PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENJUALAN SENJATA API ILEGAL MELALUI MEDIA ONLINE FACEBOOK

  PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENJUALAN SENJATA API ILEGAL MELALUI MEDIA ONLINE FACEBOOK (Jurnal) Oleh

Rizki Amantha Hasibuan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

  

ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENJUALAN

SENJATA API ILEGAL MELALUI MEDIA ONLINE FACEBOOK

Oleh

  

Rizki Amantha Hasibuan, Sanusi Husin, Budi Rizki Husin

(rizkiamanthahasibuan@gmail.com)

  Media sosial yang sering digunakan pengguna (akun) dalam transaksi jual beli senjata api ilegal adalah Facebook. Facebook adalah sarana sosial yang menghubungkan orang-orang dengan teman dan rekan mereka lainnya yang bekerja, belajar, dan hidup di sekitar mereka. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penegakan hukum terhadap tindak pidana penjualan senjata api ilegal melalui media online Facebook dan apa saja faktor penghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana penjualan senjata api ilegal melalui media online

  

Facebook. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah yuridis

  normatif dan empiris, dengan mempelajari norma atau kaidah hukum, tinjauan atas penegakan hukum terhadap tindak pidana penjualan senjata api ilegal melalui media online Facebook. Metode analisis secara kualitatif dan disimpulkan dengan cara pikir induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penegakan hukum terhadap tindak pidana penjualan senjata api ilegal melalui media online

  

Facebook dilakukan dengan tindakan represif yaitu penyelidikan, penyidikan,

  penangkapan dan dilakukan juga dengan tindakan preventif yaitu dengan sistem dan prosedur izin kepemilikan senjata api yang ketat, patroli dan razia. Faktor penghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana penjualan senjata api ilegal melalui media online Facebook diantaranya kendala kurangnya informasi, kedua kendala Sumber Daya Manusia di Polres Lampung Selatan, ketiga kendala legislasi, keempat kendala kurangnya peran masyarakat dan kelima kendala geografis. Upaya yang dilakukan Kepolisian untuk mengatasi kendala dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap tindak pidana penyalahgunaan senjata api bagi masyarakat sipil diantaranya: pertama terhadap kendala faktor informasi yakni, meningkatkan kerja sama dengan Direktorat Intelijen untuk mencegah peredaran senjata api secara ilegal, meningkatkan koordinasi dengan seluruh Kapolda-Kapolda di Indonesia, kedua dengan meningkatkan semangat dan motivasi anggota serta pelatihan kemampuan pengetahuan tentang senjata api. Ketiga mengupayakan adanya perubahan terhadap undang-undang yang sudah ada dengan segala upaya agar semakin menguatkan, keempat memberikan informasi dan Pengetahuan kepada masayarakat terhadap bahaya dari penyalahgunaan senjata api dan kelima kendala faktor geografis yakni meningkatkan pengawasan di setiap daerah. .

  Kata Kunci: Senjata api, ilegal, media online, Facebook

  

ABSTRACT

LEGAL ENFORCEMENT ON CRIMINAL SALES FALSE CLAIMS

THROUGH ONLINE FACEBOOK MEDIA

Social media that is often used by the user (account) in illegal firearms sale

transaction is Facebook. Facebook is a social tool that connects people with

their friends and other colleagues who work, study, and live around them. The

problem in this research is how law enforcement against illegal firearms sale

through Facebook online media and what are the factors that hamper law

enforcement against illegal firearms sale through Facebook online media.

Research methods undertaken in this study are normative and empirical

juridical, by studying the norms or rules of law, a review of law enforcement of

illegal firearms sale through online media Facebook. The method of analysis is

qualitatively and inferred by inductive thought. The results show that law

enforcement against illegal firearms sale through Facebook online media is

done by repressive action, investigation, investigation, arrest and also done by

preventive action with system and procedure of tight firearms license, patrol and

raid. Law enforcement factors against illegal firearms selling through

Facebook's online media include the lack of information, both human resource

constraints in Lampung Selatan Police, the three legislative constraints, the four

obstacles to the lack of public role and the five geographic constraints. Police

efforts to overcome obstacles in enforcing law enforcement against criminal

misuse of firearms for civil society include: first against information factor

constraints that is, increasing cooperation with Directorate of Intelligence to

prevent illegal circulation of firearms, improve coordination with all Kapolda-

Kapolda in secondly by enhancing the spirit and motivation of the members as

well as training the ability of knowledge about firearms. All three are seeking

changes to existing laws with every effort to strengthen them, fourthly providing

information and knowledge to the community against the dangers of gun misuse

and the five geographic factor constraints that increase supervision in each

region.

  Keywords: Firearms, illegal, online media, Facebook

I. PENDAHULUAN

  Perkembangan zaman pada saat ini mengalami kemajuan pertumbuhan yang sangat pesat, tidak hanya di dunia teknik industri dan perdagangan tetapi juga dalam dunia hukum. Perkebangan zaman diikuti juga oleh perkembangan tingkat kejahatan dimana perkembangan tingkat kejahatan dipengaruhi oleh peredaran senjata api ilegal. Senjata api pada dasarnya dapat dimiliki oleh masyrakat sipil tetapi melalui proses yang cukup panjang.

  Secara normatif, Indonesia sebenarnya termasuk negara yang cukup ketat menerapkan aturan kepemilikan senjata api untuk kalangan sipil. Ada sejumlah dasar hukum yang mengatur mengenai hal ini, mulai dari level undang-undang yakni Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951, Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1948 dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1960. Selebihnya adalah peraturan yang diterbitkan oleh Kepolisian, seperti Surat Keputusan Kapolri Nomor Skep/244/II/1999 dan Surat Keputusan Kepala Polri Nomor 82 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Non-Organik.

  Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Polri Nomor 82 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Non-Organik, persyaratan untuk mendapatkan senjata api ternyata relatif mudah. Cukup dengan menyerahkan syarat kelengkapan dokumen seperti KTP, Kartu Keluarga, dan lain-lain, seseorang berusia 24-65 tahun yang memiliki sertifikat menembak dan juga lulus tes menembak, maka dapat memiliki senjata api. Surat Keputusan tersebut juga mengatur bahwa individu pemilik senjata api untuk keperluan pribadi dibatasi minimal setingkat Kepala Dinas atau Bupati untuk kalangan pejabat pemerintah, minimal Letnan Satu untuk kalangan angkatan bersenjata, dan pengacara atas rekomendasi Departemen Kehakiman.

  Seiring dengan meningkatnya kejahatan dengan senjata api, pada tahun 2007 Kapolri Sutanto mengeluarkan kebijakan penarikan senjata api yang dianggap ilegal. Senjata api ilegal adalah senjata yang tidak sah beredar di kalangan sipil, senjata yang tidak diberi izin kepemilikan, atau senjata yang telah habis masa berlaku izinnya. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, izin kepemilikan senjata api di Indonesia dibatasi hingga satu tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama. Gerakan Polri ini bertujuan untuk mengurangi kepemilikan senjata api oleh sipil karena banyak penyalahgunaan senjata api oleh masyarakat. Meskipun sudah ada upaya preventif dengan mewajibkan calon pemilik mengikuti psikotes terlebih dahulu sebelum mendapat izin kepemilikan senjata, memberikan jaminan untuk tidak memberikan tuntutan hukum kepada mereka yang menyerahkan senjata api mereka secara sukarela.

  1 Motif warga sipil menguasai senjata

  api secara ilegal memang bermacam- macam. Pada situasi perang terbuka, motifnya jelas" membunuh atau dibunuh". Dalam kasus kekerasan bersenjata, sejakMei tahun 2000, hingga pra Deklarasi Malino, Desember 2001, motif ini jelas sangat menonjol. Motif ini juga masih

  wandlegal.,dik terungkap dalam sejumlah kasus kekerasan bersenjata paska Deklarasi Malino. Pada situasi yang relatif damai, sebagian warga tetap menguasai senjata api. Alasannya sederhana, karena sama sekali tidak mempercayai jaminan keamanan dari aparat keamanan. Mereka menyatakan terpaksa memiliki senjata api secara ilegal, karena tidak ada kepastian keamanan, mereka tidak ingin menjadi korban kekerasan bersenjata. Bagi para penjahat jelas senjata api digunakan untuk memudahkan niat jahatnya.

  masuk kategori ilegal. Namun, penjual berani memasarkan secara terang- terangan. Dengan bantuan internet, sangat mudah mencari informasi jual beli senjata api ilegal. Di salah satu

  website , terpampang harga, jenis dan

  merek senjata api yang dijual. Sebut saja merek Glock yang disebut-sebut menjadi andalan penegak hukum di beberapa negara. Salah satu yang jadi favorit adalah Glock 17. Senjata jenis itu dibanderol Rp 7,8 juta dengan bonus 3 dus amunisi berisi 25 peluru. Tipe lebih mahal, Glock 21 yang dibanderol Rp 8,5 juta. Ada pula jenis FNP-9/Browning PRO-9 pistol pabrika Belgia dan AS yang dibanderol Rp 5,3- 5,9 juta.

  berhasil mengamankan tiga senjata api jenis pistol yang diduga dibeli melalui jaringan penjualan secara online . Kapolres Lampung Selatan, terungkapnya kasus senjata api ilegal tersebut berawal dari ditemukannya sepucuk pistol dalam sebuah paket di

   diakses Tanggal 19 Maret 2017 pukul 21.45 WIB 3

  bagasi bus Lorena tujuan Sleman, Jawa Tengah di pos pemeriksaan Seaport

  Interdiction Pelabuhan Bakauheuni, Lampung pada Rabu 17 Oktober 2016.

  Selain sepucuk pistol merk Taurus kaliber spesial buatan Brazil tersebut, petugas juga mengamankan enam buah butir peluru. Pistol itu di selipkan diantara botol minuman di dalam paket dengan tujuan Ananda Ganesha di Sleman. Setelah melakukan pengembangan kepolisian menangkap Arta Yuli Setiananda (32), warga Sleman di Pool Bus Lorena, Sleman. Dari tangan tersangka, petugas menyita barang bukti berupa 23 amunisi, dua lembar slip transfer. Dari keterangan tersangka pihak kepolisian melakukan penyelidikan terhadap pengirim paket kepada Arta tersebut dan berhasil meringkus Perry Widyonarko (38), warga Bandar Lampung. Petugas juga mengamankan barang bukti berupa sepucuk pistol kaliber 4,5 mm merk MP654K buatan Rusia berikut tujuh butir peluru dan sebuah magazine, sepucuk pistol kaliber 7,62 mm buatan Jerman, 13 butir peluru kaliber 3,2 mm, 32 butir peluru kaliber 7,65 mm, sebuah magazine senjata api laras panjang, serta satu lembar bukti jasa pengiriman barang tujuan Sleman. Penangkapan kali ini adalah modus baru dalam penjualan senjata api ilegal, yakni dengan menggunakan sistem

2 Jual beli senjata api di Indonesia

3 Petugas Polres Lampung Selatan,

  online . Tersangka akan dikenakan

  Undang-Undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 tentang Senjata api dan bahan peledak.

  4 Salah satu media sosial yang sering

  digunakan pengguna (akun) dalam transaksi jual beli senjata api ilegal adalah Facebook.Facebook adalah sarana sosial yang menghubungkan

   Tanggal 19 Maret 2017 pukul 21.45 orang-orang dengan teman dan rekan mereka lainnya yang bekerja, belajar, dan hidup di sekitar mereka.

  ini adalah: 1)

  suatu perbuatan yang telah menyimpang atau telah melanggar suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dengan adanya tindakan represif dapat diharapkan menghentikan peyimpangan yang terjadi serta mengurangi perbuatan yang sama dikemudian hari.

5 Perumusan masalah dalam penelitian

  online Facebook ?

  2) Apa saja faktor penghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana penjualan senjata api ilegal melalui media online Facebook?

  Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data primer diperoleh secara langsung dari penelitian di lapangan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yakni dilakukan wawancara kepada narasumber. Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan yang meliputi buku-buku literatur, peraturanperundang- undangan,dokumen-dokumen resmi dan lain-lain.

  Penyelidikan dalam Pasal 1 butir 5 KUHAP menjelaskan bahwa serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang- Undang. Sedangkan yang dimaksudkan dengan Penyelidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk melakukan penyelidikan (Pasal 1 butir 4 KUHP). Pada Pasal 4 KUHP disebutkan bahwa setiap Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia adalah penyidik.

  a. Penyelidikan

  Bagaimanapenegakan hukum terhadap tindak pidana penjualan senjata api ilegal melalui media

  Adapun upaya represif (penindakan) yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Lampung Selatan dalam hal penegakan hukum tindak pidana penyalahgunaan senjata api oleh masyarakat antara lain sebagai berikut:

II. PEMBAHASAN A. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penjualan Senjata Api Ilegal Melalui Media

  https://www.google.co.id/?cr&ei=MPb1WK_

   TindakanRepresif

  Adapun bentuk upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Lampung Selatan terhadap penyalahgunaan senjata api oleh masyarakat, yaitu sebagai berikut : 1.

  Penyidik Reserse Kriminal Polres Lampung Selatan akan melakukan tindakan penyelidikan apabila mendapat laporan dan pengaduan terkait penyalahgunaan senjata api. Juga akan melakukan penyelidikan ditempat yang terindikasi dan dijumpai masyarakat yang menggunakan senjata api. Dan dalam hal

  Online Facebook

  Tindakan represif merupakan tindakan nyata yang dilakukan oleh aparatpenegakKepolisian terhadap 5 tertangkap tangan maka penyidik Reserse Kriminal Lampung Selatan tanpa menunggu perintah akan melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka penyelidikan seperti penangkapan, pemeriksaan dan penyitaan surat, mengambil sidik jari dan membawa serta menghadapkan kepada penyidik.

  Jalannya proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Reserse Kriminal Polres Lampung Selatan, terhadap terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga sebagai tindak pidana maka akan segera melakukan penyidikan yang diperlukan sesuai ketentuan

  Pasal 7 ayat (1) KUHAP. Proses penyidikan tindak pidana penyalahgunaan senjata api oleh masyarakat ini penyidik Reserse Kriminal akan melakukan penyidikan dengan bekerjasama oleh Unit Sat Intelkam Dalam mengindentifikasi jenis senjata api yang digunakan oleh pelaku. Jenis dan keterangan tersebut dapat memberikan informasi tentang peredaran dan bagaimana cara penggunaan senjata api tersebut. Juga akan diketahui dari mana asal senjata api tersebut didapati oleh pelaku. Proses penyidikan dilakukan terhadap pelaku hingga berkas perkara dinyatakan lengkap oleh jaksa penuntut umum serta dilakukan serah terima barang bukti dan tersangka ke pihak

  Jaksa Penuntut Umum (JPU) terhadap proses penyidikan. Dalam proses penyidikan tersangka yang melakukan kejahatan dengan menggunakan senjata api akan dikenakan Pasal berlapis berdasarkan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

  c. Penangkapan

  Menurut Pasal 1 butir 20 KUHAP dijelaskan bahwasanya penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Penyidikan

  Perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas Kepolisian Resor Lampung Selatan dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa. Dalam tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah. Dengan ketentuan bahwa penangkapan harus segera meyerahkan tersangka serta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu terdekat. Kemudian tembusan surat penangkapan harus diberikan kepada keluarganya segera setelah penangkapan dilakukan.

  Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari wawancara dengan Bapak Iptu Syahrizal, Penyidik Kepolisian Resor Lampung Selatan bahwa proses penegakan hukum terhadap penyalahgunaan senjata api sudah dilakukan dengan ditangkapnya beberapa pelaku tindak pidana penyalahgunaan senjata api, bahkan sudah diproses hingga tahapan putusan pengadilan. Beberapa pelaku berhasil ditangkap berdasarkan adanya laporan dari masyarakat dan juga tertangkap tangan, namun penulis menilai jumlah dan hasil penegakan hukum yang dilakukan oleh Kepolisian sebagai aparat penegak hukum tampaknya masih kurang berjalan efektif dengan tingkat kriminal yang cukup tinggi dan penyalahgunaan senjata api yang masih saja terjadi di wilayah Lampung Selatan. Pelaku pada umumnya merupakan sebuah kelompok sehingga tidak menutup kemungkinan ada jaringan yang terkoneksi dalam mendapatkan senjata api tersebut.

  Disamping tugas represif tersebut, tidak kalah pentingnya dari peranan Kepolisian dalam mengungkap tindak pidana senjata api yang dilakukan oleh masyarakat sipil ialah apa yang disebutdengan tugas

  preventif , yaitu dengan melakukan

  sistem dan prosedur izin kepemilikan senjata api yang ketat, melakukan patroli-patroli secara terarah dan teratur, yaitu dengan melakukan razia pemeriksaan tersebut adalah untuk memperkecil kesempatan untuk melakukan kejahatan dan segera bertindak

  preventif

  , untuk mengatasi peredaran senjata api pihak Kepolisian mengadakan sweeping diberbagai tempat lokasi yang disinyalir tempat transaksi jual beli senjata api ilegal.

  Adapun langkah-langkah preventif yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Lampung Selatan dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan senjata api oleh masyarakat adalah :

  a. Sistem dan Prosedur Izin kepemilikan senjata api yang ketat

  Senjata api bukanlah merupakan benda yang umum digunakan ataupun dibawa-bawa oleh masyarakat sipil, Negara telah membuat regulasi mengenai kepemilikan senjata api. Walaupun demikian penyalahgunaan senjata api tetap tidak dapat dihindarkan, apalagi dengan mudahnya senjata api rakitan yang banyak sekali beredar dan sudah meluas di Indonesia. Hal ini bisa saja dikarenakan kurang konsekuennya pihak-pihak terkait dalam mengeluarkan izin kepemilikan senjata api dan sanksi tegas yang mengacu kepada kepemilikan senjata api rakitan yang jelas tidak

2. Tindakan Preventif

  memiliki izin yang sah. 1)

  Melakukan pendataan kepemilikan senjata api;

  2) Melakukan pengecekan secara periodik setiap setahun sekali kepada pemilik senjata api baik senjata api maupun surat dokumen kepemilikan/ penggunaan senjata api;

  3) Melakukan penarikan senjata api yang surat dokumennya sudah mati atau masa berlakunya sudah habis;

  4) Penerbitan izin kepemilikan dan penggunaan senjata api maupun senapan angin dan senjata replika/ mainan dalam rangka pengawasan dan pengendalian (Skep Kapolri No. Pol 82 Tahun 2004);

  5) Melakukan tindakan/ upaya hukum sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku dalam hal ini penyidik menggunakan Undang-Undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 tentang senjata api dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dengan pencatatan dan prosedur yang ketat kepolisian juga bekerjasama dengan perbankin Indonesia dalam pencatatan sipil kepemilikan senjata api, dengan menggandeng Perbankin disetiap daerah, wilayah peredaran senjata api setidaknya dapat diawasi di wilayah masyarakat.

  Selain itu pastinya hal-hal mengenai jenis dan klasifikasi senjata api Kepolisian Resor Lampung Selatan dapat melibatkan yang diketahui oleh

  Perbankin.

  b. Patroli

  Patroli adalah salah satu kegiatan kepolisian yang dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih anggota Kepolisian, sebagai usaha dalam mencegah bertemunya niat dan kesempatan, dengan cara mendatangi, mengamati/ mengawasi/ memperhatikan situasi dan kondisi yang diperkirakan akan menimbulkan segala bentuk kejahatan/ gangguan keamanan ketertiban masyarakat yang melanggar hukum, guna memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum masyarakat. Patroli yang dilakukan oleh Polres Lampung Selatan terhadap masyarakat dilakukan di Wilayah Lampung Selatan yang rawan akan penyalahgunaan senjata api serta rawan terjadi tindak pidana. Daerah daerah tersebut adalah daerah perbatasan kota dimana setiap harinya lalu lintas dari luar daerah sangat padat sehingga memungkinkan senjata api dapat dimasukkan kedalam wilayah Lampung Selatan. Dengan menugaskan beberapa personil dalam operasi patrol polisi juga bekerja sama dengan masyarakat sebagai pengawasan dan pengaduan tindak pidana yang terjadi disekitar tempat tinggal masyarakat.

  c. Razia

  Kemudian dengan serangkaian kegiatan Razia yang dilakukan secara menyeluruh dengan mendatangi tempat-tempat yang diduga dan terindikasi rawan penyalahgunaan senjata api. Selain itu juga dilokasi yang dicurigai jalur lintas peredaran senjata api illegal yang masuk kedalam wilayah Lampung Selatan yang umumnya terletak didaerah pinggiran kota dan wilayah perlintasan provinsi.

  Facebook

  Pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana penjualan senjata api ilegal melalui media online

  Facebook terdapat beberapa kendala

  yang dihadapi oleh Kepolisian Resor Lampung Selatan, kendala tersebut yaitu:

  Kendala informasi Untuk kendala penegakan hukum ini dimulai dari kurangnya informasi yang diperoleh oleh kepolisian terhadap peredaran senjata api yang beredar di kalangan masyarakat.

  b.

  Kendala sumber daya manusia di Polres Lampung Selatan Berdasarkan hasil wawancara dengan Juliansyah selaku penyidik di Kepolisian Resor Lampung Selatan menyatakan bahwa Kepolisisan Resor Lampung Selatan dalam penyelesaian kasus penyalahgunaan tindak pidana senjata api melalui satuan Reserse Kriminal masih kurang anggota dengan keahlian khusus dalam bidang keahlian mendeteksi senjata api, yang dilakukan hanya mendeteksi dalam kapasitas tindak pidana umum yang dilakukan dengan senjata api tidak pada peredaran dan pemasukan senjata api yang dilakukan oleh pemasok senjata api dari luar daerah.

  Sarana atau fasiltas tersebut mencakup tenaga manusia yang terdidik dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan sebagainya. Ketersediaan sarana dan fasilitas yang memadai merupakan suatu keharusan bagi keberhasilan penegak hukum. Sarana atau fasilitas adalah satu hal yang penting dalam proses berjalannya penegakan hukum karna tanpa adanya sarana atau fasilitas yang memadai akan memperlambat proses penegakan hukum, maka untuk terwujdunya penegakan hukum yang berjalan dengan baik perlu adanya sarana dan fasilitas yang sesuai dengan proses penegakan hukum tersebut. Johannes Siregar juga berpendapat bahwa faktor sarana dan fasilitas yang menghambat penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api adalah kurangnya sarana dan prasarana.

B. Faktor Penghambat Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penjualan Senjata Api Ilegal Melalui Media Online

1. FaktorInternal a.

  c.

  Kendala legislasi Berdasarkan hasil wawancara dengan Juliansyah selaku penyidik di Kepolisian Resor Lampung Selatan menyatakan bahwa kendala legislasi merupakan salah satu kendala yang juga menjadi kendala sangat penting dalam penegakan hukum penyalahgunaan tindak pidana senjata api.

  2. FaktorEksternal a.

  Kurangnya peran masyarakat Masyarakat merupakan salah satu faktor pendukung dari suatu penegakan hukum. Jika masayarakat memahami betul apa yang dikatakan dengan tindak pidana, apa saja yang dilarang dalam suatu Undang- Undang serta mampu mengimplementasikan nilai kaidah yang terkandung didalamnya dalam kehidupan tentu permasalahan hukum tidak akan terjadi. Kesadaran hukum pada hakikatnya adalah kesadaran yang pada setiap manusia apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari kejiwaan manusia untuk dapat membedakan antara hukum dan tidak kesadaran hukum, antara yang dilakukan dan tidak dilakukan yakni masyarakat lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Warga masyarakat harus mengetahui dan memahami hukum yang berlaku, serta menaati hukum yang berlaku dengan penuh kesadaran akan penting dan perlunya hukum bagi kehidupan masyarakat. Kesadaran hukum akan ada, apabila warga Negara mempunyai pendapat tertentu terhadap perilaku yang nyata dari pejabat-pejabat dan atribut- atribut tertentu dari pejabat yang dikaitkan dengan rasa keadilan.

  Masyarakat sebagai peranan yang sangat penting dalam proses penegakan hukum diharpakan andil dalam berjalannya proses penegkan hukum, namun terkadang kurangnya informasi mengenai aturan hukum membuat masyarakat enggan dalam membantu berjalannya proses penegakan hukum. Masyarakat adalah faktor yang paling besar menghambat dalam upaya penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api.Seperti kurangnya pos-pos penjagaan kepolisian di daerah- daerah yang dianggap rawan terjadi kejahatan dengan kekerasan baik itu pembegalan maupun dengan menggunakan senjata api. Selain itu juga dibutuhkan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat, seperti mobil patroli untuk memudahkan melakukan pemeriksaan ketempat yang dianggap menjadi tempat pembuatan senjata api, dan motor kepolisian yang berada di pos-pos penjagaan guna dapat segera mengejar pelaku ketika terjadi tindak kejahatan. Dengan demikian sangat dibutuhkan sarana dan fasilitas guna mendukung pihak kepolisian dalam menangani penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api. Masyarakat sebenernya mengetahui adanya aktivitas pembuatan senjata api atau transaksi perdangan senjata api serta kejahatan-kejahatan yang menggunakan senjata api di daerah sekitar tempat tinggalnya. Bahkan kadang masyarakat itu sendiri yang menjadi korban atau memiliki senjata api tersebut, namun karena rasa takut dan kurangnya pengatahuan yang dimiliki masyarakat sehingga membuat masyarakat tidak perduli dengan lingkungan sekitar dan tidak berani memberikan informasi kepada pihak kepolisian.

  Padahal dengan adanya laporan dari masyarakat, tentu saja dapat mempermudah kepolisian dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya seperti yang terjadi di daerah Mesuji sebagian masyarakat dengan sukarela memberikan senjata api yang dimilikinya kepada kepolisian baik dalam melaksanakan penegakan melalui kepala desa, RT ataupun hukum terhadap tindak pidana dari diri sendiri. penyalahgunaan senjata api bagi masyarakat sipil diantaranya: b. pertama terhadap kendala faktor

  Kendala Geografis Kondisi geografis yang informasi yakni, meningkatkan menyebabkan menjadi salah satu kerja sama dengan Direktorat faktor kendala dalam penegakan Intelijen untuk mencegah peredaran hukum terhadap penyalahgunaan senjata api secara ilegal, senjata api yang dilakukan oleh meningkatkan koordinasi dengan masyarakat sipil. Secara umum seluruh Kapolda-Kapolda di Provinsi Riau khususnya Lampung Indonesia, kedua dengan Selatan terletak diantara provinsi- meningkatkan semangat dan provinsi yang telah maju serta motivasi anggota serta pelatihan berkembang. Provinsi Riau kemampuan pengetahuan tentang khususnya Lampung Selatan senjata api. Ketiga mengupayakan menjadi perlintasan yang dilewati adanya perubahan terhadap undang- oleh peredaran senjata api hal undang yang sudah ada dengan tersebut menjadikan semakin segala upaya agar semakin meningkatnya penyalahgunaan menguatkan, keempat memberikan senjata api yang ada di provinsi ini. informasi dan Pengetahuan kepada masayarakat terhadap bahaya dari

  III.

  penyalahgunaan senjata api dan

   PENUTUP

  kelima kendala faktor geografis A. yakni meningkatkan pengawasan di

   Simpulan setiap daerah.

  1. Penegakan hukum terhadap tindak pidana penjualan senjata api ilegal

  B. Saran

  melalui media online Facebook dilakukan dengan tindakanrepresif

  1. Penegakan hukum yang dilakukan yaitu penyelidikan, penyidikan, oleh Kepolisian perlu dilakukan penangkapan dan dilakukan juga secara lebih optimal dan dengan tindakan preventif yaitu terkoordinasi yang lebih baik dengan sistem dan prosedur izin terhadap semua instansi-instansi kepemilikan senjata api yang ketat, pihak yang terkait dalam patroli dan razia. pelaksanaan penegakan hukum.

  2.

  2. Faktor penghambat penegakan Kepolisian harus meningkatkan hukum terhadap tindak pidana kualitas dalam mengatasi kendala- penjualan senjata api ilegal melalui kendala peredaran senjata api ilegal media online Facebook diantaranya melalui media online Facebook. kendala kurangnya informasi, Meningkatkan sarana dan prasarana kedua kendala Sumber Daya untuk mendukung kinerja Manusia di Polres Lampung Kepolisian dalam memberantas Selatan, ketiga kendala legislasi, peredaran senjata api ilegal. Lebih keempat kendala kurangnya peran meningkatkan pengawasan dan masyarakat dan kelima kendala kontrol terhadap masyarakat sipil geografis. Upaya yang dilakukan yang memiliki izin kepemilikan Kepolisian untuk mengatasi kendala senjata api secara legal.

DAFTAR PUSTAKA

  Sunggono, Bambang. Metodelogi

  Penelitian Hukum, Raja Grafindo

  Persada, Jakarta, 2001 Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana , PT.

  Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1996. Koentjara ningrat, Kamus Besar

  , Balai Pustaka,

  Bahasa Indonesia Jakarta, 2001.

  Marpaung, Leden, Proses Penanganan

  Perkara Pidana , Sinar. Grafika, Jakarta. 1992.

   April 2017 diakses Tanggal 19 Maret 2017 pukul

  21.45 WIB Tanggal 19 Maret 2017 pukul 21.45 WIB https://www.google.co.id/?cr&ei=MPb

  1WK_bBoXG0AT2npzYBw#q= Facebook+adalah