PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM PESISIR KABU
PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM
KAWASAN PESISIR KABUPATEN LANGKAT
UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN
YANG BERKELANJUTAN
Markus Sembiring,S.Pi.,M.I.L
Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan Perairan
Disampaikan pada
Workshop membangun upaya bersama dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove yang Berkelanjutan di
Kabupaten Langkat
PENDAHULUAN
WILAYAH ADMINISTRATIF
PESISIR
KABUPATEN
LANGKAT TERDIRI ATAS 9
KECAMATAN,
67
DESA/KELURAHAN
PANJANG GARIS PANTAI
110,393 KM
OTONOMI WILAYAH LAUT
KABUPATEN : 4 MIL ( ±
79.200 HA)
LUAS PERAIRAN UMUM
7.865 HA
JUMLAH PULAU KECIL : 5
BUAH
(P.SEMBILAN,
P..KAMPAI,
P.RAWA,
P.PANJANG
DAN
EKOSISTEM MANGROVE TERDAPAT SELUAS
35.000 HA, TERDIRI DARI
9.520 HA SUAKA MARGA SATWA LANGKAT
TIMUR LAUT
15.500 HA HUTAN PRODUKSI, DAN
9.980 HA HUTAN LAINNYA
EKOSISTEM TERUMBU KARANG ± 2 HA DI
PERAIRAN PULAU SEMBILAN
POTENSI PERIKANAN DAN
KELAUTAN PESISIR KAB.LANGKAT
1. PERIKANAN TANGKAP
Potensi SD Ikan Laut Selat Malaka :
303.500 Ton
Ikan Palagis Besar
:
34.000 Ton
Ikan Palagis Kecil
: 149.500 Ton
Ikan Demersal
: 103.000 Ton
Ikan Karang
:
300 Ton
Udang :
14.300 Ton
Cumi – cumi, dll
:
2.400 Ton
2. PERIKANAN BUDIDAYA
NO
URAIAN
1. Budidaya
Tambak
2. Budidaya Laut
3. Budidaya Air
Tawar
REALISA
%
POTENS
SI TH.
PEMAN
I
2013
FAATAN
10.000 1.821 Ha
18,2 %
Ha
40.000
5.003
12,5 %
KJA/KJT KJA/KJT
1.000
112 Ha
11,2 %
Ha
SARANA BUDIDAYA LAUT &
PENANGKAPAN IKAN
NO URAIAN
1 Luas
Lahan
Tambak
(Ha)
2 Keramba
Ikan
Kerapu
(Unit)
3 Kapal
Nelayan
(Unit)
2009
2010 2011 2012 2013
3.114, 2.010,1 1.97 1.87 1.82
9
0
5
7
1
4.850
4.900
5.00
3
5.03
5
5.06
7
2.145
2.834
3.15
6
5.59
3
5.87
2
PEMBANGUNAN YANG
BERKELANJUTAN DALAM
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PESISIR
PEMBANGUNAN
Proses pengelolaan SDA pesisir dan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
manusia agar hidupnya sejahtera (lahir
dan bathin)
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Proses pemanfaatan SDA pesisir dan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
manusia untuk generasi saat ini dan
generasi
mendatang
agar
hidupnya
sejahtera
serta
kelestarian
fungsi
lingkungan
tetap
terjamin/terjaga
(kualitas lingkungan tidak rusak atau
3 PILAR/ ORIENTASI/DIMENSI
1993)
PEMBANGUNAN(Munashinge,
BERKELANJUTAN
EKONOMI (GROWTH)
SOSIAL
(STABIL,
HARMONIS DAN
SEJAHTERA)
EKOLOGI
(AMAN & LESTARI)
DI INDONESIA SEHARUSNYA DITERAPKAN 5
PILAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Ekologi (Growth)
Ekonomi
Kelembaga
Kelembagaan
an
Sosial
Ekonomi
abil, harmonis dan sejahtera)
Infrastruktur,
Penegakan hukum
Teknologi
Sosbud
Ekologi (aman & lestar
Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
dalam Pengelolaan SDA Pesisir
Pada konsep pembangunan berkelanjutan (suistainable
development) terdapat beberapa prinsip penting, yaitu :
Pembangunan harus memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan
generasi yang akan datang.
Pembangunan harus tetap memperhatikan ekosistem
yang ada, sesuai dengan kemampuan daya dukungnya,
sehingga tetap terjaga dan kualitas lingkungan tidak
mengalami penurunan (lestari).
Setiap kagiatan pembangunan harus selalu mewujudkan
kepentingan kelompok atau masyarakat lain dimanapun
berada, serta mengindahkan keberadaan kehidupan
sekarang maupun kehidupan masa datang.
Pembangungan
berkelanjutan
bertujuan
untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek
baik fisik, rohani, sosial dan budaya dalam jangka
panjang, dengan tidak memboroskan dan tidak merusak
sumberdaya alam yang ada, serta tidak melampaui
kapasitas daya dukungnya.
TANTANGAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN DALAM PEMANFAATAN SDA
PESISIR
1.Peningkatan jumlah
penduduk dan kebutuhan
pangan.
2.Semakin sempitnya luas kepemilikan lahan
akibat konversi menjadi lahan pemukiman dan
industri serta tingkat daya saing yang rendah.
3.Luas hutan semakin menyusut.
4.Kekurangan sumber daya air dan pencemaran
air.
5.Luas tanah kritis meningkat yang berkisar dari
penurunan kesuburan tanah hingga perluasan
proses penggurunan.
6.Pencemaran udara.
7.Perluasan
pemukiman
kumuh
dan
meningkatnya pengangguran.
PERMASALAHAN PESISIR
KAB.LANGKAT
1. Lemahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat
peisir yang sebagian besar adalah nelayan
tradisional sehingga mereka tidak berdaya
untuk bersaing
2. Adanya penggunaan alat tangkap yang
dilarang
dan pemakaian alat tangkap
modifikasi yang teknisnya masih sama
dengan alat tangkap trawl, yang berpotensi
menimbulkan
konflik
antara
nelayan
tradisional dan nelayan pengguna alat
modifikasi serta merusak lingkungan.
12
lanjutan
3. Konflik Pemanfaatan Daerah Penangkapan Ikan
( Fishing Ground) antara nelayan skala kecil dan
skala besar.
4. Sering terjadinya pelanggaran wilayah tretorial,
Nelayan melakukan operasi penangkapan tidak
sengaja melanggar perairan Malaysia.
5.
Alih fungsi lahan tambak dan hutan pesisir
menjadi Perkebunan atau peruntukan lain (alih
fungsi)
6. Keterbatasan penyediaan bibit ikan untuk
usaha budidaya ikan di kwasan pesisir.
13
PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM
KAWASAN PESISIR KABUPATEN LANGKAT
UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN
YANG BERKELANJUTAN
1. Pemanfaatan sumber daya pesisir tidak melebihi
kemampuan regenerasi sumber daya hayati atau
laju inovasi substitusi sumber daya non-hayati
pesisir (Daya dukung daya tampung)
2. Pemanfaatan sumber daya pesisir Kabupaten
Langkat saat ini tidak boleh mengorbankan
(kualitas dan kuantitas) kebutuhan generasi
yang akan datang atas sumber daya yang ada
(sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku);
3. Pemanfaatan sumber daya yang belum diketahui
dampaknya harus dilakukan secara hati-hati dan
didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai
4. Konsistensi dari berbagai instansi dan lapisan
pemerintahan,
dari
proses
perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan
untuk melaksanakan rencana zonasi/RDTR beserta
indikasi program yang telah ditetapkan
5. Kepastian hukum diperlukan untuk menjamin
kepastian hukum yang mengatur implementasi
KRP secara jelas dan dapat dimengerti dan ditaati
oleh semua pemangku kepentingan; serta
keputusan yang dibuat berdasarkan mekanisme
atau cara yang dapat dipertanggungjawabkan dan
tidak memarjinalkan masyarakat sekitarnya.
6. Kemitraan: merupakan kesepakatan kerja sama
antarpihak yang berkepentingan berkaitan dengan
pengembangan kawasan.
7. Adanya keterbukaan bagi masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif
tentang
pengembangan
dan
wewenang pemerintahan dari Pemerintah kepada
pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan di bidang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil.
9. Pemerataan: ditujukan pada manfaat ekonomi
pengembangan WP3K Kabupaten Langkat yang
dapat dinikmati oleh sebagian besar anggota
masyarakat.
10.Akuntabilitas: dimaksudkan bahwa pengelolaan
sumber daya dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan.
11.Keadilan/Penegakan hukum: berpegang pada
kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak,
Ekonomi (Growth)
dan tidak sewenang-wenang
dalam pemanfaatan
sumber daya.
Kelembaga
Penegakan hukum
an
Sosial
il, harmonis dan sejahtera)
Ekologi (aman & lestar
Ekologi
Kelembagaan
Ekonomi
Infrastruktur,
Teknologi
Sosbud
Mengapa Hutan Mangrove
penting dikelola?
Jaring makanan
STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN
MANFAAT
KAWASAN
LINDUNG
1.
peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan
pengikisan pantai
2.
penghasil detritus bagi plankton sbg sumber makanan utama biota
laut.
3.
habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak,
ular), dan mamalia (monyet).
4.
daerah nursery grounds), feeding grounds, & spawning grounds
berbagai jenis ikan & biota laut lainnya.
5.
penghasil kayu & tempat ekowisata
IMPLEMENTASI
STRUKTUR
•Jaga kelangsungan pola-pola
alamiah; pasut
•Minimalisir penebangan mangrove
dg pengawasn
Kondisi Eksisting
Mangrove &
Kebijakan
Pengelolaan
NON-STRUKTUR
•Detail tata ruang (Kab/kota) basis kawasan hutan
(mangrove)
•Role sharing industri & kaw.pesisir
•Perlindungan cagar & suaka alam
•Valuasi ekonomi (biodiversitas, kebunan, pertanian,
tambang dll.)
•Rehabilitasi lahan kritis
•Penerapan dana kompensasi pasca konsumsi
•Pengendalian pencemaran
•Pendidikan lingkungan & Pemberdayaan masyarakat
•Mitigasi bencana alam
•Penerapan peraturan daerah (penertiban/penataan
ijin2)
Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove
berkelanjutan (Arah dan Sasaran)
OLEH FAKTOR ALAM
(NATURAL
INTERFERENCE)
1. DEGRADASI SUMBER
DAYA ALAM (TEBANG
HABIS)
2. KONVERSI LAHAN
(PERTANIAN,
PERIKANAN,
PERKEBUNAN)
3. PENCEMARAN
LINGKUNGAN (SAMPAH
CARI, PADAT, MINYAK)
4. BENCANA ALAM
(TSUNAMI)
OLEH FAKTOR MANUSIA
(HUMAN INTERFERENCE)
ARAHAN STRATEGI
1. Pemulihan fungsi ekologi
dan ekonomi sumberdaya
alam dan lingkungan
DAERAH
RAWAN
(SENSITIVE
AREA)
2. Pengendalian
pencemaran lingkungan
3. Pemberdayaan
masyarakat untuk lebih
meningkatkan kesadaran
lingkungan, ketaatan
hukum dan partisipasi
dalam pengelolaan
lingkungan
4. Pemanfaatan SDA yang
berkelanjutan
Pemerintah
Propinsi
Pemerintah
Pusat
Donor
Bilateral/
regional
Pemerintah
Kab./Kota
Pengelola Hutan
Magrove
Berkelanjutan
Investor
swasta
Dewan
Pakar
Masyarakat
/LSM
Implementasi Rencana Pengelolaan
Kerangka kerja Ko-operasi
Dinas/Badan/Instansi Sektoral
Pemberdayaan
Masyarakat
Pendidikan &
Kesempatan kerja
• Pendidikan, Tenaga
Kerja
Kesehatan
• kurangi
penyebaran
penyakit
•
Lingkungan
Hidup
Industri
• Kurangai
Pencemaran
• Kompensasi
Pengelolaan
Sumberdaya Alam
Kehutanan,
Perikanan
(Reabllitasi)
Penyelarasan
peraturan yang
tumpang tindih
(lembaga/instasi
terkait)
Pariwisa
ta
Pemantauan & Implementasi Rencana Pengelolaan Mangrove
Proses implementasi pengelolaan Hutan Mangrover Terpadu dan berkelanjutan
KAWASAN PESISIR KABUPATEN LANGKAT
UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN
YANG BERKELANJUTAN
Markus Sembiring,S.Pi.,M.I.L
Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan Perairan
Disampaikan pada
Workshop membangun upaya bersama dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove yang Berkelanjutan di
Kabupaten Langkat
PENDAHULUAN
WILAYAH ADMINISTRATIF
PESISIR
KABUPATEN
LANGKAT TERDIRI ATAS 9
KECAMATAN,
67
DESA/KELURAHAN
PANJANG GARIS PANTAI
110,393 KM
OTONOMI WILAYAH LAUT
KABUPATEN : 4 MIL ( ±
79.200 HA)
LUAS PERAIRAN UMUM
7.865 HA
JUMLAH PULAU KECIL : 5
BUAH
(P.SEMBILAN,
P..KAMPAI,
P.RAWA,
P.PANJANG
DAN
EKOSISTEM MANGROVE TERDAPAT SELUAS
35.000 HA, TERDIRI DARI
9.520 HA SUAKA MARGA SATWA LANGKAT
TIMUR LAUT
15.500 HA HUTAN PRODUKSI, DAN
9.980 HA HUTAN LAINNYA
EKOSISTEM TERUMBU KARANG ± 2 HA DI
PERAIRAN PULAU SEMBILAN
POTENSI PERIKANAN DAN
KELAUTAN PESISIR KAB.LANGKAT
1. PERIKANAN TANGKAP
Potensi SD Ikan Laut Selat Malaka :
303.500 Ton
Ikan Palagis Besar
:
34.000 Ton
Ikan Palagis Kecil
: 149.500 Ton
Ikan Demersal
: 103.000 Ton
Ikan Karang
:
300 Ton
Udang :
14.300 Ton
Cumi – cumi, dll
:
2.400 Ton
2. PERIKANAN BUDIDAYA
NO
URAIAN
1. Budidaya
Tambak
2. Budidaya Laut
3. Budidaya Air
Tawar
REALISA
%
POTENS
SI TH.
PEMAN
I
2013
FAATAN
10.000 1.821 Ha
18,2 %
Ha
40.000
5.003
12,5 %
KJA/KJT KJA/KJT
1.000
112 Ha
11,2 %
Ha
SARANA BUDIDAYA LAUT &
PENANGKAPAN IKAN
NO URAIAN
1 Luas
Lahan
Tambak
(Ha)
2 Keramba
Ikan
Kerapu
(Unit)
3 Kapal
Nelayan
(Unit)
2009
2010 2011 2012 2013
3.114, 2.010,1 1.97 1.87 1.82
9
0
5
7
1
4.850
4.900
5.00
3
5.03
5
5.06
7
2.145
2.834
3.15
6
5.59
3
5.87
2
PEMBANGUNAN YANG
BERKELANJUTAN DALAM
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PESISIR
PEMBANGUNAN
Proses pengelolaan SDA pesisir dan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
manusia agar hidupnya sejahtera (lahir
dan bathin)
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Proses pemanfaatan SDA pesisir dan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
manusia untuk generasi saat ini dan
generasi
mendatang
agar
hidupnya
sejahtera
serta
kelestarian
fungsi
lingkungan
tetap
terjamin/terjaga
(kualitas lingkungan tidak rusak atau
3 PILAR/ ORIENTASI/DIMENSI
1993)
PEMBANGUNAN(Munashinge,
BERKELANJUTAN
EKONOMI (GROWTH)
SOSIAL
(STABIL,
HARMONIS DAN
SEJAHTERA)
EKOLOGI
(AMAN & LESTARI)
DI INDONESIA SEHARUSNYA DITERAPKAN 5
PILAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Ekologi (Growth)
Ekonomi
Kelembaga
Kelembagaan
an
Sosial
Ekonomi
abil, harmonis dan sejahtera)
Infrastruktur,
Penegakan hukum
Teknologi
Sosbud
Ekologi (aman & lestar
Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
dalam Pengelolaan SDA Pesisir
Pada konsep pembangunan berkelanjutan (suistainable
development) terdapat beberapa prinsip penting, yaitu :
Pembangunan harus memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan
generasi yang akan datang.
Pembangunan harus tetap memperhatikan ekosistem
yang ada, sesuai dengan kemampuan daya dukungnya,
sehingga tetap terjaga dan kualitas lingkungan tidak
mengalami penurunan (lestari).
Setiap kagiatan pembangunan harus selalu mewujudkan
kepentingan kelompok atau masyarakat lain dimanapun
berada, serta mengindahkan keberadaan kehidupan
sekarang maupun kehidupan masa datang.
Pembangungan
berkelanjutan
bertujuan
untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek
baik fisik, rohani, sosial dan budaya dalam jangka
panjang, dengan tidak memboroskan dan tidak merusak
sumberdaya alam yang ada, serta tidak melampaui
kapasitas daya dukungnya.
TANTANGAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN DALAM PEMANFAATAN SDA
PESISIR
1.Peningkatan jumlah
penduduk dan kebutuhan
pangan.
2.Semakin sempitnya luas kepemilikan lahan
akibat konversi menjadi lahan pemukiman dan
industri serta tingkat daya saing yang rendah.
3.Luas hutan semakin menyusut.
4.Kekurangan sumber daya air dan pencemaran
air.
5.Luas tanah kritis meningkat yang berkisar dari
penurunan kesuburan tanah hingga perluasan
proses penggurunan.
6.Pencemaran udara.
7.Perluasan
pemukiman
kumuh
dan
meningkatnya pengangguran.
PERMASALAHAN PESISIR
KAB.LANGKAT
1. Lemahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat
peisir yang sebagian besar adalah nelayan
tradisional sehingga mereka tidak berdaya
untuk bersaing
2. Adanya penggunaan alat tangkap yang
dilarang
dan pemakaian alat tangkap
modifikasi yang teknisnya masih sama
dengan alat tangkap trawl, yang berpotensi
menimbulkan
konflik
antara
nelayan
tradisional dan nelayan pengguna alat
modifikasi serta merusak lingkungan.
12
lanjutan
3. Konflik Pemanfaatan Daerah Penangkapan Ikan
( Fishing Ground) antara nelayan skala kecil dan
skala besar.
4. Sering terjadinya pelanggaran wilayah tretorial,
Nelayan melakukan operasi penangkapan tidak
sengaja melanggar perairan Malaysia.
5.
Alih fungsi lahan tambak dan hutan pesisir
menjadi Perkebunan atau peruntukan lain (alih
fungsi)
6. Keterbatasan penyediaan bibit ikan untuk
usaha budidaya ikan di kwasan pesisir.
13
PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM
KAWASAN PESISIR KABUPATEN LANGKAT
UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN
YANG BERKELANJUTAN
1. Pemanfaatan sumber daya pesisir tidak melebihi
kemampuan regenerasi sumber daya hayati atau
laju inovasi substitusi sumber daya non-hayati
pesisir (Daya dukung daya tampung)
2. Pemanfaatan sumber daya pesisir Kabupaten
Langkat saat ini tidak boleh mengorbankan
(kualitas dan kuantitas) kebutuhan generasi
yang akan datang atas sumber daya yang ada
(sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku);
3. Pemanfaatan sumber daya yang belum diketahui
dampaknya harus dilakukan secara hati-hati dan
didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai
4. Konsistensi dari berbagai instansi dan lapisan
pemerintahan,
dari
proses
perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan
untuk melaksanakan rencana zonasi/RDTR beserta
indikasi program yang telah ditetapkan
5. Kepastian hukum diperlukan untuk menjamin
kepastian hukum yang mengatur implementasi
KRP secara jelas dan dapat dimengerti dan ditaati
oleh semua pemangku kepentingan; serta
keputusan yang dibuat berdasarkan mekanisme
atau cara yang dapat dipertanggungjawabkan dan
tidak memarjinalkan masyarakat sekitarnya.
6. Kemitraan: merupakan kesepakatan kerja sama
antarpihak yang berkepentingan berkaitan dengan
pengembangan kawasan.
7. Adanya keterbukaan bagi masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif
tentang
pengembangan
dan
wewenang pemerintahan dari Pemerintah kepada
pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan di bidang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil.
9. Pemerataan: ditujukan pada manfaat ekonomi
pengembangan WP3K Kabupaten Langkat yang
dapat dinikmati oleh sebagian besar anggota
masyarakat.
10.Akuntabilitas: dimaksudkan bahwa pengelolaan
sumber daya dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan.
11.Keadilan/Penegakan hukum: berpegang pada
kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak,
Ekonomi (Growth)
dan tidak sewenang-wenang
dalam pemanfaatan
sumber daya.
Kelembaga
Penegakan hukum
an
Sosial
il, harmonis dan sejahtera)
Ekologi (aman & lestar
Ekologi
Kelembagaan
Ekonomi
Infrastruktur,
Teknologi
Sosbud
Mengapa Hutan Mangrove
penting dikelola?
Jaring makanan
STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN
MANFAAT
KAWASAN
LINDUNG
1.
peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan
pengikisan pantai
2.
penghasil detritus bagi plankton sbg sumber makanan utama biota
laut.
3.
habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak,
ular), dan mamalia (monyet).
4.
daerah nursery grounds), feeding grounds, & spawning grounds
berbagai jenis ikan & biota laut lainnya.
5.
penghasil kayu & tempat ekowisata
IMPLEMENTASI
STRUKTUR
•Jaga kelangsungan pola-pola
alamiah; pasut
•Minimalisir penebangan mangrove
dg pengawasn
Kondisi Eksisting
Mangrove &
Kebijakan
Pengelolaan
NON-STRUKTUR
•Detail tata ruang (Kab/kota) basis kawasan hutan
(mangrove)
•Role sharing industri & kaw.pesisir
•Perlindungan cagar & suaka alam
•Valuasi ekonomi (biodiversitas, kebunan, pertanian,
tambang dll.)
•Rehabilitasi lahan kritis
•Penerapan dana kompensasi pasca konsumsi
•Pengendalian pencemaran
•Pendidikan lingkungan & Pemberdayaan masyarakat
•Mitigasi bencana alam
•Penerapan peraturan daerah (penertiban/penataan
ijin2)
Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove
berkelanjutan (Arah dan Sasaran)
OLEH FAKTOR ALAM
(NATURAL
INTERFERENCE)
1. DEGRADASI SUMBER
DAYA ALAM (TEBANG
HABIS)
2. KONVERSI LAHAN
(PERTANIAN,
PERIKANAN,
PERKEBUNAN)
3. PENCEMARAN
LINGKUNGAN (SAMPAH
CARI, PADAT, MINYAK)
4. BENCANA ALAM
(TSUNAMI)
OLEH FAKTOR MANUSIA
(HUMAN INTERFERENCE)
ARAHAN STRATEGI
1. Pemulihan fungsi ekologi
dan ekonomi sumberdaya
alam dan lingkungan
DAERAH
RAWAN
(SENSITIVE
AREA)
2. Pengendalian
pencemaran lingkungan
3. Pemberdayaan
masyarakat untuk lebih
meningkatkan kesadaran
lingkungan, ketaatan
hukum dan partisipasi
dalam pengelolaan
lingkungan
4. Pemanfaatan SDA yang
berkelanjutan
Pemerintah
Propinsi
Pemerintah
Pusat
Donor
Bilateral/
regional
Pemerintah
Kab./Kota
Pengelola Hutan
Magrove
Berkelanjutan
Investor
swasta
Dewan
Pakar
Masyarakat
/LSM
Implementasi Rencana Pengelolaan
Kerangka kerja Ko-operasi
Dinas/Badan/Instansi Sektoral
Pemberdayaan
Masyarakat
Pendidikan &
Kesempatan kerja
• Pendidikan, Tenaga
Kerja
Kesehatan
• kurangi
penyebaran
penyakit
•
Lingkungan
Hidup
Industri
• Kurangai
Pencemaran
• Kompensasi
Pengelolaan
Sumberdaya Alam
Kehutanan,
Perikanan
(Reabllitasi)
Penyelarasan
peraturan yang
tumpang tindih
(lembaga/instasi
terkait)
Pariwisa
ta
Pemantauan & Implementasi Rencana Pengelolaan Mangrove
Proses implementasi pengelolaan Hutan Mangrover Terpadu dan berkelanjutan