beberapa
laporan
penelitian tentang kekerasan agama yang diusung beberapa lembaga swadya
masyarakat yakni Kontras Surabaya9 Laporan Investigasi Dan Pemantauan
Kasus Syi’ah Sampang, Dadang S. Anshori. Wacana Keagamaan SyiahSunni Dalam Majalah Tempo dan Suara Hidayatullah. Dan yang terakhir
wahid Institute tentang laporan akhir tahun tentang kebebasan beragama dan
intoleransi pada tahun 2012.10
Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan dengan riset
terdahulu pada aspek-aspek berikut: pertama, dari cakupan dan isi kajiannya,
penelitian riset terdahulu pada umumnya dilakukan dalam skala luas, tidak
fokus pada satu kasus yang mencangkup tentang intoleransi disertai dengan
kekerasan agama. Kedua, penelitian ini juga meliputi aspek resolusi konfik
pasca kekerasan yang terjadi melalui badan pemerintahan serta lembaga
swadya masyarakat, serta advokasi badan tertentu.
7
Ali Miftakhudin, Toleransi Beragama antara Minoritas Syiah dan Mayoritas
Nahdhiyin di Desa Margolinduk Bonang Demak, (Thesis, IAIN Walisongo, fakultas
Ushuludin, 2014)
8
Bahrul Ulum, Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah Studi
Komparatif Syiah-Sunni, (Thesis, Universitas Muhamadiah Surakarta, Magister Pemikiran
Islam, 2013)
9
Kontras Surabaya, Laporan Investigasi Dan Pemantauan Kasus Syi’ah Sampang,
(Surabaya; Kontras, 2012)
10
Wahid institute, Laporan akhir tahun kebebasan beragama dan intoleransi 2012.
6
F. Kerangka Teori
1. Akar Konflik Sunni-Syi’ah di Indonesia
Sejak dekade awal abad ke-20 hingga sekarang, sekurang-kurangnya
ada
tiga
masalah
penting yang menimbulkan
pertentangan
di
antara
sesama umat Islam di Indonesia. Pertama, pertentangan ideologis antara
kelompok yang menginginkan Islam dijadikan sebagai ideologi negara
dan kelompok yang mengutamakan kebangsaan sebagai dasar negara.
Kedua, perbedaan paham keagamaan di antara gerakan-gerakan Islam.
Ketiga,
perbedaan
dalam
masalah
hakikat
dan
arah
kebudayaan
Indonesia, termasuk bagaimana seharusnya menyikapi budaya Barat.11
konflik intra Islam yang terjadi di Indonesia, seperti yang disebutkan
diatas yakni, konflik ideologis antara kaum Muslim yang beorientasi pada
ideologi kebangsaan dan kaum Muslim yang ingin menjadikan Islam
sebagai ideologi Negara, konflik organisasi dan paham keagamaan, dan
konflik mengenai hakikat dan arah kebudayaan nasional. Ketiga konflik
ini
ternyata
masih
berkembang
hingga
sekarang.
Mengingat
bahwa
konflik-konflik tersebut memiliki akar sejarah yang panjang bagi bangsa
ini, maka adalah naif apabila kita berharap konflik ini akan dengan
mudah
disingkirkan.
karena
ia
adalah
Hampir
sesuatu
mustahil
yang
dapat
alamiah
menghapuskan
dan
wajar
konflik
dalam
sebuah
masyarakat, lebih-lebih yang majemuk seperti Indonesia.
Sementara
itu,
di
Indonesia
sejak
tahun
1975,
atas
keinginan
pemerintah Orde Baru, didirikanlah Majelis Ulama Indonesia (MUI), di
mana wakil-wakil dari berbagai gerakan Islam diakomodasi. Meskipun
MUI
tidak
pemerintah
mempunyai
seringkali
masalah keagamaan.
11
kekuasaan
mendengarkan
Dalam
hal
Mujiburrahman, Akar Konflik
Volume VII No. 2 T ahun 2011), hal, 26
memaksa
pandangan
selain
memberi
MUI untuk
fatwa,
mengatasi
ini, sejak Orde Baru hingga sekarang,
Intra
Umat
Islam
Indonesia,
jurnal
(Dignitas
7
MUI telah mengeluarkan
banyak fatwa, di antaranya adalah menetapkan
fatwa bahwa aliran-aliran
tertentu sebagai aliran sesat (misalnya syi’ah,
Ahmadiyah
dan
Salamullah),
terutama
karena
dianggap
telah
menyimpang dari prinsip-prinsip aqidah Islam.12
Syiah adalah paham keagamaan yang menyandarkan pada pendapat
Sayidina Ali (khalifah ke empat) dan keturunannya yang muncul sejak
awal pemerintahan khulafaurasyidin. Syiah berkembang menjadi puluhan
aliran-aliran
karena
perbedaan
paham
mengangkat
Imam.
Perkembangan
dan
Syiah
perbedaan
di
Indonesia
pendapat
dalam
melalui
empat
tahap gelombang, yaitu: Pertama, bersamaan dengan masuknya Islam di
Indonesia; Kedua, pasca revolusi Islam Iran; Ketiga, Melaui Intelektual
Islam Indonesia yang belajar di Iran; dan Empat, Tahap keterbukaan
melalui
Pendirian
Organisasi
Ikatan
Jamaah
Ahlul
Bait
Indonesia
(IJABI).13
Konflik
akibat perbedaan keyakinan tersebut
menguak luka lama di
tubuh sejarah umat Islam dimulai perang Jamal, perang Shiffin, hingga
terbunuhnya ‘Ali ibn Abu Talib Ra.14 Perseteruan tersebut memuncak
hingga tragedi Karbala, tragedi yang menewaskan putra dan cucu ‘Ali ibn
Talib Ra. Pelaku dan korban dalam perang, pembunuhan, dan “pemeran”
tragedi
tersebut
ialah
orang-orang
Islam.
Peristiwa
ini
mengemuka
kembali dalam konteks perebutan kekuasaan antara Sunni dan aliran
Shi’ah di Suriah, Pakistan, Irak, Iran, dan beberapa negara lain.
12
Untuk kajian awal mengenai beberapa kasus aliran yang difatwa sesat atas
tuduhan 'menodai agama' , lihat Rumadi, Delik
Penodaan
Agama
dan
Kehidupan
Beragama dalam KUHP, ( Jakarta: The Wahid Institute, 2007). Baca Mujiburrahman, Akar
Konf lik Intra Umat Islam Indonesia, 35
13
Moh. Hasyim, Syiah: Sejarah Timbul dan Perkembangannya di Indonesia, Jurnal
(Multikultural & Multireligius Volume 11, Nomor 4, Oktober - Desember 2012), 23
14
Perang Jamal melibatkan ‘Aishah Ra (istri Rasulullah Saw.) dan ‘Ali ibn Abu
Thalib Ra. Selengkapnya dalam Ibn Khaldun, Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Tarikh
al-‘Arab wa al-Barbar wan Man ‘Asarahum min Dhawi al-Sha’n al-Akbar, Vol. II (BeirutLebanon: Dâr al-Fikr, 2001), 606. Sedangkan Perang Shiffin melibatkan golongan ‘Ali ibn
Abu Thalib dan golongan Mu’awiyah; berawal dari isu pembalasan atas terbunuhnya
‘Uthman ibn ‘Affan.
8
2. Konsep Mayoritas VS Minoritas
Pengertian Islam mainstream di Indonesia mengarah pada kelompokkelompok
mayoritas
Mainstream
atau
yang
ortodoksi
dianut
oleh
dalam
masyarakat
istilah
Muslim
Martin
van
Indonesia.
Bruinessen15
diwakili oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), termasuk juga organisasi
kemasyarakatan yang ada di dalamnya. Dalam visi ini, Ahlus Sunnah wal
Jama’ah merupakan salah satu ‘mainstream’ Islam ortodoks yang diakui
di Indonesia dan yang menyimpang darinya adalah sempalan dan sesat.
Dominasi
menjadi
konsep
penting
dalam
memahami
konsep
mainstream. ‘Truth claim’16 merupakan senjata ampuh yang dilontarkan
oleh kelompok mainstream untuk menyatakan kebenaran tafsir mereka
atas ajaran agama Islam Ketika dominasi tafsir ini berkolaborasi dengan
kekuasaan,
maka
mampu
dimapankan
(dalam
bentuk
nyata
berupa
institusionalisasi/ legalisasi atas lembaga atau pengakuan dari penguasa).
Alhasil,
aliran-aliran
mainstream
ini
mampu
mendominasi
frame
beragama umat Islam, tidak hanya dalam segi ritualitas, namun sikap juga
secara
bersamaan
terpolarisasi
ke
dalam
arus
mainstream
tersebut.
Preference umat juga akan selalu berkiblat pada mainstream, termasuk
produk hukum, maupun politik yang selalu mengarah pada entitas arus
mainstream. Konsep ini akan mendorong pandangan yang eksklusif dan
cenderung memperlakukan ‘perbedaan’ di luar arus mainstream sebagai
sebuah penyimpangan. Apa yang berbeda selalu diartikan sebagai ‘racun’
yang harus dimusnahkan jika memang tak bisa diobati.
Van Bruinessen, Martin. ‘Gerakan Sempalan di Kalangan Umat Islam
Indonesia: Latar Belakang Sosial-Budaya.’ Jurnal (Ulumul Qur’an vol. III, no. 1), 17. Baca
di Dewi Nurrul Maliki, Resistensi Kelompok Minoritas Keagamaan Jemaat Ahmadiyah
Indonesia, Minoritas Keagamaan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Jurnal (Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Volume 14, Nomor 1, Juli 2010 ISSN 1410-4946), hal, 49
16
Konsep Truth claim ini dapat ditemukan dalam agama apapun dimana konsep ini
mengajarkan tentang kebaikan, kejujuran, serta nilai-nilai lain dalam agama. Konsep ini
cenderung menekankan pada persamaan dari pada perbedaan dalam agama.
15
9
Sebagai bangsa yang terdiri dari banyak suku, agama, ras dan adat
istiadat, ragam kelompok minoritas di Indonesia dengan sendirinya juga
amat banyak. Ada minoritas etnis, minoritas ras, dan minoritas agama. Di
dalam
kelompok
minoritas
agama
penganut
sendiri
ada
minoritas
aliran
kepercayaan,
dan
lain-lain.17
Dari
atau
madzhab,
sekian
banyak
kelompok minoritas tersebut, keberadaan minoritas madzhab yang akan
diulas dalam penelitian ini. Mayoritas madzhab yang di anut di Indonesia
adalah madzhab sunni, sedangkan madzhab syi’ah berada dalam tataran
minoritas.
Hingga hari ini, sejumlah pelanggaran terhadap aktivitas beragama
dan
berkeyakinan
mayoritas
dan
masih
minoritas.
menghisai
Ironisnya,
wajah
buruk
munculnya
hubungan
perlakuan
antar
diskriminatif
ini justru dilakukan oleh negara melalui penerbitan serangkaian peraturan
yang
kemudian
dijadikan
justifikasi
oleh
kelompok
mayoritas
untuk
memusuhi dan meminggirkan kelompok minoritas. Perlakuan seperti ini
terjadi dalam beberapa bentuk seperti: klaim penyesatan terhadap aliran
keagamaan
dan
kepercayaan,
penutupan
tempat
ibadah,
larangan
mengembangkan dan mendakwahkan keyakinan, hingga pembatasan hakhak politik dan akses ekonomi.
Salah satu kelompok minoritas yang akhir-akhir ini sering mengalami
perlakuan diskriminatif dari negara dan kerap menjadi sasaran amuk
massa adalah Jamaah Ahmadiyah.18 Di berbagai daerah di Indonesia,
keberadaan pengikut Mirza Ghulam Ahmad ini terus terancam. Bukan
hanya
17
tidak
bisa
mengamalkan
keyakinannya,
warga
Ahmadiyah
tak
Suprapto, Membina Relasi Damai antara Mayoritas dan Minoritas, Jurnal
(Volume XII, Nomor 1, Juni 2012), 24
18
Sebagai organisasi, sebetulnya Ahmadiyah telah diakui sebagai organisasai
kemasyarakatan
melalui
surat
Direktorat
Hubungan
Kelembagaan
Politik
No.
75/D.I/VI/2003. Jauh sebelumnya, secara legal formal, Ahmadiyah juga disahkan sebagai
badan hukum berdasarkan SK Menteri Kehakiman No. JA 5/23/13 tertanggal 13 Maret
1953.
10
sedikit yang terpaksa kehilangan harta, tempat tinggal dan sarana ibadah.
Kasus-kasus
perusakan
masjid
dan
fasilitas
rumah
milik
warga
Ahmadiyah terus saja terjadi seperti di Cikeusik, Tasik Malaya, Bogor,
Makasar dan Lombok Nusa Tenggara Barat.19
Kasus
lainnya
adalah
penyesatan
terhadap
pengikut
Lia
Eden.
Tanggal 28 Desember 2005, rumah Lia Aminuddin di Jakarta Pusat
dikepung
sebagian
keagamaannya
anggota
yang
telah
masyarakat
dinyatakan
yang
sesat
memprotes
oleh
MUI.
ajaran
Akhirnya
kelompok Lia Eden diadili dan divonis hukuman dua tahun penjara.
Kelompok lain yang mengalami penentangan dari sebagian umat Islam
adalah kelompok Syiah.20 Kasus ini juga terjadi pada pengikut Syiah
yang ada di wilayah Omben, Sampang Madura dan meluas ke wilayah
Kecamatan Puger, Kabupaten Jember.
Pada
perkembangan
mengeluarkan
agama
Haluan
kebijakan
resmi,
menetapkan
selanjutnya
agama
TAP
Negara,
yang
yang
MPR
di
berisi
Negara.
IV/MPR/1978
secara
semakin
perlindungan
diakui
NO.
mana
negara
eksplisit
sistematis
terhadap
Pada
tahun
tentang
dalam
keberadaan
1978,
MPR
Garis-garis
Besar
disebutkan
bahwa
“aliran
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukan merupakan agama”.
Berdasar pada TAP MPR ini Menteri Agama mengeluarkan Intruksi no. 4
dan
14
tahun
1978
yang
bersisi
kebijakan
inti
mengenai
aliran
kepercayaan. Melalui serangkai aturan seperi ini, negara memang secara
19
Kasus penyerangan terhadap jemaat Ahmadiyah juga telah lama terjadi di pulau
Lombok. Tercatat di Lombok Timur, masa dengan beringas membakar pemukiman warga
Ahmadiyah pada tanggal 10-13 September 2002, di Praya Lombok Tengah warga
Ahmadiyah mengungsi ke Mapolres setempat setelah masa menyerbu mereka pada 17 Maret
2006. Sebulan sebelumnya tepatnya 4 Februari 2006 kasus serupa terjadi di Desa Lingsar
Lombok Barat. Baca Fawaizul Umam, “Menolak Kekerasan, Menenggang Keragaman:
Refleksi atas Kasus Kekerasan terhadap Ahmadiyah” Jurnal (Tasamuh, Vol 4, Nomor 1
Desember 2006), 25-38.
20
Ahmad Suedy dan Rumadi (ed.), Politisasai Agama dan Konflik Komunal:
Beberapa Isu Penting di Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institute, 2007), 2-11
11
sistematis
telah
meminggirkan
kelompok-kelompok
minoritas
penganut
kepercayaan yang dianggap belum beragama.
3. framing Media dalam Konflik Sunni-Syiah di Puger
Ketika media memberitakan peristiwa atau isu
tertentu, seringkali
media tidak dapat melepaskan diri dari latar ideologi atau visi lembaga,
sehingga
konstruksi
mengikuti
atas
perspektif
realitas
yang
yang
dimiliki
terbangun
masing-masing
juga
cenderung
media.
Beberapa
kasus kekerasan menambah deretan pemberitaan mengenai konflik agama
yang terjadi di Indonesia. Banyak komentar untuk mengusut tuntas kasus
Syiah yang terjadi di Indonesia. Media pun turut mengambil bagian
dalam usaha memberitakan berbagai
kejadian terkait kasus Syiah di
Indonesia. Pemberitaan ini dianggap penting dan diangkat sebagai isu
nasional. Peneliti ingin melihat bagaimanakah cara media memberitakan
kasus Syiah, Apakah berita-berita tersebut mengarah pada solusi dan
kedamaian, atau pemberitaan justru berpotensi untuk menyulut konflik.
Pada titik ini media Islam dapat menjadi bagian dari saluran gerakan
keagaamaan
untuk
ideologisnya,
tak
menyuarakan
terkecuali
nafas
persoalan
keislaman
yang
berdasarkan
terkait
dengan
pilihan
konflik
keagamaan di Indonesia. Konstruksi teks yang terbangun pun simetris
dengan platform ideologi keislaman yang diusungnya.21 Di antara media
Islam
Indonesia
yang
tampil
menghiasi
ruang
publik
dan
mewarnai
medianya sebagai saluran ideologi keislaman adalah media Islam yang
tampil dalam ranah dunia maya, seperti voa-islam.com, arrahmah.com
dan hidayatullah.com.
Media Islam online tersebut sengaja dipilih karena keberadaannya
memang didesain sebagai media berita Islam dan dalam banyak hal
21
Rusmulyadi, Framing Media Islam Online atas Konflik Keagamaan di
Indonesia, Jurnal Komunikasi Islam, Jurnal (ISBN 2088-6314 Volume 03, Nomor 01, Juni
2013), 49-50
12
merepresentasikan citra Islam. Fokus kajian terhadap media Islam online
ini
tidak
sebatas
untuk
melihat
bagaimana
media
tersebut
mendokumentasikan realitas konflik keagamaan, tetapi lebih pada upaya
melihat bagaimana konstruksi berita yang dibangun dalam mewartakan
peristiwa seputar konflik keagamaan yang terjadi di Indonesia. tulisan ini
berpusat pada isi pesan media Islam online, dengan asumsi bahwa ketika
media
melaporkan
dilakukan
adalah
peristiwa
konflik
mengkonstruksi
keagamaan,
realitas
pada
dengan
dasarnya
teks
yang
sebagai
mediumnya. Pada posisi ini, media dapat dipandang sebagai agen yang
aktif dalam mengkonstruksi realitas.
Dasar penalaran tersebut bukan hanya meneguhkan suatu gagasan
atau
pandangan,
melainkan
juga
membuat
gagasan
menjadi
tampak
benar, absah dan demikian adanya. Dari keseluruhan ide dan gaya
penulisan, dapat diketahui dengan jelas sikap media ini dalam persoalan
tersebut. Salah satu contohnya adalah Voa-islam.com begitu bersemangat
untuk melibatkan diri dan membangun perlawanan melalui teks terhadap
kelompok Syiah. Ide sentral (core frame) dari media Islam online ini
adalah Syiah-lah biang kerusuhan yang terjadi selama ini, khususnya di
Jawa Timur. Voa-islam.com pun menulis:
“Seperti diketahui, benturan Sunni-Syiah di Jawa Timur bukan kali
pertama, sebelumnya benturan juga terjadi di Pasuruan, tepatnya pada
15 Februari 2011 lalu. Sekelompok massa melakukan penyerangan
terhadap Ponpes Al Ma'hadul Islam Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di
Desa Kenep, Kecamatan Beji, Pasuruan, Jawa Timur, sekitar pukul
14.30 WIB. Akibatnya, delapan santri terluka. Terbetik kabar, benturan
di Pasuruan tersebut sudah terjadi tujuh kali. Selama tiga tahun
terakhir, aksi penyerangan sudah pernah dilakukan pada 2006 dan
2007.”
Dengan konstruksi berita seperti ini, Voa-islam seolah-olah hendak
mengajak pembaca berdiri di samping media ini dengan mengatakan
bahwa Syiah adalah kelompok berbahaya. voa-islam.com secara tidak
13
langsung juga ingin menyatakan bahwa ajaran Syiah lebih berbahaya
dibandingkan
Ahmadiyah.
Framing
media
seperti
yang
dicontohkan
diatas mempengaruhi para pembaca untuk menyesatkan salah satu aliran
yang berkembang di Indonesia.
G. Metode Penelitian
1. Lokus Penelitian
Lokus penelitian ini terletak di desa puger kulon kecematan Puger
kabupaten Jember. Lokasi ini dipilih dikarenakan pelbagai alasan yakni;
pertama, Pada tahun 2012, muncul konflik diantara masyarakat puger.
Konflik antara perbedaan aliran agama mencuat dengan beberapa alasan.
Penyebab tragedi Sunni-Syi’ah di Puger banyak ragam, ia tidak semata
didasarkan pada perbedaan aliran atau madzhab pemikiran keagamaan,
akan
tetapi
kompleks
juga
telah
ekonomi,
bercampurbaur
sosial
kemasyarakatan,
perseorangan
maupun
komunal.
kebanyakan
penduduknya
adalah
pesisir
pantai,
kondisi
dengan
Kedua,
masyarakat
geografis
ini
persoalan-persoalan
dan
politik,
baik
latar-belakang
desa
ini
Madura
tinggal
di
yang
mempengaruhi
watak
penduduk
kampung tersebut. Ketiga, penelitian mengenai kekerasan agama di desa
puger berbeda dengan penelitian lain, mengingat dilatarbelakangi oleh
adanya peristiwa penyerangan oleh kaum sunni kepada kaum syi’ah pada
tahun
2013
yang
mengakibatkan
kerusakan
rumah
ibadah,
beberapa
korban meninggal dan yang lainya luka-luka.
2. Jenis Penelitian
Penelitian
bersifat
ini
deskriptif
menjelaskan
termasuk
penelitian
kualitatif.22
penelitian
deskriptif
lapangan
Bogdan
kualitatif
dan
(field
taylor
sebagai
reseach)
yang
dalam
moleong
prosedur
penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sesuai dengan pendapat
22
Arief furchan, pengantar metode penelitian kualitatif, (Surabaya: usaha nasionak,
cet, 1, 1992), hal, 21-2
14
Bogdan dan biklen serta lincon bahwa penelitian kualitatif memiliki ciriciri,
antara
lain:
menekankan
pada
setting
ilmiah
(natural
setting),
peneliti bertindak sebagai alat (instrument), analisis data secara induktif,
deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil atau produk, adanya
“batas”
yang
ditentukan
oleh
“focus”,
adanya
kriteria
keabsahan data, desain yang bersifat sementara, dan
khusus
untuk
hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama.23
Selain
kelebihan
yang
dimiliki
oleh
studi
kasus,
sesungguhnya
penggunaan studi kasus dalam penelitian ini sesuai untuk melihat peranan
lembaga institusi pemerintahan dan kearifan lokal dalam penyelesaian
dan pencegahan konflik horizontal di Indonesia.
3. Pendekatan Penelitian
Pada hakikatnya penelitian kualitatif mengunakan pendekatan secara
fenomenologis. Artinya Peneliti berangkat kelapangan dengan mengamati
fenomena yang terjadi dilapangan secara alamiah. Namun nanti yang
akan membedakan masing-masing jenis penelitian itulah fokus penelitian.
Apakah
penelitian
sebagainya.24
Sesuai
menggunakan
itu
fokus
dengan
paradigma
ke
budaya,
permasalahan
definisi
social
fenomena,
kasus
dan
dikaji,
penelitian
ini
yang
dengan
pendekatan
kajian
fenomenologis.
Para fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya
terhadap
orang-orang
yang
berada
dalam
situasi-situasi
tertentu. Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan
tindakan
untuk
menangkap
pengertian
sesuatu
yang
sedang
diteliti.
Dalam hal ini ditekankan pada aspek subjektif dari prilaku orang. Dimana
para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang
ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana
23
Lexy j Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: remaja rosdakarya,
cet, 13, 2000), hal, 4-8
24
M. Syahran Jailani, Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi, Fenomenologi,
Grounded Theory,dan Studi Kasus), Jurnal, Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
15
suatu
pengertian
yang
dikembangkan
oleh
mereka
disekitar
peristiwa
dalam kehidupan sehari-hari. Para fenomenologis percaya bahwa pada
makhluk
hidup
tersedia
berbagai
cara
untuk
menginterpretasikan
pengalaman melalui interaksi dengan orang lain .
Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang
menggunakan
mengamati
pendekatan
tentang
fenomenologi
fenomena
yang
adalah
terjadi
sebuah
dalam
penelitian
kehidupan
yang
manusia
Dimana para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para
subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa
dan
bagaimana
suatu
pengertian
yang
dikembangkan
oleh
mereka
disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata
dan gambar serta bukan dengan angka angka. Dengan demikian, laporan
penelitian akan berisi kutipan kutipan data uantuk memberikan gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut misalnya: wawancara mendalam
(indepth
interview),
observasi
partisipatif,
catatan
lapangan,
foto,
videotape, dokumen pribadi, memo dan dokumen resmi lainya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik
wawancara.
teknik
pengumpulan
data
kualitatif
karena
maupun
Menurut
densin
biasa
dan
Lincoln
dipakai
mampu
wawancara
dalam
penelitian
menghandirkan
sebagai
kuantitatif
kekurangan
dan
pengumpulan
data
kelebihan dari informasi yang disampaikan oleh responden.25
Penelitian
wawancara
kualitatif
memerlukan
yang
menggunakan
narasumber
teknik
kunci
(informan).
Dengan
menggunakan teknik snowball Sebagai teknik mencari informan, maka
25
Oksimana Darmawan, Perlindungan Hak Atas Kebebasan Beragama Dan
Berkeyakinan Bagi Kelompok Minoritas Agama Dan Aliran Kepercayaan (studi kasus di
provinsi Sulawesi utara) dalam (jurnal HAM volume 4 nomor 1, Juli 2013, ISSN 16938704) 64
16
narasumber
sebagai
kunci
dalam
penyelenggara
penelitian
perijinan
ini
adalah
penelitian,
BAKESBANGPOL
pimpinan
instansi
terkait
seperti kepala desa, serta pemimpin aliran yang diwakili sunni-syi’ah di
lokasi penelitian, ulama MUI sebagai tokoh ulama, serta tokoh-tokoh
LSM yang terkait dengan konflik sunni-syi’ah di kecamatan puger.
Untuk
melengkapi
menggunakan
studi
pengumpulan
dokumen.
Tehnik
data,
ini
penelitian
digunakan
ini
untuk
juga
mencari
justifikasi atau pembenaran atas data yang diperoleh melalui wawancara,
sehingga
studi
kebenaran
dokumen
informasi
dapat
yang
di
menjadi
dapat
pengawas
dari
teknik
atau
pengontrol
pengumpulan
data.
Sedangakan analisis data menurut paton dan moleong adalah proses
mengatur data, mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori dan
dan satuan uraian dasar.
5. Tekhnik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh
adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan
rangkaian
angka
kategori/struktur
serta
tidak
klasifikasi.
dapat
Menurut
disusun
miles
dan
dalam
kategori-
Huberman,
kegiatan
analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Ketiga
alur
kegiatan
merupakan
sesudah
ini
proses
sebagai
siklus
pengumpulan
data
sesuatu
interaksi
yang
pada
dalam
bentuk
saling
saat
berhubungan
sebelum,
sejajar
selama,
yang
dan
dan
membangun
wawasan umum yang disebut “analisis”.26
Dalam penelitian kualitatif teknik analisis data bisa dimulai saat awal
penelitian atau pada saat data dihimpun. Ini berbeda pada analisa data
26
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Social, (Bandung; Refika aditama, 2009), hal, 340
17
pada penelitian kuantitatif yang telah tersandarisasi karena menggunakan
matematika sebagai analisisnya.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memepermudah penelitian dan pemahaman secara menyeluruh
tentang
proposal
menyeluruh,
thesis
secara
ini,
singkat
serta
dapat
mendapatkan
dilihat
gambaran
dalam
sistematika
yang
memaparkan
yang
jelas
pembahasan
dibawah ini.
I.
Bagian
I
merupakan
pendahuluan
fenomena
kekerasan agama yang terjadi di Indonesia. Dari konteks penelitian
tersebut, ditemukan fokus dan permasalahan penelitian yang dijawab
oleh tujuan penelitian. Disertai dengan manfaat penelitian, signifikasi
penelitian, definisi istilah dan originalitas penelitian.
II.
Bagian II berisi Temuan penelitian yaitu riset terdahulu, diharapkan bisa
memberikan
Dengan
sumbangan
kata
lain,
secara
teoretik
penelitian
pada
terdahulu
khazanah
dapat
keilmuan,
digunakan
untuk
menunjukkan titik persamaan dan perbedaannya, sehingga penelitian ini
benar-benar
kajian
terbukti
pustaka,
yang
memiliki
berisi
kesinambungan.
kajian
teoritis.
Diteruskan
Dengan
bab
dengan
ini
dapat
dijadikan dasar untuk penyajian dan analisis data yang ada relevansinya
dengan rumusan masalah.
III.
Bagian III membahas tentang metode penelitian yang berisi tentang
lokus penelitian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, pengumpulan
data, teknik analisis data dan menghindari bias penelitian. Metode
penelitian
ini
bermanfaat
untuk
dijadikan
pisau
analisis
untuk
memudahkan penulis dalam menyajikan penelitianya.
IV.
Bagian IV membahas tentang laporan hasil penelitian, meliputi latarbelakang objek yang diteliti.
18
V.
Dalam bagian V akan dipaparkan pembahasan dan analisis data hasil
penelitian
mengenai
konflik
sunni-syi’ah
yang terjadi
di
kecamatan
puger, serta korelasi HAK (hak asasi manusia) yang berkaitan dengan
kasus ini, disertai cara penanganan resolusi konflik sunni-syi’ah di
Jember.
VI.
Dalam bab VI, yang berisi uraian tentang kesimpulan dari temuan
penelitian yang telah dilakukan. Mengingat penelitian ini terbatasi halhal yang bersifat akademis maupun non-akademis, maka dalam akhir
bab ini keterbatasan penelitian juga menjadi penting untuk dijelaskan,
yang dimasukkan dalam saran-saran.
Daftar Pustaka
Buku
Ahmad Suedy dan Rumadi (ed.), Politisasai Agama dan Konflik
Komunal: Beberapa Isu Penting di Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institute,
2007).
Ibn Khaldun, Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Tarikh
wa al-Barbar wan Man ‘Asarahum
al-‘Arab
min Dhawi
al-Sha’n al-Akbar, Vol. II
Investigasi
Dan
(Beirut-Lebanon: Dâr al-Fikr, 2001).
Kontras
Surabaya,
Laporan
Pemantauan
Kasus
Syi’ah Sampang, (Surabaya; Kontras, 2012).
Lexy j Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: remaja
rosdakarya, cet, 13, 2000).
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Social, (Bandung; Refika aditama,
2009).
Murad w hofmann, Islam The alternative, (Maryland USA: Amana
Publication,
1999)
terj.
Rahmani
(Bandung: Pustaka Hidayah, 2002).
astute,
menengok
kembali
Islam
Kita,
19
Rumadi, Delik
Penodaan
Agama
dan
Kehidupan
Beragama
dalam KUHP, ( Jakarta: The Wahid Institute, 2007).
Jurnal dan Thesis
Ali Miftakhudin, Toleransi Beragama antara Minoritas Syiah dan
Mayoritas Nahdhiyin di Desa Margolinduk Bonang Demak, (Thesis, IAIN
Walisongo, fakultas Ushuludin, 2014).
Arief
furchan,
pengantar
metode
penelitian
kualitatif,
(Surabaya:
usaha nasionak, cet, 1, 1992).
Bahrul Ulum, Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah
Studi Komparatif Syiah-Sunni, (Thesis, Universitas Muhamadiah Surakarta,
Magister Pemikiran Islam, 2013).
Cornelis Lay, Kekerasan atas nama agama prespektif Politik, Diskusi
Panel
“kekerasan
(Yogyakarta;
atas
nama
Universitas
Agama
Kristen,
di
Fakultas
Indonesia;
Teologi,
Proyeksi
26
Agustus
Depan”
2006).
Dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 13, Nomor 1, Juli 2009.
Dewi
Jemaat
Nurrul
Ahmadiyah
Resistensi
Maliki,
Indonesia,
Kelompok
Minoritas
Minoritas
Keagamaan
Keagamaan
Jemaat
Ahmadiyah
Indonesia, Jurnal (Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 14, Nomor 1, Juli
2010 ISSN 1410-4946).
Fawaizul
Umam,
“Menolak
Kekerasan,
Menenggang
Keragaman:
Refleksi atas Kasus Kekerasan terhadap Ahmadiyah” Jurnal (Tasamuh, Vol
4, Nomor 1 Desember 2006).
Oksimana Darmawan, Perlindungan Hak Atas Kebebasan Beragama
Dan
Berkeyakinan
Bagi
Kelompok
Minoritas
Agama
Dan
Aliran
Kepercayaan (studi kasus di provinsi Sulawesi utara), (jurnal HAM volume
4 nomor 1, Juli 2013, ISSN 1693-8704).
M.
Syahran
Jailani,
Ragam
Penelitian
Qualitative
(Ethnografi,
Fenomenologi, Grounded Theory,dan Studi Kasus), Jurnal, Edu-Bio; Vol. 4,
Tahun 2013.
20
Akar
Mujiburrahman,
Konflik
Intra
Umat
Islam
Indonesia,
jurnal
(Dignitas Volume VII No. 2 T ahun 2011).
Moh.
Indonesia,
Syiah:
Hasyim,
Jurnal
Sejarah
(Multikultural
&
Timbul
dan
Multireligius
Perkembangannya
Volume
11,
Nomor
di
4,
Oktober - Desember 2012).
Rusmulyadi, Framing Media Islam Online atas Konflik Keagamaan
di Indonesia, Jurnal Komunikasi Islam, Jurnal (ISBN 2088-6314 Volume 03,
Nomor 01, Juni 2013).
Suprapto, Membina Relasi Damai antara Mayoritas dan Minoritas,
Jurnal (Volume XII, Nomor 1, Juni 2012).
Van
Bruinessen,
Martin.
‘Gerakan
Sempalan
di
Kalangan
Umat
Islam Indonesia: Latar Belakang Sosial-Budaya.’ Jurnal (Ulumul Qur’an
vol. III, no. 1)
Koran atau Majalah
Achmad Faizal, “Pemerintah Tak Serius Atasi Konflik di Sampang”,
Kompas (27 Agustus 2012)
Radar
Jatim,
“Persaingan
Kelompok
Lembaga
Pendidikan
Puger”,
Jawa Pos (14 September 2013).
Wahid
institute,
Laporan
akhir
tahun
Suprapto,
“Konflik
Sunni-Syiah
kebebasan
beragama
dan
intoleransi 2012.
Website
Hadi
di
Madura,
Mengapa?”,
VIVAnews.com.
Nurul Arifin, “Bentrok Sunni-Syi’ah di Jember 1 Tewas”, Sindonews.com
Umi sumbullah “Agama dan kekerasan (menelisik akar kekerasan
dalam tradisi Islam), di akses tanggal 29-3-2015 Blog Sivitas Akedemik
fakultas syari’ah, http://syariah.uin-malang.ac.id
DINAMIKA GERAKAN KEAGAMAAN
(Studi Kasus Pasca Konflik Sunni-Syi’ah di Kecamatan Puger kabupaten
Jember 2012)
Didin Chonyta (14750010)1
Abstract
Conflict of Syi’i-Sunni is the conflict that has long history. The seed of this
conflict began since the death of Prophet Muhamad SAW. In the beginning,
this conflict is the political conflict, it related about who would be the
successor of Muhammad’s leadership after his death. However, this conflict
was brought to the religious (aqidah) conflict among the followers of Ali and
the followers od Abu Bakar, Umar and Ustman. This conflict has big impact
in colouring the history of the Islamic world civilization which is so difficult
to be compromised. In Indonesia, this Conflict to be continued both of Sunni
and Syi’i. Different thinkers the example conflict Syi’I-Sunni in Puger. In
reporting a particular event or issue, media often cannot break away from
the ideological background or vision of their own umbrella institution, so
that the construction of reality just follows the interest each has. The ulama’s
role in managing and handling the differences of religious views is a power
of harmony; a holly idea in creating a peaceful and tolerant life.
Keywords: Conflict, Dynamics, Religious movement, Sunni-Syi’i.
A. Konteks Penelitian
Masih belum hilang dari ingatan publik bentrok fisik antara aliran
Sunni-Shi’ah
di
Dusun
Nanggernang,
Desa
Karang
Gayam,
Kecamatan
Omben, Kabupaten Sampang, pada Kamis, 29 Desember 2013 pukul 09.15.
Akibatnya
dua
korban tewas,
empat
korban kritis, puluhan lainnya luka-
luka dan banyak bangunan rusak. Pasalnya, warga geram terhadap komunitas
1
Didin chonyta mahasiswi pascasarjana UIN MALIKI Malang, progam Jurusan
Islamic Studies.
2
Shi’ah
yang
mendakwahkan
ajarannya
secara
diperingatkan, tetapi tidak juga menghentikan dakwahnya.
door
to
door.
Sudah
2
Berselang satu tahun, bentrok berdarah antara aliran Sunni-Shi’ah
terjadi di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember pada Rabu, 11 September
2013. Seorang korban tewas, dan beberapa luka-luka. Hal tersebut terjadi
karena salah satu dari kedua belah pihak melanggar kesepakatan, akibatnya,
pihak yang lain marah.3
Terlepas dari dugaan siapa pelakunya dan siapa korbannya, faktanya
mereka
adalah
orang-orang
yang
notabenya
sama-sama
beragama
Islam.
Memang fakta ini tidak dapat dijadikan dasar untuk membuat generalisasi
bahwa umat Islam ialah umat yang sering bentrok satu sama lain, namun hal
ini merupakan salah satu gejala sosial yang pasti dialami oleh umat-umat
agama lain di wilayah dan negeri lain. Perbedaan pendapat, perbedaan
ideologi, bahkan perbedaan akidah dan keyakinan, seringkali menjadi faktor
dominan sebagai sebab timbulnya pertikaian.
Kekerasan
berbasis
agama
sudah
menjadi
fenomena
yang
tak
terelakan di Indonesia. Media menyuguhkan berita-berita penyerangan satu
kelompok
terhadap
kelompok
lain.
Gejala
demikian
mulai
bermunculan
dalam masyarakat. Jika hal ini dibiarkan, maka ritus kekerasan berbasis
agama akan menjadi sesuatu yang sangat menghawatirkan. Ketidaktahuan
jelas menimbulkan ketakutan dan kebencian dalam hubungan antar-manusia
maupun antar agama seperti yang terbukti dalam sejarah. Maka, kerap
Achmad Faizal, “Pemerintah Tak Serius Atasi Konflik di Sampang”, Kompas (27
Agustus 2012); dan Hadi Suprapto, “Konflik Sunni-Syiah di Madura, Mengapa?”,
VIVAnews.com (29 Desember 2013).
3
Radar Jatim, “Persaingan Kelompok Lembaga Pendidikan Puger”, Jawa Pos (14
September 2013); dan Nurul Arifin, “Bentrok Sunni-Syi’ah di Jember 1 Tewas”,
Sindonews.com (11 September 2013).
2
3
tercipta
gambaran
keliru
mengenai
suatu
alergi intelektual yang menyangkut soal agama.
Kekerasan
masyarakat
bernuasa
yang
agama
permisif
juga
terhadap
kebudayaan
yang
menimbulkan
4
dilihat
sebagai
kekerasan.
kekerasan, sebagian pemuka agama baik
akibat
Alih-alih
sikap
mengencam
secara langsung maupun tidak
langsung menjadi corong bagi siar kebencian terhadap mereka yang diangap
sesat/berbeda. Melulai forum dan media dakwah yang mereka miliki repruksi
benih kekerasan terus dilakukan tanpa ada suara tandingan yang seimbang.
Agama memiliki dua dimensi, normatif dan historis. Secara normatif,
agama
sesungguhnya
kekerasan,
namun
mengangankan
interpetasi
kerukunan,
terhadap
perdamaian
normativitas
agama
dan
nir-
seringkali
menjadi justifikasi bagi tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama.5
Dalam
penelitian
perbedaan
aliran
ini
penulis
ingin
mengangkat
kepercayaan
yang
terjadi
di
kasus
kekerasan
akibat
daerah
kecamatan
puger
kabupaten Jember. Konflik antara dua sekte Sunni dan Syiah terjadi dari
beberapa tahun lalu menandakan bahwa konflik agama masih banyak terjadi
di masyarakat.
B. Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kronologis serta akar konflik sunni-syi’ah di kecamatan puger
kabupaten Jember?
2. Bagaimana
resolusi
konflik
yang
diajukan
oleh
lembaga
pemerintah
maupun LSM dalam menangani konflik sunni-syi’ah di kecamatan Puger
kabupaten Jember?
4
Murad w hofmann, Islam The alternative, (Maryland USA: Amana Publication,
1999) terj. Rahmani astute, menengok kembali Islam Kita, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2002), hal, i
5
“Agama dan kekerasan (menelisik akar kekerasan dalam tradisi Islam)”, Umi
sumbullah, di akses tanggal 29-3-2015 Blog Sivitas Akedemik fakultas syari’ah,
http://syariah.uin-malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-fakultas/entry/agama-dan
kekerasan-menelisik-akar-kekerasan-dalam-tradisi-islam.
4
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memetakan :
1. Akar konflik Sunni-Syi’ah di kecamatan Puger kabupaten Jember.
2. Resolusi Konflik oleh pemerintah dan LSM dalam menangani konflik
sunni-syi’ah di kecamatan Puger kabupaten Jember
D. Signifikasi Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki signifikansi sebagai berikut:
1. Dapat memperkaya informasi kajian dinamika keagamaan yang beraliran dua
sekte yakni Sunni dan syi’ah khususnya di Indonesia, yang selama ini banyak
menuai konflik dan perdebatan keyakinan dalam agama Islam.
2. Sebagai salah satu bahan penelitian lebih lanjut, khususnya kajian atas literatur
yang dianggap sebagai referensi para peneliti sekte keagamaan yang berhubungan
dengan teologi inklusif-multikulturalis.
3. Dapat dijadikan sebagai informasi penting dalam memahami dan menilai secara
arif dan bijaksana dalam menanggapi perbedaan pendapat dan keyakinan yang
disebutkan dalam HAM (Hak Asasi Manusia).
E. Riset terdahulu
Kajian secara teoretik maupun empirik tentang kebebasan beragama
telah banyak dilakukan para peneliti. Di antaranya Cornelis Lay6 yang
menulis
Kekerasan
atas
Nama
Agama
Prespektif
Politik,
tulisan
ini
menjelaskan pola hubungan konfliktual, yang melibatkan kekerasan antar
kelompok agama disebabkan karena terjebak pada ”politik angka” dan watak
missionaris
dari
agama.
Mengerasnya
konflik
di
antara
agama
samawi,
terutama yang melibatkan kekerasan merupakan akibat logis dari habisnya
ruang
ekspansi
6
masing-masing
dalam
memperbesar
”angka”
pengikut
Cornelis Lay, Kekerasan atas nama agama prespektif Politik, Diskusi Panel
“kekerasan atas nama Agama di Indonesia; Proyeksi Depan” (Yogyakarta; Universitas
Kristen, Fakultas Teologi, 26 Agustus 2006). Dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Vol. 13, Nomor 1, Juli 2009
5
menyusul ditaklukkannya secara hampir totalnya agama-agama suku yang
pernah bersemai di nusantara.
Selanjutnya Alie Humaedi yang membahas Strategi Budaya Taqiyah:
Dilema
Penyembunyian
Identitas
dalam
empiris yang dibahas Ali Miftakhuddin
7
Perkembangan
Syiah,
penelitian
tentang Toleransi Beragama antara
Minoritas Syiah dan Mayoritas Nahdhiyin di Desa Margolinduk Bonang
Demak, kemudian Bahrul Ulum8 Analisis Kritis Metodologi
Hadits
Syiah
Studi
Komparatif
Syiah-Sunni,
serta
Periwayatan
beberapa
laporan
penelitian tentang kekerasan agama yang diusung beberapa lembaga swadya
masyarakat yakni Kontras Surabaya9 Laporan Investigasi Dan Pemantauan
Kasus Syi’ah Sampang, Dadang S. Anshori. Wacana Keagamaan SyiahSunni Dalam Majalah Tempo dan Suara Hidayatullah. Dan yang terakhir
wahid Institute tentang laporan akhir tahun tentang kebebasan beragama dan
intoleransi pada tahun 2012.10
Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan dengan riset
terdahulu pada aspek-aspek berikut: pertama, dari cakupan dan isi kajiannya,
penelitian riset terdahulu pada umumnya dilakukan dalam skala luas, tidak
fokus pada satu kasus yang mencangkup tentang intoleransi disertai dengan
kekerasan agama. Kedua, penelitian ini juga meliputi aspek resolusi konfik
pasca kekerasan yang terjadi melalui badan pemerintahan serta lembaga
swadya masyarakat, serta advokasi badan tertentu.
7
Ali Miftakhudin, Toleransi Beragama antara Minoritas Syiah dan Mayoritas
Nahdhiyin di Desa Margolinduk Bonang Demak, (Thesis, IAIN Walisongo, fakultas
Ushuludin, 2014)
8
Bahrul Ulum, Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah Studi
Komparatif Syiah-Sunni, (Thesis, Universitas Muhamadiah Surakarta, Magister Pemikiran
Islam, 2013)
9
Kontras Surabaya, Laporan Investigasi Dan Pemantauan Kasus Syi’ah Sampang,
(Surabaya; Kontras, 2012)
10
Wahid institute, Laporan akhir tahun kebebasan beragama dan intoleransi 2012.
6
F. Kerangka Teori
1. Akar Konflik Sunni-Syi’ah di Indonesia
Sejak dekade awal abad ke-20 hingga sekarang, sekurang-kurangnya
ada
tiga
masalah
penting yang menimbulkan
pertentangan
di
antara
sesama umat Islam di Indonesia. Pertama, pertentangan ideologis antara
kelompok yang menginginkan Islam dijadikan sebagai ideologi negara
dan kelompok yang mengutamakan kebangsaan sebagai dasar negara.
Kedua, perbedaan paham keagamaan di antara gerakan-gerakan Islam.
Ketiga,
perbedaan
dalam
masalah
hakikat
dan
arah
kebudayaan
Indonesia, termasuk bagaimana seharusnya menyikapi budaya Barat.11
konflik intra Islam yang terjadi di Indonesia, seperti yang disebutkan
diatas yakni, konflik ideologis antara kaum Muslim yang beorientasi pada
ideologi kebangsaan dan kaum Muslim yang ingin menjadikan Islam
sebagai ideologi Negara, konflik organisasi dan paham keagamaan, dan
konflik mengenai hakikat dan arah kebudayaan nasional. Ketiga konflik
ini
ternyata
masih
berkembang
hingga
sekarang.
Mengingat
bahwa
konflik-konflik tersebut memiliki akar sejarah yang panjang bagi bangsa
ini, maka adalah naif apabila kita berharap konflik ini akan dengan
mudah
disingkirkan.
karena
ia
adalah
Hampir
sesuatu
mustahil
yang
dapat
alamiah
menghapuskan
dan
wajar
konflik
dalam
sebuah
masyarakat, lebih-lebih yang majemuk seperti Indonesia.
Sementara
itu,
di
Indonesia
sejak
tahun
1975,
atas
keinginan
pemerintah Orde Baru, didirikanlah Majelis Ulama Indonesia (MUI), di
mana wakil-wakil dari berbagai gerakan Islam diakomodasi. Meskipun
MUI
tidak
pemerintah
mempunyai
seringkali
masalah keagamaan.
11
kekuasaan
mendengarkan
Dalam
hal
Mujiburrahman, Akar Konflik
Volume VII No. 2 T ahun 2011), hal, 26
memaksa
pandangan
selain
memberi
MUI untuk
fatwa,
mengatasi
ini, sejak Orde Baru hingga sekarang,
Intra
Umat
Islam
Indonesia,
jurnal
(Dignitas
7
MUI telah mengeluarkan
banyak fatwa, di antaranya adalah menetapkan
fatwa bahwa aliran-aliran
tertentu sebagai aliran sesat (misalnya syi’ah,
Ahmadiyah
dan
Salamullah),
terutama
karena
dianggap
telah
menyimpang dari prinsip-prinsip aqidah Islam.12
Syiah adalah paham keagamaan yang menyandarkan pada pendapat
Sayidina Ali (khalifah ke empat) dan keturunannya yang muncul sejak
awal pemerintahan khulafaurasyidin. Syiah berkembang menjadi puluhan
aliran-aliran
karena
perbedaan
paham
mengangkat
Imam.
Perkembangan
dan
Syiah
perbedaan
di
Indonesia
pendapat
dalam
melalui
empat
tahap gelombang, yaitu: Pertama, bersamaan dengan masuknya Islam di
Indonesia; Kedua, pasca revolusi Islam Iran; Ketiga, Melaui Intelektual
Islam Indonesia yang belajar di Iran; dan Empat, Tahap keterbukaan
melalui
Pendirian
Organisasi
Ikatan
Jamaah
Ahlul
Bait
Indonesia
(IJABI).13
Konflik
akibat perbedaan keyakinan tersebut
menguak luka lama di
tubuh sejarah umat Islam dimulai perang Jamal, perang Shiffin, hingga
terbunuhnya ‘Ali ibn Abu Talib Ra.14 Perseteruan tersebut memuncak
hingga tragedi Karbala, tragedi yang menewaskan putra dan cucu ‘Ali ibn
Talib Ra. Pelaku dan korban dalam perang, pembunuhan, dan “pemeran”
tragedi
tersebut
ialah
orang-orang
Islam.
Peristiwa
ini
mengemuka
kembali dalam konteks perebutan kekuasaan antara Sunni dan aliran
Shi’ah di Suriah, Pakistan, Irak, Iran, dan beberapa negara lain.
12
Untuk kajian awal mengenai beberapa kasus aliran yang difatwa sesat atas
tuduhan 'menodai agama' , lihat Rumadi, Delik
Penodaan
Agama
dan
Kehidupan
Beragama dalam KUHP, ( Jakarta: The Wahid Institute, 2007). Baca Mujiburrahman, Akar
Konf lik Intra Umat Islam Indonesia, 35
13
Moh. Hasyim, Syiah: Sejarah Timbul dan Perkembangannya di Indonesia, Jurnal
(Multikultural & Multireligius Volume 11, Nomor 4, Oktober - Desember 2012), 23
14
Perang Jamal melibatkan ‘Aishah Ra (istri Rasulullah Saw.) dan ‘Ali ibn Abu
Thalib Ra. Selengkapnya dalam Ibn Khaldun, Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Tarikh
al-‘Arab wa al-Barbar wan Man ‘Asarahum min Dhawi al-Sha’n al-Akbar, Vol. II (BeirutLebanon: Dâr al-Fikr, 2001), 606. Sedangkan Perang Shiffin melibatkan golongan ‘Ali ibn
Abu Thalib dan golongan Mu’awiyah; berawal dari isu pembalasan atas terbunuhnya
‘Uthman ibn ‘Affan.
8
2. Konsep Mayoritas VS Minoritas
Pengertian Islam mainstream di Indonesia mengarah pada kelompokkelompok
mayoritas
Mainstream
atau
yang
ortodoksi
dianut
oleh
dalam
masyarakat
istilah
Muslim
Martin
van
Indonesia.
Bruinessen15
diwakili oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), termasuk juga organisasi
kemasyarakatan yang ada di dalamnya. Dalam visi ini, Ahlus Sunnah wal
Jama’ah merupakan salah satu ‘mainstream’ Islam ortodoks yang diakui
di Indonesia dan yang menyimpang darinya adalah sempalan dan sesat.
Dominasi
menjadi
konsep
penting
dalam
memahami
konsep
mainstream. ‘Truth claim’16 merupakan senjata ampuh yang dilontarkan
oleh kelompok mainstream untuk menyatakan kebenaran tafsir mereka
atas ajaran agama Islam Ketika dominasi tafsir ini berkolaborasi dengan
kekuasaan,
maka
mampu
dimapankan
(dalam
bentuk
nyata
berupa
institusionalisasi/ legalisasi atas lembaga atau pengakuan dari penguasa).
Alhasil,
aliran-aliran
mainstream
ini
mampu
mendominasi
frame
beragama umat Islam, tidak hanya dalam segi ritualitas, namun sikap juga
secara
bersamaan
terpolarisasi
ke
dalam
arus
mainstream
tersebut.
Preference umat juga akan selalu berkiblat pada mainstream, termasuk
produk hukum, maupun politik yang selalu mengarah pada entitas arus
mainstream. Konsep ini akan mendorong pandangan yang eksklusif dan
cenderung memperlakukan ‘perbedaan’ di luar arus mainstream sebagai
sebuah penyimpangan. Apa yang berbeda selalu diartikan sebagai ‘racun’
yang harus dimusnahkan jika memang tak bisa diobati.
Van Bruinessen, Martin. ‘Gerakan Sempalan di Kalangan Umat Islam
Indonesia: Latar Belakang Sosial-Budaya.’ Jurnal (Ulumul Qur’an vol. III, no. 1), 17. Baca
di Dewi Nurrul Maliki, Resistensi Kelompok Minoritas Keagamaan Jemaat Ahmadiyah
Indonesia, Minoritas Keagamaan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Jurnal (Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Volume 14, Nomor 1, Juli 2010 ISSN 1410-4946), hal, 49
16
Konsep Truth claim ini dapat ditemukan dalam agama apapun dimana konsep ini
mengajarkan tentang kebaikan, kejujuran, serta nilai-nilai lain dalam agama. Konsep ini
cenderung menekankan pada persamaan dari pada perbedaan dalam agama.
15
9
Sebagai bangsa yang terdiri dari banyak suku, agama, ras dan adat
istiadat, ragam kelompok minoritas di Indonesia dengan sendirinya juga
amat banyak. Ada minoritas etnis, minoritas ras, dan minoritas agama. Di
dalam
kelompok
minoritas
agama
penganut
sendiri
ada
minoritas
aliran
kepercayaan,
dan
lain-lain.17
Dari
atau
madzhab,
sekian
banyak
kelompok minoritas tersebut, keberadaan minoritas madzhab yang akan
diulas dalam penelitian ini. Mayoritas madzhab yang di anut di Indonesia
adalah madzhab sunni, sedangkan madzhab syi’ah berada dalam tataran
minoritas.
Hingga hari ini, sejumlah pelanggaran terhadap aktivitas beragama
dan
berkeyakinan
mayoritas
dan
masih
minoritas.
menghisai
Ironisnya,
wajah
buruk
munculnya
hubungan
perlakuan
antar
diskriminatif
ini justru dilakukan oleh negara melalui penerbitan serangkaian peraturan
yang
kemudian
dijadikan
justifikasi
oleh
kelompok
mayoritas
untuk
memusuhi dan meminggirkan kelompok minoritas. Perlakuan seperti ini
terjadi dalam beberapa bentuk seperti: klaim penyesatan terhadap aliran
keagamaan
dan
kepercayaan,
penutupan
tempat
ibadah,
larangan
mengembangkan dan mendakwahkan keyakinan, hingga pembatasan hakhak politik dan akses ekonomi.
Salah satu kelompok minoritas yang akhir-akhir ini sering mengalami
perlakuan diskriminatif dari negara dan kerap menjadi sasaran amuk
massa adalah Jamaah Ahmadiyah.18 Di berbagai daerah di Indonesia,
keberadaan pengikut Mirza Ghulam Ahmad ini terus terancam. Bukan
hanya
17
tidak
bisa
mengamalkan
keyakinannya,
warga
Ahmadiyah
tak
Suprapto, Membina Relasi Damai antara Mayoritas dan Minoritas, Jurnal
(Volume XII, Nomor 1, Juni 2012), 24
18
Sebagai organisasi, sebetulnya Ahmadiyah telah diakui sebagai organisasai
kemasyarakatan
melalui
surat
Direktorat
Hubungan
Kelembagaan
Politik
No.
75/D.I/VI/2003. Jauh sebelumnya, secara legal formal, Ahmadiyah juga disahkan sebagai
badan hukum berdasarkan SK Menteri Kehakiman No. JA 5/23/13 tertanggal 13 Maret
1953.
10
sedikit yang terpaksa kehilangan harta, tempat tinggal dan sarana ibadah.
Kasus-kasus
perusakan
masjid
dan
fasilitas
rumah
milik
warga
Ahmadiyah terus saja terjadi seperti di Cikeusik, Tasik Malaya, Bogor,
Makasar dan Lombok Nusa Tenggara Barat.19
Kasus
lainnya
adalah
penyesatan
terhadap
pengikut
Lia
Eden.
Tanggal 28 Desember 2005, rumah Lia Aminuddin di Jakarta Pusat
dikepung
sebagian
keagamaannya
anggota
yang
telah
masyarakat
dinyatakan
yang
sesat
memprotes
oleh
MUI.
ajaran
Akhirnya
kelompok Lia Eden diadili dan divonis hukuman dua tahun penjara.
Kelompok lain yang mengalami penentangan dari sebagian umat Islam
adalah kelompok Syiah.20 Kasus ini juga terjadi pada pengikut Syiah
yang ada di wilayah Omben, Sampang Madura dan meluas ke wilayah
Kecamatan Puger, Kabupaten Jember.
Pada
perkembangan
mengeluarkan
agama
Haluan
kebijakan
resmi,
menetapkan
selanjutnya
agama
TAP
Negara,
yang
yang
MPR
di
berisi
Negara.
IV/MPR/1978
secara
semakin
perlindungan
diakui
NO.
mana
negara
eksplisit
sistematis
terhadap
Pada
tahun
tentang
dalam
keberadaan
1978,
MPR
Garis-garis
Besar
disebutkan
bahwa
“aliran
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukan merupakan agama”.
Berdasar pada TAP MPR ini Menteri Agama mengeluarkan Intruksi no. 4
dan
14
tahun
1978
yang
bersisi
kebijakan
inti
mengenai
aliran
kepercayaan. Melalui serangkai aturan seperi ini, negara memang secara
19
Kasus penyerangan terhadap jemaat Ahmadiyah juga telah lama terjadi di pulau
Lombok. Tercatat di Lombok Timur, masa dengan beringas membakar pemukiman warga
Ahmadiyah pada tanggal 10-13 September 2002, di Praya Lombok Tengah warga
Ahmadiyah mengungsi ke Mapolres setempat setelah masa menyerbu mereka pada 17 Maret
2006. Sebulan sebelumnya tepatnya 4 Februari 2006 kasus serupa terjadi di Desa Lingsar
Lombok Barat. Baca Fawaizul Umam, “Menolak Kekerasan, Menenggang Keragaman:
Refleksi atas Kasus Kekerasan terhadap Ahmadiyah” Jurnal (Tasamuh, Vol 4, Nomor 1
Desember 2006), 25-38.
20
Ahmad Suedy dan Rumadi (ed.), Politisasai Agama dan Konflik Komunal:
Beberapa Isu Penting di Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institute, 2007), 2-11
11
sistematis
telah
meminggirkan
kelompok-kelompok
minoritas
penganut
kepercayaan yang dianggap belum beragama.
3. framing Media dalam Konflik Sunni-Syiah di Puger
Ketika media memberitakan peristiwa atau isu
tertentu, seringkali
media tidak dapat melepaskan diri dari latar ideologi atau visi lembaga,
sehingga
konstruksi
mengikuti
atas
perspektif
realitas
yang
yang
dimiliki
terbangun
masing-masing
juga
cenderung
media.
Beberapa
kasus kekerasan menambah deretan pemberitaan mengenai konflik agama
yang terjadi di Indonesia. Banyak komentar untuk mengusut tuntas kasus
Syiah yang terjadi di Indonesia. Media pun turut mengambil bagian
dalam usaha memberitakan berbagai
kejadian terkait kasus Syiah di
Indonesia. Pemberitaan ini dianggap penting dan diangkat sebagai isu
nasional. Peneliti ingin melihat bagaimanakah cara media memberitakan
kasus Syiah, Apakah berita-berita tersebut mengarah pada solusi dan
kedamaian, atau pemberitaan justru berpotensi untuk menyulut konflik.
Pada titik ini media Islam dapat menjadi bagian dari saluran gerakan
keagaamaan
untuk
ideologisnya,
tak
menyuarakan
terkecuali
nafas
persoalan
keislaman
yang
berdasarkan
terkait
dengan
pilihan
konflik
keagamaan di Indonesia. Konstruksi teks yang terbangun pun simetris
dengan platform ideologi keislaman yang diusungnya.21 Di antara media
Islam
Indonesia
yang
tampil
menghiasi
ruang
publik
dan
mewarnai
medianya sebagai saluran ideologi keislaman adalah media Islam yang
tampil dalam ranah dunia maya, seperti voa-islam.com, arrahmah.com
dan hidayatullah.com.
Media Islam online tersebut sengaja dipilih karena keberadaannya
memang didesain sebagai media berita Islam dan dalam banyak hal
21
Rusmulyadi, Framing Media Islam Online atas Konflik Keagamaan di
Indonesia, Jurnal Komunikasi Islam, Jurnal (ISBN 2088-6314 Volume 03, Nomor 01, Juni
2013), 49-50
12
merepresentasikan citra Islam. Fokus kajian terhadap media Islam online
ini
tidak
sebatas
untuk
melihat
bagaimana
media
tersebut
mendokumentasikan realitas konflik keagamaan, tetapi lebih pada upaya
melihat bagaimana konstruksi berita yang dibangun dalam mewartakan
peristiwa seputar konflik keagamaan yang terjadi di Indonesia. tulisan ini
berpusat pada isi pesan media Islam online, dengan asumsi bahwa ketika
media
melaporkan
dilakukan
adalah
peristiwa
konflik
mengkonstruksi
keagamaan,
realitas
pada
dengan
dasarnya
teks
yang
sebagai
mediumnya. Pada posisi ini, media dapat dipandang sebagai agen yang
aktif dalam mengkonstruksi realitas.
Dasar penalaran tersebut bukan hanya meneguhkan suatu gagasan
atau
pandangan,
melainkan
juga
membuat
gagasan
menjadi
tampak
benar, absah dan demikian adanya. Dari keseluruhan ide dan gaya
penulisan, dapat diketahui dengan jelas sikap media ini dalam persoalan
tersebut. Salah satu contohnya adalah Voa-islam.com begitu bersemangat
untuk melibatkan diri dan membangun perlawanan melalui teks terhadap
kelompok Syiah. Ide sentral (core frame) dari media Islam online ini
adalah Syiah-lah biang kerusuhan yang terjadi selama ini, khususnya di
Jawa Timur. Voa-islam.com pun menulis:
“Seperti diketahui, benturan Sunni-Syiah di Jawa Timur bukan kali
pertama, sebelumnya benturan juga terjadi di Pasuruan, tepatnya pada
15 Februari 2011 lalu. Sekelompok massa melakukan penyerangan
terhadap Ponpes Al Ma'hadul Islam Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di
Desa Kenep, Kecamatan Beji, Pasuruan, Jawa Timur, sekitar pukul
14.30 WIB. Akibatnya, delapan santri terluka. Terbetik kabar, benturan
di Pasuruan tersebut sudah terjadi tujuh kali. Selama tiga tahun
terakhir, aksi penyerangan sudah pernah dilakukan pada 2006 dan
2007.”
Dengan konstruksi berita seperti ini, Voa-islam seolah-olah hendak
mengajak pembaca berdiri di samping media ini dengan mengatakan
bahwa Syiah adalah kelompok berbahaya. voa-islam.com secara tidak
13
langsung juga ingin menyatakan bahwa ajaran Syiah lebih berbahaya
dibandingkan
Ahmadiyah.
Framing
media
seperti
yang
dicontohkan
diatas mempengaruhi para pembaca untuk menyesatkan salah satu aliran
yang berkembang di Indonesia.
G. Metode Penelitian
1. Lokus Penelitian
Lokus penelitian ini terletak di desa puger kulon kecematan Puger
kabupaten Jember. Lokasi ini dipilih dikarenakan pelbagai alasan yakni;
pertama, Pada tahun 2012, muncul konflik diantara masyarakat puger.
Konflik antara perbedaan aliran agama mencuat dengan beberapa alasan.
Penyebab tragedi Sunni-Syi’ah di Puger banyak ragam, ia tidak semata
didasarkan pada perbedaan aliran atau madzhab pemikiran keagamaan,
akan
tetapi
kompleks
juga
telah
ekonomi,
bercampurbaur
sosial
kemasyarakatan,
perseorangan
maupun
komunal.
kebanyakan
penduduknya
adalah
pesisir
pantai,
kondisi
dengan
Kedua,
masyarakat
geografis
ini
persoalan-persoalan
dan
politik,
baik
latar-belakang
desa
ini
Madura
tinggal
di
yang
mempengaruhi
watak
penduduk
kampung tersebut. Ketiga, penelitian mengenai kekerasan agama di desa
puger berbeda dengan penelitian lain, mengingat dilatarbelakangi oleh
adanya peristiwa penyerangan oleh kaum sunni kepada kaum syi’ah pada
tahun
2013
yang
mengakibatkan
kerusakan
rumah
ibadah,
beberapa
korban meninggal dan yang lainya luka-luka.
2. Jenis Penelitian
Penelitian
bersifat
ini
deskriptif
menjelaskan
termasuk
penelitian
kualitatif.22
penelitian
deskriptif
lapangan
Bogdan
kualitatif
dan
(field
taylor
sebagai
reseach)
yang
dalam
moleong
prosedur
penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sesuai dengan pendapat
22
Arief furchan, pengantar metode penelitian kualitatif, (Surabaya: usaha nasionak,
cet, 1, 1992), hal, 21-2
14
Bogdan dan biklen serta lincon bahwa penelitian kualitatif memiliki ciriciri,
antara
lain:
menekankan
pada
setting
ilmiah
(natural
setting),
peneliti bertindak sebagai alat (instrument), analisis data secara induktif,
deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil atau produk, adanya
“batas”
yang
ditentukan
oleh
“focus”,
adanya
kriteria
keabsahan data, desain yang bersifat sementara, dan
khusus
untuk
hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama.23
Selain
kelebihan
yang
dimiliki
oleh
studi
kasus,
sesungguhnya
penggunaan studi kasus dalam penelitian ini sesuai untuk melihat peranan
lembaga institusi pemerintahan dan kearifan lokal dalam penyelesaian
dan pencegahan konflik horizontal di Indonesia.
3. Pendekatan Penelitian
Pada hakikatnya penelitian kualitatif mengunakan pendekatan secara
fenomenologis. Artinya Peneliti berangkat kelapangan dengan mengamati
fenomena yang terjadi dilapangan secara alamiah. Namun nanti yang
akan membedakan masing-masing jenis penelitian itulah fokus penelitian.
Apakah
penelitian
sebagainya.24
Sesuai
menggunakan
itu
fokus
dengan
paradigma
ke
budaya,
permasalahan
definisi
social
fenomena,
kasus
dan
dikaji,
penelitian
ini
yang
dengan
pendekatan
kajian
fenomenologis.
Para fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya
terhadap
orang-orang
yang
berada
dalam
situasi-situasi
tertentu. Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan
tindakan
untuk
menangkap
pengertian
sesuatu
yang
sedang
diteliti.
Dalam hal ini ditekankan pada aspek subjektif dari prilaku orang. Dimana
para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang
ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana
23
Lexy j Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: remaja rosdakarya,
cet, 13, 2000), hal, 4-8
24
M. Syahran Jailani, Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi, Fenomenologi,
Grounded Theory,dan Studi Kasus), Jurnal, Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
15
suatu
pengertian
yang
dikembangkan
oleh
mereka
disekitar
peristiwa
dalam kehidupan sehari-hari. Para fenomenologis percaya bahwa pada
makhluk
hidup
tersedia
berbagai
cara
untuk
menginterpretasikan
pengalaman melalui interaksi dengan orang lain .
Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang
menggunakan
mengamati
pendekatan
tentang
fenomenologi
fenomena
yang
adalah
terjadi
sebuah
dalam
penelitian
kehidupan
yang
manusia
Dimana para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para
subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa
dan
bagaimana
suatu
pengertian
yang
dikembangkan
oleh
mereka
disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata
dan gambar serta bukan dengan angka angka. Dengan demikian, laporan
penelitian akan berisi kutipan kutipan data uantuk memberikan gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut misalnya: wawancara mendalam
(indepth
interview),
observasi
partisipatif,
catatan
lapangan,
foto,
videotape, dokumen pribadi, memo dan dokumen resmi lainya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik
wawancara.
teknik
pengumpulan
data
kualitatif
karena
maupun
Menurut
densin
biasa
dan
Lincoln
dipakai
mampu
wawancara
dalam
penelitian
menghandirkan
sebagai
kuantitatif
kekurangan
dan
pengumpulan
data
kelebihan dari informasi yang disampaikan oleh responden.25
Penelitian
wawancara
kualitatif
memerlukan
yang
menggunakan
narasumber
teknik
kunci
(informan).
Dengan
menggunakan teknik snowball Sebagai teknik mencari informan, maka
25
Oksimana Darmawan, Perlindungan Hak Atas Kebebasan Beragama Dan
Berkeyakinan Bagi Kelompok Minoritas Agama Dan Aliran Kepercayaan (studi kasus di
provinsi Sulawesi utara) dalam (jurnal HAM volume 4 nomor 1, Juli 2013, ISSN 16938704) 64
16
narasumber
sebagai
kunci
dalam
penyelenggara
penelitian
perijinan
ini
adalah
penelitian,
BAKESBANGPOL
pimpinan
instansi
terkait
seperti kepala desa, serta pemimpin aliran yang diwakili sunni-syi’ah di
lokasi penelitian, ulama MUI sebagai tokoh ulama, serta tokoh-tokoh
LSM yang terkait dengan konflik sunni-syi’ah di kecamatan puger.
Untuk
melengkapi
menggunakan
studi
pengumpulan
dokumen.
Tehnik
data,
ini
penelitian
digunakan
ini
untuk
juga
mencari
justifikasi atau pembenaran atas data yang diperoleh melalui wawancara,
sehingga
studi
kebenaran
dokumen
informasi
dapat
yang
di
menjadi
dapat
pengawas
dari
teknik
atau
pengontrol
pengumpulan
data.
Sedangakan analisis data menurut paton dan moleong adalah proses
mengatur data, mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori dan
dan satuan uraian dasar.
5. Tekhnik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh
adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan
rangkaian
angka
kategori/struktur
serta
tidak
klasifikasi.
dapat
Menurut
disusun
miles
dan
dalam
kategori-
Huberman,
kegiatan
analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Ketiga
alur
kegiatan
merupakan
sesudah
ini
proses
sebagai
siklus
pengumpulan
data
sesuatu
interaksi
yang
pada
dalam
bentuk
saling
saat
berhubungan
sebelum,
sejajar
selama,
yang
dan
dan
membangun
wawasan umum yang disebut “analisis”.26
Dalam penelitian kualitatif teknik analisis data bisa dimulai saat awal
penelitian atau pada saat data dihimpun. Ini berbeda pada analisa data
26
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Social, (Bandung; Refika aditama, 2009), hal, 340
17
pada penelitian kuantitatif yang telah tersandarisasi karena menggunakan
matematika sebagai analisisnya.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memepermudah penelitian dan pemahaman secara menyeluruh
tentang
proposal
menyeluruh,
thesis
secara
ini,
singkat
serta
dapat
mendapatkan
dilihat
gambaran
dalam
sistematika
yang
memaparkan
yang
jelas
pembahasan
dibawah ini.
I.
Bagian
I
merupakan
pendahuluan
fenomena
kekerasan agama yang terjadi di Indonesia. Dari konteks penelitian
tersebut, ditemukan fokus dan permasalahan penelitian yang dijawab
oleh tujuan penelitian. Disertai dengan manfaat penelitian, signifikasi
penelitian, definisi istilah dan originalitas penelitian.
II.
Bagian II berisi Temuan penelitian yaitu riset terdahulu, diharapkan bisa
memberikan
Dengan
sumbangan
kata
lain,
secara
teoretik
penelitian
pada
terdahulu
khazanah
dapat
keilmuan,
digunakan
untuk
menunjukkan titik persamaan dan perbedaannya, sehingga penelitian ini
benar-benar
kajian
terbukti
pustaka,
yang
memiliki
berisi
kesinambungan.
kajian
teoritis.
Diteruskan
Dengan
bab
dengan
ini
dapat
dijadikan dasar untuk penyajian dan analisis data yang ada relevansinya
dengan rumusan masalah.
III.
Bagian III membahas tentang metode penelitian yang berisi tentang
lokus penelitian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, pengumpulan
data, teknik analisis data dan menghindari bias penelitian. Metode
penelitian
ini
bermanfaat
untuk
dijadikan
pisau
analisis
untuk
memudahkan penulis dalam menyajikan penelitianya.
IV.
Bagian IV membahas tentang laporan hasil penelitian, meliputi latarbelakang objek yang diteliti.
18
V.
Dalam bagian V akan dipaparkan pembahasan dan analisis data hasil
penelitian
mengenai
konflik
sunni-syi’ah
yang terjadi
di
kecamatan
puger, serta korelasi HAK (hak asasi manusia) yang berkaitan dengan
kasus ini, disertai cara penanganan resolusi konflik sunni-syi’ah di
Jember.
VI.
Dalam bab VI, yang berisi uraian tentang kesimpulan dari temuan
penelitian yang telah dilakukan. Mengingat penelitian ini terbatasi halhal yang bersifat akademis maupun non-akademis, maka dalam akhir
bab ini keterbatasan penelitian juga menjadi penting untuk dijelaskan,
yang dimasukkan dalam saran-saran.
Daftar Pustaka
Buku
Ahmad Suedy dan Rumadi (ed.), Politisasai Agama dan Konflik
Komunal: Beberapa Isu Penting di Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institute,
2007).
Ibn Khaldun, Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Tarikh
wa al-Barbar wan Man ‘Asarahum
al-‘Arab
min Dhawi
al-Sha’n al-Akbar, Vol. II
Investigasi
Dan
(Beirut-Lebanon: Dâr al-Fikr, 2001).
Kontras
Surabaya,
Laporan
Pemantauan
Kasus
Syi’ah Sampang, (Surabaya; Kontras, 2012).
Lexy j Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: remaja
rosdakarya, cet, 13, 2000).
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Social, (Bandung; Refika aditama,
2009).
Murad w hofmann, Islam The alternative, (Maryland USA: Amana
Publication,
1999)
terj.
Rahmani
(Bandung: Pustaka Hidayah, 2002).
astute,
menengok
kembali
Islam
Kita,
19
Rumadi, Delik
Penodaan
Agama
dan
Kehidupan
Beragama
dalam KUHP, ( Jakarta: The Wahid Institute, 2007).
Jurnal dan Thesis
Ali Miftakhudin, Toleransi Beragama antara Minoritas Syiah dan
Mayoritas Nahdhiyin di Desa Margolinduk Bonang Demak, (Thesis, IAIN
Walisongo, fakultas Ushuludin, 2014).
Arief
furchan,
pengantar
metode
penelitian
kualitatif,
(Surabaya:
usaha nasionak, cet, 1, 1992).
Bahrul Ulum, Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah
Studi Komparatif Syiah-Sunni, (Thesis, Universitas Muhamadiah Surakarta,
Magister Pemikiran Islam, 2013).
Cornelis Lay, Kekerasan atas nama agama prespektif Politik, Diskusi
Panel
“kekerasan
(Yogyakarta;
atas
nama
Universitas
Agama
Kristen,
di
Fakultas
Indonesia;
Teologi,
Proyeksi
26
Agustus
Depan”
2006).
Dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 13, Nomor 1, Juli 2009.
Dewi
Jemaat
Nurrul
Ahmadiyah
Resistensi
Maliki,
Indonesia,
Kelompok
Minoritas
Minoritas
Keagamaan
Keagamaan
Jemaat
Ahmadiyah
Indonesia, Jurnal (Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 14, Nomor 1, Juli
2010 ISSN 1410-4946).
Fawaizul
Umam,
“Menolak
Kekerasan,
Menenggang
Keragaman:
Refleksi atas Kasus Kekerasan terhadap Ahmadiyah” Jurnal (Tasamuh, Vol
4, Nomor 1 Desember 2006).
Oksimana Darmawan, Perlindungan Hak Atas Kebebasan Beragama
Dan
Berkeyakinan
Bagi
Kelompok
Minoritas
Agama
Dan
Aliran
Kepercayaan (studi kasus di provinsi Sulawesi utara), (jurnal HAM volume
4 nomor 1, Juli 2013, ISSN 1693-8704).
M.
Syahran
Jailani,
Ragam
Penelitian
Qualitative
(Ethnografi,
Fenomenologi, Grounded Theory,dan Studi Kasus), Jurnal, Edu-Bio; Vol. 4,
Tahun 2013.
20
Akar
Mujiburrahman,
Konflik
Intra
Umat
Islam
Indonesia,
jurnal
(Dignitas Volume VII No. 2 T ahun 2011).
Moh.
Indonesia,
Syiah:
Hasyim,
Jurnal
Sejarah
(Multikultural
&
Timbul
dan
Multireligius
Perkembangannya
Volume
11,
Nomor
di
4,
Oktober - Desember 2012).
Rusmulyadi, Framing Media Islam Online atas Konflik Keagamaan
di Indonesia, Jurnal Komunikasi Islam, Jurnal (ISBN 2088-6314 Volume 03,
Nomor 01, Juni 2013).
Suprapto, Membina Relasi Damai antara Mayoritas dan Minoritas,
Jurnal (Volume XII, Nomor 1, Juni 2012).
Van
Bruinessen,
Martin.
‘Gerakan
Sempalan
di
Kalangan
Umat
Islam Indonesia: Latar Belakang Sosial-Budaya.’ Jurnal (Ulumul Qur’an
vol. III, no. 1)
Koran atau Majalah
Achmad Faizal, “Pemerintah Tak Serius Atasi Konflik di Sampang”,
Kompas (27 Agustus 2012)
Radar
Jatim,
“Persaingan
Kelompok
Lembaga
Pendidikan
Puger”,
Jawa Pos (14 September 2013).
Wahid
institute,
Laporan
akhir
tahun
Suprapto,
“Konflik
Sunni-Syiah
kebebasan
beragama
dan
intoleransi 2012.
Website
Hadi
di
Madura,
Mengapa?”,
VIVAnews.com.
Nurul Arifin, “Bentrok Sunni-Syi’ah di Jember 1 Tewas”, Sindonews.com
Umi sumbullah “Agama dan kekerasan (menelisik akar kekerasan
dalam tradisi Islam), di akses tanggal 29-3-2015 Blog Sivitas Akedemik
fakultas syari’ah, http://syariah.uin-malang.ac.id