PENGGUNAAN DERIVATIF SEBAGAI SENJATA UNT

PENGGUNAAN DERIVATIF SEBAGAI SENJATA
UNTUK MENGENDALIKAN DEFISIT ANGGARAN
DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas Seminar Keuangan Publik Semester VII

DISUSUN OLEH
I GEDE YUDI HENRAYANA
KELAS 7 A ALIH PROGRAM/24

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA – STAN
2016

PENGGUNAAN DERIVATIF SEBAGAI SENJATA UNTUK
MENGENDALIKAN DEFISIT ANGGARAN DI INDONESIA

Abstrak
Defisit anggaran adalah situasi yang terjadi ketika pengeluaran pemerintah melebihi
pendapatannya. Salah satu cara yang digunakan pemerintah untuk membiayai defisit anggaran
adalah dengan melakukan utang, baik kepada pihak dalam negeri maupun luar negeri. Dalam
sepuluh tahun terakhir, pemerintah Indonesia masih mempertahankan kebijakan defisit
anggaran. Apabila tidak mampu dikendalikan dengan baik, maka defisit anggaran akan


membawa akibat-akibat negatif, antara lain menyebabkan suatu negara menjadi
terjerat dalam lingkaran utang, memicu defisit neraca perdagangan, kenaikan tingkat
suku bunga, dan pelemahan nilai tukar mata uang suatu negara, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan krisis ekonomi. Salah satu senjata yang dapat digunakan
pemerintah untuk mengendalikan defisit anggaran adalah derivatif. Pengendalian
defisit anggaran dengan menggunakan derivatif dan risiko yang mungkin ditimbulkan
akan dibahas pada tulisan berikut.
Kata kunci: defisit anggaran, akibat negatif defisit anggaran, derivatif, penggunaan derivatif
untuk mengendalikan defisit anggaran

DEFINISI DEFISIT ANGGARAN
Menurut Haryanto (2015, 1), definisi dari defisit anggaran adalah sebagai
berikut:
Secara definisi, defisit anggaran muncul dari sisi pengelolaan pendapatan negara dikurangi
belanja negara dalam APBN. Jika alokasi belanja negara melebihi pendapatan negara,
maka status defisit anggaran tersebut akan muncul, begitu pula sebaliknya.

Sementara itu, menurut Pettinger, definisi dari defisit anggaran adalah sebagai
berikut:

The budget deficit is the annual amount the government has to borrow to meet the
shortfall between current receipts (tax) and government spending.

Dari kedua definisi di atas dapat kita ketahui bahwa defisit anggaran adalah suatu
situasi yang terjadi ketika pengeluaran pemerintah lebih besar daripada pendapatan
pemerintah. Untuk melakukan pembiayaan atas defisit anggaran, pemerintah dapat
melakukan beberapa cara, salah satunya dengan melakukan pinjaman, baik kepada
pihak dalam negeri maupun luar negeri.

1

DEFISIT ANGGARAN DI INDONESIA
Dalam sepuluh tahun terakhir, pemerintah Indonesia masih mempertahankan
kebijakan defisit anggaran. Meskipun demikian, pemerintah Indonesia tidak dapat
sewenang-wenang untuk menentukan besarnya defisit anggaran dan melakukan
pinjaman. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
mengamanatkan bahwa defisit anggaran dibatasi maksimal 3% (tiga persen) dari
Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60%
(enam puluh persen) dari PDB. Data mengenai perkembangan defisit anggaran
terhadap PDB selama tahun anggaran 2010 sampai dengan 2015 disajikan dalam

Grafik 1 di bawah ini.
Grafik 1
Perkembangan Defisit Anggaran terhadap PDB (dalam Persen)
Tahun 2010 – 2015
3.00
2.50
2.10

2.10

2.23

2.00

2.38

2.40

2.33


2.25

1.90

2013

2014

2015

1.86

1.50
1.00

1.10

0.500.70
0.00
2010


2011

2012
APBNP

Realisasi (LKPP)

Sumber: Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2016.
Dari Grafik 1 di atas dapat kita ketahui bahwa sejak tahun 2010, defisit
anggaran pemerintah Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, kecuali pada

2

APBN 2016 yang direncanakan pemerintah akan turun menjadi 1,90% terhadap PDB.
Meskipun demikian, pemerintah masih berkomitmen untuk melaksanakan amanat
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dengan menjaga
defisit anggaran tetap di bawah 3% dari PDB. Kita juga dapat melihat komitmen dari
pemerintah untuk melakukan pengurangan persentase defisit anggaran terhadap PDB

pada tahun 2016.

PENYEBAB DEFISIT ANGGARAN
Dari definisinya, kita dapat mengetahui bahwa defisit anggaran disebabkan
karena pengeluaran pemerintah lebih besar daripada pendapatannya. Penyebab defisit
anggaran di Indonesia pun sama dengan yang terjadi negara-negara lainnya, yaitu
disebabkan akibat tidak berimbangnya laju peningkatan pengeluaran pemerintah dan
laju pertumbuhan pendapatannya.
Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan pengeluaran pemerintah
adalah

tingginya

tingkat

pembangunan

ekonomi,

sehingga


pengeluaran

meningkat dengan cepat. Faktor krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat dan
Eropa juga mempengaruhi peningkatan pengeluaran pemerintah. Krisis ekonomi
tersebut memaksa pemerintah untuk mengadakan pengeluaran ekstra guna
memperbaiki keadaan ekonomi dan meminimalisasi dampak krisis ekonomi tersebut
terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu, hal yang menyebabkan meningkatnya
peningkatan pengeluaran pemerintah belakangan ini adalah komitmen dari politisi
untuk mewujudkan janji-janji politiknya di masa kampanye. Beberapa program politik
yang menyebabkan peningkatan pengeluaran pemerintah antara lain peningkatan
pembangunan infrastruktur, dana desa, dan sistem jaminan sosial, terutama untuk
menutupi pembayaran layanan jaminan sosial akibat tidak mencukupinya iuran BPJS
dan iuran pensiun PNS dan TNI/Polri.
Akan tetapi, laju peningkatan pengeluaran pemerintah tidak diimbangi
peningkatan pendapatan pemerintah. Meskipun pendapatan pemerintah, terutama dari
pajak, mengalami peningkatan nominal setiap tahun, tetapi laju peningkatan tersebut

3


masih di bawah laju peningkatan pengeluaran pemerintah. Apalagi fakta yang terjadi
adalah realisasi penerimaan pajak dalam beberapa tahun terakhir tidak pernah dapat
mencapai target yang telah ditetapkan. Ketidakmampuan laju peningkatan pendapatan
pemerintah untuk mengimbangi laju peningkatan pengeluaran pemerintah adalah
penyebab defisit anggaran terjadi di Indonesia.

AKIBAT NEGATIF DARI DEFISIT ANGGARAN
Defisit anggaran sebenarnya tidak akan membawa akibat negatif apabila
mampu dikendalikan dengan baik. Apabila tidak mampu dikendalikan dengan baik,
maka defisit anggaran akan membawa akibat-akibat negatif. Menurut Ball dan
Mankiw (1995, 99), akibat negatif dari defisit anggaran adalah sebagai berikut:
“… government budget deficits reduce national saving, reduce investment, reduce net
exports, and create a corresponding flow of assets overseas. These effects occur because
deficits also raise interest rates and the value of the currency in the market for foreign
exchange.”.

Tabungan nasional adalah total dari tabungan brivat (penghasilan bersih rumah
tangga setelah pajak yang disimpan atau tidak digunakan untuk konsumsi) dan
tabungan publik (pendapatan pemerintah yang disimpan, atau yang tidak digunakan
untuk belanja pemerintah). Secara matematis, hubungan tersebut dapat digambarkan

melalui formula berikut.
Tabungan Nasional ( S )=Tabungan Privat +Tabungan Publik
Dengan semakin banyaknya tabungan publik yang digunakan untuk belanja, maka
tabungan nasional akan semakin berkurang. Apabila tabungan nasional berkurang,
maka ketersediaan uang yang dapat dipinjamkan kepada masyarakat juga semakin
berkurang. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya tingkat suku bunga di negara
tersebut.
Selain itu, tabungan nasional juga dapat digambarkan dengan formula di
bawah ini.
S=I + NX

4

I

pada formula di atas adalah investasi, sementara

NX

adalah ekspor bersih.


Melihat persamaan di atas, kita dapat melihat bahwa apabila tabungan nasional
berkurang, maka salah satu dari investasi atau ekspor bersih dari negara tersebut juga
berkurang, atau bahkan investasi dan ekspor bersih dapat sama-sama berkurang.
Defisit anggaran, dengan membuat penurunan ekspor bersih, akan memicu
terjadinya defisit neraca perdagangan. Defisit neraca perdagangan terjadi apabila
suatu negara melakukan impor lebih banyak daripada melakukan ekspor. Apabila
impor suatu negara lebih banyak daripada ekspornya, maka hal ini akan menyebabkan
kepemilikan aset-aset yang ada di negara tersebut akan mengalir kepada orang asing.
Peningkatan suku bunga cenderung menyebabkan masyarakat domestik untuk tidak
melakukan investasi pada aset domestik, sedangkan peningkatan suku bunga ini
menarik investor dari luar negeri untuk berinvestasi pada aset-aset di negara tersebut.
Karena investasi pada aset domestik lebih banyak dilakukan oleh investor luar negeri
daripada investor dalam negeri, maka kepemilikan aset-aset yang ada di negara
tersebut akan mengalir ke luar negeri.
Defisit neraca perdagangan akan memiliki pengaruh terhadap nilai tukar mata
uang suatu negara. Pengaruh defisit neraca perdagangan menurut Federal Reserve
Bank of San Francisco (1999) adalah sebagai berikut:
“…in the long run, trade deficits may be expected to contribute to a weaker dollar, as the
economy adjusts to create the surpluses needed to repay foreign investors. However, in the

short run, the relationship between the trade deficit and the dollar is weak, and the value
of the dollar is determined largely by investor preferences for U.S. dollar assets.”.

Jadi, defisit anggaran yang tidak terkendali akan mengakibatkan kenaikan
tingkat suku bunga dan pelemahan nilai tukar mata uang suatu negara. Kenaikan
tingkat suku bunga dan pelemahan nilai tukar mata uang dapat menyebabkan
terjadinya krisi ekonomi. Dengan kata lain, defisit anggaran yang tidak terkendali
dapat memicu terjadinya krisis ekonomi.
Selain itu, defisit anggaran juga dapat menyebabkan suatu negara terjerat ke
dalam lingkaran utang (vicious circle of debt). Seperti yang kita ketahui, salah satu
cara yang dilakukan pemerintah untuk membiayai defisit anggarannya adalah dengan

5

melakukan utang, baik kepada pihak luar negeri maupun dalam negeri. Utang beserta
bunganya direncanakan untuk dibayar pada tahun-tahun berikutnya. Jika pendapatan
suatu negara lebih besar daripada pengeluarannya, sisa lebih pendapatan ini dapat
digunakan untuk membayar utang beserta bunganya. Namun, apabila pada tahuntahun setelah utang dilakukan yang terjadi adalah anggaran suatu negara tetap defisit,
maka pemerintah melakukan utang baru untuk menutupi pembayaran utang
sebelumnya beserta bunganya. Hal ini akan menyebabkan jumlah utang negara
tersebut terus bertambah dan membuat negara tersebut terjebak ke dalam lingkaran
utang.
Agar tidak terjadi gagal bayar seperti yang terjadi pada Yunani, serta agar
terlepas dari lingkaran utang, pemerintah harus meningkatkan pendapatannya untuk
melunasi utang-utang jatuh temponya. Cara yang biasanya dipilih pemerintah untuk
meningkatkan pendapatannya adalah meningkatkan pajak atau melakukan penjualan
aset. Peningkatan pajak umumnya akan mendapatkan respon negatif dari masyarakat
sehingga akan menimbulkan risiko politik bagi pemerintah, yaitu kehilangan suara
pada pemilihan umum berikutnya. Selain itu, apabila peningkatan pajak dilakukan
saat ekonomi suatu negara dalam posisi lesu, maka hal itu akan memicu pelemahan
ekonomi yang lebih besar sehingga akhirnya akan memicu krisis ekonomi.
Apabila pemerintah memilih untuk melakukan penjualan aset, maka harus
diperhatikan aset mana saja yang akan dijual serta kepada siapa aset tersebut akan
dijual. Aset-aset strategis dan mempengaruhi hajat hidup banyak orang seharusnya
tidak boleh dijual pemerintah dengan alasan apapun. Aset yang akan dijual sebaiknya
juga tidak dijual kepada pihak asing karena seperti yang telah dijelaskan di atas,
apabila investasi pada aset domestik lebih banyak dilakukan oleh investor luar negeri
daripada investor dalam negeri, maka kepemilikan aset-aset yang ada di negara
tersebut akan mengalir ke luar negeri sehingga pada jangka panjang akan membuat
pelemahan nilai tukar mata uang negara tersebut. Pelemahan nilai tukar mata uang
suatu negara dapat memicu terjadinya krisis ekonomi di negara tersebut.

6

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa defisit anggaran yang
tidak terkendali akan membawa akibat negatif, yaitu peningkatan tingkat suku bunga,
pelemahan nilai tukar mata uang, dan menjerat suatu negara ke dalam lingkaran
utang. Akibat-akibat negatif dari defisit anggaran yang tidak terkendali tersebut akan
memicu terjadinya krisis ekonomi pada suatu negara. Oleh karena itu, pengendalian
defisit anggaran adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan pemerintah.
Pengendalian defisit anggaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu meningkatkan
pendapatan suatu negara atau mengurangi pengeluarannya. Salah satu senjata yang
dapat digunakan pemerintah untuk mengendalikan defisit anggaran, terutama untuk
mencegah terjadinya pembengkakan pengeluaran, adalah penggunaan derivatif.

DEFINISI DERIVATIF
Sebelum kita membahas tentang penggunaan derivatif untuk mengendalikan
defisit anggaran, terlebih dahulu kita akan membahas tentang definisi derivatif.
Titman, Keown, dan Martin (2011, 659) mendefinisikan derivatif sebagai berikut:
“a security whose value is derived from the value of another asset or security (which is
referred to as underlying asset)”.

Sementara itu, Kieso, Weygandt, dan Warfield (2014, 839) mendefinisikan instrumen
derivatif sebagai instrumen-instrumen keuangan yang
“derive their value from values of other assets (e.g., ordinary shares, bonds, or
commodities). Or, put another way, their value related to a market-determined indicator
(e.g. share price, interest rates, or the London Stock Exchange composite index).”.

Dari definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa derivatif adalah suatu instrumen
keuangan yang nilainya “diturunkan” dari nilai suatu aset yang menjadi acuannya
(underlying asset).

Jenis Derivatif
Secara umum, derivatif dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu forwards contract
atau futures contract, option, dan swap.
1.

Forwards Contract dan Futures Contract

7

Menurut Titman, Keown, dan Martin (2011, 655), forwards contract adalah
“a contract wherein a price is agreed upon today for an asset to be sold in the futures”.

Jadi, karakteristik dari forwards contract adalah harga telah disepakati pada saat
kontrak ditandatangani, tetapi proses jual-beli (delivery) belum terjadi sampai dengan
tanggal jatuh tempo dari forwards contract. Forwards contract dinegosiasikan secara
pribadi antara penjual dan pembeli.
Contoh dari forwards contract dapat kita gambarkan sebagai berikut. Karena
harga minyak berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka harga avtur pun juga
terpengaruh atas perubahan harga minyak ini. Untuk melindungi diri dari kerugian
akibat fluktuasi harga avtur, maka suatu maskapai penerbangan melakukan forwards
contract dengan sebuah perusahaan minyak untuk membeli avtur pada 6 bulan ke
depan dengan harga yang telah ditetapkan sekarang, misalnya US$100 per barel. Jika
harga avtur pada tanggal jatuh tempo forwards contract adalah US$125 per barel,
maka maskapai penerbangan mendapatkan keuntungan sebesar US$25 per barel.
Namun, apabila ternyata harga avtur pada saat tanggal jatuh tempo forwards contract
adalah US$90 per barel, maka maskapai penerbangan menderita kerugian sebesar
US$10 per barel.
Sementara itu, Titman, Keown, dan Martin (2011, 660) mendefinisikan futures
contract sebagai
“a contract to buy or sell a stated commodity (such as soybeans or corn) or a financial
claim (such as U.S. Treasury bonds) at a specified price at some futures specified time”.

Dari definisi tersebut, kita dapat melihat bahwa forwards contract dan futures
contract memiliki karakteristik yang mirip. Meskipun demikian, terdapat beberapa
perbedaan antara forwards contract dan futures contract. Perbedaan tersebut disajikan
pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Perbedaan antara Forwards Contract dan Futures Contract
No
1

Perbedaan
Standarisasi
Kontrak

Forwards Contract
Kontrak non-standard yang
dibuat antara penjual dan

Futures Contract
Kontrak
yang
telah
terstandarisasi.

8

2

Karakteristik
Kontrak

3

Pasar

4

Penentuan Harga
Kontrak

5

Mark to Market

pembeli atau bank dan
kliennya.
Secara
umum
kurang
mendefinisikan karakteristikkarakteristik tentang kuantitas
dan kualitas dari komoditi atau
aset, beserta waktu dan lokasi
dari delivery. Namun, forwards
contract
dapat
dibuatkan
polanya secara tepat untuk
keperluan kliennya mengenai
ukuran transaksi dan waktu.
 Tidak
diperdagangkan
pada pasar valas yang
terorganisasi.
 Tidak ada endorsement
(pemberian kuasa) atau
record keeping. Pihak
yang
menjadi
counterparty adalah bank
atau dealer.
 Secara umum merupakan
pasar wholesale yang
hanya dapat diakses oleh
bank-bank
besar
dan
perusahaan multinasional.
 Membutuhkan penilaian
kredit dari para pelaku.
Penentuan harga ditentukan
atau
disepakati
melalui
transaksi atau negosiasi antara
pihak-pihak yang terlibat.
Pencarian harga yang paling
menguntungkan
biasanya
memerlukan waktu yang cukup
lama.
Tidak ada daily settlement.

Secara jelas mendefinisikan
kuantitas dan kualitas dari
komoditi atau aset, beserta
waktu dan lokasi dari delivery.

Diperdagangkan
pada
pasar
valas
yang
terorganisasi.
 Terdapat clearing house
sebagai counter party yang
menjamin kinerja futures
contract dan menyimpan
serta
mempertahankan
catatan
dari
seluruh
transaksi-transaksi.
 Secara
relatif
kecil,
sehingga pasar ini terbuka
bagi baik pelaku atau
nasabah-nasabah kecil dan
besar.
 Tidak ada penilaian kredit
yang dibutuhkan.
Harganya ditentukan melalui
metode lelang (open outcry).
Model penentuan harga ini
menjamin
klien
untuk
memperoleh harga yang paling
disukai dari harga-harga yang
tersedia pada waktu tersebut.


Terdapat
daily
settlement
(pembayaran profit dan lossnya dilakukan setiap hari pada
hari terakhir masing-masing
(jatuh tempo) kontrak yang
telah ditetapkan).
Daily
settlement
ini
mengurangi
risiko
ketidakmampuan
untuk
membayar
(default
risk).
Investor yang tidak solvabel

9

6

Pembayaran
Deposit
dan
Margin

Tidak ada deposit ataupun
margin yang dibayarkan.

7

Pembatalan
Kontrak

Secara umum hanya dapat
dibatalkan
dengan
biaya
substansial, jika seluruhnya
dilakukan sebelum delivery
date.

dengan posisi yang tidak
menguntungkan hanya setelah
satu hari
trading, akan
dipaksa/diharuskan
untuk
mengundurkan diri, daripada
dibiarkan
untuk
menjadi
default (memperoleh kerugian)
yang lebih besar pada saat
kontrak jatuh tempo.
Mensyaratkan
pembayaran
deposit awal dan tiap margin
calls yang di-settled secara
harian (mark to market).
Pihak yang terlibat dapat
meninggalkan pasar sesuka
hatinya.

Sumber: diolah dari https://rdtloom.wordpress.com/2009/01/12/pasar-derivatif/
2.

Option Contract
Menurut http://www.businessdictionary.com, definisi dari option contract

adalah sebagai berikut:
“formal contract between a seller (the optioner) and a buyer (the optionee) the right (but
not the obligation) to buy-and-sell (or to buy-or-sell) a specific property or a fixedquantity of a commodity, currency, or security, at a fixed price (called exercise price) on
or up to a fixed date (called expiration date). Optionee pays down only a fraction (called
premium or option money) of the full value of the contract, thus obtaining an investment
leverage.”.

Berdasarkan definisi di atas, kita dapat mengetahui bahwa perbedaan
mendasar dari option contract dan forwards atau futures contract adalah pada
forwards atau forwards atau futures contract terdapat kewajiban untuk melakukan
transaksi dengan harga yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan pada option
contract tidak terdapat kewajiban, yang ada adalah hak untuk melakukan transaksi
pada harga yang telah disepakati (exercise price atau strike price). Oleh karena itu,
optionee dapat tidak menggunakan haknya untuk melakukan transaksi pada tanggal
jatuh tempo tanpa ada sanksi apapun.

10

Pada dasarnya, option contract dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu
call option dan put option. Penjelasan call option dan put option adalah sebagai
berikut.
a.

Call Option adalah suatu option contract yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk melakukan pembelian sejumlah saham atau aset.

b. Put Option adalah suatu option contract yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk melakukan penjualan sejumlah saham atau aset.
3.

Swap Contract
Menurut http://www.investopedia.com, definisi dari swap contract adalah

sebagai berikut:
“a derivative contract through which two parties exchange financial instruments. These
instruments can be almost anything, but most swaps involve cash flows based on a
notional principal amount that both parties agree to. Usually, the principal does not
change hands. Each cash flow comprises one leg of the swap. One cash flow is generally
fixed, while the other is variable, that is, based on a a benchmark interest rate, floating
currency exchange rate or index price.”.

Swap contract tidak diperdagangkan di bursa. Swap contract adalah over-thecounter (OTC) contracts antarperusahaan, antarlembaga keuangan, atau antara
perusahaan dan lembaga keuangan.
Jenis swap contract yang biasanya dilakukan adalah interest rate swap dan
currency swap. Penjelasan interest rate swap dan currency swap menurut Titman,
Keown, dan Martin (2011, 672) adalah sebagai berikut:
“an interest rate swap might involve the trading of fixed interest payments for variable or
floating rate interest payments between two companies. A currency swap would involve an
exchange of debt obligations in different currency.”.

Pihak swasta menggunakan derivatif untuk dua tujuan, yaitu tujuan spekulatif
dan lindung nilai (hedging). Untuk tujuan spekulatif, derivatif dibeli tidak untuk
ditahan sampai jatuh temponya, tetapi untuk kemudian dijual saat harga pasarnya
yang dirasa menguntungkan pemegang derivatif. Maksud dari tujuan spekulatif dari
derivatif ini adalah untuk memperoleh keuntungan dari jual beli derivatif. Spekulasi
derivatif ini memiliki risiko yang cukup besar sehingga kurang cocok untuk

11

diterapkan oleh pemerintah. Jika hendak menggunakan derivatif, pemerintah
sebaiknya menggunakannya untuk tujuan lindung nilai (hedging).

PENGGUNAAN DERIVATIF OLEH PEMERINTAH INDONESIA
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, defisit anggaran dibatasi maksimal 3% (tiga persen) dari
Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60%
(enam puluh persen) dari PDB. Salah satu senjata yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk melaksanakan amanat tersebut adalah dengan menggunakan
derivatif. Pemerintah Indonesia dapat menggunakan derivatif untuk melakukan
transaksi lindung nilai (hedging). Menurut Titman, Keown, dan Martin (2011, G-4),
hedging adalah
“a strategy designed to minimize exposure to unwanted risk by taking a position in
one market that offsets exposure to price flunctuations in an opposite position in
another market”.
Sementara itu, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.08/2013
tentang Transaksi Lindung Nilai dalam Pengelolaan Utang Pemerintah, lindung nilai
adalah kegiatan yang dilakukan untuk memitigasi risiko atau melindungi posisi nilai
suatu aset atau kewajiban yang mendasarinya terhadap risiko fluktuasi tingkat bunga
dan nilai mata uang di masa yang akan datang. Transaksi lindung nilai didefinisikan
sebagai transaksi yang dilakukan oleh pemerintah dengan counterparty dalam rangka
mengendalikan risiko fluktuasi beban pembayaran bunga dan kewajiban pokok utang,
dan/atau melindungi posisi nilai utang, dari risiko yang timbul maupun yang
diperkirakan akan timbul akibat adanya volatilitas faktor-faktor pasar keuangan.
Berdasarkan definisi di atas, kita dapat mengetahui bahwa tujuan dari lindung
nilai (hedging) adalah untuk meminimalisasi risiko atau melindungi posisi nilai suatu
aset atau kewajiban yang mendasarinya terhadap risiko, baik itu risiko fluktuasi harga,
tingkat suku bunga, maupun nilai tukar mata uang. Dengan melakukan lindung nilai
(hedging), pemerintah dapat mengurangi timbulnya biaya tambahan akibat risiko
fluktuasi harga, tingkat suku bunga, maupun nilai tukar mata uang sehingga

12

pemerintah dapat mengendalikan besarnya defisit anggaran. Meskipun demikian,
transaksi lindung nilai (hedging) harus dilaksanakan dengan analisis dan perhitungan
yang cermat dan hati-hati karena bukan tidak mungkin dengan melaksanakan
transaksi lindung nilai (hedging) pemerintah malah mengeluarkan biaya tambahan
yang seharusnya tidak perlu sehingga defisit anggaran malah menjadi lebih besar.
Berikut ini adalah beberapa sektor transaksi lindung nilai (hedging) yang dapat
dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dengan menggunakan derivatif.
1.

Penggunaan Transaksi Lindung Nilai (Hedging) untuk Pengelolaan Subsidi
Bahan Bakar Minyak
Salah satu belanja yang porsinya cukup besar dalam APBN adalah belanja

subsidi energi, terutama subsidi bahan bakar minyak. Penentuan besarnya subsidi
bahan bakar minyak tentunya tidak terlepas dari harga minyak mentah dunia karena
pemerintah Indonesia masih melakukan impor minyak untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Harga minyak mentah dunia ini berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Apabila harga minyak mentah dunia ternyata lebih tinggi daripada yang telah
diperkirakan saat penyusunan APBN, maka hal ini akan menimbulkan tambahan
biaya bagi pemerintah yang pada akhirnya memperbesar defisit anggaran. Untuk
melindungi diri dari risiko kenaikan harga minyak mentah ini, pemerintah dapat
melakukan transaksi lindung nilai (hedging) dengan menggunakan derivatif.
Instrumen derivatif yang dapat digunakan oleh pemerintah Indonesia untuk
melaksanakan lindung nilai (hedging) salah satunya adalah futures contract atau
forwards contract. Misalkan pemerintah mengikat futures contract atau forwards
contract dengan counterparty, di mana pada kontrak tersebut disepakati bahwa
pemerintah akan membeli minyak mentah pada 6 bulan ke depan dengan harga yang
telah ditetapkan sekarang, yaitu US$100 per barel. Jika harga minyak pada tanggal
jatuh tempo futures contract atau forwards contract lebih tinggi daripada US$100 per
barel, katakanlah US$110 per barel, maka pemerintah mendapatkan keuntungan
karena cukup membayar dengan US$100 per barel. Namun, apabila ternyata harga
minyak pada saat tanggal jatuh tempo futures contract atau forwards contract lebih

13

rendah daripada US$100 per barel, katakanlah US$90 per barel, maka pemerintah
menderita kerugian karena harus membayar dengan harga di atas harga pasar. Oleh
karena itu, analisis dan perhitungan sebelum melaksanakan lindung nilai (hedging)
dengan futures contract atau forwards contract harus dilaksanakan dengan cermat dan
hati-hati agar pemerintah terhindar dari kerugian.
Selain menggunakan futures contract atau forwards contract, pemerintah juga
dapat melakukan lindung nilai (hedging) dengan menggunakan call option. Alimin
(2012) memberikan ilustrasi penggunaan call option untuk lindung nilai (hedging)
harga minyak sebagai berikut.
Sebagai contoh, guna memenuhi kebutuhan minyak di bulan Agustus 2012 sebanyak
500.000 bph dalam 31 hari, pemerintah melakukan pembelian call option. Harga kontrak call
option penutupan 13 Juli untuk bulan Agustus 2012 pada strike price di US$ 85 adalah US$
2,36 per barel. Dengan pemerintah membeli opsi ini, maka dana yang dibutuhkan pemerintah
adalah Rp 365,8 Miliar. Angka ini relatif kecil dibandingkan menyediakan dana Rp 2,28
Triliun untuk cadangan resiko fiskal (angka 27,4 Triliun dibagi prorata 12 bulan); ataupun
resiko yang nilainya kurang lebih Rp 2 Triliun (untuk kebutuhan bulan Agustus 2012 saja)
apabila harga minyak kembali menembus level US$ 100. Jika kemudian harga minyak
ternyata turun ke US$ 70, apakah Rp 365,8 Miliar ini adalah kerugian? Tidak! Sama halnya
dengan ketika kita membeli asuransi perjalanan saat hendak bepergian dengan jasa angkutan
udara, ketika kita sampai dengan selamat, premi yang kita bayarkan bukanlah sebuah
kerugian. Premi tersebut adalah biaya karena pengalihan resiko yang kita lakukan. Apalagi
dalam kasus opsi ini, pemerintah tidak wajib menebus pada harga US$ 85 tetapi tetap
membeli pada harga US$ 70, sehingga selisihnya jauh lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan untuk pengalihan resiko melalui pembelian call option.

Dari ilustrasi di atas dapat kita ketahui bahwa call option memiliki keunggulan
dibandingkan futures contract atau forwards contract, yaitu apabila harga minyak
berada di bawah strike price, maka pemerintah dapat tidak menggunakan haknya
untuk melakukan pembelian minyak dengan harga sebesar strike price. Dengan
demikian, pemerintah hanya kehilangan biaya pembelian call option dengan tidak
menggunakan haknya untuk melakukan pembelian minyak dengan harga sebesar
strike price. Biaya pembelian call option ini dapat dipersamakan perlakuannya
dengan biaya asuransi dan bukanlah merupakan kerugian negara. Selain itu, apabila
call option yang dibeli pemerintah diperjualbelikan di bursa, maka pemerintah dapat
melakukan penjualan call option yang dimilikinya apabila di tengah perjalanan sudah

14

memantapkan komitmen untuk tidak menggunakan haknya untuk melakukan
pembelian minyak dengan harga sebesar strike price. Hasil penjualan call option ini
dapat menutupi biaya pembelian call option yang telah dikeluarkan pemerintah.
Dari segi nominal, langkah membeli call option ini relatif lebih kecil dan lebih
efektif dibanding menyediakan dana cadangan resiko fiskal pada APBN. APBNP
2012 menyediakan dana sebesar Rp 27,4 triliun guna mengatasi gejolak harga
minyak. Apalagi, strategi lindung nilai (hedging) untuk harga minyak dengan
menggunakan option telah sukses diaplikasikan pada berbagai negara. Negara-negara
yang telah sukses menggunakan option untuk melaksanakan lindung nilai (hedging)
harga minyak antara lain Meksiko, Ekuador, dan China.
Meskipun demikian, analisis dan perhitungan yang cermat dan hati-hati harus
dilakukan sebelum melakukan pembelian option. Penentuan harga beli option dan
strike price tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Analisis dan perhitungan
yang cermat dan hati-hati harus dilakukan agar diperoleh harga beli option dan strike
price yang ekonomis sehingga tujuan lindung nilai (hedging), yaitu mengendalikan
defisit anggaran, dapat tercapai.
Saat ini, pelaksanaan lindung nilai (hedging) untuk subsidi bahan bakar
minyak belum terlalu mendesak karena harga minyak masih rendah dan belum
menunjukkan tanda-tanda akan mengalami penguatan. Namun, pelaksanaan lindung
nilai (hedging) harga minyak sebaiknya tetap dipersiapkan agar nantinya saat
diperlukan dapat segera dipergunakan. Harga minyak dunia tidak akan selamanya
tetap rendah seperti saat ini. Negara-negara yang tergabung dalam Organization of the
Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan negara-negara penghasil minyak lainnya
tentu akan melakukan berbagai upaya untuk menaikkan harga minyak dunia. Para ahli
juga memperkirakan bahwa harga minyak dunia akan meningkat pada akhir tahun
2016 atau awal 2017.
2.

Penggunaan Transaksi Lindung Nilai (Hedging) untuk Pengelolaan Utang
Luar Negeri Pemerintah

15

Utang luar negeri yang dimiliki pemerintah Indonesia jumlahnya cukup besar.
Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2014, utang luar
negeri pemerintah Indonesia mencapai Rp 676 Triliun atau sekitar 23,35% dari total
kewajiban pemerintah. Utang luar negeri pemerintah Indonesia sebagian besar dalam
valuta asing sehingga rentan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Pelemahan rupiah
akan membuat jumlah yang dibayarkan pemerintah Indonesia menjadi lebih besar
sehingga berdampak pada semakin besarnya defisit anggaran.
Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat Tahun 2013 menunjukkan adanya kenaikan utang luar negeri
berdenominasi dollar Amerika Serikat dari Rp 1,981 triliun pada tahun 2012, menjadi
Rp 2,375 triliun pada tahun 2013, atau naik sebesar Rp 393 triliun. Sekitar 41,43%
dari

kenaikan utang tersebut, atau setara dengan Rp 163,24 triliun, merupakan

kerugian selisih kurs yang disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat. Menurut BPK, kerugian akibat selisih kurs tersebut dapat dihindari
apabila instansi pemerintah yang memiliki pinjaman luar negeri dengan mata uang
asing melakukan transaksi lindung nilai (hedging).
Sebagaimana rekomendasi BPK, pemerintah dapat meminimalisasi kerugian
selisih kurs dalam pengelolaan utang luar negeri dengan melaksanakan transaksi
lindung nilai (hedging). Pemerintah dapat melaksanakan transaksi lindung nilai
(hedging) saat membeli mata uang yang akan digunakan untuk pembayaran utang luar
negeri. Transaksi lindung nilai (hedging) dapat dilaksanakan pemerintah dengan
menggunakan derivatif. Adapun derivatif yang dapat digunakan pemerintah adalah
futures contract atau forwards contract, option, dan swap.

a.

Penggunaan Futures Contract atau Forwards Contract
Dengan menggunakan futures contract atau forwards contract, pemerintah dan

counterparty menyepakati pembelian mata uang yang akan digunakan untuk
pembayaran utang luar negeri di masa mendatang (tanggal jatuh tempo futures

16

contract atau forwards contract) dengan harga yang telah disepakati sekarang (strike
price). Futures contract atau forwards contract untuk lindung nilai (hedging) nilai
utang luar negeri pemerintah cocok digunakan saat terjadi tren pelemahan rupiah
menjelang periode pembayaran utang luar negeri pemerintah. Namun, penggunaan
futures contract atau forwards contract memiliki risiko kerugian apabila kurs pada
strike price ternyata lebih tinggi daripada kurs di pasar saat tanggal jatuh tempo
futures contract atau forwards contract. Oleh karena itu, sebelum mengikat futures
contract atau forwards contract, pemerintah wajib melaksanakan analisis dan
perhitungan yang cermat dan hati-hati.
b. Penggunaan Option
Alternatif berikutnya yang dapat dipilih pemerintah untuk melaksanakan
transaksi lindung nilai (hedging) adalah dengan menggunakan option. Metode ini
disebut juga dengan Currency Option Hedge. Metode ini mirip dengan transaksi
lindung nilai (hedging) dengan menggunakan futures contract atau forwards contract
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Namun, perbedaan utamanya adalah
dengan menggunakan option, pemerintah memiliki hak untuk melakukan pembelian
mata uang yang akan digunakan untuk pembayaran utang luar negeri pada tanggal
jatuh tempo seharga strike price, sedangkan pada futures contract atau forwards
contract, pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembelian mata uang yang akan
digunakan untuk pembayaran utang luar negeri pada tanggal jatuh tempo seharga
strike price. Dengan demikian, apabila kurs berada mata uang yang akan digunakan
untuk pembayaran utang luar negeri di bawah strike price, maka pemerintah dapat
tidak menggunakan haknya untuk melakukan pembelian mata uang tersebut dengan
harga sebesar strike price. Pemerintah hanya kehilangan biaya premi option dengan
tidak menggunakan haknya untuk melakukan pembelian mata uang tersebut dengan
harga sebesar strike price. Biaya premi option ini dapat dipersamakan perlakuannya
dengan biaya asuransi dan bukanlah merupakan kerugian negara. Meskipun demikian,
pemerintah tetap wajib melaksanakan analisis dan perhitungan yang cermat dan hatihati, terutama dalam penentuan biaya premi option dan strike price, agar pemerintah

17

memperoleh harga yang ekonomis sehingga tujuan dilaksanakannya transaksi lindung
nilai (hedging) ini, yaitu pengendalian defisit anggaran, dapat tercapai.
c.

Penggunaan Swap
Alternatif

ketiga

yang dapat digunakan

pemerintah

adalah

dengan

menggunakan swap. Dengan menggunakan swap, pemerintah dapat melaksanakan
lindung nilai (hedging) utang luar negeri melalui interest rate swap atau currency
swap. Ilustrasi tentang interest rate swap dapat kita lihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1
Ilustrasi Interest Rate Swap

Sumber: diolah dari Kiff, Ron, dan Ebrahim (2000, 30)
Dari Gambar 1 di atas dapat kita lihat bahwa pemerintah memiliki utang
kepada pihak luar negeri dengan tingkat bunga tetap dan dalam mata uang asing.
Untuk melindungi nilai dari utangnya tersebut, pemerintah melakukan interest rate
swap (fixed-for-floating rate swap) dengan counterparty. Dengan interest rate swap
ini pemerintah mendapatkan pembayaran bunga dengan suku tetap dalam mata uang
asing (sejumlah bunga yang harus dibayarkan kepada pemegang obligasi pemerintah)
dari counterparty. Uang hasil pembayaran bunga dari counterparty ini akan
digunakan pemerintah untuk membayar bunga kepada pemegang obligasi pemerintah.
Dengan demikian, pemerintah akan terhindar dari risiko terlambat atau gagal

18

melakukan pembayaran bunga obligasi. Namun, sebagai kompensasi atas pembayaran
bunga dengan tingkat bunga tetap kepada counterparty, pemerintah diharuskan untuk
membayar bunga dengan floating rate, yang biasanya menggunakan patokan London
Interbank Offered Rate (LIBOR). Jika bunga dengan floating rate lebih rendah
daripada tingkat bunga tetap obligasi pemerintah, maka pemerintah akan mendapat
keuntungan dari interest rate swap tersebut. Akan tetapi, sebaliknya jika bunga
dengan floating rate lebih tinggi daripada tingkat bunga tetap obligasi pemerintah,
maka pemerintah akan menderita kerugian dari interest rate swap tersebut.
Alternatif swap lainnya untuk melaksanakan lindung nilai (hedging) utang luar
negeri currency swap. Ilustrasi tentang currency swap dapat kita lihat pada Gambar 2
di bawah ini.
Gambar 2
Ilustrasi Currency Swap

Sumber: diolah dari Kiff, Ron, dan Ebrahim (2000, 30)
Dari Gambar 2 di atas kita dapat melihat bahwa alternatif currency swap ini
mirip dengan skema interest rate swap pada Gambar 1 di atas. Namun, pada skema

19

currency swap ini pemerintah melakukan pembayaran bunga dengan dua mata uang
yang berbeda untuk pemegang obligasi dan counterparty. Dengan demikian, selain
ditentukan oleh faktor floating rate, keuntungan dan kerugian pemerintah ditentukan
pula oleh perbedaan selisih kurs antara kedua mata uang yang digunakan dalam
currency swap ini.
Kedua skema swap di atas sukses diterapkan oleh Kanada pada akhir dekade
1990-an dan awal dekade 2000-an. Di Indonesia sendiri penggunaan swap juga telah
dilaksanakan oleh Bank Indonesia dengan mengadakan bilateral currency swap
agreement (BCSA) dengan bank sentral China, Korea Selatan, dan Jepang. Meskipun
demikian, penggunaan swap yang tidak didasari oleh analisis dan perhitungan yang
cermat dan hati-hati akan membuat pemerintah menderita kerugian yang cukup besar,
seperti yang dialami oleh beberapa pemerintah lokal di Amerika Serikat pada tahun
2007 sampai dengan 2008. Oleh karena itu, sebelum menggunakan swap untuk
transaksi lindung nilai (hedging) utang luar negeri, pemerintah harus melakukan
analisis dan perhitungan yang cermat dan hati-hati, terutama untuk penentuan
counterparty, tingkat bunga yang harus dibayarkan kepada counterparty, biaya
penghentian kontrak swap sebelum jatuh tempo, dan dalam mata uang apa bunga
kepada counterparty dibayarkan.
3.

Penggunaan Transaksi Lindung Nilai (Hedging) untuk Pengelolaan
Pembelian Investasi dalam Saham oleh Pemerintah
Salah satu investasi yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan membeli

saham suatu perusahaan. Pembelian saham suatu perusahaan oleh pemerintah dapat
dimaksudkan untuk menguasai perusahaan tersebut, hanya untuk memperoleh
dividen, atau dapat pula untuk tujuan jual beli saham dalam jangka pendek (trading).
Meskipun ditujukan untuk investasi, tetapi biaya pembelian saham oleh pemerintah
dikelompokkan menjadi pengeluaran dalam APBN. Untuk melindungi diri dari risiko
perubahan harga saham, terutama untuk saham-saham yang memiliki volatilitas harga
yang besar, maka pemerintah dapat melaksanakan transaksi lindung nilai (hedging)
dengan menggunakan call option.

20

Dengan membeli suatu call option, pemerintah mendapatkan hak untuk
melakukan pembelian suatu saham pada tanggal jatuh tempo seharga strike price.
Apabila harga saham tersebut ternyata dirasakan tidak sesuai dengan yang diharapkan
pemerintah, maka pemerintah dapat tidak menggunakan haknya untuk melakukan
pembelian saham tersebut seharga strike price. Dengan demikian, pemerintah hanya
akan kehilangan biaya pembelian call option dan terhindar dari pengeluaran biaya
yang lebih besar akibat kenaikan harga saham. Namun, hal yang harus selalu diingat
adalah sebelum melaksanakan pembelian call option, pemerintah harus melakukan
analisis dan perhitungan yang cermat dan hati-hati.
Penggunaan derivatif oleh pemerintah, yaitu untuk tujuan lindung nilai
(hedging), dapat menjadi senjata yang cukup ampuh untuk mengendalikan defisit
anggaran dari segi penekanan pengeluaran pemerintah. Namun, hal yang perlu
diperhatikan juga adalah derivatif adalah suatu instrumen keuangan yang memiliki
risiko. Jika risiko ini tidak dikelola dengan baik, yaitu tanpa melalui analisis dan
perhitungan yang cermat dan hati-hati, maka senjata yang diharapkan mampu untuk
mengendalikan defisit anggaran ini malah berbalik menjadi sesuatu yang
menghancurkan pemerintah dengan membuat pembengkakan pengeluaran yang pada
akhirnya akan memperbesar defisit anggaran.

KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, hal-hal yang dapat kita simpulkan adalah sebagai
berikut:
1.

Defisit anggaran adalah situasi yang terjadi ketika pengeluaran pemerintah
melebihi pendapatannya. Salah satu cara yang digunakan pemerintah untuk
membiayai defisit anggaran adalah dengan melakukan utang, baik kepada pihak

2.

dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam sepuluh tahun terakhir, pemerintah Indonesia masih mempertahankan
kebijakan defisit anggaran.

21

3.

Apabila tidak mampu dikendalikan dengan baik, maka defisit anggaran akan
membawa akibat-akibat negatif, antara lain memicu defisit neraca perdagangan,
kenaikan tingkat suku bunga, dan pelemahan nilai tukar mata uang suatu negara,
yang pada akhirnya dapat menyebabkan krisis ekonomi. Selain itu, defisit
anggaran yang dibiayai dengan utang dapat menyebabkan suatu negara menjadi

4.

terjerat dalam lingkaran utang.
Salah satu senjata yang dapat digunakan pemerintah untuk mengendalikan defisit
anggaran adalah derivatif. Derivatif adalah suatu instrumen keuangan yang
nilainya “diturunkan” dari nilai suatu aset yang menjadi acuannya (underlying
asset). Secara umum, derivatif dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu forwards

5.

contract atau futures contract, option, dan swap.
Untuk mengendalikan defisit anggaran, pemerintah dapat menggunakan derivatif
untuk tujuan lindung nilai (hedging). Transaksi lindung nilai (hedging) dengan
derivatif dapat digunakan pemerintah untuk pengelolaan subsidi bahan bakar
minyak, utang luar negeri, dan pembelian investasi dalam saham oleh

6.

pemerintah.
Derivatif adalah suatu instrumen keuangan yang memiliki risiko. Risiko ini dapat
dikelola melalui analisis dan perhitungan yang cermat dan hati-hati. Jika risiko ini
tidak dikelola dengan baik, maka senjata yang diharapkan mampu untuk
mengendalikan defisit anggaran ini malah berbalik menjadi sesuatu yang
menghancurkan pemerintah dengan membuat pembengkakan pengeluaran yang
pada akhirnya akan memperbesar defisit anggaran.

22

DAFTAR REFERENSI
Aini, Nur. 2016. Harga Minyak Diprediksi Kembali Naik di Akhir Tahun.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/16/02/11/o2czvo382harga-minyak-diprediksi-kembali-naik-di-akhir-tahun (diakses 13 Februari
2016).
Alimin, Peter. 2012. Mengatasi Pembengkakan Subsidi BBM melalui Instrumen
Derivatif.
Surabaya:
Universitas
Kristen
Petra.
http://keuangan.petra.ac.id/ver2/2012/07/mengatasi-pembengkakan-subsidibbm-melalui-instrumen-derivatif/ (diakses 3 Februari 2016).
Armenia, Resty. 2015. Dolar Kian Perkasa, BI Siap Jalankan Bilateral Swap
Agreement.
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150824200700-7874194/dolar-kian-perkasa-bi-siap-jalankan-bilateral-swap-agreement/ (diakses 3
Februari 2016).
Ball, Laurence dan N. Gregory Mankiw. 1995. What Do Budget Deficits Do?. Kansas
(Amerika
Serikat):
Federal
Reserve
Bank
of
Kansas
City.
https://www.kansascityfed.org/publicat/sympos/1995/pdf/s95manki.pdf (diakses
10 Februari 2016).
Biro Humas dan Luar Negeri BPK. 2014. Siaran Pers Badan Pemeriksaan Keuangan
- BPK: Perlunya Pengamanan Rupiah Melalui Transaksi Lindung Nilai
(Hedging).
http://www.bpk.go.id/news/bpk-perlunya-pengamanan-rupiahmelalui-transaksi-lindung-nilai-hedging (diakses 12 Februari 2016).
Brown, Ellen. 2012. Wall Street Confidence Trick: How Interest Rate Swaps Are
Bankrupting
Local
Governments.
http://www.webofdebt.com/articles/interestrateswap.php (diakses 10 Februari
2016).
Federal Reserve Bank of San Francisco. 1999. Why does a trade deficit weaken the
currency?.
http://www.frbsf.org/education/publications/doctorecon/1999/october/trade-deficit-import-export-imbalance-currency (diakses 12
Februari 2016).
Haryanto, Joko Tri. 2015. Reformasi Defisit dan Kebijakan Belanja 2015. Jakarta:
Kementerian
Keuangan
Republik
Indonesia.
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Reformasi%20Defisit%20dan
%20Kebijakan%20Belanja%202015.pdf (diakses 10 Februari 2016).
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2014. Intermediate
Accounting: IFRS Edition. Edisi Kedua. Hoboken (Amerika Serikat): Wiley.
Kiff, John, Uri Ron, dan Shafiq Ebrahim. 2000. The Federal Government’s Use of
Interest Rate Swaps and Currency Swaps. Bank of Canada Review, Winter

23

2000-2001:
23-34.
http://www.bankofcanada.ca/wpcontent/uploads/2010/06/kiffe.pdf (diakses 15 Februari 2016).
Lubis, Abu Samman. 2015. Defisit Anggaran dan Implikasinya. Jakarta: Badan
Pendidikan
dan
Pelatihan
Keuangan
Kementerian
Keuangan.
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-danperbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya (diakses 10 Februari
2016).
Madura, Jeff. 2014. International Financial Management. Edisi Keduabelas.
Stamford (Amerika Serikat): Cengage Learning.
Mengenal Derivatif. 2015. http://www.infovesta.com/infovesta/learning/learning.jsp?
id=61 (diakses 24 Januari 2016).
Option. http://www.businessdictionary.com/definition/option.html#_=_ (diakses 25
Januari 2016)
Pamungkas,
Raditya.
2009.
Pasar
Derivatif.
https://rdtloom.wordpress.com/2009/01/12/pasar-derivatif/ (diakses 24 Januari
2016).
Pettinger,
Tejvan.
2016.
UK
Budget
Deficit.
http://www.economicshelp.org/blog/5922/economics/uk-budget-deficit-2/
(diakses 10 Februari 2016).
Republik Indonesia, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014 (Audited).
__________, Nota Keuangan beserta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2016.
__________, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.08/2013 tentang
Transaksi Lindung Nilai dalam Pengelolaan Utang Pemerintah.
__________, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Swap. http://www.investopedia.com/terms/s/swap.asp (diakses 26 Januari 2016).
Titman, Sheridan, Arthur J. Keown, dan John D. Martin. 2011. Financial
Management, Principles and Applications: International Edition. Edisi
Kesebelas. Boston (Amerika Serikat): Pearson.

24

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18