UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PEMERASAN DAN PENGANCAMAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (Studi pada Polda Lampung)

  

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN

TINDAK PIDANA PEMERASAN DAN PENGANCAMAN

MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

(Studi pada Polda Lampung)

(Jurnal)

  

Oleh

Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

  

ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN

TINDAK PIDANA PEMERASAN DAN PENGANCAMAN

MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

(Studi pada Polda Lampung)

Oleh

  

Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Sunarto DM, Maroni

Email :

  Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat melawan hukum, menyerang berbagai kepentingan hukum orang, masyarakat, dan negara. Salah satu bentuknya yaitu pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik. Tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 27 Ayat (4) dan Pasal

  45 Ayat (4). Permasalahan adalah bagaimanakah upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik, dan faktor-faktor yang menghambat. Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Prosedur pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini dengan cara studi kepustakaan dan lapangan. Data yang diperoleh dikelola dengan menggunakan metode induktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik dilakukan melalui (1) upaya represif yaitu dilakukan dengan meningkatkan penindakan oleh pihak kepolisian dengan memberikan sanksi tegas dan berefek jera kepada pelaku serta memberikan pembinaan kepada pelaku selama menjalani hukuman; (2) upaya preventif yaitu dilakukan melalui peningkatan kinerja kepolisian dan peningkatan koordinasi dengan Kominfo dan penyedia layanan ISP, serta melakukan patroli di dunia maya; (3) upaya pre-emtif yaitu dilakukan dengan memberi sosialisasi kepada pengelola warnet dan pendekatan masyarakat melalui website pemerintah. Faktor penghambat yaitu faktor sarana dan fasilitas yang belum memadai, kurang baiknya prosedur pembuatan akun, dan keberadaan pelaku yang berada di luar wilayah Polda Lampung. Saran yang dapat penulis berikan adalah (1) perlu adanya sarana dan fasilitas yang memadai dan meregistrasi kembali identitas pengguna akun berdasarkan identitas yang sah (KTP); (2) perlunya pelatihan pendeteksian dini kejahatan melalui akun-akun palsu; dan (3) perlunya peningkatan kerjasama baik dengan penyedia layanan ISP maupun Kominfo.

  

Kata Kunci: Upaya Kepolisian, Penanggulangan, Tindak Pidana Pemerasan dan/

atau Pengancaman.

  

ABSTRACT

THE POLICE EFFORTS IN COUNTERMEASURING CYBER CRIME OF

EXTORTION AND THREATS VIA ELECTRONIC MEDIA

(Study at Polda Lampung)

By

  

Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Sunarto DM, Maroni

Email:

The development of information and communication technology can be utilized to

perform unlawful acts, attacking various legal interests of people, society, and

country. One of the crimes is in form of extortion and/ or threats via electronic

media. The criminal acts of extortion and/ or threats via electronic media has

been regulated in the Electronic Information and Transaction Act Article 27

Paragraph (4) and Article 45 Paragraph (4). The problems of this research are

formulated as follows: how is the police effort in the countermeasure of extortion

and threats crimes via electronic media? And what are the inhibiting factors that

hamper its implementation? In this research, the author administered two kinds of

approaches namely the normative and empirical approaches. The data collection

procedure was carried out through library study and field study. The data

obtained were calculated using inductive method. Based on the results of the

research, it can be concluded that: the police has done countermeasures against

extortion and threats crimes via electronic media in several ways: (1) through

repressive effort in which the police increase strict sanctions and deterrent effect

to the perpetrators and providing counseling to the perpetrators during the

punishment; (2) the preventive effort that was done by improving police

performance and enhancing coordination with Kominfo (The Indonesian Ministry

of Communication and Information) and ISP (Internet Service Providers), as well

as conducting patrols in cyberspace; (3) the pre-emptive effort has been done by

holding socialization to the internet café manager and reaching out the

community through the government website. Among the inhibiting factors,

included: the inadequate facilities and infrastructures, the lack of account

preparation procedures, and the presence of actors from outside the jurisdiction

of Polda Lampung. The suggestions from the author are as follows (1) it is

necessary to meet the adequate facilities and infrastructures and re-registering

the identity of the account users with legal identity, like residents identity card

(KTP); (2) it is necessary to hold training of early crime detection against fake

accounts; and (3) it is also necessary to improve cooperation with both ISP and

Kominfo service providers.

  Keywords: Police Efforts, Countermeasures, Criminal Acts of Extortion and/ or threats.

I. PENDAHULUAN

  Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa pengaruh positif dan negatif, ibarat pedang bermata dua. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi disatu pihak memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan per- adaban manusia. Dilain pihak ke- majuan teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat melawan hukum, menyerang ber- bagai kepentingan hukum orang, masyarakat dan negara.

  Provinsi Lampung pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017, ber- dasarkan hasil wawancara di Dir- reskrimsus Polda Lampung, kasus tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media ele- kronik di Lampung berjumlah 77 kasus yang telah dilaporkan ke kepolisian. Sementara itu jumlah kasus yang dipidana berjumlah 21 kasus dari 77 kasus yang telah di- laporkan. Dari jumlah kasus yang dapat dipidana, 56 kasus diantaranya tidak dapat dipidana.

  Pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik merupakan salah satu perbuatan yang dilarang dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pemerasan dan/ atau pengancaman melalui internet pada prinsipnya sama dengan pemerasan dan/ atau pe- ngancaman secara konvensional. Yang membedakan hanya sarananya yakni melalui media elektronik. Ancaman mengunggah video pribadi termasuk foto pribadi ke publik ditengarai merupakan modus baru dalam pemerasan diera digital saat ini. Beberapa kasus pemerasan dengan cara tersebut telah dilaporkan kepada Penyidik POLRI maupun Penyidik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Sub Direktorat Penyidikan dan Penindakan Direk- torat Keamanan Informasi). Kasus pemerasan dengan ancaman penye- baran video atau foto pribadi diyakini banyak terjadi namun minim laporan. Hal ini disebabkan

1 Negara Indonesia pada tahun 2013,

  Ekonomi Khusus Bareskrim POLRI Kombespol Agung Setya mengatak- an, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, tercatat 36,6 juta serangan

  cyber crime terjadi di Indonesia. Hal

  ini sesuai dengan data Security

  Threat yang menyebutkan Indonesia

  berdasarkan laporan State of The

  online , kasus kejahatan di dunia

  maya atau cyber crime menjadi kasus paling banyak yang ditangani Dit- reskrimsus Polda Metro Jaya di sepanjang tahun 2016. Dari 1.627 kasus yang ditangani polisi, 1.207 kasus merupakan kasus cyber crime.

  2 1 Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Tindak Pidana Informasi & Transaksi Elektronik , Cet. Pertama., Ed. Rev., Malang: Media Nusa Kreatif, 2015, hlm. 2.

  cyber crime . Direktur Tindak Pidana

  kedua dalam daftar lima besar negara asal serangan kejahatan siber atau

  

  Internet , Indonesia berada di urutan

  adalah negara paling berisiko mengalami serangan cyber crime. Sementara itu pada tahun 2016 merujuk pada rilis portal berita

  kekhawatiran korban atas ancaman pelaku.

  ancaman penyebaran video atau foto pribadi juga ditemukan pada beberapa kasus pencurian dengan peretasan (hacking) akun jejaring sosial maupun e-mail seseorang yang mana terkadang pelaku menemukan video atau foto pribadi korban yang tersimpan dalam profil pribadi jejaring sosial atau

  e-mail .

  Kemudian, pelaku memeras pemilik

  akun tersebut dengan mengancam

  akan disebarkannya video atau foto pribadi korban selaku pemilik akun. Fenomena demikian mengharuskan aparat kepolisian berperan untuk memberantas tindak pidana pemeras- an dan/ atau pengancaman melalui media elektronik. Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai kedudukan dan peranan yang integral sebagai bagian dari reformasi me- nyeluruh segenap tatanan kehidupan bangsa dan negara dalam mewujud- kan masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  gan yang dilakukan oleh Polda Lampung, khususnya Subdit

  II Bidang Perbankan dan Cyber Crime 3 Hukum

  Online, “Kasus Pemerasan dengan Ancaman Penyebaran Vidio Pribadi ke Internet”, diakses tanggal

  9 Agustus 2017, Pukul 09.12 WIB. 4 Konsiderat Undang-Undang Nomor 2

  Dirreskrimsus Polda Lampung, dalam hal ini memerlukan langkah- langkah lebih lanjut dalam proses penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektro- nik. Realisasi dari penanggulangan tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik tidak lepas dari peran aparat penegak hukum saja, diperlu- kan adanya kerjasama dari berbagai pihak antara lain adalah Kominfo, Perguruan Tinggi dan penyedia layanan ISP serta masyarakat. Ben- tuk peran serta masyarakat disini dapat berupa memberikan informasi mengenai tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik kepada Kepolisian maupun Kominfo. Disamping itu, dapat juga melalui lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan organisasi- organisasi masyarakat yang mem- fokuskan diri dalam penanggulangan kejahatan dunia maya.

3 Modus lain pemerasan dengan

  Pasal 368 Ayat (1) KUHP mengatur tentang tindak pidana pemerasan, sebagai berikut:

  Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekeras- an untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun meng- hapuskan piutang, diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan. Ketentuan pasal di atas, jika diuraikan dengan modus baru dalam tindak pidana pemerasan dan/ atau

4 Upaya pencegahan dan penanggulan-

  nik, maka dirasakan cukup sulit menjerat pelaku tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik mengguna- kan pasal dalam KUHP. Guna mengatur pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Kemudi- an pada tanggal 25 November 2016 undang-undang tersebut mengalami perubahan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Tran- saksi Elektronik. Berikut ini salah satu contoh tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik di Lampung:

  Petugas Satuan Reserse Kriminal menangkap Arya Setiadi (22) di sebuah minimarket di Jalan Urip Sumoharjo. Arya diringkus petugas karena memeras seorang perempuan muda dengan modus menyebar foto bugil. Kepala Satuan Reserse Kriminal Komisaris Dery Agung Wijaya mengatakan, Arya mendapatkan foto vulgar korban melalui aplikasi blackberry

  messenger (BBM). “Tersangka

  mengaku sebagai agen pencari model lalu meminta foto vulgar korban,” kata Dery, Rabu (20/7/2016).

  Korban mengirimkan foto bugil ke tersangka. “Ternyata tersangka memeras korban mengancam menyebarkan foto vulgar,” kata an mencapai Rp 3 juta. Dery Agung Wijaya mengatakan, modus pemerasan tersangka Arya dengan cara membuat akun

  facebook palsu. Dery mengutara-

  kan, kernet angkot tersebut memakai nama dan foto perempu- an di akun facebook nya. Arya lalu mengajak korban berinisial M (20) berbincang di facebook. “Tersangka mengaku sebagai agen pencari model menawarkan korban jadi model,” kata Dery, Rabu (20/7/2016).

  5 Tindak pidana pemerasan dan/ atau

  pengancaman di dalam Undang- Undang Informasi dan Transaksi Elektronik diatur dalam Pasal 27 Ayat (4), yang menyebutkan:

  “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau menstranmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya infor- masi elektronik dan/ atau doku- men elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/ atau pengancaman.”

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul: Upaya Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pe- merasan dan Pengancaman Melalui Media Elektronik (Studi pada Polda Lampung).

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:

  1) Bagaimanakah upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak 5 Wakos Gautama, “(Video) Polisi Ringkus

  Pemuda Pemeras Modus Sebar Foto Bugil” pidana pemerasan dan pengan- caman melalui media elektrnik? 2)

  Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat upaya penanggu- langan tindak pidana pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik?

  Pada penelitian ini penulis melakuk- an dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Prosedur pengumpu- lan data dalam penulisan penelitian ini dengan cara studi kepustakaan dan lapangan. Data yang diperoleh dikelola dengan menggunakan meto- de induktif.

  Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, diperoleh jawaban atas permasalahan mengenai upaya kepolisian dalam penang- gulangan tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik adalah sebagai berikut:

  Upaya penanggulangan kejahatan melalui penerapan hukum pidana ini adalah upaya dalam penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat pemberantasan sesudah kejahatan itu terjadi.

  a.

  Upaya Penyelidikan Oleh Pihak Kepolisian

  Penyelidikan yang dilakukan Polda Lampung terhadap tindak pidana melalui media elektronik dilakukan oleh Polisi Subdit

  II Bidang Perbankan dan Cyber Crime Dir- reskrimsus Polda Lampung. Tahap penyelidikan merupakan tahap pertama yang dilakukan penyelidik dalam melakukan penyelidikan tindak pidana serta tahap tersulit dalam proses penyidikan, hal ini disebabkan dalam tahap ini penyelidik harus dapat membuktikan tindak pidana yang terjadi serta bagaimana dan sebab-sebab dari tindak pidana tersebut dalam upaya penanggulangan.

  Menurut Muh. Anwar dalam penyelidikan kasus pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik, pihak kepolisian banyak mengalami kendala dan kesulitan, karena kasus yang berhubungan dengan kejahatan dunia maya penanganannya berbeda dengan kasus tindak pidana biasa atau konvensional. Apalagi pelaku kejahatan tersebut bisa melakukan aksinya kapan saja tanpa sepenge- tahuan orang lain dan menggunakan

II. PEMBAHASAN A. Upaya Kepolisian dalam Pena- nggulangan Tindak Pidana Pe- merasan dan Pengancaman Me- lalui Media Elektronik

  akun palsu. Langkah-langkah yang

  dilakukan pihak kepolisian adalah melakukan pemeriksaan misalnya di warnet yang biasanya digunakan oleh pelaku kejahatan, sekaligus mengumpulkan bukti, melacak, dan melakukan penyitaan terhadap bukti elektronik seperti hard disk, melaku- kan pengungkapan atau penahanan berdasarkan bukti permulaan atau alat bukti yang cukup. Oleh karena itu dalam mengatasi tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik, aparat kepolisian juga melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain. Seperti diantaranya Kominfo Provinsi Lampung, Perguruan Tinggi di

1. Upaya Represif

  service provider (ISP) dan instansi

  ketentuan umum tentang tindak pidana pemerasan dalam KUHP (lex 6 Hasil wawancara penulis dengan Wadir Dirreskrimsus Polda Lampung Muh.

  1) kesalahan terdakwa harus terbukti sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan 7 Hasil wawancara dengan Sanusi Husin,

  Sanusi Husin mengatakan bahwa untuk dapat menentukan salah atau tidaknya terdakwa menurut sistem pembuktian yang dianut oleh KUHAP maka harus terdapat unsur- unsur sebagai berikut:

  Pasal 45 Ayat (4) menyebutkan setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/ atau dokumen elek- tronik yang memiliki muatan peme- rasan dan/ atau pengancaman seba- gaimana dimaksud dalam Pasal 27 Ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

  setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya informasi elektro- nik dan/ atau dokumen elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/ atau pengancaman.

  7 Pasal 27 Ayat (4), menyebutkan

  ketentuan dalam Ketentuan Umum KUHP pada Pasal 63 Ayat 2 yang menyebutkan bahwa “Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula dalam aturan pidana khusus, maka yang khusus itulah yang diterapkan”.

  generali ). Hal ini sebagaimana

  specialis ) dan mendahulukan

  terkait lainnnya. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pembe- rantasan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik.

  Ketentuan dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai ketentuan khusus (lex

  27 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

  kemudian setelah pelaku mendapat- kan foto vulgar tersebut, pelaku memeras korbannya dengan modus menyebar foto bugil. Pelaku juga dalam melakukan aksi kejaha-tannya dengan cara memeras korban-nya melalui akun facebook dengan membuat akun palsu misalnya memakai nama dan foto perempuan di akun facebook-nya. Dalam hal kasus pemerasan dan/ atau pengan- caman melalui media elektronik ini melanggar Pasal

  blackberry messenger (BBM)

  pemerasan dan/ atau pengancaman, misalnya pelaku mengaku sebagai agen pencari model lalu dengan tipu muslihatnya pelaku meminta foto vulgar korban melalui aplikasi

  messenger (BBM), atau melalui facebook yang dilakukan oleh pelaku

  Melakukan Penindakan Ter- hadap Pelaku Kejahatan Seperti yang diuraikan dalam contoh kasus pemerasan dan/ atau penganca- man melalui aplikasi blackberry

  6 b.

  selaku Akademisi Hukum Pidana berdasarkan dua alat bukti yang sah tersebut; 2) kemudian Majelis Hakim memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya.

  kan pada Pasal 183 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Kekuatan pembuktian dari alat bukti petunjuk sangat ditentukan oleh unsur-unsur subjektif (arif bijaksana, kecermatan, keseksamaan dalam hati nurani) dari hakim, unsur- unsur subjektif antara hakim yang satu dengan yang lain pada umumnya tidak sama atau berbeda.

  Menurut penulis, upaya penindakan yang dilakukan pihak kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik sangat penting. Upaya pemberantasannya tidak hanya dengan penindakan saja memang sedikit mengalami kesulitan karena pelaku kejahatan dunia maya dapat melakukan aksinya dimana saja, tanpa sepengetahuan orang lain maka perlu adanya kerjasama yang baik antara kepolisian dengan masyarakat.

  c.

  Melakukan Penyidikan Terha- dap Pelaku dan Membuat Lapor- an Hasil Berkas Perkara

  Menurut Muh. Anwar, penyidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian tidak mengenal batas wilayah. Oleh karena itu perlu kerjasama dengan aparat penegak hukum yang lain. 8 Hasil wawancara dengan Sanusi Husin,

  selaku Akademisi Hukum Pidana

  Karena hal tersebut sangat penting dilakukan dalam mengumpulkan barang bukti, penyitaan terhadap bukti elektronik pelaku kejahatan

  cyber crime .

  9 Menurut penulis, pemberian hukum

8 Sistem pembuktian tersebut didasar-

  pidana itu sangat penting sekali ditegaskan oleh pembentuk undang- undang, agar hakim dalam memberi- kan keputusannya memiliki kebebas- an sebagai hakim. Namun ada juga batasannya yang harus ditetapkan secara objektif. Pembentuk undang- undang harus memberikan beberapa kriteria untuk memberikan pidana oleh hakim, agar hakim dalam mengambil keputusan suatu perkara dapat berlaku adil. Hal ini membuktikan bahwa peraturan perundang-undangan yang sudah ada sudah cukup baik pada kenyataan- nya. Namun terkadang kurang maksimal dalam melakukan pena- nganan yang ketat, sehingga masih saja terjadi adanya tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik.

  2. Upaya Preventif Menurut Muh. Anwar, upaya preventif merupakan tindakan pencegahan dalam menangani pelanggaran norma-norma yang berlaku yakni dengan mengusahakan agar faktor niat dan kesempatan tidak bertemu sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat tetap terpelihara aman dan terkendali. Upaya preventif kepolisian Polda Lampung dalam menanggulangi tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik telah dilakukan oleh 9 Hasil wawancara penulis dengan Wadir Dirreskrimsus Polda Lampung Muh. bagian Humas Polda Lampung dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik. Dalam menanggulangi tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik secara preventif, kepolisian Polda Lampung telah melakukan dua kegiatan, yaitu:

  1) Himbauan Melalui Media Sosial

  Himbauan tersebut disampaikan melalui postingan-postingan di beberapa media sosial Polda Lampung yaitu diantaranya website resmi Polda Lampung, kemudian facebook atas nama Polda Lampung serta twitter dengan akun @poldalampung. 2)

  Sosialisasi dengan Wartawan Media Lokal Lampung Pada kegiatan sosialisasi tersebut Bagian Humas Polda Lampung meminta kepada setiap wartawan agar dalam setiap tulisan atau berita diberikan sisipan tulisan yang bersifat himbauan sesuai dengan topik berita yang terkait kejahatan yang didalamnya termasuk tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik yang ditulis oleh setiap wartawan tersebut. Himbauan tersebut dimaksudkan agar pembaca lebih waspada dan terhindar dari setiap kejahatan yang didalamnya termasuk tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik.

  10

  3. Upaya Pre-emtif Upaya pre-emtif yang telah dilaku- kan oleh kepolisian Polda Lampung adalah dengan memberikan sosialisasi kepada para pengelola warnet khususnya di Lampung untuk lebih memperhatikan para pengguna komputer di warnetnya, sosialisasi ini bertujuan agar para pengelola warnet sadar akan akibat-akibat yang dapat ditimbulkan jika para pengelola warnet tidak memperhati- kan para pengguna komputer di warnetnya, seperti kerugian pada pengelola warnet karena warnetnya telah dijadikan tempat untuk melakukan tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik yang menyebabkan usahanya dapat tersendat karena proses penyitaan dari kepolisian.

  Sanusi Husin mengatakan bahwa untuk menangkal atau menghilang- kan faktor-faktor kriminogen pada tahap sedini mungkin. Termasuk upaya untuk mengeliminir faktor- faktor kriminogen yang ada dalam masyarakat yang bentuk kegiatannya sangat bervariasi, mulai dari analisis terhadap kondisi suatu wilayah berikut potensi kerawanan yang terkandung di dalamnya sampai dengan upaya koordinasi dengan setiap pihak dalam rangka mengantisipasi kemungkinan timbul- nya kejahatan. Upaya mencegah tumbuhnya keinginan jahat dan meniadakan faktor-faktor yang sebagai penyebab timbulnya kejahatan. Misalnya memperbaiki ekonomi (pengangguran, kelaparan, mempertinggi peradaban, dan lain- lain).

  11 11 Hasil wawancara dengan Sanusi Husin, selaku Akademisi Hukum Pidana

10 Hasil wawancara penulis dengan Wadir Dirreskrimsus Polda Lampung Muh.

B. Faktor-faktor Penghambat da- lam Penanggulangan Tindak Pidana Pemerasan dan Pengan- caman Melalui Media Elektro- nik

  Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, diperoleh jawaban atas permasalahan mengenai faktor penghambat penanggulangan tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik adalah sebagai berikut: 1.

  Faktor Hukumnya Sendiri Menurut Muh. Anwar makna pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik diperluas, penggunaan kalimat dalam informasi atau dokumen elektronik yang menjadi objeknya. Dalam hal ini perlu peran penting dari Ahli Bahasa untuk menentukan kalimat dalam postingan mengandung unsur pemerasan dan/ atau pengancaman yang dikuatkan oleh akibat yang dialami si korban.

  pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik secar garis besar dapat dikategorikan sebagai jaringan telekomunikasi karena pada dasarnya media elektronik baik itu

  hand phone maupun komputer

  sebagai sarana atau alat dalam mengakses facebook, BBM,

  instagram

  maupun twitter tersebut harus terhubung dengan jaringan komunikasi baik telepon maupun satelit untuk dapat melaksanakan kegiatannya. Dengan demikian maka kejahatan dengan menggunakan media eektronik ini jika memang dilakukan pada saat komputer atau 12 Hasil wawancara penulis dengan Wadir Dirreskrimsus Polda Lampung Muh.

  hand phone terhubung dengan

  internet maka dapat dijerat dengan menggunakan Undang-Undang Telekomunikasi, hanya saja masalah- nya belum ada aturan baku yang mengatur tentang hal ini.

  2. Faktor Penegak Hukum Menurut Sanusi Husin keterbatasan- keterbatasan hukum pidana inilah yang dampaknya dialami oleh kepolisian yang menggunakan hukum pidana sebagai landasan kerjanya. Sebab kejahatan yang kompleks ini terlambat diatasi oleh kepolisian, sehingga ketika terjadi kasus yang menggunakan modus operandi baru, mereka tidak secara tanggap menanganinya. Oleh sebab itu, untuk penanggulangan kejahatan tidak selalu harus menggunakan hukum pidana. Ketidakpastian hukum dan kepolisian dalam mene- gakkan hukum pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektro- nik ini menyebabkan penang- gulangan dengan menggunakan teknologi dan budaya menjadi alat yang ampuh.

12 Menurut penulis sebenarnya

  13 Penegak hukum merupakan golong-

  an panutan dalam masyarakat, yang hendaknya mempunyai kemampuan- kemampuan tertentu, sesuai dengan aspirasi masyarakat. Mereka harus dapat berkomunikasi dan mendapat- kan pengertian dari golongan sasaran, disamping mampu membawakan atau menjalankan peranan yang dapat diterima oleh mereka. Kecuali dari itu, maka golongan panutan harus dapat memanfaatkan unsur-unsur pola tradisional tertentu, sehingga 13 Hasil wawancara dengan Sanusi Husin,

  selaku Akademisi Hukum Pidana menggairahkan partisipasi dari golongan sasaran atau masyarakat luas. Golongan panutan juga harus dapat memilih waktu dan lingkungan yang tepat di dalam memperkenalkan norma-norma atau kaidah-kaidah hukum yang baru, serta memberikan keterangan yang baik.

  dikatakan, bahwa pada dasarnya proses penanggulangan tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik sudah berjalan, namun belum berjalan secara utuh, hal ini dikarenakan kepolisian hanya memasang spanduk tentang himbauan kejahatan dunia maya dan kepolisian juga masih pasif dalam penegakan hukum yang hanya menunggu laporan dari pihak korban dan pihak lain yang mengetahuinya, serta kurangnya pemahaman kepolisian tentang pemerasan dan/ pengancaman melalui media elektronik.

  Yang Mendukung Menurut Harto Agung Cahyono, keterbatasan sarana dan fasilitas merupakan faktor penghambat yang masih ada pada saat ini. Sarana dan fasilitas tersebut mencakup, perala- tan yang memadai, keuangan yang cukup dan sebagainya. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, terasa sulit dalam melakukan penanggulangan pemerasan dan/ atau pengancaman secara sempurna. Sehingga penang- gulangan tersebut dapat berlangsung dengan baik apabila didukung dengan sarana dan fasilitas yang 14 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang

  Mempengaruhi Penegakan Hukum , Ed. 1,

  cukup seperti yang telah disebut- kan.

  15 Sanusi Husin menambahkan sarana

  ekonomis ataupun biaya daripada penanggulangan kejahatan diper- hitungkan, dengan berpegang pada cara yang lebih efektif dan efisien, sehingga biaya dapat ditekan di dalam program-program pemberan- tasan jangka panjang. Peningkatan teknologi deteksi kriminalitas, umpamanya, mempunyai peranan yang sangat penting bagi kepastian dan kecepatan penanganan perkara- perkara pidana. Cara demikian dianggap lebih tepat.

14 Atas dasar uraian tersebut dapatlah

  16 4.

  Faktor Masyarakat Menurut Irsan, taraf pendidikan dan pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Lampung masih rendah, hal tersebut menjadikan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kejahatan dunia maya (cyber crime) mengakibatkan masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui atau belum menyadari apabila hak-hak mereka dilanggar yang dilindungi oleh undang-undang. Rendahnya ke- sadaran untuk mempertahankan hak- haknya, membuat masyarakat enggan untuk melaporkan ke Subdit Penyidikan dan Penindakan Kominfo ataupun ke kepolisian, hal tersebut tentu menyebabkan pelaku tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik sulit untuk dijerat. Bagian terpenting dalam menentukan 15 Hasil wawancara dengan Kasat Reskrim

3. Faktor Sarana dan Fasilitas

  Polresta Bandar Lampung Harto Agung Cahyono, pada tanggal 14 September 2017. 16 Hasil wawancara dengan Sanusi Husin, selaku Akademisi Hukum Pidana penanggulangan tindak pidana adalah kesadaran masyarakat. Semakin tinggi kesadaran masya- rakat maka akan semakin memung- kinkan penanggulangan yang baik pula. Sebaliknya semakin rendah tingkat kesadaran masyarakat, maka akan semakin sulit untuk menanggulangi tindak pidana tersebut.

  bahwa tuntutan ekonomi yang mendesak dan berkurangnya peluang serta penghasilan di bidang lain yang memberikan suatu hasil yang cukup, adanya kesempatan untuk melakukan pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik yang mempunyai nilai yang besar dan singkat, membuat pelaku tanpa berfikir panjang akhirnya melakukan tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik.

  18 5.

  Faktor Kebudayaan Menurut Sanusi Husin, kebudayaan merupakan salah satu faktor yang paling lama hidup dan berkembang ditengah masyarakat. Budaya mayarakat yang memiliki rasa keingintahuan yang berlebihan membuat para pelaku tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik meman- faatkan situasi seperti ini. Filterisasi budaya itu harusnya masyarakat menerapkan dengan baik, sehingga dalam penggunaan media elektronik 17 Hasil wawancara dengan Kepala Seksi

  Pengembangan Informatika Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Lampung Irsan, pada tanggal 13 September 2017. 18 Hasil wawancara dengan Sanusi Husin, selaku Akademisi Hukum Pidana

  baik itu hand phone ataupun komputer dapat dilakukan dengan bijak sesuai kultur budaya masya- rakat Lampung itu sendiri. Maka dari itu seharusnya kita sebagai masya- rakat haruslah jeli dan memproteksi dari segala kejahatan baik itu kejahatan dunia maya maupun kejahatan konvensional.

  19 Berkaitan dengan budaya hukum

17 Sanusi Husin juga menambahkan

  sebagai faktor dalam penegakan hukum dalam hal ini mengenai efektifitas penegakan hukum terhadap pengguna media elektronik, maka ada beberapa hal yang ditemukan, antara lain: a)

  Mengetahui Setelah peraturan perundang- undangan disahkan, maka sejak saat itulah masyarakat dianggap mengetahui adanya suatu aturan hukum, akan tetapi pada kenyataanya masyarakat Lampung masih banyak yang belum mengetahui Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

  b) Memahami

  Masyarakat tidak cukup hanya mengetahui aturan, akan tetapi juga harus memahami isi dari aturan tersebut, seperti tujuan dan manfaat dikeluarkanya peraturan tersebut. Dari jumlah tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik di Lampung dapat dilihat bahwa masih banyak warga masyarakat Lampung yang tidak sadar dan taat dalam menggunakan media elektronik. Hal ini membuktikan bahwa memang pada umumnya masyarakat Lampung yang memang kan oleh pihak kepolisian kurang memahami mengenai dengan memberikan sanksi tujuan dan pentingnya tegas dan berefek jera kepada penegakan hukum Undang- pelaku serta memberikan pem- Undang Informasi dan binaan kepada pelaku selama Transaksi Elektronik. menjalani hukuman;

  c) 2)

  Menaati upaya preventif yaitu dilakuk- Setelah mengetahui dan an melalui peningkatan kinerja memahami, masyarakat di- kepolisian dan peningkatan harapkan mampu mewujudkan koordinasi dengan Kominfo pemahaman tersebut melalui dan penyedia layanan ISP, prilaku berupa ketaatan dalam serta melakukan patroli di berprilaku dalam penggunaan dunia maya; media elektronik. 3) upaya pre-emtif yaitu dilaku- kan dengan memberi sosiali-

  Faktor yang paling relevan dan sasi kepada pengelola warnet dominan dalam proses penanggu- dan pendekatan masyarakat langan tindak pidana pemerasan dan/ melalui website pemerintah. atau pengancaman melalui media elektronik ini yaitu faktor sarana dan

  2. Faktor-faktor penghambat yang fasilitas yang belum memadai relevan dan dominan dalam sehingga memperlambat kinerja penanggulangan tindak pidana kepolisian. Kurang baiknya prosedur pemerasan dan/ atau pengancam- pemuatan akun seperti facebook, an melalui media elektronik (studi BBM, instagram , twitter yang pada Polda Lampung) yaitu: biasanya tidak sesuai dengan 1)

  Faktor sarana dan fasilitas, identitas yang sah (KTP). Dan juga yang belum memadai. Maka keberadaan pelaku yang berada di dari itu diperlukan biaya yang luar wilayah Polda Lampung. mendukung kemampuan ang- gota kepolisian, serta fasilitas berupa laboratorium sebagai

III. PENUTUP pengembangan teknologi dan

  informasi dalam melakukan A. penelitian bagi kepentingan

   Simpulan penyidikan.

  Berdasarkan hasil penelitian dan 2) Kurang baiknya prosedur pembahasan yang telah dilakukan pemuatan seperti

  akun

  dan diuraikan penulis, maka dapat facebook , BBM, instagram, disimpulkan yaitu: twitter yang biasanya tidak

  1. Kepolisian dalam sesuai dengan identitas yang Upaya penanggulangan tindak pidana sah (KTP). pemerasan dan/ atau pengan- 3)

  Keberadaan pelaku yang be- caman melalui media elektronik rada di luar wilayah Polda (studi pada Polda Lampung) dapat Lampung. dilakukan melalui upaya represif dan preventif. 1) upaya represif yaitu dilakukan

  B.

  Prestasi Pustaka Publisher,

   Saran Jakarta.

  Berdasarkan kesimpulan di atas Moeljatno, 1993, Azas-Azas Hukum maka dalam hal ini penulis dapat

  Pidana , Rineka Cipta, Jakarta.

  memberikan saran: 1.

  Perlu adanya sarana dan fasilitas Nawawi Arief, Barda, 1996, yang memadai seperti alat pelacak

  Kebijakan Hukum Pidana, akun palsu dan meregistrasi

  Kencana Prenada Media kembali identitas pengguna akun Group, Jakarta. berdasarkan identitas yang sah (KTP).

  • , 1998, Beberapa Aspek 2.

  Perlunya pelatihan khusus dibida-

  Kebijakan Penegakan dan

  ng cyber crime seperti pelatihan

  Pengembangan Hukum

  pendeteksian dini kejahatan mela- , Citra Aditya Bakti,

  Pidana lui akun-akun palsu.

  Bandung.

  3. Perlunya peningkatan kerjasama baik dengan penyedia layanan ISP

  • , 2001, Masalah Penegakan maupun Ko-minfo.

  Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan ,

  Citra Aditya Bakti, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

  • , 2002, Perbandingan Hukum

  Pidana , PT Raja Grafindo

  Afrizal, 2014, Metode Penelitian Persada, Jakarta.

  Kualitatif , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

  P. A. F. Lamintang, 1997, Dasar-

  dasar Hukum Pidana

  Andrisman, Tri, 2007, Hukum

  Indonesia , Citra Aditya Bakti, Pidana , Universitas Lampung,

  Jakarta. Bandar Lampung.

  Samsudin M, A. Qirom dan Sumaryo Chazawi, Adami dan Ardi Ferdian,

  E, 1985, Kejahatan Anak Suatu 2015, Tindak Pidana Informasi

  Tinjauan Dari Segi Psikologis & Transaksi Elektronik , Cet. dan Hukum, Liberty,

  Pertama., Ed. Rev., Media Yogyakarta. Nusa Kreatif, Malang.

  Simanjuntak B dan Chairil Ali, 1980, Departemen Pendidikan Nasional,

  Cakrawala Baru Kriminologi,

  2008, Kamus Pusat Bahasa, Trasito, Bandung. Pusat Bahasa, Jakarta.

  Soedjono D, 1976, Penanggulangan Fokus Media, 2012, Undang-undang

  Kejahatan (Crime Prevention), Kepolisian Negara Republik

  Alumni, Bandung.

  Indonesia , Fokus Media, Bandung.

  Soekanto, Soerjono, 1986,

  Pengantar Penelitian Hukum,

  Gunadi W, Ismu dan Jonaedi Efendi, Universitas Indonesia.

  2011, Cepat dan Mudah

  • , 2013, Faktor-Faktor Yang Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

  Mempengaruhi Penegakan Hukum , Ed. 1, Cet. 12, Transaksi Elektronik.

  Rajawali Pers, Jakarta.

  Undang-Undang Nomor 19 Tahun Sudarto, 1990/1991, 2016 tentang Perubahan Atas

  “Diktat Hukum Pidana Jilid I A- B”, FH Undang-Undang Nomor 11 Universitas Jenderal Tahun 2008 tentang Informasi Soedirman, Purwokerto. dan Transaksi Elektronik.

  Suhariyanto, Budi, 2013 Tindak

  Pidana Teknologi Informasi

  No. HP : 082282205496

  (Cybe Crime): Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, Ed.1., Cet.2., Rajawali Pers, Jakarta.

  Sunarto DM, 2016, Keterpaduan

  dalam Penanggulangan Kejahatan , AURA, Bandar

  Lampung. Universitas Lampung, 2013, Format

  Penulisan Karya Ilmiah ,

  Universitas Lampung, Bandar Lampung. Wahid, Abdul dan Mohammad

  Labib, 2010, Kejahatan

  Mayantara (Cyber Crime) ,

  Cet. 2., PT Refika Aditama, Bandung.

  Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

  Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).